Anda di halaman 1dari 87

PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA KLIEN HIPERTENSI


DENGAN MASALAH KEPERAWATAN NYERI AKUT DI DESA
CEPOKOMULYO KECAMATAN KEPANJEN KABUPATEN MALANG

OLEH :

KHOFIFAH

NIM 1810019

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM DIPLOMA III

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KEPANJEN MALANG

2020
PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA KLIEN HIPERTENSI


DENGAN MASALAH KEPERAWATAN NYERI AKUT DI DESA
CEPOKOMULYO KECAMATAN KEPANJEN KABUPATEN MALANG

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mendapatkan Gelar Ahli

Madya Keperawatan (Amd.Kep) Pada

STIKes Kepanjen

OLEH :

KHOFIFAH

NIM 1810019

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM DIPLOMA III

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KEPANJEN MALANG

2020
SURAT PERNYATAAN
ORISINALITAS TUGAS AKHIR

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Khofifah

Nim : 1810019

Judul Penelitian : Asuhan Keperawatan Gerontik Pada Klien Hipertensi Dengan


Masalah Keperawatan Nyeri Akut Di Desa Cepokomulyo Kecamatan Kepanjen
Kabupaten Malang Tahun 2020.

Program Studi : Diploma III Keperawatan

Asal Instansi : STIKes Kepanjen

Dengan sesungguhnya menyatakan bahwa saya bersedia mematuhi semua prinsip


yang bertujuan dalam pedoman etik WHO 2011 dan CIOMS 2016. Apabila saya
melanggar salah satu prinsip tersebut dan terdapat bukti adanya pemalsuan data,
maka saya bersedia diberikan sanksi sesuai dengan kebijakan dan aturan yang
berlaku.

Demikian lembar pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan untuk
diperggunakan sebagai mestinya, atas perhatiannya saya mengucapkan banyak
terima kasih.

Malang, 06 November 2020

Mahasiswa,

Khofifah

MOTTO

i
 ‫س َع َها‬ ً ‫ "“ اَل يُ َكلِّفُ هَّللا ُ نَ ْف‬Allah Tidak Akan Membebani
ْ ‫سا إِاَّل ُو‬
Seseorang Melainkan Sesuai Dengan Kesanggupannya”

ii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

Karya Tulis Ilmiah dengan Judul “Asuhan Keperawatan Gerontik Pada Klien
Hipertensi Dengan Masalah Keperawatan Nyeri Akut Di Desa Cepokomulyo
Kecamatan Kepanjen Kabupaten Malang” Telah Disetujui,

Tanggal persetujuan:

Oleh :

Pembimbing 1 Pembimbing 2

Tri Nurhudi Sasoono,S.Kep., Ns., M.Kep Wiwit Dwi N, S.Kep, Ns, M.Kep
NIK. 200811005 NIK. 200903009

iii
LEMBAR PENGESAHAN

Karya Tulis Ilmiah dengan Judul “Asuhan Keperawatan Gerontik Pada Klien
Hipertensi Dengan Masalah Keperawatan Nyeri Akut Di Desa Cepokomulyo
Kecamatan Kepanjen Kabupaten Malang” Telah Diujikan di Depan Penguji

Pada Hari / Tanggal :Kamis 03 Desember 2020

Tim Penguji : Tanda Tangan

Ketua : Dr. Riza Fikriana, S.Kep,Ns.,M.Kep …………….


Anggota :
1. Tri Nurhudi.S,S.Kep,Ns.,M.Kep …………….
2. Wiwit Dwi.N,S.Kep,Ns.,M.Kep ……………...

Mengetahui,

Ketua Program Studi Keperawatan Program Diploma III

Galuh Kumalasari, S.Kep., Ns., M.Kep

iv
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena berkat, rahmat dan
karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dengan
judul “Asuhan Keperawatan Gerontik Pada Klien Yang Mengalami Hipertensi
dengan Masalah Keperawatan Nyeri Akut di Desa Cepokomulyo Kecamatan
Kepanjen Kabupaten Malang”.

Proposal Karya Tulis Ilmiah ini penulis susun sebagai salah satu
persyaratan untuk memperoleh gelar Ahli Madya Keperawatan di Program Studi
Keperawatan Program Diploma III STIKes Kepanjen Malang. Dalam penyusunan
Karya Tulis Ilmiah ini, penulis banyak mendapat bimbingan dan dukungan dari
berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima
kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang terhormat:

1. Ibu Dr. Riza Fikriana, M.Kep Selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Kepanjen yang memberikan kesempatan kepada penulis untuk
mengaplikasikan ilmu yang telah diberikan di STIKes Kepanjen.
2. Ibu Galuh Kumalasari S.Kep, Ns., M.Kep selaku Ketua Program Studi
Diploma III Keperawatan yang telah memberikan bantuan dan dukungan
kepada penulis untuk menyelesaikan Proposal Penelitian ini.
3. Bapak Dedi Kurniawan, M.Kep selaku Ketua Program Studi Diploma III
Keperawatan yang telah memberikan bantuan dan dukungan kepada
penulis untuk menyelesaikan Proposal Penlitian ini.
4. Bapak Tri Nurhudi S, M.Kep selaku pembimbing 1 dalam penelitian ini
yang sangat rutin dalam memberikan arahan dan bimbingan serta
memberikan banyak ilmu, kepada penulis
5. Ibu Wiwit Dwi N, S.Kep, Ns, M.Kep selaku pembimbing 2 dalam
penelitian ini yang sangat rutin dalam memberikan banyak ilmu,
bimbingan dan pengarahan kepada penulis.
6. Para responden yang telah ikut berpartisipasi dalam penelitian ini.

v
7. Kerabat dan keluarga dekat saya yang tidak pernah berhenti memberikan
dukungan dan support kepada saya dalam menyelesaikan Proposal
Penelitian ini.
8. Kedua orang tua saya yang bekerja keras untuk memberikan Pendidikan
kepada saya dan mendukung saya dalam menyelesaikan Proposal
Penelitian ini.
9. Rekan-rekan mahasiswa Program Studi Diploma III Keperawatan dan
seluruh pihak yang telah membantu kelancaran penelitian ini yang tidak
dapat saya sebutnkan satu-persatu.

Penulis berusaha untuk menyelesaikan Tugas Akhir ini, dengan sebaik-


baiknya. Namun demikian menyadari bahwa masih banyak kekurangan. Oleh
karena itu demi kesempurnaan, penulis mengharapkan adanya kritis saran semua
pihak untuk menyempurnakannya.

Malang, 25 Oktober 2020

KHOFIFAH
NIM 1810019

DAFTAR ISI

vi
HALAMAN SAMPUL DEPAN

HALAMAN SAMPUL DALAM

SURAT PERNYATAAN........................................................................... i

MOTTO...................................................................................................... ii

LEMBAR PERSETUJUAN...................................................................... iii

LEMBAR PENGESAHAN ...................................................................... iv

KATA PENGANTAR................................................................................ v

DAFTAR ISI............................................................................................... vii

DAFTAR BAGAN...................................................................................... x

DAFTAR TABEL...................................................................................... xi

DAFTAR GAMBAR.................................................................................. xii

DAFTAR LAMPIRAN.............................................................................. xiii

DAFTAR SINGKATAN............................................................................ xiv

CURICULUM VITAE............................................................................... xv

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang................................................................................ 1

1.2 Batasan Masalah............................................................................. 5

1.3 Rumusan Masalah........................................................................... 5

1.4 Tujuan.............................................................................................. 6

1.4.1 Tujuan Umum............................................................................ 6

1.4.2 Tujuan Khusus........................................................................... 6

1.5 Manfaat............................................................................................ 6
1.5.1 Manfaat Teroritis....................................................................... 6
1.5.2 Manfaat Praktis......................................................................... 7

vii
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Teori Hipertensi................................................................. 8
2.1.1 Pengertian Hipertensi................................................................ 8
2.1.2 Klasifikasi Hipertensi................................................................ 8
2.1.3 Etiologi Hipertensi..................................................................... 10
2.1.4 Manifestasi Klinis Hipertensi.................................................... 11
2.1.5 Patofisiologi Hipertensi............................................................. 12
2.1.6 Pathway Hipertensi.................................................................... 14
2.1.7 Pemeriksaan Penunjang............................................................ 15
2.2 Konsep Dasar Nyeri........................................................................ 15
2.2.1 Pengertian Nyeri........................................................................ 15
2.2.2 Jenis-jenis Nyeri......................................................................... 16
2.2.3 Tanda dan Gejala Nyeri Akut.................................................. 16
2.2.4 Penyebab Nyeri Akut................................................................. 17
2.2.5 Cara Mengurangi Nyeri............................................................ 17
2.2.6 Dampak Nyeri............................................................................ 18
2.2.7 Penilaian Nyeri........................................................................... 18
2.3 Konsep Dasar Lansia...................................................................... 20
2.3.1 Pengertian Lansia...................................................................... 20
2.3.2 Ciri-ciri Lansia........................................................................... 20
2.3.3 Proses Menua ............................................................................ 22
2.3.4 Perubahan Yang Terjadi Pada Lansia.................................... 25
2.3.5 Perubahan Penyakit Yang Sering Terjadi Pada Lansia........ 28
2.4 Konsep Asuhan Keperawatan........................................................ 28
2.4.1 Pengkajian.................................................................................. 28
2.4.2 Diagnosa Keperawatan.............................................................. 33
2.4.3 SLKI dan SIKI........................................................................... 40
2.4.4 Implementasi Keperawatan...................................................... 46
2.4.5 Evaluasi....................................................................................... 46
2.4.6 Kerangka Konsep....................................................................... 48

2.4.7 Penjelasan Kerangka Konsep................................................... 49

viii
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian............................................................................. 51
3.2 Batasan Istilah................................................................................. 51
3.3 Partisipan......................................................................................... 52
3.4 Lokasi Dan Waktu Penelitian........................................................ 52
3.4.1 Lokasi Penelitian........................................................................ 52
3.4.2 Waktu Penelitian........................................................................ 52
3.5 Pengumpulan Data.......................................................................... 52
3.5.1 Wawancara................................................................................. 52
3.5.2 Observasi Langsung................................................................... 53
3.5.3 Studi Dokumentasi..................................................................... 53
3.6 Uji Keabsahan Data........................................................................ 53
3.7 Analisa Data..................................................................................... 53
3.7.1 Pengumpulan Data..................................................................... 53
3.7.2 Mereduksi Data.......................................................................... 54
3.7.3 Etik Penelitian............................................................................ 55
3.7.4 Kesimpulan................................................................................. 55
3.8 Etik Penelitian................................................................................. 55
3.8.1 Informed Consent ( Persetujuan Menjadi Klien ).................. 55
3.8.2 Anonimity ( Tanpa Nama )....................................................... 55
3.8.3 Confidentialy ( Kerahasiaan )................................................... 55
LAMPIRAN 1............................................................................................. 57
LAMPIRAN 2............................................................................................. 60
LAMPIRAN 3............................................................................................. 72
LAMPIRAN 4............................................................................................. 75
DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 76

ix
DAFTAR BAGAN

Bagan 1 :Pathway Hipertensi dengan Nyeri Akut

Bagan 2 :Kerangka Konsep Asuhan Keperawatan Hipertensi


dengan Masalah Keperawatan Nyeri Akut

x
DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Klasifikasi Tekanan Darah

Tabel 2 : SLKI & SIKI Asuhan Keperawatan Nyeri Akut

xi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 : Skala Nyeri Deskriptif

Gambar 2 : Skala Nyeri Numerical Rating Scale

Gambar 3 : Wong Baker Faces Scale

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Lembar Konsul Pembimbing 1 dan 2


