Anda di halaman 1dari 82

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.

M DENGAN KASUS
DIABETES MELLITUS TIPE II DI RUANGAN JAMBU
RUMAH SAKIT DAERAH MADANI PALU

Karya Tulis IImiah

Diajukan sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan program


Pendidikan Diploma III Kesehatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Palu
Jurusan Keperawatan Prodi DIII Keperawatan Palu

Oleh

MELISA

NIM: PO7120119039

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALU


JURUSAN KEPERAWATAN PRODI DII
KEPERAWATAN PALU
2022/2023
1
2

LEMBAR PENGESAHAN TIM PENGUJI

Karya Tulis Ilmiah ini telah diperiksa dan dipertahankan oleh tim penguji
Politeknik Kesehatan Kemenkes Palu Jurusan Keperawatan Program Studi DIII
Keperawatan Palu

Nama : MELISA
Nim : PO7120119039
Palu, Januari 2023
Penguji I

Azizah Saleh, SKM, MM


NIP. 196909071997032001

Palu, Januari 2023


Penguji II

Aminuddin, S.Kep, Ners, M.Kes


NIP. 197112221992031002

Palu, Januari 2023


Penguji III

Lindanur Sipatu, S.Kep, Ners, MM


NIP. 198006162002122002

Mengetahui, Menyetujui,
Direktur Poltekkes Kemenkes Palu Ketua Jurusan Keperawatan Palu

Nasrul, SKM,M.Kes Selvi Alfrida Mangundap, S.Kp, M.Si


NIP.196804051988021001 NIP.196604241989032002
3
PERNYATAAN KEAHLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini

Nama : Melisa

Nim : PO7120119039

Jurusan : Keperawatan

Prodi : DIII Keperawatan

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa KTI yang saya tulis ini benar-benar

hasil karya tulis saya sendiri, bukan merupakan pengambilan tulisan atau

pikiran orang lain yang saya akui sebagai hasil tulisan atau pikiran saya

sendiri apabila dikemudian hari terbukti KTI ini hasil jiplakan, maka saya

bersedia menerima sangsi atas perbuatan tersebut.

Palu Agustus 2022

Yang Membuat Pernyataan

Melisa

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur serta ucapan terimakasih tiada henti peneliti haturkan kepada

Allah SWT, atas berkah, rahmat dan hidayah-Nya yang senantiasa dilimpahkan

kepada peneliti, sehingga dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul

“Asuhan Keperawatan Pada Tn. M Dengan Diabetes Mellitus Tipe II DI RSUD

Madani Palu” dengan waktu yang telah direncanakan shalawat dan salam peneliti

persembahkan kepada Nabi besar Muhammad SAW beserta keluarganya dan para

sahabatnya yang telah mewariskan berbagai macam hukum sebagai pedoman

umatnya.

Ucapan terimakasih yang teristimewa tak ternilai kepada kedua orang tua

saya ayah (Husni) dan ibu (Hadida), yang sangat memberikan pengaruh besar

terhadap usaha penulis dalam menyelesaikan penelitian ini.

Selama penulisan Karya Tulis Ilmiah ini peneliti mendapatkan banyak

kesulitan. Namun dengan segala usaha dan kerja keras serta bimbingan, dorongan

dari dosen-dosen keperawatan dan bantuan dari berbagai pihak secara moril dan

materil, akhirnya karya tulis ilmiah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.

Oleh karena itu melalui untaian kata singkat ini, dari lubuk hati yang dalam dan

penuh kerendahan hati peneliti mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya

dan rasa hormat kepada pihak-pihak yang telah banyak mebantu, sebagai berikut :

1. Nasrul, SKM, M.Kes, Direktur Poltekkes Kemenkes Palu beserta segenap

unsur pimpinan Poltekkes Kemenkes Palu yang telah mendorong dan memberi

kebijakan kepada peneliti dalam berbagai hal

iii
2. Selvi Alfrida Mangundap, S.Kp.,M.Si Ketua Jurusan Kepeawatan Poltekkes

Kemenkes Palu yang telah banyak mengarahkan peneliti dalam proses

perkuliahan

3. I Wayan Supetran, S.Kep,Ns.,M.Kes sebagai Ketua Program Studi DIII

Keperawatan Palu Poltekkes Kemenkes Palu yang telah banyak mengarahkan

penulis dalam proses perkuliahan

4. Iwan,S.kep, Ners,M.Kes sebagai pembimbing 1 yang dengan ikhlas telah

membing peneliti dalam menyusun Laporan Tugas Akhir ini hingga sesuai

harapan

5. Dr. Andi Fatmawati Syamsu, S.Kep, Ners, M.Kep, Sp, Kep.An sebagai

pembimbing II yang dengan ikhlas telah membing peneliti dalam menyusun

Laporan Tugas Akhir ini hingga sesuai harapan

6. Hj. Azizah Saleh,SKM,MM sebagai penguji I, Terima kasih telah menjadi tim

penguji yang ramah, sabar dan ikhlas dalam memberi koreksi atau perbaikan

serta arahan kepada peneliti.

7. Aminuddin, S.Kep,Ns, M.Kes sebagai penguji II, Terima kasih telah menjadi

tim penguji yang ramah, sabar dan ikhlas dalam memberi koreksi atau

perbaikan serta arahan kepada peneliti.

8. Lindanur Sipatu, S.Kep.Ns.,MM sebagai penguji III. Terima kasih telah

menjadi tim penguji yang ramah, sabar dan ikhlas dalam memberi koreksi atau

perbaikan serta arahan kepada peneliti.

6. Bapak/Ibu Dosen yang telah memberikan ilmunya kpada peneliti selama

mengikuti perkuliahan pada Jurusan DIII Keperawatan Palu

iv
v

7. Pihak Perpustakaan Poltekkes Kemenekes Palu yang telah memfasilitasi buku-

buku yang sangat membantu peneliti dalam proses penyusunan Laporan Tugas

Akhir

8. Sahabat-sahabat dilingkungan Poltekkes Kemenkes Palu yakni D-III

Keperawatan Palu Angkatan 2019 yang selalu memberi semangat dan support

serta teman-teman yang tidak sempat peneliti sebutkan Namanya satu persatu
yang telah banyak memberikan motivasi dan masukan kepada peneliti selama

studi.

Akhirnya, kepada semua pihak peneliti senatiasa mendo`akan semoga segala

bantuan yang telah diberikan mendapat balasan yang tak terhingga dari Allah

SWT.

Palu, januari 2023

Melisa

v
vi
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALU JURUSAN
KEPERAWATAN PRODI DII KEPERAWATAN PALU

Melisa, 2022 Asuhan Keperawatan pada Tn.M Dengan Kasus Diabetes Mellitus
Tipe II Diruangan Jambu RSUD Madani Palu.Karya Tulis Ilmiah Prodi
DIII Keperawatan Palu Jurusan Keperawatan. (1) Iwan (2) Andi
Fatmawati S

ABSTRAK
( xi + 61 Halaman + 2 Gambar + 7 Tabel )

Diabetes mellitus merupakan gangguan metabolism, lemak, dan protein


yang disebabkan karena kerusakan dalam memproduksi insulin oleh pancreas
sehingga kerja dari insulin tidak optimal. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
menerapkan asuhan keperawatan pada penyakit Diabetes Mellitus Tipe II
Diruangan Jambu RSD Madani Palu.
Metode penelitian ini adalah deskritif dengan pendekatan studi kasus.
Subjek penelitian ini adalah Tn.M dengan kasus Diabetes Mellitus Tipe II
dilakukan diruangan Jambu RSUD Madani Palu yang dilaksanakan 3 hari pada
hari Selasa tanggal 23 Agustus – Kamis 25 Agustus 2022.
Hasil pengkajian yang peneliti lakukan pada Tn.M mengatakan nyeri pada
kaki sebelah kanan, disebabkan karena digigit serangga 3 minggu yang lalu.
Keluhan nyeri dirasakan sejak 4 hari setelah terkena gigitan serangga. Pasien
mengatakan nyeri pada kaki sebelah kanan seperti ditusuk-tusuk, nyeri dirasakan
pasien pada skala 6 (sedang). Nyeri mulai timbul dirasakan terus-menerus
semenjak 6 hari sebelum masuk rumah sakit, pasien mengatakan nyeri ulu hati
dan demam. Data Objektif yang ditemukan keadaan umum lemah, kesadaran
composmentis klien mengatakan adanya nyeri tekan pada sekitar kaki, wajah klien
tampak meringis, nyeri dirasakan 6 hari sebelum masuk rumah sakit, nyeri
dirasakan setelah 4 hari digigit serangga, mokusa bibir kering, akral teraba hangat,
tanda tanda vital TD : 110/70, N : 86x/menit, R : 22x/menit, S : 36,8oc
Kesimpulan yang disusun sesuai dengan diagnosis Keperawatan Nyeri
akut sudah dilakukan selama 3x24 jam dengan hasil evaluasi Nyeri akut tidak
teratasi, Gangguan integritas kulit/jaringan sudah dilakukan selama 3x24 jam
dengan hasil evaluasi tidak teratasi. Saran penelitian ini diharapkan ilmu yang
didapatkan bisa menambah wawasan dan pengalaman peneliti pada asuhan
Keperawatan pada kasus Diabetes Melittus Tipe II.

Kata Kunci : Diabetes Mellitus, Asuhan Keperawatan


Daftar Pustaka : 14 Pustaka (20016-2021)

vi
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING.......................................... i
SURAT PENYATAAN.............................................................................. ii
KATA PENGANTAR................................................................................ iii
ABSTRAK.................................................................................................. vi
DAFTAR ISI............................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR.................................................................................. ix
DAFTAR TABEL...................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN.............................................................................. xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah............................................................................ 3
C. Tujuan Penelitian............................................................................. 4
D. Manfaat Penelitian........................................................................... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Konsep Teori Diabetes Mellitus
1. Pengertian Diabetes Mellitus.................................................... 6
2. Etiologi Diabetes Mellitus........................................................ 6
3. Patofisiologi.............................................................................. 7
4. Pathway..................................................................................... 10
5. Manifestasi Klinis..................................................................... 12
6. Pemeriksaan Penunjang............................................................. 13
7. Penatalaksanaan........................................................................ 13
B. Konsep Asuhan Keperawatan Diabetes Mellitus
1. Pengkajian................................................................................. 24
2. Diagnosa Keperawatan............................................................. 28
3. Intervensi................................................................................... 28
4. Implementasi Keperawatan....................................................... 32
5. Evaluasi Keperawatan............................................................... 32

BAB III METODE PENELITIAN


A. Jenis Penelitian................................................................................. 33
B. Lokasi dan Waktu Penelitian........................................................... 33
C. Subjek Penelitian............................................................................. 33
D. Fokus Studi...................................................................................... 33
E. Definisi Operasional........................................................................ 33
F. Pengumpulan Data........................................................................... 33
G. Analisa............................................................................................. 35
H. Etika Penelitian................................................................................ 36
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian................................................................................ 37
B. Pembahasan..................................................................................... 52

vii
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan...................................................................................... 55
B. Saran................................................................................................ 57
DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 58
LAMPIRAN-LAMPIRAN

viii
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Pathway....................................................................................12


