Anda di halaman 1dari 48

ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA DENGAN BRONKITIS

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Keperawatan Gerontik
Yang Diampu Oleh : Nina Pamelasari, M.Kep

Disusun Oleh :

Ai Rina Badriah : E1714401001


Hendi Hermawan : E1714401018
Nia Kurniyanti : E1714401022
Nurhasanah : E1714401025
Rena : E1714401027
Siti Budiarsih : E1714401038
Raden Adel : E17144010P

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TASIKMALAYA
2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
terselesaikannya Makalah dengan judul Asuhan keperawatan pada pasien lansia
dengan bronkitis pada Pasien Lansia. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas
kuliah Gerontik serta membantu mengembangkan kemampuan pemahaman
pembaca terhadap Asuhan keperawatan pada pasien lansia dengan bronkitis.
Pemahaman tersebut dapat di pahami melalui pendahuluan, pembahasan masalah,
serta penarikkan garis kesimpulan dalam makalah ini. Makalah ini disajikan dalam
konsep dan bahasa yang sederhana sehingga dapat membantu pembaca dalam
memahami makalah ini

Tasikmalaya, Oktober 2019

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................... i


DAFTAR ISI ..................................................................................... ii
DAFTAR TABEL ........................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................ 2
C. Tujuan .......................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengkajian .................................................................................... 3
B. Diagnosa..................................................................................... 10
C. Intervensi .................................................................................... 11
D. Implementasi dan Evaluasi ........................................................ 13
E. Pengkajian ................................................................................. 14

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ................................................................................ 15
B. Saran ........................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA

3
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Struktur Keluarga ............................................................... 3
Tabel 1.2 Analisa Data ....................................................................... 9
Tabel 1.3 Intervensi .......................................................................... 13
Tabel 1.4 Implemetasi ...................................................................... 13

4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bronkitis kronis adalah suatu inflamasi pada bronkus yang sifatnya
menahun (berlangsung lama) dan disebabkan oleh berbagai faktor, baik
yang berasal dari luar bronkus maupun dari dalam bronkus itu sendiri.
Bronkitis kronis itu sendiri ditandai dengan produksi mukus
trakeobronkial yang berlebihan, sehingga menimbulkan batuk dengan
ekspektorasi sedikitnya 3 bulan dalam setahun dan paling sedikit 2 tahun
secara berturut-turut. (Somantri I, 2009).

Di negara-negara Barat, ilmu pengetahuan dan industri telah maju


dengan mencolok tetapi telah pula menimbulkan pencemaran
lingkungan dan polusi. Ditambah lagi, dengan masalah merokok,
mengakibatkan penyakit bronkitis kronik menjadi suatu masalah yang
besar. Di Inggris dan Amerika Serikat penyakit paru kronik merupakan
salah satu penyebab utama kematian dan ketidakmampuan pasien untuk
bekerja. (Suyono S, 2004).

Dewasa ini diperkirakan 16,2 juta orang Amerika menderita


bronkitis kronis. Insiden tersebut meningkat 45% sejak tahun 1950
sampai sekarang dan merupakan penyebab kematian terbanyak
keempat. Pada bronkitis kronis menyerang pria dua kali lebih banyak
daripada wanita, disebabkan karena pria adalah perokok berat tetapi
insiden pada wanita meningkat 60% sejak tahun 1950 sampai sekarang
dan diperkirakan akibat perilaku merokok yang dilakukan (Price SA &
Wilson LM, 2005). Di Indonesia sendiri belum ada angka kematian
seseorang secara signifikan akibat bronkitis kronis. Penyakit bronkitis
kronis ini lebih sering terjadi pada pria dibandingkan wanita dan
meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah orang yang menghisap
rokok, pesatnya kemajuan industri (Suyono S, 2004). Bronkitis kronis
sering terjadi pada para perokok dan penduduk di kota-kota yang
dipenuhi kabut asap. Beberapa penelitian menunjukan bahwa 20%

5
hingga 25% laki-laki berusia antara 40 hingga 65 tahun mengidap
penyakit ini. ( Kumar V. et al, 2007).

Dari data Puskesmas Kartasura pada bulan april 2013 ditemukan


penderita Hipertensi sebanyak 225 pasien, Diabetes Mellitus sebanyak
75 pasien, Asma sebanyak 39 pasien, Otitis Media Akut sebanyak 17
pasien, Bronkitis kronis sebanyak 15 pasien, Infeksi Saluran Pernapasan
Akut sebanyak 10 pasien, Bronkitis akut sebanyak 9 pasien, Febris
sebanyak 7 pasien, Diare sebanyak 5 pasien dan Thypus abdominalis
sebanyak 3 pasien.

Berdasarkan latar belakang diatas dan melihat banyaknya


masyarakat yang menderita bronkitis kronis yaitu ditemukan sebesar 15
pasien serta minimnya informasi mengenai penanganan bronkitis kronis
maka penulis tertarik untuk mengambil permasalahan, “Asuhan
Keperawatan Keluarga Bronkitis”.

B. Rumusan masalah
Rumusan masalah ini dibuat bagaimana gambaran tentang asuhan
keperawatan pada lansia dengan bronkitis?
C. Tujuan
Untuk mengetahui bagaimana gambaran tentang asuhan
keperawatan pada lansia dengan bronchitis

6
7
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Penyakit
1. Defnisi
Bronkitis adalah suatu peradangan pada saluran bronkial atau
bronki. Peradangan tersebut disebabkan oleh virus, bakteri, merokok,
atau polusi udara (Samer Qarah, 2007).
Bronkitis akut adalah batuk dan kadang-kadang produksi dahak
tidak lebih dari tiga minggu (Samer Qarah, 2007).
Bronkitis kronis adalah batuk disertai sputum setiap hari selama
setidaknya 3 bulan dalam setahun selama paling sedikit 2 tahun berturut-
turut.
Bronkhitis adalah hipersekresi mukus dan batuk produktif kronis
berulang-ulang minimal selama 3 bulan pertahun atau paling sedikit
dalam 2 tahun berturut-turut pada pasien yang diketahui tidak terdapat
penyebab lain (Perawatan Medikal Bedah 2, 1998, hal : 490). Penyakit
ini biasanya bersifat ringan dan pada akhirnya akan sembuh sempurna.
Tetapi pada penderita yang memiliki penyakit menahun (misalnya
penyakit jantung atau penyakit paru-paru) dan pada usia lanjut,
bronkitis bisa bersifat serius.
2. Klasifikasi
Klasifikasi bronchitis terbagi menjadi 2 jenis, yaitu sebagai
berikut :
Bronchitis akut. Yaitu, bronchitis yang biasanya datang dan
sembuh hanya dalam waktu 2 hingga 3 minggu saja. Kebanyakan
penderita bronchitis akut akan sembuh total tanpa masalah yang lain.
Bronchitis kronis. Yaitu, bronchitis yang biasanya datang secara
berulang-ulang dalam jangka waktu yang lama. Terutama, pada
perokok. Bronchitis kronis ini juga berarti menderita batuk yang dengan
disertai dahak dan diderita selama berbulan- bulan hingga tahunan.
3. Etiologi
a. Bronkhitis akut
1) Merokok merupakan satu-satunya penyebab kausal yang
terpenting. Peningkatan resiko mortalitas akibat bronkitis
hampir berbanding lurus dengan jumlah rokok yang dihisap
setiap hari (Rubenstein, et al., 2007). 2.
2) Polusi udara yang terus menerus juga merupakan predisposisi
infeksi rekuren karena polusi memperlambat aktivitas silia dan
fagositosis. Zat-zat kimia yang dapat juga menyebabkan
bronkitis adalah O2, N2O, hidrokarbon, aldehid, ozon. 3.

