Anda di halaman 1dari 61

PROPOSAL

PENERAPAN TERAPI TERTAWA UNTUK MENURUNKAN TEKANAN DARAH PADA LANSIA


DENGAN HIPERTENSI DI KELUARGA WILAYAH BINAAN PUSKESMAS SEKARAN
SEMARANG

Proposal Karya Tulis Ilmiah ini disusun sebagai salah satu persyaratan
untuk menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III Keperawatan

Diajukan Oleh :
Dedi Kurniawan
NIM 20101440120026

KEMENTRIAN PENDIDIKAN KEBUDAYAAN RISET DAN TEKONOLOGI REPUBLIK INDONESIA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KESDAM IV/DIPONEGORO SEMARANG
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
2023
PROPOSAL
PENERAPAN TERAPI TERTAWA UNTUK MENURUNKAN TEKANAN DARAH PADA LANSIA
DENGAN HIPERTENSI DI KELUARGA WILAYAH BINAAN PUSKESMAS SEKARAN
SEMARANG

Proposal Karya Tulis Ilmiah ini disusun sebagai salah satu persyaratan
untuk menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III Keperawatan

Diajukan Oleh :
Dedi Kurniawan
NIM 20101440120026

KEMENTRIAN PENDIDIKAN KEBUDAYAAN RISET DAN TEKONOLOGI REPUBLIK INDONESIA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KESDAM IV/DIPONEGORO SEMARANG
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
2023
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Dedi Kurniawan

NIM : 20101440120026

Propram Studi : D III Keperawatan

Institusi : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kesdam IV/ Diponegoro

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Proposal Karya Tulis Ilmiah ini adalah

benar- benar merupakan hasil karya sendiri dan bukan merupakan pengambilan

tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai hasil tulisan atau pikiran

saya sendiri.

Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Proposal Karya Tulis

Ilmiah ini hasil hiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan

tersebut.

Mengetahui Semarang, Maret 2023


Pembimbing Pembuat Pernyataan

Ns. Margiyati, M. Kep Dedi Kurniawan


NIDN.0601038803 NIM.20101440120026

iv
LEMBAR PERSETUJUAN

Proposal Karya tulis Ilmiah oleh Dedi Kurniawan NIM 20101440120026 dengan

judul ” Penerapan Terapi Tertawa Untuk Menurunkan Tekanan Darah

Pada Lansia Dengan Hipertensi Di Keluarga Wilayah Binaan Puskesmas

Sekaran Semarang ”, telah diperiksa dan disetujui untuk diujikan.

Semarang, Maret 2023


Pembimbing

Ns. Margiyati, M. Kep


NIDN. 0601038803

v
LEMBAR PENGESAHAN

Proposal Karya Tulis Ilmiah oleh Dedi Kurniawan NIM 20101440120026 dengan

judul “Penerapan Terapi Tertawa Untuk Menurunkan Tekanan Darah Pada

Lansia Dengan Hipertensi Di Keluarga Wilayah Binaan Puskesmas Sekaran

Semarang”, telah dipertahankan di depan dewan penguji.

Dewan Penguji

Penguji Ketua Penguji Anggota

Ns. Novita Wulan Sari, M.Kep Ns. Margiyati, M. Kep


NIDN. 0624118603 NIDN. 0601038803

Mengetahui
Ketua STIKES Kesdam IV/ Diponegoro

Indah Setyawati, S.K.M., M.M.


Letnan Kolonel Ckm (K) NRP 11960028180872

vi
KATA PENGATAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji syukur penulis panjatan atas kehadirat Tuhan Yang Mahan Esa yang telah

memberikan anugrahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan Proposal Karya

Tulis Ilmiah yang berjudul ” Penerapan Terapi Tertawa Untuk Menurunkan

Tekanan Darah Pada Lansia Dengan Hipertensi Di Keluarga Wilayah

Binaan Puskesmas Sekaran Semarang ” ini merupakan salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Diploma III Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kesdam

IV/Diponegoro Semarang. Penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak yang

telah membantu dalam menyelesaikan Proposal Karya Tulis Ilmiah. Adapun

pihak- pihak tersebut antara lain:

1. Ibu Letnan Kolonel Ckm (K) Indah Setyawati, S.K.M., M.M. Selaku ketua

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kesdam IV/Diponegoro Semarang.

2. Ibu Ns.Margiyati , M.Kep selaku pembimbing dalam penyusunan Proposal

Karya Tulis Ilmiah yang selalu memberi motivasi dan arahan kepada penulis

sampai selesainya penyusunan Proposal Karya Tulis Ilmiah ini tepat waktu.

3. Bapak dan ibu dosen Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kesdam IV/Diponegoro

Semarang yang telah memberi bekal ilmu pengetahuan.

4. Orang Tua saya yang telah memberikan doa, materi maupun moril.

5. Calon Istri saya yang telah memberikan semangat dan dukungan serta setia

menemani saya dalam berproses panjang selama pendidikan.

vii
6. Teman- teman angkatan XXVI WIRASURYA yang telah memberikan

dukungan semangat serta doanya, yang telah berjuang bersama dalam

pembuatan Proposal Karya Tulis Ilmiah.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa melimpahkan anugerah- Nya kepada kita

semua dan semoga Proposal Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi penulis

dan pembaca. Penulis menyadari bahwa Proposal Karya Tulis Ilmiah ini ada

kekurangan oleh sebab itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang dapat

membangun dari berbagai pihak untuk memperbaiki Proposal Karya Tulis Ilmiah.

Semarang, Maret 2023

Pembuat Pernyataan

Dedi Kurniawan

NIM. 20101440120026

viii
DAFTAR ISI

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN..............................................................iii


LEMBAR PERSETUJUAN...................................................................................iv
LEMBAR PENGESAHAN.....................................................................................v
KATA PENGATAR..............................................................................................vii
DAFTAR ISI...........................................................................................................ix
DAFTAR LAMPIRAN...........................................................................................xi
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar belakang...............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................5
C. Tujuan Studi Kasus.......................................................................................5
D. Manfaat Studi Kasus.....................................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................6
A. Konsep Keluarga...........................................................................................6
B. KONSEP LANSIA.....................................................................................11
C. Konsep Hipertensi.......................................................................................16
D. Tekanan Darah............................................................................................21
E. Cara Pengukuran Tekanan Darah..............................................................23
F. Terapi Tertawa............................................................................................24
BAB III METODE STUDI KASUS......................................................................30
A. Rancangan Studi Kasus...............................................................................30
B. Subjek Kasus...............................................................................................30
C. Fokus Studi Kasus.......................................................................................31
D. Definisi Operasional...................................................................................31
E. Instrumen Studi Kasus................................................................................32
F. Metode Pengumpulan Data.........................................................................32
G. Lokasi Dan Waktu Studi Kasus..................................................................33
H. Analisa Data Dan Penyajian Data...............................................................33

ix
I. Etika Studi Kasus........................................................................................33
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................30
lAMPIRAN

x
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Jadwal kegiatan

Lampiran 2 : Penjelasan Untuk Mengikuti Penelitian (PSP)

Lampiran 3 : Infromed Concent (Persejutuan Menjadi Partisipan)

Lampiran 4 : SOP Pengukuran

Lampiran 5 : SOP Penerapan

Lampiran 6 : Lembar Bimbingan

xi
xii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Keluarga merupakan kumpulan dua individu atau lebih yang terikat

oleh darah, perkawinan, atau adopsi. (1) Fungsi keluarga dalam perawatan

kesehatan keluarga terdiri dari lima tugas pokok yaitu mengenal masalah

kesehatan, memutuskan tindakan keluarga dalam kesehatan, melakukan

perawatan bila ada yang sakit, memodifikasi lingkungan rumah, dan

mengakses fasilitas kesehatan. Keluarga dengan anggota keluarga lansia

membutuhkan perhatian dan waktu yang lebih untuk perawatan. Peran

keluarga sangat memengaruhi status kesehatan lansia, jika peran keluarga

baik maka diharapkan status kesehatan lansia juga baik dan sebaliknya jika

peran keluarga kurang, maka status kesehatan lansia juga buruk. (2)

Lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 (enam puluh)

tahun ke atas.(3) Data dari World Health Organization (WHO)

menyebutkan pada tahun 2030, diperkirakan setidaknya 1 dari 6 penduduk

dunia adalah lansia. Jumlah penduduk dunia yang berusia 60 tahun ke atas

diperkirakan akan meningkat dari 1,4 miliar pada tahun 2020 menjadi 2,1

miliar pada tahun 2050. Indonesia telah memasuki struktur penduduk tua

(ageing population) sejak 2021, di mana sekitar 1 dari 10 penduduk adalah

lansia. Pertambahan populasi lansia ini dapat menjadi tantangan

pembangunan ketika lansia tidak produktif dan menjadi bagian dari

penduduk rentan khususnya dalam masalah kesehatan.(4)


2

Seiring meningkatnya usia, terjadi perubahan dalam struktur dan

fungsi pada sel, jaringan serta sistem organ. Perubahan tersebut

mempengaruhi kemunduran kesehatan fisik yang pada akhirnya akan

berpengaruh pada kerentanan terhadap penyakit.(5) Berbagai system tubuh

mengalami perubahan termasuk system kardiovaskuler, di mana pada

lansia terjadi perubahan pada elastisitas dinding aorta yang menurun,

katup jantung menebal dan kaku, kemampuan jantung memompa darah

menurun, sehingga kontraksi dan volumenya pun ikut menurun.(5).

