Anda di halaman 1dari 81

PROPOSAL

KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN POST OPERASI FRAKTUR


DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN PERSONAL HYGIENE
DI RUANG PERAWATAN BEDAH RSUD A. MAKKASAU PAREPARE

ARDYLLAH FATTAH
PO.71.3.202.19.1.007

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN MAKASSAR
JURUSAN KEPERAWATAN MAKASSAR
PRODI KEPERAWATAN PAREPARE
2022
PROPOSAL
KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN POST OPERASI FRAKTUR


DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN PERSONAL HYGIENE
DI RUANG PERAWATAN BEDAH RSUD A. MAKKASAU PAREPARE

Karya Tulis Ilmiah ini disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program
Pendidikan Diploma III Keperawatan

ARDYLLAH FATTAH
PO.71.3.202.19.1.007

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN MAKASSAR
JURUSAN KEPERAWATAN MAKASSAR
PRODI KEPERAWATAN PAREPARE
2022

i
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama : Ardyllah Fattah

NIM : PO.71.3.202.19.1.007

Program Studi : D3 Keperawatan Parepare

Institusi : Politeknik Kesehatan Makassar Prodi


Keperawatan Parepare

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah yang saya tulis ini

adalah benar-benar merupakan hasil karya sendiri dan bukan merupakan

pengambil alihan tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai hasil

tulisan atau pikiran saya sendiri.

Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Karya Tulis Ilmiah ini

hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Parepare, Maret 2022

Pembuat Pernyatan

Ardyllah Fattah
PO.71.3.202.19.1.007

Mengetahui:

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Muhammad Nasir, S.SiT., M.Kes Muh. Nuralamsyah, S.Kep,Ns, M.Kes


Nip. 19640412 198503 1 002 Nip. 19760102 200212 1 002

ii
HALAM AN PERSETUJUAN

Proposal Penelitian oleh Ardyllah Fattah NIM PO.71.3.202.19.1.007 dengan

judul “Asuhan keperawatan pada pasien post operasi fraktur dalam pemenuhan

kebutuhan personal hygiene di ruang perawatan bedah RSUD A. Makkasau

Parepare” telah diperiksa dan disetujui untuk diujikan pada seminar proposal

Program Studi Keperawatan Parepare, Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes

Makassar.

Parepare, Maret 2022

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Muhammad Nasir, S.SiT., M.Kes Muh. Nuralamsyah, S.Kep,Ns, M.Kes


Nip. 19640412 198503 1 002 Nip. 19760102 200212 1 002

iii
HALAMAN PENGESAHAN

Proposal Penelitian oleh Ardyllah Fattah NIM PO.71.3.202.19.1.007 dengan

Judul “Asuhan keperawatan pada pasien post operasi fraktur dalam pemenuhan

kebutuhan personal hygiene di ruang perawatan bedah RSUD A. Makkasau

Parepare” telah dipertahankan didepan Tim Program Studi Keperawatan Parepare,

Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Makassar penguji pada

tanggal, ..... April 2022, dan disetujui untuk penelitian/studi kasus

Tim Penguji

Penguji Utama: H. Muhammad Asikin, S.Pd.,S.SiT., M.Si., M.Kes ( )

Penguji Pembimbing I : Muhammad Nuralamsyah,S.Kep.,Ns.,M.Kes ( )

Penguji Pembimbiing II : Muhammad Nasir, S.SiT., M.Kes ( )

Mengetahui:
Ketua Program Studi Keperawatan Parepare,

H. Muhammad Asikin, S.Pd, S.iT, M.Si, M.Kes


Nip. 19641231 198502 1 003

iv
KATA PENGANTAR

Bismillahirahmanirrohim

Alhamdulillah puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT yang

telah memberikan rahmat, hidayah serta anugrah-Nya. Tidak lupa shalawat dan

salam penulis ucapkan kepada junjungan besar kita Nabi Muhammad SAW yang

telah membawa kita dari masa perbudakan menuju masa berpradaban seperti

sekarang ini. Sehingga penulis dapat menyusun proposal yang berjudul

“ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN POST OPERASI FRAKTUR

DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN PERSONAL HYGIENE DI RUANG

PERAWATAN BEDAH RSUD A. MAKASSAU PAREPARE” sebagai salah

satu syarat untuk memperoleh geral Ahli Madya Keperawatan (A.Md.Kep).

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa proposal ini masih jauh dari kata sempurna

akibat kekurangan yang ada pada diri penulis.

Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih yang

tiada hentinya kepada pihak-pihak yang telah membantu saya dalam penyusunan

proposal ini. Ucapan terima kasih ini penulis sampaikan kepada :

1. Bapak Dr. Ir. H. Agustian Ipa, M.Kes, selaku Direktur Politeknik Kesehatan

Kemenkes Makassar yang telah memberikan waktu dan kesempatan dalam

penulisan Proposal Karya Tulis Ilmiah ini.

v
2. Ibu Harliani, S.Kep, M.kes, selaku Ketua Jurusan Keperawatan Politeknik

Kesehatan Kemenkes Makassar yang telah memberikan waktu dan

kesempatan dalam penulisan Proposal Karya Tulis Ilmiah ini.

3. Bapak H. Muhammad Asikin, S.Pd., S.SiT., M.Si., M.Kes, selaku ketua

Program Studi Keperawatan Parepare Politeknik Kesehatan Kemenkes

Makassar yang telah memberikan kesempatan dan waktunya dalam penulisan

Proposal Karya Tulis Ilmiah ini.

4. Bapak Muhammad Nasir, S.SiT., M.kes, selaku pembimbing I saya yang

telah banyak meluangkan waktu, memberikan arahan, saran, ilmu dan

bimbingannya sehingga saya dapat menyusun Proposal Karya Tulis Ilmiah

ini.

5. Bapak Muhammad Nuralamsyah, S.Kep., Ns., M.Kes, selaku pembimbing II

saya yang telah banyak meluangkan waktu, meberikan arahan, saran, ilmu

dan bimbingannya sehingga saya dapat menyusun Proposal Karya Tulis

Ilmiah ini.

6. Bapak H. Muhammad Asikin, S.Pd., S.SiT., M.Si., M.Kes, selaku penguji

saya yang telah meluangkan waktunya serta meluangkan pikirannya dalam

memberikan bantuan, saran, dan nasihat dalam Proposal Karya Tulis Ilmiah

ini.

7. Bapak dan Ibu Dosen serta staf Program Studi Keperawatan Parepare yang

telah sangat berjasa dalam membekali penulis dengan berbagai disiplin ilmu

dan perhatian selama mengikut pendidikan.

vi
8. Untuk kedua Orangtua saya Bapak Alm.Arafah Yunus dan ibu Hadria. L,

Kakak-kakak saya Muh. Ardan dan Nurul Ardiyanti, S.E dan pihak keluarga

Bapak dan ibu yang tidak henti-hentinya memberikan doa, kasih sayang, dan

perhatiannya kepada saya untuk selalu bersabar dan semangat dalam

menyelesaikan pendidikan D III Keperawatan.

9. Untuk yang selalu memberikan semangat, membantu, dan memotivasi saya

untuk menyelesaikan Proposal Karya Tulis Ilmiah yaitu Cantika Putri Akbar.

10. Untuk seluruh teman-teman seperjuangan “INPOURS 19” yang telah banyak

membantu dan memberikan semangat serta berjuang bersama dalam

menyelesaikan studi.

11. Semua pihak yang tidak dapat saya disebutkan satu persatu, yang telah

membantu kelancaran penyusunan Proposal Karya Tulis Ilmiah ini.

Semoga Allah SWT membalas kebaikan kalian semua dengan berlipat

ganda yang belum pernah kalian bayangkan sebelumnya. Ucapan rasa terima

kasih penulis yang tiada hentinya dan penulis memohon segala saran dan kritikan

demi sempurnya Proposal Karya Tulis Ilmiah ini karena penulis menyadari bahwa

masih terdapat banyak kekurangan di dalam Proposal Karya Tulis Ilmiah ini.

Penulis juga berharap agar Proposal Karya Tulis Ilmiah ini bisa menjadi referensi

untuk penelitian-penelitian selanjutnya.

Parepare, Maret 2022

Ardyllah Fattah
PO7132021919007

vii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...............................................................................................i

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN.......................................ii

HALAMAN PERSETUJUAN.............................................................................iii

HALAMAN PENGESAHAN...............................................................................iv

KATA PENGANTAR............................................................................................v

DAFTAR ISI.......................................................................................................viii

DAFTAR TABEL...................................................................................................x

DAFTAR LAMPIRAN.........................................................................................xi

DAFTAR SINGKATAN.....................................................................................xiii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah.........................................................................1

B. Rumusan Masalah..................................................................................4

C. Tujuan Studi Kasus................................................................................4

D. Manfaat Studi Kasus..............................................................................5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Dalam Pemenuhan

Perawatan diri.........................................................................................6

B. Konsep Dasar Fraktur...........................................................................24

C. Konsep Dasar Perawatan Diri (Personal Hygiene)..............................36

BAB III METODE STUDI KASUS

A. Jenis dan Desain Studi Kasus...............................................................45

viii
B. Subyek Studi Kasus..............................................................................45

C. Fokus Studi...........................................................................................46

D. Definisi Operasional Fokus Studi.........................................................46

E. Instrumen dan Metode Pengumpulan Data..........................................47

F. Lokasi dan Waktu Studi Kasus............................................................47

G. Analisa Data dan Penyajian Data.........................................................47

H. Etika Studi Kasus.................................................................................49

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

ix
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Tingkat Kemampuan..............................................................................37

x
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Lembar Konsultasi Bimbingan

Lampiran 2 : Lembar Pengkajian

Lampiran 3 : Lembar Observasi

Lampiran 4 : Prosedur Memandikan Pasien

Lampiran 5 : Penjelasan untuk Mengikuti Penelitian

Lampiran 6 : Informed Consent (Persetujuan menjadi Partisipan)

xi
DAFTAR SINGKATAN

No Istilah Singkatan dari


1. Kemenkes Kementerian Kesehatan
2. WHO World Health Organization
3. Depkes Departemen Kesehatan
4. SDKI Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia
5. DPP-PPNI Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia
6. NANDA North American Nursing Diagnosis Association
7. SOAP Subjektif, Objektif, Assesment, Plan
8. NOC Nursing Outcome Classification
9. NIC Nursing Interventions Classification
10. Scan CT/MRI Computerized Tomography/Magnetic Resonance
Imaging
11. Ht Hematokrit
12. SDP Sistem Data Permasyarakatan
13. CRT Capillary, Refill, Time
14. FES Fat Embolis Syndrome
15. ROM Range Of Montion
16. ORIF Open Reduction Internal Fixation
17. OREF Open Reduction External Fixation

xii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Definisi sehat yang dikemukakan oleh WHO merupakan keadaan

lengkap fisik, mental dan kesejahteraan sosial dan tidak hanya tidak adanya

penyakit atau kelemahan. Batasan (WHO) tentang kesehatan ini menjelaskan

bahwa yang dimaksud sehat bukan hanya sekedar bebas dari penyakit atau

kelemahan, melainkan hadirnya tiga kriteria sehat yaitu: terbebas dari

kekurangan (complete) secara fisik, mental dan sejahtera sosial (Utami,

2017).