Lampiran 2 : Format Pengkajian Asuhan Keperawatan Hipertensi dengan Nyeri
Akut
Lampiran 3 : Titik Pijat Refleksi Untuk Pasien Hipertensi Dengan Nyeri Akut
Lampiran 4 : Informed Concent

xiii
DAFTAR SINGKATAN

1. AHHA : American Heart Accociation


2. KEMENKES : Kementrian Kesehatan
3. RISKESDES : Riset Kesehatan Dasar
4. DEPKES : Departemen Kesehatan
5. WHO : World Health Organisation
6. Hb / Ht : Hemoglobin / Hematokrit
7. BUN : Blood Urea Nitrogen
8. EKG : Elektrokardiogram
9. CT SCAN : Computer Tomography Scan
10. NRS : Numerical Rating Scale
11. DNA : Deoxyribonucleic Acid
12. PQRST : Provokes, Quality, Radiates, Severety, Time
13. ADHD : Attention Deficit Hiperactivity Disorder
14. PPOK : Penyakit Paru Obstruktif Kronis
15. KEPK : Komisi Etik Penelitian Kesehatan
16. KEPPKN : Komisis Etik Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan
Nasional

xiv
CURICULUM VITAE

Nama : Khofifah
Tempat dan tanggal lahir : Malang, 15 Oktober 1999
Alamat : Jl. Pudak No. 321 RT 30 RW O3 Cepokomulyo
Kepanjen Malang
NIM : 1810019
Program Studi : Diploma III Keperawatan
Agama : Islam
Kewarganegaraan : Indonesia
Email : Vhieyz@gmail.com
Nomor Telepon : 082228510921
Riwayat Pendidikan :
1. Tahun 2006-2012 : MI. IMAMI KEPANJEN
2. Tahun 2012-2015 : MTs. NURUL ULUM KEBONSARI MALANG
3. Tahun 2015-2018 : MA. NURUL ULUM KEBONSARI MALANG

xv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hipertensi atau penyakit tekanan darah tinggi adalah suatu keadaan kronis
yang ditandai dengan meningkatnya tekanan darah pada dinding pembuluh
darah arteri. Hipertensi adalah peningkatan rekanan darah pada seseorang
>140/90 mmHg minimal 2 kali pengukuran pada periode yang berbeda
(Fikriana, 2018). Salah satu permasalahan yang sering dialami lansia yaitu
rentannya kondisi fisik lansia terhadap berbagai penyakit dikarenakan
berkurangnya daya tahan tubuh dalam menghadapi pengaruh dari luar serta
menurunnya efisiensi mekanisme homeostatis, yaitu sistem kardiovaskuler.
Masalah kesehatan akibat dari proses penuaan dan sering terjadi pada sistem
kardiovaskuler yang merupakan proses degeneratif, diantaranya yaitu penyakit
hipertensi (Permenkes, 2018). Masalah degeneratif yang sering terjadi pada
lansia seperti penurunan tingkat kesehatan tubuhnya (homeostatis)
keseimbangan tubuhnya berkurang, selain itu pada sistem kerja jantung juga
berkurang dan pada fungsi tulang yang mengalami kerapuhan sehingga tidak
bisa banyak untuk beraktivitas seperti normal pada pada umumnya.
Di Indonesia, berdasarkan data Riskesdes tahun 2018, prevalensi
hipertensi di Indonesia sebesar 34,1%. Prevalensi tertinggi di Kalimantan
Selatan (44,1%), sedangkan terendah di Papua sebesar (22,2%). Hipertensi
terjadi pada kelompok umur 31-44 tahun (31,6%), umur 45-54 tahun (45,3%),
umur 56-64 tahun (55,2%). Prevalensi tertinggi di Bangka Belitung (30,9%),
diikuti Kalimantan Selatan (30,8%), Kalimantan Timur (29,6%), Jawa Barat
(29,4%), dan Gorontalo (29,4%) (Kemenkes RI, 2014). Angka kejadian
hipertensi di provinsi Jawa Timur pada tahun 2015 sebesar 13,47% atau
sekitar 935.736 penduduk, dengan proporsi laki-laki sebesar 13,78% (387.913
penduduk ) dan perempuan sebesar 13,25% (547.832 penduduk (Dinkes Jawa
Timur, 2016). Menurut American Heart Association (AHHA), penduduk
Amerika yang berusia diatas 20 tahun menderita hipertensi telah mencapai
angka hingga 74,5 juta jiwa, namun hampir sekitar 90-95% kasus tidak
diketahui penyebabnya (Kemenkes RI, 2014) . Menurut World health
Organisation (WHO) Lansia adalah seseorang yang telah memasuki usia 60
tahun keatas. Lansia merupakan kelompok umur pada manusia yang telah
memasuki tahapan akhir dari fase kehidupannya. Kelompok yang
dikategorikan lansia ini akan terjadi suatu proses yang disebut Aging Process
atau proses penuaan. Kebanyakan orang menganggap hipertensi merupakan
hal yang biasa terjadi pada lansia, sehingga mayoritas masyarakat
menganggap remeh akan penyakit ini. Penyakit hipertensi dapat
mengakibatkan berbagai macam komplikasi antara lain gagal jantung dan
stroke. Permasalahan tersebut akan terus muncul apabila terapi yang dilakukan
oleh pasien hipertensi tidak teratur. Sebagaimana kita tahu terapi hipertensi
bersifat kontinu dengan tujuan untuk mempertahankan kadar tekanan darah
yang normal dan harus disertai dengan perubahan gaya hidup. Ada beberapa
tanda dan gejala yang sering muncul pada penderita hipertensi bertahun-tahun,
yaitu seperti sakit kepala (terkadang disertai mual dan muntah akibat
peningkatan intrakranium), penglihatan kabur akibat kerusakan hipertensif
pada retina, terganggunya cara berjalan karena mulai adanya kerusakan
susunan saraf pusat, nokturia yang disebabkan peningkatan aliran darah ginjal
dan filtrasi glomerulus, edema dependen dan pembengkakan akibat
peningkatan tekanan kapiler.
Adapun nyeri kepala yang dialami lansia secara berlebihan dapat
menimbulkan masalah nyeri akut. Nyeri akut adalah pengalaman sensorik atau
emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan actual atau fungsional,
dengan onset mendadak atau lambat dan berintensistas ringan hingga berat
yang berlangsung kurang lebih 3 bulan. Dalam rangka mewujudkan kesehatan
masyarakat yang optimal maka dibutuhkan perawatan kesehatan masyarakat,
dimana perawatan kesehatan masyarakat itu sendiri adalah bidang
keperawatan yang merupakan perpaduan antara kesehatan masyarakat dan
perawatan yang didukung peran serta masyarakat dan mengutamakan
pelayanan promotif dan preventif secara berkesinambungan tanpa mengbaikan
pelayanan kuratif dan rehabilitatif secara menyeluruh, melalui proses

2
keperawatan untuk meningkatkan fungsi kehidupan manusia secara optimal
sehingga mandiri dalam upaya peningkatan kesehatan.
Miller (2012) dalam teorinya Functional qonsequences mengatakan
penurunan berbagai fungsi tubuh merupakan konsekuensi dari bertambahnya
usia. Teori ini menjelaskan hubungan individu, kesehatan, keperawatan dan
lingkungan bertujuan menggambarkan. Menjelaskan dan memprediksi
keperawatan, pengembangan teori ini mengacu pada teori konsep
kesejahteraan, kesehatan dan keperawatan holistik. Teori ini melengkapi
dalam pengkajian pemenuhan aktivitas sehari pada lansia, pada teori ini terdiri
dari pengkajian perubahan terkait usia, faktor risiko, fungsional konsekuensi
negative terhadap lansia, untuk pengkajian faktor risiko dan fungsional
konsekuensi hanya terdapat di dalam teori ini. Pendekatan asuhan
keperawatan (gerontik) yang dapat dilakukan terhadap pasien lansia terdapat
tiga pendekatan yaitu, yang pertama pendekatan fisik dengan perawatan
mempehatikan kesehatan obyektif, kebutuhan, kejadian-kejadian yang dialami
pasien lanjut usia semasa hidupya, perubahan fisik pada organ tubuh, tingkat
kesehatan yang masih bisa dicapai atau ditekan progesivitasnya. Perawatan
fisik secara umum bagi pasien lansia dibagi menjadi dua bagian, yang pertama
yaitu pasien lansia yang maasih aktif, yang keadaaan fisiknya masih mampu
bergerak tanpa bantuan orang lain sehingga untuk kebutuhan sehari-hari masih
mampu melakukannya sendiri. Kedua pasien lansia yang pasif atau tidak dapat
bangun, yang keadaan fisiknya mengalami kelumpuhan atau sakit. Sebagai
perawat harus mengetahui dasar perawatan pasien lansia terurama hal-hal
yang berhubungan dengan keberhasilan perorangan untuk mempertahankan
kesehatannya. Dalam hal ini dugunakan untuk mencegah peradangan,
mengingat sumber infeksi timbul bila kebersihan kurang diperhatikan.
Pendekatan yang kedua yaitu pendekatan psikis yang mempunyai peranan
penting untuk mengadakan pendekatan edukatif pada pasien lansia. Sebagai
perawat hendaknya memiliki kesabaran dan ketelitian dalam memberikan
kesempatan dan waktu yang cukup banyak untuk menerima berbagai bentuk
keluhan. Perawat dapat memegang prinsip “Triple S”, yaitu sabar, simpatik,
dan service. Pendekatan yang ketiga yaitu pendekatan sosial dengan

3
mengadakan diskusi, tukar fikiran, dan bercerita merupakan salah satu upaya
perawat dalam pendekatan sosial. Memberi kesempatan untuk berkumpul
bersama dengan sesame klien lanjut usia dapat menciptakan sosialisasi
mereka. Dan upaya perawat dengan cara memberikan kesempatan yang
seluas-luasnya kepada pasa lansia untuk mengadakan komunikasi dan
melakukan rekreasi, misalnya jalan pagi, menonton film, atau hiburan-hiburan
lain. Selanjutnya pendekatan keempat pendekatan spiritual dengan
memberikan ketenangan dan kepuasan batin dalam hubungannya dengan
Tuhan atau agama yang di anutnya, terutama bila pasien lansia dalam keadaan
sakit atau mendekati kematian. Perawatan yang tepat untuk masalah pada
lansia yang mengalami hipertensi dan masalah degeneratif diatas bisa di
lakukan dengan cara memberikan perawatan atau rencana keperawatan seperti
dengan memanajemen nyeri klien dengan mengidentifikasi lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, dan intensitas nyeri sampai dengan
memberikan berbagai terapi seperti dengan terapi relaksasi, terapi distraksi
untuk mengalihkan berbagai fikiran dan sifat emosional klien.
Berdasarkan latar belakang tersebut penulis tertarik untuk mengambil
study kasus tentang “Asuhan Keperawatan Gerontik Pada Klien Yang
Mengalami Hipertensi dengan Masalah Keperawatan Nyeri Akut di Desa
Cepokomulyo Kecamatan Kepanjen Kabupaten Malang”.
1.2 Batasan Masalah
Masalah pada studi kasus ini dibatasi pada Asuhan Keperawatan Gerontik
Pada Klien Yang Mengalami Hipertensi dengan Masalah Keperawatan Nyeri
Akut di Desa Cepokomulyo Kecamatan Kepanjen Kabupaten Malang.
1.3 Rumusan Masalah
Bagaimana Asuhan Keperawatan Gerontik Pada Klien Yang Mengalami
Hipertensi dengan Masalah Keperawatan Nyeri Akut di Desa Cepokomulyo
Kecamatan Kepanjen Kabupaten Malang?.

4
Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Melaksanakan Asuhan Keperawatan Gerontik Pada Klien Yang
Mengalami Hipertensi dengan Masalah Keperawatan Nyeri Akut di
Desa Cepokomulyo Kecamatan Kepanjen Kabupaten Malang.
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Melaksanakan pengkajian keperawatan pada Asuhan Keperawatan
Gerontik Pada Klien Yang Mengalami Hipertensi dengan Masalah
Keperawatan Nyeri Akut di Desa Cepokomulyo Kecamatan
Kepanjen Kabupaten Malang.
b. Merumuskan diagnosis keperawatan pada Asuhan Keperawatan
Gerontik Pada Klien Yang Mengalami Hipertensi dengan Masalah
Keperawatan Nyeri Akut di Desa Cepokomulyo Kecamatan
Kepanjen Kabupaten Malang.
c. Melakukan rencana keperawatan pada Asuhan Keperawatan
Gerontik Pada Klien Yang Mengalami Hipertensi dengan Masalah
Keperawatan Nyeri Akut di Desa Cepokomulyo Kecamatan
Kepanjen Kabupaten Malang.
d. Melakukan Tindakan keperawatan pada Asuhan Keperawatan
Gerontik Pada Klien Yang Mengalami Hipertensi dengan Masalah
Keperawatan Nyeri Akut di Desa Cepokomulyo Kecamatan
Kepanjen Kabupaten Malang.
e. Melakukan evaluasi keperawatan pada Asuhan Keperawatan
Gerontik Pada Klien Yang Mengalami Hipertensi dengan Masalah
Keperawatan Nyeri Akut di Desa Cepokomulyo Kecamatan
Kepanjen Kabupaten Malang.
1.5 Manfaat
1.5.1 Manfaat Teroritis
Untuk pengembangan ilmu keperawatan berkaitan dengan Asuhan
Keperawatan Gerontik Pada Klien Yang Mengalami Hipertensi dengan
Masalah Keperawatan Nyeri Akut di Desa Cepokomulyo Kecamatan
Kepanjen Kabupaten Malang.

