Anda di halaman 1dari 123

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN


EFUSI PLEURA Ec. TB PARU DI RUANG PARU
RSUP. Dr. M. DJAMIL PADANG

KARYA TULIS ILMIAH

NAZILA KHAIRANI
NIM : 173110218

JURUSAN KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN PADANG

TAHUN 2020
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN


EFUSI PLEURA Ec. TB PARU DI RUANG PARU
RSUP. Dr. M. DJAMIL PADANG

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan ke Program Studi DIII Keperawatan Politeknik Kesehatan


Kemenkes Padang Sebagai Salah Satu Syarat Untuk
Melakukan Penelitian Karya Tulis Ilmiah

NAZILA KHAIRANI
NIM : 173110218

JURUSAN KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN PADANG

TAHUN 2020
ii
Poltekkes Kemenkes Padang
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-
Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan judul
“Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Efusi Pleura Ec. TB Paru di
Ruang Paru RSUP Dr.M.Djamil Padang Pada Tahun 2020”. Shalawat
beriring salam peneliti sampaikan kepada Rasulullah SAW yang telah membawa
kita dari zaman kebodohan sampai zaman yang berilmu pengetahuan seperti
sekarang ini.

Peneliti mengucapkan rasa terimakasih yang tidak terhingga kepada semua pihak
yang telah membantu, membimbing dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah. Pada
kesempatan ini peneliti mengucapkan terimakasih tak terhingga kepada yang
terhormat Ibu Ns. Hj. Sila Dewi Anggreni, M.Kep.Sp.KMB selaku Pembimbing I,
dan Ibu Ns. Netti, S.Kep. M.Pd selaku pembimbing II, yang telah bersedia
meluangkan waktu untuk mengarahkan dan membimbing serta memberikan
masukan dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini.

Selanjutnya ucapan terimakasih kepada yang terhormat :

1. Bapak DR. Burhan Muslim, SKM,M.Si selaku Direktur Politeknik


Kesehatan Kemenkes Padang.
2. Bapak Dr. Dr. Yusirwan Yusuf, Sp.B, Sp.BA (K), MARS selaku Direktur
RSUP Dr. M. Djamil Padang beserta staf yang telah mengizinkan untuk
melakukan penelitian
3. Ibu Ns. Hj. Sila Dewi Anggreni, M.Kep.Sp.KMB selaku Ketua Jurusan
Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Padang.
4. Ibu Heppi Sasmita ,M.Kep.Sp.Jiwa selaku Ketua Program Studi
Keperawatan Padang Politeknik Kesehatan Kemenkes Padang.
5. Bapak, Ibu Dosen Jurusan Keperawatan yang telah memberikan
pengetahuan dan pengalamannya selama perkuliahan.

iii
Poltekkes Kemenkes Padang
6. Rekan-Rekan seperjuangan Bp 2017 Keperawatan, serta semua pihak yang
tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu yang telah membantu peneliti
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

Semoga semua bimbingan, bantuan dan amal kebaikan yang telah diberikan
mendapat menjadi amal ibadah dan dibalas dengan segala kebaikan oleh Allah.
SWT. Peneliti menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari sempurna,
untuk itu peneliti sangat mengharapkan kritikdan saran yang bersifat membangun
demi tercapainya kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini. Harapan peneliti semoga
Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Padang, Mei 2020

Peneliti

Nazila Khairani

iv
Poltekkes Kemenkes Padang
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Karya Tulis Ilmiah ini adalah karya saya sendiri, dan semua sumber yang
saya kutip maupun dirujuk telah saya nyatakan benar.

Nama : Nazila Khairani

NIM : 173110218

Tanda Tangan :
Materai

Tanggal : 10 Agustus 2020

v
Poltekkes Kemenkes Padang
vi
Poltekkes Kemenkes Padang
POLITEKNIK KESEHATAN PADANG
PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN PADANG

Karya Tulis Ilmiah, Mei 2020


Nazila Khairani
Abstrak
Asuhan Keparawatan pada pasien Efusi Pleura ec. TB Paru di ruang paru
IRNA NON BEDAH RSUP Dr. M.Djamil Padang
Isi : vii + 76 Halaman, 2 Tabel, 8 Lampiran

Populasi umum Efusi Pleura secara Internasional diperkirakan setiap 1 juta orang,
3000 orang terdiagnosis efusi pleura dan menduduki urutan ketiga setelah TB
Paru dan Ca paru. Penderita Efusi Pleura ec TB Paru di Ruangan paru Irna Non
Bedah RSUP Dr. Mdjamil Padang pada bulan November 2019 sampai Januari
2020 terdapat 37 kasus. Tujuan penelitian ini adalah Mendeskripsikan asuhan
keperawatan pada pasien dengan Efusi Pleura Ec. TB Paru di Ruang Paru RSUP
Dr. M.Djamil Padang Tahun 2020.
Desain penelitian adalah deskriptif dengan pendekatan studi kasus. Penelitian ini
dilakukan diruang paru RSUP.Dr. M. Djamil Padang dari bulanDesember 2019
sampai bulan Juni 2020. Instrument pengumpulan data asuhan keperawatan
dimulai dari pengkajian sampai evaluasi keperawatan . Populasi penelitian ini
berjumlah 1 orang, sehingga didapatkan 1 orang sampel yang sesuai dengan
kriteria inklusi dan esklusi. Asuhan keperawatan dilakukan tanggal 11 Februari-
15 Februari 2020.
Hasil penelitian didapatkan pasien mengeluh sesak nafas disertai batuk berdahak,
keringat pada malam hari, penurunan nafsu makan serta penurunan berat badan.
Diagnosa keperawatan yang muncul yaitu pola nafas tidak efektif, nyeri akut,
defisit nutrisi. Intervensi yang telah dilakukan yaitu manajemen jalan napas,
pemantauan respirasi, monitor tanda-tanda vital ,manajemen nyeri, manajemen
nutrisi nutrisi, dan teknik relaksasi guided imagery. Hasil evaluasi yang dilakukan
selama 5 hari dalam bentuk SOAP dimana masalah keperawatan defisit nutrisi
sudah teratasi pada hari kelima dan masalah pola napas tidak efektif dan nyeri
akut teratasi sebagian pada hari kelima.
Melalui pimpinan RSUP.Dr. M. Djamil Padang khususnya perawat ruangan agar
dapat lebih sering menggunakan teknik relaksai guided imagery untuk membantu
mengurangi nyeri di setiap memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan
Efusi Pleura ec. TB Paru.

Kata kunci : Efusi pleura ec. TB Paru, Asuhan keperawatan

Daftar Pustaka : 19 (2011-2019)

vii
Poltekkes Kemenkes Padang
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................... i


HALAMAN PENGESAHAN ............................................................... ii
KATA PENGANTAR ............................................................................ iii
LEMBAR ORISINALITAS ................................................................... v
LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................... vi
ABSTRAK ................................................................................................ vii
DAFTAR ISI ............................................................................................. viii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ x
DAFTAR TABEL ..................................................................................... xi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ................................................................. xii
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................
A. Latar belakang ................................................................................. 1
B. Rumusan masalah ............................................................................ 4
C. Tujuan penelitian ............................................................................. 4
D. Manfaat penelitian ........................................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................
A. Konsep Dasar Efusi Pleura ..............................................................
1. Pengertian .................................................................................. 6
2. Klasifikasi .................................................................................. 7
3. Etiologi ...................................................................................... 8
4. Manifestasi Klinis ..................................................................... 9
5. Patofisiologi .............................................................................. 10
6. WOC ......................................................................................... 13
7. Pemeriksaan Diagnostik ............................................................ 15
8. Komplikasi ................................................................................ 16
9. Penatalaksanaan ........................................................................ 17
B. Konsep Asuhan Keperawatan Pada Efusi Pleura
1. Pengkajian ................................................................................. 19
2. Kemungkinan Diagnosa Keperawatan ...................................... 23
3. Rencana Keperawatan ............................................................... 25
BAB III METODE PENELITIAN ....................................................

viii
Poltekkes Kemenkes Padang
A. Desain Penelitian ............................................................................. 39
B. Tempat dan Waktu Penelitian ......................................................... 39
C. Populasi dan Sampel ........................................................................ 39
D. Alat atau Instrumen Pengumpulan Data .......................................... 40
E. Cara Pengumpulan Data .................................................................. 40
F. Prosedur Pengumpulan Data ........................................................... 42
G. Jenis – jenis Data ............................................................................. 43
H. Rencana Analisis .............................................................................. 43
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN...................................................
A. Deskripsi Lokasi Penelitian .............................................................. 44
B. Deskripsi Kasus ................................................................................ 44
C. Asuhan Keperawatan ....................................................................... 44
D. Pembahasan Kasus ........................................................................... 62
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................
A. Kesimpulan ....................................................................................... 73
B. Saran ................................................................................................. 74
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

ix
Poltekkes Kemenkes Padang
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Format Pengkajian KMB

Lampiran 2 : Format Informed consent

Lampiran 3 : Surat Pengantar Izin Pengambilan Data


Lampiran 4 : Surat Izin Penelitian

Lampiran 5 : Daftar Hadir Penelitian

Lampiran 6 : Lembar Konsultasi Pembimbing 1

Lampiran 7 : Lembar Konsultasi Pembimbing 2

Lampiran 8 : Surat Selesai Penelitian

Lampiran 9 : Ganchart Kegiatan

x
Poltekkes Kemenkes Padang
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Intervensi Keperawatan

Tabel 4.2 Implementasi dan Evaluasi Keperawatan

xi
Poltekkes Kemenkes Padang
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Pas Foto

Nama : Nazila Khairani

NIM : 173110218

Tempat/ Tanggal Lahir : Padang, 14 Mei 2000

Agama : Islam

Status Perkawinan : Belum Kawin

Nama Orang Tua

Ayah : Yulianton

Ibu : Febriyeni

Alamat : Kampung Kalawi LB Lintah RT 003 RW 006 Kec.

Kuranji Kota Padang, Sumatera Barat

Riwayat Pendidikan

No. Pendidikan Tahun Ajaran


1. SDN 04 Pasar Ambacang 2005-2011
2. SMPN 18 Padang 2011-2014
3. SMAN 5 Padang 2014-2017
4. Prodi D-III Keperawatan Padang, Poltekkes 2017-2020
Kemenkes RI Padang

xii
Poltekkes Kemenkes Padang
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Efusi pleura merupakan suatu kondisi kelebihan cairan pada rongga
pleura, dimana normalnya cairan yang terdapat pada rongga pleura adalah
5-15 ml. Namun pada kondisi ini, cairan melebihi permukaan sehingga
rongga pleura tidak mampu untuk bergerak (Smeltzer and Bare, 2014).
Efusi berupa cairan jernih, yang mungkin merupakan transudat, eksudat
atau dapat berupa darah atau pus ( Puspasari, 2019).

Efusi pleura timbul sebagai komplikasi dari penyakit – penyakit lain,


salah satunya adalah Tuberkulosis paru (TB paru). TB paru merupakan
suatu penyakit yang disebabkan oleh kuman mycobacterium tuberculosis
yang berbentuk batang dengan panjang 1-10 mikron dan lebar 0,2-0,6
mikron (Kemenkes RI, 2014). Bakteri tersebut akan menyebabkan infeksi
primer yang akan menyebabkan peradangan pada kelenjer dan saluran
getah bening, lalu terjadi peningkatan permeabilitas membran dan
akumulasi cairan di rongga pleura ( Padila, 2012 )

Manifestasi klinis pada pasien efusi pleura yaitu dyspnea, kesulitan dalam
bernafas, dan batuk (Smeltzer and Bare, 2014). Sedangkan menurut
(Padila, 2012) manifestasi klinis yang sering timbul pada efusi pleura
adalah sesak napas, nyeri dada pleuritik. Efusi pleura yang luas akan
menyebabkan kesulitan bernafas karena pengaruh dari ekspansi paru yang
rendah, sehingga kebutuhan oksigen ke tubuh tidak terpenuhi.

Dampak efusi pleura diantaranya dapat membahayakan fungsi paru-paru


karena menurunkan kemampuan ekspansi paru. Efusi pleura yang sudah
lama terjadi akan menimbulkan jaringan parut paru-paru dan
menyebabkan penurunan fungsi paru secara permanen. Cairan yang
menumpuk pada jangka waktu yang lama juga berisiko terinfeksi dan
membentuk abses yang disebut empiema (Puspasari, 2019).

1
Poltekkes Kemenkes Padang
2

Efusi pleura merupakan komplikasi dari penyakit – penyakit lain salah


satunya TB paru, maka pengobatan yang harus dilakukan dengan cara
menyembuhkan terlebih dahulu penyakit yang mendasarinya seperti
pemberian OAT selama 6 bulan, dan jangan sampai drop out (tidak
menyelesaikan pengobatan). Sedangkan untuk penanganan efusi pleuranya
sendiri dilakukan torasentesis yaitu mengeluarkan cairan dengan
pemasangan WSD ( water seal drainage) (Puspasari, 2019).

Secara Global kasus baru tuberculosis sebesar 6,4 juta, TB paru menjadi
10 penyebab kematian tertinggi didunia, kematian yang disebabkan oleh
TB paru diperkirakan 1,3 juta pasien(WHO, Global Tuberculosis Report,
2018). Sementara pada populasi umum secara Internasional diperkirakan
setiap 1 juta orang, 3000 orang terdiagnosis efusi pleura dan menduduki
urutan ketiga setelah TB Paru dan Ca paru (WHO, 2011).

Sebagian besar estimasi insiden TB paru pada tahun 2016 terjadi


dikawasan Asia Tenggara (45%) salah satunya insiden tertinggi adalah di
India. Sedangkan di Amerika, setiap tahunnya terjadi 1,5 juta kasus efusi
pleura.

Di Indonesia pada tahun 2018 ditemukan sebanyak 566.623 kasus TB paru


( Profil Kesehatan Indonsia, 2018). Sedangkan kasus efusi pleura di
Indonesia mencapai 2,7 % dari penyakit infeksi saluran napas yang
diakibatkan oleh infeksi tuberkolosis ( Anggarsari, 2018)

Pada penelitan yang dilakukan oleh Yunita pada bulan Maret 2018 di
Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi (RSDM) Surakarta, dari 107
pasien efusi pleura ditemukan laki-laki sebanyak 51 orang (47,66%) dan
perempuan 56 orang (52,34%). Tingginya angka kejadian efusi pleura ini
disebabkan keterlambatan pasien untuk memeriksakan kesehatan dan
kurang pengetahuan tentang kesehatan. Faktor resiko terjadinya efusi
pleura diakibatkan karena kebiasaan merokok, tidak meminum OAT

Poltekkes Kemenkes Padang


3

selama 6 bulan serta berhenti dalam meminum obat (drop out) (Puspita,
dkk 2015).

Menurut data rekam medik RSUP Dr. M.Djamil Padang pasien dengan
kasus TB Paru pada tahun 2015 sebanyak 120 kasus, tahun 2016 sebanyak
1027 kasus dan tahun 2017 sebanyak 481 kasus. Sedangkan pasien dengan
kasus Efusi Pleura pada tahun 2015 sebanyak 46 kasus, tahun 2016
sebanyak 190 kasus, dan tahun 2017 sebanyak 417 kasus. Di ruang Paru
dari tanggal 1 Januari sampai 31 Desember tahun 2018 terdapat 180 kasus,
dan dari bulan November 2019 sampai Januari 2020 terdapat 37 kasus
dengan kasus Efusi Pleura Ec. TB Paru. Hasil perhitungan secara manual
di ruangan paru, kasus efusi pleura merupakan kasus terbanyak ketiga
setelah TB paru dan Ca brongkogenik.

Survey awal yang telah dilakukan tanggal 27 Desember 2019 di ruangan


Paru RSUP Dr. M.Djamil Padang terdapat 1 orang pasien dengan Efusi
Pleura Ec. TB Paru, pasien mengeluh nyeri pada dada, nafas sesak dan
batuk, masalah keparawatan utama yang diangkat adalah Pola nafas tidak
efektif dan nyeri akut. Tindakan invasif yang telah dilakukan adalah
pemasangan WSD untuk mengeluarkan cairan yang berlebihan dirongga
pleura, sedangkan tindakan keperawatan yang telah dilakukan perawat
diantaranya, mengatur posisi pasien semi-fowler, monitor tanda-tanda vital
pasien, pemberian oksigen, mengajarkan teknik nafas dalam untuk
mengurangi nyeri, dan kolaborasi pemberian analgesik. Pada penelitian ini
peneliti akan mengajarkan cara mengurangi nyeri dengan teknik guided
imagery yaitu, teknik untuk membimbing dan mengarahkan pasien untuk
berimajinasi hal yang menyenangkan menggunakan audio visual.

Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti telah melakukan penelitian


tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan Efusi pleura Ec. TB Paru
di ruang paru RSUP Dr. M.Djamil Padang Tahun 2020.

Poltekkes Kemenkes Padang


4

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas, maka rumusan
masalah pada penelitian ini adalah bagaimana asuhan keperawatan pada
pasien dengan kasus Efusi Pleura Ec. TB Paru di Ruang Paru RSUP Dr.
M.Djamil Padang Tahun 2020 ?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mendeskripsikan asuhan keperawatan pada pasien dengan Efusi Pleura
Ec. TB Paru di Ruang Paru RSUP Dr. M.Djamil Padang Tahun 2020

2. Tujuan Khusus
a. Mampu mendeskripsikan pengkajian pada pasien dengan Efusi
Pleura Ec. TB Paru di Ruang Paru RSUP Dr. M.Djamil Padang
Tahun 2020
b. Mampu mendeskripsikan rumusan diagnosa keperawatan pada
pasien Efusi Pleura Ec. TB Paru di Ruang Paru RSUP Dr.
M.Djamil Padang Tahun 2020
c. Mampu mendeskripsikan rencana asuhan keperawatan yang
akan diberikan pada pasien dengan Efusi Pleura Ec. TB Paru di
Ruang Paru RSUP Dr. M.Djamil Padang Tahun 2020
d. Mampu mendeskripsikan tindakan yang telah diberikan pada
pasien dengan Efusi Pleura Ec. TB Paru di Ruang Paru RSUP
Dr. M. Djamil Padang Tahun 2020
e. Mampu mendeskripsikan evaluasi dari tindakan yang telah
diberikan pada pasien dengan Efusi Pleura Ec. TB Paru di
Ruang Paru RSUP Dr. M.Djamil Padang Tahun 2020.

Poltekkes Kemenkes Padang


5

D. Manfaat
1. Bagi peneliti
Penelitian ini dapat mengaplikasikan dan menambah wawasan ilmu
pengetahuan serta dapat menambah kemampuan peneliti dalam
menerapkan asuhan keperawatan pada pasien dengan Efusi Pleura
yang telah dipelajari.

2. Bagi Rumah Sakit


Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pikiran dalam
menerapkan asuhan keperawatan pada pasien dengan Efusi Pleura.

3. Bagi Instituti Pendidikan


Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pikiran untuk
pengembangan ilmu dalam penerapan asuhan keperawatan pada pasien
dengan Efusi Pleura.