Keadaan sehat baik fisik, mental maupun sosial manusia tergantung

seberapa tingginya tingkat aktivitas dan mobilitas manusia. Indonesia

merupakan negara berkembang yang tingkat mobilitas dan kebutuhan

warganya terus meningkat dari tahun ke tahun, pastinya merasa kesulitan

mengatur waktu karena waktu yang mereka miliki tidak sebanding dengan

aktivitas dan kebutuhan yang harus mereka lakukan, akibatnya terburu-buru

dan kurangnya kehati-hatian dalam beraktivitas. Hal ini umumnya memicu

terjadinya kecelakaan dalam bekerja maupun kecelakaan bermotor yang akan

menyebabkan cedera tulang atau disebut fraktur (Ririn Purwanti, 2017).

Fraktur adalah suatu diskontinuitas susunan tulang yang disebabkan

oleh trauma atau keadaan patologis. Fraktur adalah terputusnya kontinuitas

jaringan tulang yang umumnya disebabkan oleh ruda paksa (VC. Sagaran,

M.manjas & R.Rasyid, 2018).


1
2

Menurut Southwestern medical center (2016) fraktur ekstermitas

merupakan fraktur yang terjadi pada tulang yang membentuk lokasi

ekstermitas atas dan ekstermitas bawah. Ekstermitas atas meliputi tangan,

pergelangan tangan, lengan, siku, lengan atas dan bahu. sedangkan

ekstermitas bawah meliputi pinggul, paha, lutut, kaki bagian bawah serta

pergelagankaki(Trikora,2020).

Badan kesehatan dunia (WHO) tahun 2019 menyatakan bahwa Insiden

Fraktur semakin meningkat, tercatat terjadi fraktur kurang lebih 15 juta orang

dengan angka prevalensi 3,2%. Fraktur pada tahun 2018 terdapat kurang lebih

20 juta orang dengan angka prevalensi 4,2% (Mardiono dkk, 2018, Dalam

kutipan Pratiwi, 2020). Sementara itu Berdasarkan hasil Riset Kesehatan

Dasar oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan tahun 2018,

prevalensi fraktur di Indonesia tercatat angka kejadian fraktur sebanyak 5,5%.

(Nur, Morika, & Sardi, 2020).

Hasil Riskesdes 2018 di indonesia menunjukkan bahwa kecelakaan

dijalan raya menyebabkan 31,4% terjadi cedera dan proporsi bagian tubuh

yang terkena cedera 67,9% adalah bagian anggota gerak ekstermitas bawah

serta 32,7% adalah anggota gerak ekstermitas atas. Menurut data tersebut di

sulawesi selatan pravelensi cedera akibat kecelakan lalu lintas sekitar 11%

(Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2019).


3

Berdasarkan data dari Rumah Sakit Umum Andi Makkasau kota

Parepare pada tahun 2017 angka kejadian yang mengalami fraktur sebanyak

162 orang, Sementara itu pada tahun 2018 angka kejadian yang mengalami

fraktur sebanyak 114 orang, serta angka kejadian fraktur pada tahun 2019

mulai dari bulan Januari-Maret sebanyak 40 orang.

Selain kecelakaan, fraktur biasanya disebabkan oleh peristiwa trauma

tunggal seperti benturan, pemukulan, terjatuh, posisi tidak teratur atau miring,

dislokasi, penarikan, dan kelemahan abnormal pada tulang (fraktur

patologik). Faktur memberi dampak pada bagian tubuh yang terkena cidera,

seperti merasakan cemas akibat rasa sakit dan nyeri. Maka dari itu, seseorang

yang mengalami nyeri yang diakibatkan oleh faktur akan memberi dampak

pada aktivitas sehari-hari seperti gangguan istirahat tidur, intolerasi aktivitas,

personal hygiene, dan gangguan pemenuhan nutrisi.

Tindakan medis yang dilakukan untuk menanggulangi fraktur ialah

tindakan pembedahan atau operasi. Pembedahan atau operasi adalah tindakan

yang menggunakan cara vasif dengan membuat sayatan dan diakhiri dengan

penutupan dan penjahitan. Akibat dari pembedahan pada fraktur ini akan

menimbulkan masalah pada pemenuhan kebutuhan perawatan diri atau

persoanl hygiene. Perawatan diri atau personal hygiene merupakan salah satu

kemampuan dasar manusia dalam memenuhi kebutuhannya. Kemampuan ini

berguna untuk mempertahankan kehidupan, kesehatan dan kesejahteraan

mereka sesuai dengan kondisi kesehatannya masing-masing. Seseorang


4

pasien dinyatakan memerlukan perawatan diri ketika ia tidak mampu dalam

melakukan perawatan diri secara mandiri (Depkes, 2015).

Personal hygiene menjadi sangat penting karena personal hygiene yang

baik akan meminimalkan pintu masuk (portal of entry) mikroorganisme dan

mencegah seseorang terkena penyakit. Dengan membantu memelihara

personal hygiene perorangan bermanfaat untuk mencegah penyakit-penyakit

tertentu akibat dari penekanan tubuh yang terlalu lama. Selain itu dengan

memelihara personal hygiene pada pasien post operasi fraktur membantu

mencegah terjadinya luka pada jaringan menjadi nekrosis yang disebut

dekubitus, mencegah terjadinya beberapa penyakit nosokomial serta

mencegah berlanjutnya keadaan immobilisasi seseorang. Selanjutnya,

personal hygiene yang tidak baik akan mempermudah tubuh terserang

berbagai penyakit, seperti penyakit kulit, penyakit infeksi, penyakit mulut,

penyakit saluran cerna, dan dapat menghilangkan fungsi bagian tertentu,

seperti kulit.

Berdasarkan latar belakang diatas penyusun tertarik untuk melakukan

penelitian pada “Asuhan keperawatan pada pasien post operasi fraktur dalam

pemenuhan kebutuhan porsonal hygiene di ruang perawatan bedah RSUD A.

Makkasau Parepare”
5

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas maka rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah “bagaimana gambaran asuhan

keperawatan pada pasien post operasi fraktur dalam pemenuhan kebutuhan

porsonal hygiene di ruang perawatan bedah RSUD A. Makkasau Parepare?”

C. Tujuan Studi Kasus

Tujuan studi kasus adalah untuk memperoleh gambaran mengenai

Asuhan keperawatan pada pasien post operasi fraktur dalam pemenuhan

kebutuhan porsonal hygiene di ruang perawatan bedah RSUD A. Makkasau

Parepare.

D. Manfaat Studi Kasus

1. Masyarakat

Membudayakan pengolalaan pasien Post Operasi Fraktur dalam

pemenuhan personal hygiene.

2. Bagi pengembangan ilmu dan teknologi keperawatan

Menambah keluasan ilmu dan teknologi terapan bidang keperawatan

dalam pemenuhan kebutuhan personal hygiene pada pasien Post Operasi

Fraktur.

3. Penulis

Memperoleh pengalaman dalam mengaplikasikan hasil riset

keperawatan, khususnya studi kasus tentang pelaksanaan pemenuhan

kebutuhan personal hygiene pada pasien Post Operasi Fraktur.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Dalam Pemenuhan Kebutuhan

Personal Hygiene

1. Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap awal dalam proses keperawatan, tahap

ini sangat penting dalam menentukan tahap-tahap selanjutnya. Data yang

komprehensif dan valid akan menentukan penetapan diagnosis

keperawatan dengan tepat dan benar, serta selanjutnya akan berpengaruh

dalam perencanaan keperawatan. Tujuan dari pengkajian adalah untuk

mendapatkan data yang komprehensif yang mencakup data biologis,

psikologis, sosial, dan spritual (Tarwoto dan Wartonah, 2015).

Pengkajian adalah tahap awal dalam proses keperawatan, pengkajian

dilakukan oleh perawat dalam rangka pengumpulan data pasien. Data

pasien diperlukan sebagai dasar pijakan dalam melaksanakan proses

keperawatan pada tahap berikutnya. Data pasien diperoleh melalui

wawancara (anamnesa, pemeriksaan fisik, pemeriksaan diagnostik,

informasi/catatan dari tenaga kesehatan lain, dan dari keluarga pasien

(Mundakir, 2016).

Menurut Tarwoto dan Wartonah (2015) Pengkajian adalah upaya

untuk mengumpulkan data secara lengkap dan sistematis untuk dilakukan

6
7

analisa, sehingga masalah kesehatan yang dihadapi pasien baik fisik,

mental, sosial maupun spiritual dapat ditentukan, Berikut pengkajian yang

dilakukan pada pasien fraktur dalam pemenuhan kebutuhan personal

hygiene yaitu :

a. Identitas

1) Identitas Pasien

Nama pasien, Jenis kelamin, Usia, Status perkawinan, Agama,

Suku bangsa, Pendidikan, Bahasa, Pekerjaan, dan Alamat.

2) Identitas Penanggung

Nama penanggung, Jenis kelamin, Usia, Pekerjaan, Alamat, dan

Hubungan dengan pasien.

b. Riwayat keperawatan

1) Pola kebersihan tubuh

2) Perlengkapan personal hygiene yang dipakai

3) Faktor-faktor yang mempengaruhi personal hygiene

c. Keluhan utama

1) Pasien merasa tidak nyaman dengan kebersihan dirinya

2) Pasien mengatakan tidak dapat melakukan makan, mandi, dan

eliminasi secara mandiri

3) Pasien merasa rendah diri terhadap kondisi kebersihan dirinya

d. Pemeriksaan Fisik

1) Rambut
8

a) Keadaan kesuburan rambut pasien

b) Keadaan rambut yang mudah rontok

c) Kusam

2) Kepala

a) Botak atau alopesia

b) Ketombe

c) Berkutu

d) Adakah eritema

e) Kebersihan

3) Mata

a) Apakah sclera ikterik

b) Apakah konjungtiva pucat

c) Kebersihan mata

d) Apakah ada gatal atau mata merah

4) Hidung

a) Adakah pilek

b) Adakah alergi

c) Adakah pendarahan

d) Adakah perubahan penciuman

e) Kebersihan hidung

f) Bagaimana membrane mukosa

g) Adakah septum deviasi


9

5) Mulut

a) Keadaan mukosa mulut

b) Kelembapan

c) Adakah lesi

d) Kebersihan mulut

6) Gigi

a) Adakah karang gigi

b) Karies

c) Kelengkapan gigi

d) Kebersihan gigi

7) Kulit

a) Kebersihan kulit pasien

b) Adakah lesi

c) Keadaan turgor kulit

d) Warna kulit

e) Temperatur

f) Tekstur kulit

g) Pertumbuhan bulu

8) Kuku

a) Kuku tangan dan kuku kaki

b) Bentuk kuku

c) Warna kuku
10

d) Apakah ada lesi

e) Pertembuhan kuku

9) Secara Umum

a) Kebersihan pasien

b) Bentuk tubuh pasien

c) Keadaan postur tubuh pasien.

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan merupakan hasil penilaian perawat dengan

melibatkan pasien, keluarga pasien, dan tenaga kesehatan lainnya tentang

masalah yang dialami pasien. Proses penentuan masalah pasien dengan

melibatkan beberapa pihak tersebut adalah suatu upaya untuk menvalidasi,

memperkuat, dan menentukan prioritas masalah pasien dengan benar

(Mundakir, 2016).

