Anda di halaman 1dari 57

KARYA TULIS ILMIAH

STUDI LITERATUR ASUHAN KEPERAWATAN DALAM


PEMENUHAN KEBUTUHAN INTAKE CAIRAN PADA
PASIEN POST OP APPENDIKTOMI
HARI PERTAMA

SRI NURMAYATRI
PO.71.3.202.17.1.096

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN MAKASSAR
JURUSAN KEPERAWATAN MAKASSAR
PRODI KEPERAWATAN PAREPARE
2020
KARYA TULIS ILMIAH

STUDI LITERATUR ASUHAN KEPERAWATAN DALAM


PEMENUHAN KEBUTUHAN INTAKE CAIRAN PADA
PASIEN POST OP APPENDIKTOMI HARI PERTAMA

Karya tulis ilmiah ini disusun sebagai salah satu syarat


menyelesaikan
Program Pendidikan Diploma III Keperawatan

SRI NURMAYATRI
PO.71.3.202.17.1.096

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN MAKASSAR
JURUSAN KEPERAWATAN MAKASSAR
PRODI KEPERAWATAN PAREPARE
2020
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Yang Bertanda Tangan Di bawah Ini :

Nama : SRI NURMAYATRI

NIM : PO.71.3.202.17.1.096

Program Studi : D-III Keperawatan Parepare

Institusi : Poltekkes Kemenkes Makassar

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa karya tulis ilmiah yang saya tulis dengan
benar merupakan karya saya sendiri dan bukan merupakan pengambil alihan
tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai hasil tulisan atau pikiran
saya sendiri.

Apabila kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan karya tulis ilmiah ini hasil
jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Parepare, 10 Juli 2020

Yang membuat pernyataan

SRI NURMAYATRI

PO.71.3.202.17.1.096

Mengetahui

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Muhammad Nuralamsyah,S.Kep.,Ns.,M.Kes Muhammad Nasir,S.SiT.,M.Kes

NIP. 19760102 200212 1 002 NIP.19640412198503 1 002

ii
HALAMAN PERSETUJUAN

Karya tulis ilmiah oleh SRI NURMAYATRI, NIM


PO.71.3.202.17.1.096, dengan Judul “STUDI LITERATUR ASUHAN
KEPERAWATAN DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN INTAKE
CAIRAN PADA PASIEN POST OP APPENDIKTOMI HARI PERTAMA“
telah diperiksa dan disetujui untuk diujikan pada seminar karya tulis ilmiah
Program Studi Keperawatan Parepare, Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes
Makassar.

Parepare, 10 Juli 2020

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Muhammad Nuralamsyah,S.Kep,Ns.,M.Kes Muhammad Nasir,S.SiT.,M.Kes


Nip.19760102200212 1 002 Nip. 19640412 198503 1 002

iii
HALAMAN PENGESAHAN

Karya tulis ilmiah oleh Sri Nurmayatri NIM PO.71.3.202.17.1.096 dengan


judul “Studi Literatur Asuhan Keperawatan Dalam Pemenuhan Kebutuhan Intake
Cairan Pada Pasien Post Op Appendiktomi Hari Pertama“ telah dipertahankan di
depan tim penguji Program Studi Keperawatan Parepare, Jurusan Keperawatan
Poletekkes Kemenkes Makassar pada tanggal

Tim Penguji

Penguji Ketua : H. Muhammad Asikin, S.Pd,S.SiT,M.Si,M.Kes ( )

Penguji Anggota I : Muhammad Nasir,S.SiT.,M.Kes ( )

Penguji Anggota II : Muhammad Nuralamsyah,S.Kep.,Ns.,M.Kes ( )

Mengetahui
Ketua Program Studi Keperawatan Parepare
Poltekkes Kemenkes Makassar

H. Muhammad Asikin, S.Pd,S.SiT,M.Si,M.Kes


NIP. 19641231 198502 1 003

iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. Identitas

Nama : Sri Nurmayatri

Tempat/tanggal/lahir : Palopo, 19 Januari 2000

Jenis kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Suku/bangsa : Bugis/Indonesia

Status : Belum kawin

Alamat : Teppo,Kel.Teppo, Kec.Patampanua

II. Pendidikan

1. TK KARTIKA XX : Lulus tahun 2005

2. SD NEGERI 118 PATAMPANUA : Lulus tahun 2011

3. SMPN 2 PATAMPANUA : Lulus tahun 2014

4. SMA NEGERI 5 PINRANG : Lulus tahun 2017

5. POLTEKKES KEMENKES MAKASSAR : Tahun 2017-2020

v
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb.

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT. Atas segala berkat dan

karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini dengan

judul “Studi Literatur Penatalaksanaan Teknik Nonfarmakologi Relaksasi Nafas

Dalam Pada Asuhan Keperawatan Fraktur”.

Penulisan karya tulis ilmiah ini sendiri dimaksudkan sebagai pemenuhan

persyaratan untuk menyelesaikan pendidikan program DIII Keperawatan di

Politeknik Kesehatan Makassar Program Studi Keperawatan Parepare, selama

dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah , penulis banyak menghadapi tantangan dan

hambatan baik secara moril maupun secara material, akan tetapi berkat motivasi,

bimbingan, arahan, dan saran yang baik dari pembimbing, akhirnya penulis dapat

menyelesaikan karya tulis ilmiah sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.

Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak mendapat

bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak. Untuk itu perkenankan penulis

mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Ir. Agustian Ipa, M.Kes, selaku Direktur Politeknik Kesehatan

Makassar

2. Ibu Harliani S.Kep, M.Kep., selaku Ketua Jurusan Keperawatan Politeknik

Kesehatan Makassar.

vi
3. Bapak H. Muhammad Asikin, S.Pd, S.SiT, M.Si, M.Kes., selaku ketua

Program Studi Keperawatan Parepare Politeknik Kesehatan Makassar

yang telah membimbing dan mengarahkan penulis sehingga dapat

menyelesaikan program pendidikan diploma III keperawatan ini tepat

waktunya.

4. Bapak Muhammad Nuralamsyah,S.Kep.,Ns.,M.Kes. selaku pembimbing I

dan penguji III yang telah banyak meluangkan waktunya dan penuh

kesabaran dalam memberikan masukan berupa ide, pemikiran dan

pengetahuan kepada penulis sejak masa persiapan sampai penyusunan

Karya Tulis Ilmiah ini dapat selesai tepat waktunya.

5. Bapak Muhammad Nasir,S.SiT.,M.Kes. selaku pembimbing II dan penguji

II yang telah banyak memberikan dukungan dan bimbingan dalam

penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

6. Bapak H. Muhammad Asikin, S.Pd, S.SiT, M.Si, M.Kes. selaku penguji I

yang telah memberikan kritik dan sarannya.

7. Bapak dan Ibu dosen serta staf program studi keperawatan parepare yang

telah sangat berjasa dalam membekali penulis dengan berbagai disiplin

ilmu dan perhatian selama mengikuti pendidikan.

8. Ayahanda ( Saripuddin ) dan ibunda ( Habiba) tercinta yang telah banyak

memberikan doa dan nasehat dan telah susah payah membiayai, serta tak

henti-hentinya memberikan dorongan baik moril maupun material

sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan.

vii
9. Saudara-saudaraku semua keluargaku yang tercinta yang senantiasa

memberikan dukungan dan semangat selama penulis menempuh

pendidikan.

10. Teman-teman seangkatan 2017 Prodi Keperawatan Parepare tanpa

terkecuali yang banyak berpartisipasi dalam penyusunan karya tulis ilmiah

ini.

11. Segenap pihak yang tidak dapat saya sebutkan namanya satu persatu yang

banyak berpartisipasi dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini.

Akhir kata, semoga Tuhan Yang Maha Kuasa selalu melimpahkan rahmat dan

hidayahnya kepada kita semua. Amin Ya Rabbil Allamin.

Parepare, 10 Juli 2020

Hormat Kami, Penulis

viii
ABSTRAK

Studi Literatur Asuhan Keperawatan dalam Pemenuhan Kebutuhan Intake


Cairan pada Pasien Post Op Appendiktomi Hari Pertama

(Sri Nurmayatri, 2020)

Program Studi Keperawatan Parepare Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan


Kementerian Kesehatan Makassar. Dibimbing oleh : Bpk. Muhammad
Nuralamsyah dan Bpk Muhammad Nasir.

