DISUSUN OLEH :
Karya Tulis Ilmiah ini telah diperiksa dan disetujui untuk diuji oleh tim penguji
NIM : PO0220215007
Poso, 01Agustus2018
Pembimbing I
Menyetujui
Ketua Program Studi Keperawatan Poso
Kemenkes Palu Jurusan Keperawatan Prodi DIII Keperawatan Poso pada tanggal 6
Agustus 2018
Penguji 3
Abdul Malik Lawira, S.Kep.Ns.,M.
NIP. 19711102199603100
Mengetahui, Menyetujui,
Direktur Poltekkes Kemenkes Palu Ketua Program Studi Keperawatan Poso
ABSTRAK
Pemberian teknik relaksasi napas dalam pada pasien yang menderita Rheumatoid
artritis adalah salah satu tindakan terapi nonfarmakologi yang digunakan hanya
dengan berkonsentrasi dan mengolah napas dengan teratur. Yang dilakukan selama
15- 20 menit. Teknik relaksasi napas dalam juga akan membantu klien untuk
menghilangkan ketergantungan terhadap obat dan juga alkohol. Tujuan penelitian ini
untuk mengetahui Penerapan Efektivitas Pemberian Terhadap kontrol nyeriPada
Asuhan Keperawatan Pada Ny. Y Dengan Kasusu Rheumatoid Artritis Di Kelurahan
Kasiguncu Kecamatan Poso Pesisir Kabupaten Poso.
Jenis penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif dan pendekatan studi
kasus. Dalam menentukan sample menggunakan teknik simple random sampling
untuk mendapatkan satu responden yang memenuhi syarat penelitian.
Hasil penelitian didapatkan responden mengatakan bahwa nyeri yang dirasakan
berkurang setelah dilakukan penerapan teknik relaksasi napas dalam selama kurang
lebih satu minggu. Kesimpulan dalam penelitian ini adalah ada pengaruh teknik
relaksasi napas dalam terhadap penurunan tingkat nyeri pada wanita lanjut usia
sebelum dan sesudah diberikan teknik relaksasi napas dalam. Berdasarkan hasil
penelitian ini, klien dapat menjadikan terapi nonfarmakologi ini sebagai sebagai salah
satu teknik atau cara yang mudah dilakukan dirumah untuk mengatasi nyeri.
Saran untuk klien penulis mengharapkan setelah mendapatkan penanganan nyeri
yang dirasakan melalui penerapan teknik relaksasi napas dalam klien dapat
memonitoring dan melakukan tindakan secara mandiri dirumah apabila mengalami
nyeri.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis sampaikan kehadirat Tuhan yang Maha Kuasa karena atas
berkat dan perkenan-Nyalah penulis dapat menyelesaikan Proposal Penelitian ini ini
dengan judul, “Penerapan tehnik Relaksasi Napas Dalam Terhadap Kontrol Nyeri
sebagai salah satu persyaratan dalam menempuh ujian akhir pendidikan program
sebesar-besarnya kepada Kepada kedua Orang Tua yang selalu medoakan dan
memberikan bantuan dan dorongan baik secara moril dan material sehingga penulis
terselesaikan.
5. Dafrosia Darmi Manggasa. S.Kep, M,Biomed Penguji 1 yang telah banyak
memberikan masukan, kritik, dan saran sehingga penulis bisa lebih baik lagi
kritik, dan saran sehingga penulis bisa lebih baik lagi dalam penulisan Karya
Tulis Ilmiah
masukan, kritik, dan saran sehingga penulis bisa lebih baik lagi dalam penulisan
pendidikan.
9. Staf Dosen dan Staf Tata Usaha Program Studi Keperawatan Poso yang selama
10. Kepala puskesmas beserta petugas perawat di Mapane yang telah banyak
11. Kakak dan Adik yang sudah memberikan semangat dan dorongan kepada peneliti
12. Teman-teman sesama mahasiswa yang selalu ada membantu peneliti sehingga
kemampuan yang dimiliki penulis maka Proposal ini masih jauh dari
kesempurnaan, maka dari itu, saran dan kritik yang bersifat membangun sangat
penelitian.