Poltekkes Kemenkes Padang


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep dasar efusi pleura


1. Pengertian
Efusi Pleura adalah suatu kondisi kelebihan cairan pada rongga pleura.
Dimana normalnya cairan yang terdapat pada rongga pleura adalah 5-
15 ml. Namun pada kondisi ini, cairan melebihi permukaan sehingga
rongga pleura tidak mampu untuk bergerak. Efusi pleura bukan
penyakit utama, melainkan komplikasi dari beberapa penyakit, seperti
gagal jantung, TB, pneumonia, infeksi saluran pernafasan, sindroma
nefrotik, penyakit jantung congestif, embolisme paru, tumor, dan
kanker brongkogenik (Brunner and Suddarth, 2016).

Wadro (2014) menyebutkan bahwa efusi pleura adalah kelebihan


cairan antara dua membran pleura yang menyelimuti paru. Rubins
(2013) menyebutkan efusi pleura merupakan manifestasi klinis paling
umum dari berbagai kelainan di pleura yang disebabkan oleh berbagai
kondisi mulai dari kelainan kardiopulmonal, penyakit inflmasi, hingga
penyakit keganasan. Kondisi tersebut dapat menyebabkan
terganggunya kemampuan membran pleura menyerap kelebihan cairan
sehingga mengakibatkan akumulasi cairan di rongga pleura (Pratomo
& Yunus, 2013).

Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa efusi pleura


adalah kondisi abnormal ketika terdapat akumulasi cairan di rongga
pleura (transudat maupan eksudat) sebagai akibat ketidakseimbangan
produksi dan reabsorbsi cairan di pleura yang menyebabkan
terganggunya pernafasan karena membatasi peregangan paru selama
inhalasi.

6
Poltekkes Kemenkes Padang
7

2. Klasifikasi
British Thoracic Society (BTS) mengklasifikasikan efusi pleura
kedalam kategori berdasarkan jenis cairan yang terdapat di pleura :

a. Transudat
Transudat terjadi akibat kebocoran cairan dari kapiler paru ke
rongga pleura yang diakibatkan oleh peningkatan tekanan
hidrostatik atau penurunan tekanan onkotik. Kasus- kasus yang
biasanya ditemui misalnya pada efusi pleura akibat
peningkatan tekanan pulmonalis pada gagal jantung kongestif,
dan pada efusi pleura akibat kasus hipoalbuminiemia seperti
pada penyakit hati dan ginjal (Rubins, 2013). Menurut Black
dan Jacob (1993) dalam Irman Somantri (2012). Ciri-ciri dari
cairan transudat adalah warna kuning pucat, bekuan tidak ada,
berat jenis < 1018, leukosit < 1000/uL, eritrosit sedikit, protein
total < 50% serum, LDH < 60% serum.

b. Eksudat
Eksudat terjadi akibat peradangan atau keganasaan pleura, dan
akibat peningkatan permiabilitas kapiler atau gangguan
absorbsi getah bening. Cairan keluar langsung dari kapiler
sehingga kaya akan protein dan berat jenisnya tinggi dan juga
banyak mengandung sel darah putih. Menurut Black dan Jacob
(1993) dalam Irman Somantri (2012). Ciri-ciri dari cairan
eksudat adalah warna jernih, keruh, purulen, hemoragik,
bekuan ada atau tidak ada, berat jenis > 1018, leukosit
bervariasi, > 1.000 /uL, eritrosit biasanya banyak, protein total
> 50% serum, LDH > 60% serum.

Poltekkes Kemenkes Padang


8

3. Etiologi
Menurut Berta & Puspita (2015), etiologi terjadinya efusi pleura
adalah :
a. Efusi Tuberkulosis
Efusi pleura didiagnosis sebagai tuberkulosis apabila terdapat 1
dari kriteria sebagai berikut :
1) Terdapat nekrosis perkijuan pada biopsi pleura
2) Pewarnaan Ziehl – Neelsen atau kultur Lowenstein
(untuk kultur spesies Mycobacterium, terutama
Mycobacterium tuberculosis) dari cairan pleura positif.
3) Pada pemeriksaan histolog ditemukan granuloma tanpa
nekrosis perkijuan dengan pemeriksaan sputum BTA
positif.

b. Efusi Parapneumoni
Didefinisikan sebagai efusi pleura disertai demam dan batuk
dan terdapat efusi pleura bersifat eksudatif.

c. Efusi Maligna
Didiagnosis dengan analisis sitologi atau histologi terdapat sel
adenocarcinoma atau sel mesentelial.

d. Efusi Cardiac
Terdiagnosis apabila cairan bersifat transudat serta terdapat
tanda klinis gagal jantung pada pasien.

e. Efusi Sirosis Hepatis


Terdiagnosis apabila cairan bersifat transudat serta terdapat
tanda klinis sirosis hepatis pada pasien.

Poltekkes Kemenkes Padang


9

f. Efusi Uremik
Terdiagnosis pada penderita dengan gagal ginjal dan ureum
tinggi, atau pada pasien dengan ureum tinggi tanpa penyebab
yang jelas.

g. Efusi SLE (Systematic Lupus Eritematous)


Adalah efusi yang terjadi pada pasien penderita SLE dengan
kultur bakteri negatif.

Sedangkan menurut Brunner & Suddarth (2016), etiologi efusi pleura


adalah sebagai berikut :

a. Infeksi dari kuman primer intrapleura


b. Tumor primer pleura
c. Peningkatan produksi cairan pleura (misalnya akibat infeksi
pada pleura)
d. Gangguan pada reabsorpsi cairan pleura
e. Meningkatnya tekanan hidrostatik (misalnya gagal jantung)
f. Menurunnya tekanan osmotik koloid plasma (misalnya
hipoproteinemia)
g. Meningkatnya permeabilitas kapiler (misalnya infeksi bakteri)
h. Berkurangnya absorpsi limfatik

4. Manifestasi Klinis
Menurut Padila (2012), manifestasi klinis pada pasien dengan efusi
pleura adalah :

a. Adanya timbunan cairan yang mengakibatkan perasaan sakit


karena pergesekan, setelah cairan cukup banyak rasa sakit
hilang. Bila cairan banyak, penderita akan sesak nafas.
b. Kesulitan bernafas karena peningkatan laju respirasi.

Poltekkes Kemenkes Padang


10

c. Adanya gejala-gejala penyakit penyebab seperti demam,


menggigil, dan nyeri dada pleuritis (pneumonia), panas tinggi
(kokus), banyak keringat, batuk.
d. Keletihan karena adanya penumpukan cairan didalam rongga
pleura sehingga menekan bronkus yang mengakibatkan
seseorang bernafas terlalu cepat.

Menurut Puspasari (2019), manifestasi klinis pada pasien pleura


tergantung ukuran efusi diantaranya :

a. Efusi luas : sesak nafas, bunyi pekak atau datar pada saat
perkusi diatas area yang terisi cairan, bunyi nafas minimal atau
tak terdengar, dan pergeseran trakea menjauhi tempat yang
sakit.
b. Efusi ringan sampai sedang : dispneu bisa tidak terjadi.

5. Patofisiologi
Efusi pleura bukan penyakit utama, melainkan komplikasi dari
beberapa penyakit, salah satunya TB Paru (Brunner and Suddarth,
2016). Didalam rongga pleura terdapat ± 5ml cairan yang cukup untuk
membasahi seluruh permukaan pleura parietalis dan pleura viseralis.
Cairan ini dihasilkan oleh kapiler pleura perietalis karena adanya
tekanan hidrostatik, tekanan koloid dan daya tarik elastis. Sebagian
cairan ini diserap kembali oleh kapiler paru dan pleura viseralis,
sebagian kecil lainnya (10%-20%) mengalir ke pembuluh limfe
sehingga cairan mencapai 1 liter seharinya.

Terkumpulnya cairan dirongga pleura disebut efusi pleura, ini terjadi


bila keseimbangan antara produksi dan absorbsi, atas dasar
kejadiannya efusi pleura dapat dibagi atas transudat dan eksudat.
Transudat biasanya terjadi pada gagal jantung karena bendungan vena
disertai peningkatan tekanan hidrostatik, dan sirosis hepatis karena
tekanan osmotic koloid yang menurun. Eksudat dapat disebabkan

Poltekkes Kemenkes Padang


11

antara lain oleh keganasan dan infeksi. Cairan keluar langsung dari
kapiler sehingga kaya akan protein dan berat jenisnya tinggi, dan juga
banyak mengandung sel darah putih, sebaliknya transudat kadar
proteinnya rendah sekali atau nihil sehingga berat jenisnya rendah
(Padila, 2012).

Infeksi tuberculosis biasanya disebabkan oleh efek primer sehingga


berkembang pleuritis eksudativa tuberculosa. Pergeseran antara kedua
pleura yang meradang akan menyebabkan nyeri. Suhu badan
meningkat kadang ada demam. Diagnosis pleuritis tuberkulosa
eksudativa ditegakkan dengan fungsi untuk memeriksakan kuman basil
tahan asam dan jika perlu dilakukan torakoskopi untuk biopsy pleura.
Fugsi dilakukan bila cairan banyak dan menimbulkan sesak nafas dan
pendorongan mediastinum kesisi yang sehat. Terjadinya infeksi
tuberkulosa paru disebabkan oleh basil Mikobakterium tuberkulosa
masuk melalui saluran nafas menuju alveoli, terjadilah infeksi primer,
dari infeksi primer ini timbul peradangan saluran getah bening menuju
hilus (Limfagitis lokal) dan juga diikuti dengan pembesaran kelenjer
getah bening hilus (Limphadinitis regional). Peradangan pada saluran
getah bening akan mempengaruhi permeabilitas membran.
Permeabilitas membran akan meningkat yang akhirnya dapat
menimbulkan akumulasi cairan dalam rongga pleura, sehingga
mengakibatkan terjadinya gangguan pada ventilasi, difusi, transportasi,
dan perfusi.

Ventilasi merupakan proses keluar masuknya udara keparu. Udara


yang masuk dan keluar terjadi karena adanya perbedaan tekanan antara
intrapleura dengan tekanan atmosfer. Pada saat inspirasi terjadi
kontraksi otot diafragma dan intercostal yang menyebabkan
meningkatnya volume intrathorak kemudian menurunkan tekanan
intrapleural sehingga paru menggembang dan udara masuk. Sedangkan
saat respirasi terjadi relaksasi otot diafragma dan interkosta eksternal

Poltekkes Kemenkes Padang


12

yang menyebabkan menurunnya volume intrathorak kemudian


meningkatnya tekanan intrapleural sehingga paru mengempis dan
udara keluar dari paru.

Adekuatnya pertukaran gas dalam paru dipengaruhi oleh keadaan


ventilasi dan perfusi dimana rasio ventilasi dan perfusi adalah alveolar
ventilasi, dan aliran darah pulmonary, besarnya rasio ini menunjukkan
adanya kesimbangan pertukaran gas. Misalnya jika ada penurunan
ventilasi karena sebab tertentu, maka rasio elveolar ventillasi dan
aliran darah kapiler akan menurun sehingga darah yang mengalir ke
alveolus kurang mendapatkan oksigen. Demikian halnya dengan
perfusi kapiler terganggu sedangkan ventilasi adekuat, maka terjadi
peningkatan alveolar ventilasi sehingga daya angkut oksigen akan
rendah.

Efusi pleura dapat menimbulkan beberapa perubahan fisik diantaranya,


frekuensi pernafasan meningkat, irama pernafasan tidak teratur,
pergerakan dada asimetris, dada yang terlihat lebih cembung, fremitus
raba melemah, perkusi redup, selain hal diatas ada perubahan lain yang
ditimbulkan seperti batuk, peningkatan suhu tubuh dan berat badan
menurun (Padila, 2012).

Poltekkes Kemenkes Padang


13
Infeksi bakteri mycobakterium Tuberculosa

Infeksi primer

Peradangan saluran getah bening Peradangan kelenjer getah bening

Peningkatan permeabilitas membran

Akumulasi cairan di rongga pleura

EFUSI PLEURA

Respon inflamasi Penumpukan cairan dalam rongga pleura

Pelepasan mediator kimia


Tekanan intra pleura meningkat Gesekan pada pleura Ekspansi paru terganggu

Histamin dan substansi Permeabilitas kapiler


progenik meningkat Kolaps paru Nyeri pleuritik Fungsi paru terganggu

Suhu tubuh meningkat Eksudat purulen pada bronkus MK : Nyeri Akut


Luas permukaan paru menurun
Difusi terganggu

MK : Hipertermi
Obstruksi jalan nafas

PO2 menurun PCO2 meningkat Efek hiperventilasi Inspirasi dan ekspirasi terganggu
Penurunan kemampuan batuk efektif

Metabolisme Anaeorob Asam lambung meningkat


Gangguan ventilasi pada paru Pergerakan dinding dada terganggu

PH darah menurun
Peristaltik menurun
Udara sulit terdorong keluar
MK : Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif
Asidosis Respiratorik

Poltekkes Kemenkes Padang


14

MK : Pola Nafas Tidak Efektif Pernafasan cepat dan dalam Mual, nyeri lambung, anoreksia
MK : Gangguan PertukaranGas

O2 ke tubuh tidak terpenuhi MK : Defisit NutrIsi

Kelemahan / kelelahan Pengikat O2 terganggu

MK : Intoleransi Aktifitas

Poltekkes Kemenkes Padang


15

6. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut Wuryanto (2016) pemeriksaan diagnostik untuk efusi pleura
sebagai berikut :

a. Pemeriksaan Radiologi (rontgen dada)


Pada foto thoraks postero anterior posisi tegak maka akan
dijumpai gambaran sudut kostofenikus yang tumpul baik
dilihat dari depan maupun dari samping. Dengan jumlah yang
besar, cairan yang mengalir bebas akan menampakkan
gambaran mniscuss sign (garis batas antara air – udara yang
melengkung seperti kurva) dari foto thoraks postero anterior
(Roberts Jr et all, 2014).

b. Ultrasonografi Dada
USG thoraks dapat mengintifikasi efusi yang terlokalisir,
membedakan cairan dari pelebaran pleura dan dapat
membedakan lesi paru antara yang padat dan yang cair (Robert
Jr et all, 2014).

c. Torakosentesis/ pungsi pleura


Efusi pleura dikatakan ganas jika pada pemeriksaan sitologi
cairan pleura ditemukan sel-sel keganasan (Liu Y H et all,
2010).

d. Biopsi pleura
Boipsi jarum abram hanya bermakna jika dilakukan didaerah
dengan tingkat kejadian tuberkolosis yang tinggi. Walaupun
torakoskopi dan biopsi jarum dengan tuntunan CT scan dapat
di lakukan untuk hasil diagnostik yang lebih akurat (Havelock
T et all, 2010).

Poltekkes Kemenkes Padang


16

Sedangkan menurut Smeltzer and Bare (2014), pemeriksaan


diagnostik efusi pleura yaitu :
a. Kultur sputum, dapat ditemukan positif mycobacterium
tuberculosis
b. Apusan darah asam Zehl-Neelsen positif basil tahan asam
c. Skin test, positif bereaksi (area indurasi 10 mm, lebih besar,
terjadi selama 48-72 jam setelah injeksi.
d. Foto thoraks, pada tuberculosis ditemukan infiltrasi lesi pada
lapang atas paru, deposi kalsium pada lesi primer, dan adanya
batas sinus frenikus kostalis yang menghilang, serta gambaran
batas cairan yang melengkung.
e. Biopsy paru, adanya gian cells berindikasi nekrosis
(tuberculosis)
f. ABGs, abnormal tergantung lokasi dan kerusakan residu paru-
paru.
g. Fungsi paru, terjadi penurunan vital capacity, peningkatan
dead space, peningkatan rasio residual udara ke total lung
capacity, dan penyakit pleural tuberculosis kronik tahap lanjut.

7. Komplikasi
a. Atelectasis
Atelectasis adalah pengembangan paru yang tidak sempurna
yang disebabkan pleh penekanan akibat efusi pleura.

b. Fibrotoraks
Fibrotoraks adalah keadaan dimana efusi pleura yng berupa
eksudat yang tidak ditangani dengan drainase yang baik akan
terjadi perlekatan fibrosa antara pleura parietalis dan pleura
viseralis. Jika fibrotoraks meluas dapat menimbulkan
hambatan mekanis yang berat pada jaringan- jaringan yang
berada dibawahnya. Pembedahan pengupasan (dekortikasi)

Poltekkes Kemenkes Padang


17

perlu dilakukan untuk memisahkan membran-membran pleura


tersebut.

c. Kolaps paru
Pada kasus efusi pleura, atelectasis tekanan yang diakibatkan
oleh tekanan ekstrinsik pada sebagian atau semua bagian paru
akan mendorong udara keluar dan mengakibatkan kolaps paru.

d. Fibrosis paru
Fibrosis paru adalah keadaan patologis dimana terdapat
jaringan ikat paru dalam jumlah yang berlebihan. Fibrosis paru
timbul akibat cara perbaikan jaringan sebagai kelanjutan suatu
proses penyakit paru yang menimbulkan peradangan. Pada
efusi pleura. Atelectasis yang berkepanjangan dapat
menyebabkan penggantian jaringan paru yang terserang
dengan jaringan fibrosis.

8. Penatalaksanaan
Menurut Padila (2012) penatalaksanaan efusi pleura :
1. Farmakologis
a. Tujuan pengobatan adalah untuk menemukan penyebab dasar,
untuk mencegah penumpukan kembali cairan. Pada pasien
dengan TB Paru dilakukan pemberian OAT selam 6 bulan dan
tidak boleh drop out.
b. Torasentesis dilakukan untuk membuang cairan, untuk
mendapatkan specimen guna keperluan analisis dan untuk
menghilangkan sesak nafas.
c. Bila penyebab dasar malignasi, efusi dapat terjadi kembali
dalam beberapa hari atau minggu, torasentesis berulang
mengakibatkan nyeri, penipisan protein dan elektrolit, dan
kadang pneumothoraks. Dalam keadaan ini kadang diatasi
dengan pemasangan selang dada dengan drainase yang

Poltekkes Kemenkes Padang


18

dihubungkan ke system drainase water-seal atau pengisapan


untuk mengevaluasi ruang pleura dan pengembangan paru.

Sedangkan menurut Jeffrey M.C (2012) penatalaksanaan medis efusi


pleura sebagai berikut :
a. Terapi harus mengatasi penyebab efusi yang mendasarinya
b. Efusi transudat hanya perlu di drainase jika efusi menyebabkan
gejala klinis yang bermakna
c. Pada kasus dengan efusi eksudat mungkin perlu dilakukan
torasentesis terapeutik
d. Pasien hemotoraks biasanya perlu menjalani pemasangan pipa
dada untuk drainase (WSD)
e. Pengaliran efusi yang besar secara cepat dapat menyebabkan
edema paru re-ekspansi
2. Non farmakologi
a. Mengajarkan teknik relaksasi guided imagery yaitu teknik
untuk membimbing dan mengarahkan pasien untuk
berimajinasi hal yang menyenangkan menggunakan audio
visual

B. Konsep asuhan keperawatan pada efusi pleura


Dalam memberikan asuhan keperawatan harus digunakan pendekatan
yang sistematis yaitu pendekatan proses keperawatan. Proses keperawatan
digunakan perawat dalam mengatasi masalah keperawatan yang ada dan
yang ditemukan terhadap pasien. Tahapan yang digunakan dalam
memeberikan asuhan keperawatan yaitu : pengkajian, diagnosa,
perencanaan, implementasi, dan evaluasi.