Berbagai kondisi tersebut menjadikan hipertensi sebagai salah satu

penyakit yang sering dialami lanjut usia(6).

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu peningkatan

tekanan darah di ateri. Hiper artinya berlebihan dan tensi yang artinya

tekanan/tegangan, jadi hipertensi merupakan gangguan pada sistem

peredaran darah yang menyebabkan kenaikan tekanan darah di atas nilai

normal (7). Hipertensi dalam sumber lain disebutkan sebagai suatu

keadaan di mana tekanan sistol dan diastol melebihi batas normal tekanan

(tekanan sistol di atas 140 mmHg dan diastol di atas 90 mmHg). (5)

Berdasarkan data WHO (World Health Organization)

menyebutkan diperkirakan 1,28 miliar orang dewasa berusia 30-79 tahun

diseluruh dunia menderita hipertensi.(8) Menurut Profil Kesehatan Jawa

Tengah tahun 2021 prevalensi di Jawa Tengah jumlah penderita hipertensi

berusia > 15 tahun yaitu sebanyak 8.700.512 atau sebanyak 30%. (9)

Prevalensi hipertensi di Semarang berdasarkan Sistem Pelaporan Terpadu


3

pada tahun 2023 menduduki peringkat kedua dengan jumlah angka 24.949

(10). Presentase hipertensi yang meningkat setiap tahunnya menjadi

masalah kesehatan yang harus dikendalikan untuk mencegah komplikasi

berlanjut yang berdampak pada kematian (8).

Dampak hipertensi jika tidak segera diobati akan memunculkan

penyakit lain yang lebih serius, seperti : penyakit jantung, penyakit, ginjal

dan stroke .(7) Orang yang mengalami hipertensi atau tekanan darah tinggi

mengalami beberapa gejala seperti : sakit kepala (terutama di bagian

belakang kepala dan di pagi hari), serta sakit kepala ringan, vertigo, tinitus

(berdengung atau mendesis di telinga), penglihatan kabur atau berkunang-

kunang dan mudah lemah (hg 1).

Ada dua cara pengobatan hipertensi yaitu terapi farmakologis

dan nonfarmakologis. (11) Pengobatan non farmakologis atau disebut juga

dengan perubahan gaya hidup diantaranya dilakukan dengan mengurangi

berat badan ekstra, tidak minum alkohol, makan diet rendah sodium,

rendah kolesterol, cukup tidur, mengendalikan stress dan terlibat dalam

aktivitas fisik. Terapi modalitas juga sering dilakukan dalam pengoabtan

nonfarmakologis. Terapi ini merupakan metode yang ditujukan untuk

memelihara dan meningkatkan kesehatan lansia. Salah satu terapi

modalitas yang digunakan untuk menurunkan tekanan darah tinggi adalah

terapi tertawa. (7) Terapi ini sangat mudah dilaksanakan dimana saja,

tanpa alat khusus, dan dapat dilakukan bersama keluarga, sehingga

dukungan keluarga sangat dibutuhkan dalam terapi ini.


4

Terapi tertawa memanfaatkan metode relaksasi sehingga dapat

menurunkan tekanan darah. (11) Terapi ini memiliki mekanisme yang

efektif dalam mengendalikan hipertensi karena saat seseorang tertawa

akan memberikan kesan hati yang ringan dan gembira, yang akan

membantu memperlebar pembuluh darah, meningkatkan kelenturan

pembuluh darah dan memperlancar peredaran darah. Hal ini berdampak

pada meningkatnya oksigenasi paru-paru, dan akhirnya menstimulasi

tubuh untuk memproduksi endorfin dan serotin yang mirip dengan morfin

dan melatonin alami tubuh. Ke tiga senyawa ini membantu otak merasa

lebih lebih tenang karena bermanfaat untuk memberikan ketenangan.

Kondisi inilah yang disebut relaksasi yang mempengaruhi penurunan

tekanan darah.(7)

Penelitian yang dilakukan oleh Dominggas Bete, Mizam Ari dan

Senditya Indah tahun 2022 menunjukkan bahwa rata-rata tekanan darah

sebelum terapi tertawa adalah sistolik 169,96 mmHg dan diastolik 95,09

mmHg.(7) Hasil ini menunjukan terdapat efektivitas yang signifikan

antara terapi tertawa dengan penurunan tekanan darah. Berdasarkan hasil

penelitian tersebut penulis tertarik untuk melakukan studi kasus tentang

penerapan terapi tertawa untuk menurunkan tekanan darah pada lansia

dengan hipertensi.
5

B. Rumusan Masalah
Bagaimana pemberian terapi tertawa dalam menurunkan tekanan darah

pada lansia dengan hipertensi?

C. Tujuan Studi Kasus


Menggambarkan penerapan teknik terapi tertawa dalam menurunkan

tekanan darah pada lansia dengan hipertensi

D. Manfaat Studi Kasus


Diharapkan studi kasus ini dapat memberikan manfaat :

1. Bagi Masyarakat

Memberi informasi tentang salah satu terapi nonfarmakologi yang

dapat diterapkan masyarakat yaitu terapi tertawa untuk mengurangi

tekanan darah pada lansia di Pukesmas Sekaran Semarang

2. Bagi Perkembangan Ilmu Keperawatan Dan Teknologi Keperawatan

Menambah pengetahuan dan wawasan tentang intervensi dan

implementasi keperawatan dalam perawatan hipertensi pada lansia

menggunakan terapi tertawa.

3. Bagi Penulis

Menjadi proses pembelajaran dan menambah ilmu pengetahuan dalam

memberikan asuhan keperawatan keluarga kepada keluarga pasien

hipertensi menggunakan terapi tertawa.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Keluarga

1. Pengertian Keluarga

Keluarga merupakan tempat dimana individu tumbuh berkembang

dan belajar mengenai nilai-nilai yang dapat membentuk

kepribadian kelak, keluarga adalah wadah yang paling penting

diantara individu dan grub. (12) Keluarga merupakan sekumpulan

orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran dan adopsi yang

bertujuan untuk menciptakan, mempertahankan budaya dan

meningkatkan perkembangan fisik,mental,emosional serta sosial

dari tiap anggota keluarga.(13)

2. Fungsi Keluarga

Funsi Keluarga meliputi :(14)

a. Fungsi Keagamaan

Keluarga adalah tempat pertama nilai-nilai keagamaan dan

memberi identitas agama pada anak yang baru lahir.

b. Fungsi sosial budaya

Keluarga adalah wahana pertama dalam penanaman nilai-nilai

luhur budaya memberikan kesempatan pada keluarga dan

seluruh anggotanya.
7

c. Fungsi cinta kasih

Menciptakan suasana cinta kasih sayang terhadap keluarga

bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

3. Fungsi Pemeliharaan Kesehatan

Friedman (1981) menjadi tiugas keluarga dalam bidang kesehatan

yang harus dilakukan yaitu :(15)

a. Mengenal masalah kesehatan setiap anggotanya

Perubahan sekecil apapun yang dialamianggota keluarga

secara tidak langsung menjadi perhatian dan tanggung jawab

keluarga, maka apabila menyadari adanya perlu segera di catat

kapan terjadinya,perubahan yang terjadi dan beberapa besar

perubahannya.

b. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat

bagi keluarga

Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk

menjadi pertolongan yang tepat sesuai dengan keadaan

keluarga, dengan pertimbangan siapa di antara keluarga yang

mempunyai kemampuan memutuskan untuk menentukan

tindakan keluarga maka segera melakukan tindakan yang tepat

agar masalah kesehatan dapat dikurangi atau bahkan teratasi.

Jika keluarga mempunyai keterbatasan sehingga meminta

bantuan orang lain di sekitar keluarga.