Gambar 4.1 Geonogram Pasien……………………………………………39

ix
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
4.1 Pengkajian Fungsional…………………………………………………....40
4.2 Data Penunjang…………………………………………………………...44
4.3 Analisa Data……………………………………………………………....45
4.4 Perencanaan………………………………………………..……………..46
4.5 Implementasi Dan Evaluasi…………………………………………...….47
4.6 Catatan Perkembangan Hari Ke-I…………………………..…………….49
4.7 Catatan Perkembangan Hari Ke-II……………………………….……....50
4.8 Catatan Perkembangan Hari Ke-III………………………………..……..51

x
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Riawayat Hidup Penulis

Lampiran 2 : Lembar Persetujuan Responden

Lampiran 3 : Surat Izin Pengambilan Data Awal

Lampiran 4 : Pengambilan Data Rekam Medik

Lampiran 5 : Surat Keterangan Selesai Penelitian

Lampiran 6 : Format Pengkajian

xi
xii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Diabetes Mellitus atau biasanya disingkat DM adalah salah satu

penyakit gangguan metabolise yang berlangsung kronis, ditandai dengan

tingginya kadar gula dalam darah (Hiperglikemia) dan gangguan metabolism

karbohidrat, lemak, dan protein yang disebabkan karena kerusakan dalam

memproduksi insulin oleh pancreas sehingga kerja dari insulin tidak optimal

(Purnama, 2019)

Diabetes merupakan penyakit tidak menular yang cukup serius dimana

insulin tidak dapat diproduksi secara maksimal oleh pankreas. Insulin

merupakan hormon yang mengatur glukosa. Diabetes banyak dialami oleh

masyarakat dan merupakan masalah kesehatan masyarakat global, sehingga

pada saat ini menjadi prioritas dalam memecahkan masalah kesehatan oleh

para pemimpin dunia (Nasution, 2021).

Penyakit Diabetes Mellitus dapat diklasifikasikan menjadi empat jenis,

antara lain: Diabetes Mellitus tipe I, Diabetes Mellitus tipe II, Diabetes

Mellitus tipe lain dan Diabetes Kehamilan. Diabetes Mellitus tipe 1 adalah

gangguan katabolisme yang ditandai oleh kekurangan insulin absolut,

peningkatan glukosa darah, pemecahan dan protein lemak. Diabetes Mellitus

tipe 2 adalah jumlah insulin yang diproduksi oleh pankreas biasanya cukup

untuk mencegah ketoasidosis tetapi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan

1
2

tubuh total. Diabetes Mellitus tipe lain adalah gangguan endokrin yang

menimbulkan hiperglikemia akibat peningkatan produksi (Isbaeti, 2021).

Berdasarkan survei yang dilakukan Badan Kesehatan Dunia atau

World Health Organization (WHO) tahun 2011 jumlah penderita diabetes

mellitus di dunia 200 juta jiwa, Indonesia menempati urutan keempat terbesar

dalamjumlah penderita diabetes mellitus di dunia setelah India, Cina,dan

Amerika Serikat. Pada tahun 2011, terdapat sekitar 5,6 juta penduduk

Indonesia yang mengidap diabetes mellitus (2021).

Kementerian Kesehatan Republik di Indonesia prefelensi penyakit

diabetes militus mengalami kenaikan dibandingkan dengan hasil riskesdas

tahun 2013, dimana penderita diabetes militus pada tahun 2013 itu 6,9%

sedangkan pada tahun 2018 itu naik hingga 8,5%kenaikan ini terjadi

berhubungan dengan pola hidup. Data terbaru International Diabetes

Federation (IDF) Atlas tahun 2017 mennunjukan bahwa Indonesia

menduduki peringkat ke 6 dunia dengan jumlah diabetes terbanyak 10,3 juta

jiwa. Jika tidak di tangani dengan baik, angka kejadian diabetes di Indonesia

akan melonjak drastis menjadi 21,3 juta jiwa pada 2030 (Kementrian

kesehatan republik indonesia, 2020).

Berdasarkan data Profil Kesehatan Sulawesi Tengah prevalensi jumlah

penduduk yang menderita Diabetes Mellitus yang tertinggi yaitu di

Kabupaten Banggai sebesar 19.403 jiwa. Dengan jumlah yang mendapatkan

pelayanan kesehatan sesuai standar sebesar 404 jiwa (2,1%) yang

mendapatkan pelayanan kesehatan. Tetapi tidak terlayani sesuai standar


3

sebesar 296 jiwa (1,5%). Kabupaten/Kota yang penduduknya menderita

Diabetes Mellitus terendah terdapat di Kabupaten Banggai laut sebesar 4.263

dengan jumlah yang mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai standar sebesar

23 jiwa (0,5%), yang mendapatkan pelayanan kesehatan tapi tidak terlayani

sesuai standar sebesar 15 jiwa (0,4%). Sedangkan Kota Palu Berada di

peringkat ke sembilan yaitu 5.404 jiwa dengan jumlah yang mendapatkan

pelayanan sesuai standar (2020).

Data Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah 2019

Prevalensijumlah penduduk yang menderita Diabetes Mellitus yang tertinggi

yaitu di Kabupaten Parigi Moutong sebesar 33.873 jiwa dengan jumlah yang

mendapat pelayanan kesehatan sebesar 6.747 jiwa dan jumlah penduduk yang

menderita Diabetes Mellitus yang terendah yaitu di Kabupaten Banggai Laut

sebesar 5.175 jiwa dengan jumlah yang mendapat pelayanan kesehatan

sebesar 213 jiwa. Sedangkan Kota Palu berada di peringkat kedua tertinggi

yaitu 27.005 jiwa dan yang mendapat pelayanan kesehatan sebesar 4.533

jiwa.

Berdasarkan pengambilan data awal 23 Agustus yang didapatkan

peneliti dari 3 tahun terakhir di RSD Madani yaitu data tahun 2019 pasien

yang terkena DM berjumlah 57 orang, terdiri dari Perempuan 40 orang dan

laki-laki 17 orang, tahun 2020 berjumlah 108 orang, terdiri dari perempuan

80 orang dan laki-laki 28 orang. Sedangkan pada tahun 2021 mengalami

peningkatan dengan jumlah 197 orang, terdiri dari Perempuan 150 orang dan

laki-laki 47 orang (RSUD Madani Mamboro, 2021).


4

Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian tentang “Asuhan Keperawatan Pada pasien dengan

kasus Diabetes Mellitus Tipe II RSUD Madani Palu.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini, “Bagaimanakah Penerapan Asuhan Keperawatan pada pasien

dengan kasus Diabetes Mellitus Tipe II Di Rumah Sakit Umum Madani

Palu?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Untuk menerapkan Asuhan Keperawatan ada pasien dengan Kasus

Diabetes Mellitus Tipe II di RSD Madani Palu

2. Tujuan Khusus

a. Dilakukannya Pengkajian Keperawatan pada Pasien Masalah Diabetes

Mellitus Tipe II di RSD Madani Palu

b. Di rumuskannya Diagnosis Keperawatan Pada Pasien Diabetes

Mellitus Tipe II di RSD Madani Palu

c. Di susunnya perencanaan Keperawatan Pada Pasien Dengan Diabetes

Mellitus Tipe II di RSD Madani Palu

d. Di Laksanakannya Implementasi Keperawatan Pada Pasien Dengan

Diabetes Mellitus Tipe II di RSD Madani Palu

e. Di lakukan Evaluasi Keperawatan Pada Pasien Diabetes Mellitus

Tipe II di RSD Madani Palu


5

D. Manfaat Penelitian

1. Poltekkes Kemenkes Palu

Memberikan informasi mengenai hasil penelitian yang dilaksanakan

dan sebagai tambahan referensi pada perpustakaan prodi keperawatan

Palu dan sebagai bahan bacaan dalam proses belajar maupun kegiatan

praktek lapangan bagi mahasiswa prodi keperawatan Palu.

2. RSUD Madani Palu

Sebagai salah satu sumber informasi bagi penentu kebijakan dalam

pelaksanaan asuhan keperawatan pada pasien dengan Diabetes Mellitus

Tipe II.

3. Peneliti

Dapat menambah wawasan dengan pengalaman dalam memberikan

Asuhan Keperawatan khususnya asuhan keperawatan pada pasien dengan

Diabetes Mellitus tipe II.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Teori Diabetes Mellitus

1. Pengertian Diabetes Mellitus

Diabetes Mellitus adalah penyakit kronis diakibatkan karena

kondisi insulin tidak dapat bekerja secara optimal dan kadar gula

darah yang melebihi batas normal (Hipergllikemia), yang

disebabkan oleh pankreas tidak dapat memproduksi insulin

sehingga membutuhkan perawatan lebih lanjut agar mengurangi

resiko multifactorial dari penyakit Diabetes Mellitus.

Diabetes mellitus tipe II merupakan penyakit

hiperglikemia akibat insensivitas sel terhadap insulin. Kadar

insulin mungkin sedikit menurun atau berada dalam rentang

normal, karena insulin tetap dihasilkan sel-sel beta pankreas,

maka diabetes mellitus tipe II disebutsebagai non insulin

dependent diabetes mellitus (Slamet, 2008). Diabetes mellitus tipe II

adalah penyakit dengan gangguan metabolik yang ditandai dengan

kenaikan kadar gula darah akibat penurunan sekresi insulin oleh

sel beta pankreas atau gangguan fungsi insulin (resistensi insulin)

(Depkes, 2005).

6
7

2. Etiologi Diabetes mellitus

Bicara etiologi Diabetes Melitus tipe 2 tidak terlepas dari

penting hormon insulin dan reseptornya yang ada di sel tubuh

manusia. Ada dua etiologi yang berperan pada kejadian diabetes

mellitus tipe 2. Hal ini terjadi karena ada penurunan sensitivitas dari

insulin (resistensi terhadap insulin). Artinya, insulin meskipun cukup

jumlahnya namun tidak dapat bekerja sebagaimana mestinya untuk

menurunkan kadar glukosa darah akibat kerusakan pada reseptor

insulin di sel. Dengan demikian hormon insulin tidak dapat berikatan

dengan resptornya dan glukosa darah tidak dapat masuk ke dalam sel.

Hal kedua karena penurunan produksi insulin oleh sel beta pancreas.

