Anda di halaman 1dari 15

SATUAN ACARA PENYULUHAN

“IKTERUS NEONATORUM “
DI RUANG NICU RSU HAJI SURABAYA

Disusun Oleh:
1. Anisa Dwi Q.
2. Firda Irmasari
3. Dhaina Muqarrachma M.
4. Dwi Rahmania
5. Dinar Eka M.
6. Yance Sartina L. K.

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA
JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI D4 KEBIDANAN
TAHUN 2020
SATUAN ACARA PENYULUHAN

1. Topik : Ikterus Neonatorum


2. Sub Pokok Bahasan :
a. Pegertian Ikterus Neonatorum
b. Penyebab Ikterus Neonatorum
c. Macam-macam Ikterus Neonatorum
d. Tanda dan gejala Ikterus Neonatorum
e. Bahaya Bayi Ikterus
f. Penanganan Ikterus
3. Sasaran : Ibu
4. Hari / tanggal :
5. Pukul : 08.00 s/d 08.30 WIB
6. Waktu : 30 menit
7. Tempat : Di depan ruang VK RSU Haji Surabaya
8. Tujuan :
a. Tujuan Intruksional Umum

Setelah mengikuti penyuluhan ini, diharapkan ibu mengetahui dan

memahami mengenai tentang Ikterus Neonatorum dan dapat

mengetahui bahaya-bahaya yang terjadi pada bayi ikterus.


b. Tujuan Intruksional Khusus

Setelah mengikuti penyuluhan :

• Ibu dapat menjelaskan pengertian Ikterus Neonatorum.

• Ibu dapat menjelaskan penyebab Ikterus Neonatorum.

• Ibu dapat menjelaskan macam-macam Ikterus Neonatorum.

• Ibu dapat menjelaskan tanda dan gejala Ikterus Neonatorum.


• Ibu dapat menjelaskan bahaya dari bayi ikterus.
• Ibu dapat menjelaskan penanganan ikterus pada bayi
9. Materi (terlampir)
a. Pengertian Ikterus Neonatorum.
b. Penyebab Ikterus Neonatorum.
c. Macam-macam Ikterus Neonatorum.
d. Tanda dan gejala Ikterus Neonatorum.
e. Bahaya dari bayi ikterus.
f. Penanganan bayi dengan ikterus.
10. Media penyuluhan
a. Leafleat
b. Power point
c. LCD
11. Metode penyuluhan
a. Ceramah
b. Tanya jawab
12. Daftar Rencana Proses Penyuluhan
No Pukul Kegiatan Materi Kegiatan Penyaji Kegiatan Peserta
1. 08.00- Pembukaan 1. Ucapkan salam Mengucapkan Menjawab salam

08.05 (5 menit) salam dan

membuka acara Memperhatikan dan


2. Perkenalkan diri
penyuluhan. mendengarkan
Memperkenalkan
Memperhatikan dan
3. Tujuan (umum dan anggota kelompok
mendengarkan
khusus) dan pembimbing. Memperhatikan dan
4. Topik dan Sub
Menjelaskan tujuan mendengarkan.
Topik Menyepakati
5. Kontrak waktu umum dan khusus.
Menjelaskan topik kontrak waktu

dan sub topik. selama 30 menit.


Menjelaskan dan

menyepakati

kontrak waktu

selama 30 menit

kepada peserta.
2. 08.05- Pelaksanaan 1. Pengertian/ Batasan Menyajikan dan Mendengarkan
dan memperhatikan.
08.25 penyuluhan Ikterus menjelaskan materi.

(20 menit) Neonatorum.


2. Menjelaskan

mengenai penyebab

Ikterus

Neonatorum.
3. Menjelaskan

mengenai macam –

macam Ikterus
Neonatorum.
4. Menjelaskan

mengenai tanda dan

gejala Ikterus

Neonatorum.
5. Menjelaskan

komplikasi dari

bayi ikterus.
6. Menjelaskan

Penanganan Ikterus
3. 08.25- Evaluasi 1. Evaluasi kepada Tanya jawab Mengajukan
(5 menit)
08.30 peserta pertanyaan kepada
Penyaji bertanya
penyaji.
kepada peserta. Menjawab

Penyaji menjawab pertanyaan penyaji.