8
3) Infeksi. Eksaserbasi bronchitis disangka paling sering diawali
dengan infeksi virus yang kemudian menyebabkan infeksi
sekunder bakteri. Bakteri yang diisolasi paling banyak adalah
Hemophilus influenza dan streptococcus pneumonie dan
organisme lain seperti Mycoplasma pneumonia. 4.
4) Defisiensi alfa-1 antitripsin adalah gangguan resesif yang terjadi
pada sekitar 5% pasien emfisema (dan sekitar 20% dari
kolestasis neonatorum) karena protein alfa-1 antitripsin ini
memegang peranan penting dalam mencegah kerusakan alveoli
oleh neutrofil elastase (Rubenstein, et al., 2007). 5.
5) Terdapat hubungan dengan kelas sosial yang lebih rendah dan
lingkungan industri banyak paparan debu, asap (asam kuat,
amonia, klorin, hidrogen sufilda, sulfur dioksida dan bromin),
gas-gas kimiawi akibat kerja. 6.
6) Riwayat infeksi saluran napas. Infeksi saluran pernapasan
bagian atas pada penderita bronkitis hampir selalu
menyebabkan infeksi paru bagian bawah, serta menyebabkan
kerusakan paru bertambah.
b. Bronkhitis kronis dapat merupakan komplikasi kelainan patologik
pada beberapa alat tubuh, yaitu:
1) Penyakit jantung menahun, yang disebabkan oleh kelainan
patologik pada katup maupun miokardia. Kongesti menahun
pada dinding bronkhus melemahkan daya tahan sehingga infeksi
bakteri mudah terjadi.
2) Infeksi sinus paranasalis dan rongga mulut, area infeksi
merupakan cumber bakteri yang dapat menyerang dinding
bronkhus.
3) Dilatasi bronkhus (bronkInektasi), menyebabkan gangguan
susunan dan fungsi dinding bronkhus sehingga infeksi bakteri
mudah terjadi. d. Rokok dapat menimbulkan kelumpuhan bulu
getar selaput lendir bronkhus sehingga drainase lendir
terganggu. Kumpulan lendir tersebut merupakan media yang
baik untuk pertumbuhan bakteri
4. Patofisiologi
Serangan bronkhitis akut dapat timbul dalam serangan tunggal
atau dapat timbul kembali sebagai eksaserbasi akut dari bronkhitis
kronis. Pada umumnya, virus merupakan awal dari serangan bronkhitis
akut pada infeksi saluran napas bagian atas. Dokter akan mendiagnosis
bronkhitis kronis jika pasien mengalami batuk atau mengalami produksi
sputum selama kurang lebih tiga bulan dalam satu tahun atau paling

9
sedikit dalam dua tahun berturut-turut. Serangan bronkhitis disebabkan
karena tubuh terpapar agen infeksi maupun non infeksi (terutama
rokok). Iritan (zat yang menyebabkan iritasi) akan menyebabkan
timbulnya respons inflamasi yang akan menyebabkan vasodilatasi,
kongesti, edema mukosa, dan bronkospasme. Tidak seperti emfisema,
bronkhitis lebih memengaruhi jalan napas kecil dan besar dibandingkan
alveoli. Dalam keadaan bronkhitis, aliran udara masih memungkinkan
tidak mengalami hambatan. Pasien dengan bronkhitis kronis akan
mengalami :
a. Peningkatan ukuran dan jumlah kelenjar mukus pada bronkhus besar
sehingga meningkatkan produksi mukus.
b. Mukus lebih kental
c. Kerusakan fungsi siliari yang dapat menunjukkan mekanisme
pembersihan mukus.

Pada keadaan normal, paru-paru memiliki kemampuan yang


disebut mucocilliary defence, yaitu sistem penjagaan paru-paru yang
dilakukan oleh mukus dan siliari. Pada pasien dengan bronkhitis akut,
sistem mucocilliary defence paru-paru mengalami kerusakan sehingga
lebih mudah terserang infeksi. Ketika infeksi timbul, kelenjar mukus
akan menjadi hipertropi dan hiperplasia (ukuran membesar dan jumlah
bertambah) sehingga produksi mukus akan meningkat. infeksi juga
menyebabkan dinding bronkhial meradang, menebal (sering kali sampai
dua kali ketebalan normal), dan mengeluarkan mukus kental. Adanya
mukus kental dari dinding bronkhial dan mukus yang dihasilkan
kelenjar mukus dalam jumlah banyak akan menghambat beberapa
aliran udara kecil dan mempersempit saluran udara besar. Bronkhitis
kronis mula-mula hanya memengaruhi bronkhus besar, namun lambat
laun akan memengaruhi seluruh saluran napas. Mukus yang kental dan
pembesaran bronkhus akan mengobstruksi jalan napas terutama selama
ekspirasi. Jalan napas selanjutnya mengalami kolaps dan udara
terperangkap pada bagian distal dari paru-paru. Obstruksi ini
menyebabkan penurunan ventilasi alveolus, hipoksia, dan acidosis.
Pasien mengalami kekurangan 02, iaringan dan ratio ventilasi perfusi
abnormal timbul, di mana terjadi penurunan PO2 Kerusakan ventilasi
juga dapat meningkatkan nilai PCO,sehingga pasien terlihat sianosis.
Sebagai kompensasi dari hipoksemia, maka terjadi polisitemia
(produksi eritrosit berlebihan). Pada saat penyakit bertambah parah,
sering ditemukan produksi sejumlah sputum yang hitam, biasanya
karena infeksi pulmonari. Selama infeksi, pasien mengalami reduksi
pada FEV dengan peningkatan pada RV dan FRC. Jika masalah tersebut

10
tidak ditanggulangi, hipoksemia akan timbul yang akhirnya menuiu
penyakit cor pulmonal dan CHF (Congestive Heart Failure).

5. Pathway

11
12
6. Tanda dan gejala
a. Batuk, mulai dengan batuk
Batuk pagi hari, dan makin lama batuk makin berat, timbul
siang hari maupun malam hari, penderita terganggu tidurnya. Batuk
pada bronchitis mempunyai ciri antara lain batuk produktif
berlangsung kronik dan frekuensi mirip seperti pada bronchitis
kronis, jumlah seputum bervariasi, umumnya jumlahnya banyak
terutama pada pagi hari sesudah ada perubahan posisi tidur atau
bangun dari tidur. Kalau tidak ada infeksi skunder sputumnya
mukoid, sedang apabila terjadi infeksi sekunder sputumnya purulen,
dapat memberikan bau yang tidak sedap. Apabila terjadi infeksi
sekunder oleh kuman anaerob, akan menimbulkan sputum sangat
berbau, pada kasus yang sudah berat, misalnya pada saccular type
bronchitis, sputum jumlahnya banyak sekali, puruen, dan apabila
ditampung beberapa lama, tampak terpisah menjadi 3 bagian
Lapisan teratas agak keruh, Lapisan tengah jernih, terdiri atas saliva
( ludah ) Lapisan terbawah keruh terdiri atas nanah dan jaringan
nekrosis dari bronkus yang rusak ( celluler debris ).
b. Dahak, sputum putih/mukoid. Bila ada infeksi, sputum menjadi
purulen atau mukopuruen dan kental.
c. Sesak bila timbul infeksi, sesak napas akan bertambah, kadang-
kadang disertai tanda-tanda payah jantung kanan, lama kelamaan
timbul kor pulmonal yang menetap. Pada sebagian besar pasien (50
% kasus ) ditemukan keluhan sesak nafas. Timbul dan beratnya
sesak nafas tergantung pada seberapa luasnya bronchitis kronik yang
terjadi dan seberapa jauh timbulnya kolap paru dan destruksi
jaringan paru yang terjadi sebagai akibat infeksi berulang ( ISPA ),
yang biasanya menimbulkan fibrosis paru dan emfisema yang
menimbulkan sesak nafas. Kadang ditemukan juga suara mengi (
wheezing ), akibat adanya obstruksi bronkus. Wheezing dapat local
atau tersebar tergantung pada distribusi kelainannya
1) sesak nafas ketika melakukan olah raga atau aktivitas ringan
2) sering menderita infeksi pernafasan (misalnya flu)
3) bengek
4) lelah
5) pembengkakan pergelangan kaki, kaki dan tungkai kiri dan
kanan wajah, telapak tangan atau selaput lendir yang berwarna
kemerahan
6) pipi tampak kemerahan
7) sakit kepala

13
8) gangguan penglihatan.

Bronkitis infeksiosa seringkali dimulai dengan gejala seperti


pilek, yaitu hidung meler, lelah, menggigil, sakit punggung, sakit otot,
demam ringan dan nyeri tenggorokan. Batuk biasanya merupakan tanda
dimulainya bronkitis. Pada awalnya batuk tidak berdahak, tetapi 1-2 hari
kemudian akan mengeluarkan dahak berwarna putih atau kuning.
Selanjutnya dahak akan bertambah banyak, berwarna kuning atau hijau.
Pada bronkitis berat, setelah sebagian besar gejala lainnya membaik,
kadang terjadi demam tinggi selama 3-5 hari dan batuk bisa menetap
selama beberapa minggu. Sesak nafas terjadi jika saluran udara
tersumbat. Sering ditemukan bunyi nafas mengi, terutama setelah
batuk. Bisa terjadi pneumonia.