Diabetes Mellitus tipe 2 ini dirawat dengan cara melakukan edukasi,

diet, latihan fisik/olahraga dan monitoring glukosa darah. Selain itu,

perawatan dan pengobatan bisa menggunakan hipoglikemia oral atau

insulin sesuai dengan kebutuhan. Penyebab pasti yang

melatarbelakangi seseorang yang mengalami diabetes tipe 2 hingga

saat ini belum diketahui secara jelas. Namun, ada beberapa faktor

tertentu meningkatakan yang meningkatkan resiko seesorang yang

mengidap diabetes tipe ini. Faktor-faktor resiko inilah yang diduga

kuat yang menyebabkan terjadinya resistensi insulin dan kegagalan sel

beta pancreas dalam memproduksi insulin sehingga terjadi


8

hiperglikemia yang tidak terkompensasi oleh insulin dari dalam tubuh,

Faktor – factor tersebut antara lain (Paulus, 2019).

a. Obesitas. Kelebihan berat badan merupakan faktor resiko utama

diabetes tipe 2. Semakin banyak jaringan lemak yang dimiliki

seseorang, semakin banyak reseptor insulin yang mengalami

gangguan menyebabkan terjadinya resistensi insulin. Namun

demikian, seseorang tidak harus mengalami obesitas tidak harus

mengembangkan diabetes tipe 2. Seseorang dengan indeks masa

tubuh (IMT) > 23 kg/m2 atau > 120% memiliki resiko tinggi

diabetes. Jika tubuh menyimpan lemak terutana di perut (obesitas

sentral), resiko diabetes tipe 2 lebih besar dari pada jika tubuh

menyimpan lemak di tempat lain, seperti pinggul dan paha.

b. Dyslipidemia. Sesorang dengan kadar kolestro HDL < 35mg/dL

dan atau kadar trigliserida > 250 mg/dL atau disebut dyslipidemia

memiliki resiko tinggi diabetes mellitus tipe 2.

c. Ras. Meskipun tidak jelas mengapa, orang-orang dari ras tertentu,

termasuk orang kulit hitam, hispanik, indian America dan orang

asia-amerika, lebih cenderung mengembangkan diabetes tipe 2 dari

pada orang kulit putih.

d. Usia. Resiko diabetes tipe 2 meningkat seiring bertambahnya usia,

terutama usia 45 tahun. Hal ini terjadi karena orang cenderung

kurang berolahraga, kehilangan masa otot, dan mengalami


9

peningkatan berat badan seiring bertambahnya usia. Namun

demikian, jumlah penderita.

e. diabetes tipe 2 juga meningkat secara dramatis dikalangan anak-

anak, remaja, dan orang dewasa muda.

f. Pre-diabetes. Pre-diabetes adalah kondisin dimana tingkat gula

darah lebih tinggi dari biasanya, namun tidak cukup tinggi untuk

diklasifikasikan sebagai diabetes. Pasien dengan riwayat Glukosa

Darah terganggu < 140 mg/DL (GDPT) dan toleransi glukosa

terganggu 140-199 mg/DL (TGT). Jika tidak segera ditangani,

prediabetes dapat berkembang menjadi diabetes tipe 2.

g. Gaya hidup sedentary atau jarang melakukan aktivitas fisik.

Seseorang yang tidak aktif secara fisik memiliki kecenderungan

resiko diabetes tipe 2 lebih tinggi. Aktivitas fisik membantu

mengendalikan berat badan, menggunakan glukosa sebagai energi

dan membuat sel lebih sensitive terhadap insulin.

h. Riwayat keluaraga atau herediter. Resiko diabetes tipe 2 meningkat

jika orang tua saudara kandung memiliki diabetes tipe 2.

i. Sindrom ovarium polikistik. Bagi wanita, memiliki sindrom

polikistik-kondisi umum yang ditandai dengan mentruasi yang

tidak teratur, pertumbuhan rambut berlebih dan obesitas

meningkatkan resiko diabetes.


10

j. Seorang ibu dengan riwayat diabetes gestasional dan pernah

melahirkan bayi dengan berat badan >4000gram.

k. Penderita hipertensi, PJK, dan hipertiroidisme diketahui juga

mempunyai resiko tinggi diabetes.

3. Patofisiologi
Diabetes mellitus tipe 2 adalah sekumpulan gejala yang timbul

pada seseorang yang disebabkan oleh adanya peningkatan kadar

glukosa darah akibat penurunan sekresi insuli progresif dilatar

belakangi oleh resistensi insulin. Faktor resiko DM Tipe 2 ini adalah

multi factorial, mencakup unsur genetic, gaya hidup, dan lingkungan

yang mempengaruhi fungsi sel beta dan jaringan sensitif insulin (otot,

hati, jaringan adipose, pancreas). Namun demikian, mekanisme yang

mengendalikan interaksi kedua gangguan tersebut hingga saat ini

belum diketahui secara pasti (Paulus, 2019).

Dibawah ini akan diuraikan skema patofisiologi DM Tipe 2

mulai dari faktor-faktor resiko tinggi mempengaruhi terjadinya

resistensi insulin, dan penurunan sekresi insulin di sel beta pancreas.

Di dalam perjanalan patofisiologi juga akan di uraikan manifestasi

klinis yang terjadi dan masalah-masalah keperawatan yang mungkin

terjadi pada pasien DM Tipe 2 yang telah di sesuaikan dengan Standar

Diagnosis Keperawatan Indonesia (Paulus, 2019).


11

Secara ringkas rangkaian faktor resiko diabetes hingga

menyebabkan terjadinya resistensi insulin dan kegagalan fungsi sel

beta pancreas di jelaskan dengan skema berikut (Paulus, 2019).


12

4. Pathway
Kerusakan sel a dan β prankreas

Kegagalan Produksi glucagon


Risiko reproduksi berlebih
ketidakseimba
ngan cairan Meningkatkan Roduksi gula
gula darah dari lemak dan
protein
Osmolaritas
meningkat
Membuang
massa fatique
tubuh
Poliuri Polidipsi poliphagi

Berat badan
BB turun turun
Peningkatkan
gula darah kronik
Risiko defisit
nutrisi

Small vesse arterosklerosis


Diabetik
disease GanPgguan
fungsi imun

- Berkurang sensasi Hipertensi


- Neuropati peningkatan Infeksi
kadar LDL penyembuhan
Suplae Intoleransi luka
darah aktivitas Nekrosis

Gangguan
Gangguan perfusi Pembedahan : integritas
nyeri amputasi kulit/jaringan
jaringan
13

Sumber : (Putri Nurmadani, 2016)

5. Manifestasi Klinis

1) Poliuria

2) Polidipsi

3) Polifagia

4) Berat badan menurun

5) Kesemutan pada kaki

6) Rasa gatal dan keputihan, infeksi, dan bisul

7) Mata kabur

8) Disfungsi ereksi

6. Pemeriksaan penunjang

Langkah pencegahan diabetes mellitus dimulai ketika

seseorang telah terdeteksi memliki faktor resiko untuk terjadinya

diabetes. Bebrapa upaya yang dapat dilakukan antara lain:

a. Pencegahan diet;

1) Komsumsi karbohidrat kompleks, antara lain nasi, kentang,

pasta (makaronis, sphageti, dll), mie bihun, roti, sereal,

kacang polong, sayuran kacang merah.

2) Tingkatkan komsumsi makanan tinggi serat, vitamin dan

mineral seperti buah-buahan dan sayuran segar setiap kali

makan.

3)Pilih daging yang tidak berlemak.


14

4)Pilih makanan rendah lemak untuk dikomsumsi setiap hari.

5)Makanlah ikan segar karena mengandung sedikit lemak.

Lebih baik memanggang atau merebus makanan anda

daripada menggorengnya.

6)Kurangi makan makanan yang banyak mengandung lemak.

Makanlah makanan dengan menu yang seimbang

Berkonsultasilah dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah

kalori dengan peraturan diet anda.

7)Penggunaan gula murni dalam mium dan makanan tidak

dipeerbolehkan kecuali jumlahnya sedikit dalam bumbu.

b. Pencegahan dengan olahraga

Tahap-tahap dalam melakukan olahraga :

1) Peregangan (stretching)

2) Pemanasan (warming up)

3) Latihan inti dengan kecepatan penuh (full speed).

4) Pendinginan (cooling down).

Tips olahraga yang aman yaitu :

a) Jangan melakukan olahraga jika kadar gula darah diatas

250. Olahraga atau latihan fisik justru membuat kadar gula

darah tersebut semakin meningkat.

b) Makan 1-2 jam sebelum olahraga.


15

c) Bawa selalu tablet glukosa atau makanan cemilan (snack)

bila hendak berolahraga. Makanlah tablet atau cemilan

tersebut jika mulai mengalami gejala-gejalaakibat kadar

gula darah terlalu rendah.

d) Kenakan sepatu olahraga yang tepat. Periksa ada tidaknya

luka atau lepuhan pada kaki setiap sebelum dan sehabis

berolahraga.

e) Lakukan olahraga bersama dengan orang lain (jangan

sendirian agar mereka dapat memberi pertolongan

seandainya terjadi

c. Pencegahan terhadap komplikasi

Lakukan pemeriksaan komplikasi diabetic secara teratur,

sehingga Diagnosis terhadap penanganan sendiri mungkin dapat

segera dilakukan sebelum gangguan atau kerusakan yang serius

terjadi. Untuk itu mengapa penting dilakukan:

1) Pemeriksaan mata secara teratur

2) Perawatan kaki secara teratur

3) Pemeriksaan tekanan darah secara teratur

4) Pemeriksaan glukosa dan HBA1c darah secara teratur

5) Pemeriksaan darah dan urine untuk melihat kerusakan

ginjal
16

6) Pemeriksaan kolestrol darah untuk melihat komplikasi

jantung dan pembuluh darah.

d. Pemantauan HbA1C atau A1C

Pemeriksaan HbA1C dapat memperkirakan resiko

berkembangnya komplikasi diabetes. Tingginya nilai HbA1C

memberikan gambaran rendahnya pengiriman oksigen ke dalam

jaringan atau sel-sel tubuh.

HbA1C merupakan indicator jangka panjang control

glukosa darah untuk memonitor efek diet, olahraga, dan terapi

obat terdapat gula darah pasien. Pemeriksaan ini dilakukan

untuk evaluasi awal setelah diagnosis diabetes dipastikan dan

secara periodic, yaitu setiap 3 bulan atau minimal 2 kali setahun.

Di Indonesia HbA1C<6,5% menunjukkan tingkat pengendalian

diabetes yang baik, HbA1C 6,5-8% tingkat pengendalian yang

sedang, dan >8% menunjukkan tingkat pengendalian yang

buruk.

e. Pengobatan Diabetes

1) Tablet atau obat hipoklikemik oral (OHO)

Obat ini biasanya hanya untuk diabetes tipe 2, tergantung

dari dasar penyebab diabetes dan berat badan. Ada beberapa


17

OHO yang dapat digunakan secara secara tunggal maupun

kombinasi ( termasuk kombinasi dengan insulin). Obat

hipoglikemik oral saat ini terbagi dalam 2 kelompok: obat

yang mempernaiki efek kerja insulin dan obat-obatan yang

menambah produksi insulin. Obat-obatan seperti metformin,

glitazon dan ascorbase adalah obat-obatan kelompok

pertama. Obat tersebut bekerja pada hati, otot, jaringan

lemak, dan lumen usus. Singkatnya obat tersebut bekerja di

tempat di mana terdapat insulin yang mengatur glukosa

darah. Sulfonylurea, repaglinig, netaglinid, dan insulin yang

disuntikkan adalah obat-obatan kelompok kedua.

Sulfonylure, repaglinid dan netaglinik bekerja meningkat

sekresi insulin kesikulasi porta, sedangkan suntikan insulin

menambah kadar insukin di sikulasi darah. Jika dokter

membrikan obat tablet, yakinkan psien dan keluarga

mengetahui nam dan kerja obat yang di dapatkan. Karena

pasien dan keluarga merupakan bagain dari pengobatan.

Tanyakan pula ke dokter, perawat atau educator diabetes,

kapan obat di minum atau di suntikkan, efek samping dan

interksi dengan obat yang lain.