Diagnosa keperawatan merupakan pernyataan yang jelas mengenai

status kesehatan atau masalah aktual atau risiko dalam rangka

mengidentifikasi untuk mengurangi, menghilangkan, atau mencegah

masalah kesehatan pasien yang ada pada tanggung jawabnya (Tarwotoh &

Wartonah, 2015).

Diagnosa keperawatan merupakan suatu penelitian klinis mengenai

respon klien terhadap masalah Kesehatan atau proses kehidupan yang

dialaminya baik yang berlangsung aktual maupun potensial. Diagnosis

keperawatan bertujuan untuk mengidentifikasi respon klien individu,


11

keluarga dan komunitas terhadap situasi yang terkait dengan Kesehatan

(Tim Pokja SDKI DPP,PPNI ,2017).

Menurut Wilkinson Dalam NANDA (2015-2017) dijelaskan:

a. Defisit perawatan diri : mandi

1) Definisi

Hambatan kemampuan perawatan untuk melakukan atau

menyelesaikan aktivitas mandi secara mandiri.

2) Batasan karakteristik

a) Ketidakmampuan mengakses kamar mandi

b) Ketidakmampuan mengambil perlengkapan alat mandi

c) Ketidakmampuan mengatur air mandi

d) Ketidakmampuan membasuh tubuh

e) Ketidakmampuan mengeringkan tubuh

3) Faktor yang berhubungan

a) Ansietas

b) Gangguan fungsi kognitif

c) Gangguan sistem muskuoskeletal

d) Gangguan neuromuscular

e) Gangguan presepsi

f) Kelemahan

g) Kendala lingkungan

h) Ketidakmampuan merasakan bagian tubuh


12

i) Ketidakmampuan merasakan hubungan spasial

j) Nyeri

k) Penurunan motivasi

b. Defisit perawatan diri : eliminasi

1) Definisi

Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan

aktivitas eliminasi secara mandiri.

2) Batasan karakteristik

a) Ketidakmampuan melakukan hygiene eliminasi secara komplet

b) Ketidakmampuan memanipulasi pakaian untuk eliminasi

c) Ketidakmampuan memcapai toilet

d) Ketidakmampuan menyiram toilet

e) Ketidakmampuan naik ke toilet

f) Ketidakmampuan duduk di toilet

3) Faktor yang berhubungan

a) Ansietas

b) Gangguan fungsi kognitif

c) Gangguan sistem muskuloskeletal

d) Gangguan neuromuskuler

e) Gangguan persepsi

f) Hambatan kemampuan berpindah

g) Hambatan mobilitas

h) Kelemahan/Keletihan
13

i) Kendala lingkungan

j) Nyeri

k) Penurunan motivasi

c. Defisit perawatan diri : berpakaian

1) Definisi

Hambatan kemampuan perawatan untuk melakukan atau

menyelesaikan aktivitas berpakaian secara mandiri.

2) Batasan karakteristik

a) Hambatan memilih pakaian

b) Hambatan mempertahankan penampilan yang memuaskan

c) Hambatan mengambil pakaian

d) Hambatan mengenakan pakaian pada bagian tubuh atas

e) Hambatan mengenakan pakaian pada bagian tubuh bawah

f) Hambatan menggunakan alat bantu

g) Hambatan menggunakan resletting

h) Ketidakmampuan melepaskan atribut pakaian (misal : blis, kaos

kaki, sepatu)

i) Ketidakmampuan memadupadankan pakaian

j) Ketidak mampuan mengancing pakaian

3) Faktor yang mempengaruhi

a) Ansietas

b) Gangguan fungsi kognitif


14

c) Gangguan sistem muskuloskeletal

d) Gangguan neuromuskuler

e) Gangguan persepsi

f) Kelemahan

g) Keletihan

h) Kendala lingkungan

i) Ketidaknyamanan

j) Nyeri

k) Penurunan motivasi

d. Kesiapan meningkatkan perawatan diri

1) Definisi

Pola pelaksanaan aktivitas individu untuk memenuhi tujuan terkait

kesehatan, yang dapat ditingkatkan.

2) Batasan karakteristik

a) Mengungkapkan keinginan pasien meningkatkan kemandirian

dalam mempertahankan proses perkembangan personal

b) Mengungkapkan keinginan pasien meningkatkan kemandirian

dalam mempertahankan peoses kesejahteraan

c) Mengungkapkan keinginan pasien meningkatkan kemandirian

dalam meningkatkan kesehatan

d) Mengungkapkan keinginan pasien meningkatkan pengetahuan

tentang strategi perawatan diri

e) Mengungkapkan keinginan pasien meningkatkan perawatan diri


15

f) Menyatakan keinginan pasien meningkatkan kemandirian

dalam mempertahankan hidup

e. Kerusakan integritas jaringan

1) Definisi

Kerusakan pada membran mukosa, jaringan kornea, integumen,

atau subkutan

2) Batasan karakteristik

a) Kerusakan atau kehancuran jaringan (misalnya : Kornea,

membran mukosa, integumen, atau subkutan)

3) Faktor yang berhubungan

a) Perubahan sirkulasi

b) Iritan kimia (misalnya : ekskresi atau sekresi tubuh, obat)

c) Kekurangan atau kelebihan cairan

d) Hambatan mobilitas fisik

e) Defisit pengetahuan

f) Faktor mekanis (misalnya : tekanan, friksi, dan gesekan)

g) Kekurangan atau kelebihan nutrisi

h) Radiasi (termasuk radiasi terapeutik)

i) Faktor suhu (misalnya : suhu yang ekstrem)

3. Intervensi/ Rencana keperawatan

Intervensi keperawatan adalah suatu rencana tindakan langsung

kepada klien yang di lakukan oleh perawat didasarkan pada pengetahuan


16

dan penilaian klinis untuk mencapai peningkatan, pencegahan, dan

pemulihan Kesehatan klien. Perencanaan mencakup penentuan prioritas

masalah, tujuan dan rencana tindakan (PPNI, 2017) .

a. NOC

Menurut Moorhead dkk (2016) tujuan/kriteria evaluasi pada

kebutuhan aktivitas ditentukan melalui skala target outcome yang

dipertahankan pada (sebutkan 1-5) dan ditingkatkan (sebutkan 1-5).

Outcome pada kebutuhan perawatan diri tersebut antara lain:

1) Defisit perawatan diri : mandi

Tujuan/kriteria hasil

Skala outcome (1 sangat terganggu, 2 banyak terganggu, 3 cukup

terganggu, 4 sedikit terganggu, 5 tidak terganggu) :

a) Masuk dan keluar dari kamar mandi

b) Mengambil alat/bahan mandi

c) Mendapat air

d) Mencuci badan bagian atas

e) Mencuci badan bagian bawah

f) Mengeringkan badan

2) Defisit perawatan diri : eliminasi

Tujuan/ Kriteria hasil

Skala outcome (1 sangat terganggu, 2 banyak terganggu, 3 cukup

terganggu, 4 sedikit terganggu, 5 tidak terganggu) :

a) Masuk dan keluar kamar mandi


17

b) Membuka pakaian

c) Memposisikan diri saat di toilet atau alat bantu eliminasi

d) Mengelap sendiri setelah buang urine

e) Mengelap sendiri setelah buang air besar

f) Berdiri setelah eliminasi atau berdiri dari kursi bantu untuk

eliminasi

g) Merapikan pakaian setelah kekamar mandi

3) Defisit perawatan diri : berpakaian

Tujuan/Kriteria hasil

Skala outcome (1 sangat terganggu, 2 banyak terganggu, 3 cukup

terganggu, 4 sedikit terganggu, 5 tidak terganggu) :

a) Memilih pakaian

b) Mengambil pakaian dari lemari

c) Memakai pakaian bagian atas

d) Memakai pakaian bagian bawah

e) Mengancing baju

f) Menutup risleting

g) Memakai kaos kaki

h) Memakai sepatu

4) Kesiapan meningkatkan perawatan diri

Tujuan/Kriteria hasil

Skala outcome (1 sangat terganggu, 2 banyak terganggu, 3 cukup


18

terganggu, 4 sedikit terganggu, 5 tidak terganggu) :

a) Mandi sendiri

b) Berpakain sendiri

c) Menyiapkan makanan dan minuman untuk makan

d) Makan sendiri

e) Mempertahankan kebersihan diri

f) Ke toilet sendiri

5) Kerusakan integritas jaringan

Tujuan/Kriteria hasil

Skala outcome (1 sangat terganggu, 2 banyak trganggu, 3 cukup

terganggu, 4 sedikit terganggu, 5 tidak terganggu) :

a) Suhu kulit

b) Sensasi

c) Elastisitas

d) Keringat

e) Tekstur

f) Integritas kulit

g) Lesi pada kulit

h) Pengelupasan kulit

b. NIC

Menurut Bulechek dkk (2016) rencana keperawatan pada

kebutuhan perawatan diri/personal hygiene antara lain :

1) Defisit perawatan diri : mandi


19

a) Pertimbangan budaya pasien saat mempromosikan aktivitas

perawatan diri agar tidak terjadi kesalahpahaman persepsi

antara pasien dan perawat

b) Sediakan lingkungan yang terapeutik dengan memastikan

kehangatan, suasana rileks, privasi dan pengalaman pribadi

c) Letakkan handuk, sabun, deodorat, alat cukur, dan asesoris lain

yang diperlukan disisi tempat tidur atau kamar mandi

d) Fasilitasi pasien untuk mandi sendiri, dengan tepat

e) Monitor kebersihan kuku, sesuai dengan kemampuan merawat

diri pasien

f) Monitor integritas kulit pasien

g) Jaga ritual kebersihan

h) Berikan bantuan sampai pasien benar-benar mampu merawat

diri secara mandiri

2) Defisit perawatan diri : eliminasi

a) Bantu pasien ke toilet atau tempat lain untuk eliminasi pada

interval waktu tertentu

b) Berikan privasi selama eliminasi

c) Fasilitasi kebersihan toilet setelah menyelesaikan eliminasi

d) Siram toilet/bersihkan alat-alat untuk eliminasi (kursi, toilet,

dan pispot)

e) Instruksikan pasien atau yang lain dalam rutinitas toilet


20

f) Buat kegiatan eliminasi, dengan tepat dan sesuai kebutuhan

g) Sediakan alat bantu (misalkan : Kateter eksternal atau urinal

dengan baik)

h) Monitor integritas kulit pasien

3) Defisit perawatan diri : berpakaian

a) Informasikan pasien mengenai ketersediaan pilihan pakaian

b) Sediakan pakaian pasien diarea yang dapat dijangkau

(misalnya, di sisi tempat tidur)

c) Bersedia memberikan bantuan dalam berpakaian, sesuai

kebutuhan

d) Fasilitasi pasien untuk menyisir rambut, dengan tepat

e) Jaga privasi saat pasien berpakaian

f) Letakkan pakaian kotor ke tempat pencucian

4) Kesiapan meningkatkan perawatan diri

a) Monitor kemampuan perawatan diri

b) Monitor kebutuhan pasien terkait dengan alat-alat kebersihan

diri, alat bantu untuk berpakaian, berdandan, eliminasi, dan

makan

c) Berikan lingkungan yang terapeutik dengan memastikan

(lingkungan) yang hangat, santai, tertutup, dan berdasarkan

pengalaman individu

d) Berikan bantuan sampai pasien mampu melakukan perawatan

diri secara mandiri


21

e) Bantu pasien menerima kebutuhan terkait dengan kondisi

ketergantungannya

f) Dorong kemandirian pasien, tapi bantu ketika pasien tak

mampu melakukannya

g) Ajarkan orangtua atau keluarga untuk mendukung kemandirian

dengan membantu hanya ketika pasien tak mampu melakukan

(perawatan diri)

h) Ciptakan rutinitas aktivitas perawatan diri

5) Kerusakan integritas jaringan

a) Periksa kulit dan selaput lendir terkait dengan adanya

kemerahan, kehangatan ekstrim, edema, atau adanya drainase

b) Amati warna, kehangatan, bengkak, pulsasi, tekstur, edema,

dan ulserasi pada ekstermitas

c) Periksa kondisi luka operasi dengan tepat

d) Gunakan alat pengkajian untuk mengidentifikasi pasien yang

berisiko mengalami kerusakan kulit (misalnya, skala Braden)

e) Monitor warna dan suhu kulit

f) Monitor kulit dan selaput lendir terhadap area perubahan

warna, memar, dan pecah

g) Monitor kulit untuk adanya ruam dan lecet

h) Monitor kulit untuk adanya kekeringan yang berlebihan dan

kelembapan
22

i) Monitor sumber tekanan dan gesekan

j) Monitor infeksi, terutama daerah edema

k) Dokumentasi perubahan membrane mukosa

l) Lakukan langkah-langkah untuk mencegah kerusakan lebih

lanjut.

