“IKTERUS NEONATORUM “
DI RUANG NICU RSU HAJI SURABAYA
Disusun Oleh:
1. Anisa Dwi Q.
2. Firda Irmasari
3. Dhaina Muqarrachma M.
4. Dwi Rahmania
5. Dinar Eka M.
6. Yance Sartina L. K.
menyepakati
kontrak waktu
selama 30 menit
kepada peserta.
2. 08.05- Pelaksanaan 1. Pengertian/ Batasan Menyajikan dan Mendengarkan
dan memperhatikan.
08.25 penyuluhan Ikterus menjelaskan materi.
mengenai penyebab
Ikterus
Neonatorum.
3. Menjelaskan
mengenai macam –
macam Ikterus
Neonatorum.
4. Menjelaskan
gejala Ikterus
Neonatorum.
5. Menjelaskan
komplikasi dari
bayi ikterus.
6. Menjelaskan
Penanganan Ikterus
3. 08.25- Evaluasi 1. Evaluasi kepada Tanya jawab Mengajukan
(5 menit)
08.30 peserta pertanyaan kepada
Penyaji bertanya
penyaji.
kepada peserta. Menjawab
leaflet, baik di
salam
13. Pengorganisasian
1) Moderator : Yance Sartina L. K.
Tugas :
a. Memperkenalkan anggota kelompok dan pembimbing
1) Kriteria hasil :
a. 85% peserta yang menghadiri penyuluhan dapat menjelaskan tetang
Ikterus Neonatorum.
b. Semua peserta penyuluhan tidak ada yang meninggalkan tempat sampai
penyuluhan selesai.
2) Antisipasi Masalah
a. Jika ada peserta yang tidak bisa menjawab pertanyaan, kita
menjelaskan kembali secara lebih singkat, padat, dan jelas materi yang
belum dipahami peserta dan menanyakan pada yang lain apakah sudah
MATERI PENYULUHAN
IKTERUS NEONATORUM
Ikterus adalah gambaran klinis berupa pewarnaan kuning pada kulit dan
apabila serum bilirubin >2mg/dL. Ikterus lebih mengacu pada gambaran klinis
a. Ikterus Prahepatik
Produksi bilirubin yang meningkat yang terjadi pada hemolisis sel darah
yang berasal dari dalam tubuh seperti yang terjadi pada reaksi
sterkobilin.
c. Ikterus Hepatoseluler
kadar bilirubin konjugasi di dalam aliran darah. Kerusakan sel hati terjadi
Terdapat 2 jenis ikterus yaitu ikterus fisiologis dan patologis (Mansjoer, 2002).
a. Ikterus fisiologis
hari.
4) Kadar bilirubin direk (larut dalam air) kurang dari 1mg/dL.
5) Gejala ikterus akan hilang pada sepuluh hari pertama kehidupan.
6) Tidak terbukti mempunyai hubungan dengan keadaan patologis
tertentu.
b. Ikterus patologis
(Surasmi, 2003)
5. Komplikasi
Jika bayi kuning patologis tidak mendapatkan pengobatan, maka akan
terjadi penyakit kern ikterus. Kern ikterus yaitu keruskan otak akibat
perlangketan bilirubin indirek pada otak. Pada kern ikterus gejala klinik
pada permulaan tidak jelas antara lain : bayi tidak mau menghisap, letargi,
1) Ikterus Fisiologis
Bayi sehat, tanpa faktor risiko, tidak diterapi. Perlu diingat bahwa pada
bayi sehat,aktif, minum kuat, cukup bulan, pada kadar bilirubin tinggi,
1. Memandikan bayi
2. Melakukan perawatan tali pusat
4. Menjemur bayi di bawah sinar matahari dari jam 07.00 hingga hjam
2) Ikterus Patologis
1. Cegah agar gula darah tidak turun, jika anak masih bisa menetek
ASI atau susu pengganti, Jika keduanaya tidak memungkinkan beri air
kehidupan
b. Rujuk segera.
c. Setiap ikterik yang muncul pada 24 jam pertama adalah patologis dan
dibawah sinar matahari pagi pada jam 7-8 selaam 30 menit/.15 menit
bilirubin dalam tubuh bayi dapat dipecahkan dan menjadi mudah larut dalam air
tanpa harus diubah dulu oleh organ hati. Terapi sinar juga berupaya menjaga kadar
bilirubin agar tak terus meningkat sehingga menimbulkan risiko yang lebih fatal.