Poltekkes Kemenkes Padang


19

Menurut Somantri (2012), pelaksanaan asuhan keperawatan pada pasien


dengan Efusi Pleura sebagai berikut :

1. Pengkajian
Pada tahap pengkajian ini dilakukan pengumpulan data meliputi
biodata/ anamnesa, riwayat kesehatan, aktifitas sehari-hari,
pemeriksaan fisik, pemeriksaan diagnostik, dan penatalaksanaan
medis.

a. Anamnesis
Identitas klien yang harus diketahui meliputi, nama, nomor MR,
jenis kelamin, alamat rumah, nomor yang bisa dihubungi, status,
agama, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, dan jaminan kesehatan
yang digunakan.

b. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat Kesehatan Sekarang
a) Keluhan Utama/ Alasan Masuk
Biasanya pasien masuk dengan keluhan sesak nafas,
demam mengigil, rasa terhimpit benda berat pada dada,
nyeri pleuritik (nyeri seperti menusuk) akibat iritasi pleura
yang bersifat tajam dan terlokalisir terutama pada saat
batuk dan bernafas serta batuk non produktif.

b) Keluhan saat dikaji


Biasanya pasien mengeluh sesak nafas, batuk, nyeri
pleuritik, dan rasa terhimpit benda berat pada dada. Pasien
biasanya terpasang WSD dan mengalami nyeri pada bagian
Water Seal Drainase.

Poltekkes Kemenkes Padang


20

2) Riwayat Kesehatan Dahulu


Biasanya pasien pernah menderita penyakit seperti, TB Paru.
Hal ini perlu diketahui untuk mengetahui kemungkinan adanya
faktor predisposisi.

3) Riwayat Kesehatan Keluarga


Yang perlu ditanyakan adalah apakah ada anggota keluarga
yang menderita penyakit penyebab efusi pleura yaitu TB paru.

4) Pengkajian Psikososial
Pengkajian psikososial meliputi apa yang dirasakan pasien
terhadap penyakitnya, berbagai cara untuk mengatasinya, serta
bagaimana prilaku pasien terhadap tindakan yang telah
dilakukan.

c. Aktifitas Sehari-hari
1) Pola Nutrisi
Dalam pengkajian pola nutrisi hal yang perlu dilakukan seperti
penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan untuk
mengetahui status nutrisi pasien. Hal yang perlu juga diketahu
seperti kebiasaan makan dan minum sebelum dam selama
dirawat di rumah sakit. Biasanya pasien dengan efusi pleura
akan mengalami penurunan nafsu makan akibat dari sesak
nafas dan tekanan pada struktur abdomen.

2) Pola Eliminasi
Perlu ditanyakan mengenai kebiasaan BAB dan BAK sebelum
dan sesudah masuk kerumah sakit. Pasien dengan TB Paru
biasanya jarang mengalami perubahan BAB dan BAK.

Poltekkes Kemenkes Padang


21

3) Pola Aktivitas dan Latihan


Akibat dari sesak nafas, kebutuhan oksigen jaringan tidak
terpenuhi karenanya pasien akan cepat mengalami kelelahan
saat beraktivitas minimal, selain itu pasien juga akan
mengurangi aktivitasnya akibat adanya nyeri pada dada,
biasanya untuk memenuhi kebutuhan ADL nya sebagian besar
dibantu keluarga.

d. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum
Biasanya kondisi pasien dalam keadaan sadar, tampak sesak,
tampak meringis dan lemah
2) Pemeriksaan tanda-tanda vital
Pernafasan : tachipnea (nafas cepat dan dangkal)
Nadi : tachikardi
Suhu : pasien jika ada infeksi akan mengalami hipertermi
Tekanan darah : biasanya hipotensi
3) Kepala : mesochepal
4) Mata : biasanya konjungtiva anemis, refleks pupil positif
5) Telinga : biasanya tidak terdapat gangguan pendengaran
6) Hidung : biasanya pasien cendrung sesak nafas, apakah ada
terpasang O2
7) Mulut : lihat mukosa bibir, perhatikan kebersihan mulut
8) Thoraks/ dada
a) Paru-paru
Inspeksi : pada pasien efusi pleura bentuk hemitorax yang
sakit mencembung, pergerakan pernafasan menurun.
Pernafasan cendrung meningkat dan pasien biasanya
dyspnea, terlihat ekspansi dada simetris, sasak nafas, dan
penggunaan otot bantu nafas.
Palpasi : vocal premitus menurun terutama untuk efusi
pleura yang jumlah cairannya > 250 cc. Disamping itu, juga

Poltekkes Kemenkes Padang


22

ditemukan pergerakan dinding dada yang tertinggal pada


bagian yang sakit.
Perkusi : suara perkusi redup sampai pekak tergantung
jumlah cairannya
Auskultasi : suara nafas menurun sampai menghilang,
bunyi nafas menghilang atau tidak terdengar diatas bagian
yang terkena.

b) Jantung
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak, normal berada pada
RIC 5 pada linea clavicula kiri selebar 1 cm
Palpasi : tidak teraba pembesaran pada ictus cordis
Perkusi : untuk menentukan batas-batas jantung, dimana
daerah jantung yang terdengar pekak
Auskultasi : tidak ada bunyi murmur
9) Abdomen
Inspeksi : tidak ada asites pada abdomen, umbilicus tidak
menonjol, tidak terlihat ada benjolan atau massa.
Auskutasi : suara peristaltik hiperaktif
Palpasi : tidak ada nyeri tekan pada abdomen, tidak teraba
benjolan atau massa, hepar tidak teraba
Perkusi : tympani, tidak adanya massa padat atau cairan
yang akan menimbulkan suara pekak (hepar, asites, vesika
urinaria, tumor).
10) Ekstremitas : tidak ada edema, capillary refilltime (CRT) <2
detik
11) Integumen : tidak ada lesi pada kulit , pada pasien efusi pleura
biasanya tampak sianosis karena adanya kegagalan sistem
transport O2.

Poltekkes Kemenkes Padang


23

e. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut Smeltzer and Bare (2014), pemeriksaan diagnostik efusi
pleura yaitu :
1) Kultur sputum, dapat ditemukan positif mycobacterium
tuberculosis
2) Apusan darah asam Zehl-Neelsen positif basil tahan asam
3) Skin test, positif bereaksi (area indurasi 10 mm, lebih besar,
terjadi selama 48-72 jam setelah injeksi.
4) Foto thoraks, pada tuberculosis ditemukan infiltrasi lesi pada
lapang atas paru, deposi kalsium pada lesi primer, dan adanya
batas sinus frenikus kostalis yang menghilang, serta gambaran
batas cairan yang melengkung.
5) Biopsy paru, adanya gian cells berindikasi nekrosis
(tuberculosis)
6) ABGs, abnormal tergantung lokasi dan kerusakan residu paru-
paru.
7) Fungsi paru, terjadi penurunan vital capacity, peningkatan
dead space, peningkatan rasio residual udara ke total lung
capacity, dan penyakit pleural tuberculosis kronik tahap lanjut.

2. Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul menurut SDKI


(2017) adalah sebagai berikut :
a. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya
nafas
b. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis
c. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan
mengabsorbsi nutrien
d. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan benda
asing dalam jalan nafas

Poltekkes Kemenkes Padang


24

e. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan


ketidakseimbangan ventilasi-perfusi
f. Hipertermia berhubungan dengan peningkatan laju
metabolisme
g. Intoleransi akifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan
antara suplai dan kebutuhan oksigen
h. Gangguan pola tidur berhubungan dengan hambatan
lingkungan
i. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar
informasi

Poltekkes Kemenkes Padang


25

3. Intervensi Keperawatan
NO SDKI Tujuan (SLKI) Intervensi (SIKI)
1. Pola nafas tidak efektif Setelah dikakukan Terapi oksigen :
berhubungan dengan asuhan keperawatan observasi
hanbatan upaya nafas diharapkan pola nafas 1. monitor
kembali efektif kecepatan
Defenisi : inspirasi dan dengan kriteria hasil : aliran oksigen
atau ekspirasi yang 1. Tekanan 2. monitor posisi
tidak memberikan ekspirasi alat terapi
ventilasi adekuat menurun oksigen
2. Tekanan 3. monitor aliran
ispirasi oksigen secara
menurun periodik dan
3. Dispnea pastikan fraksi
menurun yang diberikan
4. Penggunaan cukup
otot bantu 4. monitor
nafas menurun efektifitas
5. Pemanjangan terapi oksigen
fase ekspirasi 5. monitor tanda
menurun tanda
6. Pernafsan hipoventilasi
cuping hidung 6. monitor
tidak ada tingkat
7. Frekuensi kecemasan
nafas membaik akibat terapi
8. Kedalaman oksigenasi
nafas membaik Terapeutik
1. bersihkan
sekret pada
mulut, hidung
dan trakea, jika
perlu
2. pertahanan
kepatenan
jalan nafas
3. siapkan dan
atur peralatan
pemberian
oksigen
4. gunakan
perangkat
oksigen yang
sesuai dengan
tingkat
mobilitas
pasien

Poltekkes Kemenkes Padang


26

Kolaborasi
1. kolaborasi
penentuan
dosis oksigen
2. kolaborasi
penggunaan
oksigen saat
aktivitas atau
tidur

Manajemen Jalan
Nafas :
Observasi
1. monitor pola
nafas
(frekuensi,
kedalaman,
usaha napas)
2. monitor bunyi
nafas
tambahan
3. monitor
sputum
Terapeutik
1. posisikan
semi- fowler
atau fowler
2. berikan
minuman
hangat
3. lakukan
fisioterapi
dada, jika
perlu
4. berikan
oksigen, jika
perlu
Edukasi
1. anjurkan
asupan cairan
2000 ml/hari,
jika tidak
kontraindikasi

Kolaborasi
1. kolaborasi
pemberian
bronkodilator,

Poltekkes Kemenkes Padang


27

ekspektoran,
mukolitik, jika
perlu
2. Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan Manajemen Nyeri :
dengan agen pencedera asuhan keperawatan Observasi
fisiologis diharapkan nyeri tidak 1. Identifikasi
ada dengan kriteria lokasi,
Definisi : pengalaman hasil : karakteristik,
sensori atau emosional Tingkat Nyeri durasi,
yang berkaitan dengan 1. Keluhan nyeri frekuensi,
kerusakan jaringan menurun kualitas,
aktual atau fungsional, 2. Meringis intensitas
dengan onset mendadak menurun ntyeri
atau lambat dan 3. Gelisah 2. Identifikasi
berintensitas ringan menurun skala nyeri
hingga berat yang 4. Kesulitan tidur 3. Identifikasi
berlangsung kurang dari menurun respon nyeri
3 bulan 5. Berfokus pada non verbal
diri sendiri 4. Identifikasi
menurun faktor yang
6. Anoreksia memperberat
menurun dan
7. Frekuensi nadi memperingan
membaik nyeri
8. Pola nafas 5. Identifikasi
membaik pengetahuan
9. Tekanan darah terhadap nyeri
membaik 6. Monitor efek
10. Nafsu kamakn samping
membaik penggunaan
11. Pola tidur analgesik
memabaik 7. Monitor terapi
Kontrol Nyeri komplementer,
1. Melaporkan teknik
nyeri tekontrol relaksasi : :
2. Kemampuan guided
mengenali imagery
onset nyeri Terapeutik
3. Kemampuan 1. Berikan teknik
menggunakan non
teknik non- farmakologis,
farmakologis teknik
4. Keluhan nyeri relaksasi :
menurun guided
5. Penggunaan imagery
analgesik 2. Fasilitasi
menurun istirrahat dan
tidur

Poltekkes Kemenkes Padang


28

Edukasi
1. Jelaskan
penyebab,
periode, dan
pemicu nyeri
2. Jelaskan
strategi
meredakan
nyeri
3. Anjurkan
monitor nyeri
secara mandiri
4. Anjurkan
menggunakan
analgesik
secara tepat
5. Ajarkan teknik
nonfarmakolog
is untuk
mengurangi
nyeri
Kolaborasi
1. Kolaborasi
pemberian
analgetik, jika
perlu

Pemberian Analgesik
:
Observasi
1. Identifikasi
karakteristik
nyeri
2. Identifikasi
riwayat alergi
obat
3. Monitor tanda-
tanda vital
sebelum dan
sesudah
pemberian
analgesik
4. Monitor
efektifitas
analgesik
Terapeutik
1. Tetapkan
target

Poltekkes Kemenkes Padang


29

efektifitas
analgesik
untuk
mengoptimalk
an respons
pasien
2. Dokumentasik
an respons
terhadap efek
analgesik dan
efek yang
tidak
diinginkan
Edukasi
1. Jelaskan efek
terapi dan efek
samping obat
Kolaborasi
1. Kolaborasi
pemberian
dosis dan jenis
analgesik, jika
perlu
3. Defisit nutrisi Setelah dilakukan Manajemen Nutrisi
berhubungan dengan asuhan keperawatan observasi
ketidakmampuan diharapkan defisit 1. Identifikasi status
mengabsorbsi nutrien nutrisi tidak ada nutrisi
dengan Kriteria hasil : 2. identifikasi alergi
Status Nutrisi : dan intolerensi
1. porsi makanan yang aktifitas
dihabiskan meningkat 3. identifikasi
1 . kekuatan otot kebutuhan kalori dan
mengunyah jenis nutrien
meningkat 4. monitor asupan
2 . kekuatan otot makanan
menelan meningkat 5. Monitor berat
3 . verbalisasi badan
keinginan untuk 6. monitor hasil
meningkatkan pemeriksaan
nutrisi meningkat laboratorium
4 . perasaan cepat Edukasi
kenyang menurun 1. anjurkan posisi
5 . nyeri abdomen duduk
tidak ada 2. ajarkan diet yang
6 . berat badan diprogramkan
membaik Kolaborasi
7 IMT membaik 1. kolaborasi dengan
8 Frekuensi makan ahli gizi unuk

Poltekkes Kemenkes Padang


30

membaik menentukan jumlah


9 Nafsu makan kalori dan jenis
membaik nutrien yang
10 Bising usus dibutuhkan
membaaik

4. Bersihan jalan nafas Setelah dilakukan Latihan Batuk


tidak efektif asuhan keperawatan Efektif :
berhubungan dengan diharapkan bersihan Observasi
spasme jalan nafas jalan nafas kembali 1. Identifikasi
efektif dengan kriteria kemampuan
Definisi : hasil : batuk
ketidakmampuan 1. Mampu 2. Monitor
membersihkan sekret melakukan adanya retensi
atau obstuksi jalan batuk efektif sputum
nafas untuk 2. Produksi 3. Monitor tanda
mempertahankan jalan sputum dan gejala
nafas tetap paten menurun infeksi saluran
3. Weezing nafas
menurun 4. Monitor input
4. Dispnea dan output
menurun cairan
5. Gelisah Terapeutik
menurun 1. Atur posisi
6. Frekuensi semi-fowler
nafas membaik atau fowler
7. Pola nafas 2. Pasang perlak
membaik dan bengkok
di pangkuan
pasien
3. Buang sekret
pada tempat
sputum
Kolaborasi
1. Kolaborasi
pemberian
mukolitik atau
ekspektoran,
jika perlu

Manajemen jalan
nafas :
Observasi
1. Monitor jalan
nafas
2. Monitor bnyi
nafas
tambahan

Poltekkes Kemenkes Padang


31

3. Monitor
sputum
(jumlah,
warna, aroma)
Terapeutik
1. Pertahankan
kepatenan
jalan nafas
2. Posisikan
semi-fowler
atau fowler
3. Berikan
minuman
hangat
4. Lakukan
fisoterapi
dada, jika
5. Berikan
oksigen jika
perlu
Edukasi
1. Anjurkan
asupan cairan
2000 ml/hari,
jika tidak ada
kontraindikasi

Kolaborasi
1. Kolaborasi
pemberian
bronkodilator,
ekspektoran,
mukolitik, jika
perlu

Pemantauan
Respirasi :
observasi
1. Monitor
frekuensi,
kedalaman dan
upaya nafas
2. Monitor pola
nafas
3. Monitor
kemampuan
batuk efektif
4. Monitor

Poltekkes Kemenkes Padang


32

adanya
produksi
sputum
5. Monitor
adanya
sumbatan jalan
nafas
6. Palpasi
kesimetrisan
ekspansi paru
7. Auskultasi
bunyi nafas
8. Monitor
saturasi
oksigen
9. Monitor x-ray
toraks
Terapeutik
1. Dokumentasik
an hasil
pemantauan
2. Atur interval
pemantauan
respirasi sesuai
kondisi pasien

Edukasi
1. Jelaskan tujuan
dan prosedur
pemantauan,
jika perlu
2. Informasikan
hasil
pemantauan
jika perlu
5. Gangguan pertukaran Setalah dilakukan Manajemen asam
gas berhubungan asuhan keperawatan basa :
dengan diharapkan tidak ada Observasi
ketidakseimbangan gangguan pertukaran 1. Identifikasi
ventilasi-perfusi gas dengan kriteria penyebab
hasil : ketidakseimba
Definisi : kelebihan 1. Tingkat ngan asam-
atau kekurangan kesadaran basa
oksigenasi dan atau meningkat 2. Monitor
eleminasi 2. Dispnea frekuensi dan
karbondioksida pada menurun kedalaman
membran alveolus- 3. Bunyi nafas napas

Poltekkes Kemenkes Padang


33

kapiler tambahan 3. Monitor


menurun perubahan PH,
4. Gelisah PaCO2, dan
menurun HcO3
5. Nafas cuping Terapeutik
hidung 1. Ambil
menurun spesimen
6. PCO2 darah arteri
membaik untuk
7. PO2 membaik pemeriksaan
8. Takikardia AGD
membaik 2. Berikan
9. pH arteri oksigen, jika
mebaik perlu
10. Pola nafas Edukasi
membaik 1. Jelaskan
penyebab dan
mekanisme
terjadinya
gangguan
asam-basa
Kolaborasi
1. Kolaborasi
pemberian
ventilasi
mekanik, jika
perlu

Pemantauan
Respirasi :
Observasi
1. Monitor
frekuensi,
irama,
kedalaman dan
upaya nafas
2. Monitor
kemampuan
batuk efektif
3. Monitor pola
nafas
4. Monitor
adanya
produksi
sputum
5. Monitor
adanya
sumbatan jalan

Poltekkes Kemenkes Padang


34

nafas
6. Palpasi
kesimetrisan
ekspansi paru
7. Auskultasi
bunyi nafas
8. Monitor
saturasi
oksigen
9. Monitor nilai
AGD
10. Monitor x-ray
toraks
Terapeutik
1. Atur interval
pemantauan
respirasi sesuai
kondisi pasien
2. Dokumentasik
an hasil
pemantauan
Edukasi
1. Jelaskan tujuan
dan prosedur
pemantauan
2. Informasikan
hasil
pemantauan,
jika perlu
6. Hipertermia Setelah dilakukan Manajemen
berhubungan dengan asuhan keperawatan hipertemia :
peningkatan laju diharapkan Obervasi
metabolisme hipertermia tidak ada 1. Identifikasi
dengan kriteria hasil ; penyebab
Definisi : suhu tubuh Termoregulasi hipertermia
meningkat di atas 1. Menggigil 2. Monitor suhu
rentang normal tubuh menurun tubuh
2. Konsumsi 3. Monitor
oksigen komplikasi
membaik akibat
3. Pucat menurun hipertermia
4. Takikardi, Terapeutik
takipnea, 1. Sediakan
bradikardi lingkungan
dalam batas yang dingin
normal 2. Longgarkan
5. Hipoksia atau lepaskan
menurun pakaian

