NAZILA KHAIRANI
NIM : 173110218
JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2020
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG
NAZILA KHAIRANI
NIM : 173110218
JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2020
ii
Poltekkes Kemenkes Padang
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-
Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan judul
“Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Efusi Pleura Ec. TB Paru di
Ruang Paru RSUP Dr.M.Djamil Padang Pada Tahun 2020”. Shalawat
beriring salam peneliti sampaikan kepada Rasulullah SAW yang telah membawa
kita dari zaman kebodohan sampai zaman yang berilmu pengetahuan seperti
sekarang ini.
Peneliti mengucapkan rasa terimakasih yang tidak terhingga kepada semua pihak
yang telah membantu, membimbing dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah. Pada
kesempatan ini peneliti mengucapkan terimakasih tak terhingga kepada yang
terhormat Ibu Ns. Hj. Sila Dewi Anggreni, M.Kep.Sp.KMB selaku Pembimbing I,
dan Ibu Ns. Netti, S.Kep. M.Pd selaku pembimbing II, yang telah bersedia
meluangkan waktu untuk mengarahkan dan membimbing serta memberikan
masukan dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini.
iii
Poltekkes Kemenkes Padang
6. Rekan-Rekan seperjuangan Bp 2017 Keperawatan, serta semua pihak yang
tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu yang telah membantu peneliti
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
Semoga semua bimbingan, bantuan dan amal kebaikan yang telah diberikan
mendapat menjadi amal ibadah dan dibalas dengan segala kebaikan oleh Allah.
SWT. Peneliti menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari sempurna,
untuk itu peneliti sangat mengharapkan kritikdan saran yang bersifat membangun
demi tercapainya kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini. Harapan peneliti semoga
Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.
Peneliti
Nazila Khairani
iv
Poltekkes Kemenkes Padang
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Karya Tulis Ilmiah ini adalah karya saya sendiri, dan semua sumber yang
saya kutip maupun dirujuk telah saya nyatakan benar.
NIM : 173110218
Tanda Tangan :
Materai
v
Poltekkes Kemenkes Padang
vi
Poltekkes Kemenkes Padang
POLITEKNIK KESEHATAN PADANG
PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN PADANG
Populasi umum Efusi Pleura secara Internasional diperkirakan setiap 1 juta orang,
3000 orang terdiagnosis efusi pleura dan menduduki urutan ketiga setelah TB
Paru dan Ca paru. Penderita Efusi Pleura ec TB Paru di Ruangan paru Irna Non
Bedah RSUP Dr. Mdjamil Padang pada bulan November 2019 sampai Januari
2020 terdapat 37 kasus. Tujuan penelitian ini adalah Mendeskripsikan asuhan
keperawatan pada pasien dengan Efusi Pleura Ec. TB Paru di Ruang Paru RSUP
Dr. M.Djamil Padang Tahun 2020.
Desain penelitian adalah deskriptif dengan pendekatan studi kasus. Penelitian ini
dilakukan diruang paru RSUP.Dr. M. Djamil Padang dari bulanDesember 2019
sampai bulan Juni 2020. Instrument pengumpulan data asuhan keperawatan
dimulai dari pengkajian sampai evaluasi keperawatan . Populasi penelitian ini
berjumlah 1 orang, sehingga didapatkan 1 orang sampel yang sesuai dengan
kriteria inklusi dan esklusi. Asuhan keperawatan dilakukan tanggal 11 Februari-
15 Februari 2020.
Hasil penelitian didapatkan pasien mengeluh sesak nafas disertai batuk berdahak,
keringat pada malam hari, penurunan nafsu makan serta penurunan berat badan.
Diagnosa keperawatan yang muncul yaitu pola nafas tidak efektif, nyeri akut,
defisit nutrisi. Intervensi yang telah dilakukan yaitu manajemen jalan napas,
pemantauan respirasi, monitor tanda-tanda vital ,manajemen nyeri, manajemen
nutrisi nutrisi, dan teknik relaksasi guided imagery. Hasil evaluasi yang dilakukan
selama 5 hari dalam bentuk SOAP dimana masalah keperawatan defisit nutrisi
sudah teratasi pada hari kelima dan masalah pola napas tidak efektif dan nyeri
akut teratasi sebagian pada hari kelima.
Melalui pimpinan RSUP.Dr. M. Djamil Padang khususnya perawat ruangan agar
dapat lebih sering menggunakan teknik relaksai guided imagery untuk membantu
mengurangi nyeri di setiap memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan
Efusi Pleura ec. TB Paru.
vii
Poltekkes Kemenkes Padang
DAFTAR ISI
viii
Poltekkes Kemenkes Padang
A. Desain Penelitian ............................................................................. 39
B. Tempat dan Waktu Penelitian ......................................................... 39
C. Populasi dan Sampel ........................................................................ 39
D. Alat atau Instrumen Pengumpulan Data .......................................... 40
E. Cara Pengumpulan Data .................................................................. 40
F. Prosedur Pengumpulan Data ........................................................... 42
G. Jenis – jenis Data ............................................................................. 43
H. Rencana Analisis .............................................................................. 43
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN...................................................
A. Deskripsi Lokasi Penelitian .............................................................. 44
B. Deskripsi Kasus ................................................................................ 44
C. Asuhan Keperawatan ....................................................................... 44
D. Pembahasan Kasus ........................................................................... 62
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................
A. Kesimpulan ....................................................................................... 73
B. Saran ................................................................................................. 74
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
ix
Poltekkes Kemenkes Padang
DAFTAR LAMPIRAN
x
Poltekkes Kemenkes Padang
DAFTAR TABEL
xi
Poltekkes Kemenkes Padang
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Pas Foto
NIM : 173110218
Agama : Islam
Ayah : Yulianton
Ibu : Febriyeni
Riwayat Pendidikan
xii
Poltekkes Kemenkes Padang
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Efusi pleura merupakan suatu kondisi kelebihan cairan pada rongga
pleura, dimana normalnya cairan yang terdapat pada rongga pleura adalah
5-15 ml. Namun pada kondisi ini, cairan melebihi permukaan sehingga
rongga pleura tidak mampu untuk bergerak (Smeltzer and Bare, 2014).
Efusi berupa cairan jernih, yang mungkin merupakan transudat, eksudat
atau dapat berupa darah atau pus ( Puspasari, 2019).
Manifestasi klinis pada pasien efusi pleura yaitu dyspnea, kesulitan dalam
bernafas, dan batuk (Smeltzer and Bare, 2014). Sedangkan menurut
(Padila, 2012) manifestasi klinis yang sering timbul pada efusi pleura
adalah sesak napas, nyeri dada pleuritik. Efusi pleura yang luas akan
menyebabkan kesulitan bernafas karena pengaruh dari ekspansi paru yang
rendah, sehingga kebutuhan oksigen ke tubuh tidak terpenuhi.
1
Poltekkes Kemenkes Padang
2
Secara Global kasus baru tuberculosis sebesar 6,4 juta, TB paru menjadi
10 penyebab kematian tertinggi didunia, kematian yang disebabkan oleh
TB paru diperkirakan 1,3 juta pasien(WHO, Global Tuberculosis Report,
2018). Sementara pada populasi umum secara Internasional diperkirakan
setiap 1 juta orang, 3000 orang terdiagnosis efusi pleura dan menduduki
urutan ketiga setelah TB Paru dan Ca paru (WHO, 2011).