Poso, 6 Agustus2018
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL………………………………………………………………………..i
Tabel: Halaman
Lampiran 2 :Surat-Surat
Lampiran 9 : Dokumentasi
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
dunia yang telah terserang Rheumatoid Arthritis , dimana 5-10% adalah mereka
yang berusia 5-20 tahun dan 20% adalah mereka yang berusia 55 tahun (Wiyono,
stres, merokok, faktor lingkungan dan dapat pula terjadi karena faktor keturunan
(Brooke, 2014). Dengan bertambahnya umur, penyakit ini meningkat baik wanita
maupun laki laki. Puncak kejadianya pada umur 20-45 tahun dan penyakit
Rheumatoid Arhtritis ini sering dijumpai pada usia di atas 60 tahun dan jarang
(IRA), 2013). Prevalensi lebih tinggi wanita dibandingkan dengan laki- laki lebih
1
2
sendipada usia 55-64 tahun adalah 45,0%, usia 65-74 tahun adalah 51,9%, usia
Data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten Poso pada Tahun
Mapane Kecamatan Poso pesisir dengan jumlah sebanyak 422 penderita (Dinas
kerja Puskesmas Mapane, jumlah penderita terbanyak pada 3 bulan terakhir dari
artritis antara lain adanya peradangan, kemerahan dan rasa sakit di daerah sendi.
menghilangkan rasa sakit dan tidak nyaman. Secara umum manajemen nyeri
rheumatoid artritis ada dua yaitu manajemen non farmakologi (obat- obatan) dan
3
penedekatan ini merupakan cara paling efektif untuk mengurangi nyeri. Salah
satu intervensi non farmakologi yang dapat dilakukan perawat secara mandiri
teknik relaksasi napas dalam untuk menurunkan skala nyeri rheumatoid artritis.
(Susanti 2014)
penurunan persepsi nyeri pada rheumatoid atritis terutama pada klien yang
mengalami nyeri yang sifatnya kronis. Degan cara mengistrahatkan atau rileksasi
otot – otot tubuh maka kebutuhan oksigen kejarigan lebih baik dan metabolisme
sel berubah dari anaerob menjadi aerob sehingga penimbunan asam laktat tidak
terjadi. Degan relaksasi napas dalam diharapkan ventilasi paru bertambah baik,
tubuh kaya akan oksigen, maka diharapkan metabolisme dapat berjalan baik dan
otak akan relaksasi, sehingga implus nyeri yang diterima akan diolah degan baik
Hasil ini di perkuat dalam penelitian dan uji statistik dekriptif dan
inferensial menurut jurnal soediman tahun 2015 tentang pengaruh relaksasi nafas
dalam terhadap penurunan skala nyeri pasien rheumatoid arthritis, dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut hasil pengukuran rata – rata tingkat nyeri sebelum
4
diberikan teknik relaksasi nafas dalam setelah diklasifiksikan dari sepuluh orang
responden, empat orang (40%) mengalami nyeri ringan, dan enam orang (60%)
nyeri sedang. Hasil pengukuran tingkat nyeri rata – rata setelah pemberian teknik
relaksasi nfas dalam dari sepuluh responden, lima orang (50%) mengalami nyeri
ringan, lima orang lagi nyeri sedang. Namun bila dilihat dari skala nyeri masing
nyeri. Ada perbedaan hasil pengukuran skala nyeri sebelum dan sesudah
pemberian teknik relaksasi napas dalam pada lansia dengan rheumatoid artritis.
Ada pengaruh signifikan antara pemberian teknik relaksasi napas dalam dengan
tentang judul “Penerapan Teknik Relaksasi Napas dalam Terhadap Kontrol Nyeri
B. Rumusan Masalah
Poso”
1. Tujuan Umum
dasar pada klien degan kasus Dapat melakukan: Penerapan teknik Relaksasi
Napas dalam terhadap kontrol Nyeri pada Asuhan keperawatan dengan kasus
2. Tujuan Khusus
6
Rheumatoid Artritis.
Rheumatoid Artritis.
Artritis.
1. Institusi Pendidikan
Rheumatoid Arthritis.