Poltekkes Kemenkes Padang


35

6. Suhu tubuh 3. Basahi dan


membaik kipasi
7. Suhu kulit permukaan
membaik tubuh
8. Pengisian 4. Berikan cairan
kapiler oral
membaik Edukasi
9. Ventilasi 1. Anjurkan tirah
membaik baring
10. Tekanan darah Kolaborasi
membaik 1. Kolaborasi
pemebrian
cairan dan
elektrolis
intravena, jika
perlu
7. Intoleransi aktifitas Setelah dilakukan Terapi aktifitas :
berhubungan dengan asuhan keperawatan Observasi
ketidakseimbangan diharapkan intoleransi 1. Identifikasi
antara suplai dan aktifitas tidak ada defisit tingkat
kebutuhan oksigen dengan kriteria hasil ; aktifitas
1. Frekuensi nadi 2. Identifikasi
Definisi : dalam batas kemampuan
ketidakcukupan energi normal berpartisipasi
untuk melakukan 2. Saturasi dalam aktivitas
aktivitas sehari-hari oksigem tertentu
membaik 3. Identifikasi
3. Kemudahan strategi dalam
dalam meningkatkan
melakukan aktivitas
aktifitas Terapeutik
sehari-hari 1. Fasilitasi fokus
4. Kekuatan pada
tubuh bagian kemampuan
atas dan bawah bukan pada
meningkat defidsit yang
5. Keluhan lelah dialami
menurun 2. Libatkan
6. Dispnea saat keluarga dalam
beraktifitas aktifitas
menurun 3. Ajarkan cara
7. Dispnea melakukan
setalah aktifitas fisik
beraktifitas yang dipilih
menurun Edukasi
8. Perasaan 1. Anjurkan
lemah keluarga untuk
menurun memberikan

Poltekkes Kemenkes Padang


36

9. Warna kulit penguatan


membaik
10. Tekanan darah
membaik
11. Frekuensi
nafas membaik
8. Gangguan pola tidur Setalah dilakukan Manajemen
berhubungan dengan asuhan keperawatan lingkungan :
hambatan lingkungan diharapkan gangguan Observasi
pola tidur tidak ada 1. Identifikasi
Definisi : gangguan dengan kriteria hasil : keamanan dan
kualitas dan kuantitas 1. Keluhan sulit kenyamanan
waktu tidur akibat tidur menurun Terapeutik
faktor eksternal 2. Keluhan sering 1 Atur suhu
terjaga lingkungan
menurun yang sesuai
3. Keluhan tidak 2 Sediakan
puas tidur tempat tidur
menurun dan
4. Keluhan pola lingkungan
tidur berubah yang nyaman
menurun dan bersih
5. Keluhan 3 Hindari
istirahat tidak pandangan
cukup langsung ke
menurun kamar mandi,
toilet, atau
peralatan
untuk
eliminasi
4 Ganti pakaian
secara berkala
5 Hindari
paparan
langsung
dengan cahaya
matahari atau
cahaya yang
tidak perlu
6 Izinkan
keluraga untuk
tinggal
mendampingi
pasien
7 Pertahankan
konsistensi
kunjungan
tenaga

Poltekkes Kemenkes Padang


37

kesehatan
Edukasi
1. Jelaskan cara
membuat
lingkungan
rumah yang
aman
2. Ajarkan pasien
dan keluarga/
pengunjung
tentang upaya
pencegahan
infeksi
9. Defisit pengetahuan Setelah dilakukan Edukasi kesehatan :
berhubungan dengan asuhan keperawatan Observasi
kurang terpapar diharapkan defisit 1. Identifikasi
informasi pengetahuan tidak ada kesiapan dan
dengan kriteria hasil : kemampuan
Definisi : ketiadaan 1. Prilaku sesuai menerima
atau kurangnya anjuran informasi
informasi kognitif yang meningkat 2. Identifikasi
berkaitan dengan topik 2. Kemampuan faktor-faktor
tertentu menjelaskan yang dapat
tentang suatu meningkatkan
topik dan
meningkat menurunkan
3. Prilaku sesuai motivasi
pengetahuan Terapeutik
meningkat 1. Sediakan
4. Pertanyaan materi dan
tentang media
masalah yang pendidikan
dihadapi kesehatan
menurun 2. Jadwalkan
5. Persepsi yang pendidikan
keliru terhadap kesehatan
masalah sesuai
menurun kesepakatan
6. Menjalani 3. Berikan
pemeriksaan kesempatan
yang tidak untuk bertanya
tepat menurun Edukasi
1. Jelaskan faktor
resiko yang
dapat
mempengaruhi
kesehatan
2. Ajarkan

Poltekkes Kemenkes Padang


38

strategi yang
dapat
diguanakan

Poltekkes Kemenkes Padang


BAB III
METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan peneliti adalah penelitian deskriptif


dengan pendekatan studi kasus dengan menggambarkan asuhan
keperawatan pada pasien dengan Efusi Pleura Ec. Tb Paru di Ruangan
Paru RSUP. Dr. M.Djamil Padang pada tahun 2020.

B. Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilakukan di ruangan Paru RSUP. Dr. M.Djamil Padang
pada tahun 2020. Waktu penelitian dilakukan mulai dari bulan Desember
2019 sampai Juni tahun 2020. Waktu melakukan asuhan keperawatan
pada tanggal 11 Februari sampai 15 Februari 2020.

C. Populasi dan Sampel


1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas subyek yang
mempunyai kualitas dan karekteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya
(Sugiono, 2017 : 80). Populasi dari penelitian ini adalah seluruh
pasien dengan Efusi Pleura ec TB Paru di Ruangan Paru RSUP Dr.
M.Djamil Padang. Saat penelitian ditemukan 1 orang dengan diagnosa
Efusi Pleura ec. TB Paru.

2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karekteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan metode
purposive sampling. Purposive sampling adalah teknik yang
dilakukan berdasarkan penilaian peneliti akan pengetahuan calon
informan atau responden untuk menjawab pertanyaan peneliti.

39 Poltekkes Kemenkes Padang


40

Dengan kriteria inklusi sebagai berikut :


Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari suatu
populasi target yang terjangkau dan akan diteliti (Nursalam, 2013).
1) Partisipan bersedia menjadi responden dalam penelitian
2) Pasien yang kooperatif dan mampu berkomunikasi dengan baik
dan lancar

Dengan kriteria eksklusi sebagai berikut :

Kriteria eksklusi adalah menghilangkan atau mengeluarkan subjek


yang memenuhi kriteria inklusi dari studi karena berbagai sebab
(Nursalam, 2013).

1) Pasien yang hari rawatannya kurang dari 5 hari


Di saat keruangan pada awal penelitian di dapatkan satu orang dengan
diagnosa efusi pleura ec. TB paru dengan hari rawatan ke 4 dan sesuai
dengan kriteria inklusi dan eksklusi. Peneliti langsung mengambil
pasien tersebut sebagai subyek dan melakukan asuhan keperawatan
selama 5 hari

D. Alat atau Istrumen Pengumpulan Data


Alat dan Instrumen yang dibutuhkan dalam penelitian adalah format
pengkajian keperawatan medikal bedah, alat pelindung diri, alat
pemeriksaan fisik yang terdiri dari thermometer, stetoskop, arloji dengan
detik, penlight, dan tensi meter.

E. Cara Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data menggunakan multi sumber bukti (triangulasi)
artinya teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari
berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada.
Triangulasi teknik berarti peneliti menggunakan teknik pengumpulan data
yang berbeda-beda (Sugiono, 2017). Untuk mendapatkan data dari
sumber yang sama. Peneliti akan menggunakan observasi partisipatif,

Poltekkes Kemenkes Padang


41

wawancara, pengukuran, dan dokumentasi untuk sumber yang sama


secara serempak.
1. Observasi

Dalam obseravasi ini, peneliti terlibat dengan intervensi yang


berkaitan dengan kegiatan sehari-hari partisipan yang sedang
diamati seperti pola makan, pola aktifitas, dan lain-lain (Sugiono,
2016). Observasi yang dilakukan peneliti adalah pemantauan
keadaan umum pasien, tanda- tanda vital pasien selama dirumah
sakit, aktivitas kegiatan yang dilakukan pasien selama dirumah
sakit, dan pola makan pasien selama dirawat dirumah sakit, selain
itu juga mengobservasi tindakan apa saja yang sudah dilakukan
pada pasien, adalah pasien terpasang infus, pemberian obat,
terpasang oksigen dan terpasang WSD.

2. Pengukuran
Pengukuran yaitu pemantauan kondisi partisipan dengan metode
mengukur menggunakan alat ukur pemeriksaan, adalah pengukuran
tekanan darah dengan tensi meter,pengukuran suhu dengan
thermometer, pengukuran nadi menggunakan arloji dengan detik ,
tinggi badan dengan stature meter, dan berat badan dengan
timbangan dan juga pemeriksaan fisik.

3. Wawancara
Wawancara adalah pertemuan dua orang untuk bertukar informasi
dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan
makna dalam suatu topik tertentu. Wawancara dilakukan kepada
pasien dan keluarga secara jelas untuk mendapatkan informasi
sekunder dengan tepat. Dalam penelitian ini wawancara dilakukan
dengan menggunakan pedoman wawancara bebas terpimpin
(Sugiyono,. 2016). Dari hasil wawancara, peneliti mendapatkan
data tentang identitas pasien dan penanggung jawab, keluhan saat

Poltekkes Kemenkes Padang


42

masuk, keluhan saat dikaji, riwayat kesehatan dahulu, riwayat


kesehatan keluarga.

4. Dokumentasi
Studi dokumentasi merupakan metode pengumpulan data dengan
cara mengambil data yang berasal dari dukumen asli. Dokumen asli
tersebut dapat berupa gambar, tabel atau daftar periksa. Dokumen
merupakan catatan perjalan penyakit pasien yang sudah berlalu
yang disusun berdasarkan perkembangan kondisi pasien.
Dokumentasi dapat berupa barang-barang tertulis seperti hasil
intervensi dari tim kesehatan lainnya.

Dokumentasi peneliti meliputi catatan perkembangan rumah sakit,


hasil pemeriksaan Radiologi (fotothoraks), hasil pemeriksaan
laboratorium, program dan pengobatan serta catatan perkembangan
pasien.

F. Prosedur Pengumpulan Data


1. Prosedur Administrasi
Prosedur adminisrasi yang dilakukan meliputi :
1) Izin dari Direktur Poltekkes Kemenkes RI Padang
2) Mengurus Uji Etik di Komite Etik RSUP Dr. M.Djamil Padang
dan melakukan pembayaran penelitian
3) Peneliti menerima surat pengantar penelitian dari diklat untuk di
lampirkan ke kepala Instalasi rawat inap Non-Bedah
4) Melampirkan surat izin penelitian dari kepala instalasi untuk
diserahkan ke kepala ruangan paru untuk dapat memulai
menelitian
5) Mendapat izin dari kepala ruangan, peneliti melakukan penelitian
diruangan paru.
2. Prosedur Asuhan Keperawatan

Poltekkes Kemenkes Padang


43

1) Memilih responden yang sesuai dengan kriteria lalu


mengidentifikasi responden, dan didapatkan satu orang yang
memenuhi kriteria
2) Peneliti membaca catatan perkembangan pasien yang ada dengan
izin dokter dan perawat yang merawat
3) Peneliti menemui keluarga pasien yang berada diruang inap dan
memberikan penjelasan tentang tujuan kedatangan peneliti, setelah
keluarga pasien mengerti, keluarga diminta untuk menandatangani
informed concent dihadapan pasien dan peneliti.

G. Jenis-jenis Data
1. Data Primer
Data primer diperoleh langung dari subjek penelitian dengan
menggunakan alat pengukuran atau alat pengambilan data, langsung
pada subjek sebagai sumber informasi yang dicari, data tersebut
adalah identitas pasien, riwayat kesehatan pasien , pola aktivitas
segari-hari dirumah, dan pemeriksaan fisik terhadap pasien

2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data penelitian yang diperoleh langsung dari
keluarga, rekam medis dan Ruangan Paru RSUP Dr. M.Djamil
Padang. data sekunder umumnya berupa bukti data penunjang, catatan
atau laporan histori yang telah tersusun dalam arsip yang tidak
dipublikasikan.

H. Analisis
Data yang ditemukan saat pengkajian dikelompokkan dan dianalisis
berdasarkan data subjektif dan objektif, sehingga dapat dirumuskan
diagnosa keperawatan, kemudian menyusun rencana keperawatan serta
melakukan implementasi dan evaluasi. Analisis selanjutnya dilakukan
dengan membandingkan asuhan keperawatan yang telah dilakukan pada
pasien dengan teori dan penelitian terdahulu.

Poltekkes Kemenkes Padang


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitan


Penelitian ini dilakukan di Ruangan Paru RSUP Dr. M.Djamil Padang, di
IRNA Non Bedah terdiri dari ruanagn HCU, Isolasi, Kelas I, II, dan III.
Penelitian ini tepatnya dilakukan diruangan paru. Ruangan paru dipimpin
oleh seorang kepala ruangan, dibantu oleh katim dan beberapa perawat
pelaksana yang dibagi menjadi 3 shift yaitu pagi, siang dan malam. Selain
itu juga ada mahasiswa praktik dari berbagai institusi pendidikan dalam
melakukan asuhan kepada pasien.

B. Deskripsi kasus
Penelitian yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 11 Februari sampai
15 februari 2020 yang bertempat di Ruang Paru IRNA Non Bedah RSUP
Dr. M.Djamil Padang. Peneliti telah melakukan pengkajian pada Ny.E,
dengan diagnosa Efusi pleura Ec. TB paru.

C. Asuhan keperawatan
1. Keluhan utama masuk
Seorang pasien perempuan Ny. E (48th) masuk ke RSUP Dr.
M.Djamil Padang pada tanggal 7 Februari 2020 pada pukul 16.21
WIB, datang sendiri ke poli paru dengan keluhan sesak nafas sejak ± 2
bulan yang lalu, sesak dirasakan saat beraktifitas dan disertai batuk
berdahak, keringat pada malam hari dan penurunan nafsu makan serta
penurunan berat badan ± 8 kg sejak 3 minggu yang lalu.

2. Riwayat kesehatan sekarang


Saat dilakukan pengkajian pada tanggal 11 februari 2020 jam 10 WIB,
Ny. E hari rawatan ke-4 mengatakan nafas masih sesak dan batuk
berdahak, batuk berwarna putih dan encer, terpasang WSD sejak
tanggal 10 februari 2020, sebelah kanan dan nyeri seperti terkena

44 Poltekkes Kemenkes Padang


45

benda tumpul pada tempat pemasangan WSD, nyeri terasa saat


bergerak, sering keringat pada malam hari. Pasien mengatakan
badannya terasa lemah, nafsu makan menurun hanya menghabiskan ½
porsi makanan yang diberikan rumah sakit.

3. Riwayat kesehatan yang lalu


Pasien mengatakan pernah mendapatkan obat OAT selama 6 bulan
tetapi terputus hanya minum obat selama 2 minggu karena merasa
bosan minum obat, memilki riwayat Hipertensi dan tidak minum obat
secara rutin, memiliki riwayat DM Tipe II tidak terkontrol, pasien
tidak merokok tetapi suaminya merokok sejak berumur 15thn, dan
pasien pernah memasak menggunakan kayu dan baru menggunakan
kompor gas sejak 6 bulan yang lalu.

4. Riwayat kesehatan keluarga


Keluarga mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit TB, tidak
memiliki riwayat Hipertensi, DM dan kanker.

5. Kebutuhan dasar
a. Makan dan Minum
Saat sakit pasien mengatakan nafsu makannya menurun karena
makanan dirumah sakit terasa hambar, mendapatkan diet MB
TKTP dan hanya menghabiskan ½ porsi, mendapatkan minyak
ikan gabus karena pasien mengalami hipoalbumin. Minum air
putih ±600 cc/hari.

b. Pola istirahat dan tidur


Saat sakit pasien tertidur pada siang hari tidak menentu sekitaran 1-
2 jam dan terbangun kembali dan pada malam hari 1-2 jam/hari
dan sering keringat pada malam hari.

Poltekkes Kemenkes Padang


46

c. Pola aktivitas
Saat sakit pasien dibantu oleh keluarga untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari.

6. Pemeriksaan fisik

Saat dilakukan pemeriksaan fisik didapatkan TD : 170/90 mmHg,


Pernafasan : 25 x/menit, Nadi : 87x/menit, Suhu : 36.5º C, BB :40Kg,
TB : 155 Cm. Rambut: mudah rontok, kurang bersih,telinga : tidak ada
serumen, simetris kiri dan kanan, mata : konjungtiva anemis, sclera
tidak ikterik, hidung : tidak ada benjolan, tidak ada sekret, nafas
cuping hidung tidak ada, mulut : mukosa bibir kering, tampak sianosis,
gigi dan lidah bersih, leher : tidak ada pembesaran kelenjer getah
bening dan vena jugularis. Toraks (Paru) : Inspeksi terlihat dada kiri
dan kanan tidak simteris, Palpasi : fremitus kanan lebih lemah dari
pada kiri. Perkusi paru sebelah kanan redup sedangkan kiri sonor.
Auskultasi : : terdengar bunyi nafas tambahan ronchi pada dada
sebelah kanan sedangkan bagian kiri bronkovesikuler. Jantung :
Inspeksi : ictus kordis tidak tampak. Palpasi : ictus kordis tidak
teraba. Perkusi : kiri di radial 1 jari RIC V. Auskultasi irama teratur.
Abdomen : Inspeksi tidak terlihat asites. Auskultasi : bising usus
normal 30x/menit. Palpasi tidak ada nyeri tekan dan tidak ada distensi.
Perkusi thympani. Ekstremitas Atas : kiri dan kanan edema. Bawah :
kiri dan kanan edema.

7. Data penunjang
Hasil pemeriksaan laboratorium pada tanggal 10 sampai 12 Februari
2020 di dapatkan Hb : 9.2 g/dl, Leukosit : 3.89 10`3/mm`3, Trombosit
: 283 10`3/mm`3, Hematokrit : 27%, Eritrosit : 3.17 10`6/µ L, Total
protein : 5.7 g/dl, Albumin : 3.1 g/dl, Globulin : 2.6 g/dl, Bilirubin
total : 1.20 mg/dl, Bilirubin direk : 0.50 mg/dl, Bilirubin indirek : 0.70
U/L, SGOT : 26 mmol/L, SGPT : 16 mmol/L, Natrium : 136 mmol/L,
Kalium : 2.5 mmol/L, Klorida : 89 mmol/L, Kreatinin 1,3 mg/dl. Hasil

Poltekkes Kemenkes Padang


47

BTA (+), pemeriksaan rontgen terlihat terdapat lebih banyak cairan


pada paru sebelah kanan.

8. Program terapi dokter


Nacl 0.9% 12 jam/kolf, Hepagard 3x sehari 2 kapsul, Curcuma FCT 10
tablet 1x sehari, Vit B6 1x 10mg, N. Asetil sistein 2x1 amp,
Rifampicin 1x 450mg, Pirazinamid 500 g/tab, OAT kat 1 fase intensif.