Kata Kunci : Asuhan Keperawatan, Appendiktomi, Intake Cairan.

Apendiksitis atau radang apendiks adalah kondisi terjadinya infeksi


intraabdominal. Hal ini mungkin terkait dengan diet serat yang kurang
pada masyarakat modern saat iniTindakan pembedahan sendiri akan
memicu gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit yang biasanya
diakibatkan oleh puasa yang harus dilakukan sebelum pembedahan,
kehilangan banyak cairan melalui saluran cerna seperti muntah, diare,
dan dilatasi lambung atau usus, selain itu perdarahan dan perpindahan
cairan juga akan mempengaruhi keseimbangan cairan. Tujuan dari studi
literatur ini yaitu untuk mengidentifikasi asuhan keperawatan pada klien
kasus post op appendiktomi hari pertama dalam pemenuhan kebutuhan
cairan. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif
dengan pendekatan studi literatur/ studi kepustakaan. Peneliti mengambil
sumber dari studi kasus maupun laporan asuhan keperawatan, serta jurnal
ilmiah yang berkaitan dengan post op apendiktomi. Hasil penelitian
ditemukan bahwa intake cairan pada pasien pasca operasi apendiktomi
sangat penting karena akan berdampak pada penyembuhan luka operasi,
mengatasi resiko kekurangan cairan dan pemenuhan nutrisi dan oksigen.
Diharapkan perawat dapat melakukan penatalaksanaan asuhan
keperawatan post operasi apendiktomi dengan tindakan keperawatan
yang mengacu pada data fokus yang didapatkan dari hasil pengkajian dan
pemeriksaan fisik, dan mengacu pada prioritas diagnosis, saah satunya
adalah gangguan pemenuhan kebutuhan cairan.

ix
ABSTRACT

Literature Study of Nursing Care in Meeting the Needs of Fluid Intakes in


First Day Appendectomy Post Op Patients

(Sri Nurmayatri, 2020)

Nursing Study Program Parepare Nursing Department of Health Polytechnic of


the Ministry of Health Makassar. Supervised by: Bpk. Muhammad Nuralamsyah
and Mr. Muhammad Nasir.

Keywords: Nursing Care, Appendectomy, Fluid Intake.

Appendixitis or inflammation of the appendix is a condition that causes


intraabdominal infection. This may be related to the lack of dietary fiber in
modern society today. Surgery alone will allow the fluid and electrolyte
balance needed due to fasting that must be performed before surgery, free of
fluid that is flowed through the pipe, and dilated, besides bleeding and
transition fluid will also affect fluid balance. The aim of this literature study
is to discuss nursing care in the first day post op appendectomy client clients
in meeting fluid needs. The research method used is descriptive research
with literature study / literature study. Researchers take resources from case
studies or nursing care reports, as well as scientific journals that discuss post
appendectomy. The results found that fluid intake in post-operative
appendectomy patients is very important because it will have an impact on
healing wound surgery, overcoming the risk of lack of fluids and fulfillment
of nutrients and oxygen. It is hoped that nurses can manage post-operative
appendectomy nursing care with nursing actions that reach the focus data
obtained from the results of physical examination and examination, and
according to the priority of diagnosis, only relates to meeting fluid needs.

x
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN .............................................................. ii
HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ................................................................................ v
KATA PENGANTAR ........................................................................................... vi
ABSTRAK ............................................................................................................. ix
DAFTAR ISI .......................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xiv
DAFTAR SINGKATAN ...................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 4
C. Tujuan penelitian .......................................................................................... 4
D. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................. 6
A. Asuhan Keperawatan Post Apendiktomi ..................................................... 6
B. Post Apendiktomi ....................................................................................... 16
C. Konsep Keseimbangan Cairan ................................................................... 20
BAB III METODE STUDI KASUS ..................................................................... 24
A. Jenis Penelitian ........................................................................................... 24
B. Fokus Studi ................................................................................................ 24
C. Sumber data ................................................................................................ 25
D. Kriteria Literatur ........................................................................................ 25
E. Metode Pengumpulan data ......................................................................... 26
F. Analisa data dan Penyajian data ................................................................. 26
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................. 27
A. Hasil Studi Literatur ................................................................................... 27

xi
B. Pembahasan ................................................................................................ 32
C. Keterbatasan ............................................................................................... 34
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 35
A. Kesimpulan ................................................................................................ 35
B. Saran ........................................................................................................... 35
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 37
Lampiran ............................................................................................................... 39

xii
DAFTAR TABEL

Tabel 4. 1Sintesis Grid ...................................................................................................... 28

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Jadwal Kegiatan ............................................................................................ 39


Lampiran 2 jurnal.............................................................................................................. 40

xiv
DAFTAR SINGKATAN

ADH : Antidiuretic Hormone

IWL : Isensibel Watel Loss

BAK : Buang Air Kecil

CRT : Cathode Ray Tube

xv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Apendiksitis atau radang apendiks adalah kondisi terjadinya infeksi

intraabdominal, kasus ini paling banyak ditemukan di negara-negara maju,

maupun pada negara berkembang. Hal ini mungkin terkait dengan diet serat

yang kurang pada masyarakat modern saat ini. Apendiksitis dapat ditemukan

pada semua umur, hanya pada anak kurang dari satu tahun jarang terjadi.

Insidensi pada pria dengan perbandingan 1,4 lebih banyak daripada wanita

(Santacroce dalam Muttaqin, 2018). Apendisitis ditemukan pada semua

kalangan dalam rentang usia 21-30 tahun (Ajidah & Haskas, 2014).

Apendisitis merupakan peradangan apendik vermivormis, dan merupakan

penyebab masalah abdomen yang paling sering (Dermawan &

Rahayuningsih, 2016). Komplikasi apendiksitis yang sering terjadi yaitu

apendiksitis perforasi yang dapat menyebabkan perforasi atau abses sehingga

diperlukan tindakan pembedahan (Haryono, 2012).

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia menyatakan pada tahun

2016 jumlah penderita apendiksitis mencapai 591.819, pada tahun 2017

sebesar 596.132 orang dan insiden ini menempati urutan tertinggi di antara

kasus kegawatan abdomen lainnya (Kemkes RI, 2018). Penderita apendiksitis

yang dirawat di rumah sakit pada tahun 2018 sebanyak 3.236 orang dan pada

tahun 2019 sebanyak 4.351 orang (Kemkes RI, 2018). Kementrian Kesehatan

menganggap apendiksitis merupakan isu prioritas kesehatan di tingkat lokal

1
2

dan nasional karena mempunyai dampak besar pada kesehatan

masyarakat (Kemkes RI, 2018). Apendiksitis merupakan salah satu penyebab

untuk dilakukan operasi kegawatdaruratan abdomen. Hal-hal yang

berhubungan dengan perawatan klien post operasi dan dilakukan segera

setelah operasi diantaranya adalah dengan memperhatikan kebutuhan intake

cairan (Muttaqin, 2019).

Tindakan pembedahan sendiri akan memicu gangguan keseimbangan

cairan dan elektrolit yang biasanya diakibatkan oleh puasa yang harus

dilakukan sebelum pembedahan, kehilangan banyak cairan melalui saluran

cerna seperti muntah, diare, dan dilatasi lambung atau usus, selain itu

perdarahan dan perpindahan cairan juga akan mempengaruhi keseimbangan

cairan (Sjamsuhidajat & De Jong, 2010). Pembedahan, puasa pra

pembedahan, muntah, diare, dehidrasi dan luka bakar akan menyebabkan

perubahan dan komposisi cairan tubuh sehingga dapat menyebabkan

gangguan fisiologis yang berat (Indriawati, 2013).

