Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH KELOMPOK

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN DIAGNOSA


MEDIS BRONKITIS

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah I


Dosen Mata Ajar : Ni Ketut Kardiyudiani, M.Kep., Sp.KMB

HALAMAN JUDUL

Disusun oleh:
Kelompok 2
KELAS 2B
Azizur Rofiun Nisa (2920183285)
Bunga Cahya Indah (2920183286)
Desy Ananda Kusuma Astuti (2920183287)
Dhea Rizki Febriyani (2910183288)
Diah Nurma Kusumarini (2920183289)
Dwi Anggun Djibu (2920183290)
Esmi Margiyati (2920183291)
Fajar Suci Ariyani (2920183292)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NOTOKUSUMO


YOGYAKARTA
2019
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan laporan tentang “Bronkitis”.
Laporan ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan laporan ini. Untuk
itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki laporan ini. Akhir kata kami berharap semoga
laporan “Bronkitis” ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap
pembaca.

Yogyakarta, 05 November 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Tujuan .......................................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................. 3
A. Definisi Bronkitis ......................................................................................... 3
B. Etiologi ......................................................................................................... 3
C. Klasifikasi .................................................................................................... 3
D. Manifestasi klinis ......................................................................................... 4
E. Patofisiologi ................................................................................................. 5
F. Pemeriksaan diagnostik ................................................................................ 8
G. Komplikasi ................................................................................................... 8
H. Penatalaksanan ............................................................................................. 9
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN ................................................................ 10
A. Pengkajian Keperawatan ............................................................................ 10
B. Diagnosa Keperawatan............................................................................... 13
C. Nursing Care Plan (NCP) ........................................................................... 14
BAB IV PENUTUP .............................................................................................. 22
A. Kesimpulan ................................................................................................ 22
B. Saran ........................................................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 23

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit paru-paru merupakan penyakit yang tidak asing terjadi di
Indonesia seperti penyakit bronkitis. Bronkitis merupakan peradangan pada
bronkus atau (saluran udara ke paru-paru). Penyakit ini biasanya bersifat ringan
dan pada akhirnya akan sembuh sempurna. Tetapi pada penderita yang
memiliki penyakit menahun (misalnya penyakit jantung atau penyakit paru-
paru) dan pada usia lanjut, bronchitis bias bersifat serius. Secara umum,
bronchitis dibagi menjadi dua jenis, yaitu bronchitis akut dan bronchitis kronis.
Bronchitis akut timbul karena flu atau infeksi lain pada saluran nafas dan dapat
membaik dalam beberapa hari atau beberapa pekan. Sedangkan, bronchitis
kronis yang merupakan iritasi atau radang menetap pada saluran nafas harus
ditangani dengan lebih serius. Seringkali, bronchitis kronis disebabkan karena
rokok (Suryo, 2010). Menurut WHO saat ini penyakit bronkitis diderita oleh
sekitar 64 juta orang di dunia. Penggunaan tembakau, polusi udara dalam atau
luar ruangan dan debu serta zat kimia bahan adalah faktor resiko utama (WHO,
2015; dalam Tina, dkk, 2017).
Di Amerika Serikat prevalensi rate untuk bronchitis kronik adalah berkisar
4,45% atau 12,1 juta jiwa dari populasi perkiraan yang digunakan 293 juta
jiwa. Sedangkan ekstrapolasi (perhitungan) tingkat prevalensibronchitis
kronik di Mongolia berkisar 122.393 orang dari populasi perkiraan yang
digunakan adalah berkisar 2.751.314 juta jiwa. Untuk daerah ASEAN, negara
Thailand salah satu negara yang merupakan angka ekstrapolasi tingkat
prevalensi bronchitis kronik yang paling tinggi yaitu berkisar 2.885.561 jiwa
dari populasi perkiraan yang digunakan sebesar 64.865.523 jiwa, untuk negara
Malaysia berada di sekitar 1.064.404 dari populasi perkiraan yang digunakan
sebesar 23.552.482 jiwa (Rinaldi, 2013; dalam Intan, 2017).