9. Analisa data

NO DATA PENYEBAB MASALAH


1. DS :
Pasien mengatakan nafasnya
terasa sesak dan disertai batuk
berdahak dan keringat pada
malam hari

DO : Hambatan Upaya Pola Nafas Tidak


- Pasien tampak sesak Nafas Efektif
(RR : 25 x/menit)
- Pasien tampak batuk berdahak,
dahak encer
- Terpasang O2 sebanyak
4L/menit
- Terlihat mukosa bibir kering
- Dada sebelah kanan lebih
cembung dari pada kiri
- Gerakan dada sebelah kanan
tertinggal oleh dada kiri
- Terlihat retraksi dinding dada
- Adanya cairan pleura
sebanyak ± 300 cc
- Posisi pasien semi fowler

2. DS :
- Pasien mengatakan pada saat
batuk nyeri pada dada
- Pasien mengatakan sakit pada
daerah sekitar pemasangan Agen Pencedera Nyeri Akut
WSD Fisiologis
- Skala nyeri : 5

Poltekkes Kemenkes Padang


48

DO :
- Pasien tampak meringis saat
batuk
- Pasien terlihat sesekali
memegang dadanya saat batuk
3. DS :
- Pasien mengatakan
nafsu makannya
menurun hanya habis
½ posrsi yang
diberikan rumah
sakit
- Pasien mengatakan
berat badannya turun
8 kg Peningkatan Defisit Nutrisi
Kebutuhan
DO : Metabolisme
- Pasien tampak lemah
dan pucat
- Pasien hanya
menghabiskan ½
porsi yang diberikan
rumah sakit
- Pasien tampak kurus
- Pasien tampak
mendapatkan minyak
ikan gabus
- Hb : 9.2 g/dl
- Albumin : 3.1g/dl
- IMT : BB (kg)/ TB²
(m) = 40/ 2.40 =
16.7

10. Diagnosa keperawatan


a. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya nafas

b. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis


c. Defisit nutrisi berhubungan dengan peningatan kebutuhan
metabolisme

Poltekkes Kemenkes Padang


49

11. Intervensi keperawatan


Tabel 4.1
Intervensi Keperawatan

Perencanaan
No Diagnosa Keperawatan
Tujuan Intervensi
( SLKI ) ( SIKI )
1 Pola Nafas Tidak Efektif Setelah dikakukan Terapi oksigen :
berhubungan dengan Hambatan asuhan keperawatan observasi
Upaya Nafas diharapkan pola nafas 1. monitor
kembali efektif kecepatan aliran
dengan kriteria hasil : oksigen
1. Tekanan 2. monitor posisi
ekspirasi alat terapi
menurun oksigen
2. Tekanan 3. monitor aliran
ispirasi oksigen secara
menurun periodik dan
3. Dispnea pastikan fraksi
menurun yang diberikan
4. Penggunaan cukup
otot bantu 4. monitor
nafas menurun efektifitas terapi
5. Pemanjangan oksigen
fase ekspirasi 5. monitor tanda
menurun tanda
6. Pernafsan hipoventilasi
cuping hidung 6. monitor tingkat
tidak ada kecemasan
7. Frekuensi akibat terapi
nafas membaik oksigenasi
8. Kedalaman Terapeutik
nafas membaik 1. bersihkan sekret
pada mulut,
hidung dan
trakea, jika
perlu
2. pertahanan
kepatenan jalan
nafas
3. siapkan dan atur
peralatan
pemberian
oksigen
4. gunakan

Poltekkes Kemenkes Padang


50

perangkat
oksigen yang
sesuai dengan
tingkat
mobilitas pasien
Kolaborasi
1. kolaborasi
penentuan dosis
oksigen
2. kolaborasi
penggunaan
oksigen saat
aktivitas atau
tidur

Manajemen Jalan
Nafas :
Observasi
1. monitor pola
nafas (frekuensi,
kedalaman,
usaha napas)
2. monitor bunyi
nafas tambahan
3. monitor sputum
Terapeutik
1. posisikan semi-
fowler atau
fowler
2. berikan
minuman hangat
3. lakukan
fisioterapi dada,
jika perlu
4. berikan oksigen,
jika perlu
Edukasi
1. anjurkan asupan
cairan 2000
ml/hari, jika
tidak
kontraindikasi

Kolaborasi
1. kolaborasi
pemberian
bronkodilator,
ekspektoran,

Poltekkes Kemenkes Padang


51

mukolitik, jika
perlu

2 Nyeri Akut berhubungan dengan Setelah dilakukan Manajemen Nyeri :


Agen Pencedera Fisiologis asuhan keperawatan Observasi
diharapkan nyeri tidak Identifikasi lokasi,
ada dengan kriteria karakteristik, durasi,
hasil : frekuensi, kualitas,
Tingkat Nyeri intensitas ntyeri
1. Keluhan nyeri 1. Identifikasi
menurun skala nyeri
2. Meringis 2. Identifikasi
menurun respon nyeri non
3. Gelisah verbal
menurun 3. Identifikasi
4. Kesulitan tidur faktor yang
menurun memperberat
5. Berfokus pada dan
diri sendiri memperingan
menurun nyeri
6. Anoreksia 4. Identifikasi
menurun pengetahuan
7. Frekuensi nadi terhadap nyeri
membaik 5. Monitor efek
8. Pola nafas samping
membaik penggunaan
9. Tekanan darah analgesik
membaik 6. Monitor terapi
10. Nafsu makan komplementer,
membaik teknik relaksasi
11. Pola tidur : guided
memabaik imagery
Kontrol Nyeri Terapeutik
1. Melaporkan 1. Berikan teknik
nyeri tekontrol non
2. Kemampuan farmakologis,
mengenali teknik relaksasi
onset nyeri : guided
3. Kemampuan imagery
menggunakan 2. Fasilitasi
teknik non- istirrahat dan
farmakologis tidur
4. Keluhan nyeri Edukasi
menurun 1. Jelaskan
5. Penggunaan penyebab,
analgesik periode, dan
menurun pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi

Poltekkes Kemenkes Padang


52

meredakan nyeri
3. Anjurkan
monitor nyeri
secara mandiri
4. Anjurkan
menggunakan
analgesik secara
tepat
5. Ajarkan teknik
nonfarmakologi
s untuk
mengurangi
nyeri
Kolaborasi
1. Kolaborasi
pemberian
analgetik, jika
perlu

Pemberian Analgesik :
Observasi
1. Identifikasi
karakteristik
nyeri
2. Identifikasi
riwayat alergi
obat
3. Monitor tanda-
tanda vital
sebelum dan
sesudah
pemberian
analgesik
4. Monitor
efektifitas
analgesik
Terapeutik
1. Tetapkan target
efektifitas
analgesik untuk
mengoptimalkan
respons pasien
2. Dokumentasika
n respons
terhadap efek
analgesik dan
efek yang tidak
diinginkan

Poltekkes Kemenkes Padang


53

Edukasi
1. Jelaskan efek
terapi dan efek
samping obat
Kolaborasi
1. Kolaborasi
pemberian dosis
dan jenis
analgesik, jika
perlu
3 Defisit Nutrisi berhubungan Setelah dilakukan Manajemen Nutrisi
dengan Peningkatan Kebutuhan asuhan keperawatan Observasi
Metabolisme diharapkan defisit 1. Identifikasi status
nutrisi tidak ada nutrisi
dengan Kriteria hasil : 2. identifikasi alergi
Status Nutrisi : dan intolerensi aktifitas
1. porsi makanan 3. identifikasi
yang kebutuhan kalori dan
dihabiskan jenis nutrien
meningkat 4. monitor asupan
2. kekuatan otot makanan
mengunyah 5. Monitor berat badan
meningkat 6. monitor hasil
3. kekuatan otot pemeriksaan
menelan laboratorium
meningkat Edukasi
4. verbalisasi 1. anjurkan posisi
keinginan duduk
untuk 2. ajarkan diet yang
meningkatkan diprogramkan
nutrisi Kolaborasi
meningkat 1. kolaborasi dengan
5. perasaan cepat ahli gizi unuk
kenyang menentukan jumlah
menurun kalori dan jenis nutrien
6. nyeri abdomen yang dibutuhkan
tidak ada
7. berat badan
membaik
8. IMT membaik
9. Frekuensi
makan
membaik
10. Nafsu makan
membaik
11. Bising usus
membaik

Poltekkes Kemenkes Padang


54

12. Implementasi keperawatan


Implementasi yang dilakukan dari tanggal 11 Februari sampai 15 Februari
2020 adalah :
Tabel 4.2
Implementasi dan Evaluasi

Hari/tanggal Diagnosa Implementasi Evaluasi (SOAP)


keperawatan
Selasa/11 1. Pola nafas 1. memonitor S : pasien
Februari tidak efektif pernafasan mengatakan nafasnya
2020 berhubungan 2. mempertahankan masih sesak
dengan kepatenan jalan nafas O:
hambatan 3.memonitor pola - pasien tampak
upaya nafas nafas sesak
4. memonitor sputum - frekuensi
5. memposisikan pernafasan 25
pasien semi fowler x/menit
7. memonitor - terpasang binasal
frekuensi pernafasan sebanyak 4 liter/
8. memberikan terapi menit
oksigen binasal - sputum berwarna
sebanyak 4 kuning kental,
liter/menit - mukosa bibir
9. memonitor aliran pasien kering
oksigen - posisi pasien semi
10. mengajarkan fowler
teknik nafas dalam - pasien terlihat
untuk mengurangi mempraktekkan
sesak napas teknik nfas dalam
yang telah diajarkan
A : masalah belum
teratasi
P : intervensi
dilanjutkan

2. Nyeri Akut 1. mengidentifikasi S : pasien


berhubungan lokasi, karakteristik, mengatakan nyeri
dengan agen durasi, frekuensi, saat batuk, nyeri pada
pencedera kualitas, intensitas sekitaran pemasangan
fisiologis nyeri WSD, nyeri dirasakan
2. menanyakan skala saat bergerak, skala
nyeri nyeri 5
3. menanyakan faktor O:

Poltekkes Kemenkes Padang


55

yang memperberat - pasien tampak


nyeri meringis, sesekali
4. mengajarkan memegang dada
teknik relaksasi : saat batuk
guided imagery - pasien mengikuti
5. menganjurkan perintah tentang
istirahat dan tidur teknik relaksasi
yang adekuat guided imagery,
6. menjelaskan - pasien terlihat
penyebab dan pemicu memahami tentang
nyeri penyebab dan
pemicu nyeri yang
telah disampaikan
A : masalah belum
teratasi
P : intervensi
dilanjutkan

3. Defisit Nutrisi 1. mengidentifikasi S : pasien


berhubungan adanya alergi atau mengatakan nafsu
dengan intoleransi makanan makan menurun,
peningkatan pada pasien hanya habis ½ porsi
kebutuhan 2. menjelaskan yang diberikan rumah
metabolisme kepada pasien sakit, sesekali merasa
mengenai kebutuhan mual
diet O:
3. kolaborasi dengan - pasien tampak
ahli gizi dalam tidak
pemberian diet menghabiskan
kepada pasien porsi makan
yang diberikan
rumah sakit,
hanya
menghabiskan ½
porsi yang
diberikan rumah
sakit
- menganjurkan
kepada pasien
untuk sedikit
makan tapi
sering
- badan terlihat
kurus
- terlihat lemah
dan kurang
bersemangat,
- Pasien

Poltekkes Kemenkes Padang


56

mendapatkan
minyak ikan
gabus dari rumah
sakit untuk
meningkatkan
albumin
- Terlihat
mendapatkan
obat curcuma
FCT 10 Tablet
1x sehari

A : masalah belum
teratasi
P : intervensi
dilanjutkan
Rabu/ 12 1. Pola nafas 1. memonitor pola S : pasien
Februari tidak efektif nafas mengatakan nafas
2020 berhubungan 2. mengevaluasi masih sesak, tetapi
dengan hambatan kembali teknik nafas sudah berkurang dari
upaya nafas dalam yang telah sebelumnya,
diajarkan mengeluh sulit tidur
3. mengatur posisi O:
pasien semi fowler - pasien tampak
untuk mengurangi masih sesak,
sesak seskali terlihat
4. Memonitor gelisah karena
frekuensi nafas sesak
5. memberikan terapi - pernafasan 23x/
O2 sebanyak 4 liter/ menit,
menit - Pasien terlihat
6. Memonitor aliran terpasang nasail
oksigen kanul sebanyak 4
L/menit
- Posisi pasien semi
fowler
- pasien masih
tampak pucat
A : masalah teratasi
sebagian
P : intervensi
dilanjutkan

2. Nyeri Akut 1. mengevaluasi S : pasien


berhubungan perasaan pasien hari mengatakan nyeri
dengan agen ini sudah berkurang dari
pencedera 2. Menyakan skala yang kemaren, skala
fisiologis nyeri nyeri 4, nyeri yang

Poltekkes Kemenkes Padang


57

3. Mengevaluasi sering timbul di


kembali tentang daerah pemasangan
penyebab nyeri dan WSD, masih nyeri
faktor pemberat nyeri saat batuk
4. menganjurkan O:
istirahat dan tidur - pasien sesekali
yang adekuat masih terlihat
5. mengevaluasi meringis, tampak
kembali teknis memegangi dada
relaksasi : guided saat batuk
imagery yang telah - terlihat pasien
diajarkan sudah terlihat
memaksimalkan
tidurnya
- pasien terlihat
sangat antusias
dengan teknik
relaksasi yang
telah diajarkan
sebelumnya
A : masalah teratasi
sebagian
P : intervensi
dilajntukan
3. Defisit nutrisi 1. monitor S : pasien
berhubungan kecendrungan mengatakan nafsu
dengan penurunan berat makannya mulai
peningkatan badan bertambah dari
kebutuhan 2. kolaborasi dengan sebelumnya, mual
metabolisme ahli gizi dalam sudah berkurang,
pemberian diet untuk badan masih terasa
pasien lemah
3. menganjurkan O:
kepada pasien utuk - terlihat masih ada
makan sedikit tapi sisa makanan yang
sering tidak dihabiskan
4. menciptakan - terlihat sudah
lingkungan yang mulai ada
optimal perubahan
5. mengidentifikasi peningkatan nafsu
adanya perubahan makan
nafsu makan - terliahat pasien
sudah
melaksanakan apa
yang dikatakan
sebelumnya yaitu
sedikit makan tapi
sering

Poltekkes Kemenkes Padang


58

- terlihat pasien
masih tampak
pucat, pasien
mendapatkan
minyak ikan gabus
- Terlihat pasien
sudah
A : masalah teratasi
sebagian
P : intervensi
dilanjutkan
Kamis/ 13 1. Pola nafas 1. memonitor S : pasien
Februari tidak efektif peranafasan mengatakan sesak
2020 berhubungan 2. mengatur posisi nafas sudah
dengan hambatan pasien semi fowler berkurang dari
upaya nafas untuk mengurangi sebelumnya, tidur
sesak sudah adekuat dari
3. Memonitor sebelumnya
frekuensi nafas O:
4. memberikan terapi - terlihat sesak
O2 sebanyak 3 liter/ sudah berkurang
menit - mukosa bibir
5. Memonitor aliran masih kering
oksigen - pernafasan 23
x/menit
- terpasang
oksigen binasal
kanul sebanyak 3
liter/ menit,
- posisi semi
fowler
A : masalah teratasi
sebagian
P : intervensi
dilanjutkan

2. Nyeri akut 1. menayakan S : Pasien


berhubungan perasaan saat ini mengatakan nyeri
denga agen 2. menayakan skala saat batuk sudah
cedera fisik nyeri yang dirasakan berkurang, nyeri
3. memodifikasi dibagian pemasangan
lingkungan WSD sudah
4. Menganjurkan berkurang, skala
istirahat dan tidur nyeri 3
yang adekuat O:
5. menganjurkan - pasien sesekali
melakukan teknik masih terlihat
relaksasi yang telah meringis, terlihat

Poltekkes Kemenkes Padang


59

diajarkan pada tabung


sebelumnya pemasangan WSD
cairan sebanyak ±
200cc
- terlihat pasien
mempraktekkan
teknik relaksasi
yang pernah
diajarkan
sebelumnya
A : masalah teratasi
sebagian
P : intervensi
dilanjutkan

3. Defisit nutrisi 1. monitor S : pasien


berhubungan kecendrungan mengatakan nafsu
dengan penurunan berat makan sudah
peningkatan badan membaik dari
kebutuhan 2. kolaborasi dengan sebelumnya, porsi
metabolisme ahli gizi dalam makanan yang
pemberian diet untuk diberikan rumah sakit
pasien pun hanya bersisa
3. menganjurkan sedikit
kepada pasien utuk O:
makan sedikit tapi - pasien terlihat
sering lebih semangat
4. menciptakan dari sebelumnya
lingkungan yang - terlihat nafsu
optimal makan pasien
5. mengidentifikasi bertambah
adanya perubahan - terlihat sisa
nafsu makan makanan yang
diberikan rumah
sakit hanya sedikit
- masih
mendapatkan
minyak ikan gabus
A : masalah teratasi
sebagian
P : intervensi
dilanjutkan
Jum’at/ 14 1. pola nafas 1. memonitor per S : pasien
Februari tidak efektif nafasan mengatakan sesak
2020 berhubungan 2. mengatur posisi sudah berkurang
dengan hambatan pasien semi fowler O:
upaya nafas untuk mengurangi - terlihat sesak
sesak pasien sudah

Poltekkes Kemenkes Padang


60

3. Memonitor berkurang,
frekuensi nafas - pernapasan 22
4. memberikan terapi x/menit
O2 sebanyak 3 liter/ - terlihat
menit mendapatkan
5. Memonitor aliran terapi oksigen 3
oksigen liter/menit
- posisi pasien semi
fowler
A : masalah teratasi
sebagian
P : intervensi
dilanjutkan

2. Nyeri akut 1. menayakan S : Pasien


berhubungan perasaan saat ini mengatakan nyeri
denga agen 2. menayakan skala saat batuk sudah tidak
pencedera nyeri yang dirasakan ada, nyeri pada
fisiologis 3. memodifikasi pemasangan WSD
lingkungan tidak ada hanya trasa
4. Menganjurkan ngilu, skala nyeri 0
istirahat dan tidur O:
yang adekuat - pasien terlihat
5. menganjurkan lebih bugar dari
melakukan teknik sebelumnya
relaksasi yang telah - posisi pasien semi
diajarkan fowler
sebelumnya - tidak terlihat
meringis
A : masalah teratasi
P : intervensi
dihentikan

3. Defisit nutrisi 1. monitor S : pasien


berhubungan kecendrungan mengatakan nafsu
dengan penurunan berat makan sudah
peningkatan badan membaik dari
kebutuhan 2. kolaborasi dengan sebelumnya, porsi
metabolisme ahli gizi dalam makanan yang
pemberian diet untuk diberikan rumah sakit
pasien pun hanya bersisa
3. menganjurkan sedikit
kepada pasien utuk O:
makan sedikit tapi - pasien terlihat
sering lebih semangat
4. menciptakan dari sebelumnya,
lingkungan yang - terlihat nafsu
optimal makan pasien

Poltekkes Kemenkes Padang


61

5. mengidentifikasi bertambah
adanya perubahan - terlihat sisa
nafsu makan makanan yang
diberikan rumah
sakit hanya sedikit
- terlihat
mendapatkan
minyak ikan gabus
A : masalah teratasi
sebagian
P : intervensi
dihentikan
Sabtu/ 15 1. pola nafas 1. memonitor pola S : pasien
Februari tidak efektif nafas mengatakan sesak
2020 berhubungan 2. mengatur posisi sudah tidak ada
dengan hambatan pasien semi fowler O:
upaya napas untuk mengurangi - sesak sudah tidak
sesak ada
3. Memonitor - pernapasan : 19
frekuensi nafas x/menit, posisi
- -pasien semi
fowler
A : masalah teratasi
sebagian
P : intervensi
dihentikan