Gangguan keseimbangan cairan dan eletrolit dapat berupa kelebihan

cairan atau overhidrasi dan kekurangan intake cairan atau dehidrasi,

kekurangan cairan tubuh sendiri bisa disebabkan oleh kehilangan cairan tubuh

yang berlebih, pemasukan (intake) cairan yang kurang dan berpindahnya

cairan dari intravascular ke interstisial (rongga ketiga) (Sjamsuhidajat & De

Jong 2014). Kekurangan volume cairan tubuh sendiri dapat ditandai dengan

penurunan tekanan darah, penurunan nadi, penurunan turgor kulit, penurunan


3

pengisian vena, membran mukosa kering, haus, kulit kering, kelemahan,

peningkatan konsentrasi urin (Black & Hawks, 2014).

Terapi cairan atau pemenuhan kebutuhan intake cairan pada pasien

post-op apendiksitis sangat dibutuhkan untuk meningkatkan dan

mempertahankan kebutuhan cairan dalam tubuh seseorang yang telah

menjalani masa pembedahan, karena pada masa tersebut tubuh memerlukan

tambahan pemberian cairan untuk mengganti asupan cairan yang hilang pada

saat pembedahan (Sjamsuhidajat & De Jong, 2014). Terapi cairan pada

pembedahan juga bertujuan untuk menyediakan cairan yang cukup untuk

mempertahankan volume intravaskuler yang adekuat sehingga sistem

kardiovaskuler dapat bekerja optimal (Perhimpunan Dokter Spesialis

Anestesiologi dan Reanimasi Indonesia, 2019).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sri Hanato (2013) dengan judul

Hubungan Intake Cairan dengan Penyembuhan Luka Post Operasi

Apendisitis di RS Swasta Lamongan menunjukkan bahwa sebagian besar

responden yaitu 14 pasien (66,7%) intake cairannya normal dan sebagain

besar responden yaitu 11 pasien (52,4%) penyembuhan luka abnormal. Hasil

uji Koefisien Kontingensi didapatkan C=0,596 dan p=0,001 dimana p 0,05

artinya ada hubungan antara intake cairan dengan penyembuhan luka post

operasi apendisitis. Untuk membantu proses penyembuhan luka, pasien

dianjurkan intake cairan yang maksimal agar kebutuhan cairan terpenuhi dan

penyembuhan luka menjadi normal (Hanato, 2013).


4

Berdasarkan latar belakang di atas pemenuhan kebutuhan cairan

diperlukan pada pasien kasus post-op apendiksitis hari pertama pembedahan,

maka dengan ini peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul

“Studi Literatur Asuhan Keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan intake

cairan pada pasien post op appendiktomi hari pertama”.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang peneliti angkat berdasarkan uraian

latar belakang di atas yaitu: Bagaimanakah asuhan keperawatan pada pasien

gangguan pencernaan post op appendiktomi dalam pemenuhan kebutuhan

intake cairan?

C. Tujuan penelitian

Tujuan dari studi literatur ini yaitu untuk mengidentifikasi asuhan

keperawatan pada klien kasus post op appendiktomi hari pertama dalam

pemenuhan kebutuhan cairan.

D. Manfaat Penelitian

Studi literatur ini, diharapkan dapat memberikan manfaat bagi:

1. Masyarakat :

Sebagai bahan pengetahuan kepada masyarakat tentang pentingnya

menjaga kebutuhan cairan tubuh khusunya pada pasien yang telah

menjalani pembedahan.

2. Pengembangan Ilmu dan Teknologi Keperawatan :


5

Dapat dijadikan sebagai bahan pustaka bagi tenaga kesehatan/

keperawatan maupun bagi mahasiswa kesehatan yang ingin mengkaji

tentang gambaran penatalaksanaan asuhan keperawatan dengan kasus

post-op appendiktomi di hari pertama.

3. Penulis :

Sebagai bahan pembelajaran bagi penulis dalam melakukan studi

literatur terkait prosedur asuhan keperawatan khususnya dalam

pemenuhan kebutuhan intake cairan pasien post op appendiktomi hari

pertama.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Asuhan Keperawatan Post Apendiktomi

Asuhan keperawatan merupakan metoda efektif pemecahan masalah

yang dilakukan perawat terhadap klien dengan pendekatan metodologi ilmiah

meliputi pengkajian dan pemeriksaan fisik, penentuan diagnosa keperawatan,

intervensi (rencana tindakan), implementasi, dan evaluasi keperawatan.

Asuhan keperawatan dapat dipertanggungjawabkan berdasarkan substansi

ilmiah yaitu logis, sistimatis, dinamis dan terstruktur (Muhlisin, 2016). Proses

keperawatan pada kasus post apendiktomi meliputi:

1. Fokus Pengkajian

Fokus pengkajian yang dilakukan pada pasien dengan kasus post

apendiktomi (Haryono, 2017) adalah:

a. Jalan napas dan pernapasan

Agen anestesi tertentu menyebabkan depresi pernapasan.

Waspadai pernapasan dangkal, lambat, dan batuk lemah. Kaji patensi

jalan napas, irama, kedalaman ventilasi, simetri gerakan dinding

dada, suara napas, dan warna mukosa.

b. Sirkulasi

6
Penderita berisiko mengalami komplikasi kardiovaskular

yang disebabkan oleh hilangnya darah aktual atau potensial dari

tempat pembedahan, efek samping anestesi, ketidakseimbangan

7
8

elektrolit, dan depresi mekanisme yang mengatur sirkulasi

normal. Masalah umum awal sirkulasi adalah perdarahan.Kehilangan

darah dapat terjadi secara eksternal melalui saluran atau sayatan

internal. Kedua tipe ini menghasilkan perdarahan dan penurunan

tekanan darah, jantung, dan laju pernapasan meningkat, nadi

terdengar lemah, kulit dingin, lembab, pucat, dan gelisah.

c. Kontrol suhu

d. Keseimbangan cairan dan elektrolit

Kaji status hidrasi dan pantau fungsi jatung dan saraf untuk

tanda-tanda perubahan elektrolit. Monitor dan bandingkan nilai-nilai

laboratorium dengan nilai-nilai dasar dari penderita. Catatan yang

akurat dari asupan dan keluaran dapat menilai fungsi ginjal dan

peredaran darah. Ukur semua sumber keluaran, termasuk urine,

keluaran dari pembedahan, drainase luka dan perhatikan setiap

keluaran yang tidak terlihat dari diaforesis.

e. Intergritas kulit dan kondisi luka

Perhatikan jumlah, warna, bau dan konsistensi drainase

diperban. Pada penggantian perban pertama kalinya perlu dikaji area

insisi, jika tepi luka berdekatan dan untuk perdarahan atau drainase.

f. Fungsi perkemihan

Anestesi epidural atau spinal sering mencegah penderita dari

sensasi kandung kemih yang penuh. Raba perut bagian bawah tepat
9

di atas simfisis pubis untuk mengkaji distensi kandung kemih. Jika

penderita terpasang kateter urin, harus ada aliran urine terus menerus

sebanyak 30-50 ml/jam pada orang dewasa.

g. Fungsi gastrointestinal

Inspeksi abdomen untuk memeriksa perut kembung akibat

akumulasi gas.Kaji kembalinya peristaltik setiap 4 sampai 8 jam.

Auskultasi perut secara rutin untuk mendeteksi suara usus kembali

normal, 5-30 bunyi keras per menit pada masing-masing kuadran

menunjukkan gerak peristaltik yang telah kembali.

h. Kenyamanan

Penderitya merasakan nyeri sebelum mendapatkan kembali

kesadaran penuh. Kaji nyeri penderita dengan skala nyeri.

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosis keperawatan dengan penderita post operasi apendisitis

menurut Wilkinson, J dan Ahern (2016):

a. Nyeri akut

1. Batasan karakteristik

a. Subjektif: mengungkapkan nyeri secara verbal.

b. Objektif: posisi untuk menghilangkan nyeri, perubahan

tonus otot (dengan rentang lemas tidak bertenaga sampai

kaku), respon autonomik (misalnya diaphoresis, perubahan


10

tekanan darah, pernapasan atau nadi, dilatasi pupil),

perubahan selera makan, gangguan tidur.