2) Insulin
18

Insulin yang dipasaran saat ini adalah insulin manusia dengan

tingkat kemurnian yang relatif baik, yakni hasil rekayasa

genetic. Insulin tersebut merupakan suatu bahan sintesis dan

bukan berasal dari hewan. Insulin bekerja melalui suatu

reseptor insulin bekerja memasukkan glukosa dari dalam

darah ke intra sel. Sekarang di kembangkan juga cara injeksi

insukin yang baru, sangat mudah dan juga tidak terasa sakit,

serta mud ah di bwa kemana-mana karena bentuknya seperti

pena. Penyandang diabetes yang mendapatkan insulin secara

teratur harus dapat menyuntik insulin secara mandiri. Dokter

atau perawat akan mengajarkan anda cara dan tempat

menyuntik yang benar.

Hipoglikemia mrupakan komplikasi yang perlu

mendapat perhatian dan terjadi bila terdapat ketidak- sesuaian

antara diet, kegiatan jasmani dan jumlah insulin yang

disuntikkan.

a) DDP-4 inhibator. Obat-obatan ini membantu mengurangi

kadar gula darah, tetapi cenderung memiliki efek

sederhana. Obat ini tidak menyebabkan kenaikan berat

badan. Contoh dari obat-obat ini adalah sitagliptin

(Januvia), saxaliptin (Onglyza) dan linagliptin

(Tradjenta).
19

b) Agonis reseptor GLP-1. Obat-obatan ini memperlambat

pencernaan dan membantu menurunkan kadar gula darah,

meskipun tidak sebanyak sulfonylurea. Penggunaannya

serinh dikaitkan dengan penuruna berat badan. Jenis obat

ini di rekomendasikan untuk digunakan sendiri.

c) Exenatide (Byetta) dan liraglutide (Victosa) adalah

contoh agonis reseptor GLP-1. Kemungkinan efek

samping termasuk mual dan peningkatan resiko

pankreatitis.

d) Inhibitor SGLT2. Ini adalah obat diabetes terbaru di

pasaran. Mereka bekerja dengn mencegah ginjal menyerap

kembali gula ke dalam darah. Sebaliknya, gula d

eksksresikan dalam urin. Contohya termasuk canagliflozin

(Ivokana) dan dapagliflozin (Farxiga). Efek samping

mungkin termasuk infeksi ragi dan infeksi saluran kemih,

peningkatan buang air kecil dan hipotensi.

7. Penataklaksanaan Penunjang

a. Glukosa darah sewaktu, puasa, dan 2 jam setelah makan (sesuai

kebutuhan) untuk mengetahui tanda hiperglikemia.

b. Aseton plasma dan urine (keton): tanda positif menunjukkan

adanya komplikasi akut (diabetik ketoasidosis/DKA)


20

c. Asam lemak bebas, kadar lipid dan kolestrol meningkat (data

penting sejauhmana tingkat pengandalian diabetes selain kadar

glukosa darah)

d. Osmolalitas serum (untuk mengetahui adanya dehidrasisel

akibat (hiperglikemia dan hipovolemia akibat deuresi osmotic)

e. Kandungan Elektolit (sebagai dampak dari polyuria)

1) Natrium: mungkin normal, meningkat atau menurun

2) Kalium: normal atau peningkatan semu (perpindahan seluler),

selamjutnya akan menurun.

f. Hemoglobin Glukosit (HbA1C)

Kadar HbA1C jika mengalami peningkatan mencerminkan control

DM yang kurang selama 2-3 bulan terakhir

g. Gas darah arteri

Biasanya menunjukan pH rendah dan penurunan pada HCO3

(asidosis metabolic) dengan kompensasi alkalosis respiratorik pada

keadaan komplikasi akut (Diabetik Ketoasidosis)

h. Darah lengkap

Hematokridan trombosit mungkin meningkat (akibat

hemokosentarsi dan dehidrasi) ; leukositosis (tanda infeksi/radang)

i. Ereum/kreatinin
21

Bisa jadi meningkat atau mungkin dalam kondisi normal.

Ureum/kreatinin meningkat terjadi pada kondisi dehidrasi atau

penurunan fungsi ginjal.

j. Amylase darah

Amylase darah mungkin mengalami peningkatan. Hal ini

mengindikasiakan adanya pankreatitis akut sebagai penyebab

DKA.

k. Urine

Dalam urine positif ditemukan kandungan glukosa serta aseton

(glukosoria dan tanda DKA). Pada kondisi ini berat jenis dan

osmolalitas mungkin mengalami peningkatan.

l. Kultur dan sensitivitas

Mungkin ada infeksi pada saluran kemih. Infeksi pada saluran

pernapasan serta infeksi pada luka (DOENGEOS, 1999) yang perlu

diidentifikasi jenis bakteri dan tingkat sensitivitasnya terhadap

antibiotika.

m. EKG; pada keadaan hypokalemia akibat diuresis osmotic akan

mengalami perubahan gelombang.

8. Komplikasi

Diabetes sering disebut “the great imitator”, yaitu penyakit

yang dapat menyerang semua organ tubuh yang dapat menimbulkan

berbagai keluhan. Penyakit ini timbul secara perlahan-lahan, sehingga


22

seseorang tidak menyadari adanya berbagai perubahan dalam dirinya.

Kadar glukosa darah yang terus menerus tinggi akan menyebabkan

gangguan-gangguan yang akan timbul nenerapa tahun kemudian. Ini

biasanya di kenal sebagai komplikasi kronis. Komplikasi akut juga

dapat terjadi jika kadar glukosa darah sesorang meningkat atau

menurun dengan tajam dalam waktu relative singkat. Tidak semua

dengan diabetes akan menderita komplikasi jangka panjang.

Bagaimana pun penelitian membuktikan bahwa kontrol glukosa darah

ytang baik akan mencegah atau memperlambat perkembangan

komplikasi akut dan kronis.

a. Komplikasi Akut

Dalam komplikasi akut dikenal beberapa istilah sebagai berikut:

1) Hipoglikemia adalah keadaan seseorang dangan kadar glukosa

darah di bawah ini nilai normal (<60mg/dL). Gejala ini ditandai

dengan munculnya rasa lapar, gemetar, mengeluarkan keringat,

berdebar-debar, pusing, gelisah, dan penderita bisa menjadi

tidak sadar di sertai sedang.

2) Hiperglikemia dengan di ketahui dari hasiln wawancara adanya

masukan kalori yang berlebihan, dan penghentian obat ora

lmaupun insulin. Tanda khasnya adalah rasa sangat haus,

pandangan kabur, muntah, berat badan menurun, sakit kepala,

kulit kering dan gatal, rasa mengantuk sampai kesadaran


23

menurun dan di sertai kekurangan cairan yang berat akbiat

banyaknya jumlah air kencing (urine) yang di keluarkan.

3) Ketoasidosis diabetic (KAD) atau diabetik yang diartikan

sebagai keadaan tubuh yang sangat kekurangan insulin dan

bersifat mendadak akibat infeksi, lupa suntik insulin, pola

makan yang terlalu berlebihan atau bebas, dan stres. Penderita

dapat mengalami, (tidak sadar) akibat otak tidak menerima

darah dan glukosa dalam jumlah yang cukup.

4) Koma hyperosmolar non ketotik atau (HONK) yang diakibatkan

adanya dehidrasi berat, tekana darah yang menurun dan syok

tanpa adanya badan keton (hasil pemecahan asam lemak) dalam

urine.

5) Koma lakto asidosis yang diartikan sebagai keadaan tubuh

dengan asam laktat yang tidak dapat diubah menjadi dikarbonat.

Akibatnya, kadar asam laktat dalam darah meningkat dan

sesorang mengalami.

b. Komplikasi kronis/jangka panjang

Penting untuk di ingat seiring berjalannya waktu setelah

terdiagnosis, pendeita diabetes akan mengembangkan potensi

beabrapa komplikasi. Hal ini sangat mungkin terjadi karna

pengabaian terhadap gejala diabetes atau karena kadar glukosa

darah yang tidak terkontrol (terus menerus tinggi). Fakta ini


24

penting tentang perlunya upaya untuk memerlukan diagnosis dini

dan mengapa dokter perlu melakukan pemeriksaan mata, kaki, dan

sirkulasi sesegera mungkin setlah terdaignosis diabetes.

Kerusakan pada pembuluh darah yang mengirimkan darah

ke jantung, otak, dan kaki dapat menyebabkan peningkatan resiko

strok, serangan jantung (PJK), mati rasa (neuropati), dan penuruna

aliran darah ke kaki (Perifer Arterial Deasease/PAD). Komplikasi

ini di kenal dengan komplikasi makrovaskular.

Kerusakan pada pembuluh darah yang mengaliri darah ke

retina mata, ginjal dan saraf dapat menyebabkan kerusakan pada

mata berupa penglihatan menjadi kabur (retinopati), gangguan pada

ginjal (nefropati) dengan gejala hipertensi dan adanya protein

dalam air kencing (urine), serta timbunya rasa baal (mati rasa atau

neuropati) terutama pada kaki. Komplikasi ini disebut komplikasi

mikrovaskuler. Penyandang diabtes juga sangat mudah atau rentang

terjadi infeksi seperti pneumonia, keputihan, dan infeksi saluran

kemih. Kalaupun terjadi luka dan infeksi pada kaki akan

menyebakan luka sulit untuk disembuhkan. Pada penyandang

diabetes laki-laki sering terjadi inpotensi dan gangguan dalam

pengeluaran air kencing. Penyandang diabetes memiliki resiko

untuk terjadinya penyakit jantung coroner dan pembuluh darah otak

(strok) 2 kali lebih besar, 5 kali lebih mudah menderita luka


25

gangrene, 7 kali lebih mudah mengidap gagal ginjal kronik, dan 25

kali lebih mudah mengalami kenutaan akibat kerusakan retina

daripada orang yang tidak menderita diabetes. Apa bila sudah

terjadi komplikasi, upaya penyembuhan keadaan normal sangat

sulit dan kerusakan yang sudah terjadi umumnya akan menetap.

Oleh karena itu, upaya pencegah dini terhadap penyulit tersebut

sangat diperlukan dan diharapkan sangat bermanfaat untuk

menghindari terjadinya berbagai hal yang tidak menguntungkan.

B. Konsep Asuhan Keperawatan Diabetes Mellitus Tipe II

1. Pengkajian Keperawatan

Menurut (Rudi Haryono, 2019)

a. Riwayat Kesehatan Sekarang

Biasanya klien masuk ke RS dengan keluhan utama gatal-gatal

pada kulit yang disertai bisul/lalu tidak sembuh-sembuh,

kesemutan/rasa berat, mata kabur, kelemahan tubuh.

Disamping itu klien juga mengeluh poli urea, polidipsi,

anorexia, mual dan muntah, BB menurun, diare kadang-kadang

disertai nyeri perut, kramotot, gangguan tidur/istirahat, haus-

haus, pusing-pusing/sakit kepala, kesulitan orgasme pada

wanita dan masalah impoten

pada pria.
26

b. Riwayat Kesehatan Dahulu

1) Riwayat hipertensi/infark miocard akut dan diabetes

gestasional

2) Riwayat ISK berulang

3) Penggunaan obat-obat seperti steroid, dimetik (tiazid),

dilantin dan penoborbital.

4) Riwayat mengkonsumsi glukosa/karbohidrat berlebihan

c. Riwayat Kesehatan Keluarga

Adanya riwayat anggota keluarga yang menderita DM.

d. Pemeriksaan Fisik

1) Neuro sensori

Disorientasi, mengantuk, stupor/koma, gangguan memori,

kekacauan mental, reflek tendon menurun, aktifitas kejang.