2. Defisit nutrisi 1. monitor S : pasien


berhubungan kecendrungan mengatakan nafsu
dengan penurunan berat makan sudah
peningkatan badan membaik, porsi
kebutuhan 2. kolaborasi dengan makanan yang
metabolisme ahli gizi dalam diberikan rumah sakit
pemberian diet untuk habis, mual tidak ada
pasien O:
3. menganjurkan -pasien terlihat lebih
kepada pasien utuk semangat dari
makan sedikit tapi sebelumnya
sering - terlihat nafsu makan
4. menciptakan pasien bertambah,
lingkungan yang makanan yang
optimal diberikan rumah sakit
5. mengidentifikasi habis
adanya perubahan -terlihat mendapatkan
nafsu makan minyak ikan gabus
A : masalah teratasi
P : intervensi
dihentikan

Poltekkes Kemenkes Padang


62

13. Evaluasi keperawatan


Evaluasi keperawatan yang telah dilakukan pada Ny.E :
a. Setelah dilakukan tindakan keperawatan pada masalah pola napas
tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya napas pada
Ny.E ditemukan data S : sesak nafas sudah berkurang, batuk sudah
mulai berkurang, keringat malam sudah berkurang, O : pernapasan
20x/ menit, frekuensi pernapasan normal, pasien sudah tidak sesak,
WSD sudah dilepas, A : masalah teratasi sebagian, P : intervensi
dihentikan dilanjutkan dirumah.
b. Setelah dilakukan tindakan keperawatan pada masalah nyeri akut
berhubungan dengan agen pencedera fisologis pada Ny.E
mengatakan, S : nyeri pada saat batuk sudah berkurang, nyeri di
tempat pemasangan WSD sudah berkurang, O : pasien sudah tidak
meringis lagi, sesekali masih memegang dada saat batuk, A :
masalah teratasi sebagian, P : intervensi dihentikan dilanjutkan
dirumah.
c. Setelah dilakukan tindakan keperawatan pada masalah defisit
nutrisi berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolisme
pada Ny.E mengatakan, S : nafsu makan sudah mulai membaik,
berat badan pun naik kembali sebanyak 2 kg, mual sudah tidak ada,
nafsu makan sudah meningkat kembali, O : terlihat pasien sudah
bersemangat, nafsu makan sudah membaik, A : masalah teratasi, P
: Intervensi dihentikan

Poltekkes Kemenkes Padang


63

D. Pembahasan kasus
Pada pembahasan kasus ini peneliti akan membahas koherasi antara
laporan kasus dengan teori asuhan keperawatan pada Ny. E dengan efusi
pleura ec. tuberculosis paru yang telah dilakukan sejak tanggal 11 Februari
sampai dengan tanggal 15 Februari 2020 di ruang paru RSUP Dr.
M.Djamil Padang. Kegiatan ini meliputi pengkajian, menegakkan
diagnosa, menyusun rencana intervensi, melakukan implementasi dan
evaluasi keperawatan.
1. Pengkajian Keperawatan
a. Keluhan utama
Setelah dilakukan pengkajian pada Ny. E didapatkan keluhan
utama seperti sesak nafas disertai batuk berdahak, sering
berkeringat pada malam hari, penurunan nafsu makan hingga
penurunan berat badan.

Hal ini sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan Fadhilah


(2017) mengatakan keluhan utama pada pasien efusi pleura ec.
TB Paru adalah sesak nafas yang disebabkan timbunan cairan
yang berlebihan , batuk berdahak, dan penurunan nafsu makan.

Puspasari (2019) mengatakan manifestasi klinis pada pasien


efusi pleura adalah sesak nafas, bunyi pekak atau datar pada
saat perkusi diatas area yang terisi cairan, bunyi nafas minimal
atau tak terdengar, dan pergeseran trakea menjauhi tempat
yang sakit.

Sesak nafas adalah keluhan utama yang memerlukan


penanganan segera, intensitas dan penanganannya dapat
berupa rasa tidak nyaman pada dada sehingga membutuhkan
bantuan nafas agar tidak terjadi akibat yang fatal (Padila,
2012).

Poltekkes Kemenkes Padang


64

b. Riwayat kesehatan saat dikaji


Ny.E mengatakan masih terasa sesak nafas dan batuk
berdahak, batuk berwarna putih dan encer, terpasang WSD
sebelah kanan dan terasa nyeri seperti nyut-nyutan, skala nyeri
5, sering keringat pada malam hari badan terasa lemah dan
pucat,nafsu makan menurun hanya habis ½ porsi dari yang
disediakan rumah sakit, berat badan turun 8 kg.

Hal ini sesuai dengan penelitian Fadhillah (2017), tanda dan


gejala pasien dengan efusi pleura ec. TB Paru menunjukkan
sesak nafas, batuk berdahak, penurunan nafsu makan dan
keringat pada malam hari.

Hal ini sesuai dengan teori dimana tanda dan gejala efusi
pleura seperti sesak nafas, bunyi pekak atau datar pada saat
perkusi diatas area yang terisi cairan, bunyi nafas minimal atau
tak terdengar, peningkatan suhu tubuh jika ada infeksi,
keletihan dan batuk. Kesulitan bernafas disebabkan karena
peningkatan laju respirasi, keletihan yang disebabkan karena
adanya penumpukan cairan di dalam rongga pleura sehingga
menekan bronkus yang mengakibatkan seseorang yang
bernafas terlalu cepat akan menimbulkan kelelahan, batuk
disebabkan karena adanya benda asing dalam tubuh sehingga
tubuh mengkompensasinya dengan batuk (Puspasari, 2019).

c. Riwayat kesehatan dahulu

Pasien mengatakan pernah mendapatkan obat selama 6 bulan


hanya minum obat selama 2 minggu tetapi terputus meminum
obat karena merasa bosan, memilki riwayat Hipertensi dan
tidak minum obat secara rutin, memiliki riwayat DM Tipe II
tidak terkontrol, pasien tidak merokok tetapi suaminya
merokok sejak berumur 15thn, dan pasien pernah memasak

Poltekkes Kemenkes Padang


65

menggunakan kayu dan baru menggunakan kompor gas sejak 6


bulan yang lalu.

Hal ini sesuai dengan teori yang menyebutkan perokok pasif


lebih rentang dua kali lipat terkena atau terpapar masalah
kesehatan dimana sudah terracuni oleh asap yang dikeluarkan
oleh perokok aktif. Keracunan tersebut disebabkan adanya
persaingan oksigen untuk bisa melekat pada hemoglobin sel
darah merah dengan gas karbon monoksida yang merupakan
hasil dari hisapan rokok. Pada kondisi inilah, gas karbon
monoksida dalam aliran darah bisa membuat sulit bernafas,
pusing, dan sulit berkonsentrasi (Husaini, 2010).

Menurut analisa peneliti, seorang perokok aktif atau pasif akan


berseko terjadinya TB Paru dan Efusi pleura, karena
banyaknya racun yang tertumpuk di dalam paru yang berasal
dari rokok sehingga akan menyebabkan kesulitan untuk
bernafas dan terjadi kerusakan pada organ paru.

d. Pola aktifitas sehari-hari


Sebelum sakit Ny.E mengatakan dapat beraktifitas secara
normal dan mandiri. Selama sakit, pasien mengatakan dalam
memenuhi kebutuhan seperti makan, minum, toileting kadang
dibantu oleh keluarga.

Pada pasien efusi pleura akan mudah kelelahan karena terjadi


peningkatan permeabilitas kapiler paru yang menyebabkan
ketidakseimbangan jumlah produksi cairan dengan absorbsi
yang bisa dilakukan pleura viseralis yang akan mengakibatkna
penimbunan cairan di kavum pleura sehingga terjadi gangguan
ventilasi, difusi, transportasi, dan distribusi oksigen yang
ditandai dengan penurunan suplai oksigen ke jaringan
(Brunner and Suddarth, 2016).

Poltekkes Kemenkes Padang


66

e. Pemeriksaan fisik

Hasil pemeriksaan fisik pada Ny.E didapatkan dada sebelah


kanan dan kiri tidak simteris, dan pergerakan dada kanan
tertinggal oleh kiri, fremitus kanan lebih lemah dari pada kiri.
Perkusi paru sebelah kanan redup sedangkan kiri sonor.
Auskultasi suara nafas tambahan ronchi pada dada seelah
kanan sedangkan bagian kiri bronkovesikuler dan tidak ada
wheezin. Hasil pemeriksaan Jantung ictus kordis tidak tampak.
Palpasi, ictus kordis tidak teraba. Perkusi, kiri di radial 1 jari
RIC V. Auskultasi irama teratur. Abdomen, Inspeksi tidak
terlihat asites. Auskultasi, bising usus normal 30 x/menit.
Palpasi tidak ada nyeri tekan dan tidak ada distensi. Perkusi
thympani. Kedua eksterimitas atas dan bawah edema.

Brunner and Suddarth (2016), pemeriksaan fisik yang


ditemukan pada pasien dengan efusi pleura adalah penurunan
bunyi napas bahkan sampai kehilangan bunyi napas,
penurunan fremitus saat dipalpasi, bunyi saat diperkusi ada
yang sonor dan redup

Cairan dalam rongga pleura tersebut menghalangi getaran


suara mencapai dindinh thoraks sehingga vocal fremitus
melemah, bunyi redup saat diperkusi, bunyi napas menjadi
lemah karena cairan yang menghambat, adanya efusi
mengakibatkan alveolus tidak dapat menggambang dengan
luas (Khairani, 2012).

f. Pemeriksaan Laboratorium
Hasil pemeriksaan laboratorium di dapatkan Hb : 9.2 g/dl,
Leukosit : 3.89 10`3/mm`3, Trombosit : 283 10`3/mm`3,
Hematokrit : 27%, Eritrosit : 3.17 10`6/µL, Total protein : 5.7
g/dl, Albumin : 3.1 g/dl, Globulin : 2.6 g/dl, Bilirubin total :

Poltekkes Kemenkes Padang


67

1.20 mg/dl, Bilirubin direk : 0.50 mg/dl, Bilirubin indirek :


0.70 U/L, SGOT : 26 mmol/L, SGPT : 16 mmol/L, Natrium :
136 mmol/L, Kalium : 2.5 mmol/L, Klorida : 89 mmol/L.
Hasil BTA (+), hasil pemeriksaan rontgen terdapat cairan
berlebih pada paru sebelah kanan.

Dari hasil pemeriksaan laboratorium yang paling menonjol


ditemukan yaitu penurunan kadar Hb dan albumin. Defisit
kadar oksigen dalam darah, menyebabkan tubuh merespon
dengan pernafasan yang cepat dan sesak guna memenuhi
kebutuhan oksigen untuk sel (Puspasari, 2019).
Hipoalbuminemia adalah kondisi dimana serum albumin
didalam rendah yang dapat menyebabkan terjadinya edema
melalui penurunan onkotik kapiler (Padila, 2012).

g. Terapi pengobatan
Pada Ny.E mendapatkan terapi pengobatan yaitu, Nacl 0.9%
12 jam/kolf, Hepagard 3x sehari 2 kapsul, Curcuma FCT 10
tablet 1x sehari, Vit B6 1x 10mg, N. Asetil sistein 2x1 amp,
Rifampicin 1x 450mg, Pirazinamid 500 g/tab, OAT kat 1 fase
intensif

N.Asetil Sistein berfungsi untuk mokolitik pada bronkial akut


dan dan kronik pada paru dengan mucus yang tebal. Vit B6
berfungsi untuk perkembangan otak, sistem syaraf dan sistem
kekebalan tubuh. Rifampicin berfungsi untuk obat antibiotik
yang digunakan untuk mengobati beberapa infeksi akibat
bakteri. Pirazinamid berfungsi untuk mengobati tuberculosis
(ISO, 2010).

2. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan data hasil pengakjian didapatkan diagnosa yaitu, pola
nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya nafas,

Poltekkes Kemenkes Padang


68

nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis, dan


defisit nutrisi berhubungan dengan peningkatan kebutuhan
metabolisme.

SDKI (2017), Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada


penyakit efusi pleura yaitu, pola nafas tidak efektif berhubungan
dengan hambatan upaya nafas, nyeri akutberhubungan dengan
agen pencedera fisiologis, defisit nutrisi berhubungan dengan
peningkatan kebutuhan metabolisme, bersihan jalan nafas tidak
efektif berhubungan dengan beda asing dalan jalan nafas,
gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan
ventilasi-perfusi, hipertemia berhubungan dengan peningkatan laju
metabolisme, intoleransi aktifitas berhubungan dengan
ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen,
gangguan pola tidur berhubungan dengan hambatan lingkungan,
defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar
informasi.

Ketidakefektifan pola nafas terjadi karena pertukaran udara


inspirasi dan ekspirasi tidak adekuat. Gejala tanda mayor dan
minor nya seperti Dispnea, penggunaan otot bantu pernafasan, fase
ekspirasi memanjang, pola nafas abnormal, tekanan ekspirasi
menurun, tekanan inspirasi menurun.

Nyeri akut merupakan pengalaman sensorik atau emosional yang


berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau fungsional,
dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas ringan
hingga berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan. Tanda dan
gejala mayor dan minor seperti, tampak meringis, gelisah,
frekuensi nadi meningkat, sulit tidur, tekanan darah meningkat,
pola nafas berubah, nafsu makan berubah.

Poltekkes Kemenkes Padang


69

Defisit nutrisi merupakan asupan nutrisi tidak cukup untuk


memenuhi kebutuhan metabolisme. Gejala tanda mayor dan minor
seperti, berat badan menurun minimal 10% dibawah rentang ideal,
bising usus hiperaktif, otot pengunyah lemah, otot menelan lemah,
membran mukosa pucat, serum albumin turun.

3. INTERVENSI KEPERAWATAN
Perencanaan tindakan keperawatan pada kasus diatas didasarkan
pada tujuan intervensi masalah keperawatan yang muncul, yaitu
pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya
nafas, nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis,
defisit nutrisi berhubungan dengan peningkatan kebutuhan
metabolisme.

Berdasarkan kasus diatas, tindakan yang dilakukan pada diagnosa


pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya
nafas diantaranya, a) mengatur posisi semi fowler bertujuan untuk
memfasilitasi ventilasi-perfusi dan monitor status pasien, b)
monitor tanda-tanda vital bertujuan untuk mengetahui adanya
penurunan atau peningkatan tekanan dara, takikardi, dan takipnea,
c) manajemen jalan nafas bertujuan untuk memaksimalkan
ventilasi sehingga dapat mengatasi sesak napas pada pasien, d)
monitor pernafasan (monitor frekuensi nafas, irama,auskultasi
suara napas dan monitor pola napas) tujuannya untuk mengetahui
adanya takipnea, kemungkinan adanya derajat distress pernapasan,
adanya retaksi dinding dada dan adanya bunyi napas tambahan.

Intervensi yang dilakukan pada diagnosa nyerik akut berhubungan


dengan agen pencedera fisik diantaranya, a) mengidentifikasi
karakteristik nyeri, b) menanyakan skala nyeri, c) menanyakan
faktor pemicu nyeri, d) menanyakan faktor pemberat nyeri dan

Poltekkes Kemenkes Padang


70

peringan nyeri, e) identifikasi pengetahuan mengenai nyeri, f)


mengajarkan teknik relaksasi non farmakologis : guided imagery.

Intervensi yang dilakukan pada diagnosa defisit nutrisi


berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolisme
diatanranya, a) manajemen nutrisi (identifikasi adanya alergi atau
intelaransi makanan, observasi nafsu makan pasien, monitor kalori
dan asupan makanan) bertujuan untuk mengetahui kebutuhan
nutrisi dan mau meningkatkan nafsu makan, b) menganjurkan
pasien untuk istirahat dan tidur yang adekuat.

4. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Dalam pelaksanaan tindakan keperawatan, peneliti tidak dapat
melaksanakan semua tindakan karena peneliti tidak merawat
pasien selama 24 jam. Oleh karena itu, peneliti mendelegasikan
tindakan keperawatan kepada perawat ruangan yang bertugas dan
mahasiswa praktek yang sedang melaksanakan dinas diruangan .

Tindakan keperawatan yang telah dilakukan peneliti dari tanggal


11 Februari sampai 15 Februari 2020 untuk diagnosa pola nafas
tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya nafas adalah, a)
mengukur tekanan darah, b) menghitung frekuensi pernfasan
dalam 1 menit, c) memonitor pola nafas, d) memberikan terapi
oksigenasi, e) mengatur posisi pasien semi fowler, f) mengajarkan
teknik nafas dalam, g) monitor suara nafas tambahan

Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya


nafas terjadi karena pertukaran udara inspirasi dan ekspirasi tidak
adekuat, (SDKI, 2017), pemberian posisisemi fowler pada pasien
efusi pleura dilakukan sebagai salah satu cara untuk mengurangi
sesak napas. Menurut Puspasari (2019), mengatakan bahwa posisi

Poltekkes Kemenkes Padang


71

semi fowler dimana kepala dan tubuh dinaikkan 45º membuat


oksigen di dalam paru-paru meningkat sehingga memperingan
kesukaran bernapas.

Tindakan keperawatan yang telah dilakukan dari tanggal 11


Februari 2020 sampai 15 Februari 2020 dengan diagnosa nyeri
akut berhubungan dengan agen pencedera fisiolois adalah, a)
menayakan karakteristik nyeri, b) menayakan skala nyeri, c)
mengajarkan teknik relaksasi : guided imagery , d) menanyakan
faktor pemberat dan peringan nyeri.

Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis


merupakan pengalaman sensorik dan emosional yang berkaitan
dengan kerusakan jaringan aktual atau fungsional, dengan onset
mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang
berlangsung kurang dari 3 bulan, dengan mengajarkan teknik
relaksasi dapat memperingan nyeri yang dirasakan (Wadro, 2011).

Teknik relaksasi guided imagery juga disebut visualisasi kreatif,


merupakan penggunaan pikiran untuk membentuk pemandangan
atau pengalaman sensori yang merileksasikan otot dan
menjauhkan perhatian pikiran dari pengalaman nyeri. Terapi
guided imagery mempengaruhi sistem kontrol desendens yang
berfungsi dalam pelepasan endorfin. Endorfin merupakan sebuah
substansi yang bekerja untuk menghambat proses pengiriman
impuls nyeri ke sistem syaraf pusat.

Menurut penelitian yang telah dilakukan oleh Erawati (2018),


setelah pemberian therapy guided imagery adanya penurunan yang
signifikan karena komninasi antara pemberian therapy guided
imagey dengan pemberian obat farmakologi sehingga dapat

Poltekkes Kemenkes Padang


72

memberikan perubahan yang baik terhadap penurunan skor tingkat


nyeri.

Tindakan yang dilakukan peneliti dengan diagnosa defisit nutrisi


berhubungan dengan peningkatan keutuhan metabolisme dari
tanggal 11 Februari sampai 15 Februari 2020 adalah, a)
memberikan pendidikan kesehatan pada pasien tentang nutrisi, b)
menciptakan lingkungan yang optimal, c) menganjurkan kepada
pasien untuk makan sedikit tapi sering, d) mengukur berat badan
guna mencegah penurunan berat badan yang berlebihan.

