Anda di halaman 1dari 16

SATUAN ACARA PENYULUHAN

GASTROENTERITIS : PENANGANAN DAN PENCEGAHAN

DI RUANG INAP INFEKSI RSUD DR. SOEDARSO


PONTIANAK

Disusun Oleh:

JUNAIDI
NIM:SNR152100004

PROGRAM STUDI NERS TAHAP PROFESI

SEKOLAH TINGGI ILMUJ KEPERAWATAN


MUHAMMADIYAH

PONTIANAK

2017
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

Pokok Bahasan : Gastroenteritis :Penaganan dan Pencegahan

Sasaran : Keluarga dan pengunjung R F (Ruang Infeksi) RSUD Dr.


Soedarso

Hari/Tanggal : Selasa, 21 Maret 2017

Tempat : Ruang Rawat Inap Infeksi (F) RSUD Dr. Soedarso

Pelaksana : Mahasiswa Program Profesi Ners STIK Muhammadiyah


Pontianak

Waktu : 15.00 WIB

A. Tujuan
1. Tujuan instruksional umum
Setelah dilakukan peyuluhan kesehatan, diharapkan pasien, keluarga
pasien dan pengunjung pasien di RSUD Dr. Soedarso Pontianak
mengerti dan memahami tentang perawatan pada pasien dengan
Gastroenteritis
2. Tujuan instruksional khusus
Setelah mengikuti penyuluhan keseatan selama 1 x 30 menit
diharapkan keluarga dan pengunjung pasien di ruang rawat inap Seruni
B mampu :
1) Memahami tentang pengertian Gastroenteritis
2) Menyebutkan penyebab Gastroenteritis
3) Menyebutkan manifestasi klinis Gastroenteritis
4) Menyebutkan komplikasi Gastreoenteritis
5) Menyebutkan cara mencegah Stroke
6) Menyebutkan Perawatan yang dilakukan dirumah pasca stroke
B. Materi Penyuluhan
1. Pengertian Gastroenteritis
2. Penyebab Gastroenteritis
3. Manifestasi Gastroenteritis
4. Komplikasi Gastroenteritis
5. Cara mencegah Gastroenteritis
6. Perawatan yang dilakukan Gastroenteritis

C. Metode
1. Ceramah
2. Diskusi

D. Media
1. Flifchart
2. leaflet

E. Kegiatan Penyuluhan

Tahapan dan
No Kegiatan Pendidikan PJ/Pelaksana
Waktu
1 5 menit sebelum Petugas menyiapkan Peserta penyuluhan
acara dimulai daftar hadir, ruangan dan mengisi daftar hadir dan
tempat untuk peserta duduk di tempat yang
penyuluhan telah disediakan
2 Pendahuluan 5 Pembukaan:
menit 1. Mengucapkan salam 1. Menjawab salam
dan memperkenalkan
diri
2. Menyampaikan tujuan 2. Mendengarkan tujuan
dan maksud dan maksud dari
penyuluhan penyuluhan
3. Menjelaskan kontrak 3. Mendengarkan
waktu dan mekanisme kontrak waktu
4. Menyebutkan materi
penyuluhan 4. Mendengarkan materi
penyuluhan yang
diberikan
3 Pelaksanaan Pelaksanaan:
kegiatan 15 1. Menggali pengetahuan 1. Menjelaskan apabila
menit dan pengalaman mengetahui tentang
sasaran tentang Gastroenteritis
Gastroenteritis
2. Menjelaskan materi
meliputi : 2. Mendengarkan materi
a. Pengertian penyuluhan yang
Gastroenteritis disampaikan
b. Penyebab
Gastroenteritis
c. Manifestasi
Gastroenteritis
d. Komplikasi
Gastroenteritis
e. Cara mencegah
Gastroenteritis
f. Perawatan yang
dilakukan
Gastroenteritis