3. Bagi Peneliti
7
E. Keaslian peneliti
1. Menurut (Dewi, setyoadi & Widastra 2015). Hasil ini di perkuat dalam
penelitian dan uji statistik dekriptif dan inferensial menurut jurnal soediman
tahun 2015 tentang pengaruh relaksasi nafas dalam terhadap kontrol nyeri
pengukuran rata – rata tingkat nyeri sebelum diberikan teknik relaksasi nafas
(40%) mengalami nyeri ringan, dan enam orang (60%) nyeri sedang. Hasil
pengukuran tingkat nyeri rata – rata setelah pemberian teknik relaksasi nfas
dalam dari sepuluh responden, lima orang (50%) mengalami nyeri ringan,
lima orang lagi nyeri sedang. Namun bila dilihat dari skala nyeri masing –
8
nyeri. Ada perbedaan hasil pengukuran skala nyeri sebelum dan sesudah
artritis. Ada pengaruh antara pemberian teknik relaksasi napas dalam dengan
napas dalam dapat menghambat rasa nyeri dengan cara mengistrahatkan atau
rileksasi otot – otot tubuh maka kebutuhan oksigen ke jaringan lebih baik dan
asam laktat tidak terjadi dengan relaksasi napas dalam diharapkan ventilasi
paru bertambah baik, tubuh kaya akan oksigen, maka metabolisme dapat
berjalan dengan baik dan otak akan relaksasi, sehingga implus nyeri yang
TINJAUAN KASUS
1. Definisi
progresifnya.
nyeri, dan kerap kali menyebabkan kerusakan pada bagian dalam sendi.
2. Etiologi
pergelangan kaki dan lutut. Nyeri dan bengkak pada sendi dapat
9
10
a. Genetik
b. Infeksi
bawaan.
d. Obesitas
e. Lingkungan
jalan nafas.
12
3. Manifestasi Klinis
Tanda gejalanya yaitu terjadi kekakuan sendi jari tangan pada pagi
hari (morning stiffness) dan nyeri pada pergerakan sendi atau nyeri tekan.
ketergantungan.
Rheumatoid arthritis.:
setelah aktivitas dan hilang setelah istirahat serta tidak timbul pada pagi
13
bertambah berat pada pagi hari saat bangun tidur dan disertai kaku sendi
atau nyeri yang hebat pada awal gerak dan kekurangan setelah
melakukan aktivitas.
e. Artritis erosive merupakan cirri khas dari penyakit ini pada gambaran
tulang.
sering dari deformitas ini adalah bursa elekranon (sendi siku) atau di
14
nodula ini biasanya merupakan petunjuk suatu penyakit yang aktif dan
lebih berat.
4. Patofisiologi
sendi, Dan otot akan ikut terkena karena serabut otot akan mengalami
SantiVol.01.2013).
15
16
5. Komplikasi
a. Sistem Respiratori
b. System Kardiovaskuler
yang dijumpai gejala perikarditis berupa nyeri dada atau gangguan faal
jantung. Akan tetapi pada beberapa pasien dapat pula di dapat gejala
c. Sistem Gastrointestinal
Artritis.
d. Sistem Persyarafan
f. Sistem hematologis
dengan kadar lesi serum yang rendah serta kapasitas pengikat besi yang
gejala jari menjadi bengkak, nyeri dan kaku. Radang pada selubung
b. Bahu
pada lengan atas dimalam hari. Sebagian sendi menjadi rusak, kaku
menyeluruh. Hal ini bisa mengganggu pada saat berpakaian, makan dan
di toilet.
c. Siku
cacat.
d. Kaki
e. Lutut
f. Pinggul
kekauan yang disertai dengan hilangnya radiologi dari ruang sendi dan
juxta-artikular osteoporosis.
otot leher.
a. Pemeriksaan Laboratorium
sarkoidosis.
3) LED meningkat
6) Trombosit meningkat
8. Terapi Farmakologi
b. Agen Biologik
bakterial yang serius aktif seperti aktivasi hepatitis B dan aktivasi TB.
c. Kortikosteroid
SantiVol.01.2013).
a. Olahraga
Olahraga yang di anjurkan adalah olahraga yang tidak terlalu berat dan
mengurangi rasa sakit dan kaku juga bermanfaat untuk mengontrol berat
badan.
Dalam hal ini sendi dijaga dari berbagai aktivitas sehari-hari dan
tongkat, Beban pada lutut yang berlenbihan karena kaki yang tertekuk
(pronatio).
d. Diet
e. Hubungan Psikososial
B. TinjauanManajemen Nyeri
1. Definisi Nyeri
dan diikuti oleh reaksi fisik, fisiologis, dan emosional (Hidayat, 2009 dalam
2. Fisiologi Nyeri
rangsang nyeri. Organ tubuh yang berperan sebagai reseptor nyeri adalah
ujung syaraf bebas dalam kulit yang berespon hanya terhadap stimulus kuat
(nosireceptor) ada yang bermielien dan ada juga yang tidak bermielien dari
syaraf perifer.
beberapa bagian tubuh yaitu pada kulit (kutaneus), somatik dalam (deep
somatic), dan pada daerah viseral, karena letaknya yang berbeda-beda inilah,
nyeri yang berasal dari daerah ini biasanya mudah untuk dialokasi dan
komponen yaitu :
dihilangkan.