Pada penelitan yang dilakukan oleh Yunita pada bulan Maret 2018 di
Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi (RSDM) Surakarta, dari 107
pasien efusi pleura ditemukan laki-laki sebanyak 51 orang (47,66%) dan
perempuan 56 orang (52,34%). Tingginya angka kejadian efusi pleura ini
disebabkan keterlambatan pasien untuk memeriksakan kesehatan dan
kurang pengetahuan tentang kesehatan. Faktor resiko terjadinya efusi
pleura diakibatkan karena kebiasaan merokok, tidak meminum OAT
selama 6 bulan serta berhenti dalam meminum obat (drop out) (Puspita,
dkk 2015).
Menurut data rekam medik RSUP Dr. M.Djamil Padang pasien dengan
kasus TB Paru pada tahun 2015 sebanyak 120 kasus, tahun 2016 sebanyak
1027 kasus dan tahun 2017 sebanyak 481 kasus. Sedangkan pasien dengan
kasus Efusi Pleura pada tahun 2015 sebanyak 46 kasus, tahun 2016
sebanyak 190 kasus, dan tahun 2017 sebanyak 417 kasus. Di ruang Paru
dari tanggal 1 Januari sampai 31 Desember tahun 2018 terdapat 180 kasus,
dan dari bulan November 2019 sampai Januari 2020 terdapat 37 kasus
dengan kasus Efusi Pleura Ec. TB Paru. Hasil perhitungan secara manual
di ruangan paru, kasus efusi pleura merupakan kasus terbanyak ketiga
setelah TB paru dan Ca brongkogenik.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas, maka rumusan
masalah pada penelitian ini adalah bagaimana asuhan keperawatan pada
pasien dengan kasus Efusi Pleura Ec. TB Paru di Ruang Paru RSUP Dr.
M.Djamil Padang Tahun 2020 ?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mendeskripsikan asuhan keperawatan pada pasien dengan Efusi Pleura
Ec. TB Paru di Ruang Paru RSUP Dr. M.Djamil Padang Tahun 2020
2. Tujuan Khusus
a. Mampu mendeskripsikan pengkajian pada pasien dengan Efusi
Pleura Ec. TB Paru di Ruang Paru RSUP Dr. M.Djamil Padang
Tahun 2020
b. Mampu mendeskripsikan rumusan diagnosa keperawatan pada
pasien Efusi Pleura Ec. TB Paru di Ruang Paru RSUP Dr.
M.Djamil Padang Tahun 2020
c. Mampu mendeskripsikan rencana asuhan keperawatan yang
akan diberikan pada pasien dengan Efusi Pleura Ec. TB Paru di
Ruang Paru RSUP Dr. M.Djamil Padang Tahun 2020
d. Mampu mendeskripsikan tindakan yang telah diberikan pada
pasien dengan Efusi Pleura Ec. TB Paru di Ruang Paru RSUP
Dr. M. Djamil Padang Tahun 2020
e. Mampu mendeskripsikan evaluasi dari tindakan yang telah
diberikan pada pasien dengan Efusi Pleura Ec. TB Paru di
Ruang Paru RSUP Dr. M.Djamil Padang Tahun 2020.
D. Manfaat
1. Bagi peneliti
Penelitian ini dapat mengaplikasikan dan menambah wawasan ilmu
pengetahuan serta dapat menambah kemampuan peneliti dalam
menerapkan asuhan keperawatan pada pasien dengan Efusi Pleura
yang telah dipelajari.
6
Poltekkes Kemenkes Padang
7
2. Klasifikasi
British Thoracic Society (BTS) mengklasifikasikan efusi pleura
kedalam kategori berdasarkan jenis cairan yang terdapat di pleura :
a. Transudat
Transudat terjadi akibat kebocoran cairan dari kapiler paru ke
rongga pleura yang diakibatkan oleh peningkatan tekanan
hidrostatik atau penurunan tekanan onkotik. Kasus- kasus yang
biasanya ditemui misalnya pada efusi pleura akibat
peningkatan tekanan pulmonalis pada gagal jantung kongestif,
dan pada efusi pleura akibat kasus hipoalbuminiemia seperti
pada penyakit hati dan ginjal (Rubins, 2013). Menurut Black
dan Jacob (1993) dalam Irman Somantri (2012). Ciri-ciri dari
cairan transudat adalah warna kuning pucat, bekuan tidak ada,
berat jenis < 1018, leukosit < 1000/uL, eritrosit sedikit, protein
total < 50% serum, LDH < 60% serum.
b. Eksudat
Eksudat terjadi akibat peradangan atau keganasaan pleura, dan
akibat peningkatan permiabilitas kapiler atau gangguan
absorbsi getah bening. Cairan keluar langsung dari kapiler
sehingga kaya akan protein dan berat jenisnya tinggi dan juga
banyak mengandung sel darah putih. Menurut Black dan Jacob
(1993) dalam Irman Somantri (2012). Ciri-ciri dari cairan
eksudat adalah warna jernih, keruh, purulen, hemoragik,
bekuan ada atau tidak ada, berat jenis > 1018, leukosit
bervariasi, > 1.000 /uL, eritrosit biasanya banyak, protein total
> 50% serum, LDH > 60% serum.
3. Etiologi
Menurut Berta & Puspita (2015), etiologi terjadinya efusi pleura
adalah :
a. Efusi Tuberkulosis
Efusi pleura didiagnosis sebagai tuberkulosis apabila terdapat 1
dari kriteria sebagai berikut :
1) Terdapat nekrosis perkijuan pada biopsi pleura
2) Pewarnaan Ziehl – Neelsen atau kultur Lowenstein
(untuk kultur spesies Mycobacterium, terutama
Mycobacterium tuberculosis) dari cairan pleura positif.
3) Pada pemeriksaan histolog ditemukan granuloma tanpa
nekrosis perkijuan dengan pemeriksaan sputum BTA
positif.
b. Efusi Parapneumoni
Didefinisikan sebagai efusi pleura disertai demam dan batuk
dan terdapat efusi pleura bersifat eksudatif.
c. Efusi Maligna
Didiagnosis dengan analisis sitologi atau histologi terdapat sel
adenocarcinoma atau sel mesentelial.
d. Efusi Cardiac
Terdiagnosis apabila cairan bersifat transudat serta terdapat
tanda klinis gagal jantung pada pasien.
f. Efusi Uremik
Terdiagnosis pada penderita dengan gagal ginjal dan ureum
tinggi, atau pada pasien dengan ureum tinggi tanpa penyebab
yang jelas.
4. Manifestasi Klinis
Menurut Padila (2012), manifestasi klinis pada pasien dengan efusi
pleura adalah :
a. Efusi luas : sesak nafas, bunyi pekak atau datar pada saat
perkusi diatas area yang terisi cairan, bunyi nafas minimal atau
tak terdengar, dan pergeseran trakea menjauhi tempat yang
sakit.
b. Efusi ringan sampai sedang : dispneu bisa tidak terjadi.
5. Patofisiologi
Efusi pleura bukan penyakit utama, melainkan komplikasi dari
beberapa penyakit, salah satunya TB Paru (Brunner and Suddarth,
2016). Didalam rongga pleura terdapat ± 5ml cairan yang cukup untuk
membasahi seluruh permukaan pleura parietalis dan pleura viseralis.
Cairan ini dihasilkan oleh kapiler pleura perietalis karena adanya
tekanan hidrostatik, tekanan koloid dan daya tarik elastis. Sebagian
cairan ini diserap kembali oleh kapiler paru dan pleura viseralis,
sebagian kecil lainnya (10%-20%) mengalir ke pembuluh limfe
sehingga cairan mencapai 1 liter seharinya.
antara lain oleh keganasan dan infeksi. Cairan keluar langsung dari
kapiler sehingga kaya akan protein dan berat jenisnya tinggi, dan juga
banyak mengandung sel darah putih, sebaliknya transudat kadar
proteinnya rendah sekali atau nihil sehingga berat jenisnya rendah
(Padila, 2012).