5
a) Manfaat Praktis
a. Bagi Penulis
Mampu menaplikasikan dan menambah pengetahuan serta pengalaman
kepada Klien Yang Mengalami Hipertensi dengan Masalah
Keperawatan Nyeri Akut di Desa Cepokomulyo Kecamatan Kepanjen
Kabupaten Malang.
b. Bagi Pembaca
Sebagai sumber informasi bagi pembaca tentang bagaimana untuk
mengatasi klien yang mengalami penyakit hipertensi.
c. Bagi Institusi
Menambah wawasan tentang pemberian Asuhan Keperawatan
Gerontik Pada Klien Yang Mengalami Hipertensi dengan Masalah
Keperawatan Nyeri Akut di Desa Cepokomulyo Kecamatan Kepanjen
Kabupaten Malang.
d. Bagi Klien
Dengan pelaksanaan Asuhan Keperawatan Gerontik Pada Klien Yang
Mengalami Hipertensi dengan Masalah Keperawatan Nyeri Akut di
Desa Cepokomulyo Kecamatan Kepanjen Kabupaten Malang
diharapkan Klien dapat meningkatkan kualitas dan kemandirian dalam
kehidupan sehari-hari dan juga meningkatkan pola hidup sehat
semaksimal mungkin.

6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Teori Hipertensi


2.1.1 Pengertian Hipertensi
Penyebab hipertensi menurut (Susanto, 2010: 13) terjadi karena
beberapa faktor antara lain genetika, obesitas, stress karena faktor
lingkungan, jenis kelamin, pertambahan usia, asupan berlebih, gaya
hidup yang kurang sehat, obat-obatan dan akibat penyakit lain.
Hipertensi atau penyakit tekanan darah tinggi adalah suatu keadaan
kronis yang ditandai dengan meningkatnya tekanan darah pada
dinding pembuluh darah arteri (Sari, 2017). Hipertensi adalah
peningkatan rekanan darah pada seseorang >140/90 mmHg minimal 2
kali pengukuran pada periode yang berbeda (Fikriana, 2018).
2.1.2 Klasifikasi Hipertensi
Klasifikasi hipertensi dilihat berdasarkan tekanan darah sistolik
dan tekanan darah diastolic dalam satuan mmHg dibagi menjadi
beberapa stadium. Klasifikasi tekanan darah pada penderita hipertensi
menurut AHHA (2014) adalah:
Tabel 1. Klasifikasi Tekanan Darah

No Kategori Tekanan darah Tekanan darah


sistolik (mmHg) diastolik
(mmHg)

1. Normal <120 <80


2. Prehipertensi 120-139 80-89
3. Hipertensi Stage 1 140-159 90-99
4. Hipertensi Stage 2 ≥160 ≥100
5. Hipertensi Krisis >180 >110
Sumber : (American Heart Association [AHHA], 2014).

7
2.1.3 Etiologi Hipertensi
Menurut Udjianti (2010) berdasarkan penyebabnya hipertensi
dibagi menjadi 2 golongan yaitu, hipertensi esensial atau primer dan
hipertensi renal atau hipertensi sekunder.
1. Hipertensi Primer (esensial)
hipertensi primer atau esensial merupakan 90% dari seluruh
kasus hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya dan disebut
juga hipertensi idiopatik.ada beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi penyakti ini antara lain:
a. Genetik : individu yang memiliki Riwayat keluarga dengan
penyakit hipertensi, beresiko tinggi untuk mengalami
hipertensi juga.
b. Jenis kelamin dan usia : laki-laki yang berusia 35-50 tahun
dan wanita pasca-menopause juga beresiko tinggi untuk
mengalami penyakit hipertensi.
c. Diet : konsumsi diet garam atau lemah secara langsung
berhubungan dengan berkembangnya penyakit hipertensi.
d. Berat badan : obesitas (>25% diatas BB ideal) dikaitkan
dengan berkembangnya penyakit hipertensi.
e. Gaya hidup : perilaku merokok dan mengkonsumsi
minuman beralkohol juga dapat meningkatkan sistem
tekanan darah, bula gaya hidup menetap.
2. Hipertensi Sekunder (renal)
Hipertensi sekunder atau hipertensi renal merupakan
penyakit hipertensi yang mengalami pengingkatan tekanan
darah karena suatu kondisi fisik yang sebelumnya seperti
penyakit ginjal atau gangguan tiroid. Faktor pencetus
munculnya hipertensi sekunder antara lain: penggunaan
kontrasepsi oral, coarctation aorta, neurologic (tumor otak,
ensefalitis, gangguan psikiatris), kehamilan, pengingkatan
volume intravascular, luka bakar dan stress.

8
Menurut Susanto (2009) penyebab terjadinya hipertensi
pada orang dengan lanjut usia adalah karena terjadinya
perubahan-perubahan pada :
a. Elastisitas dinding aorta menurun
b. Katub jantung menebal dan menjadi kaku
c. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap
tahun sesudah berumur 20 tahun, kemampuan jantung
memompa darah menurun menyebabkan terjadinya
kontraksi dan volumenya.
d. Kehilangan elastisitas pembuluh darah. Hal ini terjadi
karena kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk
oksigenasi.
e. Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer.
2.1.4 Manifestasi Klinis Hipertensi
Menurut Nurarif dan Kusuma (2015) tanda dan gejala pada
hipertensi dibedakan menjadi :
1. Tidak ada gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan
dengan peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan
arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi
arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri tidak
teratur.
2. Gejala yang lazim
Sering terjadi bahwa gejala yang menyertasi hipertensi
yaitu nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataanya hal ini
merupakan gejala yang terlazim dan kebanyakan pasien dengan
mencari pertolongan medis atau memeriksakan tekanan darahnya
pada layanan kesehatan. Beberapa manifestasi klinis pasien yang
menderita hipertensi menurut Black (2014) yaitu :
a. Sakit kepala (nyeri di tengkuk)
b. Palpitasi
c. Kelelahan

9
d. Nausea
e. Epitaksis
f. Pandangan kabur atau ganda
g. Tinnitus (telinga berdering)
2.1.5 Patofisiologi Hipertensi
Fator terjadinya hipertensi menurut (Darmojo, 2004 : 397) adalah
karena adanya penurunan ladar renin akibat proses penuaan yang
terjadi secara terus menerus, terjadinya peningkatan kadar sensitivitas
terhadap asupan natrium, penurunan elastisitas pembuluh darah
perifer akibat proses degeneratif yang menjadi penyebab hipertensi
sistolik, dan perubahan ateromatous yang menjadi penyebab tingginya
tekanan darah.
Menurut Aspiani (2014 : 105) patofisilogi hipertensi dijelaskan
bahwa terdapat pusat vasomotor dalam otak yang menjadi mekanisme
pengontrol terhadap relaksasi dan konstriksi pembuluh darah.
Rangsangan pusat vasomotor ini dihantarkan ke ganglia simpatis di
bagian thorak dan abdomen dalam bentuk impuls yang bergerak
kebawah melalui sistem saraf sympatis. Pada titik ini neuron
preganglion melepaskan asetilkoline yang dapat merangsang serabut
saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan
dilepaskannya norefinenfrine akan menyebabkan konstriksi pada
pembuluh darah. Faktor tersebut mampu merangsang vasomotor
terhadap respon dari pembuluh darah. Meski belum diketahui jelas
mengapa kejadian tersebut bisa terjadi, namun dari beberapa kasus
pasien dengan hipertensi sangat sensitive terhadap norefinenfrine.
Pada saat yang sama sistem saraf simpatis dapat merangsang
pembuluh darah sebagai respon rangsang emosi, kelenjar adrenal pun
terangsang yang dapat mengakibatkan vasokonstriksi. Medulla
adrenal pun mensekresi kortisol dan steroin sehingga respon
vasoknstriktor pembuluh darah menjadi kuat. Pelepasan renin pun
terjadi akibat dari vasokonstriksi yang menjadi penyebab utama
penurunan aliran darah ke ginjal.

10
Renin mampu merangsang pembentukan angiotensin I yang mana
angiotensin I dapat berubah menjadi angiotensin II. Sebuah
vasoknstriktor yang kuat yang mampu merangsang sekresi aldosterone
oleh korteks adrenal. Hormone tersebut mampu mangakibatkan
retensi air dan natrium oleh tubulus ginjal, sehingga terjadi kenaikan
volume intravascular. Semua keadaan tersebut menjadi pencetus itama
terjadinya penyakit hipertensi.

11
2.1.6 Pathway Hipertensi
Bagan 1. Pathway Hipertensi dengan Nyeri Akut

Faktor predisposisi: usia,jenis kelamin,


merokok, strees, kurang olahraga, genetik, Aliran darah makin
alkohol, konsentrasi, garam,obesitas. Beban kerja
cepat keseluruh
jantung ↑
tubuh sedangkan
Kerusakan vakuler nutrisi dalam sel
pembuluh darah sudah menukupi
HIPERTENSI Tekanan sistemik darah kebutuhan

Perubahan struktur Metode koping tidak
Perubahan situasi Krisis situasional efektif

Penyumbatan Defisit Pengetahuan


pembuluh darah Informasi yang minim Koping tidak
efektif
Peningkatan tekanan
Vasokontriksi Resistensi pembuluh intrakranial
darah perifer ↑
Nyeri Kepala Nyeri Akut
Oksipital

Gangguan sirkulasi Otak Resiko perfusi


suplai O2 ke otak ↓ serebral tidak
efektif

Ginjal Retina Pembuluh darah

Vasokontriksi Spasme arteriol


pembuluh darah Sistemik
ginjal Koroner
Resiko Cedera
Blood flow darah ↓ Vasokontriksi

Penurunan
Respon RAA Afterload↑
curah jantung

Merangsang Fatigue
Hipervolemia
aldesteron

Intoleransi aktifitas
Retensi Na Edema

Sumber (Nurarif & Kusuma. 2015).

12
2.1.7 Pemeriksaan penunjang
Menurut Nurarif dan Kusuma (2015) disebutkan:
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Hb/Ht : mingedintifikasi hubungan dari sel-sel terhadap
volume cairan (viskositas) dan dapat mengidentifikasikan
faktor resiko seperti hipokoagulabilitas, anemia.
b. BUN/kreatinin : untuk memberikan informasi tentang
perfusi /fungsi ginjal.
c. Glukosa : hiperglikemiaa (diabetes mellitus adalah pencetus
hipertensi) yang dapat diakibatka oleh pengeluaran kadar
ketokolamin.
d. Urinalisa : darah, protein, glukosa, mengisyaratkan disfungsi
ginjal dan adanya diabetes mellitus
2. CT Scan : mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati
3. EKG : menunjukkan adanya pola regangan, peninggian
gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung
hipertensi.
4. IUP : mengidentisikasi penyebab dari hipertensi seperti : batu
ginjal, perbaikan ginjal
5. Rontgen toraks : menilai adanya destruksi klasifikasi pada area
katup jantung, dan pembesaran jantung.
2.2 Konsep Dasar Nyeri
2.2.1 Pengertian Nyeri
Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan yang tidak
menyenangkan yang bersifat sangat subyektif, karena perasaan nyeri
berbeda pada setiap orang dalam hal skala atau tingkatannya dan
hanya orang tersebut yang bisa menjelaskan atau mengevaluasi rasa
nyeri yang dialami. Munculnya nyeri sangat berkaitan dengan reseptor
dan rangsangan. Reseptor nyeri adalah nociceptor yang merupakan
ujung-ujung saraf (sinaps) sangat bebas yang memiliki sedikit mielin
yang tersebar pada kulit dan mukosa, khususya pada visera,