2. Faktor yang berhubungan: agen-agen penyebab cedera (biologis,

kimia, fisik, dan psikologis).

b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

1. Batasan karakteristik

a. Subjektif: kram abdomen, nyeri abdomen, menolak makan,

persepsi ketidakmampuan untuk mencerna makanan,

merasa cepat kenyang setelah makan.

b. Objektif: bising usus hiperaktif, kurangnya minat terhadap

makanan, embrane mukosa pucat, tonus otot buruk.

2. Faktor yang berhubungan: ketidakmampuan untuk menelan atau

menerima makanan atau menyerap nutrien akibat faktor

biologis, psikologis, atau ekonomi. Contoh menurut NANDA

yaitu kesulitan mengunyah dan menelan, hilangnya nafsu

makan, mual, dan muntah.

c. Hambatan mobilitas fisik

1. Batasan karakteristik

a. Objektif: kesulitan membolak-balik posisi tubuh, dispnea

saat beraktivitas, keterbatasan rentang gerak sendi,

ketidakstabilan postur tubuh (saat melakukan rutinitas

aktivitas kehidupan sehari- hari), melambatnya pergerakan,

gerakan tidak teratur atau tidak terkoordinasi.


11

2. Faktor yang berhubungan: perubahan metabolisme sel,

gangguan kognitif, penurunan kekuatan/kendali/massa otot,

ansietas, ketidaknyamanan dan nyeri, intoleransi aktivitas dan

penurunan kekuatan, kaku sendi/kontaktur, gangguan

muskuluskeletal, gangguan neuromuskuler, nyeri, program

pembatasan pergerakan, gaya hidup yang kurang gerak,

malnutrisi, gangguan sensori persepsi.

d. Konstipasi

1. Batasan karakteristik

a. Subjektif: nyeri abdomen, nyeri tekan pada abdomen

dengan atau tanpa resistansi otot yang dapat dipalpasi,

perasaan penuh dan tekanan pada rektum, nyeri saat

defekasi.

b. Objektif: perubahan pola defekasi, distensi abdomen, bising

usus hipoaktif, tidak mampu mengeluarkan feses, feses

yang kering, keras dan padat.

2. Faktor yang berhubungan

a. Kebiasaan mengabaikan desakan untuk defakasi.

b. Asupan serat dan cairan tidak mencukupi.

c. Perubahan pola makan dan jenis makanan yang dikonsumsi.

d. Antikolinergis, antidepresan, diuretik, sedatif.

e. Ansietas

1. Batasan karakteristik
12

a. Perilaku: penurunan produktivitas, mengekspresikan

kekhawatiran akibat peristiwa dalam hidup, gelisah,

memandang sekilas, insomnia, kontak mata buruk, resah,

menyelidik dan tidak waspada.

b. Afektif: gelisah, kesedihan yang mendalam, fokus pada diri

sendiri, gugup, marah, menyesal, perasaan takut,

ketidakpastian, khawatir.

c. Fisiologis: wajah tegang, peningkatan keringat, gemetar

atau tremor di tangan, suara bergetar.

d. Parasimpatis: nyeri abdomen, penurunan tekanan darah,

penurunaan nadi, pingsan, sering berkemih.

e. Simpatis: mulut kering, jantung berdebar-debar, dilatasi

pupil, kelemahan.

f. Kognitif: konfusi, kesulitan untuk berkonsentrasi.

2. Faktor yang berhubungan:

a. Terpajan toksin.

b. Stress.

c. Ancaman atau perubahan pada status peran, fungsi peran,

lingkungan, status kesehatan.

f. Risiko Infeksi

Faktor yang berhubungan: 1) Penyakitkronis 2) Penekanan sistem

imun 3) Pertahanan primer tidak adekuat.

g. Desisit Pengetahuan
13

1. Batasan karakteristik

a. Ketidakakuratan mengikuti perintah.

b. Perilaku tidak tepat (missal hysteria, bermusuhan, agitasi,

apatis).

c. Pengungkapan masalah.

d. Sering bertanya.

2. Faktor yang berhubungan

a. Keterbatasan kognitif.

b. Kurang minat dalam belajar.

c. Kurang dapat mengingat kurang informasi.

3. Fokus Intervensi

Intervensi yang difokuskan yaitu pada pemenuhan kebutuhan

intake cairan dengan diagnosa: Ketidakseimbangan cairan dan nutrisi

kurang dari kebutuhan tubuh. Kriteria hasil: 1) Memperlihatkan status

gizi: asupan makanan dan cairan, yang dibuktikan oleh indikator

penilaian adekuat; 2) Makanan oral, pemberian makanan lewat selang,

atau nutrisi parenteral total; 3) Asupan cairan oral/IV; 4)

Mempertahankan berat badan ideal; 5) Memiliki nilai laboratorium

dalam batas normal.

Intervensi :

a. Timbang pada interval yang tepat.


14

b. Instruksikan pasien agar menarik napas dalam, perlahan, dan

menelan secara sadar untuk mengurangi mual dan muntah.

c. Tentukan dengan melakukan kolaborasi bersama ahli gizi, jika

diperlukan, jumlah kalori dan jenis zat gizi yang dibutuhkan untuk

memenuhi kebutuhan nutrisi dan cairan/ elektrolit.

d. Berikan obat antiemetik dan/atau analgesik sebelum makan atau

sesuai jadwal yang dianjurkan.

4. Implementasi

Implementasi terdiri atas melakukan dan mendokumentasikan

tindakan yang merupakan tindakan keperawatan khusus yang diperlukan

untuk melaksanakan intervensi. Penatalaksanaan masalah

ketidakseimbangan kebutuhan nutrisi dan cairan kurang dari kebutuhan

tubuh adalah pemenuhan nutrisi pasien sampai pasien memperlihatkan

tanda gejala berat badan yang ideal, dan komplikasi tidak terjadi.

Tindakan-tindakan pada intervensi keperawatan terdiri atas observasi,

terapeutik, edukasi, dan kolaborasi (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018).

Implementasi ini akan mengacu pada SIKI yang telah dibuat pada

rencana keperawatan.

5. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi adalah aktivitas yang direncanakan, berkelanjutan, dan

terarah, ketika pasien dan professional kesehatan menentukan kemajuan

pasien menuju pencapaian tujuan/ hasil dan keefektifan rencana asuhan

keperawatan (Kozier et al., 2010). Evaluasi asuhan keperawatan


15

didokumentasikan dalam bentuk SOAP (subjektif, objektif, assesment,

planning). Adapun komponen SOAP yaitu S (subjektif) adalah informasi

berupa ungkapan yang didapat dari pasien setelah tindakan diberikan, O

(objektif) adalah informasi yang didapat berupa hasil pengamatan,

penilaian, pengukuran yang dilakukan oleh perawat setelah tindakan

dilakukan, A (assesment) adalah membandingkan antara informasi

subjektif dan objektif, P (planing) adalah rencana keperawatan lanjutan

yang akan dilakukan berdasarkan hasil analisa (Dermawan, 2012).

Evaluasi terhadap masalah keperawatan ketidakseimbangan

kebutuhan cairan pada kasus post op apendiktomi mengacu pada

rumusan tujuan dalam rencana keperawatan, yang mencangkup aspek

waktu dan kriteria hasil. Aspek waktu menjadi pedoman kapan harus

dievaluasi dan aspek kriteria hasil sebagai pedoman apakah tujuan yang

direncanakan berhasil atau tidak. Adapun kriteria hasil yang ditetapkan

mengacu pada SLKI PPNI (2019) yaitu :

a. Status nutrisi dan cairan yang adekuat;

b. Asupan cairan oral/IV;

c. Berat badan ideal dan kembali normal;

d. Nilai pemeriksaan laboratorium dalam batas normal.


16

B. Post Apendiktomi

1. Pengertian

Apendiktomi adalah pembedahan atau operasi pengangkatan

apendiks (Haryono, 2017). Apendiktomi merupakan pengobatan melalui

prosedur tindakan operasi hanya untuk penyakit apendisitis atau

penyingkiran/ pengangkatan usus buntu yang terinfeksi. Apendiktomi

dilakukan sesegera mungkin untuk menurunkan risiko perforasi lebih

lanjut seperti peritonitis atau abses (Marijata dalam Pristahayuningtyas,

2015). Post apendiktomi merupakan peristiwa setelah dilakukannya

tindakan pembedahan pada apendik yang mengalami inflamasi. Kondisi

post operasi dimulai saat pasien dipindahkan ke ruang pemulihan dan

berakhir sampai evaluasi selanjutnya. Pasien yang telah menjalani

pembedahan dipindahkan ke ruang perawatan untuk pemulihan post

pembedahan (memperoleh istirahat dan kenyamanan) (Muttaqin, 2016).