1
Angka kejadian bronchitis di Indonesia sampai saat ini belum diketahui
secara pasti. Namun, bronchitis merupakan salah satu bagian dari Penyakit
Paru Obstruktif Kronik (PPOK) yang terdiri dari bronchitis kronik dan
emfisema atau gabungan dari keduanya (PDPI, 2013; dalam Intan, 2017).
Menurut Rinaldi (2013) dalam Intan (2017) di Indonesia diperkirakan terdapat
4,8 juta pasien PPOK dengan prevalensi 5,6%. Angka ini bisa meningkat
dengan makin banyaknya jumlah perokok karena 90% pasien PPOK adalah
perokok atau mantan perokok.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan dari laporan ini adalah mahasiswa mampu menjelaskan tentang
asuhan keperawatan dengan masalah Bronkitis
2. Tujuan Khusus
a. Mahami pengertian, etiologi, tanda gejala, patofisiologi, dan klasifikasi
dari penyakit bronchitis.
b. Memahami pemeriksaan diagnostic, komplikasi, dan penatalaksanaan
penyakit bronkitis.
c. Memahami asuhan keperawatan penyakit bronkitis meliputi pengkajian,
diagnosa keperawatan, dan intervensi keperawatan.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Bronkitis

Bronkitis digambarkan sebagai inflamasi dari pembuluh bronkus.


Inflamansi menyebabkan bengkak pada permukaannya, mempersempit
pembuluh dan menimbulkan sekresi dari cairan inflamasi. Bronkitis adalah
suatu penyakit yang ditandai adanya dilantasi (ektasis) bronkus lokal yang
bersifat patologis dan berjalan kronik. Perubahan bronkus tersebut disebabkan
oleh perubahan-perubahan dalam dinding bronkus berupa destruksi elemen-
elemen elastis dan otot-otot polos bronkus. Bronkus yang terkena umumnya
bronkus kecil (medium size), sedangkan bronkus besar jarang terjadi. Hal ini
dapat memblok aliran udara ke paru-paru dan dapat merusaknya (Utama,
2018).

B. Etiologi
Bronkitis dapat disebabkan oleh virus, bakteri dan organisme yang
menyerupai bakteri misalnya Mycoplasma Pneumoniae dan Chlamydia.
Bronkitis yang disebabkan oleh virus, bakteri maupun organisme yang
menyerupai bakteri ini dinamakan Bronkitis Infeksiosa. Selain itu, bronkitis
juga dapat disebabkan oleh berbagai jenis debu, asap dari bahan-bahan kimia
dan partikel yang berasal dari polusi udara dan asap rokok (Erlien, 2011).
C. Klasifikasi
Menurut Suryo (2010) klasifikasi penyakit bronkitis diantaranya sebagai
berikut :
1. Bronkitis akut
Bronkritis akut timbul karena flu atau infeksi lain pada saluran
napas dan membaik dalam beberapa hari atau beberapa pekan.

3
2. Bronkitis kronik
Bronkitis kronis yang merupakan iritasi atau radang menetap pada
saluran napas harus ditangani dengan lebih serius. Sering kali, bronkitis
kronis disebabkan karena rokok.

D. Manifestasi klinis
Menurut Erlien (2011) manifestasi klinis penyakit bronkitis diantaranya
sebagai berikut :
1. Penampilan umum : cenderung kurus, sianosis akibat pengaruh sekunder
polisitemia, edema (akibat CHF kanan), dan barrel chest.
2. Batuk kering pada awal mula, kemudian batuk berdahak pada 1-2 hari
selanjutnya dengan dahak berwarna kuning hingga hijau dan kemerahan.
Batuk dapat muncul hingga beberapa minggu.
3. Pada awal gejala ditandai dengan munculnya gejala seperti flu, yaitu
hidung meler, lelah, menggigil, sakit punggung, sakit otot, demam, dan
nyeri tenggorokan.
4. Sesak nafas ketika melakukan aktivitas disertai bunyi nafas mengi saat
batuk.
5. Sakit kepala dan nyeri dada.
6. Gangguan penglihatan.
7. Pipi, telapak tangan, dan atau selaput lendir juga berwarna kemerahan.
8. Demam tinggi selama 3-5 hari.
9. Auskultasi paru terdengar bunyi ronkhi.
10. Pengkajian :
a. Batuk persisten, produksi seperti kopi, dispnea dan seringnya infeksi
pada sistem respirasi.
b. Gejala biasanya timbul pada waktu yang lama.
11. Jantung : pembesaran jantung, corpulmonal, hematokrit > 60%