Defisit nutrisi berhubungan dengan peningkatan kebutuhan


metabolisme merupakan asupan nutrisi yang tidak cukup untuk
memenuhi kebutuhan metabolisme.

5. EVALUASI KEPERAWATAN
Evaluasi yang dilakukan dari tanggal 11 Februari sampai 15
Februari 2020 dengan metode penilaian Subjektive, Objektive,
Assesment, Planning (SOAP) untuk mengetahui keefektifan dan
tindakan yang telah dilakukan.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan pada masalah pola napas


tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya napas pada
Ny.E didapatkan evaluasi pada hari kelima yaitu, masalah teratasi
sebagian, intervensi dihentikan, sesak nafas sudah berkurang,
batuk sudah mulai berkurang, keringat malam sudah berkurang,
pernapasan 20x/ menit, frekuensi pernapasan normal, pasien sudah
tidak sesak.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan pada masalah nyeri akut


berhubungan dengan agen pencedera fisologis pada Ny.E
didapatkan evaluasi pada hari kelima yaitu, masalah teratasi

Poltekkes Kemenkes Padang


73

sebagian, intervensi dihentikan, nyeri pada saat batuk sudah


berkurang, nyeri di tempat pemasangan WSD sudah berkurang,
pasien sudah tidak meringis lagi, sesekali masih memegang dada
saat batuk.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan pada masalah defisit


nutrisi berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolisme
pada Ny.E didapatkan evaluasi pada hari kelima yaitu, masalah
teratasi, intervensi dihentikan, nafsu makan sudah mulai membaik,
berat badan pun naik kembali sebanyak 2 kg, mual sudah tidak
ada, nafsu makan sudah meningkat kembali.

Poltekkes Kemenkes Padang


BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian penerapan asuhan keperawatan pada Ny.E
dengan penyakit efusi pleura ec. TB paru di ruang Paru RSUP Dr. M.
Djamil Padang, peneliti dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Hasil pengkajian didapatkan data bahwa pasien mengeluh sesak
nafas disertai batuk berdahak, penurunan nafsu makan dan berat
badan, keringat pada malam hari. Hasil pemeriksaan fisik
didaptkan konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik,, mukosa bibir
kering, pada inspeksi dada asimetris, dada sebelah kanan lebih
cembung dari pada yang kiri, pada palpasi fremitus kiri dan kanan
tidak sama, pada perkusi dada sebelah kanan cendrung redup,
kedua ekstrimitas atas dan bawah edema.

2. Diagnosa keperawatan yang muncul pada penyakit efusi pleura


adalah pola napas tidak efektif berhubungan dengan hambatan
upaya napas, Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik,
defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorbsi
nutrien.

3. Intervensi keperawatan yang direncanakan tergantung pada


masalah keperawatan yang ditemukan diantaranya, a) monitor vital
sign ( untuk mengetahui status pernapasan, b) monitor pernapasan
(aiskultasi suara napas dan perhatikan adanya retraksi dinding
dada, c) manajemen nyeri (mengkaji nyeri, mengajarkan teknik
nafas dalam dan relaksasi, d) manajemen nutirisi (menjelaskan
pola makan sehat dan diet yang diberikan, e) monitor berat badan,
f) modifikasi lingkungan yang nyaman, g) memberikan pendidikan
kesehatan.

74 Poltekkes Kemenkes Padang


75

4. Implementasi keperawatan yang dilakukan pada tanggal 11


Februari sampai 15 Februari 2020 adalah, a) monitor pola napas, b)
pengaturan posisi semi fowler untuk memaksimalkan ventilasi, c)
manajemen jalan nafas, d) manajemen nutrisi, e) menganjurkan
makan sedikit tapi sering, f) nyeri terkontrol, g) tanda-tanda vital
dalam batas normal, h) mengajarkan teknik relaksasi : guided
imagery, i) mengajarkan teknik napas dalam, j) memberikan
pendidikan kesehatan mengenai faktor penyebab nyeri, dan nutrisi.

5. Evaluasi yang dilakukan dari tanggal 11 Februari sampai 15


Februari 2020 dengan metode penilaian Subjektive, Objektive,
Assesment, Planning (SOAP) untuk mengetahui keefektifan dari
tindakan keperawatan yang telah dilakukan. Hasil yang tercapai
berdasarkan SIKI yaitu status pernafasan teratasi, nyeri terkontrol,
nafsu makan meningkat, intake nutrisi adekuat.

B. Saran
1. Bagi Direktur RSUP Dr. M. Djamil Padang
Melalui pimpinan rumah sakit diharapkan dapat memberikan motivasi
kepada semua staf agar memberikan pelayanan kepada pasien secara
optimal dan meningkatkan mutu pelayanan, dan fasilitas di rumah
sakit.

2. Bagi Ruang Rawat Inap Paru


Melalui studi kasus yang peneliti lakukan ini, diharapkan dapat
menjadi sumbangan pemikiran bagi perawat di ruang paru Irna Non
Bedah RSUP Dr. M. Djamil Padang dalam memberikan asuhan
keperawatan secara profosional dan melaksanakan teknik relaksai
guided imagey untuk mengurangi nyeri pada pasien efusi pleura ec. TB
Paru.

Poltekkes Kemenkes Padang


76

3. Bagi Institusi Pendidikan


Diharapkan dapat meningkatkan mutu pendidikan sehingga terciptanya
lulusan perawat yang profesional, bermutu dan terampil yang mampu
memberikan asuhan keperawatan secara menyeluruh dan bertanggung
jawab berdasarkan kode etik keperawatan.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya


a. Diharapkan peneliti selanjutnya melakukan pengkajian secara tepat
dan komprehensif, dan juga dalam menegakkan diagnosa
keperawatan hendaklah sesuai dengan kondisin pasien dan
melakukan asuhan keperawatan sesuai dengan perencanaan yang
telah dibuat sebelumnya.
b. Diharapkan peneliti dapat menggunakan waktu seefektif mungkin,
sehingga dapat memberikan asuhan keperawatan yang
komprehensif kepada pasien.

Poltekkes Kemenkes Padang


DAFTAR PUSTAKA

A Islamic, V. Tanggerang. (2017). Pengaruh Latihan Nafas Dalam Terhadap


Peningkatan Saturasi Oksigen Pada Pasien Terpasang WSD di RSUD
Kabupaten Tanggerang. Jurnal Keperawatan Komprehensif Vol. 3 No. 2,
Juli 2017: 72-77

Anggarsari. (2018). Gangguan Pola Nafas Tidak Efektif Pada Pasien Efusi
Pleura. Jurnal Terpadu Ilmu Kesehatan, Volume 7, No 2, November 2018, hlm
101-221

Berta and Puspita. 2016. Sistem Respiratory. Pustaka Baru Press : Yogyakarta

Brunner and Suddarth. 2016. Textbook of Medical – Surgikal Nursing. Edisi 3.


Jakarta : EGC

Dewi, Sari Andam. (2019). Penatalaksanaan Nebulizer, latihan batuk efektif pada
kasus Efusi Pleura di rumah sakit Dungus Madiun, pp 1-10.

Dinas Kesehatan. 2018. Profil Kesehatan Indonesia

Erawati. Makasar. (2019). Pengaruh therapy guided imagery terhadap tingkat


nyeri di Rumah sakit TK.II Pelamonia Mkasar. Jurnal Ilmiah Kesehatan
Diagnosis Volume 14 Nomor 13 Tahun 2019.

Irman, Somantri. 2012. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan


Sistem Pernafasan. Jakarta: Salemba Medika

Jeffrey M.C. 2012. Kedaruratan Medik. Binarupa Aksara. Gedung Karisma, jl.
Moh. Toha No. 2 pondok cabe : Tanggerang

Padila. 2012. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Cetakan pertama.


Nuhamedika : Yogyakarta

Rubbins, Jeffrey. 2013. Plural Efusion. http ; // emedicine.


Medscape.com/article/299959-overview, diterbitkan pada 30 April 2013

Poltekkes Kemenkes Padang


Recam Medic. 2014-2017. Pasien dengan efusi pleura dan TB Paru. di RSUP Dr.
Mdjamil Padang

Scholatica, Fina Aryu Puspasri. 2019. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan
Gangguan Sistem Pernafasan. Pustaka Baru Press : Yogyakarta

Smeltzer, S. C., & Bare, B. G. (2014). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.
Jakarta : EGC

Sugiono. 2017. Metode Penelitian Kuantitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonsia
Defenisi dan Tindakan Keperawatan. Jakarta : Dewan Pengurus PPNI

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia
Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan. Jakarta : Dewan Pengurus PPNI

Wadro. 2013. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem


Pernafasan. Nuhamedia : Yogyakarta

Wuryantoro. 2016. Kerangka Konsep Efusi Pleura. Universitas Sumatra : Sumatra

Poltekkes Kemenkes Padang


Lampiran 1

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN PADANG
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PADANG
JLN. SIMP. PONDOK KOPI SITEBA NANGGALO PADANG TELP. (0751) 7051300
PADANG 25146

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN EFUSI PLEURA Ec. TB PARU

A. IDENTITAS KLIEN DAN KELUARGA


2. Identitas Klien
Nama : Ny. E
Umur : 48 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pendidikan : SMA
Alamat : Solok selatan

3. Identifikasi Penanggung jawab


Nama : Tn. M
Pekerjaan : Buruh harian lepas
Alamat : Solok selatan
Hubungan : Suami

4. Diagnosa Dan Informasi Medik Yang Penting Waktu Masuk

Tanggal Masuk : 07 Februari 2020

No. Medical Record : 01.07.65.08

Ruang Rawat : Bangsal Paru

Diagnosa Medik : Efusi Pleura Ec. TB Paru

Poltekkes Kemenkes Padang


Yang mengirim/merujuk : Datang sendiri ke poli paru

Alasan Masuk : sesak nafas dan batuk berdahak


5. Riwayat Kesehatan

a. Riwayat Kesehatan Sekarang

- Keluhan Utama Masuk :


Seorang pasien perempuan Ny. E (48thn) masuk ke RSUP Dr.
M.Djamil Padang pada tanggal 7 Februari 2020 pada pukul 16.21
WIB , datang sendiri ke poli paru dengan keluhan sesak nafas sejak ±
2 bulan yang lalu, sesak dirasakan saat beraktifitas dan disertai batuk
berdahak, keringat pada malam hari dan penurunan nafsu makan serta
penurunan berat badan ± 8 kg sejak 3 minggu yang lalu.

- Keluhan Saat Ini (Waktu Pengkajian) :

Saat dilakukan pengkajian pada tanggal 11 februari 2020 jam 10 WIB,


Ny. E mengatakan nafas masih sesak dan batuk berdahak, batuk
berwarna putih dan encer, terpasang WSD sebelah kanan sejak
tanggal 10 februari 2020, nyeri seperti terkena benda tumpul, nyeri
terasa saat bergerak, sering keringat pada malam hari. Pasien
mengatakan badannya terasa lemah,nafsu makan menurun hanya
menghabiskan ½ porsi makanan yang diberikan rumah sakit, berat
badan sudah turun 8 Kg.

- Riwayat Kesehatan Yang Lalu :

Pasien mengatakan pernah mendapatkan obat selama 6 bulan tetapi


terputus meminum obat karena merasa bosan minum obat, memilki
riwayat Hipertensi dan tidak minum obat secara rutin, memiliki
riwayat DM Tipe II tidak terkontrol, pasien tidak merokok tetapi
suaminya merokok sejak berumur 15thn, dan pasien pernah memasak
menggunakan kayu dan baru menggunakan kompor gas sejak 6 bulan
yang lalu.

- Riwayat Kesehatan Keluarga :

Keluarga mengatakan tidak mengetahui apakah memiliki riwayat


penyakit TB karena tidak ada dilakukan pemeriksaan, tidak memiliki
riwayat Hipertensi, DM dan keganasan.

Poltekkes Kemenkes Padang


6. Kebutuhan Dasar
a. Makan dan Minum
Sehat : Pasien memiliki kebiasaan makan 3x sehari dengan nasi,
lauk dan sayur, pasien mengatakan sering mengonsumsi
makanan yang bersantan dan berminyak, minum 6-8
gelas/hari.

Sakit : Pasien mengatakan nafsu makannya menurun karena


makanan dirumah sakit terasa hambar, hanya
menghabiskan ½ porsi yang diberikan RS. Minum air
putih ±600 cc.

b. Istirahat dan Tidur


Sehat : pasien mengatakan saat sehat tidur siang selama ± 2 jam
dan pada malam hari tidur 6-8 jam/hari.

Sakit : saat sakit pasien tertidur pada siang hari tidak menentu
sekitaran 1-2 jam dan pada malam hari 1-2 jam/hari
karena sesak dan sering keringat pada malam hari.

c. Eliminasi
Sehat : Pada saat sehat BAB 1x/hari tidak ada keluhan, BAK 5-6
x/hari warna kuning,tidak ada keluhan.

Sakit : Saat sakit BAB 1x/hari tidak ada keluhan, BAK 6-7x/hari
warna kuning.

d. Aktifitas pasien
Sehat : pasien melakukan aktifitas secara mandiri.

Sakit : pasien dibantu oleh perawat dan keluarga untuk


memenuhi kebutuhan sehari-hari.

7. Pemeriksaan Fisik

- Tekanan Darah : 170/90 mmHg

- Suhu : 36,5ºC

- Nadi : 87 x/menit

- Pernafasan : 25 x/menit

Poltekkes Kemenkes Padang


- BB : 40 kg

- TB : 155 cm

- Rambut : mudah rontok, kurang bersih

- Telinga : tidak ada serumen, simetris kiri dan kanan

- Mata : konjungtiva anemis, sclera tidak ikterik

- Hidung : tidak ada benjolan didalam hidung, tidak ada

sekret, nafas tidak cuping hidung

- Mulut : mukosa bibir kering, tampak sianosis, gigi dan


lidah bersih
- Leher : tidak ada pembesaran kelenjer getah bening
dan vena jugularis
- Toraks

Paru : I : dada terlihat tidak simetris, terpasang


WSD sebelah kanan sejak tanggal 10
Februari 2020
Pa : fremitus kanan lebih lemah dari pada kiri
Pe : perkusi paru sebelah kanan redup
sedangkan kiri sonor
A : terdengar bunyi nafas tambahan ronchi
pada dada sebelah kanan sedangkan bagian
kiri bronkovesikuler
Jantung : I : ictus kordis tidak tampak
Pa : ictus kordis tidak teraba
Pe : kiri di radial 1 jari RIC V
A : auskultasi irama teratur

- Abdomen : I : tidak terlihat asites


A : bising usus normal 15 x/menit

Poltekkes Kemenkes Padang


Pa : tidak ada nyeri tekan dan tidak ada distensi
Pe : perkusi thympani

- Ekstremitas
Atas : kiri dan kanan edema
Bawah : kiri dan kanan edema

8. Data Psikologis
Status emosional : pasien tampak tabah dalam menghadapi
penyakitnya, namum pasien menyesal karena
tidak patuh dalam minum obat, pola hidup
yang kurang baik sebelumnya seperti memakan
jeroan, makan yang banyak santan dan
berminyak

Kecemasan : pasien mengatakan sedikit cemas dengan


penyakitnya

Pola koping : pasien dapat menerima penyakit dan


kondisinya saat ini

Gaya komunikasi : pasien menggunakan bahasa minang dan tidak


ada gangguan dalam berkomunikasi

Konsep Diri : pasien terlihat tenang

9. Data Ekonomi Sosial : pencari nafkah didalam keluarga adalah suami


pasien, pasien berobat menggunakan BPJS
10. Data Spiritual : Pasien beragama islam dan melaksanakan
sholat sesuai dengan kepercayaan, saat sakit
pasien tampak ada melaksanakan sholat

Poltekkes Kemenkes Padang


11. a. Pemeriksaan laboratorium / pemeriksaan penunjang

Tanggal Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai


pemeriksaan Normal
10 februari Hemoglobin 9.2 g/dl 12.0-14.0
2020 Leukosit 3.89 10`3/mm`3 5.0-10.0
Trombosit 283 10`3/mm`3 150-400
Hematokrit 27 % 37.0-43.0
Eritrosit 3.17 10`6/µL 4.00-4.50
11 februari Total Protein 5.7 g/dl 6.6-8.7
2020 Albumin 3.1 g/dl 3.8-5.0
Globulin 2.6 g/dl 1.3-2.7
Bilirubin total 1.20 mg/dl 0.3-1.0
Bilirubin direk 0.50 mg/dl < 0.20
Bilirubin indirek 0.70 U/L < 0.60
SGOT 26 U/L < 32
SGPT 16 mmol/L < 31
Natrium 136 mmol/L 136-145
Kalium 2.5 mmol/L 3.5-5.1
Klorida 98 mmol/L 97-111
12 februari Natrium 136 mmol/L 136-145
2020 Kalium 2.5 mmol/L 3.5-5.1
Klorida 89 mmol/L 97-111
Kreatin 1,3 mg/dl 0.6-1.2

b. Pemeriksaan sputum
BTA (+)
c. Pemeriksaan rontgen
terlihat pada hasil rontgen terdapat cairan yang berlebih pada paru sebelah
kanan

Poltekkes Kemenkes Padang


12. Program Terapi Dokter

No Nama Obat Dosis


1. Nacl 0.9% 12 jam/kolf
2. Hepagard 3x sehari 2 kapsul
3. Curcuma FCT 10 tablet 1x sehari
4. Vit B6 1x 10 mg
5. N. Asetil sistein 2x1 amp
6. Rifampicin 1x 450 mg
7. Pirazinamid 500 g/tab
8. OAT kat 1 fase intensif

Poltekkes Kemenkes Padang


ANALISA DATA

NO DATA PENYEBAB MASALAH


1. DS :
Pasien mengatakan nafasnya
terasa sesak dan disertai batuk
berdahak dan keringat pada
malam hari

DO : Hambatan Upaya Pola Nafas Tidak


- Pasien tampak sesak Nafas Efektif
(RR : 25 x/menit)
- Pasien tampak batuk berdahak,
dahak encer
- Terpasang O2 sebanyak
4L/menit
- Terlihat mukosa bibir kering
- Dada sebelah kanan lebih
cembung dari pada kiri
- Gerakan dada sebelah kanan
tertinggal oleh dada kiri
- Terlihat retraksi dinding dada
- Adanya cairan pleura
sebanyak ± 300 cc
- Posisi pasien semi fowler

2. DS :
- Pasien mengatakan pada saat
batuk nyeri pada dada
- Pasien mengatakan sakit pada
daerah sekitar pemasangan Agen Pencedera Nyeri Akut
WSD Fisiologis
- Skala nyeri : 5

DO :
- Pasien tampak meringis saat
batuk
- Pasien terlihat sesekali
memegang dadanya saat batuk
3. DS :
- Pasien mengatakan
nafsu makannya
menurun hanya habis
½ posrsi yang
diberikan rumah
sakit
- Pasien mengatakan
berat badannya turun

Poltekkes Kemenkes Padang


8 kg Peningkatan Defisit Nutrisi
Kebutuhan
DO : Metabolisme
- Pasien tampak lemah
dan pucat
- Pasien hanya
menghabiskan ½
porsi yang diberikan
rumah sakit
- Pasien tampak kurus
- Pasien tampak
mendapatkan minyak
ikan gabus
- Hb : 9.2 g/dl
- Albumin : 3.1g/dl
- IMT : BB (kg)/ TB²
(m) = 40/ 2.40 =
16.7

DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN

No Diagnosa Keperawatan Tanggal Tanda


Teratasi Tangan
1 Pola Nafas Tidak Efektif berhubungan dengan
Hambatan Upaya Nafas
2 Nyeri Akut berhubungan dengan Agen
Pencedera Fisiologis
3 Defisit Nutrisi berhubungan dengan
Peningkatan Kebutuhan Metabolisme

Poltekkes Kemenkes Padang


PERENCANAAN KEPERAWATAN

Perencanaan
No Diagnosa Keperawatan
Tujuan Intervensi
( SLKI ) ( SIKI )
1 Pola Nafas Tidak Efektif Setelah dikakukan Terapi oksigen :
berhubungan dengan Hambatan asuhan keperawatan Observasi
Upaya Nafas diharapkan pola nafas 1 monitor
kembali efektif dengan kecepatan aliran
kriteria hasil : oksigen
1 Tekanan 2. monitor posisi
ekspirasi alat terapi
menurun oksigen
2. Tekanan ispirasi 3. monitor aliran
menurun oksigen secara
3. Dispnea periodik dan
menurun pastikan fraksi
4. Penggunaan yang diberikan
otot bantu cukup
nafas menurun 4. monitor
5. Pemanjangan efektifitas terapi
fase ekspirasi oksigen
menurun 5. monitor tanda
6. Pernafsan tanda
cuping hidung hipoventilasi
tidak ada 6. monitor tingkat
7. Frekuensi nafas kecemasan akibat
membaik terapi oksigenasi
8. Kedalaman Terapeutik
nafas membaik 1 bersihkan sekret
pada mulut,
hidung dan
trakea, jika perlu
2. pertahanan
kepatenan jalan
nafas
3. siapkan dan atur
peralatan
pemberian
oksigen
4. gunakan
perangkat
oksigen yang
sesuai dengan
tingkat mobilitas
pasien
5.