0,5 m/det) yang terdapat pada daerah yang lebih dalam, nyeri
nyeri yang terdapat pada tulang, pembuluh darah, syaraf, otot, dan
ginjal dan sebagainya. Nyeri yang timbul pada reseptor ini biasanya
3. Manajemen Nyeri
Dalam manajemen nyeri, terdapat empat teknik yang bisa digunakan,
1) Kompres dingin
2) Kompres hangat
3) Analgetic ointments
4) Active listening
1) Penyebab nyeri
4) Berat-ringannya nyeri
5) Lokasi nyeri
nyeri.
atau stres.
2) Menurunkan nyeri.
28
nyeri.
adalah teknik relaksasi nafas dalam. Konsep nilai yang berkaitan dengan
Nyeri hanya dapat dirasakan dan dapat digambarkan secara akurat oleh
maupun spiritual.
sangat berbeda oleh dua orang yang berbeda. Pengukuran nyeri dengan
teknik ini juga tidak dapat memberikan gambaran pasti tentang nyeri itu
berikut:
a. Skala Deskritif
Scale, VDS) merupakan sebuah garis yang terdiri dari tiga sampai lima
garis. Pendeskripsi ini diranking dari “tidak terasa nyeri” sampai “nyeri
dan seberapa jauh nyeri terasa paling menyakitkan dan seberapa jauh
0 1 2 3 45 6 7 8 9 10
Tidak nyeriri nyeri ringan nyeri sedang nyeri berat terkontrol nyeri berat
tidak terkontrol
2) 1 Nyeri hamper tak terasa (sangat ringan) = sangat ringan, seperti gigitan
nyamuk. Sebagian besar waktu anda tidak perna berpikir tentang rasa sakit.
5) 4(menyedihkan) = kuat, nyeri yang dalam, seperti sakit gigi atau rasa sakit dari
sengatan lebah.
7) 6 (intens) = kuat, dalam, nyeri yang menusuk begitu kuat sehingga tampaknya
komunikasi terganggu.
8) 7 ( sangat intens) = sama seperti 6 kecuali bahwa rasa sakit benar- benar
9) 8 (benar- benar mengerikan) = nyeri begitu kuat sehingga anda tidak lagi dapat
berpikir jernih, dan sering mengalami perubahan kepribadian yang parah jika
10) 9 (menyiksa tak tertahankan) = nyeri begitu kuat sehingga anda tidak bisa
sakit apapun caranya, tidak peduli apa efek samping atau resikonya.
11) 10 ( sakit tak terbayangkan tak dapat diungkapkan) = Nyeri begitu kuat tak
sadarkan diri. Kebanyakan orang tidak perna mengalami skala rasa sakit ini.
hancur, dan kesadaran akan hilang sebagai akibat dari rasa sakit yang luar biasa
parah.
32
keperawatan yang dalam hal ini perawat mengajarkan kepada klien bagaimana
dapat menurunkan intensitas nyeri, teknik relaksasi nafas dalam juga dapat
dalam saat ini masih menjadi metode ralaksasi yang termudah. Metode ini
dapat dilakukan secara normal tanpa perlu berfikir atau merasa ragu.
yang dapat dirasakan oleh klien setelah melakukan teknik relaksasi nafas
rasa cemas.
Tabel 2.3
SOP Teknik Relaksasi Nafas Dalam
Prosedur Bentuk pernafasan yang digunakan pada prosedur
ini adalah pernafasan diafragma yang mengacu
pada pendataran kubah diafragma selama inspirasi
yang mengakibatkan pembesaran abdomen bagian
atas sejalan dengan desakan udara masuk selama
inspirasi (Priharjo, 2003). untuk keefektifan
latihan teknik relaksasi nafas dalam sebaiknya
dilakukan sedikitnya memakan waktu 15-20 menit
guna mendapatkan hasil yang maksimal sehingga
dapat meminimalkan nyeri yang dirasakan.
1. Usahakan rileks dan tenang
2. Menarik nafas yang dalam melalui hidung
dengan hitungan 1,2,3 kemudian tahan sekitar
5-10 detik.