4
E. Patofisiologi
Serangan bronkitis akut dapat timbul dalam serangan tunggal atau dapat
timbul kembali sebagai eksaserbasi akut dari bronkriti kronis. Pada umumnya
virus merupakan awal dari serangan bronkitis kronis. Pada umumnya virus
merupakan awal dari serangan bronkitis akut pada infeksi saluan napas bagian
atas. Dokter akan mendiagnosis bronkitis kronis jika pasien mengalami batuk
atau mengalami produksi sputum selama kurang lebih 3 bulan dalam 1 tahun
atau paling sedikit dalam 2 tahun berturut-turut.
Serangan bronkitis disebabkan karena tubuh terpapar agen infeksi maupun
non infeksi (terutama rokok). Iritan (zat yang menyebabkan iritasi) akan
meyebabkan timbulnya respon inflamansi yang akan menyebabkan fase
dilatasi, kognestik, edema mukosa, dan bronkosplasme. Tidak seperti
emfisema, bronkitis lebuh mempengaruhi jalan napas kecil dan besar
dibandingkan alveoli. Dalam keadaan bronkitis aliran udara masih
memungkinkan tidak mengalami hambatan. Pasien dengan bronkitis kronis
akan mengalami :
a. Peningkatan umuran dan jumlah kelenjar mukus pada bronkus besar
sehingga meningkatkan produksi mukus.
b. Mukus lebih kental.
c. Kerusakan fungsi siliari yang dapat menurunkan mekanisme
permbersihan mukus.

Pada keadaan normal, paru-paru memiliki kemampuan yang disebut


‘Mucocilliary Defence’, yaitu sistem penjagaan paru-paru yang dilakukan
oleh mukus dan siliari. Pada pasien dengan bronkritis akut, sistem
‘Mucocilliary Defence’ paru-paru mengalami kerusakan sehingga lebih
mudah terserang infeksi. Ketika infeksi timbul, kelenjar mukus akan menjadi
hipertropi dan hiperplastia (ukuran membesar dan jumlah bertambah)
sehingga produksi mukus akan meningkat. Infeksi juga menyebabkan dinding
bronkial meradang, menebal (seringkali sampai dua kali penebalan normal),
dan mengeluarkan mukus kental. Adanya mukus kental dari dinding bronkial

5
dan mukus yang dihasilkan kelenjar mukus dalam jumlah banyak akan
menghambat beberapa aliran udara kecil dan mempersempit saluran udara
besar. Bronkitis kronik mula-mula hanya mempengaruhi bronkus besar
namun lambat laun akan mempengaruhi seluruh saluran napas.
Mokus yang kental dan pembesaran mukus akan mengobstruksi jalan
nafas terutama selama ekspirasi. Jalan nafas selanjutnya mengalami polaps
dan udara terperangkap pada bagian distal dan paru-paru. Obstruksi ini
menyebabkan penurunan ventilasi alveolus, hipoksia, dan asidosis. Pasien
mengalami kekurangan O2 jaringan dari tatio ventilasi perkusi abnormal
timbul dimana terjadi penurunan PO2. Kerusakan ventilasi juga dapat
meningkatkan nilai PCO2 sehingga pasien terlihat sianosis. Sebagai
kompensasi dan hipoksemia, maka terjadi polisitomia (produksi elitrosit
berlebihan).
Pada saat penyakit bertambah parah, sering ditemukan sejumlah sputum
yang hitam, biasanya karna infeksi pulmonary. Selama infeksi, pasien
mengalami reduksi pada FEV dengan peningkatan pada RV dan FRC. Jika
masalah tersebut tidak ditanggulangi, hipoksemia akan timbul yang akhirnya
penyakit cor pulmonal dan CHF (Congestive Heart Failure) (Utama, 2018).