Aktivitas keperawatan post operasi berfokus pada peningkatan

penyembuhan pasien. Salah satu peran perawat yang mendukung proses

kesembuhan pasien yaitu dengan memberikan dorongan kepada pasien

untuk memeprhatikan tentang kebutuhan nutrisi dan intake cairan pasca

pembedahan (Potter & Perry, 2015).

2. Etiologi

Etiologi dilakukannya tindakan pembedahan pada penderita

apendiksitis dikarenakan apendik mengalami peradangan. Apendiks yang

meradang dapat menyebabkan infeksi dan perforasi apabila tidak


17

dilakukan tindakan pembedahan. Berbagai hal berperan sebagai faktor

pencetusnya. Sumbatan lumen apendiks merupakan faktor yang diajukan

sebagai faktor pencetus. Disamping hiperplasia jaringan limfe, fekalit,

tumor apendiks, dan cacing askariasis dapat pula menyebabkan

sumbatan. Penyebab lain yang diduga dapat menimbulkan apendisitis

ialah erosi mukosa apendiks akibat parasit seperti E.histolytica

(Sjamsuhidayat, 2016).

Faktor-faktor yang mempermudah terjadinya radang apendiks

menurut Haryono (2017) diantaranya:

a. Faktor sumbatan

Faktor sumbatan merupakan faktor terpenting terjadinya

apendisitis (90%) yang diikuti oleh infeksi. Sekitar 60% obstruksi

disebabkan oleh hyperplasia jaringan lymphoid sub mukosa, 35%

karena stasis fekal, 4% karena benda asing, dan sebab lainnya 1%

diantaranya sumbatan oleh parasit dan cacing.

b. Faktor bakteri

Infeksi enterogen merupakan faktor patogenesis primer pada

apendisitis akut. Adanya fekolit dalam lumen apendiks yang telah

terinfeksi dapat memperburuk dan memperberat infeksi, karena

terjadi peningkatan stagnasi feses dalam lumen apendiks, pada

kultur yang banyakditemukan adalah kombinasi antara Bacteriodes

fragilis dan E.coli, Splanchius, Lacto-bacilus, Pseudomonas,


18

Bacteriodes splanicus. Sedangkan kuman yang menyebabkan

perforasi adalah kuman anaerob sebesar 96% dan aerob lebih dari

10%.

c. Kecenderungan familiar

Hal ini dihubungkan dengan terdapatnya malformasi yang

herediter dari organ, apendiks yang terlalu panjang, vaskularisasi

yang tidak baik dan letaknya yang mudah terjadi apendisitis. Hal ini

juga dihubungkan dengan kebiasaan makan dalam keluarga terutama

dengan diet rendah serat dapat memudahkan terjadinya fekolit dan

menyebabkan obstruksi lumen.

d. Faktor Ras dan Diet

Faktor ras berhubungan dengan kebiasaan dan pola makanan

sehari-hari. Bangsa kulit putih yang dulunya mempunyai resiko lebih

tinggi dari negara yang pola makannya banyak serat. Namun saat

sekarang kejadiannya terbalik. Bangsa kulit putih telah mengubah

pola makan mereka ke pola makan tinggi serat. Justru negara

berkembang yang dulunya mengonsumsi tinggi serat kini beralih ke

pola makan rendah serat, kini memiliki risiko apendisitis yang lebih

tinggi.

3. Komplikasi Post Apendiktomi

Komplikasi setelah pembedahan apendik menurut Muttaqin

(2016):
19

a. Infeksi pada luka, ditandai apabila luka mengeluarkan cairan kuning

atau nanah, kulit di sekitar luka menjadi merah, hangat, bengkak,

atau terasa semakin sakit,

b. Abses (nanah), terdapat kumpulan di dalam rongga perut dengan

gejala demam dan nyeri perut,

c. Perlengketan usus, dengan gejala rasa tidak nyaman di perut, terjadi

sulit buang air besar pada tahap lanjut, dan perut terasa sangat nyeri.

d. Komplikasi yang jarang terjadi seperti ileus, gangren usus,

peritonitis, dan obstruksi usus.

4. Masalah yang timbul post apendiktomi

Masalah yang banyak terjadi pada penderita post apendiktomi

menurut Wilkinson & Ahern (2016):

a. Nyeri akut.

b. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.

c. Hambatan mobilitas fisik.

d. Konstipasi.

e. Resiko kekurangan volume cairan.

f. Ansietas.

g. Resiko infeksi.

h. Bersihan jalan napas tidak efektif.

i. Defisit pengetahuan.
20

C. Konsep Keseimbangan Cairan

1. Defenisi

Kebutuhan cairan dan elektrolit adalah suatu proses dinamik karena

metabolisme tubuh membutuhkan perubahan yang tetap dalam berespons

terhadap stressor fisiologis dan lingkungan. Cairan dan elektrolit saling

berhubungan ketidakseimbangan yang berdiri sendiri jarang terjadi dalam

bentuk kelebihan atau kekurangan (Tarwoto, 2016).

Mekanisme pergerakan cairan tubuh melalui empat proses yaitu:

a. Osmosis

Osmosis adalah pergerakan air menembus membran sel dari

larutan yang berkonsentrasi tinggi, dengan kata lain, air bergerak

menuju zat teralut yang berkonsentrasi lebih tinggi sebagai upaya

untuk menyeimbangkan konsentrasi.

b. Difusi

Difusi merupakan percampuran kontitu beberapa molekul di dalam

cairan, gas atau zat padat yang disebabkan oleh pergerakan molekul

secara acak. Kecepatan difusi zat bervariasi sesuai dengan ukuran

molekul, kosentrasi larutan dan suhu larutan.

c. Filtrasi

Filtrasi merupakan sebuah proses pergerakan cairan dan zat

larut secara bersama menyebrangi sebuah membran dari satu


21

kompartemen ke kompartemen yang lain. Pergerakan terjadi di area

bertekanan tinggi ke arah bertekanan rendah.

d. Tanspor aktif

Zat dapat bergerak menyebrangi membran sel dari larutan

kosentrasi rendah ke kalarutan konsentrasi tinggi dengan sebuah

transfor aktif. Prosen ini terutama penting dalam mempertahankan

perbedaan kosentrasi ion natrium dan kalium.

2. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Keseimbangan Cairan

a. Usia

Variasi usia berkaitan dengan luas permukaan tubuh

melakukan proses metabolisme yang diperlukan dan berat badan.

b. Temperature lingkungan

Panas yang berlebihan menyebabkan keringat, sehingga

seseorang dapat kehilangan NaCI melalui keringat sebanyak 15-

30g/hari.

c. Diet

Pada saat tubuh kekurangan nutrisi, tubuh akan memecah

cadangan energi proses ini akan menimbulkan pergerakan cairan dari

intersisial ke intraseluler.

d. Stress

Stress dapat menimbulkan peningkatan metabolisme sel,

konsentrasi darah dan glikolisis otot, mekanisme ini dapat


22

menimbulkan retensi sodium dan air proses ini dapat meningkatkan

produksi ADH dan menurunkan produksi urin.

3. Cara Pengeluaran Cairan

Menurut Tarwoto (2016), pengeluaran cairan terjadi melalui organ

organ seperti :

a. Ginjal

1. Merupakan pengatur utama keseimbangan cairan yang

menerima 170 liter darah untuk di saring setiap hari.

2. Produksi urin untuk semua umur 1ml/kg/jam.

3. Pada orang dewasa produksi urin sekita 1,5 liter/ hari.

4. Jumlah urin yang diproduksi oleh ginjal dipengaruhi oleh ADH

dan aldosteron.

b. Kulit

1) Hilangnya cairan melalui kulit diatur oleh saraf simpatis yang

merangsang aktivitas kelenjar keringat.

