Proposal Karya Tulis Ilmiah ini disusun sebagai salah satu persyaratan untuk
menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III Keperawatan
Diajukan oleh :
Candra Herzegovina
NIM 2010144012002l
Proposal Karya Tulis Ilmiah ini disusun sebagai salah satu persyaratan untuk
menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III Keperawatan
Diajukan oleh :
Candra Herzegovina
NIM 2010144012002l
iii
LEMBAR PERSETUJ
iv
LEMBAR PENGESAHAN
Proposal Karya Tulis Ilmiah Karya tulis Ilmiah oleh Candra Herzegovina NIM
2010144012002l dengan judul “Penerapan Art Therapy dan Brain Gym Untuk
Meningkatkan Fungsi Kognitif Pada Lansia Dengan Demensia di Keluarga
Wilayah Binaan Puskesmas Gunungpati Kota Semarang”, telah dipertahankan di
depan dewan penguji pada tanggal………...
Dewan Penguji
Mengetahui
Ketua STIKES Kesdam IV/Diponegoro
v
KATA PENGANTAR
v
6. Teman-teman Angkatan “WIRASURYA - XXVI” dan sahabat telah
memberikan dukungan, semangat serta doanya, yang berjuang bersama dalam
pembuatan tugas akhir ini.
7. Seluruh pihak yang telah membantu penyusunan Proposal Karya Tulis Ilmiah
ini.
Semoga Allah SWT melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita
semua dan besar harapan semoga Proposal Karya Tulis Ilmiah ini dapat
bermanfaat bagi penulis dan pembaca pada umumnya. Peneliti menyadari bahwa
dalam penyusunan Proposal Karya Tulis Ilmiah ini sangat jauh dari
kesempurnaan, oleh sebab itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang dapat
membangun dari berbagai pihak untuk memperbaiki penyusunan Proposal Karya
Tulis Ilmiah ini.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Candra Herzegovina
NIM. 2010144012002l
vi
DAFTAR ISI
vii
3. Masalah Yang Terjadi Dalam Kehidupan Lansia .................. 14
3. Stadium Demensia................................................................ 21
viii
2. Manfaat Brain Gym .............................................................. 33
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
ix
DAFTAR TABEL
x
DAFTAR LAMPIRAN
xi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu
suatu keluarga terdapat individu salah satunya tinggal bersama lanjut usia,
atas atau kelompok pada manusia yang telah masuk ke tahap akhir dari fase
kehidupanya dimana yang dikategorikan lansia ini akan terjadi suatu proses
60 tahun ke atas adalah 1 miliar. Jumlah ini akan meningkat menjadi 1,4
miliar pada tahun 2030 dan 2,1 miliar pada tahun 2050. Peningkatan ini
terjadi dengan kecepatan yang belum pernah terjadi sebelumnya dan akan
Indonesia sudah mencapai 28,8 juta atau 11,34% dari total populasi. Pada
2
(BPS) 2020, lansia di Kota Semarang didominasi oleh lansia muda (60-69
tahun) yang mencapai 77,22 %, selanjutnya diikuti oleh lansia madya (70-79
tahun) sekitar 20,01 % dan lansia tua (80 tahun ke atas) sekitar 2.77 %.(5)
masalah kesehatan yang dialami, mulai dari perasaan tidak berguna, mudah
pusat pengaturan sistem tubuh dan pusat kognitif merupakan salah satu organ
tubuh yang sangat rentan terhadap proses penuaan atau biasa disebut
mengalami demensia.(7)
otak yang dapat bersifat kronik maupun progresif dan dapat memperlambat
gejala yang menggangu fungsi otak, ditandai dengan sifat mudah lupa atau
pikun. Mengalami penurunan daya ingat tidak lantas membuat pasti terkena
demensia, dapat dilihat dari tingkat keparahan yang beragam seperti di mulai
dunia, sekitar 55 juta orang menderita demensia, dengan lebih dari 60%
akan meningkat menjadi 78 juta pada tahun 2030 dan 139 juta pada tahun
2050.(10) Indonesia sendiri dari total 220 juta penduduk yang ada, akan