7. Pemeriksaan penunjang
a. Sinar x dada dapat menyatakan hiperinflasi paru-paru, mendatarnya
diafragma, peningkatan area udara retrosternal, hasil normal selama
periode remisi.
b. Tes fungsi paru untuk menentukan penyebab dispnoe, melihat
obstruksi, memperkirakan derajat disfungsi.
c. TLC : Meningkat.
d. Volume residu : Meningkat.
e. FEV1/FVC : Rasio volume meningkat.
f. GDA : PaO2 dan PaCO2 menurun, pH Normal.
g. BronchogramMenunjukkan di latasi silinder bronchus saat
inspirasi, pembesaran duktus mukosa.
h. Sputum : Kultur untuk menentukan adanya infeksi, mengidentifikasi
patogen.
i. EKG : Disritmia atrial, peninggian gelombang P pada lead II, III,
AVF
8. Komplikasi
Ada beberapa komplikasi bronchitis yang dapat dijumpai pada
pasien, antara lain :
a. Bronkhitis akut
1) Bronkhitis kronis
2) Penumonia
3) Empisema
4) Abses paru
5) Bronkiektaksis
6) Gagal jantung edema paru

14
b. Bronchitis kronik
1) Pneumonia dengan atau tanpa atelektaksis, bronchitis sering
mengalami infeksi berulang biasanya sekunder terhadap infeksi
pada saluran nafas bagian atas. Hal ini sering terjadi pada mereka
drainase sputumnya kurang baik.
2) Pleuritis. Komplikasi ini dapat timbul bersama dengan
timbulnya pneumonia. Umumnya pleuritis sicca pada daerah
yang terkena.
3) Efusi pleura atau empisema
4) Abses metastasis diotak, akibat septikemi oleh kuman penyebab
infeksi supuratif pada bronkus. Sering menjadi penyebab
kematian
5) Haemaptoe terjadi kerena pecahnya pembuluh darah cabang
vena ( arteri pulmonalis ) , cabang arteri ( arteri bronchialis ) atau
anastomisis pembuluh darah. Komplikasi haemaptoe hebat dan
tidak terkendali merupakan tindakan beah gawat darurat.
6) Sinusitis merupakan bagian dari komplikasi bronchitis pada
saluran nafas
7) Kor pulmonal kronik pada kasus ini bila terjadi anastomisis
cabang-cabang arteri dan vena pulmonalis pada dinding bronkus
akan terjadi arterio-venous shunt, terjadi gangguan oksigenasi
darah, timbul sianosis sentral, selanjutnya terjadi hipoksemia.
Pada keadaan lanjut akan terjadi hipertensi pulmonal, kor
pulmoner kronik,. Selanjutnya akan terjadi gagal jantung kanan.
8) Kegagalan pernafasan merupakan komlikasi paling akhir pada
bronchitis yang berat dan luas
9) Amiloidosis keadaan ini merupakan perubahan degeneratif,
sebagai komplikasi klasik dan jarang terjadi. Pada pasien yang
mengalami komplikasi ini dapat ditemukan pembesaran hati dan
limpa serta proteinurea.
9. Penatalaksanaan medis
Penderita yang sebelumnya memiliki penyakit paru-paru.
Kepada penderita dewasa diberikan trimetoprim-sulfametoksazol,
tetracyclin atau ampisilin. Erythromycin diberikan walaupun dicurigai
penyebabnya adalah Mycoplasma pneumoniae. Kepada penderita anak-
anak diberikan amoxicillin. Jika penyebabnya virus, tidak diberikan
antibiotik.
Jika gejalanya menetap atau berulang atau jika bronkitisnya
sangat berat, maka dilakukan pemeriksaan biakan dari dahak untuk
membantu menentukan apakah perlu dilakukan penggantian antibiotik.

15
a. Pengelolaan umum
1) Pengelolaan umum ditujukan untuk semua pasien bronchitis,
meliputi : Menciptakan lingkungan yang baik dan tepat untuk
pasien , Contoh :
a) Membuat ruangan hangat, udara ruangan kering.
b) Mencegah / menghentikan rokok
c) Mencegah / menghindari debu,asap dan sebagainya. b)
2) Memperbaiki drainase secret bronkus, cara yang baik untuk
dikerjakan adalah sebagai berikut :
a) Melakukan drainase postural Pasien dilelatakan dengan
posisi tubuh sedemikian rupa sehingga dapat dicapai
drainase sputum secara maksimum. Tiap kali melakukan
drainase postural dilakukan selama 10-20 menit, tiap hari
dilakukan 2 sampai 4 kali. Prinsip drainase postural ini
adalah usaha mengeluarkan sputum ( secret bronkus )
dengan bantuan gaya gravitasi. Posisi tubuh saat dilakukan
drainase postural harus disesuaikan dengan letak kelainan
bronchitisnya, dan dapat dibantu dengan tindakan
memberikan ketukan padapada punggung pasien dengan
punggung jari.
b) Mencairkan sputum yang kental Dapat dilakukan dengan
jalan, misalnya inhalasi uap air panas, mengguanakan obat-
obat mukolitik dan sebagainya.Mengatur posisi tepat tidur
pasien Sehingga diperoleh posisi pasien yang sesuai untuk
memudahkan drainase sputum.
c) Mengontrol infeksi saluran nafas. Adanya infeksi saluran
nafas akut ( ISPA ) harus diperkecil dengan jalan mencegah
penyebaran kuman, apabila telah ada infeksi perlu adanya
antibiotic yang sesuai agar infeksi tidak berkelanjutan. b.
b. Pengelolaan khusus.
1) Kemotherapi pada bronchitis Kemotherapi dapat digunakan
secara continue untuk mengontrol infeksi bronkus ( ISPA )
untuk pengobatan aksaserbasi infeksi akut pada bronkus/paru
atau kedua-duanya digunakan Kemotherapi menggunakan obat-
obat antibiotic terpilih, pemkaian antibiotic antibiotic sebaikya
harus berdasarkan hasil uji sensivitas kuman terhadap antibiotic
secara empiric. Walaupun kemotherapi jelas kegunaannya pada
pengelolaan bronchitis, tidak pada setiap pasien harus diberikan
antibiotic. Antibiotik diberikan jika terdapat aksaserbasi infeki
akut, antibiotic diberikan selama 7-10 hari dengan therapy

16
tunggal atau dengan beberapa antibiotic, sampai terjadi konversi
warna sputum yang semula berwarna kuning/hijau menjadi
mukoid ( putih jernih ). Kemotherapi dengan antibiotic ini
apabila berhasil akan dapat mengurangi gejala batuk, jumlah
sputum dan gejala lainnya terutama pada saat terjadi aksaserbasi
infeksi akut, tetapi keadaan ini hanya bersifat sementara.
Drainase secret dengan bronkoskop. Cara ini penting dikerjakan
terutama pada saat permulaan perawatan pasien. Keperluannya
antara lain :
a) Menentukan dari mana asal secret
b) Mengidentifikasi lokasi stenosis atau obstruksi bronkus
c) Menghilangkan obstruksi bronkus dengan suction drainage
daerah obstruksi.
d) Pengobatan simtomatik Pengobatan ini diberikan jika timbul
simtom yang mungkin mengganggu atau mebahayakan
pasien.
e) Pengobatan obstruksi bronkus Apabila ditemukan tanda
obstruksi bronkus yang diketahui dari hasil uji faal paru
(%FEV 1 < 70% ) dapat diberikan obat bronkodilator.
f) Pengobatan hipoksia. Pada pasien yang mengalami hipoksia
perlu diberikan oksigen.
g) Pengobatan haemaptoe. Tindakan yang perlu segera
dilakukan adalah upaya menghentikan perdarahan. Dari
berbagai penelitian pemberian obat-obatan hemostatik
dilaporkan hasilnya memuaskan walau sulit diketahui
mekanisme kerja obat tersebut untuk menghentikan
perdarahan.
h) Pengobatan demam. Pada pasien yang mengalami
eksaserbasi inhalasi akut sering terdapat demam, lebih-lebih
kalau terjadi septikemi. Pada kasus ini selain diberikan
antibiotic perlu juga diberikan obat antipiretik.
i) Pengobatan pembedahan. Tujuan pembedahan : mengangkat
( reseksi ) segmen/ lobus paru yang terkena.
(1) Indikasi pembedahan
Pasien bronchitis yang yang terbatas dan resektabel,
yang tidak berespon yang tidak berespon terhadap
tindakan-tindakan konservatif yang adekuat. Pasien
perlu dipertimbangkan untuk operasi.
Pasien bronchitis yang terbatas tetapi sering
mengaami infeksi berulang atau haemaptoe dari daerakh

17
tersebut. Pasien dengan haemaptoe massif seperti ini
mutlak perlu tindakan operasi.
(2) Kontra indikasi
Pasien bronchitis dengan COPD, Pasien bronchitis
berat, Pasien bronchitis dengan koplikasi kor pulmonal
kronik dekompensasi.
(3) Syarat-ayarat operasi.
(a) Kelainan ( bronchitis ) harus terbatas dan resektabel
(b) Daerah paru yang terkena telah mengalami
perubahan ireversibel
(c) Bagian paru yang lain harus masih baik misalnya
tidak ada bronchitis atau bronchitis kronik.
(4) Cara operasi. -
(a) Operasi elektif : pasien-pasien yang memenuhi
indikasi dan tidak terdaat kontra indikasi, yang gagal
dalam pengobatan konservatif dipersiapkan secara
baik utuk operasi. Umumnya operasi berhasil baik
apabila syarat dan persiapan operasinya baik. -
(b) Operasi paliatif : ditujukan pada pasien bronchitis
yang mengalami keadaan gawat darurat paru,
misalnya terjadi haemaptoe masif ( perdarahan
arterial ) yang memenuhi syarat-syarat dan tidak
terdapat kontra indikasi operasi.
(5) Persiapan operasi : -
(a) Pemeriksaan faal paru : pemeriksaan
spirometri,analisis gas darah, pemeriksaan
broncospirometri ( uji fungsi paru regional )
(b) Scanning dan USG
(c) Meneliti ada atau tidaknya kontra indikasi operasi
pada pasien Memperbaiki keadaan umum pasien