8

c. Memberikan keperawatan anggotanya yang sakit atau tidak

dapat membantu dirinya sendiri karena cacat atau usianya yang

terlalu muda.. Perawatan ini dapat dilakukan dirumah apabila

keluarga memiliki kemampuan tindakan untuk pertolongan

pertama atau pelayanan kesehatan untuk memperoleh tindakan

lanjut agar masalah yg lebih parah tidak terjadi.

d. Mempertahankan suasana dirumah yang menguntungkan

kesehatan dan perkembangan kepribadian anggota keluarga.

e. Mempertahankan hubungan timbal balik antar keluarga dan

lembaga kesehatan (pemanfaatan fasilitas kesehatan yang ada).

4. Tahap Perkembangan Keluarga

Tahap Perkembangan keluarga dibagi menjadi 8 tahap : (14)

a. Keluarga Pemula pasangan baru

Keluarga pemula adalah keluarga yang baru menikah,

keluarga baru, dan perpindahan dari keluarga asal status lajang

kehubungan baru yang intim

b. Keluarga menanti kelahiran /Bayi sampai usia 30 bulan

Perkembangan keluarga selanjutnyabapabila istri hamil

sampai dengan bayi yang dilahirkan berusia 30 bulan atau 2,5

tahun.

c. Keluarga dengan anak Pra Sekolah

Perkembangan keluarga selanjutnya adalah ketika anak

pertama berusia lebih dari 2,5 tahun dan berakhir ketika


9

berusia 5 tahun (saat ini keluarga terdiri dari 3-5 orang anggota

keluarga yaitu suami, istri dan anak).

d. Keluarga dengan anak usia sekolah

Keluarga dengan anak usia sekolah adalah dimulai ketika

anak pertama telah berusia lebih dari 5 tahun atau 6 tahun

keatas (dimulai masuk sekolah dasar) dan berakhir pada

usia 13 tahun (awal dari masa remaja).

e. Keluarga dengan anak remaja

Keluarga dengan anak remaja adalah dimulai ketika anak

pertama berusia 13 tahun hingga berusia 19 tahun atau 20

tahun.

f. Keluarga dengan anak dewasa

Keluarga yang melepaskan anak usia dewasa muda

adalah fase yang ditandai oleh anak pertama meninggalkan

rumah orang tua dan berakhir dengan “rumah kosong’

ketika anak terakhir meninggalkan rumah

g. Keluarga dengan usia pertengahan

Perkembangan keluarga usia pertengahan dimulai

ketika anak terakir meninggalkan rumah dan berakhir pada

pension atau kematian salah satu pasangan orang tua (44-45

tahun sampai dengan 16-18 tahun kemudian).

h. Keluarga lansia
10

Tahap ini merupakan tahap akhir dalam perkembangan

keluarga, dimulai ketika salah satu/pasangan suami istri

memasuki masa pension,sampai salah satu pasangan

meninggal dunia

5. Tingkat Kemandirian Keluarga

Terdapat lima tingkat kemandirian keluarga yaitu sebagai berikut :

Tabel 2. 1 Tingkat Kemandirian Keluarga


No Tingkat Kemandirian Keluarga Keterangan
1. Keluarga Mndiri Tingkat I (KM-1) a. Menerima petugas perawatan
kesehatan komunitas
b. Menerima pelayanan keperawatan
yang diberikan sesuai dengan rencana
keperawatan
2. Keluarga Mandiri Tingkat II (KM- a. Menerima petugas perawatan
II) kesehatan komunitas
b. Menerima pelayanan keperawatan
yang diberikan sesuai dengan rencana
keperawatan
c. Tahu dan dapat mengungkapkan
masalah kesehatannya secara benar
d. Melakukan perawatan sederhana
sesuai yang dianjurkan
3. Keluarga Mandiri Tingkat III (KM- a. Menerima petugas perawatan
III) kesehatan komunitas
b. Tahu dan dapat mengungkapkan
masalah kesehatannya secara benar
c. Memanfaatkan fasilitas pelayanan
sesuai yang dianjurkan
d. Melaksanakan tindakan pencegahan
secara aktif
4. Keluarga Mandiri Tingkat IV a. Menerima petugas perawatan
(KM-IV) kesehatan komunitas
b. Tahu dan dapat mengungkapkan
masalah kesehatannya secara benar
c. Memanfaatkan fasilitas pelayanan
sesuai yang dianjurkan
d. Melaksanakan tindakan pencegahan
secara aktif
e. Melaksanakan tindakan promotif
secara aktif
Sumber : 7 bang ded
11

6. Peran Perawat Keluarga

Peran adalah sesuatu yang diharapkan secara normatif dari

seseorang dalam situasi sosial tertentu agar dapat memenuhi

harapan-harapan. Peran keluarga adalah tingkah laku spesifik yang

diharapkan oleh seseorang dalam konteks keluarga. Setiap anggota

keluarga mempunyai peran masing-masing antara lain adalah :(15)

a. Ayah

Ayah sebagai pemimpin keluarga mempunyai peran sebagai

pencari nafkah, pendidik, pelindung/pengayom,pemberi rasa

aman bagi setiap anggota keluarga dan juga sebagai anggota

masyarakat kelompok sosial tertentu.

b. Ibu

Ibu sebagai pengasuh rumah tangga, pengasuh dan pendidik

anak-anak, pelindung keluarga dan juga sebagai anggota

masyarakat kelompok sosial tertentu.

c. Anak

Anak berperan sebagai pelaku psikososial sesuai dengan

perkembangan fisik, sosial, mental dan spiritual

B. KONSEP LANSIA

1. Pengertian

Lansia adalah seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih yang

ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi


12

dengan lingkungan, keadaan yang ditandai oleh kegagalan seseorang

untuk mempertahankan keseimbangan terhadap kondisi stres

fisiologis.(16) Proses menua merupakan hal yang alamiah yang

terjadi secara fisiologis, pada semua manusia seiring dengan

pertambahan usia. Proses ini dipengaruhi oleh faktor lingkungan,

faktor psikososial, sosial dan biologis manusi itu sendiri. Pada proses

ini akan terjadi perubahan-perubahan secara fisiologis maupun

psikologis yang menyertai proses menua.(17)

2. Klasifikasi

Klasifikasi lansia menurut World Health Organization dibagi menjadi

4 yaitu: (16)

a. Usia pertengahan (midle ege) dari usia 45 59 tahun

b. Lanjut usia ( elderly ) dari umur 60-74 tahun

c. Lanjut usia (old) dari umur 75-90 tahun

d. Usia sangat tua ( very old ) yaitu umur diatas 90 tahun.

3. Perubahan Lansia

Perubahan perubahan dalam proses penuaan merupakan masa ketika

seseorang individu berusaha untuk tetap menjalani hidup melalui

berbagai perubahan daalam hidup.(18)Proses penuaan yang terjadi

pada lansia secara langsung maupun tidak langsung akan berdampak

pada suatu perubahan-perubahan tertentu, seperti perubahan fisik,

perubahan kognitif, dan perubahan psikososial. (19)


13

a. Perubahan fisik

1) Sistem indera

Perubahan sistem indera pada lansia yang paling mencolok

adalah indera penglihatan, pendengaran dan perabaan. Lansia

mengalami perubahan pada indera penglihatan yang paling

umum yaitu presbiopi atau rabun dekat. Keadaaan ini

menyebabkan lensa kehilangan elastisitas sehingga menjadi

kaku, otot penyangga lensa melemah, tetajaman penglihatan

menurun. Dan perubahan yang terjadi pada indera pendengaran

yaitu tulang-tulang pendukung fungsi pendengaran mengalami

kekakuan. Hal ini berdampak pada penurunan kemampuan dan

ketajaman pendengaran.

2) Sistem muskuleskeletal

Cairan pada tulang manusia berfunngsi untuk perlindungan

dan pendukung fungsi tulang itu sendiri. Pada lansia, jumlah

cairan pada tulang akan semakin menurun dan dapat

menyebabkan tulang menjadi mudah rapuh dan mendukung

terjadinya osteoporosis, pembesaran sendi, dan atrofi otot.

3) Sistem kardiovaskuler dan respirasi

Sistem kardiovaskuler pada lansia mengalami perubahan

seperti katup jantung yang menebal dan kaku serta

kemampuan pompa darah dan elastis pembuluh darah


14

yang menurun. Peningkatan resistensi pembuluh darah

parifer yang berujung pada peningkatan tekanan darah

atau hipertensi.

4) Sistem saraf

Proses penuaan akan membuat susunan saraf mengalami

perubahan anatomi dan atrofi pada bagian serabut saraf.

Penurunan fungsi sistem saraf menyebabkan lansia

mengalami penurunan koordinasi tubuh sehingga

kemampuan dalam melakukan aktivitas sehari-hari dapat

terganggu.

b. Perubahan kognitif

1) Daya ingat (memory)

Lansia akan mengalami daya ingat karena penurunan

proses penerimaan informasi yang didapat. Daya ingat

terhadap memori jangka panjang pada lansia tidak

mengalami perubahan yang signifikan. Namun, memori

jangka pendek atauseketika (0-10 menit) yang mengalami

perburukan.