34
1. Pengkajian
sehingga dapat diketahui kebutuhan klien sesuai dengan masalah yang ada.
klien yang biasa di kaji pada penyakit sistem kardiovaskuler adalah usia,
35
b) Riwayat Kesehatan :
mengenai penyakit yang diderita oleh klien dari mulai timbulnya keluhan
yang dirasakan sampai klien dibawa ke rumah sakit, dan apakah pernah
d) Riwayat Penyakit yang Lalu :Riwayat kesehatan yang lalu seperti riwayat
f) Pengkajian Fisik :
36
somnolen.
3) Tanda-Tanda Vital :
b. sistem pernafasan
c. sistem sirkulasi
jugularis.
d. sistem persarafan
nyeri/ansietas).
e. sistem perkemihan
f. sistem pencernaan
g. sistem muskuloskeletal
kesehatan.
b. Pola nutrisi
c. Pola eliminasi
38
kateter.
jumlah tidur pada siang dan malam, masalah tidur, dan insomnia.
Quesionare (SPMSQ).
2. Diagnosa Keperawatan
a. Pengertian.
spiritual.
12. kelelahan
13. peningkatan tekanan darah
14. klien sulit untuk berkonsentrasi
3. Perencanaan/intervensi
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalahjenis studi kasus
Lama atau waktu penelitian akan dilaksanakan pada bulan juli berlokasi di
dalam penerapan asuhan keperawatan ini yaitu pasien atau lansia yang
mengontrol nyeri.
D. Fokus Studi
E. Definisi Oprasional
47
48
merupakan suatu informasi ilmiah yang akan membantu peneliti yang lain yang
1. Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian
data objektif . Data– data yang akan dikaji yaitu berupa identitas pasien,
b. Diagnosa keperawatan
c. Intervensi
49
d. Implementasi
e. Evaluasi
teknik kepada klien bagaimana cara melakukan nafas dalam dimana nafas
akan menjadi lambat dan menahan inspirasi secara maksimal serta bagaimana
teknik relaksasi nafas dalam secara baik dan benar dapat menurunkan
intensitas nyeri yang dirasakan, dan juga dapat meningkatkan ventilasi paru
3. Pengertian nyeri
Nyeri merupakan gejala atau respon dari berbagai kelainan tubuh organik
F. Pengumpulan Data
wawancara tersebut dapat dilakukan dan di peroleh dari pasien dan keluarga.
tajam, untuk menetukan posisi, ukuran dan densitas struktur atau cairan
G. Analisa Data
teori. Teknik yang digunakan adalah dengan menarasikan jawaban dari hasil
1. Pengumpulan data
2. Penyajian data
3. Kesimpulan
tindakan, evaluasi.
52
H. Etika Penelitian
informasi yang telah diberikan, tidak dipergunakan untuk hal-hal yang tidak
merugikan.
menjadi responden. Tidak ada unsur paksaan bagi responden yang menolak
data klien dengan cara memberikan nomor sebagai pengganti nama klien yang
kelurahan kasiguncu kurang lebih satu minggu dengan tindakan keperawatan yang
1.Biodata Klien
Pengkajian dimulai pada hari Rabu tanggal 18 Juli 2018 Pukul 15:00
Dengan metode wawancara kepada klien dan juga kepada keluarga klien,
observasi langsung pada klien, pemeriksaan fisik dan juga permeriksaan Lab.
Sehingga penulis mendapatkan data sebagai berikut: Klien bernama Ny.Y. usia
dengan hasil pemeriksaan darah untuk asam urat (AU. Acid) 7,8 mg/dl.
54
55
dengan klien anak kandung. Alamat, kelurahan Kasiguncu dan pekerjaan ibu
rumah tangga.
2.Pengkajian
Saat dilakukan pengkajian, Ny. Y mengeluh merasa nyeri pada lutut. Rasa
sakit yang dirasakan oleh klien hanya terasa pada daerah lutut saja. Skala nyeri
yang dirasakan pada saat dilakukan pengkajian yaitu dengan skala 6( nyeri
sedang) Ny.Y juga mengatakanrasa nyeri dirasakan saatdingin pada pagi hari,
saat merasakan nyeri pada lutut yaitu: Alupurinol 2x1, Piroxicam 2x1, Calac
Difteri, Influenza. Klien juga mengatakan tidak memiliki riwayat alergi pada
yang diderita bukan hanya menderita penyakit Rheumatoid Artritis saja tetapi
juga klien menderita penyakit Mag dan juga Hipertensi. Namun penyakit yang
sering di derita atau penyakit yang sering menimbulkan rasa nyeri yaitu rasa
nyeri pada daerah lutut. Ny. Y saat ini bekerja sebagai ibu rumah tangga yang
3.Sistem Pendukung
Apabilah penyakit yang di derita oleh Ny. Y kambuh lagi maka Ny. Y
pergi ke pelayanan kesehatan untuk berobat dan di tangani oleh Bidan dan juga
jarak pelayanan kesehatan dengan tempat tinggal klien sekitar ± 1 kilo meter.