Infeksi primer
EFUSI PLEURA
MK : Hipertermi
Obstruksi jalan nafas
PO2 menurun PCO2 meningkat Efek hiperventilasi Inspirasi dan ekspirasi terganggu
Penurunan kemampuan batuk efektif
PH darah menurun
Peristaltik menurun
Udara sulit terdorong keluar
MK : Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif
Asidosis Respiratorik
MK : Pola Nafas Tidak Efektif Pernafasan cepat dan dalam Mual, nyeri lambung, anoreksia
MK : Gangguan PertukaranGas
MK : Intoleransi Aktifitas
6. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut Wuryanto (2016) pemeriksaan diagnostik untuk efusi pleura
sebagai berikut :
b. Ultrasonografi Dada
USG thoraks dapat mengintifikasi efusi yang terlokalisir,
membedakan cairan dari pelebaran pleura dan dapat
membedakan lesi paru antara yang padat dan yang cair (Robert
Jr et all, 2014).
d. Biopsi pleura
Boipsi jarum abram hanya bermakna jika dilakukan didaerah
dengan tingkat kejadian tuberkolosis yang tinggi. Walaupun
torakoskopi dan biopsi jarum dengan tuntunan CT scan dapat
di lakukan untuk hasil diagnostik yang lebih akurat (Havelock
T et all, 2010).
7. Komplikasi
a. Atelectasis
Atelectasis adalah pengembangan paru yang tidak sempurna
yang disebabkan pleh penekanan akibat efusi pleura.
b. Fibrotoraks
Fibrotoraks adalah keadaan dimana efusi pleura yng berupa
eksudat yang tidak ditangani dengan drainase yang baik akan
terjadi perlekatan fibrosa antara pleura parietalis dan pleura
viseralis. Jika fibrotoraks meluas dapat menimbulkan
hambatan mekanis yang berat pada jaringan- jaringan yang
berada dibawahnya. Pembedahan pengupasan (dekortikasi)
c. Kolaps paru
Pada kasus efusi pleura, atelectasis tekanan yang diakibatkan
oleh tekanan ekstrinsik pada sebagian atau semua bagian paru
akan mendorong udara keluar dan mengakibatkan kolaps paru.
d. Fibrosis paru
Fibrosis paru adalah keadaan patologis dimana terdapat
jaringan ikat paru dalam jumlah yang berlebihan. Fibrosis paru
timbul akibat cara perbaikan jaringan sebagai kelanjutan suatu
proses penyakit paru yang menimbulkan peradangan. Pada
efusi pleura. Atelectasis yang berkepanjangan dapat
menyebabkan penggantian jaringan paru yang terserang
dengan jaringan fibrosis.
8. Penatalaksanaan
Menurut Padila (2012) penatalaksanaan efusi pleura :
1. Farmakologis
a. Tujuan pengobatan adalah untuk menemukan penyebab dasar,
untuk mencegah penumpukan kembali cairan. Pada pasien
dengan TB Paru dilakukan pemberian OAT selam 6 bulan dan
tidak boleh drop out.
b. Torasentesis dilakukan untuk membuang cairan, untuk
mendapatkan specimen guna keperluan analisis dan untuk
menghilangkan sesak nafas.
c. Bila penyebab dasar malignasi, efusi dapat terjadi kembali
dalam beberapa hari atau minggu, torasentesis berulang
mengakibatkan nyeri, penipisan protein dan elektrolit, dan
kadang pneumothoraks. Dalam keadaan ini kadang diatasi
dengan pemasangan selang dada dengan drainase yang
1. Pengkajian
Pada tahap pengkajian ini dilakukan pengumpulan data meliputi
biodata/ anamnesa, riwayat kesehatan, aktifitas sehari-hari,
pemeriksaan fisik, pemeriksaan diagnostik, dan penatalaksanaan
medis.
a. Anamnesis
Identitas klien yang harus diketahui meliputi, nama, nomor MR,
jenis kelamin, alamat rumah, nomor yang bisa dihubungi, status,
agama, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, dan jaminan kesehatan
yang digunakan.
b. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat Kesehatan Sekarang
a) Keluhan Utama/ Alasan Masuk
Biasanya pasien masuk dengan keluhan sesak nafas,
demam mengigil, rasa terhimpit benda berat pada dada,
nyeri pleuritik (nyeri seperti menusuk) akibat iritasi pleura
yang bersifat tajam dan terlokalisir terutama pada saat
batuk dan bernafas serta batuk non produktif.
4) Pengkajian Psikososial
Pengkajian psikososial meliputi apa yang dirasakan pasien
terhadap penyakitnya, berbagai cara untuk mengatasinya, serta
bagaimana prilaku pasien terhadap tindakan yang telah
dilakukan.
c. Aktifitas Sehari-hari
1) Pola Nutrisi
Dalam pengkajian pola nutrisi hal yang perlu dilakukan seperti
penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan untuk
mengetahui status nutrisi pasien. Hal yang perlu juga diketahu
seperti kebiasaan makan dan minum sebelum dam selama
dirawat di rumah sakit. Biasanya pasien dengan efusi pleura
akan mengalami penurunan nafsu makan akibat dari sesak
nafas dan tekanan pada struktur abdomen.
2) Pola Eliminasi
Perlu ditanyakan mengenai kebiasaan BAB dan BAK sebelum
dan sesudah masuk kerumah sakit. Pasien dengan TB Paru
biasanya jarang mengalami perubahan BAB dan BAK.
d. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum
Biasanya kondisi pasien dalam keadaan sadar, tampak sesak,
tampak meringis dan lemah
2) Pemeriksaan tanda-tanda vital
Pernafasan : tachipnea (nafas cepat dan dangkal)
Nadi : tachikardi
Suhu : pasien jika ada infeksi akan mengalami hipertermi
Tekanan darah : biasanya hipotensi
3) Kepala : mesochepal
4) Mata : biasanya konjungtiva anemis, refleks pupil positif
5) Telinga : biasanya tidak terdapat gangguan pendengaran
6) Hidung : biasanya pasien cendrung sesak nafas, apakah ada
terpasang O2
7) Mulut : lihat mukosa bibir, perhatikan kebersihan mulut
8) Thoraks/ dada
a) Paru-paru
Inspeksi : pada pasien efusi pleura bentuk hemitorax yang
sakit mencembung, pergerakan pernafasan menurun.
Pernafasan cendrung meningkat dan pasien biasanya
dyspnea, terlihat ekspansi dada simetris, sasak nafas, dan
penggunaan otot bantu nafas.
Palpasi : vocal premitus menurun terutama untuk efusi
pleura yang jumlah cairannya > 250 cc. Disamping itu, juga
b) Jantung
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak, normal berada pada
RIC 5 pada linea clavicula kiri selebar 1 cm
Palpasi : tidak teraba pembesaran pada ictus cordis
Perkusi : untuk menentukan batas-batas jantung, dimana
daerah jantung yang terdengar pekak
Auskultasi : tidak ada bunyi murmur
9) Abdomen
Inspeksi : tidak ada asites pada abdomen, umbilicus tidak
menonjol, tidak terlihat ada benjolan atau massa.