3. Memberikan
kesempatan peserta
untuk mengajukan 3. Peserta penyuluhan
pertanyaan mengenai mengajukan
materi yang pertanyaan mengenai
disampaikan materi yang belum
dipahami
4. Menjawab pertanyaan
yang diajukan oleh
peserta penyuluhan
4. Mendengarkan dan
memperhatikan
jawaban penyaji
mengenai pertanyaan
peserta penyuluhan
4 Penutup 5 menit Evaluasi:
1. Menanyakan kembali 1. Peserta penyuluhan
materi yang telah menjawab
disampaikan pertanyaan yang
diajukan oleh penyaji
2. Penyaji menyimpulkan
materi yang telah 2. Peserta penyuluh
disampaikan mendengarkan
kesimpulan materi
3. Penyuluh membagikan yang disampaikan
leaflet kepada semua 3. Peserta penyuluhan
peserta penyuluhan menerima leaflet

F. Pengorganisasian
1. Pembimbing Akademik : Almumtahanah, S. Kep., Ns., M. Kep
2. Pembimbing Klinik : Juliana, A.Md.Kep
3. Penyaji : Junaidi

G. Job Description
1. Penyaji
Menggali pengetahuan pasien dan keluarga pasien tentang
Gastroenteritis
Menyampaikan materi untuk peserta penyuluhan agar bisa
memahami hal-hal tentang isi, makna dan maksud dari
penyuluhan
H. Setting tempat

Flipchart

Penyaji

P P

P P

Pembimbing

Keterangan :

P : Peserta penyuluhan (pasien dan keluarga pasien)

I. Kriteria Evaluasi
1. Kriteria struktur
a. Kontrak waktu dan tempat diberikan 1 hari sebelum acara
dilakukan
b. Pengumpulan SAP sebelum pelaksanaan penyuluhan
c. Peserta hadir pada tempat yang telah ditentukan
d. Penyelenggaraan penyuluhan dilakukan oleh mahasiswa
e. Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilakukan sebelum
dan saat penyuluhan dilaksanakan
2. Kriteria Proses
a. Peserta antusias terhadap materi penyuluhan
b. Peserta mengikuti kegiatan sesuai dengan aturan yang telah
dijelaskan
c. Peserta mendengarkan dan memperhatikan penyuluhan
d. Pelaksanaan kegiatan sesuai POA
e. Pengorganisasian berjalan sesuai dengan job description
3. Kriteria Hasil
a. Peserta yang datang sejumlah 4 orang atau lebih
b. Ada umpan balik positif dari peserta seperti dapat menjawab
pertanyaan yang diajukan pemateri
c. Peserta mampu menjawab dengan benar

J. Referensi
Al-Thani, A., Boris, M., Al-Lawati, N. Dan Al-Dhahry. S., 2013.
Characterising the aetiology of severe acute gastroenteritis among
patients visiting a hospital in Qatar using real-time polymerase chain
reaction. BMC infectious Disease, 13 : 329
Bresee, J. S., et al., 2012. The Etiology of Severe Acute Gastroenteritis
Among Adults Visiting Emergency Departments in the United States.
The Journal of Infectious Disease. 205 : 1374-1381.
Chow, C. M., Leung, A. K. C., Hon, K. L., 2010. Acute Gastroenteritis :
From Guideline to Real Life. Clinical and Experimental
Gastroenterology,3:97-112
Dinarello, C. A., Porat, R., 2012. Fever and Hyperthermia. Dalam : Longo,
D. L., Fauci, A. S., Kasper, D. L., Hauser, S. L., Jameson, J. L.,
Loscalzo, J. (eds). 2012.
Hasler, W. L., 2012. Nausea, Vomiting, and Indigestion. Dalam : Longo,
D. L., Fauci, A. S., Kasper, D. L., Hauser, S. L., Jameson, J. L.,
Loscalzo, J. (eds). 2012.
Kementerian Kesehatan RI, 2011. Situasi diare di Indonesia. Jendela Data
dan Informasi Kesehatan. Jakarta : Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia.
Noerasid, H., Suraatmadja, S. Dan Asnil, P.O., 1988. Gasteroenteritis
(Diare) Akut. Dalam : Suharyono, Boediarso, A., Halimun, E.M.
(eds). 1988. Gasteroenterologi Anak Praktis. Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, Jakarta : 51-76.
Prewitt, E. M., 2005. Fever : Facts, Fiction, Pathophysiology. Critical
Care Nurse. Ohio : Summa Health System.
Simadibrata K, M., Daldiyono, 2009. Diare Akut. Dalam : Sudoyono, A.
W., Setiyohadi, B., Alwi, I., Simadibrata K, M., Setiasi, S. (eds). 2009.
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Interna Publishing, Jakarta : 548-
556.
Wilhelmi, I., Roman, E., Sanchez-Fauquier, A., 2003. Virus Causing
Gasteroenteritis. Clinical Microbiology dan Infection. 9 : 247-262.
WGO, 2012. Acute Diarrhea in Adults and Children : A Global
Perspective. World Gastroenterology Organization.
Lampiran