Klien mengatakan tidak ada perawatan sehari-hari yang dilakukan oleh keluarga
mengingatkan untuk minum obat apabilah penyakita atau rasa sakit pada
yang wajar dan pasti akan dialami oleh semua orang klien juga mengatakan
mencari jalan keluar tentang bagaimana cara untuk dapat menangani nyeri
yang dirasakan terutama pada daerah lutut. Saat ini klien hanya mampu
wawancara kepada klien dan juga kelurga didapatkan hasil klien makan 3 kali
57
sehari dengan porsi, 1 porsi di habiskan, nafsu makan baik, jenis makanan yang
biasanya dikonsumsi oleh klien yaitu nasi, sayur, ikan. Begitu juga dengan
kebutuhan minum. Saat dilakukan wawancara dan juga observasi kepada klien
dan juga keluarga, klien mengatakan bahwa minum 8 kali dalam sehari, jenis
minuman yang biasa di minum air putih, dan juga susu 2 kali dalam sehari
konsistensi BAB tidak menentu dan bau khas feses. BAK 10 dalam sehari,
Pola istirahat dan tidur, Ny. Y mengatakan tidur tidak teratur terkadang
tidur pada siang hari hanya sekitar 1,5 jam pada siang hari dan pada malam hari
sekitar 9 jam
wawancara dan juga observasi di dapatkan hasil data klien mengatakan mandi
menggunakan sabu dan juga sampo, klien juga tidak lupa untuk mengosok gigi.
5.Pemeriksaan Fisik
didapatkan data keadaan umum baik, tekanan darah 150/90 mmHg, nadi
80x/mnt, pernafasan 20x/mnt, suhu tubuh 37,00 C, berat badan 68 kg dan tinggi
58
badan 150 cm. Pemeriksaan dilakukan pada Ny. Y dengan melakukan metode
a. Kepala
berombak, rambut beruban, dan tidak terdapat nyeri tekan pada kepala.
b. Fungsi sensoris
1). Penglihatan
Saat dilakukan pengkajian. Bentuk mata simetris kiri dan kanan, mata
sipit bola mata berbentuk bulat, konjungtiva anemis, pupil mata isokor
merasa sulit untuk melihat dan membaca objek atau tulisan dari dekat dan
(rabun dekat).
2). Pendengaran
Saat dilakukan pengkajian, Bentuk telinga simetris antara kiri dan kanan,
3). Penciuman
59
sebelah kiri dan kanan. Masih dapat membedakan bau, dan tidak
4). Pengecapan
membedakan rasa.
Bentuk dada barell chest, tidak terdapat benjolan pada daerah dada,
terdapat suara napas tambahan dan tidak terdapat nyeri tekana pada
daerah dada.
c. Sistem kardiovaskuler
d. Sistem gastrointestinal
Bentuk perut bulat, tidak terdapat lesi atau luka bekas oprasi, tidak terdapat
e. Sistem genitourinarius
f. Sistem integumen
60
turgor kulit tidak elastis, warna kulit sawo matang, kulit mulai keriput dan
g. Sistem muskuloskeletal
tangan kiri dan kanan, kaki kiri dan kanan, jumlah jari tangan dan kaki
khususnya pada lutut, nyeri saat dingin dan pada saat berdiri setelah duduk
lama, nyeri skala 6 (nyeri sedang) dan nyeri dirasakan hanya di sekitar lutut.