2) Kardiovaskuler

Takikardia / nadi menurun atau tidak ada, perubahan TD

postural, hipertensi dysritmia, krekel, DVJ (GJK)

3) Pernafasan

Takipnoe pada keadaan istirahat/dengan aktifitas, sesak

nafas, batuk dengan tanpa sputum purulent dan tergantung

ada/tidaknya infeksi, panastesia/paralise otot pernafasan

(jika kadar kalium menurun tajam), RR > 24 x/menit, nafas

berbau aseton.
27

4) Gastro intestinal

Muntah, penurunan BB, kekakuan/distensi abdomen,

aseitas, wajah meringis pada palpitasi, bising usus

lemah/menurun.

5) Eliminasi

Urine encer, pucat, kuning, poliuria, urine berkabut, bau

busuk, diare (bising usus hiper aktif).

6) Reproduksi/sexualitas

Rabbas vagina (jika terjadi infeksi), keputihan, impotensi

pada pria, dan sulit orgasme pada wanita

7) Muskulo skeletal

Tonus otot menurun, penurunan kekuatan otot, ulkus pada

kaki, reflek tendon menurun kesemuatan/rasa berat pada

tungkai.

8) Integumen

Kulit panas, kering dan kemerahan, bola mata cekung,

turgor jelek, pembesaran tiroid, demam, diaforesis (keringat

banyak), kulit rusak, lesi/ulserasi/ulkus.

e. Aspek psikososial

1) Stress, anxientas, depresi

2) Peka rangsangan

3) Tergantung pada orang lain


28

f. Pemeriksaan diagnostic

1) Gula darah meningkat > 200 mg/dl

2) Aseton plasma (aseton) : positif secara mencolok

3) Osmolaritas serum : meningkat tapi < 330 m osm/lt

4) Gas darah arteri pH rendah dan penurunan HCO3 (asidosis

metabolik)

5) Alkalosis respiratorik

6) Trombosit darah : mungkin meningkat (dehidrasi),

leukositosis, hemokonsentrasi, menunjukkan respon

terhadap stress/infeksi.

7) Ureum/kreatinin: mungkin meningkat/normal

lochidrasi/penurunan fungsi ginjal.

8) Amilase darah : mungkin meningkat > pankacatitis akut.

9) Insulin darah : mungkin menurun sampai tidak ada (pada

tipe I), normal sampai meningkat pada tipe II yang

mengindikasikan insufisiensi insulin.

10) Pemeriksaan fungsi tiroid : peningkatan aktivitas hormon

tiroid dapat meningkatkan glukosa darah dan kebutuhan

akan insulin.

11) Urine : gula dan aseton positif, BJ dan osmolaritas mungkin

meningkat.
29

12) Kultur dan sensitivitas : kemungkinan adanya infeksi pada

saluran kemih, infeksi pada luka

2. Diagnosa Keperawatan (SDKI 2016)

a. Resiko ketidakseimbangan cairan (D.0036)

b. Resiko deficit nutrisi (D0032)

c. Nyeri akut (D.0077)

d. Intoleransi aktivitas (D.0056)

e. Gangguan integritas kulit/jaringan (D.0129)

3. Intervensi (SIKI 2018)

a. Resiko ketidakseimbangan cairan

1) Intervensi

Obsevasi:

a) Monitor status hidrasi (mis, frekuensi nadi, kekuatan nadi,

akral, pengisian kapiler, kelembapan mukosa, turgor

kulit, tekanan darah)

b) Monitor berat badan harian

c) Monito berat badan sebelum dan sesudah dialisis

d) Monitor hasil pemeriksaan laboratorium (mis.

Hematokrin, Na, K, Cl, berat jenis urine, BUN)

e) Monitor status hemodinamik (mis. MAP, CVP, PAP,

PCWP jika tersedia)

Terapeutik:
30

a) Catat intake-output dan hitung balans cairan 24 jam

b) Berikan asupan cairan, sesuai kebutuhan

c) Berikan cairan intravena, jika perlu

Kolaborasi :

a) Kolaborasi pemberian diuretic, jika perlu

b. Resiko deficit nutrisi

1) Intervensi

Observasi :

a). Monitor asupan dan keluarnya makanan dan cairan serta

kebutuhan kalori

Terapeutik:

a) Timbang berat badan secara rutin

b) Diskusikan perilaku makan dan jumlah aktivitas fisik

(termasuk olahraga) yang sesuai.

c) Lakukan kontrak perilaku (mis. Target berat badan,

tanggung jawab perilaku)

Edukasi:

a) Ajarkan pengaturan diet yang tepat

b) Ajarkan keterampilan koping untuk penyelesaian masalah

perilaku makan

Kolaborasi:
31

Dengan ahli gizi tentang target berat badan, kebutuhan kalori

dan makanan

c. Nyeri akut

1) Intervensi

Observasi:

a) Skala nyeri

b) Respons nyeri no verbal

c) Monitor efek samping penggunaan analgetik

Terapeutik :

a) Fasilitas istrahat dan tidur

b) Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan

strategi meredakan nyeri

c) Kolaborasi pemberian analgeti, jika perlu

d. Intoleransi aktivitas

1) Intervensi

Observasi :

a) Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan

kelelahan

b) Monitor kelelahan fisik dan emosional

c) Monitor pola dan jam tidur

d) Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan

aktivitas
32

Terapeutik :

a) Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus (mis.

Cahaya, suara, kunjungan)

b) Lakukan latihan rentang gerak pasif dan/atau aktif

c) Berikan aktivitas distraksi yang menenangkan

d) Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur, jika tidak dapat

berpindah atau berjalan.

Edukasi:

a. Anjurkan tirah baring.

b. Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap

c. Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala

kelelahan tidak berkurang

d. Ajarkan strategi koping untuk mengurangi kelelahan

Kolaborasi :

a) Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan

asupan makanan.

e. Gangguan integritas kulit/jaringan

1) Intervensi

Observasi :

a) Monitor karakteristik luka

b) Monitor tanda infeksi

Terapeutik :
33

a) Bersihkan dengan cairan NaCl/pembersih non toksik

b) Berikan salep yang sesuai

Edukasi :

a) Jelaskan tanda dan gejala infeksi

b) ajarkan prosedur perawatan luka secara mendiri.

Kolaborasi :

a) kolaborasi pemberian antibiotic, jika perlu.

4. Implementasi

Implemnetasi merupakan tahap ketika perawat

mengaplikasikan rencana asuhan keperawatan ke dalam bentuk

intervensi keperawatan guna membantu pasien mencapai tujuan yang

telah ditetapkan (Wulandari,2018)

5. Evaluasi

Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang

merupakan perbandingan yang sistematis dan terencana antara hasil

akhir yang teramati dan tujuan atau kriteria hasil yang dibuat pada tahap

perencanaan (Wulandari,2018).
34

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan

pendekatan studi kasus. Penelitian studi kasus ini dilakukan untuk

menghubungkan asuhan keperawatan pada pasien Diabetes Melitus. Pasien

diobservasikan selama 3 hari bertempat di Rumah Sakit Madani palu.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan diruangan Jambu Rumah Sakit Umum

Daerah Madani Palu pada bulan Agustus 2022, selama tiga hari.

C. Subjek Penelitian

Subyek merupakan hal atau orang yang akan dikenai kegiatan

pengambilan kasus. Dimana Subjek penelitian adalah pasien yang menderita

penyakit diabetes mellitus tipe II yang dirawat di RSD Madani Palu

D. Fokus Studi

Fokus Studi dalam penelitian ini adalah asuhan keperawatan pada

kasus Diabetes Mellitus Tipe II.

E. Definisi Operasional

1. Asuhan Keperawatan

Asuhan keperawatan yang dimaksud dan dipahami dalam

penelitian ini adalah proses keperawatan yang mulai dari tahap


35

Pengkajian, Diagnosa Keperawatan, Intervensi Keperawatan,

Implementasi Keperawatan, serta dilakukan Evaluasi Keperawatan.

a. Pengkajian

Pengkajian keperawatan yaitu Proses asuhan keperawatan pada tahap

awal untuk memperoleh data valid baik data subjektif dan objektif

yang berhubungan dengan masalah keperawatan

b. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah masalah keperawatan yang didapatkan

melalui hasil analisa data

c. Perencanaan

Gambaran rencana asuhan keperawatan yang akan diberikan kepada

pasien yang bertujuan untuk membantu pasien meyelesaikan masalah

yang dihadapinya.

d. Implementasi

Implementasi keperawatan diberikan sesuai dengan intervensi dari

data Primer dan sekunder dibuat sebelumnya.

e. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi keperawatan adalah penilaian respon pasien setelah


dilakukannya tindakan keperawatan untuk memperoleh hasil yang
diharapkan
36

F. Pengumpulan Data

1. Wawancara : hasil anamesis tentang identitas pasien, keluhan utama,

riwayat penyakit sekarang-dahulu-keluaurga. Wawancara bisa dengan

pasien, keluarga, perawat.

2. Observasi dan pemeriksaan fisik menggunakan tekhnik (inspeksi, dan

palpasi) atau pada sistem tubuh yang terganggu.

3. Tindakan keperawatan atau asuhan keperawatan.

4. Studi dokumentasi dan angket yaitu hasil pemeriksaan diagnostik

G. Analisa Data
Analisa data dilakukan sejak pengumpulan data sampai semua data

terkumpul.Analisa dilakukan dengan mengemukakan fakta dan

membandingkan dengan teori.Tehnik yang digunakan adalah dengan

menarasikan jawaban dari hasil pengumpulan data yang dilakukan untuk

menjawab rumusan dan tujuan penelitian. Urutan dalam analisa data adalah :

1. Pengumpulan data

Data yang dikumpulkan dari hasil wawancara, observasi dan studi

dokumen dituliskan dalam bentuk asuhan keperawatan.

2. Mereduksi data dengan membuat koding dan kategori :

Data yang dibuat dalam bentuk asuhan keperawatan oleh peneliti sesuai

dengan topik peneliyian yang berfokus pada tindakan keperawatan.Data

objektif dianalisis berdasarkan hasil pemeriksaan diagnostik dan

dibandingkan dengan nilai normal.


37

3. Penyajian data

Penyajian data dilakukan dalam bentuk table, gambar, bagan disertai

narasi.Kerahasian responden tetap harus diperhatikan.

4. Kesimpulan

Data yang disajikan selanjutnya dibahas dan dibandingkan dengan hasil

penelitian sebelumnya dan teori-teori yang mendukung. Penarikan

kesimpulan dilakukan dengan metode induktif. Pembahasan dilakukan

sesuai dengan tahapan asuhan keperawatan pengkajian, diagnosa,

perencanaan, tindakan dan evaluasi.

H. Etika Penelitian

Ada beberapa prinsip etik dalam penelitian yang melibatakan

manusia sebagai objek penelitian di antaranya:

1. Tidak membahayakan atau mrngganggu kenyamanan (the right

tofreedom from and discofort) Dalam suatu penelitian yang

melibatkan manusia sebagai objek peneltian, seorang penelitian

memiliki kewajiban untuk mencegah terjadinya sesuatu yang

membahayakan peserta penelitian.

