Anda di halaman 1dari 45

PROPOSAL

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA HIPERTENSI DENGAN


PEMBERIAN AROMA TERAPI LEMON DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS TAMANSARI KOTA TASIKMALAYA

Disusun Oleh :
RENA
NIM. E1714401027

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TASIKMALAYA
TAHUN 2020
PROPOSAL

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA HIPERTENSI DENGAN


PEMBERIAN AROMA TERAPI LEMON DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS TAMANSARI KOTA TASIKMALAYA

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat


Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya
Program Studi D III Keperawatan

Oleh :
RENA
NIM. E1714401027

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TASIKMALAYA
TAHUN 2020
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT

Yang bertandatangan dibawah ini :


Nama : RENA
Nim : E171440107
Program Studi : D-III Keperawatan
Angkatan : 2017

Menyatakan bahwa saya tidak melakukan kegiatan plagiat dalam


penulisan proposal laporan tugas akhir yang berjudul : “Asuhan Keperawatan
Keluarga Hipertensi dengan Pemberian Aroma Terapi Lemon di Puskesmas
Tamansari Kota Tasikmlaya.
Apabila suatu saat nanti saya terbukti melakukan tindakan plagiat, maka saya
akan menerima sanksi yang telah di tetapkan.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

Tasikmalaya, Maret 2020

i
LEMBAR PERNYATAAN
ORGINALITAS KARYA TULIS ILIMIAH

Judul KTI : Asuhan keperawatan keluarga hipertensi dengan


pemberian aroma terapi lemon di puskesmas Tamansari

Nama Penulis : RENA

NIM : E1714401027

Fakultas/Jurusan : Fakultas Ilmu Kesehatan/ Diploma III Keperawatan

Saya yang bertanda tangan dibawah ini, menyatakan bahwa karya dengan
judul tersebut merupakan karya original (hasil karya sendiri) dan belum pernah di
publikasikan atau merupakan karya dari orang lain, kecuali dalam bentuk kutipan
dari beberapa sumber yang telah di cantumkan.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan apabila terbukti
terdapat pelanggaran di dalamnya, maka saya bersedia untuk menanggung dan
menerima segala konsekwensinya, sebagai bentuk tanggung jawab dari saya.

Tasikmalaya, Maret 2020

ii
HALAMAN PERSETUJUAN

Telah di setujui oleh pembimbing untuk dipertahankan di depan tim


penguji Karya Tulis Ilmiah Program Studi Diploma III Keperawatan Fakultas
Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya

Tasikmalaya, Maret 2020

Pembimbing Utama

Nina Pamela Sari, M.Kep


NIDN: 0430047703

Pembimbing Pendamping

Miftahul Falah, S.Kep., Ns., MSN.


NIDN: 0417049202

iii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Alloh SWT, karena berkat,
rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini yang
berjudul “Asuhan Keperawatan Keluarga Hipertensi Dengan Pemberian Aroma
Terapi Lemon di Puskesmas Tamansari Kota Tasikmalaya Tahun 2020”.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini tidak
luput dari hambatan dan cobaan, akan tetapi berkat anugrah dari Alloh SWT Yang
Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang serta dukungan dari berbagai pihak, makan
kesulitan dan hambatan itu dapat diatasi dengan baik. Atas dasar itulah penulis
mengucapkan terimakasih yang sebanyak-banyaknya kepada semua pihak yang
telah membantu menyelesaikan karya tulis ilmiah ini yaitu kepada:

1) Bapak Dr. Ahmad Qonit, AD.,MA selaku Rektor Universitas


Muhammadiyah Tasikmalaya
2) Ibu Sri Mulyanti M.kep selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya.
3) Ibu Nina Pamela Sari M.Kep selaku Ketua Prodi Diploma III Keperawatan
Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya.

4) Ibu Nina Pamela Sari M.Kep selaku pembimbing utama yang telah
memberikan bimbingan dan arahannya semaksimal mungkin sehingga
penulis dapat menyelesaikan Proposal Karya Tulis Ilmiah sesuai target
yang ditentukan.
5) Bapak Miftahul Falah, S.Kep., NS., MSN. selaku pembimbing
pendamping yang telah memberikan arahannya semaksimal mungkin
sehingga penulis dapat menyelesaikan Proposal Karya Tulis Ilmiah ini.
6) Seluruh staf Dosen, dan karyawan/karyawati Universitas Muhammadiyah
Tasikmalaya yang turut mendukung dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah
ini.
7) Mama dan Bapak tercinta yang telah memberikan dukungan materi dan
semangat, penuh kesabaran dan kasih sayang, perhatian dan terlebih-
lebihnya doa restunya yang menyertai penulis. Juga terimakasih kepada
kaka tercinta saya Dita yang telah membantu proses lancarnya kuliah saya.

iv
8) Sahabat-sahabat tersayang lambe turah yang selalu memberi dukungan dan
bantuannya.
9) Rekan-rekan mahasiswa program studi D-III Keperwatan Universitas
Muhammadiyah Tasikmalaya atas kerjasama dalam memberikan
dukungan dan bantuan dalam penulisan Proposal Karya Tulis Ilmiah ini.
10) Kepada dua lelaki special juga yang ada dikampus Umtas terimakasih
karena berkat adanya kalian dikampus tercinta ku membuat ku semangat
untuk kuliah sampai sekarang saya sedang menjalankan program karya
tulis ilmiah :D.

Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih banyak kekurangan
karena keterbatasan dan kemampuan penulis. Oleh karena itu penulis
mengharapkan kritik dan saran untuk kesempurnaan penyusunan yang akan
datang. Semoga kebaikan yang kita perbuat dapat menjadi amal soleh dan ibadah
bagi kita semua dan mendapatkan pahala yang setimpal dari Alloh SWT.

Tasikmalaya, 2020

Penulis

v
DAFTAR ISI

HALAMAN BEBAS PLAGIAT...................................................................i


HALAMAN ORGINALITAS......................................................................ii
HALAMAN PERSETUJUAN....................................................................iii
KATA PENGANTAR.................................................................................iv
DAFTAR ISI ...............................................................................................vi
DAFTAR TABEL ......................................................................................vii
LAMPIRAN ...................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................4
1.3 Tujuan..............................................................................................4
1.4 Manfaat............................................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
11.1 Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Penderita
Hipertensi dalam Pemberian Aroma Terapi Lemon.....................6
11.1.1 Pengkajian...........................................................................6
11.1.2 Diagnosa Keperawatan......................................................10
11.1.3 Tahap Perencanaan (Intervensi)........................................14
11.1.4 Tahap Implementasi..........................................................19
11.1.5 Evaluasi.............................................................................21
11.2 Konsep Aroma Terapi....................................................................22
BAB III METODE PENULISAN STUDI KASUS
111.1 Rancangan Studi Kasus.............................................................29
111.2 Subjek Studi Kasus....................................................................29
111.3 Fokus Studi Kasus.....................................................................29
111.4 Definisi Oprasional Fokus Studi Kasus....................................30
111.5 Tempat Dan Waktu...................................................................30
111.6 Metode Pengumpulan Data.......................................................31
111.7 Penyajian Data...........................................................................32
111.8 Etika Studi Kasus......................................................................32

.DAFTAR PUSTAKA

vi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1.........................................................................................................13
Tabel 2.2.........................................................................................................18

vii
BAB I
PENDAHULUAN

II.1 Latar belakang

Hipertensi merupakan keadaan ketika tekanan darah di pembuluh darah

meningkat secara kronis. Hal ini dapat terjadi karena jantung memompa lebih

keras untuk menyuplai oksigen dan nutrisi ke seluruh tubuh . Kondisi

kesehatan Tahun 2015 World Health Organization (WHO) mencatat satu

miliar orang di dunia menderita hipertensi. Setidaknya, ada 8,7 juta jiwa yang

dilibatkan dari 154 negara pendeirta hipertensi (Murray, 2015).

Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas, 2018) menunjukkan angka

kesakitan prevalensi penyakit hipertensi atau tekanan darah tinggi di Indonesia

cukup tinggi. Penyakit terbanyak pada lanjut usia adalah hipertensi (57,6%),

artritis (51,9%), stroke (46,1%). Prevalensi penduduk dengan tekanan darah

tinggi secara nasional sebesar 30,9%. Prevalensi tekanan darah tinggi pada

perempuan (32,9%) lebih tinggi dibanding dengan laki-laki (28,7%).

Prevalensi di perkotaan sedikit lebih tinggi (31,7%) dibandingkan dengan

perdesaan (30,2%).

Prevalensi kasus hipertensi untuk Provinsi Jawa Barat menurut Hasil

Riset Kesehatan Dasar Indonesia (Riskesdas) pada tahun 2018 prevalensi

Hipertensi berdasarkan Diagnosis Dokter atau Minum Obat Antihipertensi,

pada Penduduk Umur ≥18 Tahun menurut Provinsi di Jawa Barat yaitu

mencapai mencapai 9.67% (Riskesdas, 2018).

Kasus hipertensi pada lansia usia lebih dari 60 tahun pada tahun 2017

di Kota Tasikmalaya mencapai 22.865 dimana hipertensi menempati urutan

1
kedua sedangkan untuk tahun 2018 jumlah kasus hipertensi mencapai 86.940

berada di urutan pertama dari hasil rekap 10 penyakit terbesar (Profil Dinas

Kesehatan Kota Tasikmalaya, 2018). Hipertensi merupakan keadaan dimana

tekanan darah pada tubuh manusia meningkat, dan merupakan suatu kelainan

yang sulit diketahui oleh tubuh. Satu-satunya cara untuk mengetahui hipertensi

adalah dengan mengukur tekanan darah. Peningkatan tekanan darah yang tidak

ditangani akan menyebabkan komplikasi seperti stroke, gagal jantung, gagal

ginjal, diabetes (Christanto, 2014).

Pengobatan hipertensi ada dua jenis yaitu dengan farmakologis dan non

farmakologis. Pengobatan farmakologis atau dengan obat-obatan anti

hipertensi dalam jangka panjang bahkan seumur hidup, seperti deuretik,

simpatik, betabloker dan vasodilator (Susilo dan Wulandari, 2011). Obat

kimia deuretik memiliki kelebihan yaitu mempunyai ketepatan dalam dosis

karena dibuat dalam extraks atau zat aktif saja. Akan tetapi, kelemahannya

adalah memiliki efek samping yang lebih besar dibandingkankan dengan obat

herbal (Permadi, 2016).

Sedangkan, pengobatan nonfarmakologis yaitu dapat mengontrol

tekanan darah sehingga pengobatan formakologis menjadi tidak diperlukan

atau setidaknya ditunda (Susilo dan Wulandari, 2011). Beberapa contoh dari

terapi nonfarmakologi adalah aerobik, menggunakan kompres hangat maupun

dingin, mendengarkan musik relaksasi, relaksasi napas dalam dan aromaterapi

(Misaroh, 2018). Terapi aromaterapi adalah istilah modern yang digunakan

untuk proses penyembuhan kuno dengan menggunakan sari aromatik murni.

Tujuan penggunaan aromaterapi ini adalah untuk meningkatkan kesehatan dan

2
kesejahteraan tubuh, pikiran dan jiwa (Primadiati, 2012). Perasaan sedih atau

kekosongan, kehilangan minat dalam kegiatan biasa merupakan beberapa dari

banyak tanda-tanda peringatan depresi yang dapat menyebabkan gangguan

kardiovaskuler seperti hipertensi (APA, 2011)

Penelitian yang dilakukan oleh Murtianingsih (2017) menemukan

pengaruh pemberian lemon aromaterapi dalam pada kelompok intervensi dan

kelompok kontrol. Nilai p value tekanan darah sistol kelompok intervensi yaitu

0,004 dan tekanan darah diastolik kelompok intervensi yaitu 0,019 yang berarti

terdapat pengaruh pemberian lemon aromaterapi terhap penurunan tekanan

darah.

Kemudian penelitian Werdyastri (2014) menemukan aromaterapi

lemon berpengaruh dalam menurunkan tekanan darah, relaksasi nafas dalam

juga berpengaruh dalam menurunkan tekanan darah. Hasil uji statistik

menggunakan Independent t-test tidak ada perbedaan efektifitas aromaterapi

lemon dan relaksasi nafas dalam terhadap penurunan tekanan darah pada

pasien hipertensi. Begitupun dengan hasil penelitian Nata (2018) yang

menggunakan aroma terapi lemon selama 15 menit perlakuan. Hasil penelitian

menunjukan bahwa rata-rata tekanan arteri rata-rata (MAP) pre test adalah

118,8235 dan nilai MAP post test adalah 112,4118 dengan demikian terdapat

penurunan tekanan darah yang bermakna secara statistik (p) value = 0,004 atau

< 0,05, setelah terapi aroma lemon.

Data yang diperoleh dari Puskesmas Tamansari didapatkan informasi

bahwa kasus hipertensi pada tahun 2019 cukup tinggi dan terjadi peningkatan

bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Menurut hasil wawancara dengan

3
petugas Puskesmas, selama ini belum pernah dilakukan asuhan keperawatan

pada penderita hipertensi dengan menggunakan aroma terapi khususnya aroma

lemon. Terdapat jumlah pasien hipertensi dalam tiga bulan terakhir meliputi

bulan Januari sampai Maret tahun 2020 ialah sebanyak 113 orang yang

terdiagnosis hipertensi. Hasil wawancara dengan 1 orang pasien yang

mengalami hipertensi tentang terapi aroma lemon didapatkan penderita tidak

mengetahui jika tekanan darah tinggi dapat diturunkan dengan terapi aroma

terapi lemon.

II.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian tersebut, maka rumusan masalah dalam penelitian ini

adalah “Bagaimanakah asuhan keperawatan keluarga hipertensi dengan

pemberian aroma terapi lemon di Wilayah Kerja Puskesmas Tamansari Kota

Tasikmalaya?”

II.3 Tujuan Asuhan Keperawatan

Menggambarkan asuhan keperawatan keluarga hipertensi dengan pemberian

aroma terapi lemon di Wilayah Kerja Puskesmas Tamansari Kota Tasikmalaya

II.4 Manfaat Studi Kasus

II.4.1 Bagi Masyarakat

Meningkatkan pengetahuan masyarakat dalam meningkatkan kemandirian

perawatan hipertensi melalui pemberian aroma terapi lemon untuk

menurunkan tekanan darah.

4
II.4.2 Bagi Pengembangan Ilmu dan Teknologi Keperawatan

Menambah keluasan ilmu dan teknologi terapan bidang keperawatan

dalam menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi dengan

pemberian aroma terapi lemon.