pertanyaaan
Mendengarkan,
peserta.
Pembimbing memperhatikan.
2. Kesempatan
menambahkan Mendengarkan dan
pembimbing
penjelasan. memperhatikan
Penyaji dan peserta
Peserta dengan
3. Simpulan menyimpulkan
bimbingan penyaji
materi yang sudah
menyimpulkan
dibahas.
Membagikan materi.
4. Leaflet Peserta menerima
leaflet.
leaflet.
Penyaji
Membaca leaflet
menugaskan peserta
untuk membaca

leaflet, baik di

ruang NICU Menjawab salam


5. Salam Penutup
maupun di rumah.
Mengucapkan

salam
13. Pengorganisasian
1) Moderator : Yance Sartina L. K.
Tugas :
a. Memperkenalkan anggota kelompok dan pembimbing

b. Membuka acara penyuluhan


c. Mengatur jalannya penyuluhan
d. Memfasilitasi tanya jawab
e. Menutup acara penyuluhan

2) Penyaji : Dwi Rahma & Firda Irmasari


Tugas :

a. Menyajikan materi penyuluhan

3) Observer : Anisa Dwi Q.


Tugas :

a. Mengevaluasi jalannya penyuluhan


b. Mengobservasi ketepatan waktu penyuluhan

4) Notulen : Dhaina Muqarrachma M.


Tugas :

a. Mencatat semua peserta yang hadir


b. Mencatat semua pertanyaan peserta
c. Menyimpulkan penjelasan dan jawaban hasil penyuluhan

5) Dokumentasi : Dinar Eka M.


Tugas :
a. Mendokumentasikan jalannya penyuluhan
14. Kegiatan Evaluasi

1) Kriteria hasil :
a. 85% peserta yang menghadiri penyuluhan dapat menjelaskan tetang

Ikterus Neonatorum.
b. Semua peserta penyuluhan tidak ada yang meninggalkan tempat sampai

penyuluhan selesai.

2) Antisipasi Masalah
a. Jika ada peserta yang tidak bisa menjawab pertanyaan, kita

menjelaskan kembali secara lebih singkat, padat, dan jelas materi yang

belum dipahami peserta dan menanyakan pada yang lain apakah sudah

jelas dengan penjelasan yang diberikan.


b. Jika peserta tidak memperhatikan, kita memberikan stimulasi dengan

cara mengajaknya berinteraksi.

MATERI PENYULUHAN
IKTERUS NEONATORUM

1. Pengertian Ikterus Neonatorum

Ikterus adalah gambaran klinis berupa pewarnaan kuning pada kulit dan

mukosa karena isi produk akhir katabolisme heme yaitu bilirubin.


Secara klinis, ikterus pada neonatus akan tampak bila konsentrasi bilirubin

serum >5mg/dL (Cloherty, 2004). Pada orang dewasa,ikterus akan tampak

apabila serum bilirubin >2mg/dL. Ikterus lebih mengacu pada gambaran klinis

berupa pewarnaan kuning pada kulit, sedangkan hiperbilirubinemia lebih

mengacu pada gambaran kadar bilirubin serum total.


2. Penyebab Ikterus Neonatorum

Penyebab ikterus dapat dibagi kepada tiga fase yaitu:

a. Ikterus Prahepatik

Produksi bilirubin yang meningkat yang terjadi pada hemolisis sel darah

merah. Peningkatan pembentukan bilirubin dapat disebabkan oleh:

1) Kelainan sel darah merah


2) Infeksi seperti malaria, sepsis.
3) Toksin yang berasal dari luar tubuh seperti: obat – obatan, maupun

yang berasal dari dalam tubuh seperti yang terjadi pada reaksi

transfuse dan eritroblastosis fetalis.


b. Ikterus Pascahepatik

Bendungan pada saluran empedu akan menyebabkan peninggian

bilirubin konjugasi yang larut dalam air. Akibatnya bilirubin mengalami

akan mengalami regurgitasi kembali kedalam sel hati dan terus

memasuki peredaran darah, masuk ke ginjal dan di eksresikan oleh ginjal

sehingga ditemukan bilirubin dalam urin. Sebaliknya karena ada

bendungan pengeluaran bilirubin kedalam saluran pencernaan berkurang

sehingga tinja akan berwarna dempul karena tidak mengandung

sterkobilin.

c. Ikterus Hepatoseluler

Kerusakan sel hati menyebabkan konjugasi bilirubin terganggu

sehingga bilirubin direk akan meningkat dan juga menyebabkan

bendungan di dalam hati sehingga bilirubin darah akan mengadakan


regurgitasi ke dalam sel hati yang kemudian menyebabkan peninggian

kadar bilirubin konjugasi di dalam aliran darah. Kerusakan sel hati terjadi

pada keadaan: hepatitis, sirosis hepatic, tumor, bahan kimia, dll.