4. Implementasi/Tindakan keperawatan

Implementasi/Tindakan Keperawatan adalah serangkain kegiatan

yang dilakukan oleh perawat untuk membantu pasien dari masalah status

kesehatan yang dihadapi ke status kesehatan yang baik, yang

menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan. Proses pelaksanaan

implementasi harus berpusat kepada kebutuhan pasien, faktor-faktor lain

yang mempengaruhi kebutuhan keperawatan, strategi implementasi

keperawatan, dan kegiatan komunikasi (Dinarti & Muryanti, 2017).

Implementasi adalah sebuah fase ketika seorang perawat

mengimplementasikan intervensi keperawatan. Implementasi terdiri atas

melakukan dan mendokumentasikan tindakan keperawatan khusus yang

diperlukan untuk melaksanakan intervensi (Kozier, dkk 2011).

Implementasi merupakan pelaksanaan dari perencanaan

keperawatan oleh perawat dan pasien. Hal-hal yang harus diperhatikan

ketika melakukan implementasi keperawatan adalah intervensi

dilaksanakan sesuai dengan rencana setelah dilakukan validasi,

penguasaan keterampilan, intelektual, dan teknikal (Bararah, 2013).


23

5. Evaluasi

Komponen kelima dari proses keperawatan ini adalah evaluasi.

Evaluasi didasarkan pada bagaimana efektifnya tindakan keperawatan

yang dilakukan oleh keluarga, perawat dan yang lainnya. Evaluasi

merupakan proses berkesinambungan yang terjadi setiap kali seorang

perawat memperbaharui rencana asuhan keperawatan (Friedman, 2013).

Evaluasi merupakan kegiatan yang membandingkan antara hasil

implementasi dengan kriteria dan standar yang telah ditetapkan untuk

melihat keberhasilannya. Evaluasi dapat dilaksanakan dengan dua cara

yaitu evaluasi formatif dan evaluasi sumatif yaitu dengan SOAP, dengan

pengertian "S" adalah ungkapan perasaan dan keluhan yang dirasakan

secara subjektif oleh keluarga setelah diberikan implementasi

keperawatan. "O" adalah keadaan objektif yang dapat diidentifikasi oleh

perawat menggunakan penglihatan. "A" adalah merupakan analisis

perawat setelah mengetahui respon keluarga secara subjektif dan objektif.

"P" adalah perencanaan selanjutnya setelah perawat melakukan tindakan.

Dalam mengevaluasi harus melihat tujuan yang sudah di jual

sebelumnya, bila tujuan tersebut belum tercapai maka dibuat rencana

tindak lanjut yang masih searah dengan tujuan.


24

B. Konsep Dasar Fraktur

1. Pengertian

Fraktur merupakan terganggunya kesinambungan jaringan tulang

yang dapat disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik (Huda, 2015). Fraktur

adalah hilangnya kontiunitas tulang rawan baik bersifat total maupun

sebagian, penyebab utama dapat disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik

tulang itu sendiri dan jaringan lunak disekitarnya. Tulang akan

menentukan apakah fraktur yang trjadi lengkap atau tidak lengkap (Helmi,

2012).

Fraktur juga merupakan ancaman potensial maupun aktual terhadap

ingtegritas seseorng, sehingga akan mengalami gangguan fisiologis

maupun psikologis yang dapat menimbulkan respon berupa nyeri. Nyeri

operasi fraktur menyebabkan pasien sulit untuk memenuhi Activity Daily

Living. Nyeri terjadi karena luka yang disebabkan oleh patah tulang yang

melukai jaringan sehat (Kusumayanti, 2015).

2. Etiologi

Berdasarkan jenisnya, penyebab fraktur dibedakan menjadi:

a. Cedera traumatic

Cedera traumatic pada tulang dapat disebabkan oleh (Wahid, A, 2013):

1) Kekarasan langsung

Kekerasan langsung dapat menyebabkan patah tulang pada titik

tertentu terjadinya kekerasan. Sering bersifat fraktur terbuka dengan

garis patahan melintang atau miring.


25

2) Kekerasan tidak langsung

Kekerasan tidak langsung dapat menyebabkan pada tulang yang

jauh dari tempat terjadinya kekerasan. Biasanya yang patah adalah

bagian yang paling lemah dalam jalur hantaran vektor kekerasan

(Wahid, 2013).

b. Cedera potologik

Kerusakan tulang akibat proses penyakit dimana dengan trauma minor

bisa menyebabkan fraktur, seperti :

1) Tumor tulang ( jinak atau ganas), merupakan pertumbuhan jaringan

yang abnormal dan tidak terkendali atau progresif

2) Infeksi seperti mosteomyelitis, bisa terjadi akibat infeksi akut atau

bisa timbul sebagai salah satu proses yang progresif, lambat dan

sakit/nyeri

3) Rakhitis, suatu penyakit tulang yang disebabkan karena defisiensi

vit.D

4) Stress tulang misalnya seperti pada penyakit polio

3. Patofisologi

Fraktur terjadi karena beberapa hal seperti adanya trauma pada

tulang. Tulang yang telah melemah oleh kondisi sebelumnya terjadi pada

fraktur patologis (Helmi, 2012). Patah tulang yang tertutup maupun

terbuka akan mengenai serabut syaraf yang mengakibatkan nyeri. Selain

itu fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontunuitas jaringan tulang
26

atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh ruda paksa, tulang tidak

mampu digerakkan sehingga mobilitas fisik terganggu (Sjamsuhidayat,

2010).

Patah tulang merupakan gangguan pada tulang yang disebabkan

oleh truama atau adanya benturan keras, stress, gangguan fisik, dan

gangguan metabolik, serta patologik. Kemudian kemampuan otot

mendukung tulang untuk turun, baik yang terbuka ataupun tertutup.

Terjadinya kerusakan pembuluh darah akan mengakibatkan

pendarahan sehingga volume darah menurun.

Ketika volume dalam darah menurun hematoma mengeksudasi

plasma serta poliferasi menjadi edema lokal yang menyebabkan

penumpukan dalam tubuh. Fraktur terbuka/tertutup mengenai pada

serabut saraf yang mengakibatkan gangguan rasa nyeri. Kemudian

dapat mempengaruhi tulang dan neurovaskuler yang menimbulkan rasa

nyeri saat bergerak sehingga mobilitas fisik pasien trganggu.

Sedangkan patah tulang terbuka dapat mengenai jaringan lunak serta

kerusakan jaringan lunak yang mengakibatkan keruskan integritas

kulit. Fraktur adalah patah tulang, yang disebakan oleh trauma

gangguan metabolik, patologik yang terjadi terbuka atau tertutup.

Umumnya pasien patah tualng terbuka maupun tertutup akan dilakukan

immobilitas yang berfungsi untuk mempertahankan fragmen tulang

yang telah dihubungkan tetap pada tempatnya hingga sembuh (Sylvia,

2005 dalam kutipan Yanuar, 2018).


27

4. Manifestasi Klinis

Manifestasi Klinis patah tulang yaitu munculnya gejala sakit/nyeri,

hilangnya fungsi ekstremitas, terjadi deformasi, pembengkakkan lokal,

pemendekan ekstremitas, krepitus serta perubahan warna. Manifestasi

klinis fraktur menurut (Brunner & Suddarth, 2005 dalam kutipan Yanuar,

2018) :

a. Nyeri hebat berlangsung lama serta bertambah beratnya hingga fragmen

tulang diimobilisasi. Adanya spasme pada otot yang menyertai patah

tulang.

b. Setelah terjadinya patah tulang bagian tulang tidak dapat digerakan

secara alamiah/gerakan luar biasa yang tidak tetap seperti normalnya.

Pada pergeseran fragmen pada tulang lengan maupun pada tungkai

mengakibatkan deformitas ekstrenitas yang bisa diketahui dengan

membandingkan pada ekstremitas normal. Ekstremitas menjadi tidak

bisa bergerak normal karena fungsi otot bergantung pada integritas

tulang tempat melekatnya otot.

c. Pada patah tulang panjang, terjadi pemendekan tulang karena adanya

kontraksi pada otot yang menempel dibawah tempat patah tulang

Fragmen sering saling melingkupi satu sama lain hingga 2,5 sampai 5

cm ( 1 sampai 2 inchi).

d. Ketika ekstremitas diperiksa, akan teraba derik tulang (krepitus) yang

menjadi dampak gesekan antara fragmen satu dengan tulang lainnya.


28

e. Pembengkakan serta adanya perubahan warna pada kulit pasien sebagai

dampak dari trauma serta perdarahan yang menyertai patah tulang.

5. Klasifikasi Fraktur

Fraktur memiiliki jenis atau klasifikasi yang dibedakan dengan

melihat tingkat cedera tulang dan kerusakan jaringan yang dialami.

Klasifikasi Fraktur menurut (Nurarif, 2013) di bagi menjadi 3 :

a. Fraktur tertutup bisa disebut (simple fraktur), apabila tidak terdapat

hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar.

b. Fraktur terbuka bisa disebut (compoun fraktur), apabila terdapat

hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar, karena adanya

perlukaan dikulit.

c. Fraktur dengan komplikasi, misal malunion, delayed union, nonunion,

infeksi tulang.

6. Pemeriksaan Penunjang

Menurut (Wijaya, 2013) pemeriksaan penunjang fraktur diantaranya:

a. Pemeriksaan ronteng : Untuk menentukan lokasi atau luas fraktur,

sehingga memudahkan menentukan tindakan selanjutnya

b. Scan tulang, tonogram, scan CT/MRI : Memperlihatkan fraktur juga

dapat digunakan untuk mengindentifikasi kerusakan jaringan lunak.

c. Arteriogram : Dilakukan bila kerusakan vaskule dicurigai.

d. Darah lengkap : Ht mungkin meningkat (Homokonsentrasi) menurun

(perdarahan berarti pada sisi fraktur/organ jauh pada multiple trauma).