2) Kemampuan pemahaman

Penurunan kemampuan memahami sesuatu dapat

dipengaruhi oleh konsentrasi dan fungsi pendengaran

lansia yang menurun.

c. Perubahan psikososial
15

1) Perubahan aspek kepribadian

Pada lansia terjadi penurunan fungsi kognitif dan

psikomotor yang dapat menimbulkan perubahan

kepribadian.

2) Perubahan peran sosial di masyarakat

Kemampuan dari beberapa sistem / fungsi dari

lansia yang berkurang dari lansia seperti perubahan

fisik (badan bungkuk), penurunan penglihatan serta

pendengaran seringkali membuat lansia dalam

posisi terasingkan. Jika lansia mersa terasingkan

maka lansia akan mengurangi bahkan menolak

untuk berkomunikasi.

3) Perubahan minat

Fungsi yang akan berubah juga akan mempengaruhi

minat yang dimiliki oleh lansia. Minat terhadap

penampilan, minat terhadap kejadian yang terjadi di

lingkungan sekitar, serta minat pada kebutuhan

rekreasi dapat mengalami penurunan seiring

terjadinya proses menua.


16

C. Konsep Hipertensi

1. Pengertian Hipertensi

Hipertensi adalah suatu kondisi atau keadaan dimana

seseorang mengalami kenaikan tekanan darah di atas batas normal.

Seseorang akan dikatakan Hipertensi apabila tekanan darah

melebihi batas normal,yaitu lebih dari 140/90mmHg.(20)

Hipertensi adalah tekanan darah sistolik ≥ 140 mm Hg dan atau

tekanan darah siastolik ≥ 90 mm Hg. ( WHO,2015). Hipertensi

arterial disederhanakan dengan sebuah tekanan darah tinggi yang di

definisikan sebagai elevesi persistem dari tekanan darah sistolik

(TDS) pada level 140 mmHg atau lebih dan tekanan darah diastolik

(TDD) pada level 90 mmHg atau lebih (Black & Hawks,2014).

Perhimpunan dokter spesialis Kardiovaskuler Indonesia (PERKI)

juga menyatakan hipertensi memiliki tekanan darah sistolik ≥

140mmHg dan atau tekanan darah diastolik ≥ 90mmHg.(21)

2. Etiologi

Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dibagi menjadi dua, yaitu

(sumber 18 yesi) :

a. Hipertensi Primer

Hipertensi primer tidak diketahui penyebabnya sehingga

karenanya disebut juga dengan hipertensi esensial. Terjadi

peningkatan kerja jantung akibat penyempitan pembuluh darah


17

tepi. Sebagian besar (90-95%) penderita termasuk pengidap

hipertensi primer.

b. Hipertensi Sekunder

Hipertensi sekunder disebabkan oleh penyakit sistemik lain,

misalnya gangguan hormon (gushing), penyempitan pembuluh

darah utama ginjal (glomerulonefritis), dan penyakit sistemik

lainnya seperti lupus nefritis. Jumlah hipertensi sekunder

kurang dari 5% penduduk dewasa di Amerika

3. Klasifikasi Hipertensi

Tabel 1 : Klasifikasi Hipertensi AHA/ACC

Kategori (mmHg) TD Sistolik TD Diastolik

Normal <120 dan <80


Normal tinggi 120-129 dan <80
Hipertensi tingkat 1 130-139 atau 80-89
Hipertensi tingkat 2 >140 atau >90
TDS = tekanan darah sistolik; TDD=tekanan darah diastolic

dikutip dari 2018 ESC Hypertension Guidelines (22)

Terdapat jenis Hipertensi yang lain yaitu :

a. Hipertensi Resisten

Tekanan darah yang tidak mencapai target TDS<140 mmHg,

dengan cacatan sudah di konfirmasi dengan ABPM dan

HBPM dan hipertensi resisten palsu dan Hipertensi sekunder

sudah di singkirkan. (23)

b. Hipertensi Resisten Palsu

1) Ditemukan bila pengukuran tekanan darah kurang akurat

2) Efek jas putih


18

3) Dosis obat tidak optimal

4) Inersia dokter dalam menyesuaikan dosis regimen obat(23)

c. Hipertensi Krisis (Hipertensi Emergensi Dan Urgensi)

Hipertensi emergensi adalah Hipertensi dengan HMOD akut.

(23)

4. Tanda Dan Gejala

a. Tanda Hipertensi sakit pada bagian kepala leher terasa kaku

sering kelelahan pandangan kabur (20)

b. Gejala Hipertensi dapat berupa asimtomatik dan simtomatik,

gejala klinik yang dirasakan kadang berupa sakit kepala,mudah

lelah,telinga berdengung, pusing,terkadang gejala Hipertensi

tidak bisa dirasakan dan biasanya dijuluki silent killer karena

diam-diam dapat menyebabkan kerusakan organ parah.(24)

5. Faktor Resiko Hipertensi

Ada pun faktor dan resiko hipertensi adalah :

a. Usia

Umur seseorang bertambah maka akan menyebabkan

pertambahnya juga tekanan darah (24)

b. Merokok

Merokok meningkatkan oksidasi dari low density

lipoprotein(HDL) dan mengubah rasio HDL/LDL yang

mengakibatkan denyut jantung meningkat.(22)


19

c. Obesitas

Pasien Obesitas sangat disarankan untuk Menurunkan berat

badan dengan memperhatikan makanan,asupan kalori yang

mengakibatkan terjadinya Obesitas.(22)

d. Stres

Stres mental adalah salah satu resiko utama untuk Hipertensi

keadaan stres akan banyak epinefrin dan norepinefrin yang

meningkatkan peningkatan tekanan darah (22).

6. Patofisiologi

Tekanan darah berarti tenaga yang digunalan darah setiap

satuan dining pembuluh tersebut.tekanan parifer dan tekanan darah

dipengaruhi oleh curah jantung. Factor yang mempengaruhi

tahanan parifer dan curah jantung akan mempengaruhi tekanan

darah.. pada dasarnya kelainan hipertensi disebabkan karena

peningkatan aktifitas pusat vasomotor dan meningkatnya kadar

noreprinepin plasma sehingga terjadi kegagalan system

pengendalian tekanan darah yang meliputi tidak berfungsinya

reflek baroreseptor atau keporeseptor.epineprin merupakan zat

yang disekresikan pada ujung – ujung saraf simpatis atau saraf

vasokonstriktor yag langsung bekerja pada otot polos pembuluh

darah sehingga menyebabkan vasokontriksi. Implus baroreseptor

menghambat pusat vasokontriktor di medulla oblogata dan

merangsang baroreseptor oleh tekanan di dalam arteri secara reflek


20

menyebabkan penurunan tekanan arteri.(25) Kontriksi ariola

membuat darah susah mengalir sehingga meningkatkan tekanan

darah dan menghasilkan enzim yang di sebut renin,yang memicu

pembentukan hormon angiotensin, yang selanjutnya akan memicu

pelepasan hormon aldosterone.faktor stress merupakan factor

pencetus terjadinya peningkatan tekanan darah dengan proses

pelepasan hormon epinefrin dan hormon norepinefrin.

Pathofisiologi secara ringkas dapat di lihat di gambar. (26)

7. Komplikasi

Hipertensi yang menetap dapat mempengaruhi sistem

kardiovaskuler, saraf dan ginjal. Komplikasi yang biasa terjadi

pada gangguan pada mata , jantung, ginjal, otak. Klien Hipertensi

yang tidak melakukan pengontrolan yang teratur dapat mengalami

gangguan penglihatan, oklusi koroner , gagal gijal dan stoke.

Jantung akan juga membesar karena dipaksa akan meningkatkan

beban kerja pada saat memompa guna melawan tahanan pembuluh

darah yang tinggi. (21)

8. Penatalaksanaan

Faktor pokok dalam pengobatan adalah keinginan kuat

dalam mengontrol tekanan darah, pilih obat secara tolerensi

keamanan dan ada kemauan dalam memeriksakan diri serta

pengobatan jangka panjang. Pengobatan hipertensi terdiri dari

pengobatan farmakologis dan nonfarmakologis. (6)


21

a. Pengobatan farmakologis

Obat anti hipertensi untuk terapi farmakologis antara

lain :dieurentika, terutema jenis Thiazide (Thiaz) atau

Aldosterone Antagonist (Aldo Ant), Beta Bloker (BB),

Calcium antagonist (CCB), Angiontensin Converting

Enzyme Inhibitor (ACEI), Angiontensin II Receptor

Blocker atau AT 1 receptor antagonist/blocker

(ARB),Direct renin inhibitor (DRI)

b. Pengobatan Nonfarmakologis

1) Modifikasi gaya hidup

2) Penurunan berat badan

3) Mengurngi asupan garam di dalam tubuh

4) Modifikasi diet lemak

5) Olah raga

6) Pembatasan alkohol

7) Teknik relaksasi

8) Berhenti Merokok

D. Tekanan Darah

1. Pengertian

Tekanan darah adalah kekuatan aliran darah yang dipompa jantung

ke dinding arteri. Darah dipompa melalui dua sistem sirkulasi yang

terpisah di jantung yaitu sirkulasi pulmonal dan sirkulasi sistemik.