18
B. Asuhan Keperawatan Lansia dengan Bronkhitis
1. Pengkajian
a. Data umum
1) Identitas kepala keluarga
Nama : Tn. P
Umur : 57 tahun
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pendidikan : S1
Pekerjaan : PNS
Alamat : Jl. Flores, Rt01/Rw011 Tegal
No Tlp : (0283) 320534
2) Komposisi keluarga
No Nama L/P Umur Hubungan Pekerjaan Pendidikan
Keluarga
1. Ny. I P 56th Istri PNS S1

2. Nn. N P 21th Anak Pelajar Kuliah

3. An. A L 17th Anak Pelajar SMP

3) Genogram (3 generasi)

4)
5)

1 2 3 1 2 3 4

1 2

Keterangan:

= perempuan

19
= saya

= laki-laki

= meninggal

6) Tipe keluarga
Keluarga Tn. P memiliki tipe keluarga inti, karena
keluarga Tn.P terdiri dari ayah,ibu dan anakyang tinggal
dalam satu rumah. Tidak ada masalah dalam keluarga Tn.P.
7) Suku bangsa
Keluarga Tn. P dan Ny.I semenjak dari orang tua
berasal dari suku Jawa Indonesia. Jika sakit Tn. P dan Ny.
I sering menggunakan obat – obatan tradisional seperti jamu.
8) Agama dan kepercayaan
Anggota keluarga Tn.P beragama islam. Tn.P dan Ny. I
selalu mengajarkan anakya untuk selalu dekat dengan Allah
S.W.T, mengingatkan anak-anaknya sholat 5 waktu, sering
mengadakan pengajian baik mengadakan sendiri di rumah,
seperti ta’lim maupun kelompok pengajian setiap seminggu
sekali.
9) Status sosial dan ekonomi keluarga
Tn.P dan Ny.I bekerja sebagai guru SMA dengan
penghasilanTn.P sekitar 2,5 juta/ bulan, dan Ny.I2,5
juta/bulan.Tn.Pmempunyai usaha sampingan yaitu
menyewakan mobil, namun penghasilannya tak menentu
±1000.000/minggu. Penghasilan Tn.P dan Ny.I di gunakan
untuk kebtuhan makan sehari-hari, bayar tagihan listrik, air,
telfon, dll.Adapun perabotan yang dimiliki Tn.P yaitu leptop 1,
netbook 1,tv 1, mejicjer 1, blender 1, dll. Dan alat
transportasi,3 motordan 1 mobil. Kebutuhan yang di keluarkan
kelarga Tn.P setiap bulan± Rp. 6.500.000.
10) Aktivitas rekreasi keluarga
Kegiatan yang dilakukan keluarga untuk rekreasi
adalah menonton TV dan sesekali bertamasya ke luar kota.
Kadang-kadang berkumpul dengan sanak saudara saat ada
acara keluaga dan lebaran
b. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga
1) Tahap perkembangan keluarga saat ini
Tn.P memiliki 3 orang anak, 2 laki-laki dan 1
perempuan. Saat ini anak pertama keluarga Tn.P (Tn.H)
berumur 24 tahun, sudah menikah, tinggal sendiri dan belum
mempunyai anak, perkembangan keluarga Tn.H sedang dalam
tahap 1 (berginning family) dan belum terpenuhi. Anak ke-2

20
Tn.P berumur 21 tahun, belum berkeluarga dan masih kuliah
dan anak ke-3 berumur 17 tahun, masih sekolah SMA.
2) Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Tahap perkembangan keluarga Tn.P masih belum
terpenuhi karena Tn.P harus membiayai 2 anaknya lagi, Anak
kedua Tn.P (Nn.N) masih dalam tahap perkembangan
keluarga dengan anak dewasa, yang saat ini kuliah semester
6 dan anak ketiga Tn.P (An.A) sekolah kelas 3 SMAyang
saat ini masih dalam tahap perkembangan keluarga dengan
anak remaja (families with teenagers).
3) Riwayat kesehatan keluarga inti
a) Riwayat kesehatan keluarga saat ini
Ny. I mengatakan belakangan ini penyakit
bronkhitis kronis Tn.P sering kumat, Ny. Imengatakan jika
serangan sesak datang hanya minum obat yang di beli di
warung atau dikerok, kadang Tn.P memeriksakan dirinya
ke puskesmas.Ny.I menderita glukoma, Ny.I mengatakan
rutin cek up ke dokter dan rajin mengkonsumsi obat dari
dokter. Nn.N menderita hipertensi okuler, Ny.I mengatakan
bila An.N merasa sakit An.N pergi cek up ke RS.Ny.I
mengatakan An.A jarang sakit, bila An.A merasa sakit An.A
memeriksakan dirinya ke puskesmas.
b) Riwayat penyakit keturunan
Ayah dari Tn.P mempunyai riwayat bronkhitis,
saudara-saudara Tn.P juga ada yang menderita penyakit
tersebut. Sedangkan orang tua ataupun saudara-saudara
Ny.I tidak ada riwayat penyakityang sama seperti Ny.I
(glukoma).
c) Riwayat kesehatan masing-masing anggota keluarga
NO Nama Umur BB Keadaan Imunisasi Masalah Tindakan yang
Kesehatan (BCG,polio, Kesehatan telah di lakukan
DPT,HB,
Campak)
1. Tn.P 57 65 Tn.P Lengkap Bronkhitis a. Tn.P sudah
bronkhitis kronik pernah periksa
nya sering ke doter
kumat, b. Tn.P minum
terutama jamu bila
bila kecapean
kecapean

21
2. Ny.I 56 58 Bila terlalu Lengkap Glukoma a. Ny.I sering
kecapaean cek up ke
Ny.I dokter
merasa
kepalanya
sakit
3. Nn.N 21 43 Bila terlalu Lengkap Hipertensi a. Nn.N periksa
sering okuler ke dokter bila
minum matanya
kopi,Nn.N merasa sakit
merasa
matanya
sakit
4. An.A 17 48 - Lengkap - -

d) Sumber pelayanan kesehatan yang di manfaatkan


Karena keluarga Tn.P memiliki askes, keluarga
Tn.P memanfaatkan pelayanan kesehatan dari Puskesmas/
Dokter keluarga/ Rumah sakituntuk memeriksaan
kesehatan, konsultasi ataupun mencari informasi
tentang kesehatan.
e) Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya
Ny.I mengatakan pernah operasi mata karena
glukoma yang mengakibatkan mata sebelah kanannya
buta. Operasi dilakukan pada tanggal 20/2/2009di RS AINI
Jakarta lalu Ny.I di rawat selama 3 hari. Nn.N pernah
menderita bronkitis akut dan di rawat jalan, bila Nn.N
merasa ada masalah terhadap penglihatannya An.N periksa
ke dokter. Tn.P juga termasuk perokok 1-2 batang per hari
dan dua tahun yang lalu sudah di diagnosis bronkhitis kronik.
c. Pengkajian keluarga
1) Karakteristik rumah
Tempat tinggal Tn.P memiliki luas 8 x 12 m, Tipe
rumah45, milik sendiri. Rumah Tn.P memiliki kamar/
ruangan sebanyak 11 ruangan, Ventilasi/ penerangan cukup,
dengan pemanfaatan ruangan : 1 ruang tamu, 3 kamar tidur,2
R.serbaguna, 1 R keluarga, 1 dapur, 1 gudang, 2 kamar
mandi. Rumah Tn.P memiliki 2 Septik tenk, jarak pembuangan
(Septik tenk) dengan sumber mata air ±10m. Keluarga Tn.P
menggunakan sumber air minum dari PDAM. Tersedia tempat
sampah, untuk limbah rumah tangga ada di depan rumah
(sebrang jalan) dan biasanya di angkut sehari sekali.