II.4.3 Penulis

Memperoleh pengalaman dalam mengimpelemntasikan prosedur

pemberian aroma terapi lemon untuk penderita hipertensi

II.4.4 Penelitian Selanjutnya

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan dalam melakukan penelitian

dengan fenomena-fenomena yang sedang terjadi di masyarakat khususnya

terhadap keluarga pasien hipertensi.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Penderita Hipertensi Dalam


Pemberian Aroma Terapi Lemon

Asuhan keperawatan keluarga merupakan suatu rangkaian kegiatan dalam

praktek keperawatan yang diberikan pada klien sebagai anggota keluarga

pada tatanan komunitas dengan menggunakan proses keperawatan,

berpedoman pada standar keperawatan dalam lingkup wewenang serta

tanggung jawab keperawatan (WHO, 2014).

Asuhan keperawatan keluarga adalah suatu rangkaian yang diberikan

melalui praktik keperawatan dengan sasaran keluarga. Asuhan ini bertujuan

untuk menyelesaikan masalah kesehatan yang dialami keluarga dengan

menggunakan pendekatan proses keperawatan, yaitu sebagai berikut

(Heniwati, 2015) :

II.1.1 Pengkajian

Pengkajian merupakan langkah awal pelaksanaan asuhan

keperawatan, agar diperoleh data pengkajian yang akurat dan sesuai

dengan keadaan keluarga. Sumber informasi dari tahapan pengkaajian

dapat menggunakan metode wawancara keluarga, observasi fasilitas

rumah, pemeriksaan fisik pada anggota keluarga dan data sekunder. Hal-

hal yang perlu dikaji dalam keluarga adalah :

1. Data Umum

Pengkajian terhadap data umum keluarga meliputi :

6
a. Nama kepala keluarga

b. Alamat dan telepon

c. Pekerjaan kepala keluarga

d. Pendidikan kepala keluarga

e. Komposisi keluarga dan genogram

f. Tipe keluarga

g. Suku bangsa

h. Agama

i. Status sosial ekonomi keluarga

j. Aktifitas rekreasi keluarga

2. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga meliputi :

a. Tahap perkembangan keluarga saat ini ditentukan dengan anak

tertua dari keluarga inti.

b. Tahap keluarga yang belum terpenuhi yaitu menjelaskan mengenai

tugas perkembangan yang belum terpenuhi oleh keluarga serta

kendala mengapa tugas perkembangan tersebut belum terpenuhi.

c. Riwayat keluarga inti yaitu menjelaskan mengenai riwayat

kesehatan pada keluarga inti yang meliputi riwayat penyakit

keturunan, riwayat kesehatan masing-masing anggota keluarga,

perhatian terhadap pencegahan penyakit, sumber pelayanan

kesehatan yang biasa digunakan keluarga serta pengalaman-

pengalaman terhadap pelayanan kesehatan.

d. Riwayat keluarga sebelumnya yaitu dijelaskan mengenai riwayat

kesehatan pada keluarga dari pihak suami dan istri.

7
3. Pengkajian Lingkungan

a. Karakteristik rumah

b. Karakteristik tetangga dan komunitas RW

c. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat

d. Sistem pendukung keluarga

4. Struktur keluarga

a. Pola komunikasi keluarga yaitu menjelaskan mengenai cara

berkomunikasi antar anggota keluarga.

b. Struktur kekuatan keluarga yaitu kemampuan anggota keluarga

mengendalikan dan mempengaruhi orang lain untuk merubah

perilaku.

c. Struktur peran yaitu menjelaskan peran dari masing-masing

anggota keluarga baik secara formal maupun informal.

d. Nilai atau norma keluarga yaitu menjelaskan mengenai nilai dan

norma yang dianut oleh keluarga yang berhubungan dengaan

kesehatan.

e. Fungsi keluarga :

a. Fungsi afèktif, yaitu perlu dikaji gambaran diri anggota

keluarga, perasaan memiliki dan dimiliki dalam keluarga,

dukungan keluarga terhadap anggota keluarga lain, bagaimana

kehangatan tercipta pada anggota keluarga dan bagaimana

keluarga mengembangkan sikap saling menghargai.

8
b. Fungsi sosialisai, yaitu perlu mengkaji bagaimana berinteraksi

atau hubungan dalam keluarga, sejauh mana anggota keluarga

belajar disiplin, norma, budaya dan perilaku

c. Fungsi perawatan kesehatan, yaitu meenjelaskan sejauh mana

keluarga menyediakan makanan, pakaian, perlu dukungan serta

merawat anggota keluarga yang sakit. Sejauh mana

pengetahuan keluarga mengenal sehat sakit. Kesanggupan

keluarga dalam melaksanakan perawatan kesehatan dapat

dilihat dari kemampuan keluarga dalam melaksanakan tugas

kesehatan keluarga, yaitu mampu mengenal masalah kesehatan,

mengambil keputusan untuk melakukan tindakan, melakukan

perawatan kesehatan pada anggota keluarga yang sakit,

menciptakan lingkungan yang dapat meningkatan kesehatan

dan keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan yang

terdapat di lingkungan setempat.

d. Pemenuhan tugas keluarga. Hal yang perlu dikaji adalah sejauh

mana kemampuan keluarga dalam mengenal, mengambil

keputusan dalam tindakan, merawat anggota keluarga yang

sakit, menciptakan lingkungan yang mendukung kesehatan dan

memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada.

f. Stres dan koping keluarga

a. Stressor jaangka pendek dan panjang

9
1) Stressor jangka pendek yaitu stressor yang dialami keluarga

yang memerlukan penyelesaian dalam waktu kurang dari 5

bulan.

2) Stressorr jangka panjang yaitu stressor yang dialami

keluarga yang memerlukan penyelesaian dalam waktu lebih

dari 6 bulan.

b. Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi/ stressor

c. Strategi koping yang digunakan keluarga bila menghadapi

permasalahan.

d. Strategi adaptasi fungsional yang divunakan bila menghadapi

permasalah

e. Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan fisik dilakukan terhadap semua

anggotaa keluarga. Metode yang digunakan pada pemeriksaan

fisik tidak berbeda dengan pemeriksaan fisik di klinik. Harapan

keluarga yang dilakukan pada akhir pengkajian, menanyakan

harapan keluarga terhadap petugas kesehatan yang ada.

II.1.2 Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul

Diagnosis keperawatan keluarga dirumuskan berdasarkan data yang

didapatkan pada pengkajian yang terdiri dari masalah keperawatan yang

akan berhubungan dengan etiologi yang berasal. Diagnosa keperawatan

mengacu pada rumusan PES dimana untuk problem dapat menggunkan

rumusan NANDA. Tipologi dari diagnos keperawatan keluarga terdiri dari

: aktual (terjad defisit/gangguan kesehatan), resiko (ancaman kesehatan)

dan keadaan sejahtera. Contoh penulisan diagnosa keperawatan keluarga.

10
Dari pengkajian asuhan keperawatan keluarga di atas maka diagnosa tan

keluarga yang mungkin muncul adalah :

1. Manajemen keluarga tidak efektif, yaitu pola penanganan masalah

kesehatan dalam keluarga tidak memuaskan untuk memulihkan

kondisi kesehatan anggota keluarga.

2. Manajemen kesehatan tidak efektif, yaitu pola pengaturan dan

pengintegrasian penanganan masalah kesehatan ke dalam kebiasaan

hidup sehari-hari tidak memuaskan untuk mencapai status kesehatan

yang diharapkan.

3. Pemeliharaan kesehatan tidak efektif, yaitu ketidakmampuan

mengidentifikasi, mengelola dan atau menemukan bantuan untuk

mempertahankan kesehatan.

