Anda di halaman 1dari 68

HALAMAN JUDUL

PENERAPAN STRATEGI PELAKSANAAN HALUSINASI TERHADAP


KEMAMPUAN MENGONTROL HALUSINASI PADA ASUHAN
KEPERAWATAN KLIEN DENGAN HALUSINASI
PENDENGARAN DI RSUD MADANI
PROVINSI SULAWESI TENGAH

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan program Pendidikan


Diploma III Kesehatan Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Palu
Jurusan Keperawatan Program Studi D-III Keperawatan Poso

Oleh

Wildayanti A.Anju
NIM: PO 0220215073

KEMENTERIAN KESEHATAN R I
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALU
JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI D-III KEPERAWATAN POSO
2018
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

Karya Tulis Ilmiah ini telah diperiksa dan disetujui untuk diuji oleh tim penguji
Poltekkes Kemenkes Palu Jurusan Keperawatan Program Studi Keperawatan
Poso.

Nama : Wildayanti A Anju

NIM : PO 0220215073

Poso, 01 Agustus 2018

Pembimbing I

I Made NursanaS.Kep.Ns, M.Kes


NIP : 197106231995031002

Poso,01 Agustus 2018

Pembimbing II

H. Amir.,S.Kep,Ns,MM
NIP : 197404011995031004

Mengetahui,

Ketua Program Studi

Abdul Malik Lawira. S.Kep.,Ns, M.kes


NIP : 197111021996031001

ii
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI

Karya Tulis Ilmiah ini telah di pertahankan di depantim penguji Poltekkes

Kemenkes Palu Jurusan Keperawatan Program Studi Keperawatan Poso pada

tanggal 06 Agustus 2018 .

Nama : Wildayanti A Anju

NIM : PO 0220215073

Abdul Malik Lawira. S.Kep.,Ns, M.kes Penguji I


NIP : 197111021996031001

Dafrosia Darmi Manggasa. S.Kep, M.Biomed Penguji II


NIP : 198106082005012003

Ni Made Ridla Nilasanti,S.kep.,M.Biomed Penguji III


NIP : 196301041984032001

Mengetahui Mengetahui
Poltekkes Kemenkes Palu Ketua Jurusan Keperawatan

Nasrul.SKM.M.Kes Selvi Alfrida Mangundap S.Kep.M.Si


NIP : 195303121975081001 NIP : 196604241989032002

iii
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN PALU
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN POSO

Anju, Wildayanti A : “Penerapan strategi pelaksanaan halusinasi terhadap


kemampuan mengontrol halusinasi pada asuhan keperawatan klien dengan
halusinasi pendengaran Di RSUD Madani Provinsi Sulawesi Tengah.” Karya
Tulis Ilmiah yang dibimbing oleh : (1) I Made Nursana (2) Hj.Amir.

ABSTRAK

XII + 56 Halaman + 4 Gambar + 7 Tabel + 9 Lampiran

Latar Belakang : Halusinasi adalah persepsi klien terhadap lingkungan tanpa


stimulus yang nyata, artinya klien menginterpretasikan sesuatu yang tidak nyata
tanpa stimulus/rangsangan dari luar. Tujuan : Melakukanpenerapan strategi
pelaksanaan halusinasi terhadap kemampuan mengontrol halusinasi pada asuhan
keperawatan klien dengan halusinasi pendengaran di RSUD MadaniProvinsi
Sulawesi Tengah. Jenis Penelitian : deskriptif dengan pendekatan studi kasus.
SubyekPenelitian : Klien jiwa yang mengalami halusinasi pendengaran Rumah
Sakit Daerah Madani Palu.Hasil Penelitian : responden dapat mengontrol
halusinasi dengan cara menghardik halusinasi dan bercakap-cakap dengan orang
lain secara mandiri, ketika dilakukan evaluasipasien mengatakan halusinasi yang
di dengar pada awalnya 3-4 kai kini halusinasi tidak lagi di dengar. Kesimpulan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, gangguan persepsi sensori halusinasi
pendengaran teratasi. Saran :meningkatkan ilmu pengetahuan dan keterampilan
sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi sehingga dapat
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan kepada masyarakat.

Kata Kunci :Halusinasi Pendengaran, mengontrol halusinasi

Daftar Pustaka : 18 ( 2005 – 2017 )

iv
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah

SWT yang telah memberikan Rahmatnya-Nya sehingga penulis diberikan

kesehatan dan kelancaran dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini untuk

memenuhi salah satu persyaratan dalam rangka menyelesaikan Program Diploma

III Keperawatan Politeknik Kesehatan Palu Program Studi Keperawatan Poso.

Karya Tulis Ilmiah ini berjudul “Penerapan Strategi Pelaksanaan

Halusinasi Terhadap Kemampuan Mengontrol Halusinasi Pada Asuhan

Keperawatan Klien Dengan Halusiansi Pendengaran Di RSUD Madani

Provinsi Sulawesi Tengah”. Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis

banyak menghadapi hambatan dan kesulitan, namun atas bimbingan, bantuan dan

arahan dari berbagai pihak maka penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini daoat

terselesaikan.

Selama penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak mengalami

kesulitan dan berbagai masalah namun dengan adanya bantuan dan dukungan dari

berbagai pihak terutama dari kedua orang tua penulis sehingga penulis dapat

mengatasinya. Oleh karena itu, perkenankanlah penulis untuk mengucapkan

terima kasih kepada:

1. Bapak Nasrul, SKM.M.Kes selaku Direktur Politeknik Kesehatan

Kementrian Kesehatan Palu.

2. Ibu Selvi Alfrida M, S.Kep.M.Si selaku Ketua Jurusan Keperawatan

3. Bapak Abdul Malik Lawira, S.Kep.Ns.M.Kes selaku Ketua Program Studi

Keperawatan Poso selaku penguji pertama yang telah memberikan penulis

v
kesempatan untuk belajar dari kesalahan sehungga dapat menyelesaikan

Karya Tulis Ilmiah ini.

4. M.Zamil Mardani,SKM.M.Kes selaku Pembimbing akademik yang selalu

memberi motivasi dalam menyelesaikan pendidikan

5. I Made NursanaS.Kep.Ns, M.Kes selaku Pembimbing utama yang telah

banyak meluangkan waktunya dengan penuh kesabaran dalam memberikan

arahan, dorongan dan semangat sehingga karya tulis ilmiah ini dapat

terselesaikan.

6. H. Amir.,S.Kep,Ns,MM selaku pembimbing pendamping yang dengan

penuh kesabaran membimbing dan mengarahkan penulis dalam penyusunan

karya tulis ilmiah ini.

7. Dafrosia Darmi Manggasa. S.Kep, M. Biomed penguji kedua yang telah

memberikan penulis masukan dan saran sehingga dapat menyelesaikan

Karya Tulis Ilmiah ini.

8. Ni Made Ridla Nilasanti S.Kep.M.Biomed penguji ketiga yang telah

memberikan juga penulis masukan dan saran sehingga dapat menyelesaikan

Karya Tulis Ilmiah ini.

9. Staf dosen dan staf tata usaha program Studi Keperawatan Poso yang

selama ini telah memberikn bantuan kepada penulis.

10. Kepala Direktur Rumah Sakit Umum Madni Palu yang telah memberikan

izin dan informasi selama penelititan hingga penulis dapat menyelesaikan

penelitian ini.

vi
11. Kepala ruangan beserta petugas perawat di ruang Sarikaya yang telah

memberikan bimbingan dan arahan selama penulis melakukan penelitian di

ruang Sarikaya RSUD Madani

12. Kepada orang tuaku tercinta, Bapak Amran Anju dan Ibu Nurbaeti D. Olagi

serta seluruh keluarga yang selalu memberikan nasehat, arahan serta

mendoakan penulis sehingga dapat menyelesaikan pendidikan ini.

13. Rekan-rekan mahasiswa dan mahasiswi program studi keperawatan poso

khususnya sahabat Tim A.K “Sulfahmi I rusman, Nurannisa labatjo, Zikri

siti Ramadan, Rika Novita Sari, Nurdiana Wahyuni K, Silviana Idris, Ria

Regita dan Milawati” yang banyak membantu penulis dalam menyelesaikan

Karya Tulis Ilmiah ini.

Semoga segala bantuan dan kebaikan yang diberikan mendapat balasan

dari Allah SWT.

Poso, Agustus 2018

Penulis
Wildayanti A. Anju

vii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..........................................................................................................ii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING.....................................................................ii
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI..............................................................................iii
ABSTRAK........................................................................................................................iv
KATA PENGANTAR........................................................................................................v
DAFTAR ISI...................................................................................................................viii
DAFTAR TABEL.............................................................................................................ix
DAFTAR GAMBAR.........................................................................................................x
DAFTAR LAMPIRAN.....................................................................................................xi
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1
A. Latar Belakang.......................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................................4
C. Tujuan Study Kasus...............................................................................................4
1. Tujuan Umum....................................................................................................4
2. Tujuan Khusus...................................................................................................4
D. Manfaat Studi Kasus..............................................................................................5
E. Keaslian Penelitian.............................................................................................6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................................7
A. Konsep Keperawatan Jiwa.....................................................................................7
B. Konsep Halusinasi..................................................................................................8
1. Pengertian..........................................................................................................8
2. Faktor Penyebab Halusinasi...............................................................................9
3. Jenis – jenis Halusinasi....................................................................................11
4. Tahapan Halusinasi...........................................................................................12
5. Tanda dan Gejala..............................................................................................14
6. Tipe Halusinasi.................................................................................................15
7. Psikopatologi....................................................................................................17
8. Rentang Respon...............................................................................................18
9. Pohon Masalah.................................................................................................20
10. Diagnosa Keperawatan.................................................................................20

viii
11. Intervensi keperawatan.................................................................................20
12. Standar operasional prosedur (SOP).............................................................21
BAB III METODE PENELITIAN...................................................................................24
A. Jenis Penelitian.....................................................................................................24
B. Lokasi dan Waktu Penelitian................................................................................24
C. Subyek Studi Kasus..............................................................................................24
D. Fokus Studi..........................................................................................................24
E. Definisi Operasional.............................................................................................25
F. Pengumpulan data................................................................................................25
G. Analisa Data.........................................................................................................26
H. Etika Penelitian....................................................................................................27
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN..................................................28
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian.....................................................................28
B. Hasil Penelitian....................................................................................................28
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...........................................................................53
A. Kesimpulan..........................................................................................................53
B. Saran....................................................................................................................54
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................55

ix
DAFTAR TABEL

Halaman

2.1. Strategi Pelaksanaan klien gangguan persepsi sensori: halusinasi.............20

4.1 Implementasi dan Evaluasi pertemuan I....................................................29

4.2 Analisa Data...............................................................................................36

4.3 Intervensi....................................................................................................37

4.4 Implementasi dan Evaluasi pertemuan ke II..............................................41

4.5 Implementasi dan Evaluasi pertemuan ke III.............................................44

4.6 Implementasi dan Evaluasi pertemuan ke IV.............................................47

x
DAFTAR GAMBAR

Halaman

2.1................................................................................... Gambar rentang respon