penderita demensia diperkirakan akan meningkat dari 13,7 juta jiwa pada
satu penyakit pada urutan ke tujuh yang menyebabkan kematian, dan salah
apabila tidak dapat tertangani dengan baik, diantaranya seperti dampak fisik,
psikologis, sosial dan ekonomi, tidak hanya bagi orang yang hidup dengan
dan perawatan.(10)
maksimal.(8) Hal ini peran perawat keluarga sangat dibutuhkan para lansia
kognitif pada lansia harus dilakukan lebih mudah dan efektif selain terapi
Rehabilitation Therapy (CRT) dimana salah satu dari intervensi itu ialah
pemberian terapi seni atau art therapy dan terapi aktivitas seperti senam otak
atau brain gym.(13) Art therapy merupakan salah satu terapi seni yang dapat
demensia.(14)
berada di lobus frontalis (di bagian dahi) terutama bagian otak sisi kanan,
pusat berbahasa di lobus frontalis dan temporalis terutama bagian otak sisi
6
kiri, pusat visuospasial (persepsi dan orientasi) di lobus parietal (di bagian
atas otak) terutama bagian otak sisi kanan, pusat daya ingat di lobus
temporalis (di bagian pelipis otak), untuk daya ingat visual (apa yang dilihat)
di belahan otak sisi kanan otak sebagai pusat kegiatan tubuh akan
meningkatkan fungsi tersebut, salah satunya dengan art therapy. Terapi seni
atau art therapy upaya untuk menghambat penurunan fungsi kognitif akibat
Senam otak atau brain gym merupakan salah satu jenis olahraga
yang manfaatnya tidak hanya memperlancar aliran darah dan oksigen ke otak
saja melainkan juga dapat merangsang kedua belahan otak untuk bekerja.(7)
Alasan senam otak dapat dijadikan sebagai salah satu terapi yang digunakan
untuk mengaktifkan kembali hubungan saraf antara tubuh dan otak sehingga
organ tubuh terutama pada otak. Sel-sel otak pada lansia akan mulai tidak
berfungsi secara maksimal apabila tidak diberikan satu latihan yang dapat
spesifik tugasnya, misalnya untuk aplikasi gerakan senam otak dipakai istilah
demensia lateralis untuk belahan otak bagian kiri dan kanan, demensia
pemfokusan untuk bagian belakang otak (batang otak dan brain stem), dan
bagian otak depan (frontal lobus), serta demensia pemusatan untuk sistem
Perpaduan intervensi terapi art therapy dan brain gym ini dapat
dapat meningkatkan kognitif dan daya ingat pada lansia. Art therapy dan
minggu pertama dilakukan terapi seni atau art therapy terlebih dahulu berupa
menggambar dan pada minggu kedua dilakukan pemberian terapi senam otak
atau brain gym.(14) Penerapan art therapy dan brain gym dengan
kognitif. Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh art
therapy dan brain gym terhadap fungsi kognitif pada lansia dengan
demensia.(13)
Prihatin Putri, Prof. Elly Nurrachmah, dkk pada tahun (2017) yang
melakukan penelitian tentang pengaruh latihan senam otak dan art therapy
demensia sesudah dan sebelum dilakukan latihan senam otak dan art
Rizky Erwanto, Thomas Aquino pada tahun (2017) yang juga melakukan
penelitian terkait efektifitas art therapy dan brain gym terhadap fungsi
terlebih dahulu kemudian pada minggu kedua dengan brain gym. Pada
penelitian ini didapatkan hasil penelitian dimana nilai median skor fungsi
penerapan terapi seni art therapy dan brain gym untuk meningkatkan fungsi
Therapy dan Brain Gym Untuk Meningkatkan Fungsi Kognitif Pada Lansia
Semarang”.
9
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan fenomena tersebut maka rumusan masalah dalam studi kasus ini
Tujuan dari studi kasus ini adalah menggambarkan Penerapan Art Therapy
dan Brain Gym Untuk Meningkatkan Fungsi Kognitif Pada Lansia Dengan
Semarang.