Auskutasi : suara peristaltik hiperaktif
Palpasi : tidak ada nyeri tekan pada abdomen, tidak teraba
benjolan atau massa, hepar tidak teraba
Perkusi : tympani, tidak adanya massa padat atau cairan
yang akan menimbulkan suara pekak (hepar, asites, vesika
urinaria, tumor).
10) Ekstremitas : tidak ada edema, capillary refilltime (CRT) <2
detik
11) Integumen : tidak ada lesi pada kulit , pada pasien efusi pleura
biasanya tampak sianosis karena adanya kegagalan sistem
transport O2.
e. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut Smeltzer and Bare (2014), pemeriksaan diagnostik efusi
pleura yaitu :
1) Kultur sputum, dapat ditemukan positif mycobacterium
tuberculosis
2) Apusan darah asam Zehl-Neelsen positif basil tahan asam
3) Skin test, positif bereaksi (area indurasi 10 mm, lebih besar,
terjadi selama 48-72 jam setelah injeksi.
4) Foto thoraks, pada tuberculosis ditemukan infiltrasi lesi pada
lapang atas paru, deposi kalsium pada lesi primer, dan adanya
batas sinus frenikus kostalis yang menghilang, serta gambaran
batas cairan yang melengkung.
5) Biopsy paru, adanya gian cells berindikasi nekrosis
(tuberculosis)
6) ABGs, abnormal tergantung lokasi dan kerusakan residu paru-
paru.
7) Fungsi paru, terjadi penurunan vital capacity, peningkatan
dead space, peningkatan rasio residual udara ke total lung
capacity, dan penyakit pleural tuberculosis kronik tahap lanjut.
3. Intervensi Keperawatan
NO SDKI Tujuan (SLKI) Intervensi (SIKI)
1. Pola nafas tidak efektif Setelah dikakukan Terapi oksigen :
berhubungan dengan asuhan keperawatan observasi
hanbatan upaya nafas diharapkan pola nafas 1. monitor
kembali efektif kecepatan
Defenisi : inspirasi dan dengan kriteria hasil : aliran oksigen
atau ekspirasi yang 1. Tekanan 2. monitor posisi
tidak memberikan ekspirasi alat terapi
ventilasi adekuat menurun oksigen
2. Tekanan 3. monitor aliran
ispirasi oksigen secara
menurun periodik dan
3. Dispnea pastikan fraksi
menurun yang diberikan
4. Penggunaan cukup
otot bantu 4. monitor
nafas menurun efektifitas
5. Pemanjangan terapi oksigen
fase ekspirasi 5. monitor tanda
menurun tanda
6. Pernafsan hipoventilasi
cuping hidung 6. monitor
tidak ada tingkat
7. Frekuensi kecemasan
nafas membaik akibat terapi
8. Kedalaman oksigenasi
nafas membaik Terapeutik
1. bersihkan
sekret pada
mulut, hidung
dan trakea, jika
perlu
2. pertahanan
kepatenan
jalan nafas
3. siapkan dan
atur peralatan
pemberian
oksigen
4. gunakan
perangkat
oksigen yang
sesuai dengan
tingkat
mobilitas
pasien
Kolaborasi
1. kolaborasi
penentuan
dosis oksigen
2. kolaborasi
penggunaan
oksigen saat
aktivitas atau
tidur
Manajemen Jalan
Nafas :
Observasi
1. monitor pola
nafas
(frekuensi,
kedalaman,
usaha napas)
2. monitor bunyi
nafas
tambahan
3. monitor
sputum
Terapeutik
1. posisikan
semi- fowler
atau fowler
2. berikan
minuman
hangat
3. lakukan
fisioterapi
dada, jika
perlu
4. berikan
oksigen, jika
perlu
Edukasi
1. anjurkan
asupan cairan
2000 ml/hari,
jika tidak
kontraindikasi
Kolaborasi
1. kolaborasi
pemberian
bronkodilator,
ekspektoran,
mukolitik, jika
perlu
2. Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan Manajemen Nyeri :
dengan agen pencedera asuhan keperawatan Observasi
fisiologis diharapkan nyeri tidak 1. Identifikasi
ada dengan kriteria lokasi,
Definisi : pengalaman hasil : karakteristik,
sensori atau emosional Tingkat Nyeri durasi,
yang berkaitan dengan 1. Keluhan nyeri frekuensi,
kerusakan jaringan menurun kualitas,
aktual atau fungsional, 2. Meringis intensitas
dengan onset mendadak menurun ntyeri
atau lambat dan 3. Gelisah 2. Identifikasi
berintensitas ringan menurun skala nyeri
hingga berat yang 4. Kesulitan tidur 3. Identifikasi
berlangsung kurang dari menurun respon nyeri
3 bulan 5. Berfokus pada non verbal
diri sendiri 4. Identifikasi
menurun faktor yang
6. Anoreksia memperberat
menurun dan
7. Frekuensi nadi memperingan
membaik nyeri
8. Pola nafas 5. Identifikasi
membaik pengetahuan
9. Tekanan darah terhadap nyeri
membaik 6. Monitor efek
10. Nafsu kamakn samping
membaik penggunaan
11. Pola tidur analgesik
memabaik 7. Monitor terapi
Kontrol Nyeri komplementer,
1. Melaporkan teknik
nyeri tekontrol relaksasi : :
2. Kemampuan guided
mengenali imagery
onset nyeri Terapeutik
3. Kemampuan 1. Berikan teknik
menggunakan non
teknik non- farmakologis,
farmakologis teknik
4. Keluhan nyeri relaksasi :
menurun guided
5. Penggunaan imagery
analgesik 2. Fasilitasi
menurun istirrahat dan
tidur
Edukasi
1. Jelaskan
penyebab,
periode, dan
pemicu nyeri
2. Jelaskan
strategi
meredakan
nyeri
3. Anjurkan
monitor nyeri
secara mandiri
4. Anjurkan
menggunakan
analgesik
secara tepat
5. Ajarkan teknik
nonfarmakolog
is untuk
mengurangi
nyeri
Kolaborasi
1. Kolaborasi
pemberian
analgetik, jika
perlu
Pemberian Analgesik
:
Observasi
1. Identifikasi
karakteristik
nyeri
2. Identifikasi
riwayat alergi
obat
3. Monitor tanda-
tanda vital
sebelum dan
sesudah
pemberian
analgesik
4. Monitor
efektifitas
analgesik
Terapeutik
1. Tetapkan
target
efektifitas
analgesik
untuk
mengoptimalk
an respons
pasien
2. Dokumentasik
an respons
terhadap efek
analgesik dan
efek yang
tidak
diinginkan
Edukasi
1. Jelaskan efek
terapi dan efek
samping obat
Kolaborasi
1. Kolaborasi
pemberian
dosis dan jenis
analgesik, jika
perlu
3. Defisit nutrisi Setelah dilakukan Manajemen Nutrisi
berhubungan dengan asuhan keperawatan observasi
ketidakmampuan diharapkan defisit 1. Identifikasi status
mengabsorbsi nutrien nutrisi tidak ada nutrisi
dengan Kriteria hasil : 2. identifikasi alergi
Status Nutrisi : dan intolerensi
1. porsi makanan yang aktifitas
dihabiskan meningkat 3. identifikasi
1 . kekuatan otot kebutuhan kalori dan
mengunyah jenis nutrien
meningkat 4. monitor asupan
2 . kekuatan otot makanan
menelan meningkat 5. Monitor berat
3 . verbalisasi badan
keinginan untuk 6. monitor hasil
meningkatkan pemeriksaan
nutrisi meningkat laboratorium
4 . perasaan cepat Edukasi
kenyang menurun 1. anjurkan posisi
5 . nyeri abdomen duduk
tidak ada 2. ajarkan diet yang
6 . berat badan diprogramkan
membaik Kolaborasi
7 IMT membaik 1. kolaborasi dengan