.....................................................................................................................18

2.2.................................................................................. Gambar pohon masalah

.....................................................................................................................20

4.1.......................................................................................... Gambar genogram

.....................................................................................................................32

4.2......................................................................... Gambar pohon masalah klien

.....................................................................................................................37

xi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Biodata Penulis

Lampiran 2 : Penjelasan Sebelum Penelitian

Lampiran 3 :Informed Consent

Lampiran 4 : Pengkajian Asuhan Keperawatan

Lampiran 5 : Surat Permohonan Izin Penelitian

Lampiran 6 : Surat Keterangan Telah melakukan Penelitian

Lampiran 7 : Jadwal Kegiatan Penelitian

Lampiran 8 : Daftar Anggaran Belanja

Lampiran 9 : Dokumentasi

xii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan adalah salah satu faktor utama bagi manusia untuk

melakukan segala aktivitas sehari – hari, selain kesehatan rohani dan juga

kesehatan jasmani sangat di butuhkan oleh manusia dalam mendukung

pelaksanaan segala kegiatan dan aktivits.

World Health Organitation (WHO) dalam Yusuf dkk, 2015.

Menjelaskan kriteria orang yang sehat jiwanya merupakan orang yang dapat

melakukan, diantaranya menyesuaikan diri secara konstruktif pada kenyataan,

meskipun kenyataan itu buruk, merasa bebas secara relatif dari ketegangan

dan kecemasan, memperoleh kepuasan dari usahanya dan perjuangan

hidupnya, merasa lebih puas untuk memberi daripada menerima.

Kesehatan jiwa merupakan bagian dari kesehatan, sehat jiwa tidak

hanya terbatas dari gangguan jiwa, tetapi merupakan suatu hal yang di

butuhkan oleh semua orang. Meskipun masalah kesehatan jiwa tidak di

anggap sebagai gangguan yang tidak di anggap sebagai gangguan yang tidak

menyebabkan kematian secara langsung, namun gangguan tersebut dapat

menimbulkan ketidakmampuan individu dalam berkarya serta ketidaktepatan

individu dalam berperilaku yang dapat menghambat pembangunan karena

mereka tidak produktif.

1
2

Berdasarkan fakta fakta permasalahan kesehatan jiwa tersebut, World

Health Organization (WHO) dan World Federation for Mental Health

(WFMH) berupaya menekankan penyelesaian permasalahan kesehatan jiwa

dari akarnya, yang dituangkan ke tema Hari Kesehatan Jiwa Sedunia 2016.

Kesehatan jiwa masih menjadi salah satu permasalahan kesehatan yang

signifikan di dunia, termasuk di Indonesia. Menurut data WHO (2016),

terdapat sekitar 35 juta orang terkena depresi, 60 juta orang terkena bipolar,

21 juta terkena skizofrenia, serta 47,5 juta terkena dimensia. Di Indonesia,

dengan berbagai faktor biologis, psikologis dan sosial dengan

keanekaragaman penduduk; maka jumlah kasus gangguan jiwa terus

bertambah yang berdampak pada penambahan beban negara dan penurunan

produktivitas manusia untuk jangka panjang.

Skizofrenia adalah suatu bentuk psikosa fungsional dengan gangguan

utama pada proses pikir serta disharmoni (keretakan, perpecahan) antara

proses pikir, afek/emosi, kemauan dan psikomotor disertai distorsi kenyataan,

terutama karena waham dan halusinasi.(Lilik dkk, 2016).

Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 oleh Pusat

Komunikasi Publik Sekretariat Jenderal Kementrian Kesehatan RI

mengatakan, dari temuan di lapangan terlihat prevalensi gangguan mental

emosional yang ditunjukkan dengan gejala-gejala depresi dan kecemasan

adalah sebesar 6% untuk usia 15 tahun ke atas atau sekitar 14 juta orang.

Sedangkan prevelensi gangguan jiwa berat, seperti skizofrenia adalah 1,7 per

1000 penduduk atau sekitar 400.000 orang. Berdasarkan jumlah tersebut,


3

ternyata 14,3% diantaranya atau sekitar 57.000 orang pernah atau sedang

dipasung. Angka pemasungan dipedesaan adalah sebesar 18,2% Angka ini

lebih tinggi jika dibandingkan dengan angka diperkotaan yaitu sekitar 10,7%

(Pusat Komunikasi Publik Sekretariat Jenderal Kementrian Kesehatan RI,

2014).

Pada tahun 2017 jumlah penderita gangguan jiwa di RSUD Madani

Palusebanyak 1.189 orang, yang terdiri dari Dimensia 33 orang, gangguan

mental dan perilaku akibat napza 4 orang, penderita skizofrenia 1.012 orang,

gangguan skizoefektif 23 orang, bipolar 4 orang, depresif 22 orang, ansietas 5

orang, reterdasi mental 16 orang, Sindrom amnestik 26 orang, gangguan

kepribadian 1 orang, gangguan perkembangan psikologi 2 orang, gangguan

hiperkinetik 40 orang. (Rekam Medis RSUD Madani,2017).

Dari seluruh klien skizofrenia diperkirakan lebih dari 90% di antaranya

mengalami halusinasi. Meskipun bentuk halusinasinya bervariasi tetapi

sebagian besar klien skizofrenia di rumah sakit jiwa mengalami halusinasi

pendengaran. Suara dapat berasal dari dalam diri individu atau dari luar

dirinya. Suara dapat dikenal misalnya suara nenek yang meninggal. Suara

dapat tunggal atau multipel (Yosep dan Titin, 2014).

Berdasarkan hal tersebut, penulis tertarik untuk melakukan study kasus

dengan judul “penerapan strategi pelaksanaan halusinasi terhadap

kemampuan pasien mengontrol halusinasi pada asuhan keperawatan klien

dengan halusinasi pendengaran di RSUD Madani ”


4

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan

masalah adalah sebagai berikut “Bagaimana penerapan strategi pelaksanaan

halusinasi terhadap kemampuan pasien mengontrol halusinasi pada asuhan

keperawatan klien dengan halusinasi pendengaran di RSUD MadaniProvinsi

Sulawesi Tengah?”

C. Tujuan Study Kasus

1. Tujuan Umum
Melakukan penerapan strategi pelaksanaan halusinasi terhadap

kemampuan pasien mengontrol halusinasi pada asuhan keperawatan klien

dengan halusinasi pendengaran di RSUD Madani Provinsi Sulawesi

Tengah

2. Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian keperawatan pada klien dengan gangguan

persepsi sensori: halusinasi pendengaran

b. Merumuskan masalah keperawatan pada klien dengan gangguan

persepsi sensori: halusinasi pendengaran

c. Menentukan rencana keperawatan pada klien dengan gangguan persepsi

sensori: halusinasi pendengaran

d. Melakukan tindakan keperawatan pada klien dengan gangguan persepsi

sensori: halusinasi pendengaran

e. Mengimplementasikan rencana tindakan keperawatan pada klien

dengan gangguan persepsi sensori: halusinasi pendengaran


5

f. Mengevaluasi tindakan keperawatan pada klien dengan gangguan persepsi

sensori: halusinasi pendengaran

D. Manfaat Studi Kasus

1. Bagi Institusi

Sebagaireferensi awal selanjutnya bagi perpustakaan di institusi

pendidikan

2. Bagi RSUD Madani Palu

Dapat memberikan informasi sehingga dapat dijadikan acuan untuk

meningkatkan kualitas pelayanan di rumah sakit

3. Bagi Penulis

Dapat mengembangkan pengetahuan dan menambah pengalaman

dilapangan tentang penerapan strategi pelaksanaan halusinasi terhadap

kemampuan pasien mengontrol halusinasi pada asuhan keperawatan klien

dengan halusinasi pendengaran.

4. Bagi Peneliti lain

Hasil penelitian ini di harapkan dapat menjadi informasi bahwa penelitian

ini dapat digunakan sebagai pembanding dengan penelitian lain yang

berkaitan dengan penerapan strategi pelaksanaan halusinasi terhadap

kemampuan pasien mengontrol halusinasi pada asuhan keperawatan klien

dengan halusinasi pendengaran.


6

E. Keaslian Penelitian

1. Annisetya Robertha M. Bate (2013) judul penelitian “Pengaruh

penerapan strategi pelaksanaan halusinasi terhadap kemampuan pasien

mengontrol halusinasi dengar”. Penelitian ini menggunakan quasy

eksperimental one group pre test and post test without control. Tekhnik

pengambilan sampel adalah purposive sampling sebanyak 39 responden.

2. Umam (2015) dengan judul “Pelaksanaan Teknik mengontrol halusinasi :

kemampuan klien skizofrenia mengontrol halusinasi”. Penelitian ini

menggunakan desain pra experimental design one group pre post test

design. Tekhnik pengambilan sampel yaitu teknik purposive sampling

yang sesuai dengan kriteria eksklusi dan inklusi.

3. Jusliani (2014) dengan judul “Pengaruh penerapan strategi pelaksanaan

tindakan keperawatan halusinasi klien terhadap kemampuan mengontrol

halusinasi”. Penelitian ini menggunakan quasy eksperimental design :

non equaivalen control group design.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Keperawatan Jiwa

Organisasi Kesehatan Dunia (OKD) mendefinisikan kesehatan sebagai

kesehatan sehat fisik, mental, dan sosial bukan semata – mata keadaan tanpa

penyakit atau kelemahan.

Kesehatan jiwa adalah suatu kondisi yang memungkinkan

perkembangan fisik, intelektual dan emosional yang optimal dari seseorang

dan perkembangan itu berjalan selaras dengan keadaan orang lain (UU No 36

tahun 2009 dalam Dermawan, 2013).