2) Rangsangan kelenjar kringat dapat dihasilkan dari aktivitas otot,

temperatur lingkungan meningkat dan demam. Dapat disebut

juga isensibel watel loss (IWL) sekitar 15-20ml/ jam.

c. Paru-Paru

1) Menghasilkan IWL sekitar 400ml/hari.

2) Meningkatkan cairan yang hilang sebagai respon terhadap

perubahan kecepatan dan kedalaman napas akibat pergerakan

atau demam.
23

d. Gastroentestinal

1) Dalam kondisi normal cairan yang hilang dari gastroentestinal

setiap hari sekitar 100-200 ml.

2) Perhitungan IWL secara keseluruhan adalah 10-

15cc/kg/bb/24jm dengan kenaikan 10% dari IWL pada setiap

kenaikan temperatur 1 drajat celcius.

4. Pengaturan Keseimbangan Cairan

a. Mekanisme Rasa Dahaga

Penurunan fungsi ginjal merangsang pelepasan renin yang

pada akhirnya menimbulkan produksi angiontensin II yang dapat

merangsang hipotalamus untuk melepaskan substrat neural yang

bertanggung jawab terhadap sensasi haus. Osmoreseptor di

hipotalamus mendeteksi peningkatan tekan osmotik dan

mengaktivasi jaringan saraf yang dapat mengakibatkan sensasi rasa

dahaga.

b. Anti Diuretik Hormone (ADH)

ADH dibentuk di hipotalamus dan disimpan dalam


neurohipofisis dari hipofisis stimuli utama untuk sekresi ADH
adalah peningkatan osmolaritas dan penurunan cairan ekstrasel.
Hormon ini meningkatkan reabsorbsi air pada dukus koligentes,
dengan demikian dapat menghemat air.
BAB III

METODE STUDI KASUS

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan

pendekatan studi literatur/ studi kepustakaan. Menurut Sugiyono (2015),

Studi kepustakaan berkaitan dengan kajian teoritis dan referensi lain yang

berkaitan dengan nilai, budaya dan norma yang berkembang pada situasi

sosial yang diteliti, hal ini dikarenakan penelitian tidak akan lepas dari

literatur-literatur ilmiah.

Studi literatur dalam penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan

asuhan keperawatan pada pasien post op apendiktomi dalam pemenuhan

kebutuhan intake cairan. Peneliti mengambil sumber dari studi kasus maupun

laporan asuhan keperawatan, serta jurnal ilmiah yang berkaitan dengan post

op apendiktomi.

B. Fokus Studi

Adapun fokus dari studi literatur ini adalah hasil dari proses

keperawatan pada pasien post operasi apendiktomi dalam pemenuhan

kebutuhan cairan pada hari pertama. Selain itu, titik acuan studi literatur ini

juga difokuskan kepada rekomendasi intervensi untuk masalah gangguan

intake cairan pada pasien post op hari pertama.

24
25

C. Sumber data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder.

Data sekunder adalah sumber data yang tidak langsung memberikan data

kepada pengumpul data. Data sekunder merupakan data yang sifatnya

mendukung keperluan data primer seperti buku-buku, literatur dan bacaan

yang berkaitan dan menunjang penelitian (Sugiyono, 2017). Data yang

diambil adalah hasil penelitian sebelumnya yang berhubungan dengan asuhan

keperawatan pasien dengan post op apendiktomi hari pertama dalam

pemenuhan intake cairan. Adapun kata kunci yang penulis gunakan adalah

“intake cairan pada pasien post op apendiktomi”, “asuhan keperawatan post

op apendiktomi”, dan “evaluasi hasil tindakan pemenuhan cairan pada pasien

post op hari pertama.”

D. Kriteria Literatur

1. Kriteria inklusi.

a. Penelitian yang telah dipublikasi.

b. Rentang periode hasil penelitian lima tahun terakhir (2015-2020).

c. Penelitian yang berhubungan dengan apendiktomi.

d. Hasil penelitian berhubungan dengan intervensi pemenuhan

kebutuhan cairan.

2. Kriteria eksklusi.

a. Jenis Penelitian yang menggunakan metode studi literatur.

b. Tidak terpublikasi pada media online.

c. Penelitian sebelum tahun 2015.


26

E. Metode Pengumpulan data

Peneliti menerapkan metode pengumpulan data yaitu melakukan studi

literatur dengan cara menelusuri dan mencari hasil penelitian melalui online

yaitu pada “google scholar”, perpustakaan nasional dan data hasil penelitian

dari institusi lain.

Adapun kata kunci yang peneliti gunakan yaitu “intake cairan pada

pasien post op apendiktomi”, “asuhan keperawatan post op apendiktomi”, dan

“evaluasi hasil tindakan pemenuhan cairan pada pasien post op hari pertama.”

F. Analisa data dan Penyajian data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis

data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan

lain, sehingga dapat mudah dipahami, dan temuannya dapat diinformasikan

kepada orang lain (Sugiyono, 2019).

Proses analisis yang digunakan dalam penelitian ini ialah dengan

menggunakan proses reduksi data, penyajian data, penarikan simpulan serta

triangulasi. Penyajian data disesuaikan dengan desain studi literatur, dimana

desain penyajinnya dibuat secara deskriptif dan juga menggunakan tabel

sintesis grid.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Studi Literatur

Pada bab ini penulis mendeskripsikan beberapa sumber dari studi

literatur tentang asuhan keperawatan pasien post op apendiktomi dalam

pemenuhan kebutuhan intake cairan. Penulis melakukan pencarian dan

pengumpulan artikel ilmiah dan studi kasus yang publikasinya berada pada

periode tahun 2015 sampai dengan tahun 2020.

Berdasarkan hasil penelusuran studi literatur, penulis menemukan 11

judul penelitian yang berhubungan dengan post op apendiktomi, dan terdapat

empat hasil penelitian yang memenuhi kriteria inklusi. Hasil penelitian

tersebut berhubungan dengan penerapan intervensi keperawatan dalam

pemenuhan intake cairan pada asuhan keperawatan pasien dengan post op

apnediktomi hari pertama, adapun hasil studi literatur yang penulis dapatkan

disajikan berdasarkan tabel sistesis grid berikut:

27
28

Tabel 4. 1Sintesis Grid

Peneliti (tahun) Tujuan Desain


No. Responden Pengumpulan Data Hasil Penelitian
Judul Penelitian Penelitian

1. Asnawi (2018) Mengetahui Studi kasus Subjek penelitian Penulis menggunakan Fokus diagnosa: 1) Resiko
Asuhan keperawatan gambaran menggunakan berfokus pada satu beberapa cara dalam tinggi terhadap infeksi; 2).
post operasi penatalaksanaan metode klien yaitu Ny. P memperoleh sumber Resiko tinggi terhadap
asuhan deskriptif dengan kasus post data yaitu: wawancara,
apendiktomi pada ny. kekurangan volume cairan;
keperawatan dengan operasi observasi, pemeriksaan
P di ruang Mawar pada pasien post pendekatan apendiktomi. fisik, studi dokumentasi 3) Nyeri akut. Evaluasi;
BLUD rumah sakit operasi alloanamnesa dan studi kepustakaan. setelah dilakukan
konawe selatan tahun apendiktomi dan auto implementasi keperawatan
2018. secara anemnesa. selama 3 hari yaitu dari
komprehensif tanggal 26 Juni sampai
dan sesuai dengan tanggal 28 Juni,
standar asuhan
maka diperoleh hasil semua
keperawatan
yang berlaku. masalah dapat teratasi.