8 Frekuensi makan ahli gizi unuk
Manajemen jalan
nafas :
Observasi
1. Monitor jalan
nafas
2. Monitor bnyi
nafas
tambahan
3. Monitor
sputum
(jumlah,
warna, aroma)
Terapeutik
1. Pertahankan
kepatenan
jalan nafas
2. Posisikan
semi-fowler
atau fowler
3. Berikan
minuman
hangat
4. Lakukan
fisoterapi
dada, jika
5. Berikan
oksigen jika
perlu
Edukasi
1. Anjurkan
asupan cairan
2000 ml/hari,
jika tidak ada
kontraindikasi
Kolaborasi
1. Kolaborasi
pemberian
bronkodilator,
ekspektoran,
mukolitik, jika
perlu
Pemantauan
Respirasi :
observasi
1. Monitor
frekuensi,
kedalaman dan
upaya nafas
2. Monitor pola
nafas
3. Monitor
kemampuan
batuk efektif
4. Monitor
adanya
produksi
sputum
5. Monitor
adanya
sumbatan jalan
nafas
6. Palpasi
kesimetrisan
ekspansi paru
7. Auskultasi
bunyi nafas
8. Monitor
saturasi
oksigen
9. Monitor x-ray
toraks
Terapeutik
1. Dokumentasik
an hasil
pemantauan
2. Atur interval
pemantauan
respirasi sesuai
kondisi pasien
Edukasi
1. Jelaskan tujuan
dan prosedur
pemantauan,
jika perlu
2. Informasikan
hasil
pemantauan
jika perlu
5. Gangguan pertukaran Setalah dilakukan Manajemen asam
gas berhubungan asuhan keperawatan basa :
dengan diharapkan tidak ada Observasi
ketidakseimbangan gangguan pertukaran 1. Identifikasi
ventilasi-perfusi gas dengan kriteria penyebab
hasil : ketidakseimba
Definisi : kelebihan 1. Tingkat ngan asam-
atau kekurangan kesadaran basa
oksigenasi dan atau meningkat 2. Monitor
eleminasi 2. Dispnea frekuensi dan
karbondioksida pada menurun kedalaman
membran alveolus- 3. Bunyi nafas napas
Pemantauan
Respirasi :
Observasi
1. Monitor
frekuensi,
irama,
kedalaman dan
upaya nafas
2. Monitor
kemampuan
batuk efektif
3. Monitor pola
nafas
4. Monitor
adanya
produksi
sputum
5. Monitor
adanya
sumbatan jalan
nafas
6. Palpasi
kesimetrisan
ekspansi paru
7. Auskultasi
bunyi nafas
8. Monitor
saturasi
oksigen
9. Monitor nilai
AGD
10. Monitor x-ray
toraks
Terapeutik
1. Atur interval
pemantauan
respirasi sesuai
kondisi pasien
2. Dokumentasik
an hasil
pemantauan
Edukasi
1. Jelaskan tujuan
dan prosedur
pemantauan
2. Informasikan
hasil
pemantauan,
jika perlu
6. Hipertermia Setelah dilakukan Manajemen
berhubungan dengan asuhan keperawatan hipertemia :
peningkatan laju diharapkan Obervasi
metabolisme hipertermia tidak ada 1. Identifikasi
dengan kriteria hasil ; penyebab
Definisi : suhu tubuh Termoregulasi hipertermia
meningkat di atas 1. Menggigil 2. Monitor suhu
rentang normal tubuh menurun tubuh
2. Konsumsi 3. Monitor
oksigen komplikasi
membaik akibat
3. Pucat menurun hipertermia
4. Takikardi, Terapeutik
takipnea, 1. Sediakan
bradikardi lingkungan
dalam batas yang dingin
normal 2. Longgarkan
5. Hipoksia atau lepaskan
menurun pakaian
kesehatan
Edukasi
1. Jelaskan cara
membuat
lingkungan
rumah yang
aman
2. Ajarkan pasien
dan keluarga/
pengunjung
tentang upaya
pencegahan
infeksi
9. Defisit pengetahuan Setelah dilakukan Edukasi kesehatan :
berhubungan dengan asuhan keperawatan Observasi
kurang terpapar diharapkan defisit 1. Identifikasi
informasi pengetahuan tidak ada kesiapan dan
dengan kriteria hasil : kemampuan
Definisi : ketiadaan 1. Prilaku sesuai menerima
atau kurangnya anjuran informasi
informasi kognitif yang meningkat 2. Identifikasi
berkaitan dengan topik 2. Kemampuan faktor-faktor
tertentu menjelaskan yang dapat
tentang suatu meningkatkan
topik dan
meningkat menurunkan
3. Prilaku sesuai motivasi
pengetahuan Terapeutik
meningkat 1. Sediakan
4. Pertanyaan materi dan
tentang media
masalah yang pendidikan
dihadapi kesehatan
menurun 2. Jadwalkan
5. Persepsi yang pendidikan
keliru terhadap kesehatan
masalah sesuai
menurun kesepakatan
6. Menjalani 3. Berikan
pemeriksaan kesempatan
yang tidak untuk bertanya
tepat menurun Edukasi
1. Jelaskan faktor
resiko yang
dapat
mempengaruhi
kesehatan
2. Ajarkan
strategi yang
dapat
diguanakan
A. Desain Penelitian
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karekteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan metode
purposive sampling. Purposive sampling adalah teknik yang
dilakukan berdasarkan penilaian peneliti akan pengetahuan calon
informan atau responden untuk menjawab pertanyaan peneliti.
2. Pengukuran
Pengukuran yaitu pemantauan kondisi partisipan dengan metode
mengukur menggunakan alat ukur pemeriksaan, adalah pengukuran
tekanan darah dengan tensi meter,pengukuran suhu dengan
thermometer, pengukuran nadi menggunakan arloji dengan detik ,
tinggi badan dengan stature meter, dan berat badan dengan
timbangan dan juga pemeriksaan fisik.
3. Wawancara
Wawancara adalah pertemuan dua orang untuk bertukar informasi
dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan
makna dalam suatu topik tertentu. Wawancara dilakukan kepada
pasien dan keluarga secara jelas untuk mendapatkan informasi
sekunder dengan tepat. Dalam penelitian ini wawancara dilakukan
dengan menggunakan pedoman wawancara bebas terpimpin
(Sugiyono,. 2016). Dari hasil wawancara, peneliti mendapatkan
data tentang identitas pasien dan penanggung jawab, keluhan saat
4. Dokumentasi
Studi dokumentasi merupakan metode pengumpulan data dengan
cara mengambil data yang berasal dari dukumen asli. Dokumen asli
tersebut dapat berupa gambar, tabel atau daftar periksa. Dokumen
merupakan catatan perjalan penyakit pasien yang sudah berlalu
yang disusun berdasarkan perkembangan kondisi pasien.
Dokumentasi dapat berupa barang-barang tertulis seperti hasil
intervensi dari tim kesehatan lainnya.
G. Jenis-jenis Data
1. Data Primer
Data primer diperoleh langung dari subjek penelitian dengan
menggunakan alat pengukuran atau alat pengambilan data, langsung
pada subjek sebagai sumber informasi yang dicari, data tersebut
adalah identitas pasien, riwayat kesehatan pasien , pola aktivitas
segari-hari dirumah, dan pemeriksaan fisik terhadap pasien
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data penelitian yang diperoleh langsung dari
keluarga, rekam medis dan Ruangan Paru RSUP Dr. M.Djamil
Padang. data sekunder umumnya berupa bukti data penunjang, catatan
atau laporan histori yang telah tersusun dalam arsip yang tidak
dipublikasikan.