13
persendian, dinding arteri, hati dan klantong empedu (Rochimah,
2011).
2.2.2 Jenis-jenis nyeri
Menurut (Rochimah, 2011) nyeri secara umum dibagi menjadi dua
yaitu:
1. Nyeri akut
Nyeri akut merupakan nyeri yang timbul secara mendadak
dan cepat menghilang, tidak melebihi 6 bulan, serta ditandai
dengan adanya pengingkatan tekanan otot.
2. Nyeri kronis
Nyeri kronis merupakan nyeri yang timbul secara perlahan-
lahan, biasanya berlangsung cukup lama, yaitu lebih dari 6 bulan.
Yang termasuk dalam kategori nyeri akut adalah nyeri terminal,
sindrom nyeri akut dan nyeri psikosomatis.
2.2.3 Tanda dan Gejala Nyeri Akut
Menurut (PPNI, 2016) dalam buku Standar Diagnosis Keperawatan
Indonesia tanda dan gejala nyeri akut dibagi menjadi dua yaitu :
1) Tanda dan gejala mayor
a. Subyektif
Klien mengeluh nyeri
b. Obyektif
Klien tampak meringis, klien bersikap protektif (misalnya
waspada, posisi menghindari nyeri), klien tampak gelisah,
frekuensi nadi klien meningkat, sulit tidur.
2) Tanda dan gejala minor
a. Subyektif
b. Obyektif
Tekanan darah klien meningkat, pola nafas klien berubah,
nafsu makan klien berubah, proses berfikir terganggu.
2.2.4 Penyebab Nyeri Akut
Dalam buku Standar Diagnosis Keperawatan (PPNI, 2016)
penyebab dari nyeri akut adalah :

14
1) Agen pencederaan fisiologis (misalnya inflamasi, iskemia,
neuplasma).
2) Agen pencederaan kimiawi (misalnya terbakar bahan kimia iritan).
3) Agen pencederaan fisik (misalnya abses, amputasi, terbakar,
terpotong, mengangkat berat, prosedur operasi, trauma, Latihan
fisik berlebihan.
2.2.5 Cara-cara mengurangi nyeri
Berdasarkan buku Ilmu Keperawatan Dasar menurut (Wachid
Iqbal Mubarak, Indrawati, dan Susanto, 2015) ada beberapa cara
mengurangi nyeri.
1) Melakukan Teknik Distraksi
Melakukan teknik distraksi disini yaitu dengan cara
mengalhkan perhatian klien pada hal-hal yang lain sehingga klien
akan lupa terhadap nyeri yang dialami. Distraksi merupakan
mengalihkan perhatian klien ke hal yang lain sehingga dapat
menurunkan kewaspadaan terhadap nyeri, bahkan meningkatkan
toleransi terhadap nyeri. Teknik distraksi berdasarkan teori
aktivitas retikular yaitu menghambat stimulus nyeri sehingga
terhambatnya impuls nyeri ke otak. Contoh mendengarkan musik,
menonton televisi, membayangkan hal-hal yang indah sambil
menutup mata.
2) Melakukan Teknik Relaksasi
Metode ini merupakan cara yang paling efektif untuk
mengurangi nyeri. Relaksasi yang sempurna dapat mengurangi
ketegangan otot, rasa jenuh, kecemasan sehingga dapat mencegah
terjadinya nyeri akut lagi.
3) Melakukan pemijatan
Melakukan pemijatan yang bertujuan untuk menstimulasi
serabut-serabut yang mentransmisikan sensasi tidak nyeri. Masase
merupakan stimulasi yang biasanya dipusatkan pada punggung
dan bahu. Masase dapat membuat klien lebih nyaman dan lebih
tenang

15
2.2.6 Dampak nyeri
Dampak dari nyeri yang lebih spesifik yaitu pola tidur terganggu,
mudah tersinggung, dan bahkan terhadap mood, sulit berkonsentrasi
(Setiohadi, Sumaryono, Kasmir, Isbagyo, dan Kalim, 2006).
2.2.7 Penilaian Nyeri
Merupakan elemen yang penting untuk menentukan terapi nyeri
yang efektif. Intensitas nyeri harus dinilai sedini mungkin selama
pasien dapat berkomunikasi dan menunjukkan ekspresi nyeri yang
dirasakan (W. I. Mubarak, Indrawati, dan Susanto, 2015).
1. Skala Nyeri Deskriptif
Merupakan alat pengukuran tingkat keparahan nyeri yang
objektif. Skala ini juga disebut sebagai skala pendeskripsian
verbal. Merupakan garis yang terdiri dari 3 sampai 5 kata
pendeskripsian yang tersusun dengan jarak yang sama disepanjang
garis. Pendeskripsian ini mulai dari “tidak nyeri” sampai “nyeri
akut”. Dan pasien diminta untuk menunjukkan keadan yang sesuai
dengan nyeri saat ini (W. I. Mubarak et al, 2015).

Sumber : (W.I. Mubarak et al., 2015). Buku Ajar Ilmu


Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.
Gambar 1. Skala Nyeri Deskriptif
2. Numerical Rating Scale (NRS) (Skala Numerik Angka).
Pasien menyebutkan intensitas nyeri berdasarkan angka 0-
10. Titik 0 berarti nyeri, 5 berarti nyeri sedang, dan 10 adalah
nyeri berat. NRS digunakan jika ingin menentukan berbagai
perubahan pada skala nyeri. Dan juga menilai respon turunya nyeri
pasien terhadap terapi yang diberikan (W. I. Mubarak et al, 2015).

16
Sumber : (W.I. Mubarak et al., 2015). Buku Ajar Ilmu
Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.
Gambar 2. Skala Nyeri Numerical Rating Scale
3. Faces Scale (Skala Wajah)
Pasien diarahkan untuk melihat skala gambar wajah.
Gambar pertama tidak nyeri, kedua sedikit nyeri, dan selanjutnya
lebih nyeri, dan gambar paling akhir adalah orang dengan ekspresi
nyeri berat. Setelah itu, pasien diarahkan untuk menunjuk gambar
yang cocok dengan nyerinya. Metode ini digunakan untuk pediatri,
tetapi juga digunakan untuk geriatric dengan gangguan kognitif
(W. I. Mubarak et al, 2015).

Sumber : (W.I. Mubarak et al., 2015). Buku Ajar Ilmu


Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.
Gambar 3. Wong Baker Faces Scale
2.3 Konsep Dasar Lansia
2.3.1 Pengertian Lansia
Lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60
tahun. Menua bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan suatu proses
yang berangsur-angsur yaitu mengakibatkan perubahan kumulatif.
Menua merupakan proses menurunnya daya tahan tubuh dalam
menghadapi rangsangan dari dalam maupun dari luar tubuh. Menjadi
tua merupakan proses alamiah yang berarti seseorang telah melalui
tiga tahap kehidupan, yaitu anak, dewasa dan tua (Kholifah, 2016).
Batasan-batasan lansia menurut WHO (2008), meliputi:

17
1. Usia pertengahan (middle age), antara usia 45 sampai 59 tahun.
2. Lanjut usia (elderly), antara usia 60 sampai 74 tahun.
3. Lanjut usia tua (old), antara usia 75 sampai 90 tahun.
4. Usia sangat tua (very old), usia diatas 90 tahun.
Menurut Depkes RI (2005), menjelaskan bahwa Batasan lansia
dibagi menjadi tiga kategori, yaitu:
1. Usia lanjut presenilis yaitu antara usia 45-59 tahun,
2. Usia lanjut yaitu usia 6 tahun keatas,
3. Usia lanjut beresiko yaitu usia 70 tahun ke atas atau usia 60
tahun ke atas dengan masalah kesehatan.
2.3.2 Ciri-ciri lansia
Ciri-ciri usia lanjut menurut Hurlock (2006) dan Firdaus (2015)
adalah:
1. Lansia merupakan periode kemunduran.
Kemunduran pada lansia Sebagian besar datang dari faktor
fisik dan faktor psikologis. Motivasi mempunya peran yang
sangat penting untuk mengatasi kemunduran pada lanjut usia.
Misalnya pada lansia yang memiliki motivasi yang rendah
dalam melakukan kegiatan maupun aktivitas, maka akan
mempercepat proses kemunduran fisik. Akan tetapi ada juga
lansia yang mempunyai motivasi yang sangat tinggi, maka
kemunduran fisik pada lansia akan lebih lama terjadi.
2. Perbedaan individual pada efek menua
Setiap orang yang menjadi tua pasti berbeda karena mereka
memiliki sifat bawaan yang mereka berbeda, sosial ekonomi,
latar Pendidikan yang berbeda, dan pola hidup yang berbeda.
Perbedaan terlihat antara orang-orang yang mempunyai jenis
kelamin yang sama, dan semakun nyata bila pria dibandingkan
dengan wanita karena menua terjadi dengan laju yang berbeda
pada masing-masing jenis kelamin.

18
3. Lansia memiliki status kelompok minoritas.
Kondisi ini sebagai akibat dari sikap sosial yang tidak
menyenangkan terhadap lansia dan diperkuat oleh pendapat
yang kurang baik, misalnya lansia yang lebih mempertahankan
pendapatnya maka sikap sosial di masyarakat menjadi negatif,
tetapi ada juga lansia yang mempunyai tenggang rasa kepada
orang lain sehingga sikap sosial masyarakat menjadi positif.
4. Menua membutuhkan perubahan peran.
Perubahan peran tersebut dilakukan karena lansia mulai
mengalami kemunduran dalam segala hal. Perubahan peran
pada lansia sebaiknya dilakukan atas dasar keinginan sendiri
bukan atas dasar tekanan dari lingkungan. Misalnya lansia
menduduki jabatan sosial di masyarakat sebagai ketua RW,
sebaiknya masyarakat tidak memberhentikan lansia sebagai
ketua RW karena usianya.
5. Penyesuaian yang buruk pada lansia.
Perlakuan yang buruk terhadap lansia membuat mereka
cenderung mengembangkan konsep diri yang buruk sehingga
dapat memperlihatkan bentuk perilaku yang buruk. Akibat dari
perlakuan yang buruk itu membuat penyesuaian diri lansia
menjadi buruk pula. Misalnya lansia yang tinggal bersama
keluarga sering tidak dilibatkan untuk pengambilan keputusan
karena dianggap pola pikirnya kuno, kondisi inilah yang
menyebabkan lansia menarik diri dari lingkungan, cepat
tersinggung dan bahkan memiliki harga diri yang rendah.
2.3.3 Proses Menua
Tahap usia lanjut adalah tahap dimana terjadi penurunan fungsi
tubuh. Penuaan merupakan perubahan kumulatif pada makhluk
hidup, termasuk tubuh, jaringan dan sel, yang mengalami penurunan
kapasitas fungsional. Pada manusia, penuaan yang terjadi
dihubungkan dengan perubahan degeneratif pada kulit, tulang
jantung, pembuluh darah, paru-paru, saraf dan jaringan tubuh lainnya.

19
Kemampuan regeneratif pada lansia terbatas, mereka lebih rentan
terhadap bebagai penyakit (Kholifah, 2016).
Menurut Kholifah (2016) teori proses menua dijelaskan sebagai
berikut:
1. Teori-teori biologi
a. Teori genetic dan mutase (somatic mutatie theory)
Menurut teori ini menua telah terprogram secara
genetik bagi spesies-spesies tertentu. Menua terjadi sebagai
akinat dari perubahan biokimia yang deprogram oleh
molekul-molekul /DNA dan setiap sel pada saatnya akan
mengalami mutasi. Sebagai contoh yang khas adalah mutasi
pada sel-sel kelamin yaitu terjadi penuruna kemampuan
fungsional sel.
b. Pemakaian dan terjadi kerusakan
Kelebihan usaha dalam pemakaian dan terjadi stress
dapat menyebabkan sel-sel tubuh kekah (rusak).
c. Reaksi dari kekebalan sendiri (auto immune theory)
Didalam proses metabolism tubuh, diproduksi suatu
zat khusus. Ada jaringan tubuh tertentu yang tidak tahan
terhadap zat tersebut sehingga menyebabkan jaringan tubuh
menjadi lemah dan sakit.
d. Teori “immunology slow virus” (immunology slow virus
theory)
Sistem imun menjadi tidak efektif dengan
bertambahnya usia dan masuknya virus kedalam tubuh
sehingga bisa menyebabkan kerusakan-kerusakan dalam
organ tubuh.
e. Teori Stres
Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang bisa
digunakan tubuh. Regenerasi jaringan tidak dapat
mempertankan kestabilan lingkungan internal, kelebihan
usaha dan stress menyebabkan sel-sel tubuh lelah terpakai