4. Kesiapan peningkatan koping keluarga yaitu pola adaptasi anggota

keluarga dalam mengatasi situasi yang dialami klien secara efektif dan

menunjukkan keinginan serta kesiapan untuk meningkatkan kesehatan

keluarga dan klien.

5. Penurunan koping keluarga yaitu ketidakefektifan dukungan, rasa

nyaman, bantuan dan motivasi orang terdekat (anggota keluarga atau

orang berarti) yang dibutuhkan klien untuk mengelola atau mengatasi

masalah kesehatan

6. Ketidakberdayaan, persepsi bahwa tindakan seseorang tidak akan

mempengaruhi hati secara signifikan, persepsi kurang kontrol pada

situasi saat ini atau yang akan datang.

11
7. Ketidakmampuan koping keluarga, yaitu perilaku orang terdekat

(anggota keluarga) yang membatasi kemampuan dirinya dan klien

untuk beradaptasi dengan masalah kesehatan yang dihadapi klien.

Yang menjadi etiologi atau penyebab dari masalah keperawatan yang

muncul adalah hasil dari pengkajian tentang tugas kesehatan keluarga yang

meliputi 5 unsur sebagai berikut :

a. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah hipertensi yang terjadi

pada anggota keluarga

b. Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan yang tepat untuk

mengatasi penyakit hipertensi

c. Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan

hipertensi

d. Ketidakmampuan keluarga dalam memelihara atau memodifikasi

lingkungan yang dapat mempengaruhi penyakit hipertensi

e. Ketidakmampuan keluarga menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan

guna perawatan dan pengobatan hipertensi

Dalam menyusun diagnosa keperawatan keluarga, perawat keluarga

harus mengacu pada tipologi diagnosa keperawatan keluarga (Sudiharto,

2012), yaitu :

1) Diagnosa keperawatan keluarga aktual (terjadi defisit/gangguan

kesehatan).

2) Diagnosa keperwatan keluarga resiko (ancaman) dirumuskan apabila

sudah ada data yang menunjang namun belum terjadi gangguan.

12
3) Diagnosa keperawatan keluarga sejahtera (potensial) merupakan suatu

kedaan dimana keluarga dalam kondisi sejahtera sehingga kesehatan

keluarga dapat ditingkatkan

Kemungkinan diagnosa keperawatan yang muncul pada keluarga

dengan hipertensi yaitu (SDKI, 2016) :

1) Defisit pengetahuan

2) Peningkatan tekanan darah

3) Defisit merawat penderita hipertensi

Pada suatu keluarga mungkin saja perawat menemukan lebih dari

satu diagnosis keperawatan keluarga. Untuk menentukan prioritas terhadap

diagnosis keperawatan keluarga yang ditemukan dihitung dengan

menggunakan cara sbb:

Tabel 2.1
Cara menentukan prioritas terhadap diagnosis keperawatan
keluarga (Lismayanti & Sari, 2016:63)

No Kriteria Skor Bobot Justifikasi

1. Sifat masalah:
 Tidak/kurang sehat 3
 Ancaman kesehatan
 Potensial 2 1

2. Kemungkinan masalah dapat


diubah:
 Mudah 2
 Sebagian 1 2
 Tidak dapat diubah 0

3. Potensi masalah untuk dicegah


 Tinggi
 Sedang 3 1
 Rendah 2

13
1

4. Menonjolnya masalah
 Masalah berat,harus 2 1
segera ditanggani
 Ada masalah, tidak
perlu segera
ditanggani 1
 Masalah tidak
dirasakan

Skoring:

1) Tentukan skor tiap kriteria

2) Skor dibagi dengan angka tertinggi dan kalikan dengan bobot.

3) Jumlahkan score untuk semua kriteria.

4) Jumlah skor menentukan diagnosa keperawatan keluarga.

Catatan: skoring dihitung bersama-sama dengan keluarga.

II.1.3 Membuat Perencanaan

Menurut Suprajitno perencanaan keperawatan mencakup tujuan

umum dan khusus yang didasarkan pada masalah yang dilengkapi dengan

kriteria dan standar yang mengacu pada penyebab. Selanjutnya

merumuskan tindakan keperawatan yang berorientasi pada kriteria dan

standar.

Rencana keperawatan keluarga terdiri dari penetapan tujuan, yang

meliputi tujuan jangka panjang (tujuan utama), (Widyanto,2010).

Intervensi keperawatan keluarga dibuat berdasarkan pengkajian, diagnosis

keperawatan, pernyataan keluarga, dan perencanaan keluarga, dengan

merumuskan tujuan, mengidentifikasi strategi intervensi alternative dan

sumber, serta menentukan prioritas, intervensi tidak bersifat rutin,

14
acak,atau standar, tetapi dirancang bagi keluarga tertentu dengan siapa

perawat keluarga sedang bekerja (Friedman, 2010).

Perencanaan yang dapat dilakukan pada asuhan keperawatan keluarga

dengan hipertensi ini adalah sebagai berikut : (Widyanto,2010).

1. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah hipertensi yang terjadi

pada keluarga.

Sasaran : Setelah tindakan keperawatan keluarga dapat mengenal

dan mengerti tentang penyakit hipertensi.

Tujuan : Keluarga mengenal masalah penyakit hipertensi setelah

tiga kali kunjungan rumah.

Kriteria : Keluarga dapat menjelaskan secara lisan tentang penyakit

hipertensi.

Standar : Keluarga dapat menjelaskan pengertian, penyebab, tanda

dan gejala penyakit hipertensi serta pencegahan dan

pengobatan penyakit hipertensi secara lisan.

Intervensi :

a. Jelaskan arti penyakit hipertensi

b. Diskusikan tanda-tanda dan penyebab penyakit hipertensi

c. Tanyakan kembali apa yang telah didiskusikan.

2. Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan yang tepat untuk

mengatasi penyakit hipertensi.

Sasaran : Setelah tindakan keperawatan keluarga dapat mengetahui

akibat lebih lanjut dari penyakit hipertensi

15
Tujuan : Keluarga dapat mengambil keputusan untuk merawat

anggota keluarga dengan hipertensi setelah tiga kali

kunjungan rumah.

Kriteria : Keluarga dapat menjelaskan secara lisan dan dapat

mengambil tindakan yang tepat dalam merawat anggota

keluarga yang sakit.

Standar : Keluarga dapat menjelaskan dengan benar bagaimana

akibat hipertensi dan dapat mengambil keputusan yang

tepat.

Intervensi :

a. Diskusikan tentang akibat penyakit hipertensi

b. Tanyakan bagaimana keputusan keluarga untuk merawat anggota

keluarga yang menderita hipertensi.

3. Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan

hipertensi

Sasaran : Setelah tindakan keperawatan keluarga mampu merawat

anggota keluarga yang menderita penyakit hipertensi

dengan pemberian aroma terapi lemon.

Tujuan : Keluarga dapat melakukan perawatan yang tepat terhadap

anggota keluarga yang menderita hipertensi setelah tiga

kali kunjungan rumah yaitu dengan pemberian aroma

terapi lemon.

Kriteria : Keluarga dapat menjelaskan secara lisan cara perawatan

penyakit hipertensi dengan pemberian aroma terapi lemon

16
Standar : Keluarga dapat melakukan perawatan anggota keluarga

yang menderita penyakit hipertensi dengan pemberian

aroma terapi lemon secara tepat.