Kesehatan jiwa bagi manusia berarti terwujudnya keharmonisan fungsi

jiwa dan sanggup menghadapi problem, merasa bahagia dan mampu diri.

Orang yang sehat jiwa berarti mempunyai kemampuan menyesuaikan diri

dengan diri sendiri, orang lain, masyarakat, dan lingkungan. Manusia terdiri

dari bio, psiko, sosial, dan spiritual yang saling berinteraksi satu dengan yang

lain dan saling mempengaruhi.

Orang dinyatakan memiliki jiwa yang sehat apabila mampu

mengendalikan diri dalam menghadapi stressor di lingkungan sekitar dengan

selalu berpikir positif dalam keselarasan tanpa adanya tekanan fisik dan

psikologis, baik secara internal maupun eksternal yang mengarah pada

kestabilan emosional (Rochmawati, 2013).

7
8

Menurut Keliat, dkk dalam Prabowo (2014), kesehatan jiwa suatu

kondisi mental sejahtera yang memungkinkan hidup harmonis dan produktif

sebagian yang utuh dari kualitas hidup seseorang, dengan memperhatikan

semua segi kehidupan manusia dengan ciri menyadari sepenuhnya

kemampuan dirinya.

Masalah yang sering muncul dalam kesehatan jiwa yaitu halusinasi

pendengaran. Salah satu penanganan halusinasi pendengaran yang dilakukan

yaitu penerapan strategi pelaksanaan halusinasi terhadap kemampuan pasien

mengontrol halusinasi.

B. Konsep Halusinasi

1. Pengertian

Halusinasi adalah persepsi klien terhadap lingkungan tanpa stimulus

yang nyata, artinya klien menginterpretasikan sesuatu yang tidak nyata tanpa

stimulus/rangsangan dari luar (Stuart,2007 dalam Lilik dkk,2016).

Berdasarkan Depkes (2000 dalam Dermawan dan Rusdy, 2013)

halusinasi adalah gerakan penyerapan (persepsi) panca indera tanpa ada

rangsangan dari luar yang dapat meliputi semua sistem panca indera terjadi

pada saat kesadaran individu penuh atau baik.

Menurut Varcarolis, halusinasi dapat di definisikan sebagai

terganggunya persepsi sensori seseorang, dimana tidak terdapat stimulus

(Yosep& Titin, 2014).


9

Halusinasi adalah hilangnya kemampuan manusia dalam membedakan

rangsangan internal (pikiran) dan rangsangan eksternal (dunia luar) (Lilik

dkk, 2016).

Gangguan persepsi merupakan ketidakmampuan manusia dalam

membedakan antara rangsangan yang timbul dari sumber internal (pikiran,

perasaan) dan stimulus eksternal (Rusdy, 2013).

Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa dimana klien

mengalami perubahan sensori persepsi, merasakan sensasi palsu berupa suara,

penglihatan, pengecapan, perabaan, klien merasakan stimulus yang sebetulnya

tidak ada (Damaiyanti & Iskandar, 2012).

2. Faktor Penyebab Halusinasi

a. Predisposisi

Menurut Yosep & Titin, 2014

1) Faktor Perkembangan

Tugas perkembangan klien yang terganggu misalnya rendahnya kontrol

dan kehangatan keluarga menyebabkan klien tidak mampu mandiri sejak

kecil, mudah frustasi, hilang percaya diri dan lebih rentan terhadap stres.

2) Faktor Sosiokultural

Seseorang yang merasa tidak terima lingkungannya sejak bayi (unwanted

child) akan merasa disingkirkan, kesepian, dan tidak percaya pada

lingkungannya.
10

3) Faktor Biokimia

Mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa. Adanya stres

yang berlebihan dialami seseorang maka didalam tubuh dihasilkan suatu

zat yang dapat bersifat halusogenik neurokimia seperti seperti

Buffofenon dan Dimetytranferase (DMP). Akibat stress berkepanjangan

menyebabkan teraktivasinya neurotransmitter otak. Misalnya terjadi

ketidakseimbangan acetylcholin dan dopamin.

4) Faktor Psikologis

Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggung jawab mudah terjerumus

pada penyalahgunaan zat adiktif. Hal ini berpengaruh pada

ketidakmampuan klien dalam mengambil keputusan yang tepat demi

masa depannya. Klien lebih memilih kesenangan sesaat dan lari dari

alam nyata menuju alam hayal.

5) Faktor Genetik dan Pola Asuh

Penelitian menunjukkan bahwa anak sehat yang diasuh oleh orangtua

skizofrenia cenderung mengalami. Hasil studi menunjukkan bahwa

faktor keluarga menunjukkan hubungan yang sangat berpengaruh pada

penyakit ini.

b. Faktor Presipitasi

Menurut Stuart 2007 (Lilik dkk, 2016), faktor presipitasi terjadinya

gangguan halusinasi adalah :

1) Biologis
11

Gangguan dalam komunikasidan putaran balik otak, yang mengatur

proses informasi serta abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam

otak yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif

menanggapi stimulus yang di terima oleh otak untuk di interpretasikan.

2) Stres Lingkungan

Ambang toleransi terhadap stres yang berinteraksi teterhadap stressor

lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku.

3) Sumber Koping

Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menghadapi

stressor.

3. Jenis – jenis Halusinasi

Jenis halusinasi adalah sebaga berikut (Lilik dkk, 2016)

a. Pendengaran

Mendengar suara atau kebisingan, paling sering suara orang. Suara

berbentuk kebisingan yang kurang jelas sampai kata – kata yang jelas

berbicara tentang klien, bahkan sampai pada percakapan lengkap antara 2

orang yang mengalami halusinasi. Pikiran yang terdengar dimana klien

disuruh untuk melakukan sesuatu kadang dapat membahayakan.

b. Penglihatan

Stimuus visual dalam bentuk kilatan cahaya, gambar geometris, gambar

karun, bayangan yang rumit atau kompleks. Bayangan bias yang

menyenangkan atau menakutkan seperti melihat monster.


12

c. Penghidung

Membaui bau – bauan tertentu seperti bau darah, urin, dan feses.

d. Pengecapan

Merasa mengecap rasa seperti darah.

e. Perabaan

Mengalami nyeri atau ketidaknyamanan tanpa stimulus yang jelas. Rasa

tersetrum listrik yang dtang dari tanah benda mati atau orang lain.

f. Chenesthetic

Merasakan fungsi tubuh seperti aliran darah di vena atau arteri,

pencernaan makan atau pembentukan urin.

g. Kinistetik

Merasakan pergerakan sementara berdiri tanpa bergerak

4. Tahapan Halusinasi

Tahapan halusinasi (Yosep & Titin, 2014) yaitu :

a. Sleep Disorder

Fase awal seseorang sebelum muncul halusinasi :

Klien merasa banyak masalah, ingin menghindar dari lingkungan,

takut diketahui orang lain bahwa dirinya banyak masalah. Masalah makin

terasa sulit karena berbagai stressor terakumulasi, misalnya kekasuh

hamil, terlibat narkoba, dikhianati kekasih, masalah dikampus, PHK

ditempat kerja, penyakit, utang, nilai dikampus, drop out dsb. Masala

terasa semakin menekan karena terakumulasi sedangkan support system

kurang dan persepsi terhadap masalah sangat buruk. Sulit tidur


13

berlangsung terus menerus sehingga terbiasa menghayal. Klien

menganggap lamunan – lamunan awal tersebut sebagai pemecahan

masalah.

b. Comforting Moderate Level Of Anxiety

Halusinasi secara umum ia terima sebagai sesuatu yang alami :

Pasien mengalamiemosi yang berlanjut seperti adanya perasaan

cemas, kesepian, perasaan berdosa, ketakutan dan mencoba memusatkan

pemikiran pada timbulnya kecemasan. Ia beranggapan bahwa

pengalaman pikiran dan sensorinya dapat ia kontrol bila kecemasannya

di atur, dalam tahap ini ada kecenderungan klien merasa nyaman dengan

halusinasinya.

c. Condemning Severe Level Of Anxiety

Secara umum halusinasi sering mendatangi klien :

Pengalaman sensori klien sering datang dan mengalami bias.

Klien mulai measa tidak mampu lagi mengontrolnya dan muli berupaya

menjaga jarak antara dirinya dengan objek yang dipersepsikan klien mulai

menarik diri dari orang lain dengan intensitas waktu yang lama

d. Controlling Severe Level Of Anxiety

Fungsi sensori menjadi tidak relevan dengan kenyataan :

Klien mencoba melawan suara – suara atau sensory abnormal yang

datang. Klien dapat merasakan kesepian bila halusinasinya berakhir. Dari

sinilah dimulai fase gangguan pshychotic.


14

e. Conquering Panic Level Of Anxiety

Klien mengalami gangguan dalam menilai lingkungannya :

Pengalaman sensorinya terganggu, klien mulai measa terancam dengan

datangnya suara – suara terutama bila klien tidak dapat menuruti ancaman

atau perintah yang ia dengar dari halusinasinya. Halusinasi dapat

berlangsung selama minimal 4 jam atau seharian bila klien tidak

mendapatkan komunikasi terapeutik. Terjadi gangguan psikotik berat.

5. Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala halusinasi penting perlu ddiketahui oleh perawat agar dapat

menetapkan masalah halusinasi, antara lain :

a. Berbicara, tertawa, dan tersenyum sendiri

b. Bersikap seperti mendengarkan sesuatu

c. Berhenti berbicara sesaat ditengah – tengah kalimat untuk mendengarkan

sesuatu

d. Disorientasi

e. Tidak mampu atau kurang berkonsentrasi

f. Cepat berubah pikiran

g. Alur pikir kacau

h. Respon yang tidak sesuai

i. Menarik diri

j. Suka marah dengan tiba – tiba dan menyerang orang lain tanpa sebab

k. Sering melamun
15

6. Tipe Halusinasi

Tipe halusinasi menurut videbeck (2004) (Yosep & Titin, 2014)

a. Halusinasi pendengaran

1) Data Subjektif

a) Mendengar suara menyuruh melakukan sesuatu yang berbahaya

b) Mendengar suara atau bunyi

c) Mendengar suara yang mengajak bercakap – cakap

d) Mendengar seseorang yang sudah meninggal

e) Mendengar suara yang mengancam diri klien atau orang lain atau

suara lain yang membahayakan

2) Data Objektif

a) Mengarahkan telinga pada sumber suara

b) Bicara atau tertawa sendiri

c) Marah – marah tanpa sebab

d) Menutup telinga

e) Mulut komat – kamit

f) Ada gerakan tangan

b. Halusinasi Penglihatan

1) Data Subjektif

a) Melihat seseorang yang sudah meninggal, melihat makhluk tertentu,

melihat bayangan, hantu atau sesuatu yang menakutkan, cahaya

monsteryang memasuki perawat

2) Data Objektif
16

a) Tatapan mata pada tempat tertentu

b) Menunjuk ke arah tertentu

c) Ketakutan pada objek yang dilihat

c. Halusinasi penghidu

1) Data Subjektif

a) Mencium sesuatu seperti bau mayat, darah, bayi, feses, atau bau

masakan, parfum yang menyenangkan

b) Klien sering menyatakan mencium bau sesuatu

c) Tipe halusinasi ini sering menyertai klien dimensia, kejang atau

penyakit serebrovaskular.

2) Data Objektif

a) Ekspresi wajah seperti mencium sesuatu dengan gerakan cuping

hidung, mengarahkan hidung pada tempat tertentu

d. Halusinasi Perabaan

1) Data Subjektif

a) Klien mengatakan ada sesuatu yang menggerayangi tubuh seperti

tangan, binatang kecil, makhlik halus

b) Merasakan sesuatu di permukaan kulit, merasakan sangat panas atau

dingin, merasakan tersengat aliran listrik

2) Data Objektif

a) Mengusap, menggaruk – garuk meraba – raba permukaan kulit.

Terlihat menggerak – gerakan badan seperti merasakan sesuatu

rabaan
17

e. Halusinasi Pengecapan

1) Data Subjektif

Klien seperti sedang merasakan masakan makana tertentu, rasa

tertentuatau menguyah sesuatu

2) Data Objektif

Seperti mengecap sesuatu, gerakan menguyah, meludah atau muntah

f. Chenesthetic/Kinistetik

1) Data Subjektif

Klien melaporkan bahwa fungsi tubuhnya tidak dapat terdeteksi

misalnya tidak adanya denyutan di otak, atau sensasi pembentukan urin

dalam tubuhnya, perasaan tubuhnya melayang di atas bumi

2) Data Objektif

Klien terlihat menatap tubuhnya sendiri dan terlihat merasakan sesuatu

yang aneh tentang tubuhnya

7. Psikopatologi

Psikopatologi dari halusinasi yang belum diketahui. Banyak teori yang

diajukan yang menekankan pentingnya faktor-faktor psikologik, fisiologik,

dan lain-lain. Beberapa orang mengatakan bahwa situasi keamanan diotak

normal dibombardir oleh aliran stimulus yang berasal dari tubuh atau dari

luar tubuh. Jika masukan akan terganggu atau tidak sama sekali saat bertemu

dalam keadaan normal atau patologis, materi berada dalam prasadar dapat

dilepaskan dalam bentuk halusinasi (Damaiyanti 2014).


18

8. Rentang Respon

Rentang respon neurobiologis menurut Stuart dan Laria (2001) (Lilik dkk,

2016)

Gambar 2.1 Rentang respon

Respon Adaptif Respon Psikososial Respon Maladaptif

- Pikiran logis - Kadang – kadang - Waham


- Persepsi akurat proses pikir - Halusinasi
- Emosi konsisten terganggu - Kerusakan proses emosi
dengan pengalaman - Ilusi - Perilaku tidak terorganisasi
- Perilaku cocok - Emosi berlebihan - Isolasi sosial
- Hubungan sosial - perilaku yang tidak biasa
Harmonis - Menarik diri

a. Respon adaptif adalah rspon yang dapat di terima norma – norma sosial

budaya yang berlaku. Dengan kata lain individu tersebut dalam batas normal

jika menghadapi suatu masalah akan dapat memecahkan masalah tersebut.

1) Pikiran logis adalah pandangan yang mengarah pada kenyataan.

2) Persepsi akurat adalah pandangan yang tepat pada kenyataan.

3) Emosi konsisten dengan pengalaman yaitu perasaan yang timbul dari

pengalaman ahli.

4) Perilku sosial adalah sikap dan tingkah laku yang masih dalam batas

kewajaran

b. Respon psikososial meliputi :

1) Proses pikir terganggu adalah proses pikir yang menimbulkan gangguan.


19

2) Ilusi adalah miss interpretasi atau penilaian yang salah tentang penerapan

yang benar – benar terjadi (objek nyata) karena rangsangan panca indra.

3) Emosi berlebihan atau berkurang

4) Perilaku tidak biasa adalah sikap dan tingkah laku yang melebihi batas

kewajaran.

5) Menarik diri adalah percobaaan untuk menghindari interaksi dengan orang

lain

c. Respon maladptif

Respon maladaootif adalah respon individu dalam menyelesaikan masalah

yang menimpang dari norma- norma sosial budaya dan lingkungan, adapu

respon maladaptif meliputi :

1) Kelainan pikiran adalah keyakinan yang secara kokoh di pertahankan

walaupun tidak diyakini oleh orang lain dan bertentangan dengan

kenyataan sosial.

2) Halusinasi merupakan defenisian persepsi sensori yang salah satu

persepsi eksternal yang tidak realita atau tidak ada.

3) Kerusakan proses emosi adalah perubahan sesuatu yang timbul dari hati.

4) Perilaku tidak terorganisir merupakan sesuatu yang tidak teratur.

5) Isolasi sosial adalah kondisi kesendirian yang di alami oleh individu dan

diterima sebagai ketentuan oleh orang laindan sebagai suatu kecelakaan

yang negatif mengancam.


20

9. Pohon Masalah

Effect Resiko mencederai diri sendiri, lingkungan dan orang lain

Care Problem Perubahan persepsi sensori : Halusinasi

Cause Isolasi sosial

(Nita Fitria, 2010)

Gambar 2.2 Pohon masalah

10. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan (Nita Fitria, 2010)

a. Perubahan persepsi sensori : Halusinasi

b. Isolasi sosial

c. Resiko mencederai diri sendiri, lingkungan dan orang lain

11. Intervensi keperawatan

Tabel 2.1

Strategi Pelaksanaan klien gangguan persepsi sensori: halusinasi

Strategi Pelaksanaan
SP1P SP1K
1. Mengidentifikasi jenis halusinasi 1. Mendiskusikan masalah yang
klien dirasakan keluarga dalam merawat
2. Mengidentifikasi isi halusinasi klien klien
3. Mengidentifikasi waktu halusinasi 2. Memberikan pendidikan kesehatan
klien tentang pengertian halusinasi, jenis
21

4. Mengidentifikasi frekuensi halusinasi yang dialami klien, tnda


halusinasi klien dan gejala halusinasi
5. Mengidentifikasi situasi yang dapat 3. Menjelaskan cara merawat klien
menimbulkan halusinasi klien dengan halusinasi
6. Mengidentifikasi respon klien
terhadap halusinasi klien
7. Menganjurkan klien mengardik
halusinasi
8. Menganjurkan klien memasukkan
cara menghardik kedalam kegiatan
sehari-hari
SP2P SP2K
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan 1. Melatih keluarga mempraktikan cara
harian klien merawat klien dengan halusinasi
2. Melatih klien dengan mengendalikan 2. Melatih keluarga melakukan cara
halusinasi dengan cara bercakap- merawat langsung kepada klien
cakap dengan orang lain halusinasi
3. Menganjurkan klien memasukkan
kedalam kegiatan harian klien
SP3P SP3K
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan 1. Membantu keluarga membuat jadwal
harian klien aktivitas dirumah termasuk minum
2. Melatih klien mengendalikan obat
halusinasinasi dengan cara 2. Menjelaskan pollow up klien setelah
melakukan kegiatan pulang
3. Menganjurkan klien memasukkan
kedalam jadwal kegiatan harian
SP4P
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan
harian klien
2. Menanyakan pengobatan
sebelumnya
3. Menjelaskan tentang penggunaan
obat secara teratur
4. Melatih pasien minum obat 5 benar
5. Menganjurkan klien memasukkan
kedalam jadwal kegiatan harian

12. Standar operasional prosedur (SOP)

a. Fase pre interaksi

Kondisi : klien mengatakan mendengar seseorang yang menyuruhnya

melempar dan memukul orang lain.


22

b. Fase orientasi

“selamat pagi P, saya perawat yang akan merawat P. Nama saya W,

senang dipanggil W. Nama P siapa? Senang dipanggil apa?”

“bagaimana perasaan P hari ini? Apa keluhan M saat ini?”

“baiklah, bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang suara yang P

dengar selama ini. Dimana kita duduk? Berapa lama? Bagaimana kalau 30

menit?”

c. Fase kerja

“apakah P melihat wujudnya? Apakah yang dikatakan orang itu?”

“apakah terus-menerus suara itu datang atau sewaktu-waktu? Kapan yang

paling sering P dengar suara orang itu? Berapa kali sehari P alami? Pada

keadaan apa suara itu muncul? Apakah pada waktu sendiri?”

“apakah yang P rasakan saat mendengar suara itu?”

“apakah yang P lakukan pada saat mendengar suara itu?” apakah dengan

cara itu suara itu akan hilang? Bagaimana kalau kita belajar cara-cara

untuk mencegah suara itu muncul ?”

“P, ada empat cara untuk mencegah suara itu muncul. Pertama, dengan

menghardik. Kedua, dengan cara bercakap-cakapdengan orang lain.

Ketiga, melakukan kegiatan yang sudah terjadwal. Dan yang ke empat

minum obat dengan teratur”.

“Bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu, yaitu dengan menghardik”.

“Caranya sebagai berikut: saat wujud itu muncul, langsung P menutup

telinga dan bilang pergi kau jangan ganggu saya kau itu tidak nyata, kamu
23

bayangan palsu. Begitu diulang-ulang sampai suara itu tidak muncul lagi.