6
Pathway Keperawatan

virus, bakteri, organisme (Bronkitis


Infeksiosa), debu, asap polusi
udara dan asap rokok

Peradangan bronkus

Edema, spasme bronkus,


peningkatan sekret

Penurunan Obstruksi Mual dan Batuk


fungsi silia bronkeolus muntah

Akumulasi Inflamasi alveolus Anoreksia Pengeluaran energy


sekret meningkat

Ketidakefektifa Sesak nafas Penurunan berat Kelemahan fisik


n bersihan badan
jalan nafas

Ketidakefektifa Ketidakseimba Intoleransi


n pola nafas ngan nutrisi : aktivitas
kurang dari
kebutuhan
tubuh

7
F. Pemeriksaan diagnostik
Pemeriksaan diagnotik pada pemeriksaan menurut Utama (2018) :
1. Foto toraks : tidak tampak adanya kelainan atau hanya hyperemia tubular
syahdor atau traun lines terlihat bayangan garis yang paralel, keluar dari
hilus menuju apeks paru. Bayangan tersebut adalah bronkus yang
menebal. Corak paru bertambah.
2. Laboratorium : leukosit >17.500 .
3. Pemeriksaan lainnya yang biasa dilakukan adalah tes fungsi paru dan gas
darah arteri.
4. Analisa gas darah.
a. Pa O2 : rendah (normal ±80-100 mmHg).
b. Pa CO2 : tinggi ( normal 35 ± 45 mmHg).
5. Saturasi hemoglobin menurun

G. Komplikasi
1. Komplikasi yang sering dijumpai pada bronkitis akut menurut Baloguris
(2010) dalam Maulana (2015), yaitu :
a. Otitis
b. Sinusitis merupakan bagian dari komplikasi bronkitis dari saluran
pernapasan
c. Pneumoia dengan atau tanpa atelektasis
d. Bronkitis sering mengalami infeksi berulang biasanya sekunder
terhadap infeksi pada saluran nafas bagian atas
2. Pada bronkitis kronik bisa menimbulkan komplikasi emfisema bila udara
tertahan didalam jaringan paru-paru, karena jaringan yang bersifat elastis
dari sel udara yang halus mengalami degenerasi alveoli, tetap mekar, dan
permukaannya yang seperti membran juga tak dapat menjalankan defusi
gas. Pada asma saluran udara menyempit dan sebagian terhalang oleh
spasmus otot, khususnya ekspirasi sukar. Pada bronkiektasi pipa bronki
mekar dan sering terkena infeksi (Pearce, 2009).

8
H. Penatalaksanan
Penatalaksanaan pada penyaki bronkritis menurut Utama (2018), yaitu :
1. Tindakan keperawatan
Mengontrol batuk dan mengeluarkan lendir, sering mengubah
posisi, banyak minum, istirahat yang cukup, inhalasi, nebulizer, minum
susu atau makanan lain untuk mempertahankan daya tahan tubuh.
Tujuannya untuk mengatasi hipersekresi bronkus, sumbatan jalan nafas,
infeksi bronkus, korpulmanale, dan gagal napas.
2. Tindakan medis
Penatalaksanaan bronkitis dilakukan secara berkesinambungan untuk
mencegah tibulnya penyakit, meliputi:
a. Edukasi, yakni memberikan pemahaman kepada penderita untuk
mengenali gejala dan faktor-faktor pencetus kekambuhan bronkitis.
b. Rehabilitasi medik. Untuk mengobtimalkan fungsi pernafasan dan
mencegah kekambuhan, diantaranya dengan olahraga sesuai usia dan
kemampuan, istirahat dalam jumlah yang cukup, makan makanan
bergizi.
c. Oksigenasi (terapi oksigen).
d. Obat bronkodilator dan mukolitik agar dahak mudah dikeluarkan.
e. Antibiotik, digunakan manakala penderita bronkitis engalami
eksaserbasi oleh infeksi kuman (H. Influenzae, S. Pneumoniae, M.
Catarrhalis). Pemilihan jenis antibiotik ( pilihan pertama, kedua dan
seterusnya) dilakukan oleh dokter berdasarkan hasil pemeriksaan.