Intervensi :

a. Jelaskan pada keluarga cara-cara pemberian aroma terapi lemon

b. Jelaskan pada keluarga tentang manfaat pemberian aroma terapi

lemon

4. Ketidakmampuan keluarga dalam memelihara atau memodifikasi

lingkungan yang dapat mempengaruhi penyakit hipertensi

berhubungan.

Sasaran : Setelah tindakan keperawatan keluarga mengerti tentang

pengaruh lingkungan terhadap penyakit hipertensi.

Tujuan : Keleuarga dapat memodifikasi lingkungan yang dapat

menunjang penyembuhan dan pencegahan setelah tiga kali

kunjungan rumah seperti menciptakan suasanya nyaman.

Kriteria : Keluarga dapat menjelaskan secara lisan tentang pengaruh

lingkungan terhadap proses penyakit hipertensi

Standar : Keluarga dapat memodifikasi lingkungan yang dapat

mempengaruhi penyakit hipertensi.

Intervensi :

a. Ajarkan cara memodifikasi lingkungan untuk mencegah dan

mengatasi penyakit hipertensimisalnya :

1) Jaga lingkungan rumah agar bebas dari resiko kecelakaan

misalnya benda yang tajam.

17
2) Gunakan alat pelindung bila bekerja Misalnya sarung tangan

b. Motivasi keluarga untuk melakukan apa yang telah dijelaskan.

5. Ketidakmampuan keluarga menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan

guna perawatan dan pengobatan hipertensi.

Sasaran : Setelah tindakan keperawatan keluarga dapat

menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan sesuai

kebutuhan.

Tujuan : Keluarga dapat menggunakan tempat pelayanan kesehatan

yang tepat untuk mengatasi penyakit hipertensisetelah dua

kali kunjungan rumah.

Kriteria : Keluarga dapat menjelaskan secara lisan ke mana mereka

harus meminta pertolongan untuk perawatan dan

pengobatan penyakit hipertensi.

Standar : Keluarga dapat menggunakan fasilitas pelayanan secara

tepat.

Intervensi : Jelaskan pada keluarga ke mana mereka dapat meminta

pertolongan untuk perawatan dan pengobatan hipertensi.

Tabel 2.2
Intervensi Keperawatan : (Sdki).

Diagnosa Tujuan
No Intervensi
Keperawatan Umum Khusus
1. Kurang Setelah Setelah dilakukan 1.Kaji
pengetahuan dilakukan kunjungan selama 3x pengetahuan
berhubungan kunjungan keluarga mampu: keluarga tentang
dengan selama 3x 1.Mengenal masalah: Diabetes mellitus
ketidakmampuan kunjungan Keluarga mampu 2.Ajarkan

18
Diagnosa Tujuan
No Intervensi
Keperawatan Umum Khusus
keluarga dalam klien menyebutkan pengertian keluarga tentang
merawat anggota hipertensi hipertensi adalah penyakit
keluarga yang dapat Hipertensi merupakan hipertensi,
sakit. menurun salah satu penyakit penyebab dan
tekanan degeneratif yang ditandai perawatan
darahnya dengan meningkatnya
tekanan darah sistolik
dan diastolik dari tekanan
darah normal (120/80
mmHg) (Christanto,
2013).

2.Mengambil keputusan 3.Jelaskan tentang


tindakan keperawatan: manfaat penerapan
Keluarga mampu ikut pemberian aroma
serta dalam pembeian terapi lemon
obat tradisional yaitu
pemberian aroma terapi
lemon dengan
mengetahui manfaat dari
aroamterapi lemon
untuk menstabilkan
sistem saraf sehingga
dapat menimbulkan efek
tenang bagi penderita
hipertensi yang
menghirupnya
3.Merawat anggota 4.Ajarkan
keluarga: keluarga tatacara
Keluarga mampu penatalaksanaan
merawat anggota pemberian aroam
keluarga dengan salah terapi lemon
satu obat tradisional yaitu
pemberian aroma terapi
lemon
4.Mampu memodifikasi 5.Diskusikan
lingkungan yang tepat dengan keluarga
untuk anggota keluarga tentang suasana
yang menderita yang nyaman
hipertensi:
Keluarga mampu
menciptakan suasana
yang nyaman
5. Menggunakan 6.Motivasi
pelayanan kesehatan anggota keluarga
yang ada: untuk mengontrol
Keluarga mampu tekanan darahnya
menggunakan fasilitas secara rutin ke
kesehatan yang tersedia pelayanan

19
Diagnosa Tujuan
No Intervensi
Keperawatan Umum Khusus
masyarakat

II.1.4 Implementasi

Implementasi adalah tindakan yang dilakukan oleh perawat pada

keluarga berdasarkan perencanaan mengenai suatu diagnosa yang telah

dibuat sebelumnya. Rencana tindakan keperawatan keluarga merupakan

langkah dalam menyusun alternatif-alternatif dan mengidentifikasi

sumber-sumber kekuatan dari keluarga, kemampuan perawatan mandiri,

sumber pendukung/bantuan yang bisa dimanfaatkan (Santoso,2010).

Format implementasi dan catatan perkembangan

1. Identitas keluarga

2. Tanggal

3. Nomor diagnosa keperawatan

4. Tujuan khusus

5. Implementasi

Menurut Padila (2012), tindakan perawatan terhadap keluarga dapat

berupa :

1. Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenal masalah

dan kebutuhan kesehatan, dengan cara :

a. Memberikan informasi : penyuluhan atau konseling

b. Mengidentifikasi kebutuhan dan harapan tentang kesehatan

20
c. Mendorong sikap emosi yang sehat terhadap masalah

2. Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat

dengan cara :

a) Mengidentifikasi konsekuensi tidak melakukan tindakan

b) Mengidentifikasi sumber-sumber yang dimiliki keluarga

c) Mendiskusikan tentang konsekuensi setiap tindakan.

3. Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga yang

sakit, dengan cara:

a. Mendemontrasikan cara perawatan

b. Menggunakan alat dan fasilitas yang ada dirumah

c. Mengawasi keluarga melakukan tindakan perawatan.

4. Membantu keluarga menemukan cara bagaimana membuat lingkungan

dengan cara :

a. Menemukan sumber-sumber yang dapat digunakan keluarga

b. Melakukan perubahan lingkungan keluarga seoptimal mungkin.

5. Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada

dengan cara :

a. Memperkenalkan fasilitas kesehatan yang ada dalam lingkungan

keluarga

b. Membantu keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang ada.

II.1.5 Evaluasi

Sesuai rencana tindakan yang telah diberikan, dilakukan penilaian

untuk menilai keberhasilannya. Bila tidak/belum berhasil perlu disusun

21
rencana baru yang sesuai. Penentuan masalah teratasi-teratasi sebagian

atau tidak teratasi adalah dengan cara membandingkan antara

SOAP/SOAPIER dengan tujuan dan kriteria hasil yang telah ditetapkan.

(Nursalam, 2010):

1. S (Subjective): Informasi berupa ungkapan yang didapat dari klien

setelah tindakan diberikan.

2. O (objective): Informasi yang didapat berupa hasil pengumatan,

penilaian, pengukuran yang dilakukan oleh perawat setelah tindakan

dilakukan.

3. A (Analisa): Membandingkan antara informasi subjective dan

objective dengan tujuan dan kriteria hasil, kemudian diambil

kesimpulan bahwa masalah teratasi, teratasi sebagian, atau tidak

teratasi.