Coba P peragakan! Nah begitu,.... bagus! Coba lagi! Ya bagus P sudah

bisa”.

d. Fase terminasi

“bagaimana perasaan P setelah peragakan latihan tadi?” kalau suara itu

muncul lagi, silahkan coba cara tersebut! Bagaimana kalau kita buat

jadwal latihannya. Mau jam berapa saja latihannya?(saudara masukkan

kegiatan latihan menghardik halusinasi dalam jadwal kegiatan harian

pasien). Bagaimana kalau kita bertemu lagi untuk belajar dan latihan

mengendalikan wujud tersebut dengan cara kedua? Jam berapa P?

Bagaimana kalau dua jam lagi? Berapa lama kita akan berlatih? Dimana

tempatnya?”.

“baiklah, sampai jumpa. Selamat pagi”.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan jenis penelitian deskriptif

dengan pendekatan studi kasus.Penelitian studi kasus ini adalah

mengeksplorasi suatu masalah keperawatan yang di batasi oleh waktu dan

tempat, serta kasus yang dipelajari berupa peristiwa, aktivitas atau individu

yang di observasi selama 3 hari.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi penelitian

Penelitian dilakukan di ruang sarikaya RSUD Madani Palu.

2. Waktu penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli 2018.

C. Subyek Studi Kasus

Subyek studi kasus adalah klien jiwa yang mengalami halusinasi

pendengaran di Rumah Sakit Umum Daerah Madani Palu.

D. Fokus Studi

Menerapkan teknik mengontrol halusinasi dengan cara membantu klien

mengontrol halusinasi melatih dengan :

1. Menghardik halusinasi

2. Bercakap-cakap dengan orang lain

24
25

E. Definisi Operasional

1. Asuhan Keperawatan adalah merupakan suatu tindakan kegiatan atau

proses dalam praktik keperawatan yang diberikan secara langsung

kepada klien untuk memenuhi kebutuhan objektif klien, sehingga

dapat mengatasi masalah yang sedang dihadapinya, dan asuhan

keperawatan dilaksanakan berdasarkan kaidah-kaidah ilmu

keperawatan.

2. Prosedur keperawatan jiwa adalah langkah-langkah yang dilakukan

penulis dalam melakukan proses keperawatan pada klien, yaitu :

1. Pengkajian

2. Diagnosa kweperawatan

3. Membuat rencana asuhan keperawatan

4. Tindakan keperawatan

5. Evaluasi

3. Halusinasi Pendengaran adalah Mendengar suara atau bunyi dari suara

sederhana sampai suara yang berbicara mengenai klien sehingga klien

berespon terhadap suara atau bunyi tersebut.

4. Terapi aktivitas kelompok sosialisasi adalah salah satu bentuk terapi yang

membantu klien untuk melakukan sosialisasi dengan orang lain disekitar klien

F. Pengumpulan data

Dalam pengumpulan data, metode yang digunakan penulis yaitu :

1. Data Primer

a. Wawancara
26

Dengan wawancara penulis dapat berbincang – bincang dengan klien

untuk mendapatkan informasi yang ada pada klien seperti identitas pasien,

keluhan utama, riwayat penyakit sekarang-dahulu-keluarga.

b. Observasi & pemeriksaan fisik

Penulis dapat memantau atau menilai langsung tingkah laku yang dimiliki

klien seperti pasien mondar – mondir, berbicara sendiri serta penulis tetap

memantau tanda – tanda vital maupun fisik pasien.

2. Data Sekunder

Merupakan data yang diperoleh dari rekam medis klien, catatan

keperawatan untuk analisa sebagai data yang mendukung masalah klien

yaitu data hasil pemeriksaan diagnostik.

G. Analisa Data

1. Pengumpulan data

Data yang dikumpulkan dari hasil wawancara, observasi, studi

dokumen dituliskan dalam bentuk catatan lapangan yang selanjutnya

disalin bentuk transkrip.

2. Mereduksi data dengan membuat koding dan kategori

Data yang sudah dibuat bentuk transkrip dibuat koding oleh

peneliti sesuai dengan topic penelitian.Data obyektif dianalisis

berdasarkan hasil pemeriksaan diagnostik dan dibandingkan dengan

nilai normal.

3. Penyajian data
27

Penyajian data dilakukan dalam bentuk table, gambar, bagan

disertai narasi.Kerahasiaan responden harus tetap diperhatikan.

4. Kesimpulan

Data yang disajikan selanjutnya dibahas dan dibandingkan

dengan hasil-hasil penelitian sebelumnya dan teori-teori yang

mendukukng.Penarikan kesimpulan dengan metode

induktif.Pembahasan dilakukan sesuai dengan tahapan asuhan

keperawatan pengkajian, diagnosa, perencanaan, tindakan, evaluasi.

H. Etika Penelitian

Yang harus ditaati oleh peneliti dalam melaksanakan suatu studi kasus

adalah :

1. Informed consent (lembar persetujuan)

Merupakan lembar persetujuan yang diberikan pada responden.

Penelitian menjelaskan maksud dan tujuan yang akan dilaksanakan

serta dampak yang mungkin terjadi selama dan sesudah pengumpulan

data.

2. Anominity (tanpa nama)

Memberikan inisial nama responden yang diteliti untuk menjaga

kerahasiaan pada data penelitian.

3. Confidentiality (Kerahasiaan)

Peneliti menjamin kerahasiaan informasi yang telah

dikumpulkan, hanya data tertentu saja yang disajikan pada peneliti.


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan pada tanggal 5 Juli sampai 7 Juli

2018 di RSUD Madani Palu Provinsi Sulawesi Tengah. RSUD Madani

terletak di Jln. Thalua Konci No.11 kelurahan Mamboro kec. Palu utara, kota

Palu Provinsi Sulawesi Tengah. Gambaran asuhan keperawatan yang telah

peneliti lakukan meliputi melakukan interaksi dengan klien terlebih dahulu

penulis melakukan BHSP, pengkajian keperawatan, merumuskan diagnosa

keperawatan, merumuskan intervensi keperawatan, melakukan implementasi

sampai evaluasi keperawatan.

B. Hasil Penelitian

Strategi Komunikasi Tindakan Keperawatan

1. Fase Orientasi

“Assalamualaikum, pak? Bagaimana perasaan bapak pagi ini?”

“Pak nama saya Wildayanti, saya mahasiswa Poltekkes Poso. Saya senang

dipanggil Ayu. Saya dinas disini selama 1 minggu dan saya yang akan

merawat bapak. Nama bapak siapa? Senang dipanggil apa? Boleh saya

berbincang-bincang dengan bapak? Tujuannya agar kita saling mengenal.

Waktunya 10 menit , bagaimana pak?”.

28
29

2. Fase Kerja

“sesuai janji kita tadi kita akan berbincang-bincang, bapak sudah berapa hari

disini? Apa yang bapak rasakan saat ini? Apa ada yang bapak ingin

ceritakan? Bapak tinggal dimana? Apakah bapak punya anak? Ada berapa

anak bapak? Apakah bapak tahu mengapa bapak berada disini? Selama

bapak tinggal disini apa ada keluarga yang mengunjungi bapak?”.

3. Fase Terminasi

“Pak tadi kita sudah berbincang-bincang tentang kegiatan bapak dan

berkenalan yaa pak! Bagaimana perasaan bapak?Nah pak tadi kita sudah

berkenalan, bapak masih ingat dengan saya? Ya bagus. Bapak juga sudah

mau menceritakan nama bapak? Dan apa yang bapak rasakan saat ini? Pak

apa bila ada hal yang ingin disampaikan boleh bapak ceritakan kepada saya,

agar kita dapat memecahkan masalah bersama”

“Pak sekitar jam 10.00 WITA saya akan datang lagi ya pak! Untuk

berbincang-bincang dengan bapak, bagaimana bapak mau? Baiklah. Kalau

begitu saya permisi dulu. Selamat pagi”.

4. Implementasi dan Evaluasi

Nama : Tn. B Pertemuan : I

Ruang : Sarikaya No. RM : 061331

Tabel 4.1

Implementasi Evaluasi

Hari Kamis, 5 juli 2018 S:


Pukul 08.00 - Nama saya B, saya suka
Melakukan BHSP pada Tn. B di dipanggil B.
30

ruang sarikaya RSUD Madani Palu - Saya dibawa kesini oleh


a. Mengajak klien berkenalan keluarga.
b. Membina hubungan saling O:
percaya - Klien dapat mengingat nama
penulis
- Klien mau di ajak
berkomunikasi.
A: BHSP tercapai
P: lanjutkan SP1P

Pengkajian

1. Identitas Klien

a. Klien

Klien bernama Tn. B usia 45 tahun jenis kelamin laki-laki, agama islam

alamat toli-toli. Tn. B masuk RSUD Madani pada tanggal 30 juni 2018

dengan nomor rekam medis 061129.

b. Orang yang dekat dihubungi

Penanggung jawab Tn. B adalah Iis Sugiyarti umur 38 tahun yang

merupakan adik klien.

2. Alasan masuk

a. Alasan masuk rumah sakit

Klien masuk rumah sakit dengan keluhan gelisah, berteriak-teriak,

mengamuk, berbicara sendiri dan melamun.

b. Keluhan saat dikaji

Saat dilakukan pengkajian klien tampak gelisah, gemetar, sesak dan

klien mengatakan mendengar suara bayi menangis pada malam hari, pada

saat sendiri dan sebelum tidur dan mengatakan susah tidur.

3. Faktor predisposisi
31

Klien menderita gangguan jiwa sejak ±3 tahun terakhir dan klien tidak

mengonsumsi obat jiwa lagi ±1 tahun terakhir karena putus obat dan tidak

ada keluarga yang mengantarkannya ke rumah sakit. Klien masuk rumah

sakit sebanyak 2 kali, terakhir masuk tanggal 12 November 2016 Tidak ada

anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa selain klien dan klien tidak

pernah melakukan tindakan kekerasan.

Masalah Keperawatan :

4. Pemeriksaan fisik

a. Tanda-tanda vital

TD : 100/70 mmhg

N : 68x/m

R : 18X/m

S : 36,8 ˚C

b. Keluhan fisik

klien tidak memiliki keluhan fisik.

5. Psikososial

a. Genogram

A B Keterangan :
Laki-laki

Perempuan

X Sudah

Meninggal
32

///// Klien

A Keluarga

Ayah klien

4.1Gambar Genogram B Keluarga

Ibu klien

Garis

pernikahan

Garis

keturunan

Klien adalah anak pertama dari tiga bersaudara, klien memiliki dua

orang adik perempuan. Ayah dan ibu klien telah meninggal dunia. Klien

memiliki 3 orang anak. Anak pertama perempuan, anak kedua laki-laki dan

anak ketiga laki-laki.

b. Konsep diri

1) Gambaran Diri

Pasien tidak menyukai rambutnya tetapi ia tetap bersyukur atas apa

yang di ciptakan oleh Tuhan.