22
Lingkungan rumah Tn.P cukup bersih, jarak rumah dengan
pabrik ±50 m dan jauh dari jalan raya.
2) Karakteristik tetangga dan komunitas RW
Keluarga Tn.P tinggal di daerah perumahan, tetangga
yang ada di sekitar rumah semuanya ramah dan saling tolong-
menolong satu sama lain. Warga sekitar khususnya ibu –ibu
memiliki kebiasaan mengadakan pengajian rutin setiap hari
kamis. Pengajian diadakan di masjid dekat rumah. Warga
di sekitar juga selalu mengadakan kerja bakti membersihkan
lingkungan setiap 1 bulan sekali.
3) Mobilitas geografis keluarga
Keluarga Tn.P sudah menempati rumah itu sejak anak
yang pertama berumur 3 tahun sampai sekarang. Keluarga Tn.P
sudah 22 tahun tinggal di tegal. Sebelumnya Tn.P tinggal di
balapulang. Kebanyakan anggota keluarga Tn.P dan Ny.I
berjauhan dan jarang berkunjung kerumah. Ny.I memiliki 1
saudara yang dekat (masih 1 kota).
4) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Biasanya Ny.I ikut arisan PKK seminggu sekali,
sedangkan Tn.P selalu ikut serta bila ada acara kerja bakti RT
maupun RW. Bila ada kegiatan seperti pemilu atau hari
peringatan Tn.P ikut berperan membantu persiapan.
5) Sistem pendukung keluarga
Semua anggota keluarga dalam kondisi sehat. Antara
anggota keluarga saling menyayangi dan membantu satu
sama lain. Keluarga Tn.P memiliki fasilitas : Televisi, MCK,
tempat tidur yang nyaman, sumber air bersih, motor dan
mobil sebagai sarana transportasi dan untuk masalah kesehatan,
keluarga Tn.P memiliki askes untuk membantu biaya
pengobatan.
6) Struktur keluarga
a) Pola/cara komunikasi keluarga
Keluarga Tn.P dalam kesehariannya baik
berkomunikasi langsung/ tidak langsung menggunakan
bahasa indonesia dankadang di selingibahasa jawa,
dalamkeadaan emosi keluarga Tn.P menggunakan kalimat
yang positif.An.N dan An.A jarang menceritakan
kesehariannya dengan orang tuanya.
b) Struktur kekuatan keluarga
Orang yang dekat denngan keluarga Tn.P adalah
Ny.M (kakak dari Ny.I) yang masih tinggal 1 kota. Bila
Ny.I dalam kesulitan Ny.M selalu berusaha untuk mmbantu.
c) Struktur peran (peran masng-masing anggota keluarga)

23
(1) Tn.P :
Peran formal : sebagai bendahara di lingkungan
RT, guru
Peran informal : menjadi kepala keluarga, suami,
ayah
(2) Ny.I :
Peran formal : sebagai menjadi anggota
masyarakat, guru
Peran informal : menjadi ibu rumah tangga, istri, ibu
(3) Nn.N :
Peran formal : sebagai menjadi anggota
masyarakat, mahasiswa
Peran informal : menjadi anak
(4) An.A :
Peran formal : sebagai menjadi anggota
masyarakat, pelajar
Peran informal : menjadi anak
d) Nilai dan norma keluarga
Tn.P menganut agama Islam dan norma yang berlaku
di masyarakat an adat istiadat orang jawa. Keluarga Tn.P
sangat mematuhi peraturan yang ada di rumah, seperti anak
perempuannya tidak boleh keluar setelah magribtanpa di
dampingi keluarga laki-laki. Tn.P dan Ny.I juga
mengajarkan pentingnya bersikap/ sopan santun dengan
orang lain.Apabila ada keluarga yang sakit, keluarga
mempercayai bahwa ini adalah cobaan yang Allah
berikan agar keluarga dapat lebih kuat. Keluarga selalu
berusaha dan bertawakal saat menghadapi musibah apapun.
e) Fungsi keluarga
(1) Fungsi afektif
Keluarga Tn.P dan Ny.I selalu menyayangi
dan perhatian kepada anak-anaknya, Ny.I dan Tn.P juga
selalu mendukung dan mengarahkan segala sesuatu yang
dilakukan oleh anak-anaknya selama dalam batas
kewajaran dan tidak melanggar norma dan etika sopan
santun.
(2) Fungsi sosialisasi
Interaksi Tn. P dengan anak istrinya terjalin
dengan sangat baik, saling mendukung, bahu
membahu, dan saling ketergantungan. Tn.P memiliki
peran yang besar dalam mengambil keputusan, namun
Tn.P selalu adil kepada keluarganya.

24
Masing masing anggota keluarga masih
memperhatikan dan menerapkan sopan santun dalam
berperilaku. Keluarga mengajarkan dan menanamkan
prilaku sosial yang baik, keluarga cukup aktif di
dalam masyarakat. Di waktu senggang biasanya
keluarga berkumpul.
(3) Fungsi keperawatan kesehatan
(a) Kemampuan keluarga mengenal kesehatan
Keluarga Tn.P mengatakan tidak tahu/tidak
mengerti terlalu rinci dengan penyakit pada Tn.P
Baik itu mengenai pengertian, tanda gejala,
etiologi maupun pencegahan dan
perawatannya.Ny. Imengatakan selalu bertanya
kepada petugas kesehatan tentang penyakit yang
di deritaTn.P. Ny.I mengatakan khawatir terhadap
kesehatan Tn.P.
(b) Kemampuan keluarga mengambil keputusan
Mengenai tindakan kesehatan yang tepat
keluarga, khususnya Tn.P belum sepenuhnya
paham tentang penyakitnya itu. Tn.P mengatakan
pergi ke puskesmas atau dokter keluarga bila
merasa penyakit bronkhitis kroniknya kumat. Tn.P
dan Ny.I khawatir kalau penyakitnya menurun pada
anaknya.
(c) Kemampuan keluarga merawat anggota keluarga
yang sakit
Tn. P mengatakan dadanya sesak, susah
untuk bernapas, terutama bila Tn.P kelelahan. Tn.P
mengatakan susah tidur. Ny. I mengatakan jika
serangan sesak datang hanya minum obat yang di beli
di warung atau dikerok. Keluarga Tn.P mengatakan
kurang mengetahui tentang penyakitnya. Ny.I
mengatakan hanya mengetahui sedikit tentang
perawatan penyakitnya ini, seperti jangan terlalu
lelah dan menjauhi faktor penyebab bronkhitis
kembali.
(d) Kemampuan keluarga memelihara/memodifikasi
lingkungan
Keluarga Tn.P menyadari pentingnya
kebersihan ligkungan, oleh sebab itu keluarga selalu
menjaga kebersihan rumahnya
denganmembersihkan lingkungan rumah, seperti

25
menyapu, mengepel dan menguras bak mandi agar
tiak menjadi sumber penyebaran penyakit.
(e) Kemampuan keluarga menggunakan fasilitas
kesehatan yang ada di masyarakat
Tn.P dan Ny.I mengatakan sudah
mengetahui fasilitas pelayanan kesehatan,selama
ini keluarga mendapakan pelayanan yang baik
oleh puskesmas. Keluarga juga percaya dengan
informasi yang di berikan oleh puskesmas.
(4) Reproduksi
Jumlah anak yang dimiliki Tn.P dan Ny.I ada 3
orang, 2 anak laki –laki dan 1 anak perempuan. Ny.I
masih mengalami haid 1 bulan sekali dan tidak
merasakan nyeri saat haid. Ny.I menggunakan KB
berupa pil.
(5) Fungsi ekonomi
Tn.P mengatakan mampu mencukupi kebutuhan
hidup keluarganya sehari -hari dari pendapatan yang
diterima ditambah dengan usaha sampingannya. Tn.P
menyisihkan sebagian pendapatannya untuk keperluan
yang tidak terduga dan biaya sekolah anaknya nanti.
d. Stres dan koping keluarga
a) Stresor jangka panjang
Tn.P memikirkan biaya untuk melanjutkan sekolah bagi
anak-anaknya.
b) Stresor jangka pendek
Tn.P bingung bila bronkhitis kroniknya kambuh dan
mennghambat pekerjaannya.
c) Respons keluarga terhadap stresor
Untuk stress jangka panjang Tn.P berusaha untuk
mencukupi kebutuhan sekolah anak-anaknya dengan bekerja
keras. Untuk stress jangka pendek, Tn.P mengkonsumsi obat
warung dan kadang pergi ke puskesmas untuk berobat.
d) Strategi koping
Strategi koping yang digunakan Tn.P dan Ny.I baik, Bila
ada permasalahan, Tn. P dan Ny.I berusaha untuk selalu
menyelesaikannya dengan bermusyawarah dan tetap tenang
dalam berfikir.
e) Strategi adaptasi disfungsional
Keluarga tidak pernah menggunakan kekerasan,
perlakuan kejam kepada anak ataupun istrinya
ataupunmemberikan ancaman-ancaman dalam menyelesaikan
masalah.