2. Sri Hanato Ponco Tujuan Desain Populasi adalah Pengumpulan data Hasil penelitian
Nugroho (2013) penelitian ini penelitian yang seluruh pasien menggunakan menunjukkan bahwa
Hubungan Intake yaitu untuk digunakan yaitu post operasi kuesioner dan lembar sebagian besar responden
Cairan dengan mengetahui korelasional apendisitis observasi, pengolahan yaitu 14 pasien (66,7%)
Penyembuhan luka hubungan intake dengan sebanyak 24 data dengan editing, intake cairannya normal dan
post operasi cairan dengan pendekatan pasien dan coding, scoring, sebagian besar responden
29

Peneliti (tahun) Tujuan Desain


No. Responden Pengumpulan Data Hasil Penelitian
Judul Penelitian Penelitian

apendisitis di Rumah penyembuhan cross sectional. sampelnya 21 tabulating kemudian yaitu 11 pasien (52,4%)
Sakit Swasta luka post pasien. dianalisis penyembuhan luka abnormal.
Lamongan tahun 2013 operasi menggunakan Hasil uji Koefisien
apendisitis. Koefisien Kontingensi Kontingensi didapatkan
dengan tingkat C=0,596 dan p=0,001
kemaknaan 0,05 dimana p,0,05 artinya ada
hubungan antara intake
cairan dengan penyembuhan
luka post operasi apendisitis.

3. Melanchton Christy Tujuan Metode yang Studi kasus Pengumpulan data Hasil penelitian: 1)
Manafe (2019) penulisan digunakan dilakukan pada dilakukan berdasarkan Pengkajian: wajah tampak
Asuhan Keperawatan adalah dalam studi satu pasien laki- manajemen asuhan pucat, CRT<3, minum
Pada Tn. H.S. dengan kasus ini adalah
penerapan laki yaitu Tn.H.S keperawatan meliputi dibatasi BAK terpasang
post operasi deskriptif
asuhan analitik dengan yang mengalami pengkajian, diagnosis, kateter dengan 1.000 cc pada
laparotomy keperawatan stroke hemoragik. intervensi, urine bag, tampak luka insisi,
Appendisitis Akut wawancara
pada pasien. langsung dan implementasi dan pasien mengeluh nyeri dan
Perforasi di Ruang
pemeriksaan evaluasi keperawatan. pasien mengatakan ingin
Asoka RSUD. Prof.
fisik. Pendekatan yang duduk tapi perut terasa sakit,
Dr. W. Z. Johannes
Kupang digunakan adalah kuku panjang, badan bau
wawancara dan keringat. Diagnosis: nyeri
30

Peneliti (tahun) Tujuan Desain


No. Responden Pengumpulan Data Hasil Penelitian
Judul Penelitian Penelitian

pemeriksaan fisik. akut, resiko infeksi dan


defisit perawatan diri.
Evaluasi: setelah 4 hari
implementasi, nyeri teratasi,
infeksi tidak terjadi dan
defisit perawatan diri teratasi.

4. Puspita Sari (2017) Tujuan: Metode: Teknik Teknik pengumpulan Hasil uji korelatif Lambda
Hubungan Jenis mengetahui Analitik pengambilan data yaitu menunjukkan signifikansi
Kelamin dengan hubungan antara observasional sampel menggunakan data lebih kecil dari a=5% (0,003
jenis kelamin dengan desain sekunder (data rekam < 0,05) dan koefisien
kejadian mual muntah menggunakan
dengan kejadian penelitian cross medis) pada RSU korelasi 0,5. Hal ini
pasca operasi pada mual muntah sectional, total sampling Universitas menunjukkan hubungan yang
tindakan laparoskopi pasca operasi menggunakan yaitu pasien pada Muhammadiyah bermakna antara jenis
apendiktomi di pada tindakan data rekam periode Juni 2014 Malang. kelamin dengan kejadian
Rumah Sakit Umum laparaskopi medis di rumah sampai dengan mual muntah pasca operasi
Universitas apendiktomi. sakit umum Mei 2016. apnediktomi dengan nilai
Muhammadiyah universitas korelasi sedang. Mual
Muhammadiyah muntah pasca operasi lebih
Malang periode Juni
malang. banyak dialami perempuan
2014 sampai dengan karena adanya hormon
Mei 2016. estrogen, sehingga perlu
asupan cairan yang lebih
banyak.
31

Peneliti (tahun) Tujuan Desain


No. Responden Pengumpulan Data Hasil Penelitian
Judul Penelitian Penelitian

5. Setyaningrum, Wahyu Tujuan : untuk Metode yang Responden terdiri Pengumpulan data Hasil : setelah dilakukan
Adi (2013) Asuhan memberikan digunakan dari satu orang dilakukan berdasarkan asuhan keperawatan selama
Keperawatan Pada gambaran adalah yaitu pasien Sdr. manajemen asuhan 3x24 jam didapatkan hasil
Sdr. Y Dengan Post mengenai deskriptif keperawatan meliputi nyeri berkurang, belum ada
Y dengan post op
Operasi asuhan analitik dengan pengkajian, diagnosis, tanda-tanda infeksi, teratasi
pendekatan apendiktomi. sebagian, tidak terdapat tanda
Appendiktomi Hari keperawatan intervensi,
Ke-1 Di Ruang Dahlia pada pasien studi kasus implementasi dan dehidrasi. Kesimpulan :
asuhan apendiktomi merupakan
RSUD Banyudono. dengan post evaluasi keperawatan.
keperawatan salah satu penatalaksanaan
apendiktomi Pendekatan yang
dengan durasi dari appendiksitis. Kerjasama
penatalaksanaan digunakan adalah tim kesehatan dan pasien
asuhan wawancara dan serta keluarga sangat
keperawatan pemeriksaan fisik. diperlukan untuk
selama 3x24 keberhasilan asuhan
jam. keperawatan pada pasien,
seperti manajemen nyeri,
pengendalian infeksi dan
pemenuhan kebutuhan
cairan.
32

B. Pembahasan

Hasil studi literatur menyatakan adanya hubungan signifikan antara

intervensi keperawatan yang berhubungan dengan pemenuhan intake cairan

dengan asuhan keperawatan pada post operasi apendiktomi. Hal tersebut

dapat dilihat dari hasil penelitian: 1) Diagnosa resiko tinggi terhadap

kekurangan volume cairan, dengan dilakukan implementasi keperawatan

selama 3 hari yaitu dari tanggal 26 Juni sampai dengan tanggal 28 Juni, maka

diperoleh hasil masalah dapat teratasi; 2) Terdapat hubungan yang signifikan

antara pemenuhan intake cairan dengan penyembuhan luka post op

apendiktomi; 3) Gambaran asuhan keperawatan secara umum pada post op

apendiktomi, dimana semua masalah dapat teratasi; 4) Ada hubungan jenis

kelamin dengan kejadian mual muntah pada pasca operasi laparoskopi

apendiktomi; dan 5) Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam

didapatkan hasil nyeri berkurang, belum ada tanda-tanda infeksi, teratasi

sebagian, tidak terdapat tanda dehidrasi.

Cairan intraselluler berkisar 60%, dengan tercukupinya kebutuhan

cairan tersebut maka tidak akan terjadi vasokonstriksi, sirkulasi akan lancar,

peredaran darah untuk mengakut oksigen ke sel menjadi adekuat, kebutuhan

sel untuk melakukan metabolisme menjadi terpenuhi sehingga sel mampu

melakukan regenerasi untuk membentuk jaringan baru (Mubarak, Wahit

Iqbal, 2017).

Tindakan pembedahan akan mengakibatkan trauma jaringan sehingga

dapat terjadi ketidakseimbangan volume cairan. Ketidakseimbangan volume


33

cairan terjadi saat tubuh kehilangan cairan dan elektrolit ekstraseluler dalam

jumlah yang sama, kondisi tersebut juga disebut dengan hipovolemi.

Kekurangan volume cairan atau dehidrasi dapat terjadi saat pembedahan

karena banyak mengeluarkan darah (Tamsuri, 2009). Akibat yang

ditimbulkan dari kekurangan volume cairan yaitu dehidrasi, hiponatremia,

hipokalemia, selain itu dapat menyebabkan kelelahan, dan menurunkan daya

konsentrasi (Sjamsunidajat dkk, 2010). Kekurangan volume cairan tubuh

dapat ditandai dengan penurunan tekanan darah, penurunan tekanan nadi,

penurunan turgor kulit, penurunan pengisian vena, membran mukosa kering,

haus, kulit kering, kelemahan, peningkatan konsentrasi urin (Black & Hawks,

2014). Untuk meningkatkan dan mempertahankan kebutuhan cairan tubuh

dibutuhkan terapi cairan, seseorang yang akan atau sedang menjalani masa

pembedahan memerlukan tambahan pemberian cairan untuk menangani

asupan cairan, mengganti kehilangan darah, kehilangan cairan rongga tiga.