3. Macam-macam Ikterus Neonatorum

Terdapat 2 jenis ikterus yaitu ikterus fisiologis dan patologis (Mansjoer, 2002).

a. Ikterus fisiologis

Ikterus fisiologis memiliki karakteristik sebagai berikut:

1) Timbul pada hari kedua-ketiga.


2) Kadar bilirubin indirek (larut dalam lemak) tidak melewati 12 mg/dL

pada neonatus cukup bulan dan 10mg/dL pada kurang bulan.


3) Kecepatan peningkatan kadar bilirubin tidak melebihi 5 mg/dL per

hari.
4) Kadar bilirubin direk (larut dalam air) kurang dari 1mg/dL.
5) Gejala ikterus akan hilang pada sepuluh hari pertama kehidupan.
6) Tidak terbukti mempunyai hubungan dengan keadaan patologis

tertentu.
b. Ikterus patologis

Ikterus patologis memiliki karakteristik seperti berikut:

1) Ikterus yang terjadi pada 24 jam pertama kehidupan.


2) Ikterus dengan kadar bilirubin melebihi 12mg/dL pada neonatus cukup

bulan dan 10mg/dL pada neonates lahir kurang bulan/premature


3) Ikterus dengan peningkatan bilirubun lebih dari 5mg/dL per hari.
4) Ikterus yang menetap sesudah 2 minggu pertama.
5) Ikterus yang mempunyai hubungan dengan proses hemolitik, infeksi

atau keadaan patologis lain yang telah diketahui


6) Kadar bilirubin direk melebihi 1mg/dL.
4. Tanda dan Gejala Ikterus Neonatorum
Gejala Hiperbilirubinemia dikelompokan menjadi 2 fase yaitu akut dan kronik:

(Surasmi, 2003)

1). Gejala akut


a) Lethargi (lemas)
b) Tidak ingin mengisap
c) Feses berwarna seperti dempul
d) Urin berwarna gelap
2). Gejala kronik
a) Tangisan yang melengking (high pitch cry)
b) Kejang
c) Perut membuncit dan pembesaran hati
d) Dapat tuli, gangguan bicara dan retardasi mental
e) Tampak matanya seperti berputar-putar

5. Komplikasi
Jika bayi kuning patologis tidak mendapatkan pengobatan, maka akan

terjadi penyakit kern ikterus. Kern ikterus yaitu keruskan otak akibat

perlangketan bilirubin indirek pada otak. Pada kern ikterus gejala klinik

pada permulaan tidak jelas antara lain : bayi tidak mau menghisap, letargi,

mata berputar-putar, gerakan tidak menentu (involuntary movements),

kejang tonus otot meninggi, leher kaku, dn akhirnya opistotonus.


Penyebab kern ikterus karena kadar bilirubin yang sangat tinggi yang

dapat mencapai tingkat toksik sehingga merusak sel-sel otak. Kadar

bilirubin yang tinggi merupakan kelanjutan dari ikterus neonatorum. Kern

ikterus dapat menimbulkan kerusakan otak dengan gejala gangguan

pendengaran, keterbelakangan mental dan gangguan tingkah laku.


6. Penanganan Ikterus Neonatorum

1) Ikterus Fisiologis

Bayi sehat, tanpa faktor risiko, tidak diterapi. Perlu diingat bahwa pada

bayi sehat,aktif, minum kuat, cukup bulan, pada kadar bilirubin tinggi,

kemungkinanterjadinya kernikterus sangat kecil. Untuk mengatasi ikterus

pada bayi yang sehat, dapat dilakukan beberapa cara berikut:


Lakukan perawatan bayi seperti :