4. P (planning): Rencana keperawatan lanjutan yang akan dilakukan

berdasarkan hasil analisa.

5. I (implementasi): Pelaksanaan rencana tindakan untuk menghilangkan

dan mengurangi masalah klien.

6. E (evaluasi): Tafsiran dari efek tindakan yang telah diambil

merupakan hal penting untuk menilai keefektifan asuhan yang

diberikan.

7. R (reassesment): Melakukan pengumpulan data kembali, jika hasil

pelaksanaan tindakan tidak sesuai dengan yang diharapkan.

II.2 Konsep Aroma Terapi

22
II.2.1 Pengertian Aroma Terapi

Aroma terapi adalah cara penyembuhan dengan konsentrasi minyak

esensial yang sangat aromatik, yang diekstraksi dari tumbuh-tumbuhan.

Menghirup aroma terapi sendiri dianggap sebagai cara penyembuhan yang

langsung dan cepat. Hal ini terjadi karena molekul-molekul dari ektsrak

esensial yang mudah menguap bereaksi langsung pada organ penciuman

dan langsung dapat dipersepsikan oleh otak (Sharma, 2013).

Aroma terapi adalah cara penyembuhan dengan konsentrasi minyak

esensial yang sangat aromatik, yang diekstraksi dari tumbuh-tumbuhan

(Sharma, 2013). Aroma terapi dinilai dapat membantu mengurangi bahkan

mengatasi gangguan psikologis serta gangguan rasa nyaman seperti lemas,

depresi, menurunkan tekanan darah dan nyeri. Jenis tanaman yang

digunakan sebagai bahan aroma terapi yaitu, rosemary, sandalwood,

jasmine, ginger, tea tree, ylang-ylang, basil, lemon (Saputra, 2015)

Hal yang sama juga di utarakan oleh Watt dan Janca (2016) yang

menyebutkan bahwa aroma terapi ialah terapi yang menggunakan minyak

esensial yang dinilai dapat membantu mengurangi bahkan mengatasi

gangguan psikologis serta gangguan rasa nyaman seperti lemas, depresi,

dan nyeri.

Sedangkan menurut Koesoemardiyah (2013) memaparkan bahwa

aromaterapi suatu metode yang menggunakan minyak atsiri sebagai

komponen utama untuk meningkatkan kesehatan fisik dan juga

mempengaruhi kesehatan sesorang.

23
Aroma terapi ialah suatu metode dalam relaksasi yang

menggunakan minyak esensial atau uap dalam penggunaanya dapat

meningkatkan kesehatan fisik, emosi dan semangat seseorang. Mekanisme

kerja aromaterapi dalam tubuh manusia berlangsung melaui sistem

sirkulasi tubuh. Bau adalah suatu molekul yang sangat mudah menguap ke

udara dan akan masuk kerongga hidung sehingga akan direkam oleh otak

sebagai proses penciuman (Koensoemardiyah, 2013)

II.2.2 Manfaat Aroma Terapi

Saat pemberian aromaterapi, minyak atsiri masuk kedalam tubuh

manusia melalui tiga jalan utama yaitu ingesti, olfaksi, dan inhalasi.

Ketika minyak atsiri dihirup, molekul yang menguap dari minyak tersebut

dibawa oleh arus udara keatap hidung di mana silia-silia yang lembut

mucul dari sel-sel reseptor. (Koensoemardiyah, 2013).

Reseptor dalam silia berhubungan dengan olfaktorius yang berada

di ujung saraf penciuman. Ujung dari saraf penciuman itu berhubungan

dengan otak. Bau di ubah oleh silia menjadi impuls listrik yang diteruskan

ke otak lewat sistem olfaktorius. Semua impuls mencapai sistem limbik.

Sistem limbik nantinya akan mempengaruhi kelenjar pituitary untuk

memproduksi hormon endorphin. Hormon endorphin berperan membuat

tubuh menjadi lebih rileks, serta menyebabkan denyut jantung berkurang

dan hal ini dapat membuat tekanan darah menurun (Sharma, 2013).

Berdasarkan peneliti Ardini Werdyastri, Yunie Armiyati dan

Muslim Argo Bayu Kusuma (2014) analisis tekanan darah sistolik

didapatkan mean tekanan darah sistolik sebelum pemberian aroma lemon

24
178,78 mmHg, setelah pemberian aromaterapi lemon didapatkan mean

tekanan darah 93,89 mmHg bahwa aromaterapi lemon berpengaruh

signifikan dengan penurunan tekanan darah sistolik dan diastolik.

Sesudah pemberian terapi (aromaterapi lemon), tekanan darah pada

penderita hipertensi menunjukkan adanya perubahan penurunan pada

tekanan darah, dari hasil peneliti sebelumnya telah diobservasi setelah

dilakukan pemberian terapi (aromaterapi lemon) pada penderita hipertensi

beberapa keluhan yang dirasakan sudah mulai berkurang, tampak lebih

rileks, senang dan nyaman (Kurniawati, 2016).

II.2.3 Cara Penggunaan Aromaterapi

Dalam penggunaanya, aromaterapi ini dapat juga di berikan dengan

beberapa cara yaitu dengan inhalasi, berendam, pijat, dan kompres

(Hutasoit, 2016). Dari keempat cara tersebut, cara tertua, termudah, dan

tercepat adalah denga cara inhalasi. Inhalasi adalah cara yang

diperkenalkan dalam penggunaan metode terapi aroma yang paling simpel,

cepat dan paling tua (Bukle, 2013).

Inhalasi memiliki makna sama dengan penciuman, dimana dapat

dengan mudah merangsang Olfactory setiap kali bernapas dan tidak akan

mengganggu pernafasan normal apabila mencium bau yang berbeda dari

minyak esensial (Alexander, 2011).

Aroma dapat memberi efek yang cepat dan terkadang hanya

dengan memikirkan baunya saja sudah dapat memberika bau yang nyata.

Bau cepat memberikan efek pada fisik maupun psikologis (Buckle, 2013).

25
Cara inhalasi dapat diperuntukan hanya untuk individu, dan dapat

pula digunakan secara bersamaan. Metode yang digunakan secara individu

menggunakan cara inhalasi langsung, sedangkan yang digunakan secara

bersamaan disebut dengan metode tidak langsung. Adapun cara

penggunaan aromaterapi secara langsung menurut Buckle (2013). Yaitu:

1. Tissue, dengan meneteskan 5 tetes minyak esensial kemudian di hirup

5 menit oleh individu. Frekuensi pernafasan dapat dilakuakn secara

lamban yakni 6 kali permenit dan dapat meningkatkan aktivitas

baroreseptor sebagai prosesnya memberi impuls aferen mencapai pusat

jantung.

2. Steam, dengan menambahkan 5 tetes minyak esensial kedalam alat

steam atau penguapan yang telah diisi air yang digunakan selama

sekitar 10 menit.

Dalam penelitian Kurniawati (2016), prosedur tindakan pemberian aroma

terapi yaitu:

1. Menghentikan sementara obat antihipertensi selama 3 hari selama

proses penelitian.

2. Mencuci tangan.

3. Lakukan pengukuran tekanan darah sebelum dilakukan pemberian

aromaterapi lemon, hal ini bermanfaat untuk mengetahui perbedaan

antara sesudah dan sebelum dilakukan pemberian aromaterapi lemon.

4. Selanjutnya meletakkan sungkup aromaterapi, lilin dan essential oil

dibawah samping lemari klien selama 15-20 menit.