20
f. Teori radikal bebas
Radikal bebas dapat terbentuk dialam bebas, tidak
stabilnya radikal bebas (kelompok atom) mengakibatkan
oksidasi oksigen bahan-bahan organik seperti karbohidrat
dan protein. Sehingga radikal bebas ini dapat menyebabkan
sel-sel tidak dapat bergenerasi.
g. Teori rantai silang
Sel-sel yang atau usang, reaksi kimianya
menyebabkan ikatan yang kuat, khususnya jaringan
oksigen. Ikatan ini menyebabkan kurangnya elastisitas,
kekacauan dan hilangnya fungsi.
h. Teori program
Kemampuan organisme untuk menetapkan jumlah
sel yang membelah setelah sel-sel tersebut mati.
2. Teori kejiwaan sosial
a. Aktivitas atau kegiatan (activity theory)
Lansia mengalami penurunan dalam jumlah
kegiatan atau aktivitas yang dapat dilakukannya. Teori ini
menyatakan bahwa lansia yang sukses adalah mereka yang
aktif dan banyak ikut dalam kegiatan sosial.
b. Ukuran optimum (pola hidup)
Dilanjutkan dari cara hidup lansia hubungan antara
sistem sosial dan individu agar tetap stabil dari usia
pertengahan ke usia lanjut.
c. Kepribadian berlanjut (continuity theory)
Teori ini menyatakan bahwa dengan bertambahnya
usia maka seseorang secara berangsur-angsur mulai
melepaskan diri dari kehidupan sosialnya. Keadaan ini
mengakibatkan interaksi sosial lanjut usia mengalami
penurunan baik secara kualitas maupun kuantitas, sehingga
sering terjadi kehilangan ganda (triple loss) yakni :
1. Kehilangan peran

21
2. Hambatan kontak sosial
3. Berkurangnya kontak komitmen

2.3.4 Perubahan yang terjadi pada lansia


Semakin bertambahnya umur manusia semakin terjadi proses
penuaan secara degeneretif yang akan berdampak pada perubahan-
perubahan pada diri manusia tidak hanya pada perubahan fisik tetapi
juga kognitif, perasaan, sosial dan seksual (Azizah, 2015).
1. Perubahan fisik
a. Sistem indra
Sistem pendengaran : Gangguan pada pendengaran
(prebiakusis) oleh karena hilangnya kemampuan
pendengaran pada telinga dalam, terutama terhadap bunyi
suara atau nada-nada yang tinggi, suara yang tidak jelas,
sulit di mengerti kata-katanya, 50% terjadi pada usia >60
tahun.
b. Sistem integumen
Pada lansia kulit mengalami atropi, kendur, tidak
elastis, kering dan berkerut. Kulit akan kekurangan cairan
sehingga menjadi tipis dan berbercak. Kekeringan kulit
disebabkan atropi glandula sebasea dan glandula sudoritera,
timbul pigmen berwarna coklat pada kulit dikenal dengan
liver spot.
c. Sistem muskuloskeletal
Perubahan sistem musculoskeletal pada lansia :
Jaringan penghubung (kolagen dan elastin), kartilago,
tulang, otot dan sendi. Kolagen sebagai pendukung utama
kulit, tendon, tulang, kartilago dan jaringan pengikat
mengalami perubahan menjadi bentangan yang tidak
teratur. Kartilago : jaringan ini merupakan jaringan pada
persendian dan mengalami granulasi, sehingga permukaan
sendi menjadi rata. Kemampuan kartilago untuk regenerasi

22
berkurang dan degenerasi yang terjadi cenderung ke arah
progressif. Tulang : berkurangnya kepadatan tulang setelah
diamati adalah bagian dari penuaan fisiologi sehingga
mengakibatkan osteoporosis.
d. Sistem kardiovaskular
Perubahan pada sistem kardiovaskular pada lansia
adalah massa jantung bertambah, ventrikel kiri mengalami
hipertropi sehingga peregangan jantung berkurang, kondisi
ini terjadi karena perubahan jaringan. Perubahan ini
disebabkan oleh penumpukan lipofusin, klasifikasi SA
Node dan jaringan konduksi berubah menjadi jaringan ikat.
e. Sistem respirasi
Pada proses penuaan terjadi perubahan jarungan ikat
paru, kapasitas total paru tetap tetapi volume cadangan paru
bertambah untuk mengkompensasi kenaikan ruang paru,
udara yang mengalir ke paru berkurang.
f. Pencernaan dan metabolisme
Perubahan yang terjadi pada sistem pencernaan
seperti penurunan produksi sebagai kemunduran fungsi
yang nyata karena kehilangan gigi, indra pengecap
menurun, rasa lapar menurun (kepekaan rasa lapar
menurun), liver semakin mengecil dan menurunnya tempat
penyimpanan, dan berkurangnya aliran darah.
g. Sistem perkemihan
Pada sistem perkemihan terjadi perubahan yang
signifikan. Banyak fungsi yang mengalami kemunduran,
misalnya laju filtrasi, eksresi, dan reabsorpsi oleh ginjal.
h. Sistem saraf
Sistem susunan saraf mengalami perubahan anatomi
dan atropi yang progresif pada serabut saraf lansia. Lansia
mengalami penurunan koordinasi dan kemampuan dalam
melakukan aktivitas sehari-hari.

23
i. Sistem reproduksi
Perubahan sistem reproduksi lansia ditandai dengan
menciutnya ovari dan uterus. Terjadi atropi payudara. Pada
laki-laki testis masih dapat memproduksi spermatozoa
meskipun adanya penurunan secara berangsur-angsur.
2. Perubahan kognitif
Menurut Hurlock (2006), dalam perubahan pada fungsi
kognitif diantaranya :
a. Kemunduran umumnya terjadi pada tugas-tugas yang
membutuhkan kecepatan memori jangka pendek.
b. Kemampuan intelektual tidak mengalami kemunduran.
c. Kemampuan verbal dalam bidang kosakata akan
menetap apabila tidak terjadi suatu penyakit.
3. Perubahan psikososial
Masalah-masalah serta reaksi individu akan sangat
beragam, tergantung pada kepribadian individu yang
bersangkutan pada saat ini bagi orang yang telah menjalani
hidupnya dengan bekerja mendadak diharapkan dengan masa
pension. Tetapi bagi banyak pekerja yang sudah pensiun
menganggap terputus dari lingkungan dan teman-teman yang
akrab untuk duduk-duduk dirumah. Dengan begitu dapat
menimbulkan rasa kesepian. Perubahan mendadak dalam
kehidupan rutin yang menyebabkan kurang melakukan
kegiatan atau aktivitas yang berguna antara lain :
a. Minat
b. Isolasi dan kesepian
c. Peranan iman
4. Perubahan spiritual
Lanjut usia semakin matur dalam kehidupan
keagamaannya. Hal ini terlihat dalam berpikir dan bertindak
dalam kehidupan sehari-hari. Agama dan keyakinan semakin
terintegrasi dalam kehidupan. Perkembangan spiritual pada

24
usia lanjut yaitu dengan berfikir dan bertindak dengan cara
memberikan contoh cara mencintai dalam keadilan.
2.3.5 Perubahan penyakit yang sering terjadi pada lansia
Menurut Reny Y (2014) terdapat empat penyakit yang sangat
berhubungan erat dengan proses menua yaitu :
1. Gangguan sirkulasi darah seperti hipertensi, kelainan pada
pembuluh darah, dan ginjal
2. Gangguan metabolism hormonal seperti diabetes melitus, dan
ketidakseimbangan steroid.
3. Gangguan pada persendian seperti rematik (osteatritis, gout
atritis, rematik atritis) maupun penyakit kolagen lainnya
4. Berbagai penyakit neoplasma
2.4 Konsep Asuhan Keperawatan
2.4.1 Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan. Disini
semua data dikumpulkan secara sistematis guna menentukan status
kesehatan klien saat ini. Pengkajian harus dilakukan secara
komprehensif terkait dengan aspek biologis, psikologis, sosial, maupun
spiritual klien (Asmadi, 2008).
.Beberapa komponen yang harus di perhatikan seorang perawat di
dalam memulai mengkaji respon nyeri yang dialami oleh klien. girton
(1984) dalam Prasetyo (2010), mengidentifikasi komponen-komponen
tersebut, diantaranya:
1. Penentuan ada atau tidaknya nyeri :
Dalam melakukan pemgkajian terhadap nyeri, perawat
harus mempercayai ketika pasien mengungkapkan adanya
nyeri, meskipun adanya observasi perawat tidak menemukan
adanya cedera atau luka. Setiap nyeri yang diungkapkan oleh
klien adalah nyata. Sebaliknya, ada sebagian pasien yang
terkadang justru menyembunyikan rasa nyerinya untuk
menolak pengobatan.
2. Karakteristik nyeri (Metode PQRST)

25
a. Faktor pencetus (P. Provocate)
Perawat harus mengkaji tentang pemicu atau
stimulus-stimulus nyeri yang dialami oleh klien, dalam hal
ini perawat juga bisa melakukan observasi bagian-bagian
tubuh yang sedang mengalami cidera. Apabila perawat
mencurigai adanya nyeri psikogenetik maka perawat harus
bisa mengeksplore perasaan klien dan menanyakan
perasaan-perasaan apa yang dapat mencetuskan nyeri
tersebut.
b. Kualitas (Q. Quality)
Kualitas nyeri adalah suatu yang subyektif yang
diungkapkan oleh klien, seringkali klien mendeskripsikan
nyeri dengan kalimat-kalimat contohnya : tajam, tumpul,
berdenyut, berpindah-pindah, seperti tertindih, perih,
tertusuk dan lain-lain., dimana tiap klien mungkin berbeda-
beda dalam melaporkan kualitas nyeri yang dirasakan klien
tersebut.

c. Lokasi (R. Region)


Untuk mengkaji lokasi nyeri maka sebagai perawat
harus meminta klien untuk menunjukkan semua bagian
yang dirasakan tidak nyaman oleh klien. Untuk
melokalisasi nyeri lebih spesifik, maka perawat harus bisa
menminta klien untuk melacal daerah yang terasa nyeri
dari titik paling terasa nyeri, kemungkinan hal ini akan sulit
apabila nyeri yang dirasakan bersifat difus (menyebar).
b. Keparahan (S. Seevere)
Tingkat keparahan pasien tentang nyeri merupakan
karakteristik yang paling subyektif. Pada pemgkajian ini
klien diminta untuk mengilustrasikan nyeri yang dirasakan
klien sebagai nyeri ringan, nyeri sedang, atau nyeri berat.
c. Durasi (T. Time)

26
Perawat menanyakan kepada pasien untuk memilih
durasi, dan rangkaian nyeri. Pengkajian pada lansia yang
ada di keluarga dilakukan dengan melibatkan keliarga
menjadi orang terdekat yang mengetahui masalah lesehatan
lansia. Sedangkan pengkajian pada kelompok lansia di
panti ataupun masyarakat dilakukan dengan mlibatkan
penanggung jawab kelompok usia, cultural, tokoh
masayarakat, serta petugas kesehatan. Untuk itu, format
pengkajian yang digunakan yaitu format pemgkajian pada
lansia dengan dikembangkan minimal terdiri dari : biodata
diri, data psikososial, spiritual, kultural, lingkungan, status
fungsional, fasilitas penunjang kesehatan yang ada serta
pemeriksaan fisik terhadap klien yang dilakukan oleh
perawat tersebut.
Menurut (Wijaya & Putri, 2013) yang harus dikaji pada klien
hipertensi yaitu :
a. Data biografi
Nama, alamat, umur, pekerjaan, tanggal masuk rumah sakit,
nama penanggung jawab dan catatan kedatangan.
b. Riwayat kesehatan.
1) Keluhan utama
Alasan utama klien datang kerumah sakit atau
pelayanan kesehatan.
2) Riwayat kesehatan sekarang
Keluhan klien yang dirasakan saat melakukan
pengkajian.
3) Riwayat kesehatan dahulu
Riwayat kesehatan terdahulu biasanya penyakit
hipertensi adalah penyakit yang sudah lama
4) Riwayat kesehatan keluarga

27
Riwayat kesehatan keluarga adalah mengkaji
riwayat keluarga apakah ada yang menderita penyakit yang
sama.
c. Data dasar pengkajian
1) Aktivitas/istirahat
Gejala : kelemahan, letih, napas pendek, gaya hidup
monoton.
Tamda : frekuensi jantung meningkat, perubahan irama
jantung, takipnea.
2) Sirkulasi
Gejala : riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung
coroner, penyakit serebrovaskuler
Tanda : kenaikan TD, hipotensi postural, takhikardi,
perubahan warna kulit, suhu dingin.
3) Integritas ego
Gejala : riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi,
euphoria, faktor stress multiple.
Tanda : letupan suasana hati, gelisah, penyempitan continue
perhatian, tangisan yang meledak, otot muka tegang,
pernafasan menghela, penignkatan pola bicara.
4) Eliminasi
Gejala : gangguan ginjal saat ini atau yang lalu dialami oleh
klien.
5) Makan / cairan
Gejala : makanan yang disukai yang dapat mencakup
makanan tinggi garam, lemak dan kolesterol.
Tanda : BB normal atau obesitas.
6) Neurosensori
Gejala : keluhan pusing / pening, sakit kepala, berdenyut
sakit kepala, berdenyut gangguan penglihatan, episode
epitaksis.