Kekuatan otot tangan kiri dan kanan 5/5 atau mampu menggerakan
untuk ekstremitas bawah sebelah kanan, klien hanya mampu untuk tegakdan
h. Psikologis
rajin mengikuti ibadah lansia dan juga tidak lupa untuk berdo’a sebelum
usianya yang sudah semakin tua dan dalam keadaanya yang sekarang sedang
bahwa klien selalu merasa puas terhadap pernyataan yang terdapat pada
7.Data Penunjang
19 Juli 2018 didapatkan hasil nilai untuk pemeriksaan asam urat (AU. Acid) 7,8
8.Perumusan Masalah
Dari hasil pengkajian dan observasi yang telah dilakukan pada klien dan
juga keluarga pada tanggal 18 Juli 2018 penulis melakukan analisa data dan
subjektif, Ny. Y mengatakan merasakan nyeri pada daerah lutut sebelah kanan,
Ny. Y juga mengatakan merasa nyeri apabilah dingin, dan juga ketika berdiri
Data objektif, keadaan umum baik, ekspresi waja Ny. Y tampak meringis
kesakitan saat dilakukan pengkajian dengan cara palpasi pada daerah lutut
sebelah kanan, Nyeri yang dirasakan dengan skala 6 (nyeri sedang ) dari 1-10,
Kekuatan otot ekstremitas atas 5/5 dan kekuatan otot ekstremitas 5/5.
data objektif yang diperoleh dari pengkajian dan juga observasi. Maka penulis
62
9. Intervensi Keperawatan
a. Pelaksanaan
Tanggal/waktu Implementasi
Pukul 07.30 WITA yaitu tehnik relaksasi napas dalam selama 15-20
Jumat 20 juli 2018 1. Melakukan pengkajian nyeri pada daerah lutut Ny.
duduk lama.
Pukul 07.30 WITA 2. melakukan penaganan nyeri pada lutut klien dengan
20 menit
Pukul 17:15 WITA 4. melakukan penaganan nyeri pada lutut klien dengan
20 menit
Sabtu 21 juli 2018 1. Melakukan pengkajian nyeri pada daerah lutut klien
menit.
beristirahat.
11. Evaluasi
terkontrol
P: Lanjutkan intervensi
dalam.
menit. terkontrol
Pukul 17:00
WITA
3.Menganjurkan klien untuk P: Lanjutkan intervensi
sebelah kanan.
Pukul 18:00
WITA 4.Melakukan penanganan nyeri
sebelumnya.
22 – 07 2018
Pukul 07:30 1.Peneliti kembali melakukan S: Klien mengatakan bila
WITA
penanganan nyeri pada lutut nyeri timbul klien dapat
mengontol dengan
dengan teknik relaksasi napas
menggunakan teknik
72
menit.
P: Pertahankan intervensi
74
B. Pembahasan
penerapan tehnik relaksasi napas dalam terhadap kontrol nyeri pada asuhan
1. Pengkajian
klien mengeluh nyeri pada lutut. Rasa sakit yang dirasakan oleh klien hanya
terasa pada daerah lutut sebelah kanan, dirasakan pada pagi hari dan saat
nyeri sendi pada pagi hari dan setelah duduk lama. Dan didukung oleh terori
sendi pada pagi hari dan setelah duduk lama. Berdasarkan hasil pengkajian
pada Ny.Y dengan kasus Rheumatoid artritis telah sesuai dengan teori yang
ditemukan oleh Peneliti sebelumya berupa nyeri sendi pada pagi hari dan
saat dingin pada pagi hari, malam hari, dan saat berdiri setelah duduk lama.
klien saat merasakan nyeri pada lutut yaitu: Alupurinol 2x1 500 mg/tablet,
Piroxicam 2x1 10 mg/tablet, calac 2x1 500 mg/tablet. Namun, obat- oabatan
yang diminum oleh klien di berhentikan sementara waktu agar penulis bisah
melihat hasil dari terapi non farmakologi yang di terapkan melalui teknik
relaksasi napas dalam pada klien selama satu minggu. Dan setelah dilakukan
dirasakan. Dan sekarang klien hanya dianjurkan minum obat alupurinol 2x1
Nyeri yang terjadi pada penderita Rheumatoid artritis yaitu saat system
inflamasi sehingga terjadi penebalan synovial pada tulang rawan dan tulang
76
2. Diagnosa keperawatan
NOC (2015) diagnosa keperawatan yang sering muncul pada klien dengan
gangguan citra tubuh, Risiko jatuh, Defisit perawatan diri mandi, Defisit
penulis hanya berfokus pada satu diagnosa saja yaitu nyeri akut berhubungan
sebagai fokus pada penelitian ini yaitu nyeri akut berhubungan dengan agen
pada daerah lutut sebelah kanan, Ny. Y juga mengatakan merasa nyeri apabila
udara dingin, dan juga ketika berdiri setelah duduk lama. Dan data objektif
dengan cara palpasi pada daerah lutut sebelah kanan, kekuatan otot 5/5 dan
5/5. Menurut Nurarif (2013). Untuk diagnosa nyeri akut berhubungan dengan
mencari bantuan. Klien melaporkan bahwa dapat mengontrol bila nyeri timbul
77
3. Intervensi keperawatan
Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi mukosa lambung tujuan yang ingin
dengan criteria hasil: melaporkan rasa nyeri lutut terkontrol, ekspresi wajah
rileks, wajah klien tidak meringis, menggunakan tehnik relaksasi napas dalam
saat mengontol nyeri. Intervensi yang dapat dilakukan yang pertama adalah
dalam. Tujuannya agar klien bisa mengetahui tehnik relaksasi napas dalam.