Poltekkes Kemenkes Padang


Kolaborasi
1 kolaborasi
penentuan dosis
oksigen
2. kolaborasi
penggunaan
oksigen saat
aktivitas atau
tidur

Manajemen Jalan Nafas :


Observasi
1 monitor pola
nafas (frekuensi,
kedalaman, usaha
napas)
2 monitor bunyi
nafas tambahan
3 monitor sputum
Terapeutik
1 posisikan semi-
fowler atau
fowler
2 berikan minuman
hangat
3 lakukan
fisioterapi dada,
jika perlu
4 berikan oksigen,
jika perlu
Edukasi
1 anjurkan asupan
cairan 2000
ml/hari, jika tidak
kontraindikasi

Kolaborasi
1 kolaborasi
pemberian
bronkodilator,
ekspektoran,
mukolitik, jika
perlu
2 Nyeri Akut berhubungan dengan Setelah dilakukan Manajemen Nyeri :
Agen Pencedera Fisiologis asuhan keperawatan Observasi
diharapkan nyeri tidak 1 Identifikasi lokasi,
ada dengan kriteria hasil karakteristik,
: durasi, frekuensi,
Tingkat Nyeri kualitas,

Poltekkes Kemenkes Padang


1 Keluhan nyeri intensitas ntyeri
menurun 2 Identifikasi skala
2 Meringis nyeri
menurun 3 Identifikasi
3 Gelisah respon nyeri non
menurun verbal
4 Kesulitan tidur 4 Identifikasi faktor
menurun yang
5 Berfokus pada memperberat
diri sendiri dan
menurun memperingan
6 Anoreksia nyeri
menurun 5 Identifikasi
7 Frekuensi nadi pengetahuan
membaik terhadap nyeri
8 Pola nafas 6 Monitor efek
membaik samping
9 Tekanan darah penggunaan
membaik analgesik
10 Nafsu makan 7 Monitor terapi
membaik komplementer,
11 Pola tidur teknik relaksasi
memabaik :guided imagery
Kontrol Nyeri Terapeutik
1 Melaporkan 1 Berikan teknik
nyeri tekontrol non farmakologis,
2 Kemampuan teknik relaksasi :
mengenali guided imagery
onset nyeri 2 Fasilitasi
3 Kemampuan istirrahat dan
menggunakan tidur
teknik non- Edukasi
farmakologis 1 Jelaskan
4 Keluhan nyeri penyebab,
menurun periode, dan
5 Penggunaan pemicu nyeri
analgesik 2 Jelaskan strategi
menurun meredakan nyeri
3 Anjurkan monitor
nyeri secara
mandiri
4 Anjurkan
menggunakan
analgesik secara
tepat
5 Ajarkan teknik
nonfarmakologis
untuk
mengurangi nyeri

Poltekkes Kemenkes Padang


Kolaborasi
1 Kolaborasi
pemberian
analgetik, jika
perlu

Pemberian Analgesik :
Observasi
1 Identifikasi
karakteristik nyeri
2 Identifikasi
riwayat alergi
obat
3 Monitor tanda-
tanda vital
sebelum dan
sesudah
pemberian
analgesik
4 Monitor
efektifitas
analgesik
Terapeutik
1 Tetapkan target
efektifitas
analgesik untuk
mengoptimalkan
respons pasien
2 Dokumentasikan
respons terhadap
efek analgesik
dan efek yang
tidak diinginkan
Edukasi
1 Jelaskan efek
terapi dan efek
samping obat
Kolaborasi
1 Kolaborasi
pemberian dosis
dan jenis
analgesik, jika
perlu
3 Defisit Nutrisi berhubungan Setelah dilakukan Manajemen Nutrisi
dengan Peningkatan Kebutuhan asuhan keperawatan observasi
Metabolisme diharapkan defisit 1. Identifikasi status
nutrisi tidak ada nutrisi
dengan Kriteria hasil : 2. identifikasi alergi dan
Status Nutrisi : intolerensi aktifitas

Poltekkes Kemenkes Padang


1 porsi makanan 3. identifikasi
yang kebutuhan kalori dan
dihabiskan jenis nutrien
meningkat 4. monitor asupan
2 kekuatan otot makanan
mengunyah 5. Monitor berat badan
meningkat 6. monitor hasil
3 kekuatan otot pemeriksaan
menelan laboratorium
meningkat Edukasi
4 verbalisasi 1. anjurkan posisi
keinginan duduk
untuk 2. ajarkan diet yang
meningkatkan diprogramkan
nutrisi Kolaborasi
meningkat 1. kolaborasi dengan
5 perasaan cepat ahli gizi unuk
kenyang menentukan jumlah
menurun kalori dan jenis nutrien
6 nyeri abdomen yang dibutuhkan
tidak ada
7 berat badan
membaik
8 IMT membaik
9 Frekuensi
makan
membaik
10 Nafsu makan
membaik
11 Bising usus
membaik

Poltekkes Kemenkes Padang


IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

Hari/tanggal Diagnosa implementasi Evaluasi (SOAP)


keperawatan
Selasa/11 1. Pola nafas 1. memonitor S : pasien
Februari tidak efektif pernafasan mengatakan nafasnya
2020 berhubungan 2. mempertahankan masih sesak
dengan kepatenan jalan nafas O:
hambatan 3.memonitor pola - pasien tampak
upaya nafas nafas sesak
4. memonitor sputum - frekuensi
5. memposisikan pernafasan 25
pasien semi fowler x/menit
7. memonitor - terpasang binasal
frekuensi pernafasan sebanyak 4 liter/
8. memberikan terapi menit
oksigen binasal - sputum berwarna
sebanyak 4 kuning kental,
liter/menit - mukosa bibir
9. memonitor aliran pasien kering
oksigen - posisi pasien semi
10. mengajarkan fowler
teknik nafas dalam - pasien terlihat
untuk mengurangi mempraktekkan
sesak napas teknik nfas dalam
yang telah diajarkan
A : masalah belum
teratasi
P : intervensi
dilanjutkan

2. Nyeri Akut 1. mengidentifikasi S : pasien


berhubungan lokasi, karakteristik, mengatakan nyeri
dengan agen durasi, frekuensi, saat batuk, nyeri pada
pencedera kualitas, intensitas sekitaran pemasangan
fisiologis nyeri WSD, nyeri dirasakan
2. menanyakan skala saat bergerak, skala
nyeri nyeri 5
3. menanyakan faktor O:
yang memperberat - pasien tampak
nyeri meringis, sesekali
4. mengajarkan memegang dada
teknik relaksasi : saat batuk
guided imagery - pasien mengikuti
5. menganjurkan perintah tentang
istirahat dan tidur teknik relaksasi
yang adekuat guided imagery,
6. menjelaskan - pasien terlihat

Poltekkes Kemenkes Padang


penyebab dan pemicu memahami tentang
nyeri penyebab dan
pemicu nyeri yang
telah disampaikan
A : masalah belum
teratasi
P : intervensi
dilanjutkan

3. Defisit Nutrisi 1. mengidentifikasi S : pasien


berhubungan adanya alergi atau mengatakan nafsu
dengan intoleransi makanan makan menurun,
peningkatan pada pasien hanya habis ½ porsi
kebutuhan 2. menjelaskan yang diberikan rumah
metabolisme kepada pasien sakit, sesekali merasa
mengenai kebutuhan mual
diet O:
3. kolaborasi dengan - pasien tampak
ahli gizi dalam tidak
pemberian diet menghabiskan
kepada pasien porsi makan
yang diberikan
rumah sakit,
hanya
menghabiskan ½
porsi yang
diberikan rumah
sakit
- menganjurkan
kepada pasien
untuk sedikit
makan tapi
sering
- badan terlihat
kurus
- terlihat lemah
dan kurang
bersemangat,
- Pasien
mendapatkan
minyak ikan
gabus dari rumah
sakit
A : masalah belum
teratasi
P : intervensi
dilanjutkan
Rabu/ 12 1. Pola nafas 1. memonitor pola S : pasien

Poltekkes Kemenkes Padang


Februari tidak efektif nafas mengatakan nafas
2020 berhubungan 2. mengevaluasi masih sesak, tetapi
dengan hambatan kembali teknik nafas sudah berkurang dari
upaya nafas dalam yang telah sebelumnya,
diajarkan mengeluh sulit tidur
3. mengatur posisi O:
pasien semi fowler - pasien tampak
untuk mengurangi masih sesak,
sesak seskali terlihat
4. Memonitor gelisah karena
frekuensi nafas sesak
5. memberikan terapi - pernafasan 23x/
O2 sebanyak 4 liter/ menit,
menit - Pasien terlihat
6. Memonitor aliran terpasang nasail
oksigen kanul sebanyak 4
L/menit
- Posisi pasien semi
fowler
- pasien masih
tampak pucat
A : masalah teratasi
sebagian
P : intervensi
dilanjutkan

2. Nyeri Akut 1. mengevaluasi S : pasien


berhubungan perasaan pasien hari mengatakan nyeri
dengan agen ini sudah berkurang dari
pencedera 2. Menyakan skala yang kemaren, skala
fisiologis nyeri nyeri 4, nyeri yang
3. Mengevaluasi sering timbul di
kembali tentang daerah pemasangan
penyebab nyeri dan WSD, masih nyeri
faktor pemberat nyeri saat batuk
4. menganjurkan O:
istirahat dan tidur - pasien sesekali
yang adekuat masih terlihat
5. mengevaluasi meringis, tampak
kembali teknis memegangi dada
relaksasi : guided saat batuk
imagery yang telah - terlihat pasien
diajarkan sudah terlihat
memaksimalkan
tidurnya
- pasien terlihat
sangat antusias
dengan teknik

Poltekkes Kemenkes Padang


relaksasi yang
telah diajarkan
sebelumnya
A : masalah teratasi
sebagian
P : intervensi
dilajntukan
3. Defisit nutrisi 1. monitor S : pasien
berhubungan kecendrungan mengatakan nafsu
dengan penurunan berat makannya mulai
peningkatan badan bertambah dari
kebutuhan 2. kolaborasi dengan sebelumnya, mual
metabolisme ahli gizi dalam sudah berkurang,
pemberian diet untuk badan masih terasa
pasien lemah
3. menganjurkan O:
kepada pasien utuk - terlihat masih ada
makan sedikit tapi sisa makanan yang
sering tidak dihabiskan
4. menciptakan - terlihat sudah
lingkungan yang mulai ada
optimal perubahan
5. mengidentifikasi peningkatan nafsu
adanya perubahan makan
nafsu makan - terliahat pasien
sudah
melaksanakan apa
yang dikatakan
sebelumnya yaitu
sedikit makan tapi
sering
- terlihat pasien
masih tampak
pucat, pasien
mendapatkan
minyak ikan gabus
- Terlihat pasien
sudah
A : masalah teratasi
sebagian
P : intervensi
dilanjutkan
Kamis/ 13 1. Pola nafas 1. memonitor S : pasien
Februari tidak efektif peranafasan mengatakan sesak
2020 berhubungan 2. mengatur posisi nafas sudah
dengan hambatan pasien semi fowler berkurang dari
upaya nafas untuk mengurangi sebelumnya, tidur
sesak sudah adekuat dari

Poltekkes Kemenkes Padang


3. Memonitor sebelumnya
frekuensi nafas O:
4. memberikan terapi - terlihat sesak
O2 sebanyak 3 liter/ sudah berkurang
menit - mukosa bibir
5. Memonitor aliran masih kering
oksigen - pernafasan 23
x/menit
- terpasang
oksigen binasal
kanul sebanyak 3
liter/ menit,
- posisi semi
fowler
A : masalah teratasi
sebagian
P : intervensi
dilanjutkan

2. Nyeri akut 1. menayakan S : Pasien


berhubungan perasaan saat ini mengatakan nyeri
denga agen 2. menayakan skala saat batuk sudah
cedera fisik nyeri yang dirasakan berkurang, nyeri
3. memodifikasi dibagian pemasangan
lingkungan WSD sudah
4. Menganjurkan berkurang, skala
istirahat dan tidur nyeri 3
yang adekuat O:
5. menganjurkan - pasien sesekali
melakukan teknik masih terlihat
relaksasi yang telah meringis, terlihat
diajarkan pada tabung
sebelumnya pemasangan WSD
cairan sebanyak ±
200cc
- terlihat pasien
mempraktekkan
teknik relaksasi
yang pernah
diajarkan
sebelumnya
A : masalah teratasi
sebagian
P : intervensi
dilanjutkan

3. Defisit nutrisi 1. monitor S : pasien


berhubungan kecendrungan mengatakan nafsu

Poltekkes Kemenkes Padang


dengan penurunan berat makan sudah
peningkatan badan membaik dari
kebutuhan 2. kolaborasi dengan sebelumnya, porsi
metabolisme ahli gizi dalam makanan yang
pemberian diet untuk diberikan rumah sakit
pasien pun hanya bersisa
3. menganjurkan sedikit
kepada pasien utuk O:
makan sedikit tapi - pasien terlihat
sering lebih semangat
4. menciptakan dari sebelumnya
lingkungan yang - terlihat nafsu
optimal makan pasien
5. mengidentifikasi bertambah
adanya perubahan - terlihat sisa
nafsu makan makanan yang
diberikan rumah
sakit hanya sedikit
- masih
mendapatkan
minyak ikan gabus
A : masalah teratasi
sebagian
P : intervensi
dilanjutkan
Jum’at/ 14 1. pola nafas 1. memonitor per S : pasien
Februari tidak efektif nafasan mengatakan sesak
2020 berhubungan 2. mengatur posisi sudah berkurang
dengan hambatan pasien semi fowler O:
upaya nafas untuk mengurangi - terlihat sesak
sesak pasien sudah
3. Memonitor berkurang,
frekuensi nafas - pernapasan 22
4. memberikan terapi x/menit
O2 sebanyak 3 liter/ - terlihat
menit mendapatkan
5. Memonitor aliran terapi oksigen 3
oksigen liter/menit
- posisi pasien semi
fowler
A : masalah teratasi
sebagian
P : intervensi
dilanjutkan

2. Nyeri akut 1. menayakan S : Pasien


berhubungan perasaan saat ini mengatakan nyeri
denga agen 2. menayakan skala saat batuk sudah tidak

Poltekkes Kemenkes Padang


pencedera nyeri yang dirasakan ada, nyeri pada
fisiologis 3. memodifikasi pemasangan WSD
lingkungan tidak ada hanya trasa
4. Menganjurkan ngilu, skala nyeri 0
istirahat dan tidur O:
yang adekuat - pasien terlihat
5. menganjurkan lebih bugar dari
melakukan teknik sebelumnya
relaksasi yang telah - posisi pasien semi
diajarkan fowler
sebelumnya - tidak terlihat
meringis
A : masalah teratasi
P : intervensi
dihentikan

3. Defisit nutrisi 1. monitor S : pasien


berhubungan kecendrungan mengatakan nafsu
dengan penurunan berat makan sudah
peningkatan badan membaik dari
kebutuhan 2. kolaborasi dengan sebelumnya, porsi
metabolisme ahli gizi dalam makanan yang
pemberian diet untuk diberikan rumah sakit
pasien pun hanya bersisa
3. menganjurkan sedikit
kepada pasien utuk O:
makan sedikit tapi - pasien terlihat
sering lebih semangat
4. menciptakan dari sebelumnya,
lingkungan yang - terlihat nafsu
optimal makan pasien
5. mengidentifikasi bertambah
adanya perubahan - terlihat sisa
nafsu makan makanan yang
diberikan rumah
sakit hanya sedikit
- terlihat
mendapatkan
minyak ikan gabus
A : masalah teratasi
sebagian
P : intervensi
dilanjutkan
Sabtu/ 15 1. pola nafas 1. memonitor pola S : pasien
Februari tidak efektif nafas mengatakan sesak
2020 berhubungan 2. mengatur posisi sudah tidak ada
dengan hambatan pasien semi fowler O:
upaya napas untuk mengurangi - sesak sudah tidak

Poltekkes Kemenkes Padang


sesak ada
3. Memonitor - pernapasan : 19
frekuensi nafas x/menit, posisi
- -pasien semi
fowler
A : masalah teratasi
P : intervensi
dihentikan

2. Defisit nutrisi 1. monitor S : pasien


berhubungan kecendrungan mengatakan nafsu
dengan penurunan berat makan sudah
peningkatan badan membaik, porsi
kebutuhan 2. kolaborasi dengan makanan yang
metabolisme ahli gizi dalam diberikan rumah sakit
pemberian diet untuk habis, mual tidak ada
pasien O:
3. menganjurkan -pasien terlihat lebih
kepada pasien utuk semangat dari
makan sedikit tapi sebelumnya
sering - terlihat nafsu makan
4. menciptakan pasien bertambah,
lingkungan yang makanan yang
optimal diberikan rumah sakit
5. mengidentifikasi habis
adanya perubahan -terlihat mendapatkan
nafsu makan minyak ikan gabus
A : masalah teratasi
P : intervensi
dihentikan

Poltekkes Kemenkes Padang


Lampiran 2

Poltekkes Kemenkes Padang


Poltekkes Kemenkes Padang
Poltekkes Kemenkes Padang
Lampiran 3

Poltekkes Kemenkes Padang


Lampiran 4

Poltekkes Kemenkes Padang


Lampiran 6

Poltekkes Kemenkes Padang


Poltekkes Kemenkes Padang
Poltekkes Kemenkes Padang
Poltekkes Kemenkes Padang
Lampiran 9

Poltekkes Kemenkes Padang

Anda mungkin juga menyukai