5. Pasien diposisikan yang nyaman dan tenang dengan berbaring.

26
6. Kemudian lakukan pengukuran tekanan darah ulang setelah dilakukan

pemberian terapi lemon (20 menit setelah pemberian aromaterapi

lemon)

7. Mencuci tangan.

Penelitian yang dilakukan Nata (2018) menunjukan tekanan darah

mengalami penurunan setalah diberikan terapi imajinasi terbimbing

kombinasi aroma lemon selama 15 menit perlakuan dalam tiap menit

sebanyak 6 kali teknik inhalasi. Begitupun dengan penelitian Werdyastri

(2014) menunjukkan pada tekanan darah sistolik dan diastolik mengalami

penurunan yang signifikan. Terapi relaksasi aromaterapi lemon selama 10

menit dapat menurunkan tekanan darah sistolik dan diastolik.

II.3.4 Pengaruh Aroma Terapi Lemon dalam penurunan tekanan

darah

Aroma terapi lemon adalah jenis terapi yang dapat digunakan

dalam mengatasi tekanan darah tinggi, nyeri dan cemas. Dalam aroma

terapi lemon terdapat zat linalool yang dapat digunakan untuk

menstabilkan sistem saraf sehingga dapat menimbulkan efek tenang bagi

siapapun yang menghirupnya. Lemon juga baik untuk mengatasi masalah

pencernaan, dapat pula dipergunakan untuk menurunkan tekanan darah

dan meredakan sakit kepala (Clarke, 2013).

Selain zat linalool, kandungan lain yang terdapat dalam

aromaterapi lemon adalah Linalin asetat. Linalin asetat merupakan

senyawa ester yang terbentuk melalui penggabungan asam organik dan

27
alkohol. Ester sangat berguna untuk menormalkan keadaan emosi serta

keadaan tubuh yang tidak seimbang, dan juga memiliki kasiat sebagai

penenang, khususnya pada system syaraf (Wiryodidagdo, 2016).

Aroma lemon, menyegarkan, melegakan, memberi semangat dan

meningkatkan suasana hati. Sari minyaknya diambil dari bagian buah.

Mempunyai efek untuk menjernihkan dan stimulasi. Selain itu

memberikan efek meningkatkan tenaga, kewaspadaan, perasaan bahagia,

mengambil keputusan dan stabilitas. Juga dapat digunakan untuk masalah

gangguan pernapasan, tekanan darah tinggi, stress, rasa takut (Kurnia,

2013).

Saat pemberian aroma terapi, minyak atsiri masuk kedalam tubuh

manusia melalui tiga jalan utama yaitu ingesti, olfaksi, dan inhalasi.

Ketika minyak atsiri dihirup, molekul yang menguap dari minyak tersebut

dibawa oleh arus udara keatap hidung di mana silia-silia yang lembut

muncul dari sel-sel reseptor. (Koensoemardiyah, 2013). Reseptor dalam

silia berhubungan dengan olfaktorius yang berada di ujung saraf

penciuman. Ujung dari saraf penciuman itu berhubungn dengan otak. Bau

di ubah oleh silia menjadi impuls listrik yang diteruskan ke otak lewat

sistem olfaktorius. Semua impuls mencapai sistem limbik. Sistem limbik

nantinya akan mempengaruhi kelenjar pituitary untuk memproduksi

hormon endorphin. Hormon endorphin berperan membuat tubuh menjadi

lebih rileks (Saputra, 2015).

Ketika tubuh mulai rileks dan stimulus diterima, akan

mempengaruhi kelenjar pituitary yang akan menghasilkan hormon

28
endorphin sehingga menurunkan kadar katekolamin dalam pembuluh

darah yang mengakibatkan denyut jantung berkurang dan tekanan darah

menjadi turun (Musbikin, 2013).

BAB III

METODOLOGI PENULISAN

III.1 Rancangan Studi Kasus

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode studi kasus

deskriptif. Studi kasus merupakan survey yang dilakukan terhadap

sekumpulan objek yang biasanya bertujuan untuk melihat gambaran fenomena

yang terjadi di dalam suatu populai tertentu (Notoatrmodjo (2012). Penelitian

ini bertujuan untuk mengeskplorasi pemberian aroma terapi lemon dalam

menurunkan tekanan darah tinggi.

III.2 Subjek Studi Kasus

Subjek penelitian ini adalah subjek yang dituju untuk diteliti oleh peneliti

atau subjek yang menajdi pusat perhatian atau sasaran peneliti (Arikunto,

2013). Subjek studi kasus dalam karya tulis ini adalah 2 keluarga penderita

hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Tamansari Kota Tasikmalaya

III.3 Fokus Studi Kasus

Fokus studi identik dengan variabel penelitian yaitu perilaku atau

karakateristik yang memberikan nilai beda terhadap sesuatu (Nursalam,

2014).. Fokus kasus dalam penelitian ini adalah asuhan keperawatan keluarga

29
hipertensi dengan pemberian aroma terapi lemon. Aroma terapi lemon

diberikan secaa inhalasi selama 10 menit, dimana setiap menit penderita

melakukan inhalasi sebanyak 6 kali per menit selama seminggu

III.4 Definisi Operasional Studi Kasus

Definisi opeasional dilakukan untuk membatasi ruang lingkup variabel yang

diteliti dan juga dapat mengarahkan pada pengukuran atau pengamatan

terhadap variabel yang bersangkutan (Notoatmodjo, 2012). Adapun definisi

operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Pemberian aroma terapi lemon adalah jenis terapi yang beraroma jeruk

lemon berbentuk cairan digunakan untuk mengatasi tekanan darah tinggi

yang dilakukan 3x dalam seminngu dan dengan frekuensi pernafasan dapat

dilakukan secara lamban yakni 6 kali permenit. Dalam aroma terapi lemon

terdapat zat linalool yang dapat digunakan untuk menstabilkan sistem

saraf sehingga dapat menimbulkan efek tenang

2. Asuhan keperawatan keluarga hipertensi adalah asuhan keperawatan yang

diberikan kepada sebuah keluarga yang didalamnya ada yang mengalami

suatu penyakit/masalah dan menggunakan proses keperawatan dari mulai

pengkajian sampai evaluasi.

III.5 Tempat dan Waktu Studi Kasus

1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilaksanakan di Wilayah Kerja Puskesmas Tamansari

Kota Tasikmalaya.

30
2. Waktu

Waktu pelaksanaan pengambilan kasus pada bulan JUNI tahun 2020.

III.6 Metode Pengumpulan Data

Penyusunan bagian awal instrumen yang dituliskan karakterististik

responden seperti insial klien, umur, jenis kelamin dan pendidikan. Jenis

instrumen yang digunakan pada ilmu keperawatan terdiri dari metode

biofisiologis, observasi, metode wawancara, kusioner, dan skala (Sugiyono,

2011). Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Biofisiologis

Dalam penelitian ini, metode biofisiologis dapat melakukan pengkajian

dan kebutuhan fisiologis, keadaan psikologis dan keadaan sosial penderita

hipertensi

2. Metode observasi

Observasi merupakan aktivitas yang sempit yang memperhatikan suatu

keaadaan dengan menggunakan mata. Didalam pengertian psikologik,

observasi atau yang disebut pula dengan pengamatan meliputi kegiatan

pemuatan perhatian terhadap suatu objek dengan menggunakan alat indra

(Arikunto, 2013)

Metode observasi yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari :

a. Catatan anecdotal : peneliti dalam tahap ini mencatat gejala khusus

dari hipertensi atau gejala menurut urutan kejadian

b. Catatan berkala : mencatat gejala secara berurutan menurun waktu dan

tidak terus menerus.