22

Ventrikel kanan jantung memompa darah yang kekurangan O 2 ke

paru-paru melalui sirkulasi pulmonal di mana CO2 dilepaskan dan

O2 memasuki aliran darah (27). Kenaikan pada tekanan arteri

secara normal yaitu sampai 120 mmHg disebut tekanan sistol yang

terjadi saat jantung berkontraksi untuk memompakan darah dan

pada saat relaksasis dimana ventrikel tekanan aorta cenderung akan

menurun sampai dengan 80 mmHg yang disebut dengan tekanan

diastol (28).

2. Faktor Yang Mempengaruhi

Faktor factor yang mempengaruhi tekanan darah yaitu dari factor

makanan, makanan dapat mempengaruhi kesehatan termasuk

tekanan darah, teh ataupun kopi yang instant juga dapat

mempengaruhi tekanan darah.(29) Selain makanan ada beberapa

factor yang lainnya yaitu: (30)

a. Jenis kelamin : tekanan darah pada laki laki biasanya lebih

tingggi saat usia 55 tahun

b. Usia : orang tua memiliki tekanan darah yang tinggi disbanding

anak muda,

c. Ras : Tekanan darah tinggi biasanya lebih serinng terjadi pada

ras kulit hitam dibandingkan ras yang lainnya

d. Riwayat keluarga :Pola genetic atau keturunan mempengaruhi

tekanan darah tinggi ataupun rendah


23

e. Berat badan : Peningkatan tekanan darah lebih sering tejadi pada

orang yang memiliki berat badan yang lebih daripada yang

memiliki berat badan normal.

E. Cara Pengukuran Tekanan Darah

Cara Pengukuran Tekanan Darah Menggunakan Tensimeter Digital

1. Gunakan manset padalengan atas. Caranya, bagian bawah manset

berada pada 1-2 cm di atas siku, sedangkan ujung selang manset

berada di tengah lengan.

2. Jika mengukur dengan menggunakan tangan kanan , posisi selang

akan berada pada sisi siku anda. Oleh karena itu, pastikan selang

antara manset dan alat tensimeter tidak tertindih atau terjepit.

3. Kencangkan manset. Nilai tekanan darah lengan kanan dan kiri

dapat berbeda. Oleh karena itu, sebaiknya menggunakan lengan

yang sama untuk setiap kali melakukan pengukuran. Jika hasil

pengukuran berbeda jauh, Konsultasikan dengan dokter.

4. Saat melakukan pengukuran, sebaiknya duduk tenang ,tegak, dan

kaki menandak di lantai. Posisi ketinggian manset sama dengan

jantung.

5. Agar hasil pengukuran akurat, maka dianjurkan untuk disaat

kondisi tubuh anda stabil. Oleh karena itu, 30 menit sebelum

pengukuran, hindari beberapa aktivitas,seperti berolahraga, makan,


24

minum,mandi,merokok, dan minum alcohol atau kafein.


25

Gambar 2.1 pengukuran tekanan darah

F. Terapi Tertawa

1. Pengertian

Terapi tertawa adalah bentuk komunikasi yang

membangkitkan tawa, senyum, perasaan menyenangkan dan

memungkinkan interaksi seseorang. Terapi tertawa adalah suatu

aktivitas yang sengaja di berikan untuk memicu tawa dan

mempengaruhi humor seseorang. (31) Terapi Tertawa adalah

suatu metode relaksasi yang diduga dapat menurunkan tekanan

darah pada penderita hipertensi.(11)

2. Manfaat Terapi Tertawa

Berikut manfaat dari terapi tetawa, antara lain : (31)


26

a. Sebagai salah satu penyembuh walau terkadang sesaat dan

mungkin tidak langsung menyembuhkan pada luka di tubuh

dan jiwa

b. Menjadi penyeimbang konflik interpersonal dan hubungan

kelompok yang tegang, berfungsi dalam situasi yang

menegangkan baik secara fisik, mental, budaya maupun saat

kondisi berbicara secara emosional

c. Memberi kekuatan dan menjadi obat dari alam yang

mengeluarkan energi internal dan menggerakkannya

d. Saat benar-benar tertawa seseorang sebenarnya sedang berada

dalam keadaan meditasi yang dalam , dimana dapat dimengerti

bahwa tertawa dan berfikir suatu masalah tidak dapat

dilakukan pada saat yang bersamaan

3. Prosedur (31)

Terapi tertawa memiliki beberapa tahapan dalam proses

pelaksanaannya, yang dijelaskan dalam table ….berikut.

Tabel 2. Tahapan Proses Pelaksanaan Terapi Tertawa

Tahapan Keterangan
Persiapan 1. Semua peserta diingatkan untuk memulai tertawa
secara bersamaan, sesuai dengan aba-aba
petugas;
2. Jarak antara peserta tidak berjauhan dapat
menggunakan rentangan untuk mengatur jarak;
3. Ingatkan semua peserta untuk saling kontak mata
selama terapi tertawa berlangsung;
4. Ingatkan peserta khususnya pasien untuk jangan
terlalu banyak menggunakan tenanga saat
tertawa,hal ini terpenting adalah merasakan dan
27

menikmati proses tertawa yang terjadi;


5. Peserta yang termasuk dalam kriteria kontra
indikasi dikeluarkan dari kelompok terapi
tertawa.

Pelaksanaan a. Minta peserta bertepuk tangan seirama secara


bersama sama sambil mengucapkan Ho-Ho, Ha-
Ha-Ha (1-2, 1-2,-3) sebanyak 2 sampai 3 kali,
ingatkan peserta untuk saling mempertahankan
kontak mata sesame peserta;
b. Anjurkan peserta mengambil nafas dalam sambil
mengangkat kedua tangan, lalu turunkan kedua
tangan dan hembuskan nafas sambil mengucap
Ha-Ha, ha-ha-ha ulangi 2-3 kali, ingat peserta
untuk saling kontak mata. Biarkan peserta
tertawa;
c. Lakukan latihan peregangan leher, bahu,
tangan,lengan,dan kaki(bila perlu) sebelum
bertahap terpi tertawa selanjutnya;
d. Tawa bersemangat : minta peserta tertawa Ha-ha
sambil mengangkat kedua tangan keatas dan
kepala mendongkak ke belakang dan tertawa ho-
ho sambil turun tangan, anjurkan peserta untuk
merasakan tertawa keluar dari hati, ulangi 2-3
kali ingatkan peserta untuk saling kontak mata,
dan biarkan peserta tertawa;
e. Tawa sopan: Mengatupkan kedua telapak tangan
dan letakkan di dada,minta peserta saling
menyapa dengan sedikit menundukan kepala
dalam kelompok,sambil tertawa ha-ha,ha-ha,
ulangi 2-3 kali peserta dapat berjalan keliling
mendekati peserta lain untuk saling sapa namun
tetap berada dalam satu kelompok terapi.
Ingatkan peserta untuk pertahankan kontak
mata,dan biarkan peserta saling tertawa;
f. Tawa penghargaan : Minta peserta saling
memberikan pujian dengan mengangkat kedua
tangan sambil tertawa ha-ha, ha-ha-ha, anjurkan
peserta untuk saling mendekati dan memberikan
jempol kepada setiap peserta, ingtkan untuk
pertahankan kontak mata, dan biarkan peserta
saling tertawa;
g. Tawa milk shake: Minta peserta pura-pura
memengang dua gelas susu atau kopi dan minta
saling menuangkan sambil mengucapkan ho-
ho,ha,ha,ha;
h. Tawa bersekadung dengan mulut terkadup: minta
peserta untuk tertawa dengan mulut tertutup dan
hanya mengeluarkan senandung hmmmmmm….
Saatbersenandung,peserta diminta saling
berhadap satu dengan yang lainnya, peserta dapat
berjalan keliling mendekati peserta lain yang jauh
dari jangkauan namun tetap berada dalam satu
28

kelompok terapi,pertahankan kontak mata, dan


biarkan tertawa;
i. Tawa bantahan : minta peserta tertawa sambil
menundingkan jari saling membantah sambil
tertawa ha-ha,ho-ho-ho, ulangi 2-3
kali,pertahankan kontak mata, biarkan tertawa;
j. Tawa memanfaatkan : meminta peserta saling
bersalaman atau dapatberpelukan sambil tertawa
ha-ha-ha, rasakan tertawa keluar dari hati ulangi
2-3;
k. Minta peserta berpegangan tangan sambil tertawa
dan mengatakan : aku bahagia, sehat, dan
sejahtera . Ha…..ha….ha….