Adanya peningkatan jumlah SDP adalah respon stress setelah trauma.


29

e. Kreatinin : Trauma pada otot meningkat beban kreatinin

f. Profil koagulasi : Perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah,

transfusi multipe, atau cedera hati.

7. Komplikasi Fraktur

a. Komplikasi awal

1) Kerusakan arteri

Pecahnya arteri karena trauma dapat ditandai dengan tidak adanya

nadi, CRT (capillary, refill, time) menurun, sianosis pada bagian

distal hematoma melebar, dan dinding pada ekstremitas yang

disebabkan oleh tindakan splinting, perubahan posisi pada yang

sakit, tindakan reduksi, dan pembedahan.

2) Syndrome kompartemen

Syndrome kompartemen adalah komplikasi serius yang terjadi

karena terjebaknya otot, tulang, saraf, dan pembulu darah dalam

jaringan. Hal ini disebabkan oleh edema atau peredaran darah yang

menekan otot, saraf, dan pembulu darah, atau karena tekanan dari

luar seperti gips atau pembabatan yang terlalu kuat.

3) Fat embolis syndrome

Merupakan komplikasi serius yang terjadi pada kasus fraktur tulang

panjang. FES terjadi karena sel-sel lemak yang dihasilkan bone

marrow kuning masuk ke aliran darah dan menyebabkan kadar

oksigen dalam darah menjadi rendah. Hal tersebut ditandai dengan


30

gangguan pernafasan takikardi, hipertensi, takipnea, dan deman.

4) Avaskuler nekrosis

Disebabkan karena rusaknya aliran darah ketulang atau terganggu,

yang bisa menyebabkan nekrosis tulang dan diawali dengan adanya

volkam’s ischemia.

5) Infeksi

Rusaknya sistem pertahanan tubuh bila ada trauma pada jaringan.

Pada trauma orthopedi infeksi dimulai dari kulit dan masuk ke

dalam, ini biasanya terjadi pada kasus fraktur terbuka, tapi bisa juga

terjadi karena penggunaan bahan lain pembedahan sepeti plate and

screw.

6) Syok

Disebabkan karena kehilangan banyak darah dan meningkatkan

permeabilitas kapiler yang bisa menyebabkan menurunnya

oksigenasi. Hal ini biasanya terjadi pada fraktur.

b. Komplikasi dalam jangka panjang

1) Delayed union

Kegagalan fraktur berkonsolidasi sesuai waktu yang dibutuhkan

untuk menyambung. Hal ini terjadi karena suplai darah ke tulang

menurun. Komplikasi ini adalah fraktur yang tidak sembuh setelah

waktu 3-5 bulan (3 bulan untuk anggota gerak atas dan 5 bulan

untuk anggota gerak bawah).


31

2) Non union

Kegagalan fraktur berkonsolidasi dan memproduksi sambungan

yang lengkap, kuat, dan stabil setelah 6-9 bulan, ditandai dengan

adanya pergerakan yang berlebihan pada sisi fraktur yang

membentuk sendi palsu yang juga diakibatkan oleh aliran darah

yang keluar.

3) Mal union

Penyembuhan tulang ditandai dengan meningkatnya tingkat

kekuatan dan perubahan bentuk (deformitas). Mal union dilakukan

dengan pembedahan dan remibilisasi yang baik (M.Clevo Rendy,

2012).

8. Penatalaksanaan

Dalam penyembuhan fraktur seringkali dilakukan tindakan

pembedahan. Namun berikut ini penatalaksanaan fraktur menurut

Muttaqin (2008), dibagi menajdi 2 yaitu:

a. Penatalaksanaan Konservatif

Penatalaksanaan konservatif yaitu penanganan non pembedahan agar

imobilisasi pada fraktur dapat terpenuhi yaitu :

1) Proteksi (tanpa reduksi serta imobilisasi)

Proteksi fraktur untuk mencegah adanya trauma lebih lanjut yaitu

memberikan sling (mitela) pada ekstermitas atas dan tongkat pada

eksternmitas bawah. Tindakan ini di indikasikan pada patah tulang


32

yang tidak bergeser, atau fraktur klavikula pada anak dan fraktur

falang. Indikasi yang lain yaitu patah tulang impaksi pada humerus

proksimal, serta fraktur yang mengalami union secara klinis tetapi

belum mencapai konsolidasi radiologis.

2) Imobilisasi bidai eksterna (tanpa reduksi)

Imobilisasi pada fraktur dengan bidai eksterna cuma memberikan

sedikit imobiliasi. Biasanya menggunakan gips dengan bermacam

bidai dari plastik ataupun metal. Metode ini dipakai pada patah

tulang yang perlu dipertahankan posisinya.

3) Terapi Rehabilitative

Mengembalikan aktivitas secara fungsional dengan maksimal untuk

menghindari atropi/kantraktur. Dengan dimulai melakukan latihan-

latihan agar mempertahankan kekuatan ekstermitas dan mobilisasi

dengan latihan pergerakan ROM aktif (Active Range Of Motion)

atau ROM pasif (Pasif Rangen Of Motion) (Muttaqin, 2008).

b. Penatalaksanaan pembedahan

Penatalaksanaan dengan pembedahan perlu diperhatikan karena

memerlukan asuhan keperawatan yang komprehensif perioperatif,

Meliputi :

1) Reduksi tertutup yaitu dengan memberikan fiksasi eksternal atau

fiksasi perkuatan dengan K-wire

2) Reduksi terbuka yaitu dengan memberikan fiksasi internal / fiksasi

eksternal tulang. Operasi reduksi terbuka fiksasi internal/ORIF


33

(open reduction internal fixation) dan operasi reduksi terbuka

fiksasi eksternal/OREF (open reduction eksternal fixation).

9. Proses Penyembuhan Fraktur

Pada umumnya penyembuhan fraktur dilakukan dengan mobilisasi.

Tapi, penyembuhan fraktur alamiah dengan kalus dan pembentukan kalus

berespon terhadap pergerakan bukan terhadap pembidaian. Umumnya

fraktur dilakukan pembidaian tidak bertujuan untuk menjamin penyatuan

tulang, akan tetapi untuk meringankan nyeri dan menjamin penyatuan

tulang pada posisi yang benar dan mempercepat pergerakan tubuh serta

pengembalian fungsi (Solomon et Al,2010).

Proses penyembuhan fraktur melalui perkembangan yang melibatkan

pembentukan fibrokartilago dan aktivitas osteogenik dari sel tulang utama.

Fraktur dapat merusak pembuluh darah yang menyebabkan sel tulang

terdekat mati. Bekuan darah dibuang bersama dengan debris jaringan oleh

makrofag dan matriks yang rusak, tulang yang bebas dari sel di bentuk

oleh osteoklas (Mesher, 2013).

a. Penyembuhan Dengan Kalus

Bentuk alamiah dari penyembuhan fraktur pada tulang tubular

tanpa fiksasi, proses ini terdiri dari lima fase, yaitu (Solomom et Al,

2010).

1) Destruksi Jaringan Dan Pembentukan Hematoma

Robeknya pembuluh darah sehingga terbentuklah hematoma


34

disekitar fraktur. Permukaan tulang yang patah, kehilangan asupan

darah dan mati.

2) Inflamasi Dan Proliferasi Selular

Dalam waktu 8 jam, fraktur akan mengalami reaksi inflamasi akut

dengan migrasi sel inflamatorik dan inisiasi poliferasi dan

diferensiasi dari sistem sel mesenkimal dari periosterum menembus

kanal medular dan sekitar otot. Sejumlah besar mediator inflamasi

seperti sitokin dan beberapa faktor pertumbuhan dilibatkan.

Selanjutnya bekuan darah hematoma diabsorsi perlahan dan

membentuk kapiler baru pada area tersebut.

3) Pembentukan Kalus

Diferensiasi sistem sel menyediakan sejumlah sel kondrogenik dan

osteogenik. Saat kondisi yang tepat mereka akan mulai membentuk

tulang dan pada beberapa kasus, juga membentuk kartilago.

Disejumlah sel ini seluler yang tebal bersama pulau-pulau tulang

imatur dan kartilago, membentuk kalus atau rangka pada permukaan

periosteum dan endosteum. Saat tulang rapuh yang imatur

termineralisasi menjadi lebih keras, pergerakan pada lokasi fraktur

menurunkan progresivitas dan fraktur menyatu dalam 4 minggu

setelah cedera.

4) Konsolidasi

Terbentuknya tulang rapuh menjadi tulang lamear dengan aktivitas

osteoklas dan osteoblas yang kontinyu. Pada proses ini osteoklas


35

melakukan pelubangan melalui debris pada garis fraktur, dan

menutup kembali jaringan tersebut. Osteoblas akan mengisi ruang

yang tersisa antara fragmen dan tulang baru. Proses ini berjalan

lambat sebelum tulang cukup kuat untuk menopang badan normal.

5) Remodeling

Fraktur telah dijembatani dengan lapisan tulang yang solid. Pada

beberapa bulan atau bahkan tahun, dilakukan pembentukan ulang

atau reshaped dengan proses yang kontinyu dari osteoblas dan

pembentukan tulang.

b. Penyembuhan Dengan Penyatuan Langsung (Direct Union)

Proses penyatuan tulang tidak melibatkan lagi proses pembentukan

kalus. Apabila lokasi fraktur benar-benar dilakukan imobilisasi

menggunakan plate, tidak bisa memicu kalus. Namun, pembentukan

tulang baru dengan osteoblas timbul secara langsung diantara fragmen.

Gap antar permukaan fraktur diselubungi oleh kapiler baru dan sel

osteoprogenitor dimulai tumbuh dari pangkal dan tulang baru terdapat

pada permukaan luar (gap healing). Saat selah atau gap sangat kecil,

osteogenesis memproduksi tulang lamear, gap yang lebar pertama-tama

akan diisi dengan tulang rapuh, yang selanjutnya dilakukan remodeling

untuk menjadi tulang lamelar. Setelah 3-4 minggu, fraktur sudah cukup

kuat untuk melakukan penetrasi dan bridging mungkin ditemukan tanpa

adanya fase pertengahan atau contact healing (Solomon et aL., 2010).


36

Penyembuhan dengan kalus, walaupun tidak langsung (indirect)

mempunyai keuntungan berupa dapat menjamin kekuatan tulang di

akhir penyembuhan tulang, dengan peningkatan stress kalus

berkembang lebih kuat sebagai contoh dari hukum Wolff. Dengan

penggunaan fiksasi metal, disisi lain, tidak terdapat kalus berarti tulang

akan bergantung pada implant metal pada jangka waktu yang cukup

lama. Karena, implant akan mengurangi stress, yang mungkin dapat

menyebabkan osteoporotik dan tidak sembuh total hingga implan

dilepas (Solomon et aL,2010).