9
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian Keperawatan

Pengkajian menurut Manurung (2016) pada Bronkitis berupa :


1. Aktivitas/Istirahat
Demam, malaise, gelisah, insomnia, keletihan, kelemahan umum/
kehilangan massa otot.
2. Sirkulasi
Peningkatan frekuensi jantung/takikardia, sianosis, pucat, peningkatan
tekanan darah, distensi vena leher.
3. Makanan/cairan
Nafsu makan berkuang, penurunan berat badan, turgor kulit buruk,
mual/muntah, penurunan berat badan, palpitasi abdomen
4. Hygiene
Kebersihan diri buruk, bau badan.
5. Pernafasan
Dispneu, nafas pendek, batuk yang produktif, bunyi nafas tambahan :
ronkhi, perkusi paru hiperresonan,
6. Seksualitas
Penurunan libido
7. Interaksi sosial
Ketidakmampuan mempertahankan suara akibat distress pernafasan,
keterbatasan mobilitas fisik.
8. Keamanan
Nyeri dada, demam, pilek

10
Anamnesis menurut Muttaqin (2008) dalam Himawari (2017) sebagai
berikut :
1. Riwayat Penyakit Saat Ini
a) Riwayat penyakit saat ini
Pada klien dengan bronkhitis bervariasi tingkat keparahan dan
lamanya. Bermula dari gejala batuk-batuk saja, hingga penyakit
akut dengan manifestasi klinis yang berat. Sebagai tanda-tanda
terjadinya toksemia klien dengan bronkitis sering mengeluh
malaise, demam, badan terasa lemah, banyak berkeringat,
takikardia, dan takipnea. Sebagai tanda terjadinya iritasi, keluhan
yang didapatkan terdiri atas batuk, ekspektorasi atau peningkatan
produksi sekret, dan rasa sakit dibawah sternum. Penting
ditanyakan oleh perawat mengenai obat-obat yang telah atau biasa
diminum oleh klien untuk mengurangi keluhannya dan mengkaji
kembali apakah obat-obat tersebut masih relevan untuk dipakai
kembali.
b) Riwayat Penyakit Dahulu
Pada pengkajian riwayat kesehatan terdahulu sering kali klien
mengeluh pernah mengalami infeksi saluran pernafasan bagian atas
dan adanya riwayat alergi pada pernafasan atas. Perawat harus
memerhatikan dan mencatatnya baik-baik.
c) Pengkajian Psiko-sosio-spiritual
Pada pengkajian psikologis klien dengan bronkitis didapatkan klien
sering mengalami kecemasan. Kaji pengetahuan klien dan keluarga
tentang pengobatan yang diberikan (nama, cara kerja, frekuensi,
efek samping, dan tanda- tanda terjadinya kelebihan dosis).
Pengobatan nonfarmakologi (nonmedicinal interventions) seperti
olahraga secara teratur serta mencegah kontak dengan alergen atau
iritan (jika diketahui penyebab alergi), sistem pendukung (support
system), kemauan, dan tingkat pengetahuan keluarga.
d) Pemeriksaan Fisik

11
1) Keadaan umum dan tanda-tanda vital Hasil pemerikaan tanda-
tanda vital pada klien dengan bronkitis biasanya didapatkan
adanya peningkatan suhu tubuh lebih dari 40°C, frekuensi
napas meningkat dan normal, nadi biasanya meningkat seirama
dengan peningkatan suhu tubuh dan frekuensi pernafasan, serta
biasanya tidak ada masalah dengan tekanan darah.
2) B1 (Breathing)
(a) Inspeksi : Klien biasanya mengalami peningkatan usaha dan
frekuensi pernafasan, biasanya menggunakan otot bantu
pernafasan. Pada kasus bronkitis kronis, bentuk dada barrel
atau tong. Gerakan pernafasan masih simetris. Hasil
pengkajian lainnya menunjukkan klien juga mengalami
batuk yang produktif dengan sputum purulen berwarna
kuning kehijauan sampai hitam kecoklatan karena
bercampur darah.
(b) Palpasi : Taktil fremitus biasanya normal.
(c) Perkusi : Hasil pengkajian perkusi menunjukkan adanya
bunyi resonan pada seluruh lapang paru.
(d) Auskultasi : Jika abses terisi penuh dengan cairan pus
akibat drainase yang buruk, maka suara napas melemah.
Jika bronkus paten dan drainasenya baik ditambah adanya
konsolidasi di sekitar abses, maka akan terdengar suara
bronkhial dan ronkhi basah.
3) B2 (Blood)
Sering didapatkan adanya kelemahan fisik secara umum.
Denyut nadi takikardi. Tekanan darah biasanya normal. Bunyi
jantung tambahan biasanya tidak didapatkan. Batas jantung
tidak mengalami pergeseran.
4) B3 (Brain)
Tingkat kesadaran klien biasanya compos mentis apabila tidak
ada komplikasi penyakit yang serius.