2. Hak Perlindungan dari eksplotias Keterlibatan peserta dalam suatu

penelitian tidak seharusnya membuat apa yang rahasia dari peserta.

Peserta harus yakin bahwa partisipasi mereka, Misalnya jika seorang

peneliti melakukan penelitian terkait pengunaan narkoba, seorang

tidak harus takut paparan otoritas pidana (pamungkas,2017).


38

3. Menghormati privasi dan kerahasiaan subjek peneliian (respect

forprivacy and confidentiality). Setelah seorang peneliti mendapatkan

semua data yang diinginkan daripeserta penelitian,selanjutnya peneliti

tidak diperbolehkan untuk menampilkan semua informasi mengenai

identitas baik nama maupun alamat.


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada Tn. M dengan Diabetes Mellitus Tipe

II di ruangan Jambu RSUD Madani Palu selama 3 hari mulai pada tanggal

23 Agustus 2022 sampai dengan 25 Agustus 2022. Asuhan keperawatan ini

meliputi pengkajian data, analisa data, diagnosa keperawatan, intervensi

keperawatan, implementasi keperawatan, evaluasi keperawatan.

1. Pengkajian

a. Identitas pasien dan penanggung jawab

1) Identitas klien

a) Nama :Tn.M

b) Umur :74 Tahun

c) Agama : Islam

d) Jenis kelamin : Laki – laki

e) Pekerjaan : Petani

f) Suku : Kaili

g) Alamat : Pantoloan

h) No. Register : 088668

i) Diagnosa medis : Diabetes Mellitus Tipe II

j) Tanggal MRS : 20 Agustus 2022

k) Tanggal pengkajian : 23 Agustus 2022

39
40

2) Identitas penanggung jawab

a) Nama : Tn.H

b) Umur : 44 Tahun

c) Jenis kelamin : Laki – laki

d) Pendidikan : SD

e) Alamat : Pantoloan

f) Suku : Kaili

g) Agama : Islam

h) Pekerjaan : Petani

i) Hubungan dengan pasien : Anak

b. Riwayat Penyakit

1) Keluhan saat pengkajian

Klien mengatakan nyeri di telapak kaki sebelah kanan.

2) Riwayat keluhan utama

Pasien masuk RSUD Madani Palu pada tanggal 20 Agustus 2022

dengan keluhan nyeri pada kaki sebelah kanan, disebabkan karena

digigit serangga 3 minggu yang lalu. Keluhan nyeri dirasakan sejak 4

hari setelah terkena gigitan serangga. Pasien mengatakan nyeri pada

kaki sebelah kanan seperti ditusuk-tusuk, nyeri dirasakan pasien

pada skala 5. Nyeri mulai timbul dirasakan terus-menerus semenjak

6 hari sebelum masuk rumah sakit

P : Disebabkan karena gigitan serangga


41

Q : Nyeri yang dirasakan seperti tertusuk - tusuk

R : Kaki sebelah kanan

S : Skala nyeri 4

T : Nyeri yang dirasakan hilang timbul

3) Riwayat keluhan yang menyertai

Klien mengatakan demam, nyeri ulu hati.

4) Riwayat kesehatan masa lalu

Pasien mengatakan belum pernah dirawat di rumah sakit

sebelumnya, pasien mengatakan tidak memiliki penyakit menular,

pasien tidak memiliki riwayat alergi makanan ataupun obat.

5) Riwayat kesehatan keluarga

Keluarga pasien mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit

keturunan yang sama dengan pasien.

c. Genogram

A B

C D

Gambar 4.1 Genogram Pasien


42

Keterangan

: Laki-laki

: Perempuan

: Meinggal

: Garis Perkawinan

: Garis Keturunan

: Pasien

A : Orang tua dari ayah pasien


B : Orang tua dari ibu pasien
C : Ayah pasien bersaudara
D : Ibu pasien bersaudara
E :Pasien bersaudara
d. Pengkajian Pola Fungsional
Tabel 4.1 Pengkajian Pola Fungsional
NO Data Sebelum Saat Saat Sakit

1 Pola Metabolik
Nutrisi 3 x sehari 1-2 x sehari
a.Frekuensi Makan Baik Berkurang
b.Nafsu Makan Banyak Makanan tidak di
c.Porsi makan Tidak ada habiskan
d.Pantangan makan Tidak ada
2 Pola Istirahat tidur :
Bisa tidur 1-2 jam/hari
Siang Baik 1-2 jam/hari Bisa tidur 7-8 jam/hari
Malam Baik 8-9 jam/hari Terbangun jika nyeri
Gangguan Tidur Tidak ada
3 Pola kebersihan diri

Mandi 2x/hari 1x/hari


Sikat gigi 2x/hari 1x/hari
Cuci rambut 2-3 hari Belum pernah
Kebersihan kuku Tidak menentu Belum pernah
4 Pola eliminasi
43

BAB Belum pernah BAB


Frekuensi 2x/hari -
Konsistensi Lunak
BAK Pasien
Frekuensi 3x/hari mengatakanbahwa
Warna Kuning Frekuensi berkemih : 3
Jumlah urien 1000cc/hari x/ hari,
Warna bening
Jumlahnya1500/24
jam,Baunya Khas,tidak
ada alat bantu yang
digunakan
5 Pola Aktifitas Klien biasa melakukan Pasien bisa melakukan
pekerjaan besar dan kegiatan
ringan di rumah dan sehari-hari/aktifitas
temani suami ke kebun

6 Peran Klien berperan sebagai Klien tidak mampu


kepala keluarga dan memenuhi perannya
berperan sebagai bapak sebagai kepala keluarga
bagi anak – anaknya
dan sebagai bapak bagi
anaknya saat klien
sedang sakit

7 Pola keyakinan atas Klien selalu berdoa dan Klien selalu berdoa
spiritual dan nilai – menunaikan ibadah agar cepat sembuh dari
nilai sholat ke masjid penyakit yang
dideritanya

8 Pola komunikasi dan Klien selalu Klien hanya


hubungan dengan berkomunikasi dengan berkomunikasi dengan
orang lain saudara, teman, dan keluarga yang menjaga
keluarga dan klien klien di RS dan
memiliki hubungan hubungan dengan orang
baik dengan orang lain lain kurang baik

9 Kemampuan Klien mampu Klien tidak mampu


penyelesaian masalah menyelesaikan masalah mengatasi masalahnya
dengan cara berdiskusi karena sakit yang
bersama keluarga diderita

e. Pemeriksaan Fisik
44

1) BB sebelum Sakit : 58 kg

2) BB saat ini : 55 kg

3) Kesadaran : composmentis GCS ( 15 )

4) Tanda – tanda vital : TD : 110/70 mmHg N : 86x/i R: 22x/i S :

36,8°C

5) Kepala dan Rambut

a) Inspeksi : Kulit kepala bersih, tidak ada ketombe, rambut

berwarna hitam,

b) Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak teraba adanya

benjolan, tidak rontok

6) Mata

a) Inspeksi : konjungtiva warna merah mudah, sclera putih

kekuningan, palpebra tidak ada pembengkakan, tidak ada

strabismus,ketajaman penglihatan dapat melihat dengan

jelas,tidak ada alat bantu pengelihatan.

b) Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan pada area mata

7) Mulut

Inspeksi: Mulut bersih, Mukosa bibir :sedikit kering, Bentuk

Bibir Normal, tidak ada Kesulitan menelan, tidak ada

kemerahan/seriawan, tidak ada pembesaran tonsil.

8) Leher
45

a) Inspeksi : Tidak nampak adanya pembesaran pada leher,

tidak nampaknya adanya lesi atau benjolan, ada luka pada

leher kanan luas kurang lebih 1,5 cm,

b) Palpasi : Tidak ada pembesaran pada kelenjar limfe dan tiroid

serta tidak ada pembendungan kelenjar vena jungularis,

daerah sekitar luka nyeri

9) Dada (jantung dan paru-paru)

a) Inspeksi : Tidak ada kelainan retraksi dinding dan

dada

b) Palpasi : Ictus cordis teraba kuat antara ICS 4 dan 5

c) Perkusi : Suara perkusi jantung pekak, letak jantung masih

dalam batas normal di ICS 2-5

d) Auskultasi :Bunyi jantung : S1–S2 Tunggal, tidak ada suara

jantung tambahan.

10) Abdomen

a) Inspeksi : Datar lemas

b) Auskultasi: Peristaltik usus 12 x/menit

c) Perkusi : Terdengar suarathympani.

d) Palpasi : Terdapat nyeri abdomen pada bagian ulu hati

kuadran1,

karakteristik pasien tampak meringis saat ditekan

di bagian hati.

11) Genetalia
46

a) Inspeksi : Tidak dilakukan pemeriksaan

b) Palpasi : Tidak dilakukan pemeriksaan

12) Ekstremitas Bawah

Inspeksi : Kemampuan pergerakan sendi dan tungkai (ROM) :

Bebas, luka pada kaki sebelah kanan, luka nampak dalam

keadaan basah, tidak ada dislokasi, tidak ada oedema, tidak

terdapat fraktur, akral hangat, kelembaban lembab, turgor

normal, CRT<2detik, kemampuanADL: pasien melakukan

aktivitasnya sendiri.

13) Kulit

a) Inspeksi : kulit berwarna sawo matang, kulit kering

b) Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, turgor kulit baik. CRT

<2detik

f. Pemeriksaan Penunjang
Tabel 4.2 Hasil Laboratorium
Parameter Hasil Satuan Nilai rujukan

RBC 3,9 10^6/uL 4.7 - 6.1

HGB 11,7 9/dL 14 – 18

HCT 33 % 42 – 52

PLT 452 10^3/uL 150 – 450

MXD 1,3 10^3/uL 0 - 1.2


47

Tabel 4.3 Hasil Laboratorium


Tes Result Flag Normal

Glukosa sewaktu 240 mg/dL N 60–199 mg/Dl

g. Terapi

1. IVFD RL 20 tpm

2. Infus drips adona 1 ampul dalam NaCl 1 kolf 20 tpm, 3 siklus

3. Injeksi Cefoperazone 2x1 vial

4. Injeksi Pantoprazole 2x1 vial

5. Asam Tranexamat 500 mg/ 8 jam/ IV

6. Paracetamol drips 1 fle extra, lanjut Paracetamol 3x1 tablet

7. Ezelin 10 unit 1x1/SC

h. Klasifikasi Data

Data subjektif :

a) Pasien mengatakan nyeri pada kaki kanan

b) Pasien mengatakan nyerinya seperti ditusuk-tusuk

c) Pasien mengatakan nyerinya terus-menerus

d) Wajah pasien nampak meringis Skala nyeri sedang (4)

e) Klien mengatakan aktifitasnya dibantu oleh keluarga

f) Klien mengatakan sulit menggerakan bagian kaki kanannya

g) Klien mengatakan nyeri saat bergerak

Data objektif :

a) Adanya nyeri tekan pada sekitar kaki

b) Wajah pasien tampak meringis


48

c) Nyeri dirasakan 6 hari sebelum masuk rumah sakit

d) Nyeri dirasakan setelah 4 hari setelah di gigit serangga

e) Gerakan kaki klien nampak terbatas

f) Kekuatan otot klien menurun

g) Nyeri hilang timbul

h) Warna luka merah mudah

i) Kedalaman luka 1 cm dan luas luka 10 cm

j) Luka pada kaki klien mengeluarkan nanah

k) Kedua kaki klien nampak bengkak

i. Analisa data

Tabel 4.3 Analisa data

N MASAL

O DATA ETIOLOGI AH

1. DS : Agen Nyeri
pencedera akut
b) klien mengatakan nyeri pada kaki fisiologis
kanan
c) klien mengatakan nyeri seperti ditusuk-
tusuk
DO :

a. Warna luka merah mudah


b. Kedalaman luka 1 cm dan luas luka 10 cm
c. Luka pada kaki klien mengeluarkan nanah
d. Kedua kaki klien nampak bengkak
e. klien mengatakan adanya nyeri tekan pada
sekitar kaki
f. wajah klien tampak meringis
g. nyeri dirasakan 6 hari sebelum masuk
rumah sakit
h. nyeri dirasakan setelah 4 hari digigit
serangga
49

d) TD : 110/70
N : 86x/menit
R : 22x/menit Ganggu
Agen cidera
S : 36,8oc an
fisik
integrita
DS : s
a. klien mengatakan tungkai kaki kanan nya kulit/jari
terdapat luka. ngan
b. wajah klien nampak meringis skala nyeri
sedang (4)
c. klien mengatakan aktifitasnya dibantu
oleh keluarga
d. klien mengatakan luka pada kakinya
sudah 1 minggu.