C. Konsep Dasar Perawatan diri (Porsonal Hygiene)

1. Pengertian

Perawatan diri sendiri adalah kegiatan yang dilakukan untuk

mempertahankan kesehatan, baik secara fisik maupun psikologis. Defisit

perawatan diri menggambarkan suatu keadaan seseorang yang mengalami

hambatan kemampuan untuk melakukan aktivitas perawatan diri, seperti

mandi, berganti pakaian, makan dan eliminasi. Jika seseorang tidak dapat

melakukan semua perawatan diri, situasi ini digambarkan sebagai defisit

perawatan diri total (Hidayat, 2013).

Menurut Wilkinson (2016), defisit Perawatan diri adalah keadaan

seseorang yang mengalami keterbatasan untuk melakukan tugas fisik

paling dasar dan aktivitas perawatan pribadi secara mandiri dengan atau

tanpa alat bantu. Untuk mengetahui tingkat kemampuan pasien dalam

melakukaan perawatan diri dapat menggunakan skala sebagai berikut :


37

Tabel 2.1 Tingkat Kemampuan

Skala Karakteristik

0 Mandiri total.

1 Memerlukan penggunaan peralatan atau alat.

Memerlukan bantuan dari orang lain untuk pertolongan,


2
pengawasan, atau pengajaran.

3 Membutuhkan bantuan dari ornng lain dan peralatan.

4 Ketergantungan tidak berpatisipasi.

Sumber : Wilkinson (2016)

2. Jenis-jenis Perawatan Diri

a. Menurut Potter dan Perry (2015) macam-macam perawatan diri

berdasarkan tujuannya yaitu :

1) Perawatan kulit

Kulit merupakan organ yang aktif berfungsi sebagai pelindung bagi

tubuh dari berbagai kuman atau trauma, sekresi, eksresi, pengatur

temperatur, dan sensasi, sehingga diperlukan perawatan yang

adekuat dalam mempertahankan fungsinya. Tujuan perawatan kulit

adalah agar pasien memiliki kulit yang utuh, bebas bau badan,

pasien dapat mempertahankan rentang gerak, merasa nyaman dan

sejahtera, serta dapat berpartisipasi dan memahami metode

perawatan diri (Personal Hygiene).


38

2) Mandi

Memandikan pasien merupakan perawatan diri total. Mandi dapat

dikategorikan sebagai kebersihan. Mandi ditempat tidur yang

lengkap diperlukan bagi pasien dengan ketergantungan total dan

memerlukan perawatan diri total.

3) Hygiene Oral

Pasien immobilisasi terlalu lemah untuk melakukan perawatan

mulut, sebagai akibatnya mulut menjadi terlalu kering atau iritasi

dan menimbulkan bau yang tidak enak. Tujuan perawatan Hygiene

Oral pada pasien adalah agar memiliki mukosa mulut yang utuh

yang terhindrasi baik untuk mencegah penyebaran penyakit akibat

yang tertular melalui mulut (misal: tifus atau hepaptitis), serta

memberikan rasa nyaman dan mampu melakukan praktik sendiri

perawatan Hygiene Oral dengan benar.

4) Kuku

Menjaga kebersihan kuku adalah penting dalam mempertahankan

perawatan diri karena berbagai kuman dapat masuk kedalam tubuh

melalui kuku. Oleh sebab itu, kuku seharusnya tetap dalam keadaan

sehat dan bersih.

5) Perawatan Rambut

Penampilan dan kesejahteraan seseorang seringkali tergantung dari

cara penampilan dan perasaan mengenai rambutnya. Penyakit dan

ketidakmampuan mencegah seseorang untuk memelihara perawatan


39

rambut sehari-hari. Menyisir dan bersampo adalah cara dasar

perawatan pada rambut. Tujuannya agar pasien memiliki kulit

kepala yang bersih dan sehat, untuk mencapai rasa nyaman dan

harga diri.

6) Genetalia

Perawatan genetalia merupakan bagian dari mandi lengkap. Pasien

yang paling butuh perawatan genatalia yang teliti adalah pasien

yang beresiko terbesar memperoleh infeksi. Tujuan perawatan

genatalia adalah untuk mencegah terjadinya infeksi,

mempertahankan kebersihan genatalia, meningkatkan kenyamanan

serta mempertahankan perawatan diri.

b. Perawatan diri menurut Hidayat (2013) berdasarkan waktu

pelaksanaannya dibagi menjadi empat yaitu :

1) Perawatan dini hari

Perawatan dini hari adalah perawatan diri yang dilakukan pada

waktu bangun tidur, untuk melakukan tindakan untuk tes yang

terjadwal seperti dalam pengambilan bahan pemeriksaan (urine atau

fases), memberikan pertolongan seperti menawarkan bedpan/pispot

atau urinal jika pasien tidak mampu ambulasi kekamar mandi, dan

mempersiapkan pasien dalam melakukan sarapan atau makan pagi

dengan melakukan tindakan perawatan diri, seperti mencuci muka,

tangan, dan menjaga kebersihan mulut.


40

2) Perawatan pagi hari

Perawatan pagi hari adalah perawatan yang dilakukan setelah

melakukan makan pagi dengan melakukan perawatan diri seperti

melakukan pertolongan dalam pemenuhan kebutuhan perawatan diri

(buang air besar dan kecil), mandi atau mencuci rambut, melakukan

perawatan kulit, melakukan pijatan pada punggung, membersihkan

mulut, kuku dan rambut, serta merapikan tempat tidur.

3) Perawatan siang hari

Perawatan siang hari adalah perawatan yang dilakukan setelah

melakukan berbagai tindakan pengobatan dan pemeriksaan dan

setelah makan siang. Berbagai tindakan perawatan diri yang dapat

dilakukan antara lain mencuci muka dan tangan, membersihkan

mulut, merapikan tempat tidur, dan melakukan pemeliharaan

kebersihan lingkungan kesehatan pasien.

4) Perawatan menjelang tidur

Perawatan menjelang tidur adalah perawatan diri yang dilakukan

pada saat menjelang tidur agar pasien dapat tidur atau beristirahat

dengan tenang. Berbagai kegiatan yang dapat dilakukan antara lain

pemenuhan kebutuhan perawatan diri (buang air besar dan kecil),

mencuci muka dan tangan, membersihkan mulut, dan memijat

daerah punggung.
41

Perawatan diri yang normal dilakukan yaitu :

a) Mandi dua kali sehari pagi dan sore hari

b) Melakukan perawatan mulut selama mandi, setelah makan, dan

sebelum tidur

c) Memakai pakaian yang bersih dan sesuai

d) Mencuci tangan setelah melakukan perawatan diri (buang air besar

dan kecil) dan sebelum makan

e) Merapikan tempat tidur setelah bangun tidur

f) Mencuci muka sebelum dan sesudah tidur

g) Memotong kuku

h) Membersihkan alat makan dengan benar

i) Menggunakan jamban yang bersih dan sehat (Hidayat, 2013).

3. Faktor yang mempengaruhi Perawatan diri

a. Menurut Departemen kesehatan (2010) Faktor-faktor yang

mempengaruhi Perawatan diri adalah :

1) Body Image

Gambaran individu terhadap dirinya seringkali sangat

mempengaruhi kebersihan dirinya misalnya dengan adanya

perubahan fisik sehingga individu tidak peduli dengan kebersihan

dirinya.
42

2) Praktik Sosial

Pada anak-anak yang selalu dimanja dalam masalah kebersihan

dirinya, maka mungkin saja terjadi perubahan pola perawatan diri,

entah itu anak yang selalu mendapat perhatian mengenai kebersihan

dirinya pasti akan lebih mementingkan perawatan diri dan begitu

pun sebaliknya dengan anak yang kurang mendapat perhatian akan

kebersihan dirinya akan mengabaikan perawatan diri.

3) Status Sosial Ekonomi

Perawatan diri memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi,

sikat gigi, shampo, dan alat mandi lainnya yang pastinya semua

memerlukan uang untuk menyediakannya.

4) Pengetahuan

Pengetahuan perawatan diri sangat penting karena pengetahuan

yang baik dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien

penderita diabetes mellitus ia harus menjaga kebersihan bagian yang

mengalami luka.

5) Budaya

Disebagian wilayah jika individu atau masyarakat ada yang sakit

tentunya tidak boleh dimandikan karena bisa menyebabkan penyakit

lain akan timbul, seperti deman dll.

6) Kebiasaan seseorang

Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam

perawatan diri seperti penggunaan sabun, sampo dan lain – lain.


43

7) Kondisi fisik atau psikis

Pada keadaan tertentu jika mengalami yang namanya sakit/penyakit

kemampuan merawat diri kurang dan perlu bantuan untuk

melakukannya.

b. Dampak yang sering timbul pada masalah perawatan diri :

1) Dampak fisik banyak gangguan kesehatan yang diderita karena

tidak terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik, gangguan

fisik yang sering terjadi adalah gangguan integritas kulit, gangguan

membran mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga dan

gangguan fisik pada kuku.

2) Dampak psikososial Masalah sosial yang berhubungan dengan

perawatan diri adalah gangguan kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan

harga diri, aktualisasi diri dan gangguan interaksi sosial.

4. Evaluasi perawatan diri

Dalam melakukan asuhan keperawatan pada pasien Post Operasi

Fraktur diharapkan pasien mampu melakukan pemeliharaan kebersihan

dan kesehatan diri baik secara fisik mapun mental. Dalam menentukan

tingkat kebersihan diri seseorang umumnya dilihat dari penampilan yang

bersih dan rapi. Menejemen perawatan diri yang dilakukan adalah

mengkaji kemampuan pasien dalam merawat diri, mengetahui sejauh mana

kemampuan dalam melakukan perawatan diri dan ketergantungan pada

keluarga terutama pada saat mandi, melakukan toileting dan berganti


44

pakaian. Tindakan yang dilakukan perawat yaitu membantu mengakses ke

kamar mandi dan menjelaskan cara mandi yang benar baik diatas tempat

tidur maupun di kamar mandi, yang rasionalnya untuk melatih pasien

mandi dan melakukannya secara mandiri tanpa dibantu oleh keluarga

(Ropyanto, 2011).
BAB III

METODE STUDI KASUS

A. Jenis dan Desain Studi Kasus

Metode yang digunakan dalam penulisan proposal karya tulis ilmiah

ini adalah studi kasus dengan jenis penelitian deskriptif yang bertujuan untuk

memberi tindakan dan informasi mengenai personal hygiene pada pasien

post operasi fraktur.

Studi kasus ini menggambarkan hasil yang terjadi pada 2 pasien post

operasi fraktur dalam pemenuhan kebutuhan personal hygiene yang diberikan

tindakan sama.

B. Subyek Studi Kasus

Subyek yang digunakan pada studi kasus ini adalah 2 pasien post

operasi fraktur yang mengalami masalah perawatan diri:

1. Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi adalah kriteria yang menentukan subyek penelitian

mewakili sampel penelitian yang memenuhi kriteria sampel (Donsu,

2016).

Adapun Kriteria inklusi pada penelitian ini, yaitu:

a. Pasien Post Operasi Fraktur

b. Pasien tidak mampu melakukan perawatan diri mandi secara mandiri

c. Jenis kelamin laki-laki

d. Pasien berusia 20-50 tahun

45
46

e. Bersedia menjadi responden

2. Kriteria eksklusi

Kriteria eksklusi adalah kriteria yang menentukan subyek penelitian yang

tidak dapat mewakili sampel, karena tidak memenuhi syarat sebagai

sampel (Donsu, 2016).