12
5) B4 (Bladder)
Pengukuran volume output urine berhubungan erat dengan
intake cairan. Oleh karena itu, perawat perlu memonitor adanya
oliguria yang merupakan salah satu tanda awal syok.
6) B5 (Bowel)
Klien biasanya sering mengalami mual dan muntah, penurunan
nafsu makan, dan penurunan berat badan.
7) B6 (Bone)
Kelemahan dan kelelahan fisik, secara umum sering
menyebabkan klien memerlukan bantuan orang lain untuk
memenuhi kebutuhan aktivitas sehari-hari.

B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan menurut NANDA 2018-2020 :
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas (00031) berhubungan dengan mucus
berlebihan
2. Ketidakefektifan pola nafas (00032) berhubungan dengan hiperventilasi :
bronkostiksi
3. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh (00002)
berhubungan dengan asupan diet kurang
4. Intoleransi aktivitas (00092) berhubungan dengan ketidakseimbangan
antara suplai dan kebutuhan oksigen

13
C. Nursing Care Plan (NCP)

No Diagnose Tujuan Intervensi Rasional


1. Ketidakefektifan Status pernafasan : Penghisapan lendir 1. Suksion dapat digunakan untuk membantu
bersihan jalan ventilasi (0403) pada jalan nafas (3160) mengeluarkan sekret atau sputum lebih cepat terutama
nafas (00031) Status pernafasan : 1. Tentukan perlunya untuk penumpukan skret atau sputum yang sudah
berhubungan kepatenan jalan nafas suksion mulut atau berlebih
dengan mucus (0410) trachea 2. Auskultasi sebelum dan sesudah suksion digunakan
berlebihan 2. Auskultasi suara untuk memonitor suara napas dan pola napas
Kriteria Hasil : nafas sebelum dan 3. Keluarga mengerti dengan tujuan tindakan suksion
1. Mendemonstrasikan sesudah suksion sehingga keluarga tidak kaget terhadap tindakan yang
batuk efektif dan 3. Informasikan kepada dilakukan
suara nafas yang pasien dan keluarga 4. Menarik napas dalam sebelum suksion mencegah
bersih, tidak ada tentang pentingnya timbulnya hipoksemia
sianosis dan tindakan suksion 5. Setelah dilakukan suksion diharapakan pasien dapat
dyspneu (mampu 4. Instruksikan kepada beristirahat dan bernapas lebih nyaman
mengeluarkan pasien untuk menarik 6. Status oksigenasi pasien menunjukkan pasien
sputum, mampu nafas dalam sebelum mengalami kesulitan dalam bernapas atau tidak
bernafas dengan suksion dilakukan 7. Posisi yang nyaman memudahkan pasien dalam

14
mudah, tidak ada 5. Anjurkan pasien bernapas dan memaksimalkan ventilasi
pursed lips) untuk istirahat dan 8. Fisioterapi dada bertujuan untuk membantu
2. Menunjukkan jalan nafas dalam setelah mengeluarkan sekret atau sputum pada saluran
nafas yang paten selang suksion pernapasan pasien
(klien tidak merasa dikeluarkan 9. Batuk efektif merupakan metode batuk yang benar
tercekik, irama 6. Monitor status sehingga pasien dapat menghemat energi dan tidak
nafas, frekuensi oksigen pasien mudah Lelah dalam mengeluarkan dahak secara
pernafasan dalam Manajemen jalan nafas maksimal
rentang normal, (3140) 10. Teknik napas bertujuan untuk memingkatkan ventilasi
tidak ada suara 7. Posisikan pasien alveoli dan meningkatkan efisiensi batuk
nafas abnormal) untuk 11. Auskultasi suara napas dilakukan untuk mengetahu
3. Mampu memaksimalkan ada atau tidaknya keabnormalan pada irama maupun
mengidentifikasika ventilasi suara pernapasan pasien
n dan mencegah 8. Lakukan fisioterapi 12. Bronkodilator merupakanobat yang bekerja untuk
faktor yang dapat dada melebarkan bronkus dan merelaksasi otot-otot pada
menghambat jalan 9. Lakukan batuk saluran pernapasan sehingga proses bernapsaa lebih
nafas efektif lancer dan ringan.
10. Ajarkan pasien untuk
bernafas pelan dan