2) Identitas diri

Pasien mengetahui dirinya adalah seorang laki-laki, pasien adalah anak

pertama dari 3 bersaudara

3) Peran

Pasien sudaah berkeluarga dan menjadi seorang suami dan ayah dari

anaknya.
33

4) Ideal diri

Pasien berharap akan sembuh dari sakitnya.

5) Harga diri

Pasien mengatakan bahwa dirinya kurang percaya diri, pasien suka

menyendiri di dalam kamarnya.

Masalah Keperawatan : Harga diri rendah

c. Hubungan sosial

1) Orang yang berarti

Klien mengatakan orang yang berarti adalah keluarganya.

2) Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat

Klien mengatakan jarang mengikuti gotong royong dengan masyarakat

disekitarnya

3) Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain

Klien jarang bergaul engan orang lain dan lebih sering menyendiri.

Masalah keperawatan : Isolasi sosial

d. Spiritual

1) Nilai dan keyakinan

Klien mengatakan beragama islam

2) Kegiatan ibadah

Klien mengatakan selalu beribadah kepada allah swt

Masalah keperawatan

6. Status mental

a. Penampilan
34

Kebersihan dan kerapian klien cukup baik dan pakaian yang digunakan

juga cukup sesuai.

b. Pembicaraan

Dalam berkomunikasi klien mudah dimengerti

Masalah Keperawatan :

c. Aktivitas motorik

klien juga lebih banyak berdiam diri di kamarnya.

Masalah Keperawatan :

d. Alam perasaan

Klien merasa cemas ingin cepat pulang karena anak terakhirnya yang

masih bayi akan segera di akikah.

Masalah keperawatan : Ansietas

e. Afek

Pada saat dilakukan wawancara Afek klien labil, klien tampak gelisah

f. Interaksi selama wawancara

Klientampakgelisahdankontakmatakurangsaatberinteraksidenganperaw

at.

g. Persepsi

Klienmengalamihalusinasipendengaranpadamalamharipadasaatsendirid

ansebelumtidur yang isinyasuarabayimenangis.

Masalah keperawatan : Halusinasi pendengaran

h. Proses pikir
35

Klienjugamampumenjawabapa yang ditanyakan oleh perawat sesuai

dengan topik pembicaraan.

i. Isi pikir

Klienterusbertanyakapanpulangdanmengatakanbahwaiaingincepat

bertemu anak-anaknya

j. Tingkat kesadaran

Tingkat kesadaran

kliencukupbaik,klienjugamengetahuikalaudirinyasaatiniberadadirumahs

akit.

k. Memori

Memori

jangkapanjangklienbaikklienmampumenyebutkantanggallahirnya.

l. Tingkat konsentrasi dan berhitung

Klienberkonsentrasicukupbaik ketika diberikan

pertanyaandandapatmenjawabpertanyaan.

m. Kemampuan penilaian

Klienmengalamigangguankemampuanpenilianringanyaitudapatmengam

bilkeputusansederhanadenganbantuan orang lain

n. Daya titik diri

Klienmenyadaripenyakit yang dideritanyasekarang.

7. Mekanisme koping

a. Adaptif

Klien jarang berkomunikasi dengan orang lain


36

b. Maladaptif

Klien malas beraktivitas cenderung berdiam diri dan sosialisasi kurang

8. Masalah psikologi dan lingkungan

Klien lebih banyak menyendiri dan jarang berkomunikasi dengan orang lain

9. Pengetahuan

Klienmengatakankurangmengetahuitentangpenyakitnyatetapidiaberharapdapa

tsembuhdari proses pengobatannyadandapatbertemudengananak-anaknya.

10. AspekMedik

a. Diagnosa medis : Skizofrenia

b. Terapi medis : - hidoperidol 5 mg 2x1 (1-0-1)

- Diazepam 5 mg 1x1 (0-0-1)

- Chlorpromazine 100g (1-1-1)

11. Analisa Data

Tabel 4.2

No Analisa data Poblem

DS :- Klien mengatakan sering mendengar suara Persepsi sensori


bayi menangis pada malam hari dan pada
saat sendiri dan klien mengatakan halusinasi pendengaran
mendengar suara tersebut 3-4 kali sehari.
- Klien mengatakan susah tidur

DO:- Klien tampak gelisah


- Klien tidak dapat duduk dengan tenang
-Klien berbicara dengan intonasi yang
cepat

Sumber : Data primer, 2018


37

12. Masalah keperawatan

a. Harga diri rendah

b. Ansietas

c. Halusinasi pendengaran

d. Isolasi sosial

13. Pohon masalah

Effect
Resiko Perilaku Kekerasan

Perubahan persepsi sensori Care problem


halusinasi pendengaran

Kerusakan interaksi sosial

Harga diri rendah

Causa
Koping individu tdk efektif

Gambar 4.2 Pohon masalah


38

14. Intervensi

Tabel 4.3

Nama Pasien : Tn. B NO. RM : 061129

Umur : 45 Tahun Ruang : Srikaya

Diagnosa Rencana keperawatan Intervensi


Tujuan Kriteria evaluasi
Gangguan 1. Klien dapat 1. Ekspresi wajah Bina hubungan saling
Persepsi membina bersahabat, percaya dengan
Sensori hubungan saling menunjukkan mengungkapkan
Halusinasi percaya. rasa senang, ada prinsip komunikasi
Pendengaran 2. Klien dapat kontak mata, terapeutik.
mengenali mau berjabat 1. Sapa klien dengan
halusinasinya tangan, mau ramah baik verbal
3. Klien dapat menyebutkan maupun nonverbal
mengontrol nama, mau 2. Perkenalkan diri
halusinasinya menjawab dengan sopan
4. Klien dapat salam, klien 3. Tanyakan ama
dukungan dari mau duduk lengkap klien dan
keluarga dalam berdampingan nama panggilan
mengontrol dengan perawat, yang disukai klien
halusinasi mau 4. Jelaskan tujuan
5. Klien dapat mengutarakan pertemuan
memanfaatkan masalah yang 5. Jujur dan menepati
obat dengan dihadapi. janji
baik 2. Klien dapat 6. Tunjukkan sikap
menyebutkan empati dan
isi, waktu, menerima klien apa
frekuensi, adanya
situasi pencetus, 7. Beri perhatian pada
persaan saat klien dan perhatikan
timbulnya kebutuhan dasar.
halusinasi SP. 1
1. Bantu pasien
mengenal
halusinasi:
a. Isi
b. Waktu
terjadinya
c. Frekuensi
d. Situasi pencetus
e. Perasaan saat
39

terjadi
halusinasi
2. Latih mengontrol
halusinasi dengan
cara menghardik
tahapan
tindakannya
meliputi :
a. Jelaskan cara
menghardik
halusinasi
b. Peragakan cara
menghardik
c. Minta pasien
untuk
memperagakan
ulang
d. Pantau cara ini,
beri penguatan
perilaku pasien
e. Masukan dalam
jadwal kegiatan
pasien
SP. 2
1. Evaluasi kegiatan
yang lalu (Sp.1)
2. Latih
berbicara/bercakap
dengan orang lain
saat halusinasi
muncul.
3. Masukan dalam
jadwal
kegiatanpasien
40

15. Implementasi / evaluasi

Pelaksanaan

Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan

SP1P Halusinasi Pendengaran

Nama : Tn. B

Ruangan : Sarikaya

Pertemuan : II

Hari/tanggal : Kamis, 5 juli 2018

A. Proses Keperawatan

1. Kondisi klien

Klien tampak menyendiri dikamar, klien tampak gelisah, klien selalu

bicara sendiri, mulut klien tampak komat kamit.

2. Diagnosa Keperawatan

Gangguan persepsi sensori: halusinasi pendengaran

3. Tindakan keperawatan

a. Membantu pasien mengenal halusinasi

b. Menjelaskan cara mengontrol halusinasi dengan cara menghardik

c. Memasukkan dalam jadwal kegiatan harian

B. Strategi komunikasi tindakan keperawatan

1. Tahap Orientasi

“Assalamualaikum pak, Masih ingat saya Pak?Bagaimana perasaan bapak

hari ini? Apa keluhan bapak saat ini? baiklah, bagaimana kalau kita

bincang-bincang tentang suara yang selama ini bapak dengar tetapi tidak
41

ada wujudnya? Dimana kita duduk? Diruang tamu?Berapa lama?

Bagaimana kalau 20 menit?”.

2. Tahap Kerja

“Apakah bapak mendengar suara tanpa ada wujudnya? Apa yang dikatakan

suara itu? Apakah terus menerus terdengar atau sewaktu-waktu? Kapan

yang paling sering didengar? Berapa kali sehari bapak alami? Pada keadaan

apa suara itu terdengar? Apakah pada waktu sendiri? Apa yang bapak

rasakan saat mendengar suara itu? Apa yang bapak lakukan saat mendengar

suara itu? Apakah dengan cara itu suara-suara itu hilang? Bagaimana kalau

kita belajar cara-cara untuk mencegah suara-suara itu muncul? pak, ada

empat cara untuk mencegah suara-suara itu muncul. Pertama, dengan

menghardik suara tersebut. Kedua, dengan bercakap-cakap dengan orang

lain. Ketiga, melakukan kegiatan yang sudah terjadwal, dan yang keempat

minum obat dengan teratur. Bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu,

yaitu dengan menghardik. Caranya sebagai berikut: saat suara-suara itu

muncul, tutup kedua telinga dan bapak bilang pergi kau jangan ganggu saya,

kau suara palsu. Begitu diulang-ulang sampai suara itu tidak terdengar lagi.

Coba bapak peragakan! Nah begitu, bapak sudah bisa”

3. Tahap Terminasi

“Bagaimana perasaan bapak setelah memperagakan latihan tadi? Kalau

suara itu muncul lagi, silahkan bapak coba cara tersebut! Bagaimana kalau

kita buat jadwal latihannya? Mau pukul berapa saja latihannya? Bagaimana

kalau kita bertemu lagi dan latihan mengendalikan suara-suara dengan cara
42

kedua? Jam berapa? Bagaimana kalau besok lagi? Berapa lama kita

berlatih? Dimana tempatnya? Baiklah, sampai jumpa.”