DO :

a. Warna luka merah mudah


b. Kedalaman luka 1 cm dan luas luka 10 cm
c. Luka pada kaki klien mengeluarkan nanah
d. Kedua kaki klien nampak bengkak

1. Diagnosa keperawatan

b. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik

c. Gangguan integritas kilit/jaringan berhubungan dengan Agen cedera

fisik.

2. Intervensi keperawatan

Tabel 4.4 Intervensi keperawatan

Tujuan dan Kriteria


No Diagnosa Keperawatan Intervensi
Hasil

1 Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan Observasi :


dengan agen pencedera tindakan keperawatan 1. Identifikasi lokasi,
fisiologis ditandai dengan : selama 3x24 jam maka karakteristik,
durasi, frekuensi,
nyeri akut menurun
DS : kualitas, intensitas
dengan kriteria hasil : nyeri
klien mengatakan 2. Identifikasi skala
a. Keluhan nyeri
nyeri pada kaki kanan nyeri
b. Meringis
50

DO : c. Gelisah 3. Berikan teknik


d. Kesulitan tidur nonfarmakologis
a. Klien mengatakan untuk mengurangi
adanya nyeri tekan rasa nyeri (dengan
b. Wajah klien cara kompres
nampak meringis hangat)
c. Nyeri dirasakan 6 4. Jelaskan penyebab
hari seblum masuk periode dan pemicu
rumah sakit nyeri
d. Kedua kaki klien Terapeutik :
nampak bengkak 1. Fasilitas istrahat dan
e. TTV : tidur
TD : 110/70 mmHg 2. Pertimbangkan jenis
dan sumber nyeri dalam
N : 86 x/menit pemilihan strategi
R : 22 x/menit meredakan nyeri
S : 36,8◦C 3. Kolaborasi pemberian
:analgeti, jika perlu

2 Gangguan integritas Setelah dilakukan Observasi :


kulit/jaringan berhubungan tindakan keperawatan 1. Monitor
dengan agen cedera fisik selama 3x24 jam maka karakteristik luka
intregritas 2. monitor tanda-tanda
DS : kulit/jaringan infeksi.
meningkat dengan Terapeutik :
a. Wajah klien
kriteria hasil: 3. Bersihkan dengan
b. tampak meringis
cairan NaCl/
skala nyeri a. Integritas kulit pembersih non
sedang(4) yang baik bisa toksik
c. Klien mengatakan dipertahankan 4. Berikan salep
aktifitasnya b. Menurunkan yang sesuai
dibantukeluarganya pemahaman Edukasi :
d. Klien mengatakan dalam proses 1. Jelaskan tanda dan
terdapat luka dikaki perbaikan kulit gejala infeksi
kanan. dan mencegah 2. ajarkan prosedur
e. Klien mengatakan terjadinya cedera perawatan luka secara
luka pada kakinya berulang mendiri.
sudah 1 minggu.
Kolaborasi :
1. kolaborasi
DO : pemberian antibiotic,
jika perlu.
a. Mukosa bibir 1.
kering
b. Warna luka merah
mudah
c. Kedalaman luka 1
cm dan luas luka
51

10 cm
d. Luka pada kaki
klien
mengeluarkan
nanah
e. Kedua kaki klien
nampak bengkak
52

Catatan perkembangan

Tabel 4.5 Catatan Perkembangan Hari ke-1

Hari/ Implementasi Evaluasi


tanggal

Selasa,23 2. Mengukur TTV 13.33


Agustus Hasil : TD : 110/70 mmhg
N : 86 x/ menit S : a. Klien mengatakan nyeri
2022 dirasakan hilang timbul
R : 22 x/ menit
09.00wita S : 36,0C
a. Klien mengatakan nyeri
3.identifikasi lokasi, seperti tertusuk-tusuk
karakteristik,durasi,frekuensi O:
, kualitas, intensitas nyeri
Hasil : Nyeri didapatkan a. Warna luka merah mudah
dikaki kanan nyeri hilang b. Kedalaman luka 1 cm dan luas
timbul, pasien meringis luka 10 cm
c. Luka pada kaki klien
22 3. Identifikasi skala nyeri
mengeluarkan nanah
Hasil : Skala nyeri yang
dirasakan 4 (sedang)
d. Kedua kaki klien nampak
bengkak
4. Berikan teknik e. Skala nyeri dirasakan sedang (4).
nonfarmakologi
b. Klien nampak meringgis
untuk mengurangi
kesakitan
rasa nyeri.
1). TTV :
Hasil : Pasien dapat
melakukan teknik TD : 110/70 mmhg
relaksasi untuk N : 86 x/ menit
mengurangi rasa R : 22 x/ menit
nyeri. S : 36,80C

A Masalah nyeri akut belum


teratasi
P Intervensi dilanjutkan
53

Rabu,24 13.55 wita


agustus 1. memonitor karateristik
luka
2022 S : Pasien mengatakan merasa tidak
Hasil : Terdapat luka DM nyaman terhadap
H-2 pada bagian
kondisi luka DM di kakinya.
telapak kaki kanan
Terdapat pus O : a. Luka DM pasien terdapat
09.30wita nanah dan berwarna kemerahan
2. Mengajarkan b. Luka terdapat di bagian telapak
prosedur tindakan kaki kanan
perawatan luka
c. Terdapat bau yang tidak sedap
mandiri
pada luka DM
Hasil: Keluarga pasien d. Keluarga pasien (istri) paham
paham dalam melakukan perawatan
melakukan perawatan luka luka secara mandiri
mandiri
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
Kamis,2523 1. Identifikasi skala nyeri S:
Hasil : Skala nyeri yang
Agustus dirasakan 4 (sedang) a. Klien mengatakan sudah tidak
1. Berikan teknik merasakan nyeri pada kaki
2022
nonfarmakologi sebelah kanan
untuk mengurangi b. Klien mengatakan sudah
10.00wita rasa nyeri. merasa nyaman
Hasil : Pasien dapat O:
melakukan teknik a. Klien nampak nyaman
relaksasi untuk b. Klien nampak lebih ceria
mengurangi rasa nyeri. c. Kedua kaki klien nampak
bengkak
d. TTV :
TD : 120/80 mmhg
N : 83 x/ menit
R : 20 x/ menit
S : 36, 6C
A : masalah belum teratasi
P : Intervensi dihentikan
54

10:30 1. Bersihkan dengan cairan S : Pasien mengatakan terdapat


NaCl atau perbersih adanya luka dikaki kanan
nontoksik, sesuai kebutuhan. O : Terdapat luka di bagian betis
Hasil : Luka bersih, kaki kanan, Luas luka (P x L
berwarna kemerahan, = 35 cm x 5cm ) , Grade IV,
bau hilang Warna luka : Merah 100%,
Terdapat sloug dan biofilm,
2. memonitor tanda-tanda
infeksi. Total skore bates jansen
adalah 30 ,Balutan luka
Hasil : Kulit kemerahan diganti setiap 2 hari sekali
disekitar luka, A : Masalah belum teratasi
terdapat kalor
P : intervensi dihentikan

B. Pembahasan

1. Pengkajian keperawatan

Hasil pengkajian yang peneliti lakukan pada Tn. M ditemukan

data pasien mengatakan nyeri pada kaki sebelah kanan, disebabkan

karena digigit serangga 3 minggu yang lalu. Keluhan nyeri dirasakan

sejak 4 hari setelah terkena gigitan serangga. Pasien mengatakan nyeri

pada kaki sebelah kanan seperti ditusuk-tusuk, nyeri dirasakan pasien

pada skala sedang (4). Nyeri mulai timbul dirasakan terus-menerus


55

semenjak 6 hari sebelum masuk rumah sakit, pasien mengatakan nyeri

ulu hati dan demam. Data Objektif yang ditemukan keadaan umum

lemah, kesadaran composmentis klien mengatakan adanya nyeri tekan

pada sekitar kaki, wajah klien tampak meringis, nyeri dirasakan 6 hari

sebelum masuk rumah sakit, nyeri dirasakan setelah 4 hari digigit

serangga, mokusa bibir kering, akral teraba hangat, Warna luka merah

mudah, Kedalaman luka 1 cm dan luas luka 10 cm, Luka pada kaki

klien mengeluarkan nanah , Kedua kaki klien nampak bengkak tanda

tanda vital TD : 110/70, N : 86x/menit, R : 22x/menit, S : 36,8oc

Berdasarkan pengkajian pada Tn. M pada umumnya kondisi

yang di alami pasien sama seperti tanda dan gejala penyakit Siabetes

Melitus tipe 2 secara teori. Pasien telah mendapatkan lebih dari 4 hari

perawatan sehingga dapat mencegah kondisi lebih buruk.

Asumsi peneliti timbulnya luka pada kaki sebelah kanan

dikarenakan perubahan patologis anggota gerak ekstremitas atas.Hasil

penelitian ini sejak dengan penelitian evruini (2019) menyatakan bahwa

komplikasi yang terjadi pada pasien diabetes mellitus adalah perubahan

patologis anggota gerak ekstremitas bawah akibat gangguan sirkulasi,

penurunan sensasi yang biasa disebabkan luka dan tidak terkontrolnya

infeksi sehingga dapat mengakibatkan luka basah.

Penelitian ini didukung oleh teori menyatakan diabetes

mellitus tipe II yang tidak terkontrol akan menyebabkan akan organ

tubuh terganggu terutama pembuluh darah. Dampaknya komplikasi


56

akan timbul antara lain keruskan saraf, ginjal, mata, jantung dan stroke

(Alvira dan Winalyan 2019).

2. Diagnosis keperawatan

Menurut : (SDKI DPP PPNI, 2017)

a. Nyeri akut dibuktikan dengan agen cedera fisiologi

b. Gangguan integritas kilit/jaringan dibuktikan dengan Agen

cedera fisik.

Berdasarkan teori diatas dan data hasil pengkajian pada

kasus nyata pasien Tn.M didapatkan 2 diagnosis dan tidak

terdapat adanya kesenjangan antara hasil teori dan kasus

penelitian. Hanya saja ada beberapa diagnosis yang tidak

didapatkan pada pasien Tn. M intoleransi aktivitas,risiko

ketidakseimbangan cairan, resiko deficit nutrisi.