26
e. Keadaan gizi keluarga
Ny.I merasa kebutuhan gizi keluarganya sudah cukup
baik, hampir setiap hari Ny.I masak sayur dengan lauk pauk
dengan berganti-ganti menu yang sehat, seperti tempe, tahu, ikan,
ayam, telur dll. Sesekali Ny.I membeli lauk di luar.
f. Harapan keluarga
Tn.P berharap keluarganya selalu sehat wal’afiat walaupun
anaknya sudah menderita bronkhitis akut dan keluarga juga
berharap petugas kesehatan dapat memberikan pelayanan yang
baik, tepat, dan cepat kepada siapa saja yang membutuhkan.
Tidak membeda-bedakan seseorang dalam memberikan
pelayanan kesehatan, miskin maupun kaya.
g. Pemeriksaan individu tiap anggota keluarga (pemeriksaan fisik)
Jenis Pemeriksaan Tn.P Ny.I Nn.N (Anak ke-2) An.A (anak ke-3)
Riwayat penyakit Bronkhitis kronik Glukoma Hipertensi okuler -
saat ini
Keluhan yang Pusing, sesak nafas Pusing Pusing, mata -
dirasakan terasa pegal
Tanda dan gejala Bersin-bersin, seseak Mata terasa pegal Pusing dan mata -
saat kelelahan dan sakit kepala terasa lelah serta
saat kelelahan pegal di sekitar
mata
Riwayat penyakit Tn.P pernah Ny.I pernah Nn.N pernah An.A pernah di
sebelumnya menderita bronkhitis oprasi kornea menderita diagnosa gejala
kronik, dan Tn.P sebelah kanan, bronkitis akut, Tipus dan DBD,
hanya meminum sehingga mata Nn.N di rawat An.A di raawat
jamu. Terkadang kanannya tidak jalan dan jalan dan sembuh
bila Tn.P terlalu dapat berfungsi sekarang sudah
kelelahan, Tn.P lagi sembuh. Nn.N
merasa pegal-pegal menderita
lagi. Hipertensi
okuler, Nn.N di
rawat jalan,
namun bila Nn.N
kelelahan atau
mengkonsumsi
makanan/
minuman
(pantangan)
matanya sakit lagi.
TTV TD : 130/90mmHg TD:110/70mmHg TD:120/90mmHg TD:120/90mmHg
RR : 26x/menit RR: 22x/menit RR: 24x/menit RR: 20x/menit

27
N : 80x/menit N : 86x/menit N : 84x/menit N : 84x/menit
S : 36 C S : 36 C S : 36 C S : 36 C
Kepala Rambut Rambut hitam dan Rambut hitam, Rambut hitam,
hitam,beruban lurus, beruban, lurus, lurus, panjangdan lurus, pendek
panjang dan bersih pendek dan bersih bersih dan bersih
Mata Kedua mata Kedua mata Kedua mata Kedua mata
simetris,konjungtiva simetris, simetris, simetris,
an-anemis, sklera konjungtiva an- konjungtiva an- konjungtiva an-
tidak ikterik,anemis, sklera anemis, sklera anemis, sklera
penglihatan baik, tidak ikterik, tidak ikterik, tidak ikterik,
apabila membaca penglihatan baik, penglihatan baik, penglihatan
harus menggunakan apabila membaca reflek pupil baik, reflek pupil
kacamata.(+3). harus positif (+) positif (+)
menggunakan
kacamata (+2).
Hidung Hidung simetris, Hidung simetris,Hidung simetris, Hidung simetris,
tidak ada polip, tidak ada polip, tidak ada tidak ada polip,
tidak sinusitis, tidak sinusitis,
polip, tidak tidak sinusitis,
penciuman baik penciuman baik.sinusitis, penciuman baik.
penciuman baik
Paru I : Pengembangan I: Pengembangan I: Pengembangan I: Pengembangan
paru simetris paru simetris paru simetris paru simetris
P : Vokal Premitus P: Vokal Premitus P: Vokal Premitus P:Vokal Premitus
sama sama sama sama
P : Redup P : Redup P : Redup P : Redup
A : wezzing A : Vesikuler A : Vesikuler A : Vesikuler
Abdomen I : Simetris I : Simetris I : Simetris I : Simetris
A : Refluk 15x/mnt A:Refluk 15x/mnt A:Refluk 15x/mnt A:Refluk15x/mnt
P : Tidak ada nyeri P : Tidak ada P : Ada nyeri P : Tidak ada
tekan nyeri tekan tekan di ulu hati nyeri tekan
P : Timpani P : Timpani P : Timpani P : Timpani
Genetalia Tidak terpasang Tidak terpasang Tidak terpasang Tidak terpasang
kateter, tidak kateter, tidak kateter, tidak kateter, tidak
terdapat hemoroid terdapat hemoroid terdapat hemoroid terdapat
hemoroid
Ekstremitas Pada ekstremitas Pada Pada ekstremitas Pada
atas dan bawah ekstremitas atas atas dan bawah ekstremitas atas
tidak ada dan bawah tidak tidak ada dan bawah tidak
pembengkakan, ada pembengkakan, ada
pergerakan aktif pergerakan aktif

28
pembengkakan, pembengkakan,
pergerakan aktif pergerakan aktif

2. Analisa data
No Data Problem Etiologi
1. DS: Ketidakefektifan Ketidakmampuan
a) Tn. P mengatakan dadanya pola nafas keluarga dalam
sesak merawat
b) Klien mengatakan susah penyakit brnkhitis
untuk bernapas, terutama bila kronik
Tn.P kelelahan.
c) Klien mengatakan susah tidur
d) Ny.I mengatakan jika
serangan sesak datang hanya
minum obat yang di beli di
warung atau dikerok.
DO:
a) Tn.P tampak lemah
b) Tn.P tampak bernafas melalui
mulut
c) TTV :
TD : 130/90 mmHg
RR : 26X / menit
N : 80X / menit
S : 36 C
2. DS : Managemen Ketidakmampuan
regimen terapeutik keluarga dalam
a) Keluarga mengatakan tidak
tidak efektif mengenal masalah
tahu/tidak mengerti terlalu
kesehatan/
rinci dengan penyakit pada
bronkhitis kronik
Tn.P baik itu mengenai
pengertian, tanda gejala,
etiologi maupun pencegahan
dan perawatannya.
b) Ny. I mengatakan selalu
bertanya kepada petugas
kesehatan tentang penyakit
yang diderita Tn.P
c) Ny.I mengatakan khawatir
terhadap kesehatan Tn.P

29
DO :
a) Keluarga tidak mampu
menjelaskan tentang penyakit
bronkhitis kronik yang diderita
Tn.P
b) Tn.P dan Ny.I banyak
bertanya kepada perawat
mengenai penyakit bronkhitis
kronik

3. Diagnosa keperawatan
a. Managemen regimen terapeutik tidak efektifberhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga dalam mengenal masalah kesehatan/
bronkhitis kronik.
b. Ketidakefektifan pola nafas b/d ketidakmampuan keluarga dalam
merawat penyakit bronkhitis kronik
4. Intervensi
N Problem Etiologi Tujuan Kriteria Hasil
o
Umum Khusus Kriteria Standart
1. Managem Ketidakmampu Setelah a) keluarga a) Verbal a) Berikan penkers tentang
en regimen an keluarga dilakukan dan Tn.P pengertian, penyebab,
terapeutik dalam tindakan mampu tanda dan gejala,
tidak mengenal keperawatan menyebutkan penatalaksanaan
efektif masalah selama 1x30 pengertian,tan bronkhitis kronik.
kesehatan/ menit da dan b) Anjurkan keluarga
bronkhitis kunjungan gejala untuk membantu klien
kronik. rumah, penyakit untuk menjaga pola
keluarga asma istirahat dan
mengetahui bronchial. menghindari faktor-
tentang b) Keluarga faktor pemicu yang
penyakit dapat dapat menyebabkan
bronkhitis mengatasi kambuhnya bronkhitis
kronik. penyakit kronik.
bronkhitis b) Sikap c) Anjurkan Keluarga dan
kronik. Tn.P secara teratur
memeriksa Tn.P ke
dokter atau puskesmas.
c) Psikomo d) Anjurkan keluarga
tor mendukung Tn. P
untuk minum/
mengkonsumsi obat

30
bronkhitis sesuai anjuran
dokter
2. Ketidakefe Ketidakmampu Setelah a) Keluarga a) Verbal a) Kaji tingkat
ktifan pola an keluarga dilakukan mampu pengetahuan keluarga
nafas dalam merawat tindakan memahami tentang penyakit
penyakit keperawatan tentang bronkhitiskronik.
bronkhitis selama 1 x 30 bronkhitis b) Berikan penkes tentang
kronik menit keluarga kronik. b) Sikap penyakit bronkhitis
mampu b) Keluarga kronik.meliputi,
mengatasi mampu pengertian, tanda dan
ketidakefektifa mengambil gejala,penyebab dan
n pola keputusan. penatalaksanaannya.
nafas Tn.P c) Beri kesempatan
pada klien dan keluarga
untuk menanyakan
materi yang belum
jelas.
d) Anjurkan keluarga untuk
memperhatikan pola
istirahat dan faktor
pencetus kambuhnya
asma.
c) Psikomo e) Anjurkan Tn.P bila
tor bronkhitis kronik/sesak
nafasnya kambuh
sesegera mungkin
mengkonsumsi obat
yang di berikan dokter

31
5. Implementasi
No Diagnosa Tanggal/jam Tindakan Paraf
Keperawatan
1. Diagnosa 1 22 e) Memerikan penkes tentang Rena
OKTOBER pengertian, penyebab, tanda
19 dan gejala, penatalaksanaan
08:00 bronkhitis kronik.
f) Menganjurkan keluarga
untuk membantu klien
untuk menjaga pola istirahat
dan menghindari faktor-faktor
pemicu yang dapat
menyebabkan kambuhnya
bronkhitis kronik.
g) Menganjurkan Keluarga dan
Tn.P secara teratur
memeriksa Tn.P ke dokter
atau puskesmas.
h) Menganjurkan keluarga
mendukung Tn. P untuk
minum/ mengkonsumsi obat
bronkhitis sesuai anjuran
dokter
2. Diagnosa 2 09:00 a) Mengkaji tingkat pengetahuan Rena
keluarga tentang penyakit
bronkhitiskronik.
b) Memberikan penkes tentang
penyakit bronkhitis
kronik.meliputi, pengertian,
tanda dan gejala,penyebab dan
penatalaksanaannya.
c) Memberikan kesempatan
pada klien dan keluarga untuk
menanyakan materi yang
belum jelas.
d) Menganjurkan keluarga untuk
memperhatikan pola istirahat
dan faktor pencetus
kambuhnya asma.
e) Menganjurkan Tn.P bila
bronkhitis kronik/sesak
nafasnya kambuh sesegera

32
mungkin mengkonsumsi obat
yang di berikan dokter

6. Evaluasi
No Diagnosa Tanggal/jam Evaluasi Paraf
Keperawatan
1. Diagnosa 1 12:00 S : Klien mengatakan paham REN
tentang penyakit asma A
bronchial.
- Keluarga mengatakan
bersedia membantu Tn.P
untuk menjaga pola istirahat
dan menghindari faktor-
faktor pemicu yang dapat
menyebabkan kambuhnya
asma.
- Tn.P mengatakan akan
memeriksakan dirinya ke
dokter secara teratur.