Terminasi 1. Minta peserta mengambil posisi tenang dan rileks


dengan menarik napas dalam selama hitungan
satu,dua,tiga, dan hembuskan lewat mulut dengan
membentuk bibir seperti bersiul.Hembuskan
nafas dilakukan selama hitungan
empat,lima,enam,tujuh. Peserta dapat menutup
mata saat menarik napas dan membuka mata saat
menghembuskan ulangi 2-3 kali
2. Minta peserta minum air putih 1 gelas untuk
meningkatkan relaksasi yang lebih baik terapi
tertawa.

Gambar 2.2 Terapi Tertawa


29
BAB III
METODE STUDI KASUS

A. Rancangan Studi Kasus

Rancangan studi kasus menggunakan pendekatan deskriptif. Metode

penelitian deskriptif adalah suatu metode dalam penelitian status sekelompok

manusia, suatu objek, kondisi, dan sistem pemikiran ataupun suati kelas

peristiwa pada masa sekarang (32). Studi kasus ini dilakukan untuk

menggambarkan penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi setelah

dilakukan intervensi terapi tertawa.

B. Subjek Kasus

Subjek studi kasus yang akan penulis teliti yaitu penderita hipertensi sejumlah

2 orang dengan kriteria Inklusi dan Eksklusi sebagai berikut

A. Kriteria Inklusi:

a. Menderita hipertensi atau tekanan darah tinggi dengan rentang 130/90

sampai 150/90

b. Tinggal bersama anggota keluarga

c. Berkenan menjadi responden selama kurun waktu penelitian

d. Usia 45-70 tahun

e. Konsumsi Obat

B. Kriteria Eksklusi:
31

a. Responden yang mengundurkan diri dalam kurun waktu penelitian

atau tidak menyelesaikan program terapi

b. Responden yang mengalami gangguan pendengaran

c. Responden yang mengalami keterbatasan gerak atau masalah

ekstremitas

C. Fokus Studi Kasus

Fokus studi kasus adalah penerapan terapi tertawa untuk menurunkan tekanan

darah pada lansia dengan hipertensi di keluarga.

D. Definisi Operasional

1. Keluarga merupakan kumpulan dua individu atau lebih yang terikat oleh

darah, perkawinan, atau adopsi

2. Lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 (enam puluh) tahun

ke atas

3. Hipertensi adalah suatu keadaan di mana tekanan sistol dan diastol

melebihi batas normal tekanan (tekanan sistol di atas 140 mmHg dan

diastol di atas 90 mmHg)

4. Tekanan darah adalah suatu tekanan yang terjadi ketika darah dipompa

oleh jantung ke seluruh pembuluh darah yang diukur dengan alat

Sphygmomanometer

5. Terapi tertawa adalah suatu aktivitas yang sengaja diberikan untuk

memicu tawa dan mempengaruhi humor seseorang, yang dilakukan secara

terstruktur selama kurang lebih 15 menit dengan frekuensi pertemuan 3x

dalam seminggu.
32

E. Instrumen Studi Kasus

Instrumen studi kasus ini menggunakan spigmomanometer digital

untuk mengukur tekanan darah, SOP terapi tertawa, dan lembar observasi

tekanan darah.

F. Metode Pengumpulan Data

a. Mengurus perijinan dengan Puskesmas untuk melakukan studi kasus

b. Mengurus Ethical Clearance

c. Menjelaskan maksud, tujuan dan waktu penelitian kepada kepala

Puskesmas atau perawat yang bertanggung jawab di tempat studi kasus

dan meminta persetujuan untuk melibatkan subjek dalam studi kasus

d. Mencari subjek yang dapat memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi

e. Kegiatan hari pertama yaitu kontrak waktu, menjelaskan kepada responden

maksud dan tujuan penelitian, memberikan lembar persetujuan, serta

mengukur tekanan darah sebagai data pretest.

f. Kegiatan hari ke dua , ke empat, dan ke enam mengajarkan tehnik terapi

tertawa selama 15 menit kepada klien dan keluarga, dengan jam pertemuan

sesuai yang disepakati bersama.

g. Mengukur tekanan darah pada hari ke 6 sebagai data post test.

h. Menulis observasi setiap tindakan yang diperoleh


33

i. Menyajikan hasil pengolahan data atau studi kasus

G. Lokasi Dan Waktu Studi Kasus

Studi kasus ini akan dilaksanakan di wilayah Puskesmas Sekaran Semarang

pada tanggal 10 April – 17 April 2023.

H. Analisa Data Dan Penyajian Data

1. Analisa Data :

Studi kasus ini penulis menggunakan jenis deskriptif dengan alat ukur

yang digunakan adalah spigmomanometer digital. Data yang dianalisa

adalah tekanan darah sebelum perlakukan pada hari ke 1, dan tekanan

darah setelah perlakukan pada hari ke 6. Ke dua data dianalisa perubahan

yang terjadi pre dan post tindakan.

2. Penyajian Data :

Data akan disajikan dalam bentuk tabel sebelum dan sesudah dilakukan

terapi pada subjek I dan subjek II yang akan dijelaskan dengan narasi.

I. Etika Studi Kasus

Etika studi kasus dalam penelitian ini (16) :

a. Plagiarisme
34

Tindakan mengutip ide orang lain tanpa mengakui menyebutkan

sumbernya. Merupakan dosa terbesar dalam dunia akademik

b. Manipulasi penelitian

Meliputi tindakan peneliti yang memalsukan, mengarang, atau

menciptakan data sendiri sesuai dengan keinginan peneliti

c. Identitas pribadi dari pelaku/objek penelitian

Identitas pribadi pelaku pada objek yang diteliti perlu dirahasiakan demi

melindungi karier, pergaulan, privasi maupun status sosial

d. Akses objek penelitian

Jika objek yang diteliti menyangkut propesti pribadi, maka izin dari

pemilik properti diperlukan demi menghormati hak milik orang lain

e. Independensi penelitian

Peneliti harus menjaga independensinya sebagai wujud pertanggung

jawaban profesionalnya

f. Pelecehan terhadap pelaku dari objek penelitian

Peneliti harus dapat menghindari pelecehan, baik disengaja maupun tidak

terhadap pelaku dari objek yang diteliti

g. Otonomi (Autonomy)

Prinsip ini didasarkan pada keyakinan bahwa setiap individu memiliki

kemampuan untuk berpikir logis dan membuat keputusan sendiri

h. Berbuat baik (Beneficial)

Beneficial artinya mendatangkan manfaatdan kebaikan serta pencegahan

dari kesalahan atau kejahatan


35

i. Keadilan (Justice)

Prinsip ini dibutuhkan untuk tercapainya keadilan terhadap orang lain.

j. Tidak merugikan (Non maleficience)

Prinsip ini berarti tidak menimbulkan bahaya atau cedera fisik maupun

psikologis pada klien

k. Kejujuran (Veracity)

Pemberian pelayanan kesehatan harus menyampaikan kebenaran pada

setiap klien dan memastikan bahwa klien mengerti dengan situasi.(33)