MATERI PENYULUHAN

GASTROENTERITIS : PENANGANAN DAN PENCEGAHAN

A. Definisi
Gastroenteritis adalah adanya inflamasi pada membran mukosa
saluran pencernaan dan ditandai dengan diare dan muntah (Chow et al.,
2010).
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair
atau setengah cair(setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari
biasanya lebih dari 200 gram atau 200 ml/24 jam (Simadibrata K et al., 2009).
B. Epidemiologi
Gastroenteritis akut merupakan salah satu penyakit yang sangat
sering ditemui. Penyakit ini lebih sering mengenai anak-anak. Anak-anak di
negara berkembang lebih beresiko baik dari segi morbiditas maupun
mortalitasnya.Penyakit ini mengenai 3-5 miliar anak setiap tahun dan
menyebabkan sekitar 1,5-2,5 juta kematian per tahun atau merupakan 12 %
dari seluruh penyebab kematian pada anak-anak pada usia di bawah 5 tahun
(Chow et al., 2010).
Pada orang dewasa, diperkirakan 179 juta kasus gastroenteritis akut
terjadi setiap tahun, dengan angka rawat inap 500.000 dan lebih dari 5000
mengalami kematian (Al-Thani et al., 2013).
Secara umum , negara berkembang memiliki angka rawat inap
yang lebih tinggi dibandingkan dengan negara maju. Ini dimungkinkan
berdasarkan fakta bahwa anak-anak di negara maju memiliki status gizi dan
layanan kesehatan primer yang lebih baik (chow et al., 2010).
Di Indonesia pada tahun 2010 diare dan gastroenteritis oleh
penyebab infeksi tertentu masih menduduki peringkat pertama penyakit
terbanyak pada pasien rawat inap di Indonesia yaitu sebanyak 96.278 kasus
dengan angka kematian (Case Fatality Rate/CFR) sebesar 1,92% (kemenkes
RI, 2012).