1. Memandikan bayi
2. Melakukan perawatan tali pusat

3. Lakukan pencegahan hipotermi

4. Menjemur bayi di bawah sinar matahari dari jam 07.00 hingga hjam

09.00 pagi,kurang lebih 30 menit

5. Berikan ASI secara adekuat

2) Ikterus Patologis

1. Cegah agar gula darah tidak turun, jika anak masih bisa menetek

mintalah pada ibu untuk menetekkan anakanya


a. Jika anak tidak bisa menetek lagi tapi masih bisa menelan beri perasan

ASI atau susu pengganti, Jika keduanaya tidak memungkinkan beri air

gula 30-50 cc sebelum dirujuk


b. Cara membuat air gula.Larutkan 4 sendok teh gula kedalam gelas

yang berisi 200 cc air masak


c. Jika anak tidak bisa menelan berikan 50cc air susu ataua ir gula

melalaui pipa ansogastrik ,jika tidak rujuk segera


2. Nasehati ibu agar menjaga bayi tetap hangat
a. Sertakan contoh darah ibu jika kuning terjadi pada 2 hari pertama

kehidupan
b. Rujuk segera.
c. Setiap ikterik yang muncul pada 24 jam pertama adalah patologis dan

membutuhkan pemeriksaan laboratorium lanjut


d. Pada bayi dengan ikterus kramer grade 3 atau lebih perlu dirujuk
e. Perhatikan frekwensi BAK dan BAB
f. Beri terapi sinar untuk bayi yang dirawat di RS dan jemur bayi

dibawah sinar matahari pagi pada jam 7-8 selaam 30 menit/.15 menit

telentang dan 15 menit telungkup


g. Cegah kontak dengan keluarga yang sakit dan cegah terjadinya infeksi

dengan menjaga personal hygiene dan selalu cuci tangan sebelum

kontak dengan bayi


h. Risiko Terjadinya kern ikterus, dapat di lakukan pencegahan kern

ikterus dengan melakukan cek laboratorium bilirubin.

7. Penanganan di Rumah Sakit

1) Terapi Sinar (fototerapi)

Terapi sinar dilakukan selama 24 jam atau setidaknya sampai kadar

bilirubin dalam darah kembali ke ambang batas normal. Dengan fototerapi,

bilirubin dalam tubuh bayi dapat dipecahkan dan menjadi mudah larut dalam air

tanpa harus diubah dulu oleh organ hati. Terapi sinar juga berupaya menjaga kadar

bilirubin agar tak terus meningkat sehingga menimbulkan risiko yang lebih fatal.

Sinar yang digunakan pada fototerapi berasal dari sejenis lampu neon

dengan panjang gelombang tertentu. Lampu yang digunakan sekitar 12 buah dan

disusun secara paralel. Di bagian bawah lampu ada sebuah kaca yang

disebut flexy glass yang berfungsi meningkatkan energi sinar sehingga

intensitasnya lebih efektif.

Sinar yang muncul dari lampu tersebut kemudian diarahkan pada tubuh bayi.

Seluruh pakaiannya dilepas, kecuali mata dan alat kelamin harus ditutup dengan

menggunakan kain kasa. Tujuannya untuk mencegah efek cahaya berlebihan dari

lampu-lampu tersebut. Seperti diketahui, pertumbuhan mata bayi belum sempurna

sehingga dikhawatirkan akan merusak bagian retinanya. Begitu pula alat

kelaminnya, agar kelak tak terjadi risiko terhadap organ reproduksi itu, seperti

kemandulan.

Pada saat dilakukan fototerapi, posisi tubuh bayi akan diubah-ubah;

telentang lalu telungkup agar penyinaran berlangsung merata. Dokter akan terus
mengontrol apakah kadar bilirubinnya sudah kembali normal atau belum. Jika

sudah turun dan berada di bawah ambang batas bahaya, maka terapi bisa

dihentikan. Rata-rata dalam jangka waktu dua hari si bayi sudah boleh dibawa

pulang.

Meski relatif efektif, tetaplah waspada terhadap dampak fototerapi. Ada

kecenderungan bayi yang menjalani proses terapi sinar mengalami dehidrasi

karena malas minum. Sementara, proses pemecahan bilirubin justru akan

meningkatkan pengeluarkan cairan empedu ke organ usus. Alhasil, gerakan

peristaltik usus meningkat dan menyebabkan diare. Memang tak semua bayi akan

mengalaminya, hanya pada kasus tertentu saja. Yang pasti, untuk menghindari

terjadinya dehidrasi dan diare, orang tua mesti tetap memberikan ASI pada si

kecil.

2) Terapi obat-obatan

Terapi lainnya adalah dengan obat-obatan. Misalnya, obat phenobarbital

atau luminal untuk meningkatkan pengikatan bilirubin di sel-sel hati sehingga

bilirubin yang sifatnya indirect berubah menjadi direct. Ada juga obat-obatan

yang mengandung plasma atau albumin yang berguna untuk mengurangi

timbunan bilirubin dan mengangkut bilirubin bebas ke organ hati.