36
DAFTAR PUSTAKA

1. Harnilawati. Konsep dan Proses Keperawatan Keluarga. Suilawesi selatan,


Pustaka As Salam; 2013.
2. Prabasari NA, Juwita L, Maryuti IA. Pengalaman Keluarga Dalam
Merawat Lansia di Rumah (Studi Fenomenologi). J Ners Lentera.
2017;5(1):56–68.
3. Andry poltak L. Girsang, S.ST. MED, MEKK RSS, Nindya putri
sulistyowati SS, Freshy Windy Rosmala Dewi SS, Sigit Wahyu Nugroho
SA, Karuniawati Dewi Ramadani S.Si. M, et al. Statistik Penduduk Lanjut
Usia 2022. JL. drSutomo. 68, Jakarta; 2022.
4. Guanabara E, Ltda K, Guanabara E, Ltda K. Statistik penduduk lanjut usia
2022.
5. K FA, Nur H, Humaerah UI. Karakteristik Hipertensi Pada Lanjut Usia Di
Desa Buku ( Characteristics Of Hypertension In The Elderly ).
2020;5(2):35–42.
6. Maulana N. Pencegahan dan Penanganan Hipertensi Pada Lansia. J Peduli
Masy [Internet]. 2022;4(1):163–8. Available from:
https://jurnal.globalhealthsciencegroup.com/index.php/JPM/article/view/
992/784
7. Bete D, Kurniyanti MA, Mayasari SI. Terapi Tertawa Terhadap Tekanan
Darah Pada Lansia Dengan Hipertensi [Internet]. Available from:
http://journal.stikeskendal.ac.id/index.php/Keperawatan
8. Organization WH. Hypertension. 2023;
9. Dinkes jawa tengah. Buku Profil Jawa Tengah Tahun 2021. 2021. 123 p.
10. Semarang DKK. Sistem Pelaporan Terpadu Simpus 10 Besar Penyakit di
Puskesmas. Semarang;
11. Yıldırım S. terapi tertawa. 2018;1(21):1–9.
12. mahadika. KonsepKeluarga. J Publ. 2019;5(2):5–24.
13. Alfianto ahmad guntur, Dewi eltanina ulfameytalia, Sholihat N, Falah M,
Wahyuningrum ari damayanti, Lestari yufi aris, et al. Konsep Dan
Aplikasi Keperawatan Keluarga. Jawa Barat, CV.Media Sains Indonesia;
2022.
14. Dedeh husnaniyah, S.kep., Ns. M ke., Riyanto, S.kep., Ns. M ke., Kamsari,
S.kep., Ns. M ke. Buku Ajar Keperawatan Keluarga. Yogyakarta,cv budi
utama; 2022.
15. Harnilawati, s.kep. N. konsep dan proses keperawatan keluarga. sulawesi
utara,pustaka as salam; 2013.
16. Noviyanti retno dewi. Teh Daun Jati Cina dan Daun alpukat kaya manfaat
bagi kesehatan lansia. Solo, Surakarta; 2022.
17. Rahayu DYS. Buku Saku Model Simpel Pengkajian Keperawatan Gerontik
Pada Lansia Pesisir. Nita NF, editor. Kendari; 2020.
18. Tp amalia senja. Perawatan lansia oleh keluarga daan care giver. jakarta;
19. A wisoedhanie widi. depresi pada lansia di masa pandemi covid-19.
jakarta; 2021. 64 p.
20. HIPERTENSI BS. Hipertensi Si Pembunuh Senyap “Yuk kenali
pencegahan dan penangananya.” Buku Saku. 2021. 7–16 p.
21. Ns. Rully Annisa, S.Kep. MK, Ainul Mufaidah, S.Kep., Ns. MK, Ns. Marta
Tania Gabriel Ching Cing, S.Kep. MK, Syokumawena, S.Kep, Ns. MK,
Ns. Erika Nurwidiyanti, S.Kep. MK, Heny Marlina Riskawaty, S.Kep. MK,
et al. Keperawatan Medikal Bedah. Jawa Barat, CV.Media Sains Indonesia;
2022.
22. Fitri Tambunan F, Nurmayni, Rapiq Rahayu P, Sari P, Indah Sari S,
Depkes, et al. Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia. Vol. 8,
Buku. 2021. 73 p.
23. Hipertensi P. Penatalaksanaan hipertensi 2019. 2019;
24. Tika TT. Pengaruh Pemberian Daun Salam (Syzygium Polyanthum) Pada
Penyakit Hipertensi : Sebuah Studi Literatur. J Med [Internet].
2021;03(01):1260–5. Available from:
http://www.jurnalmedikahutama.com/index.php/JMH/article/download/263
/177
25. apriyani puji hastuti MK. Hipertensi. In: e book. p. 89 halaman.
26. Los UMDECDE.Patofisiologi Hipertensi.
27. Amiruddin MA, Danes VR, Lintong F. Analisa Hasil Pengukuran Tekanan
Darah antara Posisi Duduk dan Posisi Berdiri pada Mahasiswa Semester
VII (Tujuh) TA. 2014/2015 Fakultas Kedokteran Universitas Sam
Ratulangi. J e-Biomedik. 2015;3(April):125–9.
28. Lita, Hamid A, Anggrreini SN, Kasrin R. Tekanan Darah & Musik Suara
Alam : Mengkaji Pengaruh, Manfaat, dan Peranan Musik bagi Tekanan
Darah. Surabaya: Penerbit Global Aksara Press; 2021. p. 1–9.
29. Scanlon PH. Diabetic Retinopathy. Textb Diabetes Fourth Ed.
2010;5(1):575–98.
30. Perseden gordon W. buku ajar praktis bedah mulut.
31. Maria Aguatina Making, S.Kep., Ns. MK, Agustina Boru Gulton, S.Kp.
MK, Ns.Meta Rosaulina, S.Kep. MK, Veronika Toru, S.Kep. NMK,
Ns.Servasius To’o Jala Mulu, S.Kep. MK, Ineke Noviana, S.Tr.Kep. MTK,
et al. Perawatan Luka Dan Terapi Komplementer. Jawa Barat, CV.Media
Sains Indonesia); 2022.
32. Rukajat A. Pendekatan Penelitian Kuantitatif: Quantitative Research
Approach. Deepublish; 2018.
33. Mascruroch. Buku Pedoman Etika Keperawatan. Yogyakarta, Alexander
Books; 2019.
Lampiran 1

JADWAL KEGIATAN

Nama : Dedi Kurniawan

NIM : 20101440120026

Judul Penelitian : Penerapan Terapi Tertawa Untuk Menurunkan Tekanan

Darah Pada Lansia Dengan Hipertensi Di Keluarga

Wilayah Binaan Puskesmas Sekaran Semarang

Dosen Pembimbing : Ns. Margiyati, M.Kep

KEGIATAN JANUARI FEBRUARI MARET APRIL MEI JUNI JULI AGUSTUS


MINGGU MINGGU MINGGU MINGGU MINGGU MINGGU MINGGU MINGGU
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
PEMINATAN
KTI
PENYUSUNAN
PROPOSAL KTI
UJIAN DAN
REVISI
PROPOSAL
PENGURUSAN
ETHICAL
CLEARENCE
PENGAMBILAN
KASUS KTI
PENYUSUNAN
KTI
UJIAN DAN
REVISI KTI
YUDISIUM
Lampiran 2

PENJELASAN UNTUK MENGIKUTI PENELITIAN


(PSP)

1. Kami adalah peneliti berasal dari Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan


Kesdam/IV Diponegoro Semarang dengan ini meminta anda untuk
berpartisipasi dengan sukarela dalam penelitian yang berjudul ” Penerapan
Terapi Tertawa Untuk Menurunkan Tekanan Darah Pada Lansia Dengan
Hipertensi Di Keluarga Wilayah Binaan Puskesmas Sekaran Semarang”.
2. Tujuan dari studi kasus ini adalah untuk menggambarkan penerapan
edukasi untuk meningkatkan pengetahuan keluarga tentang perawatan luka
kaki diabetes. Studi kasus ini akan berlangsung selama 6 hari.
3. Prosedur menggunakan kuesioner pemahaman tentang perawatan luka
kaki diabetes untuk mengukur pengetahuan keluarga dan pasien tentang
perawatan luka kaki diabetes.
4. Keuntungan yang anda dan keluarga anda peroleh dalam keikutsertaan
anda dan keluarga anda pada studi kasus ini adalah anda dan keluarga anda
turut terlibat aktif mengikuti pengembangan pengetahuan asuhan atau
tindakan yang diberikan.
5. Nama dan jati diri anda dan keluarga anda beserta informasi yang anda
dan keluarga anda sampaikan akan tetap dirahasiakan.
6. Jika anda dan keluarga anda membutuhkan informasi sehubung dengan
penelitian ini, silahkan menghubungi peneliti pada nomor HP:
081916748667

Penulis

Dedi Kurniawan
NIM 20101440120026
Lampiran 3

INFROMED CONCENT
(Persetujuan Menjadi Partisipan)

Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa saya telah mendapat

penjelasan secara rinci dan telah mengerti mengenai penelitian yang di lakukan

oleh Dedi Kurniawan dengan judul “Penerapan Terapi Tertawa Untuk

Menurunkan Tekanan Darah Pada Lansia Dengan Hipertensi Di Keluarga

Wilayah Binaan Puskesmas Sekaran Semarang”.

Saya memutuskan setuju untuk ikut berpartisipasi pada penelitian ini secara

sukarela tanpa paksaan. Bila selama penelitian ini saya menginginkan

mengundurkan diri, maka saya dapat mengundurkan sewaktu- waktu tanpa sanksi

apapun.