C. Etiologi
Penyakit gastroenteritis dapat disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu :
1. Faktor infeksi
a. Virus
Sejak tahun 1940-an, virus sudah dicurigai sebagai
penyebab penting dari gastroenteritis. Tetapi peranannya belum jelas
sampai Kapikian et al. (1972) mengidentifikasi adanya virus (Norwalk
virus) pada feses sebagai penyebab gastroenteritis. Satu tahun
kemudian, Bishop et al., mengobservasi keberadaan rotavirus pada
mukosa usus anak dengan gastroenteritis, dan pada tahun 1975,
astrovirus dan adenovirus diidentifikasi pada feses anak yang
mengalami diare akut. Sejak saat itu, jumlah virus yang dihubungkan
dengan gastroenteritis akut semakin meningkat (Wilhelmi et al., 2003).
b. Bakteri
Infeksi bakteri menyebabkan 10%-20% kasus
gastroenteritis. Bakteri yang paling sering menjadi penyebab
gastroenteritis adalah Salmonella species,Campylobacter species,
Shigella species and Yersina species (chow et al., 2010).
2. Faktor makanan
a. Malabsorbsi
1) Malabsorbsi karbohidrat
2) Malabsorbsi lemak : terutama Long Chain Triglyceride
3) Malabsorbsi protein : asam amino, B laktoglobulin
4) Malabsorbsi vitamin dan mineral (Noerasid dan Asnil, 1988)
b. Keracunan makanan
Makanan yang beracun (mengandung toksin bakteri) merupakan
salah satu penyebab terjadinya diare. Ketika enterotoksin terdapat pada
makanan yang dimakan, masa inkubasi sekitar satu sampai enam jam.
Ada dua bakteri yang sering menyebabkan keracunan makanan yang
disebabkan adanya toksin yaitu:
D. Gambaran Klinis
Manifestasi klinis penyakit gastroenteritis bervariasi. Berdasarkan
salah satu hasil penelitian yang dilakukan pada orang dewasa, mual(93%),
muntah(81%) atau diare(89%), dan nyeri abdomen(76%) adalah gejala yang
paling sering dilaporkan oleh kebanyakan pasien. Tanda-tanda dehidrasi
sedang sampai berat, seperti membran mukosa yang kering, penurunan turgor
kulit, atau perubahan status mental, terdapat pada <10 % pada hasil
pemeriksaan. Gejala pernafasan, yang mencakup radang tenggorokan, batuk,
dan rinorea, dilaporkan sekitar 10% (Bresee et al., 2012). Beberapa gejala
klinis yang sering ditemui adalah :
1. Diare
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair
atau setengah cair(setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari
biasanya lebih dari 200 gram atau 200 ml dalam 24 jam (Simadibrata K et
al., 2009). Pada kasus gastroenteritis diare secara umum terjadi karena
adanya peningkatan sekresi air dan elektrolit.
2. Mual dan Muntah
Muntah diartikan sebagai adanya pengeluaran paksa dari isi
lambung melalui mulut. Pusat muntah mengontrol dan mengintegrasikan
terjadinya muntah. Lokasinya terletak pada formasio retikularis lateral
medulla oblongata yang berdekatan dengan pusat-pusat lain yang
meregulasi pernafasan, vasomotor, dan fungsi otonom lain. Pusat-pusat ini
juga memiliki peranan dalam terjadinya muntah. Stimuli emetic dapat
ditransmisikan langsung ke pusat muntah ataupun melalui chemoreceptor
trigger zone (chow et al., 2010).
Muntah dikoordinasi oleh batang otak dan dipengaruhi oleh respon
dari usus, faring, dan dinding torakoabdominal. Mekanisme yang
mendasari mual itu sendiri belum sepenuhnya diketahui, tetapi diduga
terdapat peranan korteks serebri karena mual itu sendiri membutuhkan
keadaan persepsi sadar (Hasler, 2012).
Mekanisme pasti muntah yang disebabkan oleh gastroenteritis
belum sepenuhnya diketahui. Tetapi diperkirakan terjadi karena adanya
peningkatan stimulus perifer dari saluran cerna melalui nervus vagus atau
melalui serotonin yang menstimulasi reseptor 5HT3 pada usus. Pada
gastroenteritis akut iritasi usus dapat merusak mukosa saluran cerna dan
mengakibatkan pelepasan serotonin dari sel-sel chromaffin yang
selanjutnya akan ditransmisikan langsung ke pusat muntah atau melalui
chemoreseptor trigger zone. Pusat muntah selanjutnya akan mengirimkan
impuls ke otot-otot abdomen, diafragma dan nervus viseral lambung dan
esofagus untuk mencetuskan muntah (chow et al, 2010).
3. Nyeri perut
Banyak penderita yang mengeluhkan sakit perut. Rasa sakit perut
banyak jenisnya. Hal yang perlu ditanyakan adalah apakah nyeri perut
yang timbul ada hubungannnya dengan makanan, apakah timbulnya terus
menerus, adakah penjalaran ke tempat lain, bagaimana sifat nyerinya dan
lain-lain. Lokasi dan kualitas nyeri perut dari berbagai organ akan berbeda,
misalnya pada lambung dan duodenum akan timbul nyeri yang
berhubungan dengan makanan dan berpusat pada garis tengah epigastrium
atau pada usus halus akan timbul nyeri di sekitar umbilikus yang mungkin
sapat menjalar ke punggung bagian tengah bila rangsangannya sampai
berat. Bila pada usus besar maka nyeri yang timbul disebabkan kelainan
pada kolon jarang bertempat di perut bawah. Kelainan pada rektum
biasanya akan terasa nyeri sampai daerah sakral (Sujono Hadi, 2002).
4. Demam
Demam adalah peninggian suhu tubuh dari variasi suhu normal
sehari-hari yang berhubungan dengan peningkatan titik patokan suhu ( set
point ) di hipotalamus (Dinarello dan Porat, 2012). Temperatur tubuh
dikontrol oleh hipotalamus. Neuron-neuron baik di preoptik anterior
hipotalamus dan posterior hipotalamus menerima dua jenis sinyal, satu
dari saraf perifer yang mengirim informasi dari reseptor hangat/dingin di
kulit dan yang lain dari temperatur darah. Kedua sinyal ini diintegrasikan
oleh thermoregulatory center di hipotalamus yang mempertahankan
temperatur normal. Pada lingkungan dengan subuh netral, metabolic rate
manusia menghasilkan panas yang lebih banyak dari kebutuhan kita untuk
mempertahankan suhu inti yaitu dalam batas 36,5-37,5C (Dinarello dan
Porat, 2012).
Pusat pengaturan suhu terletak di bagian anterior hipotalamus.
Ketika vascular bed yang mengelilingi hipotalamus terekspos pirogen
eksogen tertentu (bakteri) atau pirogen endogen (IL-1, IL-6, TNF), zat
metabolik asam arakidonat dilepaskan dari sel-sel endotel jaringan
pembuluh darah ini. Zat metabolik ini, seperti prostaglandin E2, melewati
blood brain barrier dan menyebar ke daerah termoregulator hipotalamus,
mencetuskan serangkaian peristiwa yang meningkatkan set point
hipotalamus. Dengan adanya set point yang lebih tinggi, hipotalamus
mengirim sinyal simpatis ke pembuluh darah perifer, menyebabkan
vasokonstriksi dan menurunkan pembuangan panas dari kulit ( Prewitt,
2005).
E. Komplikasi
1. Dehidrasi
Dehidrasi ialah komplikasi yang paling sering terjadi pada
penderita gastroenteritis. Penentuan derajat dehidrasi :
Gejala/Tanda Klasifikasi dehidrasi