4. Evaluasi Implementasi

Tabel 4.4

Diagnosa Implementasi Evaluasi

Gangguan persepsi Hari kamis, 5 juli 2018. S:


sensori halusinasi Pukul 08.30 - “ya saya mendengar suara-
pendengaran Melakukan SP1P suara”
gangguan persepsi - “suara itu, suara anak bayi
sensori halusinasi yang menangis”
pendengaran pada Tn. B - “saya dengar saat akan
diruang sarikaya RSUD tidur malam dan saat saya
Madani Palu. sendiri”
1. Mengidentifikasi jenis - “saya takut saat suara itu
halusinasi klien datang”
2. Mengidentifikasi isi - “ya saya mau belajar
halusinasi klien menghardik”
3. Mengidentifikasi O:
waktu halusinasi klien - Klien mampu
4. Mengidentifikasi memperagakan cara
frekuensi halusinasi menghardik
klien - Klien mau menceritakan
5. Mengidentifikasi halusinasi yang dialaminya
situasi yang dapat - Klien kurang dapat
menimbulkan mempertahankan kontak
halusinasi klien mata
6. Mengidentifikasi - Klien berbicara dengan
respon klien terhadap intonasi yang cepat
halusinasi
43

7. Mengajarkan klien A: SP1P tercapai


menghardik halusinasi P:
8. Menganjurkan klien Perawat : Lanjutkan SP2P
memasukkan kedalam Klien : Memotivasi klien
kegiatan harian mengontrol halusinasi
dengan cara menghardik.

Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan

SP2P Halusinasi Pendengaran

Nama : Tn. B

Ruangan : Sarikaya

Pertemuan : III

Hari/tanggal : Jumat, 6 juli 2018

A. Proses keperawatan
1. Kondisi klien
klien masih cenderung menyendiri di kamar, klien tampak gelisah.

2. Diagnosa keperawatan

Gangguan persepsi sensori halusinasi pendengaran

3. Tindakan keperawatan

a. Membantu mengontrol halusinasi

b. Melatih klien untuk bercakap-cakap dengan orang lain

B. Strategi komunikasi tindakan keperawatan

1. Tahap Orientasi

“Selamat pagi pak, bagaimana perasaan bapak hari ini? Apakah suara-suara

itu masih bapak dengar? Apakah sudah dipakai cara yang telah kita latih?
44

Sesuai janji kita, saya akan latih cara kedua untuk mengontrol halusinasi

dengan bercakap-cakap dengan orang lain. Kita akan latihan selama 20

menit. Mau dimana? Disini saja?”

2. Tahap Kerja

“Cara kedua untuk mengontrol halusinasi adalah bercakap-cakap dengan

orang lain. Jadi kalau bapak mendengar suara-suara, langung saja cari teman

untuk diajak ngobrol.minta teman untuk ngobrol dengan bapak. Contohnya

begini: tolong, saya mulai mendengar suara-suara, ayo ngobrol dengan saya!

Atau kalau ada orang di rumah misalnya adik, istri katakan, bu ayo ngobrol

dengan saya karena saya sedang mendegar suara-suara. Begitu pak! Coba

bapak lakukan seperti tadi yang saya lakukan. Ya, begitu. Nah latih terus ya

bapak!”

3. Tahap Terminasi

“bagaimana perasaan bapak setelah latihan tadi? Jadi sudah ada berapa cara

yang bapak pelajari untuk mencegah suara-suara itu muncul? Bagus,

cobalah kedua cara ini kalau bapak mengalami halusinasi lagi. Bagaimana

kalau kita masukkan dalam jadwal kegiatan harian pak? Mau pukul berapa

latihan bercakap-cakap? Nah nanti lakukan secara teratur jika sewaktu-

waktu suara itu muncul! Besok saya akan kesini lagi. Mau ketemu dimana?

Disini lagi? Sampai jumpa besok ya. Selamat pagi pak”

4. Implementasi dan Evaluasi


45

Diagnosa Implementasi Evaluasi

Gangguan persepsi Hari jumat, 6 juli 2018 S: “saya belum bisa


sensori halusinasi Pukul 09.00 bercakap-cakap dengan
pendengaran Melakukan SP2P orang lain”
gangguan persepsi O:
sensori halusinasi - Klien mampu
pendengaran pada Tn. B menyebutkan kegiatan
yang dirawat di ruang hariannya
sarikaya RSUD Madani - Klien kurang dapat
Palu mempertahankan
1. Mengevaluasi jadwal kontak mata
kegiatan harian klien - Klien berbicara dengan
2. Melatih klien intonasi yang cepat
mengendalikan - Klien belum bisa
halusinasi dengan cara melakukan cara
bercakap-cakap mengontrol halusinasi
dengan orang lain dengan bercakap-cakap
3. Menganjurkan klien dengan orang lain
memasukkan kedalam A: SP2P belum tercapai
kegiatan harian Klien belum
mampu
bercakap-
cakap
dengan orang
lain
P:
Perawat : pertahankan
SP2P
Klien: memotivasi klien
mengontrol halusinasi
dengan bercakap-cakap
46

dengan orang lain

Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan

SP2P Halusinasi Pendengaran

Nama : Tn. B

Ruangan : Sarikaya

Pertemuan : IV

Hari/tanggal : Sabtu, 7 juli 2018

A. Proses keperawatan
1. Kondisi klien
klien masih cenderung menyendiri di kamar, klien tampak gelisah.

2. Diagnosa keperawatan

Gangguan persepsi sensori halusinasi pendengaran

3. Tindakan keperawatan

c. Membantu mengontrol halusinasi

d. Melatih klien untuk bercakap-cakap dengan orang lain

B. Strategi komunikasi tindakan keperawatan

1. Tahap Orientasi

“Selamat pagi pak, bagaimana perasaan bapak hari ini? Apakah suara-suara

masih muncul? Apakah sudah dipakai cara yang telah kita latih? Sesuai janji

kita, saya akan latih cara kedua untuk mengontrol halusinasi dengan

bercakap-cakap dengan orang lain. Kita akan latihan selama 20 menit. Mau

dimana? Disini saja?”


47

2. Tahap Kerja

“Cara kedua untuk mengontrol halusinasi adalah bercakap-cakap dengan

orang lain. Jadi kalau ibu mendengar suara-suara, langung saja cari teman

untuk diajak ngobrol.minta teman untuk ngobrol dengan bapak. Contohnya

begini: tolong, saya mulai mendengar suara-suara, ayo ngobrol dengan saya!

Atau kalau ada orang di rumah misalnya adik, istri katakan, bu ayo ngobrol

dengan saya karena saya sedang mendegar suara-suara. Begitu pak! Coba

pak lakukan seperti tadi yang saya lakukan. Ya, begitu. Nah latih terus ya

pak!”

3. Tahap Terminasi

“bagaimana perasaan bapak setelah latihan tadi? Jadi sudah ada berapa cara

yang bapak pelajari untuk mencegah suara-suara itu muncul? Bagus,

cobalah kedua cara ini kalau bapak mengalami halusinasi lagi. Bagaimana

kalau kita masukkan dalam jadwal kegiatan harian bapak? Mau pukul

berapa latihan bercakap-cakap? Nah nanti lakukan secara teratur jika

sewaktu-waktu suara itu muncul! Besok saya akan kesini lagi. Sampai

jumpa besok ya. Selamat pagi”

4. Implementasi dan Evaluasi

Diagnosa Implementasi Evaluasi

Gangguan persepsi Hari Sabtu, 7 juli 2018 S: “saya bercakap-cakap


sensori halusinasi Pukul 10.00 dengan suster dan teman-
48

pendengaran Melakukan SP2P teman”


gangguan persepsi O:
sensori halusinasi - Klien mampu
pendengaran pada Tn. B menyebutkan kegiatan
yang dirawat di ruang hariannya
sarikaya RSUD Madani - Kontak mata ada
Palu - Klien dapat melakukan
1. Mengevaluasi jadwal cara mengontrol
kegiatan harian klien halusinasi dengan
2. Melatih klien bercakap-cakap dengan
mengendalikan orang lain
halusinasi dengan cara A: SP2P tercapai
bercakap-cakap P:
dengan orang lain Perawat : pertahankan
3. Menganjurkan klien SP2P
memasukkan kedalam Klien: memotivasi klien
kegiatan harian mengontrol halusinasi
dengan bercakap-cakap
dengan orang lain

A. Pembahasan

Berdasarkanhasilstudikasus yang dilakukanpadaklien yang

mempunyaimasalahhalusinasi pendengaran, yang dilakukanpadatanggal5-

7juli di ruangSarikaya RSUD Madanipalu,

makapenulisakanmembahaskesenjanganantarateoridankenyataan yang

diperolehsebagaihasilpelaksanaanstudi kasus.

Penulisjugaakanmembahaskesulitan-
49

kesulitandalammemberikanasuhankeperawatanpadaklienhalusinasi

pendengaran.

1. Pengkajian

Pada saat dilakukan pengkajian klien tampak gelisah, gemetar dan

klien mengatakan mendengar suara bayi menangis pada malam hari, pada

saat sendiri dan sebelum tidur dan mengatakan susah tidur. Berdasarkan teori

Yosep & Titin (2014), gejala halusinasi pendengaran yaitu mendengar suara

menyuruh melakukan sesuatu yang berbahaya, mendengar suara atau bunyi,

mendengar suara yang mengajak bercakap – cakap, mendengar seseorang

yang sudah meninggal, mendengar suara yang mengancam diri klien atau

orang lain atau suara lain yang membahayakan.

2. Diagnosa keperawatan

Berdasarkan teori yang di temukan penulis, menurut NANDA (2009-

2011) pada diagnosa keperawatan gangguan persepsi sensori halusinasi

pendengaran memiliki batasan karakteristik : perubahan dalam perilaku,

konsentrasi buruk, gelisah, dan distorsi sensori seperti bicara sendiri, tertawa

sendiri, mendengar suara yang tidak nyata dan mondar mandir. Data subjektif

yang didapatkan penulis Dari Tn. B yaitu mendengar suara-suara tanpa

melihat wujudnya, klien mendengar suara sebanyak 3-4 kali saat klien sendiri

dan sebelum tidur. Data objektif yang di peroleh dari Tn. B yaitu klien

tampak menyendiri, gelisah, gemetar dan berbicara dengan intonasi yang

cepat.