15
dalam
11. Auskultasi suara
nafas, catat adanya
suara nafas tambahan
12. Kelola pemberian
bronkodilator

Ketidakefektifan Status respirasi Manajemen Jalan 1. Suara nafas tambahan mengindikasikan keabnormalan
pola nafas (00032) vemtilasi(0403) Napas (3140) paru
berhubungan Status pernapasan : 1. Auskultasi suara 2. Pemberian posisi dapat memaksimalkan pertukaran
dengan kepatenan jalan napas, catat gas
hiperventilasi : napas (0410) adanya suara 3. Penurunan saturasi oksigen dapat menunjukkan
bronkostiksi Tanda-tanda vital napas tambahan perubahan status kesehatan pasien yang menyebabkan
(0802) 2. Posisikan pasien hipoksemia
Kriteria hasil : untuk 4. Pemberian oksigen dapat mencegah perburukan
1. Tidak ada memaksimalkan penyakit.
suara napas ventilasi 5. Kelancaran aliran oksigenasi membantu pasien
tambahan 3. Monitor status menerima O2 secara maksimal
2. Irama pernapasan dan 6. Respon pasien mengidentifikasikan keberhasilan terapi

16
pernapasan oksigenasi oksigen yang diberikan
vesikuler Terapi oksigen (3320) 7. pernafasan tidak teratur yang menunjukan adanya
3. Tidak ada 4. Berikan terapi O2 kerusakan otot bagian bawah dan depresi pernafasan
dipsnea dengan nasal
4. Frekuensi kanul
pernapasan 5. Monitor aliran
dalam renang oksigen
normal 6. Monitor adanya
5. Tidak ada kecemasan
pernapasan pasien terhadap
cuping hidung oksigenasi
Monitor tanda-tanda
vital (6680)
7. Monitor
frekuensi dan
irama napas
pasien

17
Ketidakseimbangan Nafsu makan (1014) Manajemen nutrisi 1. Asupan gizi berpengaruh pada kesehatan dan kondisi
nutrisi : kurang Status nutrisi (1004) (1100) tubuh pasien
dari kebutuhan Criteria hasil : 1. Monitor kalori dan 2. Dengan hasil yang akan didapat dapat digunakan
tubuh (00002) 1. Nafsu makan asupan makanan untuk menyesuaikan asupan makan yang diberikan dan
berhubungan meningkat 2. Kaji adanya alergi menghindari adanya alergi yang mungkin terjadi
dengan asupan diet 2. Ada keinginan makanan pada 3. Informasi yang cukup mendukung intake nutrisi yang
kurang mencari makanan pasien adekuat sesuai kebutuhan yang diperlukan
3. Berat badan ideal 3. Berikan informasi 4. Menentukan kebutuhan asupan yang sesuai dengan
4. Status hidrasi baik tentang kebutuhan kondisi klien
nutrisi 5. berat badan memberikan gambaran mengenai
4. Kolaborasikan kecukupan jumlah zat gizi makro dan mikro yang ada
dengan ahli gizi di dalam tubuh.
dalam kebutuhan 6. Asupan cairan dan nutrisi yang baik akan berbanding
diet pasien lurus terhadap kondisi kulit pasien
7. Kondisi tertentu dapat mengubah pola makan dan
tercukupi atau tidaknya kebutuhan nutrisi dan cairan
klien
8. Perubahan nafsu makan menunjukkan asupan
makanan pasien

18
Monitor Nutrisi (1160) 9. Pengukuran antropometrik salah satu dasar penentuan
5. Monitor status gizi
kecenderungan
terjadinya
penurunan atau
peningkatan berat
badan
6. Monitor turgor kulit
7. Monitor adanya
mual/muntah
8. Identifikasi
perubahan nafsu
makan
9. Lakukan
pengukuran
antropometrik pada
komposisi tubuh
(BB,TB,IMT)