Intake cairan yang kurang akan berdampak pada proses penyembuhan

luka, termasuk luka post operasi. Berdasarkan teori yang ada, bahwa

kurangnya asupan cairan dapat menyebabkan terjadinya hipovolemia, dimana

volume cairan atau darah yang tidak mencukupi mengarah pada

vasokonstriksi dan penurunan oksigen dan nutrien yang tersedia untuk

penyembuhan luka (Smelzer, Suzanne C., 2011).

Menurut asumsi peneliti, tindakan pemenuhan kebutuhan cairan dalam

penatalaksanaan asuhan keperawatan post operatif terutama pada

appendiktomi, sangat diperlukan mengingat pentingnya menjaga


34

keseimbangan cairan tubuh pasien post operatif setelah menjalani tindakan

pembedahan. Kerjasama tim perawat, keluarga dan pasien juga tidak lepad

dari keberhasilan tindakan keperawatan yang diberikan, selain itu perawat

perlu melakukan monitoring dan evaluasi tindakan secara berkala dan

melakukan pendokumentasian sehingga dapat menjadi acuan tindakan

keperawatan lanjutan untuk mengatasi masalah kekurangan cairan.

C. Keterbatasan

Dalam penelitian ini ditemukan keterbatasan yang dihadapi oleh

peneliti yaitu fokus penelitian yang berhubungan langsung dengan

pemenuhan intake cairan pada post operasi apendiktomi hari pertama,

sehingga peneliti hanya menguraikan empat literatur terkait yang paling

mendekati pembahasan variabel yang penulis angkat dalam penelitian ini.

Selain itu, terdapat penelitian terkait yang tahun pelaksanaannya lebih dari

lima tahun sehingga menjadi keterbatasan penulis dalam mendapatkan

literatur yang terbaru.


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil studi kepustakaan yang telah dilakukan berhubungan

dengan asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan intake cairan pada

pasien post operasi apendiktomi, maka dapat ditarik kesimpulan berdasarkan

tujuan penelitian:

1. Terapi cairan atau pemenuhan kebutuhan intake cairan pada pasien post-

operasi apendiksitis sangat dibutuhkan untuk meningkatkan dan

mempertahankan kebutuhan cairan dalam tubuh pasien

2. Penerapan intervensi pemenuhan kebutuhan intake cairan dimaksudkan

dalam rangka penyembuhan luka operasi, mengatasi resiko kekurangan

cairan dan pemenuhan nutrisi dan oksigen.

3. Pengetahuan perawat tentang pemenuhan intake cairan sangat penting

dalam membantu keberhasilan tindakan keperawatan dalam

penatalaksanaan asuhan keperawatan post operasi appendiktomi.

B. Saran

1. Bagi Institusi Pendidikan Keperawatan

Diharapkan pihak institusi khususnya Politeknik Kesehatan

Makassar dapat menambah referensi tentang asuhan keperawatan

khususnya pada kasus apendisitis/ apendiktomi.

35
36

2. Bagi Perawat

Diharapkan perawat dapat melakukan penatalaksanaan asuhan

keperawatan post operasi apendiktomi dengan tindakan keperawatan

yang mengacu pada data fokus yang didapatkan dari hasil pengkajian dan

pemeriksaan fisik, dan mengacu pada prioritas diagnosis, saah satunya

adalah gangguan pemenuhan kebutuhan cairan.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan hasil studi literatur ini dapat menjadi acuan bagi

penelitian selanjutnya yang mengkaji tentang asuhan keperawatan post

operasi apendiktomi dalam mengatasi masalah keperawatan gangguan

pemenuhan kebutuhan cairan.


37

DAFTAR PUSTAKA

Ajidah & Haskas, Y. 2014. Pengaruh Mobilisasi Dini Terhadap Peristaltik Usus
Pada Pasien Pasca Operasi Laparatomi di Ruang Rawat Inap RSUP Dr.
Wahidin Sudirohusodo Makassar. Volume 3 Nomor 6 Tahun 2014.

Asnawi, P., 2018. ASUHAN KEPERAWATAN POST OPERASI


APENDIKTOMI PADA NY. P DI RUANG MAWAR BLUD RUMAH
SAKIT KONAWE SELATAN TAHUN 2018.
http://repository.poltekkes-kdi.ac.id/523/1/KTI%20ASNAWI.pdf

Dermawan Deden, Rahayuningsih Tutik. 2016. Keperawatan Medikal Bedah


(Sistem Percernaan). Yogyakarta : Gosyen Publishing.

Haryono, Rudi. 2012. Keperawatan Medical Bedah Sistem Pencernaan.


Yogyakarta: Gosyen Publisher.

Jong, De. 2010. Buku Ajar Ilmu Bedah. 3rd ed. Jakarta: EGC

Kementrian Kesehatan RI. 2018. Profil Kesehatan Indonesia 2017. Jakarta:


Kemenkes RI. dari http://www.depkes.go.id/ resources/ download/
pusdatin/ profil-kesehatanindonesia/ Profil-Kesehatan-Indonesia-tahun-
2017.pdf

Manafe, M.C., 2019. Asuhan Keperawatan Pada Tn HS Dengan Post Op


Laparatomy Apendiksitis Akut Perforasi Di Ruangan Asoka RSUD. Prof.
Dr. WZ Johannes kupang. http://repository.poltekeskupang.ac.id/623/

Muttaqin, A. 2018. Pengkajian Keperawatan Aplikasi pada Praktik Klinik.


Jakarta: Salemba Medika.

Nugroho, S. H. P. 2017. Hubungan Intake Cairan dengan Penyembuhan Luka


Post Operasi Apendisitis di RS Swasta Lamongan. In Prosiding Seminar
Nasional&Internasional.
https://jurnal.unimus.ac.id/index.php/psn12012010/article/view/887

Price, P. A & Neil R, Borley, 2015, At a Glance Ilmu Bedah Edisi 3,


diterjemahkan oleh Vidha Umami, Jakarta, Erlangga.

Saksono, A.B. 2012. Karakteristik Lokasi Perforasi Apendiks dan Usia pada
Pasien.
38

Santacroce, S. J. 2017. Journal of Pediatric Nursing Family-Centered Care From


the Perspective of Parents of Children Cared for in a Pediatric Intensive
Care. Unit : An Integrative Review.
https://doi.org/10.1016/j.pedn.2017.11.007.

SARI, P., 2017. HUBUNGAN JENIS KELAMIN DENGAN KEJADIAN MUAL


MUNTAH PASCAOPERASI PADA TINDAKAN LAPAROSKOPI
APENDIKTOMI DI RSU UMM PERIODE JUNI 2014-MEI 2016.
http://eprints.umm.ac.id/41111/

Saryono. 2018. Apendisitis Akut, http://www.scribd.com/doc/149322791/APEN


DISITIS-AKUT (online).

Setyaningrum, W.A., 2013. Asuhan keperawatan pada sdr. Y dengan post operasi
appendiktomi hari ke-1 di ruang dahlia RSUD Banyudono.
http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/13074/Prosiding%2
0IPSC%203rd.pdf?sequence=1

Sjamsuhidayat. 2010. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC

Sjamsuhidajat, R. dan De J. W. 2014. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC.

Yusuf, N. 2013. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses Penyembuhan

Luka Post Appendictomy Di RSUD Prof. Dr. Aloei Saboe Kota

Gorontalo Tahun 2013, Skripsi, Fakultas Ilmu Kesehatan dan

Keolahragaan, Universitas Negeri Gorontalo.


39

Lampiran

Lampiran 1 Jadwal Kegiatan

NO KEGIATAN BULAN

FEBRUARI MARET APRIL MEI JUNI JULI


1 Pengujian
judul
2 Penyusunan
proposal

3 Seminar
proposal
4 Pelaksanaan
penelitian
5 Pengelolaan
data,analisis
data,dan
penyusunan
laporan
6 Seminar
hasil
7 Perbaikan
Hasil Ujian
8 Penyetoran
40

Lampiran 2 jurnal
41

Anda mungkin juga menyukai