1. Bagi Masyarakat
seni atau art therapy dan terapi latihan fisik berupa senam otak atau
melalui penerapan terapi seni atau art therapy dan terapi latihan fisik atau
10
demensia.
3. Penulis
metode penelitian. Studi kasus ini juga dapat menjadi bahan informasi
intervensi art therapy dan brain gym untuk meningkatkan fungsi kognitif
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian Keluarga
Keluarga mengacu pada dua individu atau lebih yang dimana saling
secara emosional, fisik, dan ekonomi.(18) Dalam arti yang luas keluarga
mereka yang memiliki hubungan personal dan saling timbal balik dalam
2. Fungsi Keluarga
Keluarga Dilengkapi Riset dan Praktik tahun (2021), mengatakan ada lima
fungsi keluarga antara lain sebagai berikut yang tertera pada tabel 2.1 (19):
Fungsi Keterangan
Fungsi Afektif Meliputi persepsi keluarga tentang pemenuhan kebutuhan psikososial.
Komponen yang perlu dipenuhi pada fungsi ini, antara lain :
memelihara saling asuh, keseimbangan saling menghargai, rasa kasih
sayang, keterpisahan dan keterpaduan.
Fungsi Merupakan fungsi yang memiiki peran dalam proses perkembangan
Sosialisasi individu agar menghasilkan interaksi sosial dan dapat membantu
individu untuk melaksanakan perannya dalam lingkungan sosial.
Fungsi Merupakan fungsi untuk meneruskan kelangsungan keturunan serta
Reproduksi menjaga kelangsungan hidup keluarga.
Fungsi Berfungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi dan
Ekonomi tempat untuk mengembangkan kemampuan individu supaya dapat
meningkatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan di keluarga.
10
11
Tahap Keterangan
Tahap 1: Keluarga Membangun pernikahan yang saling memuaskan
dengan pasangan baru pasangannya, membina hubungan harmonis dengan keluarga
besar, dan merencanakan program memiliki keturunan.
Tahap 2 : Keluarga Membentuk keluarga dengan kondisi stabil dan
dengan anak pertama mempersiapkan diri untuk beradaptasi dengan kehadiran bayi,
(anak pertama hingga memperbaiki hubungan jika terjadi konflik dalam pemenuhan
berusia 30 bulan) perkembangan keluarga beserta kebutuhan keluarga lainnya,
menciptakan hubungan pernikahan harmonis, serta
mempererat hubungan keluarga dengan keluarga besar.
Tahap 3 : Keluarga Memiliki tugas memenuhi kebutuhan antar anggota keluarga
dengan anak usia pra seperti rumah, keamanan dan ruang privasi, mensosialisasikan
sekolah (anak pertama anak dengan lingkungan sekitar, mengabungkan anak yang
berumur 2,5 – 6 tahun) masih kecil sebagai anggota keluarga baru dengan tetap
memperhatikan kebutuhan anak, mempertahankan hubungan
yang sehat dalam keluarga baik itu antara suami istri, anak ke
orang tua nya, bahkan hubungan keluarga besar dengan
masyarakat di lingkungan sekitar.
Tahap 4 : Keluarga Mensosialisasikan anak untuk meningkatkan prestasi anak,
dengan anak usia membantu anak bersosialisasi dengan teman sebaya,
sekolah (anak pertama mempertahankan hubungan pernikahan yang bahagia dan
berumur 7 – 13 tahun) harmonis, serta memenuhi kebutuhan fisik anggota keluarga.
Tahap 5 : Keluarga Menyeimbangkan kebebasan dan tanggung jawab pada anak
dengan anak remaja remaja, memfokuskan hubungan pernikahan, dan menciptakan
(anak pertama berumur komunikasi terbuka antara orang tua dan anak.
13 – 20 tahun)
Tahap 6 : Keluarga Memperluas hubungan keluarga dengan memaksukkan
melepaskan anak anggota keluarga baru dari pernikahan anaknya,
dewasa muda dimana memperbaharui kembali pernikahan, dan membantu orang tua
anak meninggalkan dari suami atau istri yang sudah lansia maupun yang sedang
rumah) sakit.