Sinar yang digunakan pada fototerapi berasal dari sejenis lampu neon
dengan panjang gelombang tertentu. Lampu yang digunakan sekitar 12 buah dan
disusun secara paralel. Di bagian bawah lampu ada sebuah kaca yang
Sinar yang muncul dari lampu tersebut kemudian diarahkan pada tubuh bayi.
Seluruh pakaiannya dilepas, kecuali mata dan alat kelamin harus ditutup dengan
menggunakan kain kasa. Tujuannya untuk mencegah efek cahaya berlebihan dari
kelaminnya, agar kelak tak terjadi risiko terhadap organ reproduksi itu, seperti
kemandulan.
telentang lalu telungkup agar penyinaran berlangsung merata. Dokter akan terus
mengontrol apakah kadar bilirubinnya sudah kembali normal atau belum. Jika
sudah turun dan berada di bawah ambang batas bahaya, maka terapi bisa
dihentikan. Rata-rata dalam jangka waktu dua hari si bayi sudah boleh dibawa
pulang.
peristaltik usus meningkat dan menyebabkan diare. Memang tak semua bayi akan
mengalaminya, hanya pada kasus tertentu saja. Yang pasti, untuk menghindari
terjadinya dehidrasi dan diare, orang tua mesti tetap memberikan ASI pada si
kecil.
2) Terapi obat-obatan
bilirubin yang sifatnya indirect berubah menjadi direct. Ada juga obat-obatan
fototerapi. Jika sudah tampak perbaikan maka terapi obat-obatan ini dikurangi
banyak tidur dan kurang minum ASI sehingga dikhawatirkan terjadi kekurangan
kadar gula dalam darah yang justru memicu peningkatan bilirubin. Oleh karena
itu, terapi obat-obatan bukan menjadi pilihan utama untuk menangani
Jika setelah menjalani fototerapi tak ada perbaikan dan kadar bilirubin
terus meningkat hingga mencapai 20 mg/dl atau lebih, maka perlu dilakukan
kerusakan sel saraf otak (kern ikterus). Efek inilah yang harus diwaspadai karena
gangguan penglihatan dan pendengaran. Untuk itu, darah bayi yang sudah
Proses tukar darah akan dilakukan bertahap. Bila dengan sekali tukar
terapi transfusi bisa berhenti. Tapi bila masih tinggi maka perlu dilakukan proses
tranfusi kembali. Efek samping yang bisa muncul adalah masuknya kuman
penyakit yang bersumber dari darah yang dimasukkan ke dalam tubuh bayi. Meski
begitu, terapi ini terbilang efektif untuk menurunkan kadar bilirubin yang tinggi.
dijemur di bawah sinar matahari pagi antara 7-9 pagi selama 15 menit. Sinar
menjadi bilirubin yang lebih mudah dibuang. Selain itu, matahari pagi berguna
rumah sakit. Caranya, bayi dijemur selama setengah jam dengan posisi yang
jam kemudian telungkup. Lakukan antara jam 7.00 sampai 9.00. Inilah waktu
dimana sinar surya efektif mengurangi kadar bilirubin. Di bawah jam tujuh, sinar
Hindari posisi yang membuat bayi melihat langsung ke matahari karena dapat
bersih.
Bilirubin juga dapat pecah jika bayi banyak mengeluarkan feses dan urin.
Untuk itu bayi harus mendapatkan cukup ASI. Seperti diketahui, ASI memiliki
zat-zat terbaik bagi bayi yang dapat memperlancar buang air besar dan kecilnya.
Akan tetapi, pemberian ASI juga harus di bawah pengawasan dokter karena pada
beberapa kasus, ASI justru meningkatkan kadar bilirubin bayi (breast milk
saat ini.
Yang pasti, kejadian ini biasanya muncul di minggu pertama dan kedua
setelah bayi lahir dan akan berakhir pada minggu ke-3. Biasanya untuk sementara
ibu tak boleh menyusui bayinya. Setelah kadar bilirubin bayi normal, baru boleh
disusui lagi.