Biasanya terapi ini dilakukan bersamaan dengan terapi lain, seperti

fototerapi. Jika sudah tampak perbaikan maka terapi obat-obatan ini dikurangi

bahkan dihentikan. Efek sampingnya adalah mengantuk. Akibatnya, bayi jadi

banyak tidur dan kurang minum ASI sehingga dikhawatirkan terjadi kekurangan

kadar gula dalam darah yang justru memicu peningkatan bilirubin. Oleh karena
itu, terapi obat-obatan bukan menjadi pilihan utama untuk menangani

hiperbilirubin karena biasanya dengan fototerapi si kecil sudah bisa ditangani.

3) Terapi Transfusi Tukar

Jika setelah menjalani fototerapi tak ada perbaikan dan kadar bilirubin

terus meningkat hingga mencapai 20 mg/dl atau lebih, maka perlu dilakukan

terapi transfusi darah. Dikhawatirkan kelebihan bilirubin dapat menimbulkan

kerusakan sel saraf otak (kern ikterus). Efek inilah yang harus diwaspadai karena

anak bisa mengalami beberapa gangguan perkembangan. Misalnya

keterbelakangan mental, cerebral palsy , gangguan motorik dan bicara, serta

gangguan penglihatan dan pendengaran. Untuk itu, darah bayi yang sudah

teracuni akan dibuang dan ditukar dengan darah lain.

Proses tukar darah akan dilakukan bertahap. Bila dengan sekali tukar

darah, kadar bilirubin sudah menunjukkan angka yang menggembirakan, maka

terapi transfusi bisa berhenti. Tapi bila masih tinggi maka perlu dilakukan proses

tranfusi kembali. Efek samping yang bisa muncul adalah masuknya kuman

penyakit yang bersumber dari darah yang dimasukkan ke dalam tubuh bayi. Meski

begitu, terapi ini terbilang efektif untuk menurunkan kadar bilirubin yang tinggi.

4) Terapi Sinar Matahari

Pada bayi-bayi yang mengalami ikteris neonatorum fisiologis dapat

dijemur di bawah sinar matahari pagi antara 7-9 pagi selama 15 menit. Sinar

matahari mengandung sinar biru-hijau yang dapat mengubah bilirubin indirek

menjadi bilirubin yang lebih mudah dibuang. Selain itu, matahari pagi berguna

sebagai sumber vitamin D.


Untuk bayi yang mengalami ikterus patologis terapi dengan sinar matahari hanya

merupakan terapi tambahan. Biasanya dianjurkan setelah bayi selesai dirawat di

rumah sakit. Caranya, bayi dijemur selama setengah jam dengan posisi yang

berbeda-beda. Seperempat jam dalam keadaan telentang, misalnya, seperempat

jam kemudian telungkup. Lakukan antara jam 7.00 sampai 9.00. Inilah waktu

dimana sinar surya efektif mengurangi kadar bilirubin. Di bawah jam tujuh, sinar

ultraviolet belum cukup efektif, sedangkan di atas jam sembilan kekuatannya

sudah terlalu tinggi sehingga akan merusak kulit.

Hindari posisi yang membuat bayi melihat langsung ke matahari karena dapat

merusak matanya. Perhatikan pula situasi di sekeliling, keadaan udara harus

bersih.

5) Menyusui Bayi dengan ASI

Bilirubin juga dapat pecah jika bayi banyak mengeluarkan feses dan urin.

Untuk itu bayi harus mendapatkan cukup ASI. Seperti diketahui, ASI memiliki

zat-zat terbaik bagi bayi yang dapat memperlancar buang air besar dan kecilnya.

Akan tetapi, pemberian ASI juga harus di bawah pengawasan dokter karena pada

beberapa kasus, ASI justru meningkatkan kadar bilirubin bayi (breast milk

jaundice) . Di dalam ASI memang ada komponen yang dapat mempengaruhi

kadar bilirubinnya. Sayang, apakah komponen tersebut belum diketahui hingga

saat ini.

Yang pasti, kejadian ini biasanya muncul di minggu pertama dan kedua

setelah bayi lahir dan akan berakhir pada minggu ke-3. Biasanya untuk sementara
ibu tak boleh menyusui bayinya. Setelah kadar bilirubin bayi normal, baru boleh

disusui lagi.

Anda mungkin juga menyukai