Peneliti, ………………………………2023

Yang memberikan persetujuan

Dedi Kurniawan

NIM 20101440120026
Lampiran 4

STANDAR OPERASIONAL PROSEDURE (SOP)

TERAPI TERTAWA

NO. DOKUMEN NO REVISI HALAMAN


PROSEDUR TERAPI
TANGGAL TERBIT DITETAPKAN OLEH

1 Pengertian Terapi tertawa adalah trtawa spontan tanpa adarangsangan

tertawa, baik itu rangsangan emotif maupun kognitif yang

dilakukan secara terstruktur dengan tujuan terapi. Terapi

tawa adalah terapi yang digunakan untuk menurunkan

stress dan masalah kesehatan fisik dan psikologis lainnya

dengan cara tertawa secara terprogram

2 Tujuan 1. Menghilangkan ketegangan

2. Menyembuhkan sakit kepala

3. Membantu menyembuhkan penyakit tekanan darah

tinggi dan kanker

4. Menghilangkan stress

5. Mengurangi asma dan bronchitis

6. Mencegah penyakit jantung

7. Memperlancar peredaran darah

8. Meningkatkan relaksasi tubuh dengan cara melatih

jantung,paru-paru,otot-otot perut,dada,bahu
mengaktifkan system endokrin (merangsang

susunan saraf pusat) dan memperlancar peredaran

darah tubuh.

9. Menjadikan hidup lebih nyaman, senang, tenang,

sehat dan rileks

3 Indikasi Pasien dengan hipertensi

4 Kontraindikasi Pasien dengan kelainan fisik (tuli, buta)

5 Persiapan Tempat Rumah pasien

6 Persiapan Mempersiapan kesiapan keluarga dan pasien

Pelaksanaan a. Minta peserta bertepuk tangan seirama secara bersama


sama sambil mengucapkan Ho-Ho, Ha-Ha-Ha (1-2, 1-
2,-3) sebanyak 2 sampai 3 kali, ingatkan peserta untuk
saling mempertahankan kontak mata sesame peserta;
b. Anjurkan peserta mengambil nafas dalam sambil
mengangkat kedua tangan, lalu turunkan kedua tangan
dan hembuskan nafas sambil mengucap Ha-Ha, ha-ha-
ha ulangi 2-3 kali, ingat peserta untuk saling kontak
mata. Biarkan peserta tertawa;
c. Lakukan latihan peregangan leher, bahu,
tangan,lengan,dan kaki(bila perlu) sebelum bertahap
terpi tertawa selanjutnya;
d. Tawa bersemangat : minta peserta tertawa Ha-ha
sambil mengangkat kedua tangan keatas dan kepala
mendongkak ke belakang dan tertawa ho-ho sambil
turun tangan, anjurkan peserta untuk merasakan
tertawa keluar dari hati, ulangi 2-3 kali ingatkan
peserta untuk saling kontak mata, dan biarkan peserta
tertawa;
e. Tawa sopan: Mengatupkan kedua telapak tangan dan
letakkan di dada,minta peserta saling menyapa dengan
sedikit menundukan kepala dalam kelompok,sambil
tertawa ha-ha,ha-ha, ulangi 2-3 kali peserta dapat
berjalan keliling mendekati peserta lain untuk saling
sapa namun tetap berada dalam satu kelompok terapi.
Ingatkan peserta untuk pertahankan kontak mata,dan
biarkan peserta saling tertawa;
f. Tawa penghargaan : Minta peserta saling memberikan
pujian dengan mengangkat kedua tangan sambil
tertawa ha-ha, ha-ha-ha, anjurkan peserta untuk saling
mendekati dan memberikan jempol kepada setiap
peserta, ingtkan untuk pertahankan kontak mata, dan
biarkan peserta saling tertawa;
g. Tawa milk shake: Minta peserta pura-pura
memengang dua gelas susu atau kopi dan minta saling
menuangkan sambil mengucapkan ho-ho,ha,ha,ha;
h. Tawa bersekadung dengan mulut terkadup: minta
peserta untuk tertawa dengan mulut tertutup dan hanya
mengeluarkan senandung hmmmmmm….
Saatbersenandung,peserta diminta saling berhadap
satu dengan yang lainnya, peserta dapat berjalan
keliling mendekati peserta lain yang jauh dari
jangkauan namun tetap berada dalam satu kelompok
terapi,pertahankan kontak mata, dan biarkan tertawa;
i. Tawa bantahan : minta peserta tertawa sambil
menundingkan jari saling membantah sambil tertawa
ha-ha,ho-ho-ho, ulangi 2-3 kali,pertahankan kontak
mata, biarkan tertawa;
j. Tawa memanfaatkan : meminta peserta saling
bersalaman atau dapatberpelukan sambil tertawa ha-
ha-ha, rasakan tertawa keluar dari hati ulangi 2-3;
k. Minta peserta berpegangan tangan sambil tertawa dan
mengatakan : aku bahagia, sehat, dan sejahtera .
Ha…..ha….ha….

Terminasi 1. Minta peserta mengambil posisi tenang dan rileks


dengan menarik napas dalam selama hitungan
satu,dua,tiga, dan hembuskan lewat mulut dengan
membentuk bibir seperti bersiul.Hembuskan nafas
dilakukan selama hitungan empat,lima,enam,tujuh.
Peserta dapat menutup mata saat menarik napas dan
membuka mata saat menghembuskan ulangi 2-3 kali
2. Minta peserta minum air putih 1 gelas untuk
meningkatkan relaksasi yang lebih baik terapi tertawa.
Lampiran 5

SOP
PENGUKURAN TEKANAN DARAH

PROSEDUR TERAPI NO DOKUMEN NO REVISI HALAMAN

TANGGAL TERBIT DITETAPKAN OLEH

1 PENGERTIAN Pengukuran tekanan darah adalah


metodepemeriksaan tekanan darah dengan
menggunakan sphgmomanometer (tensimeter air
digital)
2 TUJUAN Sebagai salah instrument untuk mengukur nilai
tekanan darah sistolik dan distolik pada subjek.
3 INDIKASI Penderita hipertensi yang kurang dalam
melaksanakan latihan fisik secara teratur
4 KONTRAINDIKASI Penderita hipertensi yang mempunyai komplikasi
dengan penyakit jantung dan gagal ginjal.
5 PERSIAPAN 1. Mengucapkan salam dan meperkenalkan diri
kepeda subjek
2. Memastikan identitas subjek
3. Menjelaskan maksud, tujuan dan prosedur
pengukuran tekanan darah dengan bahsa yang
dimengerti
4. Menyiapkan peralatan yang dibutuhkan
5. Mencuci tangan sebelum kontak langsung
dengan subjek
6. Me mberikan dan mengkondisikan suasana
yang nyaman untuk pengukuran tekanan darah
6 PERSIAPAN KLIEN 1. Memberikan privasi untuk subjek atau
memposisikan subjek sesuai kebutuhan untuk
pengukuran tekanan darah
2. Memastikan pasien beristirahat setidaknya
sekitar 5 menit sebelum dilakukan pengukuran
dan pastikan pasien nyaman.
7 PROSEDUR 1. Masukkan ujung pipa manset pada bagian alat.
PELAKSANAAN 2. Perhatikan arah masuknya perekat manset.
3. Pakai manset, perhatikan arah selang
4. Singsingkan lengan baju pada lengan bagian
kanan pasien. Apabila pasien menggunakan
baju berlengan panjang, singsingkan lengan
baju ke atas tetapi pastikan lipatan baju tidak
terlalu ketat sehingga tidak menghambat aliran
darah di lengan.
5. Pastikan posisi selang sejajar dengan jari
tengah, dan posisi tangan terbuka ke atas.
Jarak manset dengan garis siku lengan kurang
lebih 1-2 cm. Jika manset sudah terpasang
dengan benar, rekatkan manset.
6. Setelah manset terpasang dengan baik,
pastikan pasien duduk dengan posisi kaki tidak
menyilang tetapi kedua telapak kaki datar
menyentuh lantai. Letakkan lengan kanan
responden di atas meja sehinga manset yang
sudah terpasang sejajar dengan jantung pasien.
7. Tekan tombol “START/STOP” untuk
mengaktifkan alat.
8. Instruksikan pasien untuk tetap duduk tanpa
banyak gerak, dan tidak berbicara pada saat
pengukuran.
9. Biarkan lengan dalam posisi tidak tegang
dengan telapak tangan terbuka ke atas.
Pastikan tidak ada lekukan pada pipa manset.
8 TERMINASI/ 1. Lakukan evaluasi hasil tekanan darah
EVALUASI 2. Sampaikan hasil yang positif pada subjek dan
keluarga
3. Bersihkan dan kembalikan peralatan pada
tempatnya
4. Akhiri kegiatan dengan baik.
9 DOKUMENTASI Catat hasil pemeriksaan tekanan darah sebelum dan
sesudah.
10 HAL YANG PERLU 1. Pastikan klien mampu diajak komunikasi
DI PERHATIKAN (tidak mengalami gangguan penglihatan
ataupun pendengaran).
2. Pastikan tanda-tanda vital klien dalam keadaan
stabil

Lampiran 6

LEMBAR OBSERVASI SUBJEK


NO. SUBJEK : 1

HARI KE TANGGAL TD (mmHg)

Anda mungkin juga menyukai