H. Analisis
Data yang ditemukan saat pengkajian dikelompokkan dan dianalisis
berdasarkan data subjektif dan objektif, sehingga dapat dirumuskan
diagnosa keperawatan, kemudian menyusun rencana keperawatan serta
melakukan implementasi dan evaluasi. Analisis selanjutnya dilakukan
dengan membandingkan asuhan keperawatan yang telah dilakukan pada
pasien dengan teori dan penelitian terdahulu.
B. Deskripsi kasus
Penelitian yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 11 Februari sampai
15 februari 2020 yang bertempat di Ruang Paru IRNA Non Bedah RSUP
Dr. M.Djamil Padang. Peneliti telah melakukan pengkajian pada Ny.E,
dengan diagnosa Efusi pleura Ec. TB paru.
C. Asuhan keperawatan
1. Keluhan utama masuk
Seorang pasien perempuan Ny. E (48th) masuk ke RSUP Dr.
M.Djamil Padang pada tanggal 7 Februari 2020 pada pukul 16.21
WIB, datang sendiri ke poli paru dengan keluhan sesak nafas sejak ± 2
bulan yang lalu, sesak dirasakan saat beraktifitas dan disertai batuk
berdahak, keringat pada malam hari dan penurunan nafsu makan serta
penurunan berat badan ± 8 kg sejak 3 minggu yang lalu.
5. Kebutuhan dasar
a. Makan dan Minum
Saat sakit pasien mengatakan nafsu makannya menurun karena
makanan dirumah sakit terasa hambar, mendapatkan diet MB
TKTP dan hanya menghabiskan ½ porsi, mendapatkan minyak
ikan gabus karena pasien mengalami hipoalbumin. Minum air
putih ±600 cc/hari.
c. Pola aktivitas
Saat sakit pasien dibantu oleh keluarga untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari.
6. Pemeriksaan fisik
7. Data penunjang
Hasil pemeriksaan laboratorium pada tanggal 10 sampai 12 Februari
2020 di dapatkan Hb : 9.2 g/dl, Leukosit : 3.89 10`3/mm`3, Trombosit
: 283 10`3/mm`3, Hematokrit : 27%, Eritrosit : 3.17 10`6/µ L, Total
protein : 5.7 g/dl, Albumin : 3.1 g/dl, Globulin : 2.6 g/dl, Bilirubin
total : 1.20 mg/dl, Bilirubin direk : 0.50 mg/dl, Bilirubin indirek : 0.70
U/L, SGOT : 26 mmol/L, SGPT : 16 mmol/L, Natrium : 136 mmol/L,
Kalium : 2.5 mmol/L, Klorida : 89 mmol/L, Kreatinin 1,3 mg/dl. Hasil
9. Analisa data
2. DS :
- Pasien mengatakan pada saat
batuk nyeri pada dada
- Pasien mengatakan sakit pada
daerah sekitar pemasangan Agen Pencedera Nyeri Akut
WSD Fisiologis
- Skala nyeri : 5
DO :
- Pasien tampak meringis saat
batuk
- Pasien terlihat sesekali
memegang dadanya saat batuk
3. DS :
- Pasien mengatakan
nafsu makannya
menurun hanya habis
½ posrsi yang
diberikan rumah
sakit
- Pasien mengatakan
berat badannya turun
8 kg Peningkatan Defisit Nutrisi
Kebutuhan
DO : Metabolisme
- Pasien tampak lemah
dan pucat
- Pasien hanya
menghabiskan ½
porsi yang diberikan
rumah sakit
- Pasien tampak kurus
- Pasien tampak
mendapatkan minyak
ikan gabus
- Hb : 9.2 g/dl
- Albumin : 3.1g/dl
- IMT : BB (kg)/ TB²
(m) = 40/ 2.40 =
16.7
Perencanaan
No Diagnosa Keperawatan
Tujuan Intervensi
( SLKI ) ( SIKI )
1 Pola Nafas Tidak Efektif Setelah dikakukan Terapi oksigen :
berhubungan dengan Hambatan asuhan keperawatan observasi
Upaya Nafas diharapkan pola nafas 1. monitor
kembali efektif kecepatan aliran
dengan kriteria hasil : oksigen
1. Tekanan 2. monitor posisi
ekspirasi alat terapi
menurun oksigen
2. Tekanan 3. monitor aliran
ispirasi oksigen secara
menurun periodik dan
3. Dispnea pastikan fraksi
menurun yang diberikan
4. Penggunaan cukup
otot bantu 4. monitor
nafas menurun efektifitas terapi
5. Pemanjangan oksigen
fase ekspirasi 5. monitor tanda
menurun tanda
6. Pernafsan hipoventilasi
cuping hidung 6. monitor tingkat
tidak ada kecemasan
7. Frekuensi akibat terapi
nafas membaik oksigenasi
8. Kedalaman Terapeutik
nafas membaik 1. bersihkan sekret
pada mulut,
hidung dan
trakea, jika
perlu
2. pertahanan
kepatenan jalan
nafas
3. siapkan dan atur
peralatan
pemberian
oksigen
4. gunakan
perangkat
oksigen yang
sesuai dengan
tingkat
mobilitas pasien
Kolaborasi
1. kolaborasi
penentuan dosis
oksigen
2. kolaborasi
penggunaan
oksigen saat
aktivitas atau
tidur
Manajemen Jalan
Nafas :
Observasi
1. monitor pola
nafas (frekuensi,
kedalaman,
usaha napas)
2. monitor bunyi
nafas tambahan
3. monitor sputum
Terapeutik
1. posisikan semi-
fowler atau
fowler
2. berikan
minuman hangat
3. lakukan
fisioterapi dada,
jika perlu
4. berikan oksigen,
jika perlu
Edukasi
1. anjurkan asupan
cairan 2000
ml/hari, jika
tidak
kontraindikasi
Kolaborasi
1. kolaborasi
pemberian
bronkodilator,
ekspektoran,
mukolitik, jika
perlu
meredakan nyeri
3. Anjurkan
monitor nyeri
secara mandiri
4. Anjurkan
menggunakan
analgesik secara
tepat
5. Ajarkan teknik
nonfarmakologi
s untuk
mengurangi
nyeri
Kolaborasi
1. Kolaborasi
pemberian
analgetik, jika
perlu
Pemberian Analgesik :
Observasi
1. Identifikasi
karakteristik
nyeri
2. Identifikasi
riwayat alergi
obat
3. Monitor tanda-
tanda vital
sebelum dan
sesudah
pemberian
analgesik
4. Monitor
efektifitas
analgesik
Terapeutik
1. Tetapkan target
efektifitas
analgesik untuk
mengoptimalkan
respons pasien
2. Dokumentasika
n respons
terhadap efek
analgesik dan
efek yang tidak
diinginkan
Edukasi
1. Jelaskan efek
terapi dan efek
samping obat
Kolaborasi
1. Kolaborasi
pemberian dosis
dan jenis
analgesik, jika
perlu
3 Defisit Nutrisi berhubungan Setelah dilakukan Manajemen Nutrisi
dengan Peningkatan Kebutuhan asuhan keperawatan Observasi
Metabolisme diharapkan defisit 1. Identifikasi status
nutrisi tidak ada nutrisi
dengan Kriteria hasil : 2. identifikasi alergi
Status Nutrisi : dan intolerensi aktifitas
1. porsi makanan 3. identifikasi
yang kebutuhan kalori dan
dihabiskan jenis nutrien
meningkat 4. monitor asupan
2. kekuatan otot makanan
mengunyah 5. Monitor berat badan
meningkat 6. monitor hasil
3. kekuatan otot pemeriksaan
menelan laboratorium
meningkat Edukasi
4. verbalisasi 1. anjurkan posisi
keinginan duduk