Tanpa dehidrasi Ringan-sedang Berat


Keadaan Baik, Sadar Gelisah Letargi/Tidak
Umum sadar
Mata Normal Cekung Sangat cekung
Rasa haus Minum biasa, tidak Sangat haus Tidak bisa
haus minum
Turgor kulit Kembali cepat Kembali lambat Kembali sangat
lambat
( 2 detik)

Catatan :

Pembacaan tabel dari kanan ke kiri.


Kesimpulan derajat dehidrasi ditentukan bila dijumpai 2
gejala/tanda pada kolom yang sama.

Tabel 2.3. Penentuan derajat dehidrasi menurut Maurice King


Bagian tubuh Nilai gejala yang ditemukan
yang diperiksa 0 1 2
Keadaan umum Sehat Gelisah, cengeng, Mengigau, koma
apatis, ngantuk atau syok
Kekenyalan kulit Normal Sedikit kurang Sangat kurang
Mata Normal Sedikit cekung Sangat cekung
Ubun-ubun besar Normal Sedikit cekung Sangat cekung
Mulut Normal Kering Kering dan sianosis
Denyut Kuat < 120 Sedang (120-140) Lemah > 140
nadi/menit

Catatan :
1. Untuk menentukan kekenyalan kulit, kulit perut dijepit antara ibu
jari dan telunjuk selama 30-60 detik, kemudian dilepas. Jika kulit
kembali normal dalam waktu :

1 detik : turgor agak kurang (dehidrasi ringan)


1-2 detik : turgor kurang (dehidrasi sedang)
2 detik : turgor sangat kurang (dehidrasi berat)

2. Berdasarkan skor yang terdapat pada seorang penderita dapat


ditentukan derajat dehidrasinya :
0-2 : dehidrasi ringan

3-6 : dehidrasi sedang

7-12 : dehidrasi berat

3. Pada anak-anak dengan ubun-ubun besar sudah menutup, nilai


untuk ubun-ubun besar diganti dengan banyaknya/ frekuensi
kencing (Noerasid, Suraatmadja dan Asnil, 1988).