relaksasi napas dalam yang diberikan selama 15-20 menit. Tujuannya untuk
jaringan lebih baik dan metabolisme sel berubah dari anaerob menjadi aerob
sehingga penimbunan asam laktat tidak terjadi dengan relaksasi napas dalam
diharapkan ventilasi paru bertambah baik, tubuh kaya akan oksigen, maka
metabolisme dapat berjalan dengan baik dan otak akan relaksasi, sehingga
implus nyeri yang diterima akan diolah dengan baik dan diinterpretasikan
4. Implementasi
diagnosa keperawatan pada Ny.Y yaitu nyeri akut berhubungan dengan agen
yaitu tehnik relaksasi napas dalam. Melakukan tehnik non farmakologi untuk
mengontrol nyeri yaitu tehnik relaksasi napas dalam. Tehnik relaksasi napas
relaksasi napas dalam klien merasakan nyeri dengan skala 6 (sedang). Tapi
terkontrol karena efek dari napas dalam yang dapat mengurangi stress,dan
teratasi dengan intervensi yang tepat. Dalam penelitian dilakukan pada Ny. Y
Dan diperkuat oleh ( Smeltzer & Bare 2002) (teknik relaksasi napas
bagian atas sejalan desakan udara masuk selama inspirasi dan keefektifan
latihan teknik relaksasi napas dalam sebaiknya dilakukan selama 15-20 menit
dalam dengan 8 kali pemberian pagi dan sore hari selama 6 hari dalam waktu
5. Evaluasi
nyeri pada daerah lutut sebelah kanan, nyeri dirasakan saat udara dingin, dan
juga berdiri setelah duduk lama. Data objektif nyeri tekan pada lutut sebelah
kanan, ekspresi waja meringis. Analisa masalah nyeri akut teratasi planing
teratasi dengan intervensi yang tepat. Dalam penelitian pada Ny. Y terdapat
penelitian yang di lakukan pada Ny. Y memerlukan waktu 6 hari agar dapat
A. Kesimpulan
dalam terhadap kontrol nyeri pada asuhan keperawatan dengan kasus rheumatoid
pada daerah lutut sebelah kanan, nyeri dirasakan saat udara dingin dan juga
saat berdiri setelah duduk lama, nyeri tekan pada lutut sebelah kanan.
Teknin relaksasi napas dalam dilakukan 2x/ hari selama 15-20 menit.
dalam selama 8 kali dalam kurun waktu 6 hari didapatkan hasil nyeri yang
83
84
B. Saran
rheumatoid artritis, penulis memberikan saran dan masukan yang positif kepada
1. Bagi Klien
merasakan nyeri.
dengan teknik relaksasi napas dalam yang diberikan selama 15-20 menit.
3. Peneliti
85
86
Lukman, & Ningsih, (2012). Asuhan Keperawatan Klien dengn Gangguan Sistem
Muskuloskeletal. Jakarta: Salemba Medika.
Lutfi Chabib, Zullies Ikawati, Ronny Martien, Hilda Ismail. (2016). Review
Rheumatoid Arthritis: Terapi Farmakologi, Potensi Kurkumin dan Analognya,
serta Pengembangan Sistem Nanopartikel. Jurnal Pharmascience,Vol.03.
No.1:10-18.(Di akses tanggal 09 April 2018).
Riskasdes (2013). Riset Kesehatan Dasar Tentang Penyakit Sendi. Diakses dari
87
th
Bulechek, G. (2013). Nursing interventions Classification (NIC). 6 Edition.
Missouri: Elseiver Mosby.
Aspiani Yuli Reni, (2014). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Gerontik Aplikasi
NANDA NIC dan Noc. Jilid 1, Jakarta : TIM