untuk 2. ajarkan diet yang
meningkatkan diprogramkan
nutrisi Kolaborasi
meningkat 1. kolaborasi dengan
5. perasaan cepat ahli gizi unuk
kenyang menentukan jumlah
menurun kalori dan jenis nutrien
6. nyeri abdomen yang dibutuhkan
tidak ada
7. berat badan
membaik
8. IMT membaik
9. Frekuensi
makan
membaik
10. Nafsu makan
membaik
11. Bising usus
membaik
mendapatkan
minyak ikan
gabus dari rumah
sakit untuk
meningkatkan
albumin
- Terlihat
mendapatkan
obat curcuma
FCT 10 Tablet
1x sehari
A : masalah belum
teratasi
P : intervensi
dilanjutkan
Rabu/ 12 1. Pola nafas 1. memonitor pola S : pasien
Februari tidak efektif nafas mengatakan nafas
2020 berhubungan 2. mengevaluasi masih sesak, tetapi
dengan hambatan kembali teknik nafas sudah berkurang dari
upaya nafas dalam yang telah sebelumnya,
diajarkan mengeluh sulit tidur
3. mengatur posisi O:
pasien semi fowler - pasien tampak
untuk mengurangi masih sesak,
sesak seskali terlihat
4. Memonitor gelisah karena
frekuensi nafas sesak
5. memberikan terapi - pernafasan 23x/
O2 sebanyak 4 liter/ menit,
menit - Pasien terlihat
6. Memonitor aliran terpasang nasail
oksigen kanul sebanyak 4
L/menit
- Posisi pasien semi
fowler
- pasien masih
tampak pucat
A : masalah teratasi
sebagian
P : intervensi
dilanjutkan
- terlihat pasien
masih tampak
pucat, pasien
mendapatkan
minyak ikan gabus
- Terlihat pasien
sudah
A : masalah teratasi
sebagian
P : intervensi
dilanjutkan
Kamis/ 13 1. Pola nafas 1. memonitor S : pasien
Februari tidak efektif peranafasan mengatakan sesak
2020 berhubungan 2. mengatur posisi nafas sudah
dengan hambatan pasien semi fowler berkurang dari
upaya nafas untuk mengurangi sebelumnya, tidur
sesak sudah adekuat dari
3. Memonitor sebelumnya
frekuensi nafas O:
4. memberikan terapi - terlihat sesak
O2 sebanyak 3 liter/ sudah berkurang
menit - mukosa bibir
5. Memonitor aliran masih kering
oksigen - pernafasan 23
x/menit
- terpasang
oksigen binasal
kanul sebanyak 3
liter/ menit,
- posisi semi
fowler
A : masalah teratasi
sebagian
P : intervensi
dilanjutkan
3. Memonitor berkurang,
frekuensi nafas - pernapasan 22
4. memberikan terapi x/menit
O2 sebanyak 3 liter/ - terlihat
menit mendapatkan
5. Memonitor aliran terapi oksigen 3
oksigen liter/menit
- posisi pasien semi
fowler
A : masalah teratasi
sebagian
P : intervensi
dilanjutkan
5. mengidentifikasi bertambah
adanya perubahan - terlihat sisa
nafsu makan makanan yang
diberikan rumah
sakit hanya sedikit
- terlihat
mendapatkan
minyak ikan gabus
A : masalah teratasi
sebagian
P : intervensi
dihentikan
Sabtu/ 15 1. pola nafas 1. memonitor pola S : pasien
Februari tidak efektif nafas mengatakan sesak
2020 berhubungan 2. mengatur posisi sudah tidak ada
dengan hambatan pasien semi fowler O:
upaya napas untuk mengurangi - sesak sudah tidak
sesak ada
3. Memonitor - pernapasan : 19
frekuensi nafas x/menit, posisi
- -pasien semi
fowler
A : masalah teratasi
sebagian
P : intervensi
dihentikan
D. Pembahasan kasus
Pada pembahasan kasus ini peneliti akan membahas koherasi antara
laporan kasus dengan teori asuhan keperawatan pada Ny. E dengan efusi
pleura ec. tuberculosis paru yang telah dilakukan sejak tanggal 11 Februari
sampai dengan tanggal 15 Februari 2020 di ruang paru RSUP Dr.
M.Djamil Padang. Kegiatan ini meliputi pengkajian, menegakkan
diagnosa, menyusun rencana intervensi, melakukan implementasi dan
evaluasi keperawatan.
1. Pengkajian Keperawatan
a. Keluhan utama
Setelah dilakukan pengkajian pada Ny. E didapatkan keluhan
utama seperti sesak nafas disertai batuk berdahak, sering
berkeringat pada malam hari, penurunan nafsu makan hingga
penurunan berat badan.
Hal ini sesuai dengan teori dimana tanda dan gejala efusi
pleura seperti sesak nafas, bunyi pekak atau datar pada saat
perkusi diatas area yang terisi cairan, bunyi nafas minimal atau
tak terdengar, peningkatan suhu tubuh jika ada infeksi,
keletihan dan batuk. Kesulitan bernafas disebabkan karena
peningkatan laju respirasi, keletihan yang disebabkan karena
adanya penumpukan cairan di dalam rongga pleura sehingga
menekan bronkus yang mengakibatkan seseorang yang
bernafas terlalu cepat akan menimbulkan kelelahan, batuk
disebabkan karena adanya benda asing dalam tubuh sehingga
tubuh mengkompensasinya dengan batuk (Puspasari, 2019).
e. Pemeriksaan fisik
f. Pemeriksaan Laboratorium
Hasil pemeriksaan laboratorium di dapatkan Hb : 9.2 g/dl,
Leukosit : 3.89 10`3/mm`3, Trombosit : 283 10`3/mm`3,
Hematokrit : 27%, Eritrosit : 3.17 10`6/µL, Total protein : 5.7
g/dl, Albumin : 3.1 g/dl, Globulin : 2.6 g/dl, Bilirubin total :
g. Terapi pengobatan
Pada Ny.E mendapatkan terapi pengobatan yaitu, Nacl 0.9%
12 jam/kolf, Hepagard 3x sehari 2 kapsul, Curcuma FCT 10
tablet 1x sehari, Vit B6 1x 10mg, N. Asetil sistein 2x1 amp,
Rifampicin 1x 450mg, Pirazinamid 500 g/tab, OAT kat 1 fase
intensif
2. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan data hasil pengakjian didapatkan diagnosa yaitu, pola
nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya nafas,
3. INTERVENSI KEPERAWATAN
Perencanaan tindakan keperawatan pada kasus diatas didasarkan
pada tujuan intervensi masalah keperawatan yang muncul, yaitu
pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya
nafas, nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis,
defisit nutrisi berhubungan dengan peningkatan kebutuhan
metabolisme.
4. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Dalam pelaksanaan tindakan keperawatan, peneliti tidak dapat
melaksanakan semua tindakan karena peneliti tidak merawat
pasien selama 24 jam. Oleh karena itu, peneliti mendelegasikan
tindakan keperawatan kepada perawat ruangan yang bertugas dan
mahasiswa praktek yang sedang melaksanakan dinas diruangan .