Adapun Kriteria eksklusi pada penelitian ini, yaitu:

a. Terdapat gangguan komunikasi

b. Mengalami penurunan kesadaran

c. Mengundurkan diri pada saat penelitian berlangsung

C. Fokus Studi

Kajian utama dari masalah yang akan dijadikan titik acuan studi kasus

adalah kebutuhan perawatan diri pada pasien post operasi fraktur.

D. Definisi Operasional Fokus Studi

1. Kebutuhan perawatan diri adalah suatu keadaan seseorang membutuhkan

bantuan dalam melakukan atau menyelesaikan aktivitas sehari-hari untuk

membersihkan diri yaitu mandi secara teratur, makan, berpakaian,

berhias diri, serta buang air besar dan kecil sendiri (toileting).

2. Pasien Post Operasi Fraktur adalah pasien yang telah dilakukan

pembedahan karena adanya patah tulang yang ditandai dengan kondisi

dimana hubungan atau kesatuan jaringan tulang terputus.


47

E. Instrumen dan Pengumpulan Data

Adapun metode yang digunakan penulis dalam mengumpulkan data

pada studi kasus ini meliputi wawancara, observasi, dokumentasi dan

tindakan personal hygiene (Memandikan). Metode wawancara dilakukan

untuk mengetahui keluhan utama, riwayat keluhan utama, dan riwayat

kebiasaan sehari-hari pasien. Hal tersebut dibuktikan pada pemeriksaan fisik

yang digunakan sebagai penunjang atas keluhan-keluhan yang disampaikan

pasien. Observasi adalah teknik pengumpulan data dengan menggunakan

panca indra, instrumen yang digunakan dalam observasi adalah

panduan/pedoman observasi. Sedangkan dokumentasi merupakan data pribadi

pasien yang meliputi nama, umur, jenis kelamin, nomor rekam medik, dan

lain sebagainya. Tindakan personal hygiene (Memandikan) dilakukan agar

pasien post operasi fraktur dapat memenuhi kebutuhan perawatan diri.

F. Lokasi dan Waktu Studi Kasus

1. Penelitian ini akan dilakukan di Ruang Perawatan Bedah Rumah Sakit

Umum Andi Makkasau Parepare (RSUD A. Makkasau)

2. Waktu penelitian direncanakan mulai pada bulan Mei s/d Juni 2022

G. Analisa Data dan Penyajian Data

Dalam penelitian ini analisis data yang peneliti lakukan di lapangan

yaitu dari awal pengumpulan data hingga semua data yang terkumpul.

Dengan mengemukakan fakta, lalu membandingkan teori selanjutnya

dituangkan dalam opini di pembahasan. Peneliti menggunakan teknik analisis

yaitu menarasikan jawaban dari peneliti yaitu diperoleh dari saat wawancara
48

dilakukan untuk menjawab pada rumusan masalah. Teknik analisis dengan

mengobservasi oleh peneliti serta studi dokumentasi yang menghasilkan data

untuk diinterpretasikan oleh peneliti dengan dibandingkan teori yang ada

sebagai bahan untuk rekomendasi dalam intervensi.

Urutan dalam analisis data adalah:

1. Pengumpulan data

Data yang diperoleh dari hasil wawancara, observasi dan

dokumentasi (WOD), ditulis dengan bentuk catatan lapangan yang

kemudian diubah dalam bentuk transkip. Data yang terkumpul yaitu data

pengkajian, diagnosis, perencanaan, implementasi, dan evaluasi.

2. Mereduksi data

Data yang sudah terkumpul dibuat koding oleh peneliti dengan arti

tertentu sesuai dengan penelitian yang diaplikasikan. Data obyektif

dianalisis berdasarkan hasil dari pemeriksaan diagnostik kemudian

dibandingkan dengan nilai normal.

3. Penyajian Data

Penyajian data disesuaikan dengan desain studi kasus deskriptif

yang dipilih. Untuk studi kasus, data disajikan secara narasi dan disertai

dengan cuplikan ungkapan verbal dari subjek studi kasus yang merupakan

data pendukung.
49

4. Kesimpulan

Berdasarkan data yang diperoleh, kemudian dilakukan pembahasan

dan perbandingan data dengan hasil-hasil penelitian terdahulu antara

teoritis dengan perilaku kesehatan. Lalu dapat dilakukan penarikan

kesimpulan dilakukan dengan metode induksi. Data yang dikumpulkan

yaitu data pengkajian, diagnosis, perencanaan, implementasi, dan

evaluasi.

H. Etika Studi Kasus

Dalam melakukan penelitian ini, peneliti harus mendapat persetujuan

dari subjek dengan menekankan etika penelitian yaitu :

1. Otonomi (Informed Consent)

Informed consent menjadi responden. Kepada responden yang

memenuhi kriteria inklusi diberikan lembar pernyataan peneliti untuk

bersedia menjadi responden penelitian, disertai judul penelitian dan

manfaat penelitian. Bila subyek menolak maka peneliti tidak memaksa

dan tetap menghormati hak-hak subyek.

2. Veracity (Kejujuran)

` Proyek penelitian yang dilakukan oleh perawat hendaknya

dijelaskan secara jujur tentang manfaatnya, efeknya, dan apa yang

didapatkan jika pasien dilibatkan dalam proyek tersebut. Penjelasan

seperti ini harus disampaikan kepada pasien karena mereka mempunyai

hak untuk mengetahui segala informasi kesehatan-kesehatannya secara

baik dari perawat.


50

3. Beneficence (Perilaku baik)

Perawat selalu berupaya dalam segala tindakan keperawatan yang

diberikan kepada pasien mengandung prinsip kebaikan (promote good).

Prinsip berbuat yang terbaik bagi pasien ini tentu saja dalam batas-batas

hubungan terapeutik antara perawat pasien.

4. Confidentialy (anonimity)

Kerahasiaan informasi yang telah dikumpulkan dari subyek dijaga

oleh peneliti. Untuk menjaga kerahasiaan subjek maka dalam lembar

pengumpulan data tidak dicantumkan nama tapi Inisial. Data hanya

disajikan atau dilaporkan pada kelompok yang berhubungan dengan

penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA

Agustina Eka Pratiwi. (2020). Asuhan Keperawatan Pada Klien Fraktur Femur
Dengan Nyeri Di Ruang Melati RSUD Bangil Pasuruan : Jombang :
Jurnal.

Apley, Solomon, L., & Graham, A. (2010). Orthopedi dan Fraktur Sistem Apley :
buku ajar. (E. Nugraha, Penerj.) Jakarta: Widya Medika.
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. (2019). Laporan Nasional
Riskesdes 2018/Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Jakarta.

Bararah Taqqiyah & Jauhar Mohammad. (2013). Asuhan Keperawatan : Panduan


Lengkap Menjadi Perawat Profesional. Jakarta : Prestasi Pustaka.
Bulechek, dkk. (2016). Nursing Intervensions Classification (NIC). United
Kingdom : ELSEVIER
Citra T.S, Yanuar. (2018). Asuhan Keperawatan Pada Klien Pre Op Close
Fraktur Femur Dengan Masalah Ketidak Efektifan Perfusi Jaringan
Perifer di Ruang Melati RSUD. Bangil Pasuruan. Jombang : Jurnal.
Depkes. (2015). Data demografi dan Penyakit. Tidak dipublikasikan.

Dinarti, & Muryanti, Y. (2017). Bahan Ajar Keperawatan: Dokumentasi


Keperawatan. Maret 6, 2022
1–172.http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wpcontent/uploads/
2022/3/PraktikaDokumenKeperawatan-Dafis.Pdf

Donsu, Jenita Doli. (2016). Metodologi Penelitian Keperawatan. Yogyakarta :


Pustaka Baru.
Friedman. (2013). Keperawatan Keluarga. Yogyakarta : Gosyen Publishing
Halmi, ZN. (2012). Buku Saku Kedarutan Di Bidang Bedah Orthopedi. Jakarta :
Salembah Medika
Hidayat, A. A. (2013). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Aplikasi Konsep
dan Proses Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.
Huda, N. A. (2015). Fundamental keperawatan (Ed 2., Vol. 2). Jogjakarta:
Salemba Medika.
Kozier, dkk. (2011). Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia Teori dan Aplikasi
dalam Praktik. Jakarta : EGC
Kemenkes RI. (2013). Hasil Riset Kesehatan Dasar. Maret 5, 2022.
www.depkes.go.id/download.pph?file

Kusumayanti. P. D. (2015). Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap lamanya


perawatan pada pasien pasca operasi laparatomi. Jakarta : CV. Trans Info
Media
M. Clevo Rendy. (2012). Asuhan Keperawatan Medikal Bedah dan Penyakit
Dalam. Yogyakarta. Nuha Medika.
Mundakir. (2016). Komunikasi Keperawatan : Aplikasi dalam Pelayanan.
Yogyakarta : Graha Ilmu.
Mustikawati. (2017). Anatomi dan Fisiologi untuk Keperawatan. Jakarta : Cv
Trans Info Media

Muttaqin, Arif. (2008). Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Muskuloskeletal.


Jakarta : EGC

Moorhead, S dkk. (2016). Nursing Outcames Classification (NOC). Indonesia :


Mocomedia
Nilan Yulinda Trikora. (2020). Studi Literatur Asuhan Keperawatan Pada Pasien
Post Op Fraktur Ekstermitas Bawah Dengan Penerapan Teknik Relaksasi
Untuk Mengurangi Nyeri. Parepare
Nurarif, AH & Hardhi Kusuma. (2013). Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis Dan Nanda NIC-NOC. Jogjakarta :
Mediaction.

Nur, Morika & Sardi. (2020). Pengaruh Terapi Musik Klasik Terhadap Tingkat
Nyeri Pasien Post Operasi Fraktur Di Bangsal Bedah Rs Dr Reksodiwiryo
Padang. Jurnal Kesehatan Medika Saintika, 11 (2), 175-183.
Potter A.P., & Perry A. (2015). Fundamental Of Nursing 6 Th Edition. St.Louis
Missouri : Mosby Year Book, Inc.
PPNI, Tim Pokja SDKI DPP. (2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia.
Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Riskesdes (2018). www.depkes.go.id/resources/downlod/infoterkini/hasil-
riskesdes-2018.pdf
Ririn Purwanti, W. P. (2017). Pengaruh latihan Range Of Motion (ROM) aktif
pada pasien post operastif fraktur humerus. 10(2), 42–52.
Ropyanto, Chandra. (2011). Analisis Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan
Status Fungional Pasien Paska Open Reduction Internal Fixation (ORIF)
Fraktur Ekstremitas Bawah, Di. RSOP Soeharso Surakarta. Maret 6,2022
http://www.lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20281386. Jurnal Ilmiah
Kesehatan.