O : Klien mampu
menjelaskan kembali tentang
penyakit asma bronchial.

- Keluarga terlihat
bersemangat

- Keluarga tampak
memberikan suport pada Tn.P

A : Masalah Teratasi

P ; Hentikan intervensi

2 Diagnosa 2 12:30 S : Klien mengatakan belum REN


paham betul tentang penyakit A
asma bronchial.
- Klien mengatakan setelah
diberikan penkes, klien dapat
ilmu tentang penyakit asma
bronchial.meliputi,
pengertian, tanda & gejala,

33
penyebab dan
penatalaksanaan.
- Klien betanya tentang apa
saja pencetusnya?
- keluarga mengatakan akan
selalu mengingatkan Tn.P
- Klien mengatakan akan
minum obat saat kambuh.
O : Klien terlihat
bertanyatanya
- Klien mampu menjawab
ketika ditanya tentang
penyakit asma bronchial.
meliputi pengertian, tanda &
gejala, penyebab dan
penatalaksanaan.
- Kluarga tampak aktif
bertanya.
Arifatunisa
-klien tampak kooperatif
- Keluarga tampak
memberikan dukungan pada
klien.
A : Masalah teratasi
P : Hentikan Intervensi

C. PENGKAJIAN BERDASARKAN
1. Index kats
NO AKTIVITAS MANDIRI TERGANTUNG

1. Mandi V
a. Mandiri : Bantuan
hanya pada satu
bagian mandi ( seperti
punggung atau
ekstremitas yang tidak
mampu ) atau mandi
sendiri sepenuhnya
b. Tergantung : Bantuan
mandi lebih dari satu

34
bagian tubuh, bantuan
masuk dan keluar dari
bak mandi, serta tidak
mandi sendiri
2. Berpakaian V
a. Mandiri : Mengambil
baju dari lemari,
memakai pakaian,
melepaskan pakaian,
mengancingi/mengikat
pakaian.
b. Tergantung : Tidak
dapat memakai baju
sendiri atau hanya
sebagian
3. Ke Kamar Kecil V
a. Mandiri : Masuk dan
keluar dari kamar kecil
kemudian
membersihkan
genetalia sendiri
b. Tergantung :
Menerima bantuan
untuk masuk ke kamar
kecil dan menggunakan
pispot
4. Berpindah V
a. Mandiri : Berpindah
ke dan dari tempat
tidur untuk duduk,
bangkit dari kursi
sendiri
b. Bergantung : Bantuan
dalam naik atau turun
dari tempat tidur atau
kursi, tidak melakukan
satu, atau lebih
perpindahan
5. Kontinen V

35
a. Mandiri : BAK dan
BAB seluruhnya
dikontrol sendiri
b. Tergantung :
Inkontinensia parsial
atau total; penggunaan
kateter,pispot, enema
dan pembalut ( pampers
)
6. Makan V
a. Mandiri : Mengambil
makanan dari piring
dan menyuapinya
sendiri
b. Bergantung : Bantuan
dalam hal mengambil
makanan dari piring
dan menyuapinya,
tidak makan sama
sekali, dan makan
parenteral ( NGT )

Keterangan : Beri tanda ( v ) pada point yang sesuai kondisi klien


Analisis Hasil :
1. Nilai A : Kemandirian dalam hal makan, kontinen
(BAK/BAB ), berpindah, kekamar kecil, mandi
dan berpakaian.
2. Nilai B : Kemandirian dalam semua hal kecuali satu dari
fungsi tersebut
3. Nilai C : Kemandirian dalam semua hal, kecuali mandi dan
satu fungsi tambahan
4. Nilai D : Kemandirian dalam semua hal, kecuali mandi,
berpakaian, dan satu fungsi tambahan
5. Nilai E : Kemandirian dalam semua hal kecuali mandi,
berpakaian, ke kamar kecil, dan satu fungsi
tambahan.
6. Nilai F : Kemandirian dalam semua hal kecuali mandi,
berpakaian, ke kamar kecil, berpindah dan satu
fungsi tambahan
7. Nilai G : Ketergantungan pada keenam fungsi tersebut

36
Hasilnya : Nilai A (karena semua aktivitas
dilakukan secara mandiri)
JADI : Nilai A : Kemandirian dalam hal makan, kontinen
(BAK/BAB), berpindah, kekamar kecil, mandi dan
berpakaian.
2. SPMSQ

Skore No Pertanyaan Jawaban

+ -

+ 1 Tanggal berapa hari ini? 22 Oktober 2019

+ 2 Hari apa sekarang ? Minggu

+ 3 Apa nama tempat ini ? Singaparna

+ 4 Berapa nomor telepon Klien diam dan tidak


anda ? menjawab.

Dimana alamat anda ? Tegal

(tanyakan bila memiliki


telepon)

+ 5 Berapa umur anda? 57 tahun

+ 6 Kapan anda lahir? Klien diam dan tidak


menjawab.

- 7 Siapa presiden indonesia SBY


sekarang ?

+ 8 Siapa presiden sebelumya? Jokowi

+ 9 Siapa nama ibu anda? Sudirah

- 10 Berapa 20-3 (begitu Klien diam dan tidak


seterusnya sampai menjawab.
bilangan terkecil )

Keterangan :
1. Kesalahan 0-2 : fungsi intelektual utuh
2. Kesalahan 3-4 : kerusakan intelektual ringan

37
3. Kesalahan 5-7 : kerusakan intelektual sedang
4. Kesalahan 8-10: kerusakan intelektual berat
Hasil :
Jumlah jawaban benar adalah 8 dan jawaban salah sebanyak 3
dan di kategorikan dalam kerusakan intelektual ringan.

3. MMSE
Mini-Mental State Exam (MMSE)
a. Nama : Tn. P
b. Umur : 57 tahun
c. Jenis kelamin : Laki laki
d. Pekerjaan : PNS

No Item Penilaian Benar Salah (0)


(1)
1. Orientasi
a. Tahun berapa sekarang? 1
2019
b. Musim apa sekarang? 1
kemarau
c. Tanggal berapa sekarang? 1
22
d. Hari apa sekarang? Minggu 1
e. Bulan apa sekarang ? 1
Oktober
f. Dinegara mana anda 1
tinggal?
Indonesia 1
g. Di Provinsi mana anda
tinggal? Jawa Tengah 1
h. Di kabupaten/kota mana
anda tinggal? Tegal 1
i. Di kecamatan mana anda
tinggal? Bantul 1
j. Di desa mana anda tinggal?
Singaparna
2. Registrasi
Minta klien menyebutkan tiga
obyek

38
a. Meja 1
b. Kursi 1
c. Kasur 1
3. Perhatian dan Kalkulasi
a. Minta klien mengeja 5 kata
dari belakang (BAPAK)
1) K 1
2) A 1
3) P 1
4) A 1
5) B 1
4. Mengingat
a. Minta klien untuk
mengulang 3 obyek diatas
1) Meja 1
2) Kursi 1
3) Kasur 1
5. Bahasa
a. Penamaan
1) Tunjukkan 2 benda,
minta klien
menyebutkan: 1
a) Jam tangan 1
b) Pensil
b. Pengulangan
1) Minta klien mengulangi
tiga kalimat berikut. 1
a) “Tak ada jika, dan,
atau tetapi “
c. Perintah tiga langkah 1
1) Ambil kertas ! 1
2) Lipat dua ! 1
3) Taruh dilantai !
d. Turuti hal berikut 1
1) Tutup mata 1
2) Tulis satu kalimat 1
3) Salin gambar
JUMLAH 30

39
Keterangan :
1. Nilai 24-30 : Normal
2. Nilai 17-23 : Probable Gangguan Kongnitif
3. Nilai 0-16: Definitif Gangguan Kongnitif

Hasil :