3. Rencana keperawatan

Setelah dilakukan masalah keperawatan, kriteria hasil yang

ingin di capai berdasarkan kriteria SMART, S (Spesifik), M

(Measurable), A (Achieveable), R (Region), T (Time). Setelah dilakuan

tindakan keperawatan 3x24 jam diharapkan keluhan nyeri meningkat,

meringis cukup meningkat, gelisah meningkat, kesulitan tidur meningkat,

hidrasi meningkat, skala nyeri meningkat.

Alasan penelitian melakukan tindakan keperawatan 3x24 jam

karena tindakan keperawatan dapat mengurangi bahkan mengatasi

masalah nyeri akut dan gangguan mobilitas berhubungan dengan nyeri


57

sehingga dapat membantu dalam proses penyembuhan pasien. Peneliti

melakukan intervensi keperawatan berdasarkan ONEC,O (Observasi), N

(Nursing), E (Education), C (Colaboration), adalah identifikasi lokasi,

karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas, nyeri, indentifikasi

skala nyeri, berikan teknik nonfarnakologi untuk mengurangi rasa nyeri,

jelaskan penyebab periode dan pemicu nyeri, identifikasi Gangguan

mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri.

4. Implementasi keperawatan

Implementasi adalah kegiatan dalam pelaksanaan juga meliputi

pengumpulan data berkelanjutan, mengobservasi respon pasien sebelum dan

sesudah pelaksanan tindakan, serta menilai data yang baru (Ilmiah & Sandi,

2022)

Implementasi yang diberikan kepada pasien sesuai dengan

intervensi yang telah di rencanakan peniliti, yaitu pada kasus nyeri akut

identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas, nyeri,

indentifikasi skala nyeri, berikan teknik nonfarnakologi untuk mengurangi

rasa nyeri, jelaskan penyebab periode dan pemicu nyeri. Dan pada kasus

kedua peneliti melakukan identifikasi gangguan mobilitas fisik berhubungan

dengan nyeri, menganjurkan agar kompres air hangat.

Implementasi dilakukan pada hari pertama pada tanggal 23 Agustus

2022 mulai dari 08.00 sampai dengan 14.00 hari pertama tujuan belum

tercapai
58

Implementaasi dilakukan pada hari kedua pada tanggal 24 Agustus

2022 mulai dari 08.25 sampai dengan 10.55 hari kedua tujuan belum

tercapai

Implementaasi dilakukan pada hari ketiga pada tanggal 25 Agustus

2022 mulai dari 09.00 sampai dengan 10.30 hari ketiga tujuan belum

tercapai

5. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi yang dilakukan selama 3 hari merupakan hasil dari

implementasi keperawatan. Evaluasi yang akan dilakukan oleh peneliti

disesuaikan dengan kondisi pasien, sehingga rencana tindakan dapat

dilaksankan dengan SOAP (Subjek, Objek, Assessment, Planning).

Dalam evaluasi kasus Diabetes Mellitus Tipe II untuk diagnosis

pertama nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik tidak tercapai

pasien mengatakan masih tersa nyeri, seperti tertusuk-tusuk. Dan diagnosis

kedua gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri luka masih

kemerahan dan tidak tercapai. Peneliti mengasumsikan bahwa karena pasien

memiliki komplikasi penyakit anemia sehingga menghambat penyembuhan

pasien, dan tidak semua kriteria hasil dapat tercapai dalam waktu yang

singkat, semuanya membutuhkan waktu, proses ketaatan dalam pengobatan.


59
60
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Setelah peneliti melakukan tindakan Asuhan keperawatan pada pasien

dengan kasus Diabetes Melitus tipe 2 diruangan jambu RSUD Madani palu

didapatkan:

1. Pengkajian Keperawatan

Setelah peneliti lakukan pada Tn. M ditemukan data pasien

mengatakan nyeri pada kaki sebelah kanan, disebabkan karena digigit

serangga 3 minggu yang lalu. Keluhan nyeri dirasakan sejak 4 hari

setelah terkena gigitan serangga. Pasien mengatakan nyeri pada kaki

sebelah kanan seperti ditusuk-tusuk, nyeri dirasakan pasien pada skala 6

(sedang). Nyeri mulai timbul dirasakan terus-menerus semenjak 6 hari

sebelum masuk rumah sakit, pasien mengatakan nyeri ulu hati dan

demam. Data Objektif yang ditemukan keadaan umum lemah, kesadaran

composmentis klien mengatakan adanya nyeri tekan pada sekitar kaki,

wajah klien tampak meringis, nyeri dirasakan sedang (4) hari sebelum

masuk rumah sakit, nyeri dirasakan setelah 4 hari digigit serangga,

Warna luka merah mudah, Kedalaman luka 1 cm dan luas luka 10 cm,

Luka pada kaki klien mengeluarkan nanah , Kedua kaki klien nampak

bengkak, tanda tanda vital TD : 110/70, N : 86x/menit, R : 22x/menit, S :

36,8oc

61
62

2. Diagnosa Keperawatan

Dirumuskan ada dua yaitu nyeri akut berhubungan dengan agen

cedera fisilogis dan Gangguan mobilitas fisik dengan keengganan

melakukan pergerakan sehubungan jika dibandingkan dengan teori

terdapat 2 diagnosa, namun demikian menurut peneliti tidak ada

kesenjangan karena dua diagnosa yang ada sesuai dengan teori.

3. Perencanaan keperawatan

Diagnosa nyeri akut adalah: observasi TTV, lakukan pengkajian

nyeri secara komprehensif, ajarkan teknik farmakologi napas dalam,

tingkatkan istirahat dan atur posisi pasien, kaloborasi dengan tim medis

dalam pemberian terapi, intervensi Gangguan mobilitas fisik dan nyeri

anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang longgar, jaga kulit

tetap bersih dan kering, mobilitas pasien (ubah posisi pasien) setiap dua

jam sekali, monitor kulit akan adanya kemerahan dan observasi luka.

4. Impementasi Keperawatan

Dilakukan sesuai dengan intervensi Keperawatan berupa jenis

tindakan keperawatan mandiri serta tindakan keperawatan dengan tim

medis lainnya, Tindakan yang dilakukan sesuai dengan kondisi dan

keadaan klien dan seluruh tindakan keperawatan yang dilakukan sudah

dapat persetujuan klien dan keluarga klien, Implementasi dilakukan

selama 3 hari Rawatan.


63

5. Evaluasi Keperawatan

yang dilakukan terhadap masalah keperawatan nyeri akut

berhubungan dengan agen cedera fisik telah teratasi setelah hari ke dua

dan Gangguan mobilisasi fisik berhubunga nyeri belum dapat diatasi dan

pasien tetap dilakukan perawatan luka.

B. Saran

1. Poltekkes kemenkes Palu

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan

keperpustakaan dan dapat menambah informasi Keperawatan Medikal

Bedah tentang asuahan keperawatan pasa Tn. M dengan diabetes mellitus

Tipe II dapat menambah pengetahuan mahasiswa Poltekkes Kemenkes

Palu khususnya tentang Diabetes Mellitus Tipe II.pengetahuan mahasiswa

Poltekkes Kemenkes Palu khususnya tentang Diabetes Mellitus Tipe II

2. RSUD Madani Palu

Penelitian ini mampu memotivasi dan sebagai penambah wawasan

serta pedoman bagi tenaga keperawatan dalam memberikan asuhan

keperawatan pada Tn. M yang mengalami pnyakit diabetes mellitus

3. Peneliti selanjutnya

Bagi peneliti selajutnya sebaiknya penelitian ini lebih ditingkatkan

lagi dalam penerapannya agar masalah nyeri akut dan Ganggun mobilitas

fisik dengan nyeri dapat teratasi secara maksimal dan menyeluruh


DAFTAR PUSTAKA

Fajri Isbaeti, T., Sumarni, T., Ulfah, M., Studi, P., Program, K., Tiga, D.,
Kesehatan, F., & Harapan Bangsa, U. (2021). Gambaran Kerusakan
Integritas Jaringan pada Ny. R dengan Diabetes Mellitus Tipe II di Ruang
Edelweis RSUD Dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga.Jurnal
Keperawatan 441–447.

Insana,Maria. (2021). Asuhan Keperawatan Diabetes Mellitus. Deepublish


Sleman

Kementrian kesehatan republik indonesia. (2020). Tetap Produktif, Cegah Dan


Atasi Diabetes Mellitus. In pusat data dan informasi kementrian kesehatan
RI.

Martha, E. Kresno, S. (2016). Metodologi Penelitian Ilmu kualitatif untuk


bidangKesehatan. Salemba Medika.

Nasution, F. (2021). Faktor Resiko Kejadian Diabetes Mellitus : Jurnal Ilmu


Kesehatan.

Paulus, S. (2019). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem


Endokrin (J. Aksara (Ed.)). Pustaka Baru Press

Purnama.,A,n.,2019. Aktivitas fisik dan hubungannya dengan kejadian Diabetes


Mellitus. Window of Health : jurnal kesehatan.

Putri Nurmadani Hussnah, 2016. Pathway Diabetes Mellitus. Jurnal Kesehatan.

Profil Medik RSD Madani Palu (2018).

profil Medik RSD Madani Palu (2019).

Profil Medik RSD Madani Palu (2020).

Profil Medik RSD Madani Palu (2021).

PPNI. (2017.). StandarDiagnosa Keperawatan Indonesia. DPP PPNI.

PPNI, (2019). standar Luaran Keperawatan Indonesia. Dwan pengurus pusat.

PPNI, (2018). Standar Intervensi keperawatan Indonesia. Dewan Pengurus pusat.

Rudi Haryono & Brigitta, Ayu, Diwi, S. (2019). Asuhan Keperawatan Pada
Pasien sDengan Gangguan Sistem Endokrin. Puzstaka Bau Press.

64
65

Wulandari. desi. Lisum Kristanti. (2019). “‘Asuhan Keperawatan Pada Pasien


Dengan Diabetes Mellitus Tipe II Di Ruangan Flamboyan RSUD Abdul
Wahab Sjahranie Samarinda’”. Jurnal Keperawatan. Politeknik Kesehatan
Kementerian Kesehatan Jurusan Keperawatan Prodi D-III Keperawatan
Samarinda. http;//repository.poltekkes-kaltim.ac.id/423

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2020). Tetap Produktif, Cegah Dan


Atasi Diabetes Mellitus. In pusat data dan informasi kementrian kesehatan RI.
66

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. IDENTITAS DIRI

Nama : Melisa

Nim : PO7120119039

Tempat Tanggal Lahir : Palu 12 Mei 2002

Kewarganegaraan : Indonesia

Agama : Islam

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Kayumalue ngapa

B. IDENTITAS ORANG TUA

Nama Ayah : Husni

Nama Ibu : Hadida

C. RIWAYAT PENDIDIKAN

Tamat SD Inpres Kayumalue ngapa Tahun 2013

Tamat SMP N 20 Palu Tahun 2016

Tamat SMAN 5 Palu Tahun 2019

Terdaftar Sebagai Mahasiswa POLTEKKES KEMENKES PALU

2019

Anda mungkin juga menyukai