28
Tanda : perubahan orientas, penurunan kekuatan
genggaman, perubahan retinal optic.
7) Nyeri / ketidaknyamanan
Data didapatkan dengn anamnesis dan pemeriksaan
fisik. Anamnesis untuk mengkaji karakteristik nyeri yang
digunakan oleh klien dengan pendekatan PQRST.
Provokatif /paliatif, yaitu, faktor yang mempengaruhi
gawat darurat atau ringannya nyeri, quality yaitu kualitas
dari nyeri seperti apakah rasa tajam, atau tersayat, regional
yaitu daerah penjalar nyeri, severity adalah keparahan atau
intensitas nyeri, dan time adalah lama atau waktu serangan
atau frekuensi nyeri (Wachid Iqbal Mubarak et,al., 2015).
8) Pernapasan
Gejala dispnea yang berkaitan dengan aktivitas,
takipnea, ortopnea, dispnea, nocturnal proksimal, batuk
dengan atau tanpa sputum, riwayat merokok. Tanda :
distress respirasi / penggunaan otot aksesoris pernafasan,
bunyi nafas tambahan, sianosis.
Pada klien dengan nyeri akut, perawat harus
mengkaji data mayor dan minor yang sudah tercantum
dalam buku Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia
(PPNI, 2016), yaitu :
1. Tanda dan gejala mayor
a. Subyektif
Klien mengeluh nyeri
b. Obyektif
Tampaknya meringis, bersikap protektif (misalnya,
posisi menghindari nyeri, waspada), gelisah,
frekuensi meningkat, sulit tidur.
2. Tanda dan gejala minor
a. Subyektif
b. Obyektif

29
Tekanan darah meningkat, pola nafas menignkat,
nafsu makan berubah, proses berpikir terganggu,
menarik diri, berfokus pada diri sendiri.
2.4.2 Diagnosa Keperawatan
A. Nyeri Akut (D.0077)
Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik
(SDKI, 2016).
a. Definisi : pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan
dengan kerusakan jaringan aktual atau fungsional, dengan
onset mendadak atau lambat dan berinteraksi ringan hingga
berat yang berlangsung kurang dari tiga bulan.
b. Penyebab :
1. Agen pencedera fisiologis (misalnya, inflamasi, iskemia,
neoplasma).
2. Agen pencedera kimiawi (misalnya, terbakar, bahan kimia
iritan).
3. Agen pencedera fisik (misalnya, abses, amputasi, terbakar,
terpotong, mengangkat berat, prosedur operasi, trauma,
Latihan fisik berlebihan).
c. Gejala dan Tanda Mayor :
1) Subyektif :
1. Mengeluh nyeri
2) Objektif :
1. Tampak meringis
2. Bersikap protektif (misalnya. Waspada, posisi
menghindari nyeri).
3. Gelisah
4. Frekuensi nadi meningkat
5. Sulit tidur
d. Gejala dan Tanda Minor :
1) Subyektif
(Tidak tersedia)

30
2) Objektif
1. Tekanan darah meningkat
2. Pola napas berubah
3. Nafsu makan berubah
4. Proses berpikir terganggu
5. Menarik diri
6. Berfokus pada diri sendiri
7. Diaforesis
e. Kondisi Klinis Terkait
1) Kondisi pembedahan
2) Cedera traumatis
3) Infeksi
4) Sindrom coroner akut
5) Glaukoma
B. Koping Tidak Efektif (D.0096)
Koping tidak efektif berhubungan dengan krisis situasional
(SDKI,2016).
a. Definisi : Ketidakmampuan menilai dan merespons stressor
dan atau ketidakmampuan menggunakan sumber-sumber yang
ada untuk mengatasi masalah
b. Penyebab
1. Ketidak percayaanterhadap kemampuan diri mengatasi
masalah
2. Ketidakadekuatan sistem pendukung
3. Ketidakadekuatan strategi koping
4. Ketidakeraturan atau kekacauan lingkungan
5. Ketidakcukupan persiapan untuk menghadapi stressor
6. Disfungsi sistem keluarga
7. Krisis situasional
8. Krirs maturasional
9. Kerentanan personalitas

31
10. Ketidakpastian
c. Gejala dan Tanda Mayor
1. Subyektif
1) Mengungkapkan tidak mampu mengatasi masalah
2. Obyektif
1) Tidak mampu memenuhi peran yang diharapkan (sesuai
usia)
2) Menggunakan mekanisme koping yang tidak sesuai
d. Gejala dan Tanda Minor
1. Subyektif
1) Tidak mampu memenuhi kebutuhan dasar
2) Kekhawatiran kronis
2. Obyektif
1) Penyalahgunaan zat
2) Memanipulasi orang lain untuk memenuhi keinginannya
sendiri
3) Perilaku tidak asertif
4) Partisipasi sosial kurang
e. Kondisi Klinis Terkait
1. Komdisi perawatan klinis
2. Attention Deficit / Hyperactivity Disorder (ADHD)
3. Gangguan kecemasan perpisahan
4. Delirium
5. Demensia
6. Gangguan amnestic
7. Intoksikasi zat
8. Putus zat

32
C. Defisit Pengetahuan (D.0111)

Defisit Pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar


informasi (SDKI, 2016)

a. Definisi : ketiadaan atau kurangnya informasi kognitif yang


berkaita dengan topik tertentu

b. Penyebab

1. Keteratasan kognitif

2. Gangguan fungsi kognitif

3. Kekeliruan mengikuti anjuran

4. Kurang terpapar informasi

5. Kurang minat dalam belajar

6. Kurang mampu mengingat

7. Ketidaktahuan menemukan sumber informasi

c. Gejala dan Tanda Mayor

1. Subyektif

1) Menanyakan masalah yang dihadapi

2. Obyektif

1) Menjalani perilaku tidak sesuai anjuran

2) Menunjukkan persepi yang keliry terhadap masalah

d. Gejala dan Tanda Minor

1. Subyektif

1) Tidak tersedia

2. Obyektif

1) Menjalani pemeriksaan yang tidak tepat

33
2) Menunjukkan perilaku berlebihan (mis. Apatis,
bermusuhan, agitasi, histeria)

e. Kondisi Klinis Terkait

1. Kondisi klinis yang baru dihadapi oleh klien

2. Penyakit akut

3. Penyakit kronis

D. Intoleransi Aktivitas (D.0056)

Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan


(SDKI, 2016)

a. Definisi : ketidakcukupan energi untuk melakukan aktivitas


sehari-hari

b. Penyebab

1. Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen

2. Tirah baring

3. Kelemahan

4. Imobilitas

5. Gaya hidup monoton

c. Gejala dan Tanda Mayor

1. Subyektif

1) Mengeluh Lelah

2. Obyektif

1) Frekuensi jantung meningkat > 20% dari kondisi istirahat

d. Gejala dan Tanda Minor

1. Subyektif

34
1) Dipsnea saat / setelah aktivitas

2) Merasa tidak nyaman setelah beraktivitas

3) Merasa lemah

2. Obyektif

1) Tekanan darah berubah > 20% dari kondisi istirahat

2) Gambaran EKG menunjukkan aritmia saat / setelah


beristirahat

3) Gambaran EKG menunjukkan adanya iskemia

4) Sianosis

e. Kondisi Klinis Terkait

1. Anemia

2. Gagal jantung kongesif

3. Penyakit jantung koroner

4. Penyakit katup jantung

5. Aritmia

6. Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK)

7. Gangguan metabolic

8. Gangguan muskoloskeletal

35
2.4.3 SLKI dan SIKI
Tabel 2. Intervensi dan output keperawatan (PPNI, 2019).

SLKI SIKI Rasional

Kontrol nyeri 1. Manajemen Nyeri 1. Menstabilkan tingkat nyeri yang


Definisi : Definisi : dialami oleh klien dengan
Tindakan untuk meredakan pengalaman sensorik atau emosional yang tidak mengidentifikasi dan mengontrol nyeri dengan PQRST
menyenangkan akibat kerusakan jaringan. mengelola pengalaman secara menyeluruh
Tujuan : untuk mencegah terjadinya nyeri akut yang berlebihan terhadap klien. sensorik atau
Kriteria Hasil : emosional yang
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 7 x 2 minggu diharapkan tingkat nyeri berkaitan dengan
klien tetap stabil dan mengalami penurunan. kerusakan jaringan
atau fungsional dengan
Kriteria Hasil Menurun Cukup Sedang Cukup Meningkat onset mendadak atau
menurun menignkat lambat dan
berintensitas ringan
Melaporkan 1 2 3 4 5 hingga berat dan a. Mengidentifikasi lokasi,
nyeri terkontrol konstan. karakteristik, durasi,
Tindakan : frekuensi, kualitas,
Kemampuan 1 2 3 4 5
intensitas nyeri.
mengenali onset Observasi
b. Mengidentifikasi skala
nyeri a. Identifikasi lokasi, nyeri
Kemampuan 1 2 3 4 5 karakteristik, c. Mengidentifikasi respon
mengenali durasi, frekuensi, non verbal
penyebab nyeri kualitas, intensitas d. Mengidentifikasi faktor
nyeri. yang memperberat dan
Kemampuan 1 2 3 4 5
b. Identifikasi skala memperingan nyeri.
menggunakan
nyeri. e. Untuk memberi informasi
teknik non-
c. Identifikasi respon terkait nyeri yang dialami

36
farmakologis nyeri non verbal. klien
Dukungan orang 1 2 3 4 5 d. Identifikasi faktor
terdekat yang memperberat
dan memperingan f. Untuk membantu
Meningkat Cukup Sedang Cukup Menurun nyeri. menstabilkan intensitas
meningkat menurun e. Identifikasi nyeri.
pengetahuan dan g. Menjaga lingkungan klien
Keluhan nyeri 1 2 3 4 5
keyakinan tentang supaya lebih nyaman dan
nyeri. tidak merasa nyeri berat.
Penggunaan 1 2 3 4 5 h. Untuk memberikan fasilitas
analgesic Terapeutik
istirahat yang nyaman
f. Berikan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri. i. Untuk mengetahui nyeri
g. Fasilitas istirahat akut yang dialami klien
tidur. j. Untuk mengidentifikasi
h. Pertimbangkan munculnya nyeri akut dan
jenis dan sumber penyebabnya
nyeri dalam k. Untuk mengurangi nyeri
pemilihan strategi yang di alami klien ketika
meredakan nyeri. kambuh lagi.

Edukasi l. Menganjurkan keluarga


i. Jelaskan klien untuk membanut
penyebab, periode, aktivitas klien
dan pemicu nyeri.
j. Jelaskan strategi
meredakan nyeri.

m. Mengkolaborasikan dengan
k. Anjurkan teknik

37
nonfarmakologis keluarga perihal terapi yang
untuk meredakan dilakukan pasien untuk
rasa nyeri mengurangi nyeri tersebut.
l. Anjurkan keluarga
untuk membantu
klien dalam
melakukan
aktivitas sehari-
hari.
Kolaborasi
m. Kolaborasi
bersama keluarga
klien dalam
pemberian terapi
dan pengobatan
rutin.

2. Terapi Relaksasi a. Mengidentifikasi


Definisi : penurunan tingkat
menggunakan teknik energi klien
peregangan untuk
mengurangi tanda dan
gejala
ketidaknyamanan
seperti nyeri,
ketegangan otor, atau
kecemasan. b. Membantu memberikan
Tindakan : terapi rekaksasi untuk
Pereda nyeri klien.
Observasi

38
a. Identifikasi
penurunan tingkat c. Membantu mengurangi
energi, rasa nyeri setelah terapi
ketidakmampuan
berkonsentrasi,
atau gejala lain
yang mengganggu
kemampuan
kognitif.
b. Identifikasi terapi
relaksasi yang d. Menciptakan keamanan
pernah efektif dan kenyamanan klien
digunakan di dalam rumah
Terapeutik
c. Gunakan teknik
relaksasi sebagai e. Untuk menstimulus
strategi penunjang energi dan respon klien
dengan analgetik
atau Tindakan
medis lain, jika
sesuai.
Edukasi f. Mengkolaborasikan
d. Jelaskan tujuan, dengan keluarga dalam
manfaat, batasan, pemberian teknik
dan jenis relaksasi relaksasi untuk
yang tersedia (mis, mengurangi intensitas
music, meditasi, nyeri.
nafas dalam,
relaksasi otot
progresif).