Total dari pengkajian diatas : 30 dan pasien tersebut


termasuk pada kategori normal

4. Barthel Index

a. Nama Klien : Tn. P


b. Usia : 57 tahun
c. Alamat : Tegal
d. Jenis Kelamin : Laki laki
e. Sumber Informasi : Istri dan klien
Tabel 1. Lembar Pengkajian Indeks Barthel
No. Item Yang Dinilai Skor
1. Makan 0 = Tidak mampu
1 = Butuh bantuan memotong lauk,
mengoles mentega dll
2 = Mandiri
2. Mandi 0 = Tergantung orang lain
1 = Mandiri
3. Perawatan diri 0 = Membutuhkan bantuan orang lain
1 = Mandiri dalam perawatan muka,
rambut, gigi, dan bercukur
4. Berpakaian 0 = Tergantung orang lain
1 = Sebagian dibantu (misal mengancing
baju)
2 = Mandiri

40
5. Buang air kecil 0 = Inkontinensia atau pakai kateter dan
tidak terkontrol
1 = Kadang Inkontinensia (maks, 1x24
jam)
2 = Kontinensia (teratur untuk lebih dari
7 hari)
6. Buang air besar 0 = Inkontinensia (tidak teratur atau
perlu enema)
1 = Kadang Inkontensia (sekali
seminggu)
2 = Kontinensia (teratur)
7. Penggunaan toilet 0 = Tergantung bantuan orang lain
1 = Membutuhkan bantuan, tapi dapat
melakukan beberapa hal sendiri
2 = Mandiri
8. Transfer 0 = Tidak mampu
1 = Butuh bantuan untuk bisa duduk (2
orang)
2 = Bantuan kecil (1 orang)
3 = Mandiri
9. Mobilitas (berjalan 0 = Immobile (tidak mampu)
diperumukaan 1 = Menggunakan kursi roda
datar) 2 = Berjalan dengan bantuan satu orang
3 = Mandiri (meskipun menggunakan
alat bantu seperti, tongkat)
10. Naik turun tangga 0 = Tidak mampu
1 = Membutuhkan bantuan (alat bantu)
2 = Mandiri

Keterangan :

41
Skor Keterangan
20 Mandiri
19 – 12 Ketergantungan ringan
11 – 9 Ketergantungan sedang
8–5 Ketergantungan berat
4–0 Ketergantungan total

Index barthel digunakan untuk mengkaji ADL klien :

No Item Yang Dinilai Skor

1 Makan 2

2 Mandi 1

3 Perawatan diri 1

4 Berpakaian 2

5 Buang air kecil 2

6 Buang air besar 0

7 Pengguanaan toilet 1

8 Transfer 2

9 Mobilisasi 3

10 Naik turun tangga 0

Total Skor : 14 (Ketergantungan ringan)

5. Skala Depreso Yesavage

INVENTARIS DEPRESI YESAVAGE

Nama Klien : Tn. P


Jenis Kelamin :L
Umur : 57 tahun
Agama : Islam

42
Pendidikan : S1
Alamat : Tegal

NO PERTANYAAN YA TIDAK

1 Apakah bapak/ibu sebenarnya puas dengan YA TIDAK


kehidupan bapak/ibu?

2 Apakah bapak/ibu telah meninggalkan banyak YA TIDAK


kegiatan dan minat atau kesenangan bapak/ibu?

3 Apakah bapak/ibu merasa kehidupan bapak/ibu YA TIDAK


kosong?

4 Apakah bapak/ibu sering merasa bosan? YA TIDAK

5 Apakah bapak/ibu mempunyai semangat yang baik YA TIDAK


setiap saat?

6 Apakah bapak/ibu takut bahwa sesuatu yang buruk YA TIDAK


akan terjadi pada bapak/ibu?

7 Apakah bapak/ibu merasa bahagia untuk sebagian YA TIDAK


hidup bapak/ibu?

8 Apakah bapak/ibu sering merasa tidak berdaya? YA TIDAK

9 Apakh bapak/ibu lebih senang tinggal dirumah dari YA TIDAK


pada pergi keluar dan mengerjakan sesuatu hal
yang baru?

10 Apakah bapak/ibu merasa mempunyai banyak YA TIDAK


masalah dengan daya ingat bapak/ibu
dibandingkan kebanyakan orang?

43
11 Apakah bapak/ibu pikir bahwa hidup bapak/ibu YA TIDAK
sekarang ini menyenangkan?

12 Apakah bapak/ibu merasa tidak berharga seperti YA TIDAK


perasaan bapak/ibu saat ini?

13 Apakah bapak/ibu meras penuh semangat? YA TIDAK

14 Apakah bapak/ibu merasaan bahwa keadaan YA TIDAK


bapak/ibu tidak ada harapan?

15 Apakah bapak/ibu pikir bahwa orang lain lebih YA TIDAK


baik keadaannya dari bapak/ibu?

Total nilai: (hitunglah jawaban yang bercetak tebal dan bergaris bawah)

KETERANGAN :

 Jawaban yang bercetak tebal dan bergaris bawah bernilai 1


 Kemudian dngan mengetahui skor total ditentukan tingkatan depresi dengan
kriteria:
 0-4 tidak ada gejala depresi
 5-8 gejala depresi ringan
 9-11 gjala depresi sedang
 12-15 gejala depresi berat

Hasil : Inventaris depresi yesavage (untuk mengetahui nilai depresi pasien) nilai
yang di dapat adalah 10, yang berartikan klien hanya mengalami depresi sedang
sesuai dengan yangg ada di keterangan skala depresi yesavage

6. Keseimbangan Sulivan

No Test koordinasi Keterangan Nilai

1 Berdiri dengan postur normal Mampu melakukan aktivitas 4

2 Berdiri dengan postur normal, menutup mata Mampu melakukan aktivitas 4

44
3 Berdiri dengan kaki rapat Mampu melakukan aktivitas 4

4 Berdiri dengan satu kaki Mampu melakukan aktivitas 4

5 Berdiri, fleksi tunk dan berdiri ke posisi netral Mampu melakukan aktivitas 4

6 Berdiri, lateral dan fleksi trunk Mampu melakukan aktivitas 4

7 Berjalan, tempatkan tumit salah satu kaki di Mampu melakukan aktivitas 4


depan jari kaki yang lain

8 Berjalan sepanjang garis lurus Mampu melakukan aktivitas 4

9 Berjalan mengikuti tanda gambar pada lantai Mampu melakukan aktivitas 3

10 Berjalan menyamping Mampu melakukan aktivitas 4

11 Berjalan mundur Mampu melakukan aktivitas 4

12 Berjalan mengikuti lingkaran Mampu melakukan aktivitas 4

13 Berjalan pada tumit Mampu melakukan aktivitas 4

14 Berjalan dengan ujung kaki Mampu melakukan aktivitas 3

Jumlah

Keterangan:
4 : mampu melakukan aktifitas dengan lengkap

3 : mampu melakukan aktifitas dengan bantuan

2 : mampu melakukan aktifitas dengan bantuan maksimal

1 : tidak mampu melakukan aktifitas

Nilai :

42-54 :mampu melakukan aktifitas

28-41 : mampu melakukan sedikit bantuan

14-27 : mampu melakukan bantuan maksimal

14 : tidak mampu melakukan

Nilai nya 54 : mampu melakukan aktifitas

45
46
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Bronkitis kronis adalah suatu inflamasi pada bronkus yang sifatnya


menahun (berlangsung lama) dan disebabkan oleh berbagai faktor, baik
yang berasal dari luar bronkus maupun dari dalam bronkus itu sendiri.
Bronkitis kronis itu sendiri ditandai dengan produksi mukus
trakeobronkial yang berlebihan, sehingga menimbulkan batuk dengan
ekspektorasi sedikitnya 3 bulan dalam setahun dan paling sedikit 2 tahun
secara berturut-turut. (Somantri I, 2009).

B. Saran
Dalam pembutan makalah ini banyak pemahaman yang dapat
dipahami secara langsung namun kurang dari segi pemahaman yang
lainya. Untuk pengembangan lebih lanjut dapat mencari sumberlain
sebagai referensi. Semoga apa yang telah diuraikan diatas dapat
memberi manfaat bagi kita semua. Dan penyusun menyadari masih
banyak kekurangan dalam makalah ini. Untuk itu, kritik dan sarang yang
membangun sangat penyusun harapkan.

47
DAFTAR PUSTAKA

Baloguris, 2010. Patofisiologi bronchitis. Diakses pada tanggal 13/10/2019.


Dikutip dari www.dokterz-journal.blogspot.com

Iskandar. 2010. Penyakit paru dan saluran, PT.Bhuana llmu Populer, Jakarta.

MenKes RI.2007Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor


376/MENKES/SK/III/2007 tentang standar pelayanan fisioterapi. Jakarta

https://www.slideshare.net/shibunn/format-pengkajian-gerontik

https://www.scribd.com/doc/177597428/pengkajian-gerontik-asuhan-

keperawatan-pada-lansia

48

Anda mungkin juga menyukai