5. EVALUASI KEPERAWATAN
Evaluasi yang dilakukan dari tanggal 11 Februari sampai 15
Februari 2020 dengan metode penilaian Subjektive, Objektive,
Assesment, Planning (SOAP) untuk mengetahui keefektifan dan
tindakan yang telah dilakukan.
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian penerapan asuhan keperawatan pada Ny.E
dengan penyakit efusi pleura ec. TB paru di ruang Paru RSUP Dr. M.
Djamil Padang, peneliti dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Hasil pengkajian didapatkan data bahwa pasien mengeluh sesak
nafas disertai batuk berdahak, penurunan nafsu makan dan berat
badan, keringat pada malam hari. Hasil pemeriksaan fisik
didaptkan konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik,, mukosa bibir
kering, pada inspeksi dada asimetris, dada sebelah kanan lebih
cembung dari pada yang kiri, pada palpasi fremitus kiri dan kanan
tidak sama, pada perkusi dada sebelah kanan cendrung redup,
kedua ekstrimitas atas dan bawah edema.
B. Saran
1. Bagi Direktur RSUP Dr. M. Djamil Padang
Melalui pimpinan rumah sakit diharapkan dapat memberikan motivasi
kepada semua staf agar memberikan pelayanan kepada pasien secara
optimal dan meningkatkan mutu pelayanan, dan fasilitas di rumah
sakit.
Anggarsari. (2018). Gangguan Pola Nafas Tidak Efektif Pada Pasien Efusi
Pleura. Jurnal Terpadu Ilmu Kesehatan, Volume 7, No 2, November 2018, hlm
101-221
Berta and Puspita. 2016. Sistem Respiratory. Pustaka Baru Press : Yogyakarta
Dewi, Sari Andam. (2019). Penatalaksanaan Nebulizer, latihan batuk efektif pada
kasus Efusi Pleura di rumah sakit Dungus Madiun, pp 1-10.
Jeffrey M.C. 2012. Kedaruratan Medik. Binarupa Aksara. Gedung Karisma, jl.
Moh. Toha No. 2 pondok cabe : Tanggerang
Scholatica, Fina Aryu Puspasri. 2019. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan
Gangguan Sistem Pernafasan. Pustaka Baru Press : Yogyakarta
Smeltzer, S. C., & Bare, B. G. (2014). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.
Jakarta : EGC
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonsia
Defenisi dan Tindakan Keperawatan. Jakarta : Dewan Pengurus PPNI
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia
Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan. Jakarta : Dewan Pengurus PPNI
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN PADANG
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PADANG
JLN. SIMP. PONDOK KOPI SITEBA NANGGALO PADANG TELP. (0751) 7051300
PADANG 25146
Sakit : saat sakit pasien tertidur pada siang hari tidak menentu
sekitaran 1-2 jam dan pada malam hari 1-2 jam/hari
karena sesak dan sering keringat pada malam hari.
c. Eliminasi
Sehat : Pada saat sehat BAB 1x/hari tidak ada keluhan, BAK 5-6
x/hari warna kuning,tidak ada keluhan.
Sakit : Saat sakit BAB 1x/hari tidak ada keluhan, BAK 6-7x/hari
warna kuning.
d. Aktifitas pasien
Sehat : pasien melakukan aktifitas secara mandiri.
7. Pemeriksaan Fisik
- Suhu : 36,5ºC
- Nadi : 87 x/menit
- Pernafasan : 25 x/menit
- TB : 155 cm
- Ekstremitas
Atas : kiri dan kanan edema
Bawah : kiri dan kanan edema
8. Data Psikologis
Status emosional : pasien tampak tabah dalam menghadapi
penyakitnya, namum pasien menyesal karena
tidak patuh dalam minum obat, pola hidup
yang kurang baik sebelumnya seperti memakan
jeroan, makan yang banyak santan dan
berminyak
b. Pemeriksaan sputum
BTA (+)
c. Pemeriksaan rontgen
terlihat pada hasil rontgen terdapat cairan yang berlebih pada paru sebelah
kanan
2. DS :
- Pasien mengatakan pada saat
batuk nyeri pada dada
- Pasien mengatakan sakit pada
daerah sekitar pemasangan Agen Pencedera Nyeri Akut
WSD Fisiologis
- Skala nyeri : 5
DO :
- Pasien tampak meringis saat
batuk
- Pasien terlihat sesekali
memegang dadanya saat batuk
3. DS :
- Pasien mengatakan
nafsu makannya
menurun hanya habis
½ posrsi yang
diberikan rumah
sakit
- Pasien mengatakan
berat badannya turun
Perencanaan
No Diagnosa Keperawatan
Tujuan Intervensi
( SLKI ) ( SIKI )
1 Pola Nafas Tidak Efektif Setelah dikakukan Terapi oksigen :
berhubungan dengan Hambatan asuhan keperawatan Observasi
Upaya Nafas diharapkan pola nafas 1 monitor
kembali efektif dengan kecepatan aliran
kriteria hasil : oksigen
1 Tekanan 2. monitor posisi
ekspirasi alat terapi
menurun oksigen
2. Tekanan ispirasi 3. monitor aliran
menurun oksigen secara
3. Dispnea periodik dan
menurun pastikan fraksi
4. Penggunaan yang diberikan
otot bantu cukup
nafas menurun 4. monitor
5. Pemanjangan efektifitas terapi
fase ekspirasi oksigen
menurun 5. monitor tanda
6. Pernafsan tanda
cuping hidung hipoventilasi
tidak ada 6. monitor tingkat
7. Frekuensi nafas kecemasan akibat
membaik terapi oksigenasi
8. Kedalaman Terapeutik
nafas membaik 1 bersihkan sekret
pada mulut,
hidung dan
trakea, jika perlu
2. pertahanan
kepatenan jalan
nafas
3. siapkan dan atur
peralatan
pemberian
oksigen
4. gunakan
perangkat
oksigen yang
sesuai dengan
tingkat mobilitas
pasien
5.
Kolaborasi
1 kolaborasi
pemberian
bronkodilator,
ekspektoran,
mukolitik, jika
perlu
2 Nyeri Akut berhubungan dengan Setelah dilakukan Manajemen Nyeri :
Agen Pencedera Fisiologis asuhan keperawatan Observasi
diharapkan nyeri tidak 1 Identifikasi lokasi,
ada dengan kriteria hasil karakteristik,
: durasi, frekuensi,
Tingkat Nyeri kualitas,
Pemberian Analgesik :
Observasi
1 Identifikasi
karakteristik nyeri
2 Identifikasi
riwayat alergi
obat
3 Monitor tanda-
tanda vital
sebelum dan
sesudah
pemberian
analgesik
4 Monitor
efektifitas
analgesik
Terapeutik
1 Tetapkan target
efektifitas
analgesik untuk
mengoptimalkan
respons pasien
2 Dokumentasikan
respons terhadap
efek analgesik
dan efek yang
tidak diinginkan
Edukasi
1 Jelaskan efek
terapi dan efek
samping obat
Kolaborasi
1 Kolaborasi
pemberian dosis
dan jenis
analgesik, jika
perlu
3 Defisit Nutrisi berhubungan Setelah dilakukan Manajemen Nutrisi
dengan Peningkatan Kebutuhan asuhan keperawatan observasi
Metabolisme diharapkan defisit 1. Identifikasi status
nutrisi tidak ada nutrisi
dengan Kriteria hasil : 2. identifikasi alergi dan
Status Nutrisi : intolerensi aktifitas