39
e. Anjurkan rileks
dan merasakan
sensasi relaksasi
Kolaborasi
f. Kolaborasi dengan
klien dan keluarga
klien dalam
memberikan terapi
relaksasi

40
2.4.4 Implementasi Keperawatan
Implementasi yang merupakan komponen dari proses keperawatan, adalah
kategori dari perilaku keperawatan dimana tindakan yang diperlukan untuk
mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan dilakukan
dan diselesaikan (Perry, 2010).
1. Tindakan keperawatan mandiri
Tindakan keperawatan yang dilakukan tanpa pesanan dokter.
Tindakan keperawatan mandiri dilakukan oleh perawat
2. Tindakan keperawatan kolaboratif
Tindakan yang dilakukan oleh perawat apabila perawat bekerja dengan
anggota perawatan kesehatan yang lain dalam membuat keputusan
bersama yang bertahap untuk mengatasi masalah klien.
2.4.5 Evaluasi
Langkah evaluasi dari proses keperawatan mengukut respon klien terhadap
tindakan keperawatan dan kermajuan klien kearah pencapaian tujuan. Evaluasi
terjadi kapan saja perawat berhubungan dengan klien. Penekanannya adalah
pada hasil klien, perawat mengevaluasi apakah perilaku klien mencerminkan
suatu kemunduran atau kemajuan dalam diagnosa keperawatan (Perry, 2010).

41
KUESIONER PENELITIAN
ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA KLIEN HIPERTENSI DENGAN
MASALAH KEPERAWATAN NYERI AKUT DI DESA CEPOKOMULYO
KECAMATAN KEPANJEN KABUPATEN MALANG

A. Identitas Responden
1. Nama Responden :
2. Umur Responden :
3. Jenis Kelamin :
4. Tekanan Darah :
5. Tanggal Wawancara :
B. Pertanyaan
1. Sebelumnya apakah anda tahu apa yang di maksud hipertensi atau tekanan darah
tinggi ?
2. Apakah anda saat ini sedang mengkonsumsi obat atau suplemen tertentu
(vitamin, pil, dll)?
3. Berapa tensi terakhir anda?
4. Apakah anda sering merasakan pusing / sakit kepala ?
5. Seberapa sering anda merasakan sakit kepala dalam 1 minggu ?
6. Pada kepala atau leher bagian manakah anda merasakan nyeri ?
7. Bagaiamana sensari nyeri yang anda rasakan di kepala ?
b. Seperti menekan
c. Nyeri tumpul
d. Berdenyut / tajam
1. Jika terjadi kebisingan apakah memperburuk sakit kepala anda ?
2. Jika digunakan untuk beraktivitas apakah dapat memperburuk sakit kepala ?
3. Apakah anda rutin berolah raga ? jika iya olah raga apa yang sering anda
lakukan ?

42
2.4.6 Kerangka Konsep
Bagan 2. Kerangka Konsep Asuhan Keperawatan Hipertensi dengan Masalah
Keperawatan Nyeri Akut

HIPERTENSI Faktor yang mempengaruhi nyeri akut :


1. Agen pencedera fisik (Latihan fisik
berlebihan)
2. Tekanan darah sistemik mengalami
Tekanan darah peningkatan
sistemik naik 3. Peningkatan tekanan intrakranial
4. Nyeri kepala oksipital

Peningkatan
tekanan
intrakranial
Terapi / Tindakan yang dilakukan :
1. Kontrol nyeri
2. Terapi relaksasi
Nyeri kepala
oksipital

Nyeri akut
Evaluasi Kriteria Hasil:
1. Tingkat nyeri tetap stabil dan
mengalami penurunan
Pemberian Asuhan Keperawatan : 2. Klien dapat memberikan
teknik relaksasi sebagai
1. Pengkajian Pereda nyeri
2. Diagnosa keperawatan
3. Intervensi keperawatan
4. Implementasi keperawatan

Keterangan :

Yang tidak diteliti Faktor yang diteliti

Yang ditelit

43
2.4.7 Penjelasan Kerangka Konsep
Berdasarkan kerangka konsep yang dibuat dapat diuraikan beberapa hal
berikut. Diantaranya kerangka konseptual tersusun dari input, proses, dan
output. Input yang diambil yaitu klien lansia yang mengalami hipertensi,
selanjutnya proses mencakup praktik yang terdiri dari kompetensi keperawatan
yakni membuat asuhan keperawatan yang mencakup komponen pengkajian,
diagnosa, intervensi keperawatan, proses juga mencakup standar-standar praktik
keperawatan gerontik yang komponennya sama dengan asuhan keperawatan,
serta pengetahuan keluarga klien dalam mencakup informasi dan edukasi yang
telah diberikan oleh perawat. Penilaian yang digunakan untuk mengetahui
tentang penjelasan yang telah disampaikan ialah ketika observasi dihari ke -3
dan ketika keluarga pasien diberi pertanyaan dapat menjawab dengan benar
sesuai dengan informasi yang telah dijelaskan dan nyeri akut berhubungan
dengan agen pencedera fisik dapat berkurang sehingga bisa dicegah.

44
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian


Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif studi
kasus. Penelitian studi kasus adalah suatu penelitian yang dilakukan secara intensif
terinci dan mendalam terhadap suatu organisasi, lembaga atau gejala tertentu
(Permenkes, 2018).

Jenis penelitian studi kasus deskriptif ini dengan menggunakan metode observasi
parsitipasif. Metode observasi partisipasi yaitu pengalaman terhadap subyek untuk
mendapatkan informasi secara mendalam, dan peneliti ikut terlibat dalam kegiatan
tersebut (Camila, 2013).

Dalam studi kasus ini peneliti menggunakan dua klien yang akan dikaji sesuai
keluhan dan diberi asuhan keperawatan. Rancangan penelitian yang digunakan yaitu
metode studi kasus, yaitu metode yang mengekspresikan suatu masalah atau fenomena
dengan batasan terperinci, memiliki data yang mendalam dan menyertakan berbagai
sumber informasi. Studi kasus ini dibatasi oleh waktu dan tempat, serta kasus yang
dipelajari beripa peristiwa, aktivitas suatu individu. Studi kasus ini adalah studi untuk
mengeksplorasi masalah Asuhan Keperawatan Gerontik pada klien yang mengalami
Hipertensi dengan Masalah Keperawatan Nyeri Akut di Wilayah Desa Cepokomulyo
Kecamatan Kepanjen Kabupaten Malang.

3.2 Batasan Istilah


Untuk menghindari kesalahan dalam memahami judul penelitian, maka peneliti
sangat perlu untuk memberikan batasan istilah yang digunakan dalam penelitian ini
sebagai berikut :
1. Asuhan keperawatan adalah suatu metode pemberian tindakan medis
keperawatan pada suatu individu atau kelompok yang bertujuan untuk
meredakan atau memberikan asuhan sesuai masalah yang dialami klien.
2. Hipertensi adalah suatu peningkatan abnormal tekanan darah dalam pembuluh
darah arteri yang mengangkut darah dari jantung dan memompa keseluruh
jaringan dan organ-organ tubuh secara terus-menerus lebih dari suatu periode
(Irianto, 2014).

45
3. Menurut PPNI (2016) Nyeri Akut merupakan pengalaman sensorik atau
emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau fungsional,
dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang
berlangsung kurang dari 3 bulan (Mussardo, 2019)

3.3 Partisipan
Subyek yang digunakan dalam penelitian ini adalah 2 klien yang mengalami
hipertensi dengan masalah nyeri akut di Desa Cepokomulyo Kepanjen Malang. Adapun
kriteranya adalah sebagai berikut :
1. 2 klien yang mengalami Hipertensi dengan Nyeri Akut
2. 2 klien yang bersedia dijadikan sebagai subjek penelitian
3. 2 klien dan keluarga yang kooperatif

3.4 Lokasi dan Waktu Penelitian


3.4.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di wilayah masyarakat tepatnya di Desa
Cepokomulyo Kecamatan Kepanjen Kabupaten Malang. Pemilihan lokasi ini
dengan pertimbangan angka penderita hipertensi di Kabupaten Malang yang
cukup tinggi.

3.4.2 Waktu penelitian


Penelitian dilakukan pada klien lansia. Waktu penelitian ini dimulai pada
bulan November – Desember 2020.
3.5 Pengumpulan Data
Dalam studi penelitian ini data dikumpulkan menggunakan instrument dalam bentuk
Format Asuhan Keperawatan Gerontik dengan metode data primer dan data sekunder.
Data primer adalah data yang didapat secara langsung dari tangan pertama yang
didapatkan dari wawancara, observasi, studi dokumentasi. Kemudian menggunakan data
sekunder yaitu data yang didapatkan penulis dari sumber yang sudah ada dapat berupa
studi pustaka. Dan sehubungan dengan adanya pandemi virus covid-19 termasuk di
Indonesia dan adanya eskalasi jumlah pasien tersebut dalam penelitian ini telah etik pada
KEPK secara online yang semua aktifitas terpantau oleh KEEPPKN.
3.5.1 Wawancara
Wawancara merupakan metode pengumpulan data dengan cara mewawancari
langsung keluarga responden yang diteliti, sehingga metode ini memberikan hasil
secara langsung. Metode ini dapat dilakukan bila peneliti ingin mengetahui hal-
hal dari responden secara mendalam. Wawancara dilakukan terhadap hal-hal
46
yang perlu diketahui baik aspek fisik, mental, sosial budaya, ekonomi, kebiasaan,
lingkungan dan sebagainya (World Health Organization. et al., 2020).
3.5.2 Observasi Langsung
Observasi langsung ini dilakukan dengan memantau kondisi pasien setiap
setengah jam setelah dilakukan pengkajian. Baik mengenai fisik, lingkungan
maupun kesehatannya.
3.5.3 Studi Dokumentasi
Dokumentasi merupakan metode pengumpulan data dengan cara mengambil
data yang berasal dari dokumen. Dokumen asli tersebut dapat berupa tabel atau
daftar periksa dan documenter (Hidayat, 2014).
3.6 Uji Keabsahan Data
Uji keabsahan data dimkasudkan untuk menguji kualitas data atau informasi yang
diperoleh sehingga menghasilkan data dengan validitas tinggi. Disamping integritas
peneliti (karena peneliti menjadi instrument utama), uji keabsahan data akan dilakukan
dengan :
a. Sumber informasi tambahan menggunakan triangulasi dari tiga sumber data
utama yaitu perawat, klien dan keluarga klien yang berkaitan dengan masalah
yang diteliti. Informasi mengenai penyakit klien juga bisa didapatkan melalui
hasil pemeriksaan laboratorium (Hidayat, 2014).

b. Triangulasi data yaitu kombinasi dari metode yang digunakan dalam mengkaji
fenomena yang berhubungan dengan sudut pandang serta perspektif yang beda.
3.7 Analisa Data
3.7.1 Pengumpulan Data
Data yang diambil dari WOD (wawancara, observasi, dokumen). Hasil
dibentuk dalam hasil catatan lapangan, kemudian disalin dalam bentuk transkrip
(catatan terstruktur) (Hidayat, 2014).
3.7.2 Mereduksi Data
Data hasil wawancara yang terkumpul dalam bentuk catatan lapangan
dijadikan data dalam bentuk transkrip dan dikelompokkan menjadi dua subyek
dan obyektif, dianalisa berdasarkan hasil pemeriksaan diagnostic kemudian
dibandingkan dengan nilai normal (Hidayat, 2014).