19
Intoleransi Konservasi energy Peningkatan latihan : 1. mengetahui batasan toleransi latihan yang dapat
aktivitas (00092) (0002) peregangan (0202) dilakukan pasien
berhubungan Toleransi terhadap Peningkatan latihan 2. menghindari aktivitas yang dapat memperburuk
dengan aktivitas (0005) (0200) keadaan pasien
ketidakseimbangan Perawatan diri : 1. Monitor toleransi 3. informasi yang cukup membantu pasien memahami
antara suplai dan aktivitas sehari-hari latihan (misalnya efek yang didapatkan setelah latihan yang dilakukan
kebutuhan oksigen (0300) sesak nafas) 4. menentukan aktivitas dan latihan yang sesuai dengan
Kriteria Hasil : selama latihan kondisi pasien
1. Berpartisipasi dalam 2. Instruksikan
aktivitas fisik tanpa pasien terkait
disertai peningkatan dengan tipe
tekanan darah, nadi aktivitas fisik
dan RR yang sesuai
2. Mampu melakukan dengan derajat
aktivitas sehari-hari kesehatannya
(ADLs) secara 3. Informasikan
mandiri pasien mengenai
3. Tanda-tanda vital manfaat
normal kesehatan dan

20
4. Mampu berpindah: efek fisiologis
dengan atau tanpa latihan
bantuan alat 4. Kolaborasikan
5. Sirkulasi status baik dengan dokter
6. Status respirasi : dan atau ahli
pertukaran gas dan terapi fisik terkait
ventilasi adekuat tipe aktivitas fisik
yang sesuai
dengan derajat
kesehatannya

21
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Bronkitis merupakan peradangan yang terjadi pada bronkus disebabkan
oleh virus, bakteri, dan organisme seperti Mycoplasma Pneumoniae dan
Chlamydia dan terjadinya akumulasi mukus. Penyakit ini ditandai dengan
batuk, sesak nafas, sakit kepala, demam selama 3-5 hari. Bronchitis yang
tidak tertangani dengan baik dapat menimbulkan komplikasi seperti otitis,
sinusitis, pneumoia, emfisema.
B. Saran
1. Bagi Mahasiswa
Diharapkan mahasiswa agar dapat meningkatkan pengetahuannya
tentang penyakit bronkitis dan juga dapat eningkatkan kemampuannya
dalam pembuatan asuhan keperawatan pada pasien dengan diagnosa
medis bronkitis.
2. Bagi Perawat
Diharapkan perawat dapat meningkatkan keterampilan dan
pengetahuan dalam memberi asuhan keperawatan sehingga dapat
memberikan asuhan keperawatan yang optimal pada pasien bronkitis.

22
DAFTAR PUSTAKA

Erlien. 2011. PENYAKIT SALURAN PERNAFASAN. Jakarta : PT Sunda


Kelapa Pustaka.

Himawari, Imelda. 2017. ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.S DAN Tn.S


YANG MENGALAMI BRONKITIS KRONIS DENGAN
KETIDAKEFEKTIFAN BERSIHAN JALAN NAPAS DI RSUD
KARANGANYAR. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kusuma Husada :
Keperawatan

Intan, Nur. 2017 ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN YANG MENGALAMI


BRONCHITIS DENGAN MASALAH KEPERAWATAN
KETIDAKEFEKTIFAN BERSIHAN JALAN NAFAS DI RUMAH
SAKIT BHAYANGKARA MAKASSAR. Akademi Keperawatan
Mappa Oudang: Keperawatan.

Manurung. 2016. Aplikasi Asuhan Keperawatan Sistem Respiratory. Jakarta : CV.


Trans Info Media.

Maulana, Galih Malik. 2015. PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA


KASUS BRONKITIS AKUT DI RS PKU MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA. Universitas Muhammadiyah Surakarta: Fakulitas Ilmu
Kesehatan.

Pearce, Evelyn C. 2009. “ANATOMI DAB FISIOLOGI UNTUK PARAMEDIS”.


Jakarta: PT Gramedia Pustaka Umum.

Suryo, Joko. 2010. Herbal Penyembuhan Gangguan Sistem Pernafasan.


Yogyakarta : B First.

Tina, Lymbran, dkk. 2017. ANALISIS FAKTOR RESIKO KEJADIAN


PENYAKIT BRONKITIS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
MEKAR 2016. Jurnal Ilmiah Praktis Kesehatan Masyarakat Sulawesi
Tenggara. 2(1): 12.

23
Utama, Saktya Yudha Ardhi. 2018. BUKU AJAR KEPERAWATAN MEDIKAL
BEDAH SISTEM RESPIRASI. Yogyakarta : Deepublish.

24

Anda mungkin juga menyukai