2. Gangguan keseimbangan asam basa (Metabolik asidosis)


Metabolik asidosis terjadi karena adanya kehilangan Na-
bikarbonat bersama tinja, adanya ketosis kelaparan akibat metabolisme
lemak tidak sempurna sehingga terjadi penimbunan keton dalam tubuh,
terjadi penimbunan asam laktat, produk metabolisme yang bersifat asam
meningkat karena tidak dapat dikeluarkan oleh ginjal (terjadi
oliguria/anuria), dan terjadinya pemindahan ion Na dari cairan
ekstraseluler ke dalam cairan intraseluler. Secara klinis asidosis dapat
diketahui dengan memperhatikan pernafasan. Pernafasan bersifat cepat,
teratur dan dalam yang disebut pernafasan Kuszmaull (Noerasid,
Suraatmadja dan Asnil, 1988).
3. Hipoglikemia
Gejala-gejala hipoglikemia berupa lemas, apatis, peka rangsang,
tremor, berkeringat, pucat, syok, kejang sampai koma.
4. Gangguan sirkulasi
Sebagai akibat diare dengan/tanpa muntah, dapat terjadi
gangguan sirkulasi darah berupa syok hipovolemik. Akibatnya perfusi
jaringan berkurang dan terjadi hipoksia, asidosis bertambah berat, dapat
mengakibatkan perdarahan dalam otak, kesadaran menurun dan bila
tidak segera ditangani penderita dapat meninggal.
F. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang kita lakukan pada pasien dewasa berdasarkan WGO
Guideline (2012), yaitu :
1. Melakukan penilaian awal
2. Tangani dehidrasi
3. Cegah dehidrasi pada pasien yang tidak terdapat gejala dehidrasi
menggunakan cairan rehidrasi oral, menggunakan cairan yang dibuat
sendiri atau larutan oralit.
4. Rehidrasi pasien dengan dehidrasi sedang menggunakan larutan oralit,
dan pasien dengan dehidrasi berat dengan terapi cairan intravena yang
sesuai
5. Pertahankan hidrasi dengan larutan rehidrasi oral
6. Atasi gejala-gejala lain
7. Lakukan pemeriksaan spesimen tinja untuk analisis
8. Pertimbangkan terapi antimikroba untuk patogen spesifik
G. Pencegahan
Upaya pencegahan yang dapat dilakukan untuk penyakit
gastroenteritis dapat dilakukan melalui berbagai cara salah satunya adalah
dengan pemberian vaksin rotavirus, dimana rotavirus itu sendiri sangat sering
menyebabkan penyakit ini. Selain itu hal lain yang dapat kita lakukan ialah
dengan meningkatkan kebersihan diri dengan menggunakan air bersih
ataupun melaksanakan kebiasaan mencuci tangan dan juga memperhatikan
kebersihan makanan karena makanan merupakan salah satu sumber penularan
virus yang menyebabkan gastroenteritis (WGO, 2012).
2.7. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan yang kita lakukan pada pasien dewasa berdasarkan WGO


Guideline (2012), yaitu :

9. Melakukan penilaian awal

10. Tangani dehidrasi

11. Cegah dehidrasi pada pasien yang tidak terdapat gejala dehidrasi menggunakan cairan
rehidrasi oral, menggunakan cairan yang dibuat sendiri atau larutan oralit.

12. Rehidrasi pasien dengan dehidrasi sedang menggunakan larutan oralit, dan pasien
dengan dehidrasi berat dengan terapi cairan intravena yang sesuai
13. Pertahankan hidrasi dengan larutan rehidrasi oral

14. Atasi gejala-gejala lain

15. Lakukan pemeriksaan spesimen tinja untuk analisis

16. Pertimbangkan terapi antimikroba untuk patogen spesifik

H. Pencegahan

Upaya pencegahan yang dapat dilakukan untuk penyakit gastroenteritis

dapat dilakukan melalui berbagai cara salah satunya adalah dengan pemberian vaksin
rotavirus, dimana rotavirus itu sendiri sangat sering menyebabkan penyakit ini. Selain itu hal
lain yang dapat kita lakukan ialah dengan meningkatkan kebersihan diri dengan
menggunakan air bersih ataupun melaksanakan kebiasaan mencuci tangan dan juga
memperhatikan kebersihan makanan karena makanan merupakan salah satu sumber
penularan virus yang menyebabkan gastroenteritis (WGO, 2012).

A.

Anda mungkin juga menyukai