31
3. Wawancara terstruktur

Wawancara merupakan metode pengumpulan data dengan jalan tanya

jawab sepihak yang dilakukan secara sitematis dan berlandaskan penelitian

(Sugiyono, 2011). Metode wawancara adalah pengamatan yang dilakukan

pada penderita hipertensi untuk menurunkan tekanan darah di Wilayah

Kerja Puskesmas Tamansari Kota Tasikmalaya melalui proses tanya jawab

yang dilakukan oleh peneliti.

III.7 Penyajian Data

Penyajian data dilakukan secara deksriptif menggunakan prinsip-prinsip

manajemen asuhan keperaswatan. Dapat berupa narasi yang diungkapkan

(verbal) pada saat dilakuikan pengkajian dan dapat disertai data pendukung

berupa tabel setelah asuhan keperawatan keluarga hipertensi dengan

pemberian aroma terapi lemon untuk menurunkan tekanan darah.

III.8 Etika Studi Kasus

1. Lembar persetujuan (Informed Consent)

Pemberi asuhan melakukan informed concent sebelum melakukan asuhan

agar responden mengerti maksud dan tujuan dari asuhan tersebut.

2. Tanpa Nama (anominity)

Pemberi asuhan memberikan jaminan dalam penggunaan subyek

penelitian dengan cara tidak memberikan atau mencantumkan nama

responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar

32
pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan. Hal ini

dilakukan sebagai bukti bahwa kerahasiaan responden terjaga dengan baik.

3. Kerahasiaan (confidentiality)

Pemberi asuhan memberikan jaminan kerahasiaan peneliti, baik informasi

maupun masalah-masalah lainnya.

4. Privacy

Pemberi asuhan memberikan jaminan dalam penggunaan subjek penelitian

yang mempunyai hak untuk meminta bahwa data yang diberikan harus

dirahasiakan.

5. Fair treatment

Pemberi asuhan memberikan jaminan yang diberikan kepada subjek agar

diperlakukan secara adil baik sebelum dan sesudah keikutsertaanya dalam

penelitian tanpa adanya diskriminasi apabila ternyata mereka tidak

bersedia atau droped out sebagai responden.

6. Self determination

Pemberi asuhan memberikan jaminan dengan kepada subjek agar

diperlakukan secara manusiawi. Subjek mempunyai hak memutuskan

untuk bersedia atau tidak menjadi responden atau tidak.

7. Ethical Clearence

Pemberi asuhan meminta keterangan secara tertulis kepada Komisi Etik

Penelitian untuk riset yang melibatkan keluarga dan penderita hipertensi

33
yang menyatakan bahwa suatu proposal riset layak dilaksanakan setelah

memenuhi persyaratan untuk publikasi jurnal.

DAFTAR PUSTAKA

Alexander, (2011). Buku Ajar Keperawatan Komunitas: Teori dan Praktek.


Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

APA, (2011). Metabolic risk for cardiovascular disease edited by Robert H. Eckel.
Wiley - Blackwell Publishing
Bharkatiya et al, (2016). Simple Guides Tekanan Darah Tinggi, trans. Y
Elizabeth, Penerbit Erlangga, Jakarta
Bukle, (2013). Student Workbook and Resource Guided for Kozier & ERB’s
Fundamental of Nursing : Concept, Process and Practice. Ninth Edition.
Amozone : Jenson Books Inc
Christanto, (2014).Kapita Selekta Kedokteran (I, Vol. I). Jakarta: EGC

Friedman, B. J. (2010). Buku Ajar Keperawatan Keluarga: Riset, Teori & Praktik.
Jakarta: EGC.

Heniwati, (2015). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemanfaatan Pelayanan


Posyandu Lansia Usia Di Wilayah Kerja Puskesmas Kabupaten Aceh
Timur. Tesis. Medan: Universitas Sumatera Utara
Hidayat, A.A. (2011). Riset Keperawatan Dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta:
Salemba Medika.
Hutasoit, (2016). Panduan Praktis Aromatherapy untuk Pemula. Jakarta: PT

Gramedia Pustaka Utama

Kemenkes, (2017) Profil Kesehatan Indonesia. http://www.depkes.go.id. Diakses


tanggal 5 Maret 2020
Koesoemardiyah (2013). A-Z aromaterapi untuk kesehatan, kebugaran, dan
kecantikan. Yogyakarta: Andi
Kurniawati, (2016). Pemberian Aromaterapi Lemon Terhadap Penurunan
Tekanan Darah Pada Asuhan Keperawatan Ny. M dengan Hipertensi

34
Diruang Anyelir RSUD dr. Soediran Mangun Su Marso Wonogiri.
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kusuma Husada Surakarta

Lilis Lismayanti M.Kep, Nina Pamela Sari M.Kep. (2016). Community Health
Nursing., BAB III Keperawatan Keluarga (pp. 24-69). Bandung: Balatin.

Misaroh, (2018). Menarche:Pertama Penuh Makna. Bandung: Nuha Medika.


Murray, (2015). Biokimia Harper. Jakarta: EGC
Murtianingsih (2017). Pengaruh Aromaterapi Lemon Dan Relaksasi Napas
Dalam Terhadap Tekanan Darah Pada Lansia Hipertensi Di Dusun
Patukan Gamping Sleman Yogyakarta. Universitas ‘Aisyiyah.
Yogyakarta

Nata (2018) Pengaruh Terapi Imajinasi Terbimbing Kombinasi Aroma Lemon


Terhadap Perubahan Tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi Di Wilayah
Kerja Puskesmas Makroman
Nursalam. (2010). Proses dan Dokumentasi Keperawatan. Jakarta: Salemba
Medika.

Padila, S.Kep. (2012). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah: Diabetes


Mellitus, Alih Bahasa: Halikhi. Yogyakarta: Nuha Medika.

Riskesdas, (2018). Laporan nasional riskesdas 2007. http:


//www.litbang.depkes.co.id/
Saputra, (2015). Pengaruh Pemberian Aromaterapi Lemon Terhadap Penurunan
Tekanan Darah Pada Lanjut Usia Hipertensi di Desa Sungai Bundung Laut
Kabupaten Mempawah 2015
SDKI, (2016). Tim Pokja DPP PPNI. Standard Diagnosis Keperawatan (SDKI)
Edisi 1. DPP PPNI. Jakarta.
Sharma, (2013). Aromaterapi, Tanggerang, Kharisma Publishing Group

Sudiharto, (2012), Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Pendekatan


Keperawatan Transkultural. Jakarta: EGC
Susilo dan Wulandari, 2011). Perbedaaan Tekanan Darah Pada Pasien
Hipertensi esensial sebelum dan sesudah pemberian relaksasi oto
progresif di RSUD. Tugurejo.Semarang.
http://ejournal.stikestelogorejo.ac.id/
Watt dan Janca (2016). Aromatherapy in Nursing and Mental Health Care.
Journal of Contemporary Nurse, 30(1):69-75.

35
Werdyastri (2014). Perbedaan Efektifitas Aromaterapi Lemon Dan Relaksasi
Nafas Dalam Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi
Di RSUD Tugurejo Semarang. Universitas Muhammadiyah Semarang

WHO, (2014).Global Target 6:A 25% relative reduction in the prevalence of reise
blood pressure or contain the according to national circumstances

36

Anda mungkin juga menyukai