Sagaran, V. C., Manjas, M., & Rasyid, R. (2018). Distribusi Fraktur Femur yang
dirawat Di Rumah Sakit Dr. M. Djamil, Padang (2010-2012). Jurnal
Kesehatan Andalas, 6(3), 586-589
Sjamsuhidayat, R & De Jong, W. (2010). Ilmu Bedah (Handbook Of Surgery).
Jakarta : EGC
Tarwotoh & Wartonah. (2015). Kebutuhan Dasar Manusia Dan
ProsesKeperawatan. Jakarta : Salemba Medika.
Utami, T. N. (2017). Tinjauan Literatur Mekanisme Zikir Terhadap Kesehatan:
Respons Imunitas. Jurnal JUMANTIK, 100(1)
Wahid, A. (2013). Buku Saku Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Sistem
Muskuloskeletal. Jakarta : CV. Trans Info Media
Wilkinson, Judith, M. (2016). Buku Diagnosis Keperawatan. NANDA NIC NOC.
Jakarta : EGC
Wijaya dan Putri. (2013). Buku KMB 2 Keperawatan Medikal Bedah
(Keperawatan Dewasa). Bengkulu : Nuha Medika
PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN PERSONAL HYGIENE


A. Pengkajian
Tanggal Masuk :
Tanggal Pengkajian :
Ruang/Kelas :
Nomor Register :
Diagnosa Medis :
1. Identitas
Identitas Pasien
Nama Pasien :
Jenis kelamin :
Usia :
Status Perkawinan :
Agama :
Suku/Bangsa :
Pendidikan :
Alamat :
Identitas Penanggung
Nama :
Jenis Kelamin :
Usia :
Alamat :
Hub dengan Pasien :
2. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
1) Keluhan utama :
2) Riwayat keluhan utama :
b. Riwayat Kesehatan Lalu
1) Riwayat penyakit lalu :
2) Riwayat dirawat di Rumahsakit (Kapan, alasan, dan berapa lama):
3) Riwayat Kecelakan :
4) Riwayat Alergi (Obat, makanan, DLL) :
5) Riwayat Pemakaian obat ( Tranfusi, Kemoterapi, DLL)
c. Pola Kebiasan
Pola Kebiasan
Hal yang dikaji
Sebelum sakit Saat sakit
1. Pola Personal Hygiene
a. Mandi
1) Frekuensi
2) Waktu

3. Pengkajian Fisik
a. Pemeriksaan Fisik Umum
1) Kesadaran :
2) Tekanan Darah :
3) Nadi :
4) Pernafasan :
5) Suhu :
6) Berat badan :
7) Tinggi badan :
b. Pemeriksaan Fisik
1) Rambut
a) Keadaan kesuburan rambut pasien
b) Keadaan rambut yang mudah rontok
c) Kusam
2) Kepala
a) Botak atau alopesia
b) Ketombe
c) Berkutu
d) Adakah eritema
e) Kebersihan
3) Mata
a) Apakah sclera ikterik
b) Apakah konjungtiva pucat
c) Kebersihan mata
d) Apakah gatal atau mata merah
4) Hidung
a) Adakah pilek
b) Adakah alergi
c) Adakah perdarahan
d) Adakah perubahan penciuman
e) Kebersihan hidung
f) Bagaimana membrane mukosa
g) Adakah septum deviasi
5) Kuku tangan dan kaki
a) Bentuk kuku
b) warna kuku
c) Apakah adalesi
d) Pertumbuhan kuku
6) Kulit
a) Kebersiahn kulit pasien
b) Adakah lesi, memar
c) Keadaan turgor kulit
d) Warna kulit
e) Temperatur
f) Tekstur kulit
g) Pertumbuhan bulu
7) Secara umum
a) Kebersihan pasien
b) Bentuk tubuh pasien
c) Keadaan postur tubuh pasien
8) Daerah Ekstremitas
a) Ekstremitas Atas
(1) Inspeksi
(2) Palpasi
(3) Auskultasi
b) Ekstremitas Bawah
(1) Inspeksi
(2) Palpasi
(3) Auskultasi
4. Pemeriksaan Tingkat kemampuan Perawatan Diri
Skala Karakteristik
0 Mandiri Total
1 Memerlukan penggunaan alat bantu
Memerlukan bantuan dari oranglain untuk
2
pertolongan, pengawasan atau pengajaran
Membutuhkan bantuan dari oranglain dan peralatan
3
atau alat bantu
4 Ketergantungan, tidak berpartisipasi dalam aktivitas
Sumber : Wilkinson (2016)
LEMBAR OBSERVASI

Nama Pasien :

No. RM :

Diagnosa Medis :

No. Aktivitas Personal Kegiatan Iya Tidak


Hygiene
1. Mandi a. Pasien melakukan aktivitas
mandi di toilet
b. Pasien melakukan aktivitas
mandi di tempat tidur, dibantu
oleh keluarga atau perawat
c. Pasien mengambil alat/bahan
untuk mandi
d. Pasien mandi 2x sehari
e. Pasien mencuci seluruh badan
tanpa bantuan keluarga atau
perawat
f. Pasien melakukan aktivitas
mandi secara lengkap, dari
menyikat gigi, memakai
shampo, dan sabun
2. Eliminasi a. Pasien melakukan aktivitas
eliminasi di toilet
b. Pasien melakukan aktivitas
eliminasi di tempat tidur
dengan alat bantu
pispot/bedpan dan urinal serta
dibantu oleh keluarga atau
perawat
c. Pasien melepas/memasang
pakaian secara mandiri sebelum
dan setelah eliminasi
d. Pasien memposisikan diri saat
di toilet atau di alat bantu
eliminasi
e. Pasien mencuci sendiri setelah
BAK dan BAB
f. Pasien dapat berdiri sendiri
setelah eliminasi
3. Berpakaian a. Pasien dapat memilih pakaian
b. Pasien dapat mengambil
pakaian ditempat yang telah
ditentukan
c. Pasien dapat
melapas/memasang pakaian
diseluruh tubuh
d. Pasien mengancing
pakaian/baju
e. Pasien mengenakan pakaian
dengan rapi
4. Kesiapan a. Pasien mandi secara mandiri
meningkatkan b. Pasien berpakaian secara
perawatan diri mandiri
c. Pasien menyiapkan makanan
dan minuman untuk makan
d. Pasien makan secara mandiri
e. Pasien mempertahankan
keberssihan diri
f. Pasien ke toilet sendiri
5. Kerusakan a. Suhu kulit dalam batas normal
integritas jaringan 36˚-38˚C
b. Ada/tidaknya tanda dan gejala
infeksi pada luka post operasi
c. Ada/tidaknya pengelupasan
kulit
PROSEDUR MEMANDIKAN PASIEN

Menurut Aziz Alimul Hidayat (2015), Standar Operasional Proses untuk

memandikan pasien yaitu :

A. Pengertian

Tindakan keperawatan yang dilakukan pada pasien yang tidak mampu

mandi secara mandiri dengan cara memandikan di tempat tidur.

B. Tujuan

1. Menjaga kebersihan tubuh pasien

2. Mengurangi infeksi akibat kulit kotor

3. Memperlancar sistem peredaran darah

4. Menambah kenyaman pasien

C. Alat dan bahan

1. Baskom mandi 2 buah, masing-masing berisi air dingin dan air hangat

2. Pakaian ganti

3. Kain penutup

4. Handuk/sarung

5. Handuk untuk mengeringkan badan

6. Sarung tangan pengusap/waslap

7. Tempat untuk pakaian kotor

8. Sampiran

9. Serta alat mandi (sabun,sikat gigi,shampo,pasta gigi dll)

D. Prosedur kerja

1. Jelaskan prosedur pada pasien


2. Cuci tangan

3. Atur posisi pasien

4. Lakukan tindakan memandikan pasien yang diawali dengan

membentangkan handuk dibawah kepala, kemudian bersihkan muka,

telingan dan leher dengan sarung tangan pengusap, keringkan dengan

handuk

5. Kain penutup diturunkan, kedua tangan pasien diangkat dan pindahkan

handuk di atas dada pasien, lalu bentangkan. Kemudian kembalikan kedua

tangan ke posisi awal diatas handuk, lalu basahi kedua tangan dengan air

bersih. Keringkan dengan handuk

6. Kedua tangan diangkat, handuk dipindahkan di sisi pasien, bersihkan

daerah dada dan perut, lalu keringkan dengan handuk

7. Miringkan pasien ke kiri, handuk dibentangkan kebawah punggung

sampai gluteea dan basahi punggung hingga glutea, lalu keringkan dengan

handuk. Selanjutnya miringkan pasien kekanan dan lakukan hal yang

sama. Kemudian kembalikan pasien pda posisi terlentang dan pasangkan

pakaian dengan rapi.

8. Letakan handuk di bawah lutut lalu bersihkan kaki, kaki yang paling jauh

didahulukan dan keringkan dengan handuk

9. Ambil handuk dan letakkan dibwah glutea. Pakaian bawa perut dibuka,
lalu bersihkan daerah lipatan paha dan genitalia. setelah selesai,
pasangkan pakaian dengan rapi.
10. Cuci tangan.
PENJELASANUNTUK MENGIKUTI PENELITIAN (PSP)

1. Kami adalah peneliti berasal dari Politeknik Kesehatan Makassar Jurusan

Keperawatan Program Studi Keperawatan Parepare dengan ini meminta

anda untuk berpartisipasi dengan sukarela dalam penelitian yang berjudul

“Asuhan Keperawtan pada pasien Post Operasi Fraktur dalam pemenuhan

kebutuhan Personal Hygiene di ruang perawatan bedah RSUD A.

Makassau Parepare.

2. Tujuan dari penelitian studi kasus ini adalah untuk memperoleh gambaran

asuhan keperawatan pada pasien post operasi fraktur dalam pemenuhan

kebutuhan personal hygiene yang dapat memberi manfaat dalam

memenuhi kebutuhan perawatan diri pada pasien post operasi fraktur

Penelitian ini akan berlangsung selama........

3. Prosedur pengambilan bahan data dengan cara wawancara terpimpin

dengan menggunakan pedoman wawancara yang akan berlangsung kurang

lebih 15-20 menit. Cara ini mungkin menyebabkan ketidaknyamanan

tetapi anda tidak perlu khawatir karena penelitian ini untuk kepentingan

pengembangan asuhan/pelayanan keperawatan.

4. Keuntungan yang anda peroleh dalam keikutsertaan pada penelitian ini

adalah Anda turut terlibat aktif mengikuti perkembangan asuahan/tindakan

yang diberikan.

5. Nama dan jati diri anda beserta seluruh informasi yang saudara sampaikan

akan tetap dirahasiakan.


6. Jika saudara membutuhkan informasi sehubungan dengan penelitian ini,

silahkan menghubungi peneliti pada nomor Hp : 082349433024

PENELITI

ARDYLLAH FATTAH
PO.713202191007
INFORMED CONSENT

(Persetujuan Menjadi Partisipan)

Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa saya telah

mendapat penjelasan secara rinci dan telah mengerti mengenai penelitian yang

akan dilakukan oleh Ardyllah Fattah dengan judul “Asuhan keperawatan pada

pasien post operasi fraktur dalam pemenuhan kebutuhan personal hygiene di

ruang perawatan bedah RSUD A. Makkasau Parepare”.

Saya memutuskan setuju untuk berpartisipasi pada penelitian ini secara

sukarela tanpa paksaan. Bila selama penelitian ini saya menginginkan

mengundurkan diri, maka saya dapat mengundurkan diri sewaktu-waktu tanpa

sanksi apapun.

Parepare, Mei 2022

Saksi, Yang memberikan Persetujuan,

........................................................... ...............................................................
Parepare, Mei 2022

Peneliti

ARDYLLAH FATTAH
PO713202191007

Anda mungkin juga menyukai