3. Intervensi Keperawatan
50

Pada klien halusinasi pendengaran, intervensi yang dilakukan yaitu

membina hubungan saling percaya, menghardik halusinasi, melatih klien

bercakap-cakap dengan orang lain. Hal ini sesuai dengan teori menurut

Rasmun (2009) menjelaskan ada tujuan khusus gangguan halusinasi antara

lain: pertama, dapat membina hubungan saling percaya. Kedua, dapat

mengenal halusinasinya dari situasi yang menimbulkan halusinasi, isi,

waktu, frekuensi, dan respon klien terhadap halusinasinya. Ketiga, melatih

klien mengontrol halusinasi dengan cara menghardik halusinasi, bercakap-

cakap dengan orang lain, mengalihkan halusinasi dengan beraktivitas, dan

yang terakhir dapat melatih klien menggunakan obat secara teratur. Hasil

penelitian sebelumnya menurut Umam (2015) kemampuan mengontrol

halusinasi sebelum diberi intervensi dari total keseluruhan pasien dengan

halusinasi yang berjumlah 12 pasien terdapat 9 (75%) yang berada dalam

klasifikasi kurang, sedangkan dalam klasifikasi cukup terdapat 3 pasien

(25%). Hasil observasi tingkat kemampuan mengontrol halusinasi setelah

diberikan intervensi dari total 12 pasien halusinasi terdapat 3 (25%) pasien

dalam klasifikasi kurang, 5 (42%) pasien dalam klasifikasi cukupm dan 4

(33%) pasien dalam klasifikasi baik. Artinya ada perbedaan kemampuan

mengontrol halusinasi sebelum dan sesudah diberi intervensi pelaksanaan

teknik mengontrol halusinasi.

4. Implementasi

Implementasi pada Tn. B dengan halusinasi pendengaran telah

disesuaikan dengan rencana strategi pelaksanaan tindakan keperawatan yang


51

telah ditetapkan. Pelaksanaan tindakan keperawatan pada Tn. B telah

dilakukan yaitu membina hubungan saling percaya dengan mengajak klien

berkenalan dan berjabat tangan. Menghardik halusinasi dengan

mengidentifikasi isi, jenis, waktu, frekuensi, situasi dan respon klien

sehingga pada saat implementasi pertama dilakukan klien mengatakan “Ya

saya mendengar suara-suara”, “suara itu adalah suara bayi menangis”, “Saya

dengar setiap malam dan saat sendiri, “saya takut saat suara itu datang”,

“saya mau belajar menghardik”. Melatih klien bercakap-cakap dengan orang

lain. Penulis melakukan implementasi SP2P sebanyak 2 kali. Pada

implementasi pertama SP2P klien belum bisa bercakap-cakap dengan orang

lain. Pada implementasi kedua SP2P klien mengatakan “ saya bercakap-

cakap dengan suster dan teman-teman”. Penulis memberikan implementasi

sebanyak 3 kali dari SP 1 dan SP 2. Penulis tidak memberikan SP 3 dan SP

4 karena waktu penulis memberikan strategi pelaksanaan telah selesai.

Sesuai dengan teori menurut Effendy ( dalam Nurjanah, 2005) implementasi

adalah pengelolaan dalam perwujudan dari rencana keperawatan yang telah

disusun dalam tahap perencanaan. Mengajarkan cara mengontrol halusinasi

dengan cara menghardik menutup telinga, bercakap-cakap dengan orang

lain, melatih melakukan aktivitas yang terjadwalkan, dan mengajarkan cara

minum obat secara teratur. Dan di perkuat oleh penelitian sebelumnya

Karina (2013), didapatkan hasil penelitian pada penerapan asuhan

keperawatan menggunakan strategi pelaksanaan mengontrol halusinasi

bahwa terjadi peningkatan kemampuan mengontrol halusinasi dipengaruhi


52

oleh adanyan pengetahuan pasien cara mengontrol halusinasi, mengenal

jenis halusinasi, mengenal isi halausinasi, dan frekuensi terjadinya

halusinasi, membuat pasien lebih kuat menghadapi halusinasi.

5. Evaluasi

Pada kasus halusinasi pendengaran, penulis melakukan evaluasi

sebanyak 3 kali. Evaluasi dari tindakan diagnosa gangguan persepsi sensori

halusinasi pendengaran adalah klien mau membina hubungan saling percaya

dengan berjabat tangan, klien mau berkenalan dengan penulis, klien mampu

melakukan cara menghardik halusinasi dan mampu bercakap-cakap dengan

orang lain, klien sudah tidak mendengar suara-suara. Klien tampak tenang,

kontak mata ada , klien terlihat berinteraksi dengan teman-temannya.


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Penulis telah melaksanakan asuhan keperawatan pada Tn. B dengan

halusinasi pendengaran di ruang sarikaya RSUD madani palu. Penulis

mengambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Hasil pengkajian klien mengatakan mendengar suara-suara tanpa melihat

wujudnya, klien mendengarnya 3-4 kali saat sendiri dan sebelum tidur,

klien mengatakan susah tidur, klien tampak gelisah, dan klien tampak

gemetar.

2. Diagnosa pada Tn. B adalah gangguan persepsi sensori halusinasi

pendengaran.

3. Intervensi pada klien Tn. B yaitu bina hubungan saling percaya,

mengidentifikasi jenis, isi, waktu, frekuensi, perasaan da respon klien

terhadap halusinasinya, mengontrol halusinasi dengan cara menghardik,

bercakap-cakap dengan orang lain.

4. Implementasi keperawatan pada Tn. B yaitu SP 1 mengidentifikasi jenis,

isi, waktu, frekuensi, perasaan dan respon klien terhadap halusinasinya,

menghardik halusinasi, SP 2 melatih klien bercakap-cakap dengan orang

lain.

5. Evaluasi hasil setelah dilakukan tindakan keperawatan dari tanggal 5 –7

juli 2018gangguan persepsi sensori halusinasi pendengaran masalah

53
54

teratasi. Hal ini ditunjukkan dengan klien mengatakan perasaannya sudah

tenang, klien mampu melakukan cara menghardik dan klien dapat

bercakap-cakap dengan orang lain.

B. Saran

1. Mahasiswa diharapakan lebih bersungguh-sungguh, lebih cermat dalam

melakukan asuhan keperawatan pada klien halusinasi yang memiliki

emosi labil, sehingga dalam pemberian asuhan keperawatan dapat

dilakukan dengan tepat sesuai dengan kebutuhan klien. Contohnya

mahasiswa lebih memfokuskan masalah keperawatan dan memberikan

intervensi sesuai dengan kebutuhan pasien pada saat turun dinas.

2. Perawat diharapkan dapat meningkatkan ilmu pengetahuan dan

keterampilan sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologo

sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan kesehatan pada masyarakat

dengan cara membaca referensi buku jiwa terbaru.

3. Peran serta keluarga dan masyarakat sangat diharapkan untuk membantu

kesembuhan pada klien dengan gangguan jiwa yaitu dengan cara

pendekatan psikologis dengan adanya dukungan sosial, hal ini untuk

menurunkan stresor atau mempertinggi kemampuan penderita untuk

mengatasinya.
DAFTAR PUSTAKA

Annisetya, 2013. Pengaruh penerapan strategi pelaksanaan halusinasi terhadap


kemampuan pasien mengontrol halusinasi dengar. Jurnal keperawatan
jiwa. http://digilib.esaunggul.ac.id, diakses tanggal 7 Agustus 2018

Azizah, Lilik Ma`rifatul, Imam dan Amar. 2016. Buku Ajar Kesehatan Jiwa-
Teori dan Aplikasi. Yogyakarta : Indomedia Pustaka
Damaiyanti, M., & Iskandar . (2012). Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung : PT
Refika Aditama
Departemen Kesehatan 2000 (Dermawan dan Rusdy, 2013). Tentang Halusinasi
(2017)
Dermawan, D., Rusdy (2013). Buku ajar Keperawatan kesehatan
jiwa.Jakarta :Salemba Medika
Dinas Kesehatan Sulawesi. Profil Kesehatan Sulawesi Tengah 2017

Eko Prabowo, 2014. Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : Medikal Book

Eko Prabowo, 2014. Konsep dan Aplikasi Asuhan Keperewatan Jiwa.


Yogyakarta: Nuha Medika
Fitria, Nita 2010. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.
Jusliani, 2014. Pengaruh penerapan strategi pelaksanaan tindakan keperawatan
halusinasi klien terhadap kemampuan mengontrol halusinasi di RSKD
Provinsi Sulawesi Selatan. Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 5
Nomor 2 Tahun 2014 ● ISSN: 2302-1721.
http://ejournal.stikesnh.ac.id/index.php/jikd/article/view/753

NANDA International. 2005. Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi


2009-2011. Dialih bahasakan oleh Made Sumarwati. Jakarta : EGG
Pusat Komunikasi Publik Sekretariat Jenderal Kementrian Kesehatan RI.2014.
Stop Stigma dan Diskriminasi Terhadap Orang Dengan Gangguan Jiwa
(ODGJ). www.depkes.go.id
Riskesdas Tahun 2013. Riset Kesehatan Dasar Gangguan Jiwa.
Rochmawati, D.H Setyowati, W.E (2013). Laboratorium Keperawatan Semester
IV Jiw. Semarang : SA Press

55
Umam, 2015. Pelaksanaan teknik mengontrol halusinasi:kemampuan klien
skizofrenia mengontrol halusinasi. Edisi 7 Volume 2 Nomor 1 Tahun
2015. Jurnal keperawatan jiwa (online).
http://fik. Um-surabaya.ac.id/sites/default/ files/artikel%20.pdf

UU No 36 Tahun 2009 (Dermawan, 2013). Tentang Kesehatan Jiwa

WHO Tahun 2017. Tentang Data Kesehatan Jiwa.


http//www.depkes.go.id/article/print/16100700005/peran-keluarga
dukung-kesehatan-jiwa-masyarakat.html

Yusuf, A.H,Rizky, Hanik. 2015. Buku Ajar Keperawatan Jiwa . Jakarta : Salemba
Medika

56

Anda mungkin juga menyukai