47
3.7.3 Penyajian data
Penyajian data dapat dilakukan dengan tabel, gambar, bagan maupun teks
naratif. Kerahasiaan dari klien dijamin dengan jalan mengaburkan identitas dari
klien.
3.7.4 Kesimpulan
Dari data yang disajikan, kemudian data dibahas dan dibandingkan dengan
hasil-hasil penelotian terdahulu dan secara teoritis dengan pelaku kesehatan.
Penarikan kesimpulan dilakukan dengan metode induksi. Data yang
dikumpulkan terkait dengan data pengkajian, diagnosis, perencanaan, Tindakan,
dan evaluasi (Hidayat, 2014).
3.8 Etik Penelitian
3.8.1 Informed concent (Persetujuan Menjadi Klien)
Informed concent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan
responden peneliti dengan memberikan lembar persetujuan. Informed concent
tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan memberikan lembar
persetujuan untuk menjadi responden. Tujuan informed concent adalah agar
subjek mengerti maksud dan tujuan penelitian, mengetahui dampaknya. Jika
keluarga subjek bersedia, maka mereka harus menandatangani lembar
persetujuan. Jika keluarga responden tidak bersedia, maka peneliti harus
menghormati hak keluarga pasien (Hidayat, 2014).
3.8.2 Anonimity (Tanpa Nama)
Memberikan jaminan dalam penggunaan subyek penelitian dengan cara tidak
memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan
hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang
akan disajikan (Hidayat, 2012).
3.8.3 Confidentialy (Kerahasiaan)
Memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun
masalah-masalah lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin
kerahasiaan oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan
pada hasil riset (Hidayat, 2010).

48
Lampiran 1

LEMBAR KONSUL KARYA TULIS ILMIAH (KTI)


PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM DIPLOMA III
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KEPANJEN MALANG
TAHUN 2020

Nama : Khofifah
NIM : 1810019
Judul : Asuhan Keperawatan Gerontik Pada Klien Yang Mengalami
Hipertensi dengan Masalah Keperawatan Nyeri Akut Di Desa
Cepokomulyo Kecamatan Kepanjen Kabupaten Malang Tahun 2020
Nama Pembimbing 1 : Tri Nurhudi Sasoono,S.Kep., Ns., M.Kep

Tanda
NO Tanggal BAB Saran/Isi Bimbingan
Tangan

1 28-08-2020 - Pengajuan Judul


Revisi : Gerontik tonjolkan
2 31-08-2020 Bab I degenerative dan perawatannya
seperti apa
Revisi : Sesuaikan konsep
3 17-09-2020 Bab I gerontik dengan pendekatan
Miller
4 22-09-2020 Bab I ACC Bab I
Revisi : dikuatkan askepnya saja
5 14-10-2020 Bab II yang banyak (pengkajian-
diagnosis-dst)
Revisi : intervensi sesuaikan
6 22-10-2020 Bab II
dengan prinsip OTEK
ACC (Form pengkajian
7 05-11-2020 Bab II
sebaiknya dilampirkan saja)
Revisi : Triangulasi data ke siapa
8 10-11-2020 Bab III
saja
9 23-11-2020 Bab III ACC

49
LEMBAR KONSUL KARYA TULIS ILMIAH (KTI)
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM DIPLOMA III
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KEPANJEN MALANG
TAHUN 2020

Nama : Khofifah
NIM : 1810019
Judul : Asuhan Keperawatan Gerontik Pada Klien Yang Mengalami
Hipertensi dengan Masalah Keperawatan Nyeri Akut Di Desa
Cepokomulyo Kecamatan
Nama Pembimbing 2 : Wiwit Dwi N, S.Kep, Ns, M.Kep

Tanda
NO Tanggal BAB Saran/Isi Bimbingan
Tangan

1 28-08-2020 - Pengajuan Judul


Revisi :
1. Mohon ditulis dilembar
konsul
2. Coba dibuat dengan 4
paragraf : MSKS
(masalah, skala,
kronologi, solusi)
3. Sumber intervensi dari
2 07-09-2020 Bab I
buku 3S
4. Sistematika penulisan :
istilah asing / bahasa
latin miring
5. Buat daftar Pustaka
untuk memudahkan
identifikasi sumber

3 19-09-2020 Bab I ACC Bab I


4 25-09-2020 Bab II Konsultasi Bab II
5 26-09-2020 Bab II Revisi :
1. Kerangka konsep tidak
perlu di bold untuk
keterangan diagnosis
2. Sistemika penulisan :
spasi 2 (before after di
paragraph 2 bukan auto
agar sama semua)
3. Sumber sebaiknya di
50
parafrase
4. Daftar Pustaka Harvard
sistem : urut abjad, cek
lagi bab 1 dan bab 2 apa
sudah masuk semua
5. Tabel dan diagram, judul
tabel / diagram
6. Tabel : spasi 1 ukuran
11/10
6 03-10-2020 Bab II ACC
7 25-10-2020 Bab III Full text persiapan ujian
8 23-11-2020 Bab III ACC

51
Lampiran 2

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HIPERTENSI DENGAN NYERI


AKUT DI DESA CEPOKOMULYON KECAMATAN KEPANJEN
KABUPATEN MALANG

1. Pengkajian
a. Identitas pasien

Keterangan Pasien 1 Pasien 2

Nama

Jenis kelamin

Usia

Status

Agama

Suku Bangsa

Pendidikan

Bahasa yang digunakan

Pekerjaan

Alamat

Diagnosis Medis

b. Identitas penanggung jawab

Keterangan Pasien 1 Pasien 2

Nama

Jenis kelamin

Usia

Hubungan dengan pasien

Pendidikan

Pekerjaan

52
Alamat

c. Riwayat kesehatan

Keterangan Pasien 1 Pasien 2

Keluhan
utama

Riwayat
kesehatan
sekarang

Riwayat
kesehatan
masa lalu

Riwayat
kesehatan
keluarga

53
Genogram

d. Data Fisiologis-Psikologis-Perilaku-Relasional-Lingkungan

Keterangan Pasien 1 Pasien 2


Data Fisologis
1) Respirasi

2) Sirkulasi

54
3) Nutrisi dan
Cairan

4) Eliminasi

5) Aktivitas dan
Istirahat

6) Neurosensori

7) Reproduksi
dan
seksualitas

Data Psikologis
1) Nyeri dan
kenyamanan

55
2) Integritas ego

3) Pertumbuhan
dan
perkembangan

Perilaku
1) Kebersihan
diri

2) Penyuluhan dan
pembelajaran

Data Relasional
1) Interaksi
sosial

Data Lingkungan
1) Keamanan dan
proteksi

56
e. Pengkajian Fisik

Keterangan Pasien 1 Pasien 2


Umum

TTV

Pemeriksaan fisik
Kepala dan leher

Muskoloskletal

57
f. Pemeriksaan Penunjang
-
g. Terapi medis

Pasien 1 Pasien 2

2. Analisis Data

Data Etiologi Masalah


Pasien 1

58
Pasien 2

3. Intervensi Keperawatan

59
4. Implementasi

Implementasi Hasil

60
61
5. Evaluasi

Evaluasi Hasil

62
Lampiran 3 3

TITIK PIJAT REFLEKSI UNTUK PASIEN HIPERTENSI


DENGAN NYERI AKUT

63
No. Gambar Keterangan

1 LI 11 Quichi. Digunakan untuk


menurunkan panas dan ketegangan otot.

2 ST 36 Zusanti. Digunakan untuk


menguatkan badan, memperkuat
aktivitas lambung, dan mengurangi
gejala mual yang ditimbulkan akibat
pusing.

LR 3 Taichong. Merupakan titik hati,


digunakan untuk mengurangi sakit
kepala, vertigo, stress emosional, dan
penglihatan kabur.

LR 2 Xingjiang. Digunakan untuk


mengatasi sakit kepala, pusing,
insomnia, kejang, kejang, dan
tekanan darah tinggi.

3 ST 9 Renying. Merupakan titik


pertemuan antara meridian lambung
dan meridian kandung empedu.

64
4 CV 12 Zhongwam. Titik dominan
organ lambung.

5 BL 23 Shensu. Digunakan untuk


menguatkan ginjal.

BL 18 Ganshu. Digunakan untuk


mengatasi gangguan pada fungsi
hati dan kelainan keseimbangan,
epilepsi, dan kejiwaan.

6 KI 3 Taixi. Merupakan titik organ


ginjal.

(Sumber : Dalimarta, 2011. Care YourSelf-Hipertensi. Jakarta : Penebar


Plus)

65
Lampiran 4
INFORMED CONCENT
Kepada,
Yth. Bapak / Ibu / Sdr
Desa Cepokomulyo Kecamatan Kepanjen
di Tempat

Dengan Hormat,
Dalam rangka Menyelesaikan tugas akhir Program Studi Keperawatan
Program Diploma III Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kepanjen, maka saya :
Nama : Khofifah
NIM : 1810019
SEMESTER : V (Lima)
Bermaksud mengadakan penelitian yang berjudul “Asuhan Keperawatan
Gerontik Pada Klien Hipertensi Dengan Masalah Keperawatan Nyeri Akut di
Wilayah Desa Cepokomulyo Kecamatan Kepanjen Kabupaten Malang”. Demi
kelancaran penelitian ini saya mengharapkan partisipasi saudara-saudari dengan
menjawab semua pertanyaan yang diberikan sesuai pertanyaan yang telah
disediakan.
Adapun hal yang bersangkutan dengan data diri anda saya jamin atas
kerahasiaannya. Oleh karena itu dalam pengisian kuisioner ini tidak perlu
mencantumkan nama terang demi menjaga kerahasiaan tersebut.

Mengetahui. Hormat Saya,

Kepala Desa Cepokomulyo

Khofifah
NIM. 1810019

INFORMED CONSENT

66
(PERNYATAAN PERSETUJUAN SEBAGAI RESPONDEN)

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama :

Umur :

Jenis Kelamin :

Pekerjaan :

Alamat :

Setelah mendapatkan penjelasan tentang manfaat, tujuan dan resiko dari


pelaksanaan proses penelitian, maka saya menyatakan bersedia menjadi
responden dalam keadaan sadar, jujur dan tidak ada paksaan dari
penelitian

Nama : Khofifah

NIM : 1810019

Pekerjaan : Mahasiswa

Alamat : Jl. Pudak No. 321 RT 30 / RW 03 Cepokomulyo


Kepanjen Kabupaten Malang

Judul : Asuhan Keperawatan Gerontik Pada Klien Hipertensi


Dengan Masalah Keperawatan Nyeri Akut di Wilayah Desa Cepokomulyo
Kecamatan Kepanjen Kabupaten Malang.

Surat ini saya buat dengan sebenar-benarnya. Atas perhatiannya saya


ucapkan terimakasih.

Cepokomulyo, 23 November 2020

DAFTAR PUSTAKA

67
PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan Indikator
Diagnostik. Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI, 172.
PPNI. (2016). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan Tindakan
Keperawatan. Edisi 1. Jakarta. DPP PPNI, 201.
PPNI. (2016). Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan. Edisi 1. Jakarta. DPP PPNI, 58
Brunner & Suddart. 2013. Keperawatan Medikal Bedah, edisi 12. EGC: Jakarta.
Herlinah, Lily dkk. Hubungan dukungan keluarga dengan perilaku lansia dalam
pengendalian hipertensi. 2013. Jurnal keperawatan komunitas, volume 1, no.2.
Kushariyadi, 2010. Asuhan keperawatan pada lanjut usia. Jakarta: Salemba
Medika.
Dalimarta, 2011. Care YourSelf-Hipertensi. Jakarta : Penebar Plus.
Mujahidullah, Khalid. 2012. Keperawatan gerontik. Jogjakarta : Pustaka Pelajar.
Jurnal Keperawatan Indonesia, Vol 21, No. 2, Juli 2018, hal 109-116.
Hidayat A.A.A. 2007. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisa Data.
Jakarta : Salemba Medika.
Aspiani. 2014. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Gerontik, jilid 2. Trans
Infamedia.
Camila, 2019. (2013). Metodologi Penelitian KTI. Journal of Chemical
Information and Modeling, 53(9), 1689–1699.
Mussardo, G. (2019). Konsep Dasar Nyeri Akut. Statistical Field Theor, 53(9),
1689–1699.
Permenkes. (2018). Asuhan Keperawatan Hipertensi. Asuhan Keperawatan
Hipertensi, 10(2), 1–15.
World Health Organization., World Bank., Ruiz-Ibán, M. A., Seijas, R., Sallent,
A., Ares, O., Marín-Peña, O., Muriel, A., Cuéllar, R., Mobasheri, A., Batt,
M., Quintana, J. M., Escobar, A., Arostegui, I., Bilbao, A., Azkarate, J.,
Goenaga, J. I., Arenaza, J. C., Murphy, L. B., … Cardiel, M. H. (2020).
Karya Tulis Ilmiah. Osteoarthritis and Cartilage, 28(2), 1–43.

68
Irianto. 2014. Asuhan Keperawatan Hipertensi (Bab 3). asuhan keperawatan
hipertensi.halaman 30-31.
https://www.slideshare.net/aidasilviana/intervensi-khusus-pada-lanjut-usia

69
70

Anda mungkin juga menyukai