12
Peran perawat keluarga sebagai berikut yang tertera pada tabel 2.3 (20) :
Peran Keterangan
Pelaksana Memberikan pelayanan keperawatan dengan pendekatan proses
keperawatan, mulai pengkajian sampai dengan evaluasi. Kegiatan yang
dilakukan bersifat promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif.
Pendidik Mengidentifikasi kebutuhan, menentukan tujuan, mengembangkan,
merencanakan, serta memberikan pendidikan kesehatan agar keluarga
berperilaku sehat secara mandiri.
Konselor Memberikan konseling kepada individu atau keluarga dalam
mengintergasikan pengalaman kesehatan dengan pengalaman yang lalu
untuk membantu mengatasi masalah kesehatan keluarga.
Kolaborator Melaksanakan kerja sama dengan berbagai pihak terkait dengan
penyelesaian masalah kesehatan di dalam keluarga.
1. Pengertian Lansia
sering mengalami berbagai perubahan baik itu secara fisik, mental maupun
beberapa lansia menjadi depresi atau merasa tidak senang saat memasuki
masa usia lanjut, mereka cenderung tidak efektif dalam pekerjaan dan
ini akan mengalami suatu proses yang disebut dengan Anging Process atau
proses penuaan.(3)
14
2. Batasan Lansia
b. Kelompok usia lanjut dini (55-64 tahun) adalah kelompok dalam masa
d. Kelompok usia lanjut dengan risiko tinggi (lebih dari 70 tahun) adalah
kelompok usia lanjut yang hidup sendiri dan menderita penyakit berat.
Masalah Keterangan
Masalah Kondisi ini dapat dilihat dari angka kesakitan lansia dimana kondisi
Fisik tersebut berdampak pada fungsi dan kemampuan dalam melakukan
kegiatan sehari-hari, seperti radang persendian, fungsi penginderaan yang
menurun, berkurangnya kepadatan tulang, daya tahan tubuh menurun,
kemampuan koordinasi dan dalam melakukan aktivitas berkurang, serta
kemampuan peregangan jantung dan toraks berkurang.
Masalah Seperti penurunan daya ingat, kemampuan dalam memahami,
Kognitif kemampuan belajar, pemecahan masalah, pengambilan keputusan, dan
motivasi, serta sulit untuk bersosialisasi dengan masyarakat sekitar.
Terjadi karena berbagai faktor seperti usia, jenis kelamin, pendidikan,
pekerjaan, riwayat penyakit penyerta yang berkaitan dengan sistem saraf
(seperti demensia), status gizi, dan hereditas.
Masalah Biasanya yang dialami pada lansia berupa keterasingan dari masyarakat
Emosional sekitar yang berkaitan dengan terjadinya penurunan fungsi fisik,
perubahan kepribadian, peran, dan minat terutama terjadi pada lansia
yang sudah pensiun, serta mengalami kehilangan pasangan.
Masalah Kesehatan spiritual digambarkan bagaiamana lansia memiliki
Spiritual keharmonisan untuk saling menjalin kedekatan antara diri dengan orang
lain, alam, dan Tuhan. Permasalahan spiritual yang dialami lansia akan
mempengaruhi kualitas hidup yang berkaitan dengan pencapaian tujuan
hidupnya.
Menurut Maryam et al. dalam Hutagalung (2020), ada beberapa tipe lansia
fungsi kognitif yaitu usia, jenis kelamin, status mental dan emosional.,
Memasuki usia lanjut, penurunan fungsi kognitif pada lansia pun tidak
menurunnya daya ingat atau biasa disebut dengan pikun. Penyebab lansia
mengalami pikun atau penurunan daya ingat bisa berbeda antara wanita
Kondisi fisik pada perempuan yang kurang sehat atau prima dapat
hari, risikonya dapat mengalami demensia 3,5 kali lipat jauh lebih
besar dari pada yang masih bisa bergerak secara mandiri tanpa
2) Depresi
3) Relasi Sosial
memiliki hubungan dekat dengan orang lain. Baik itu dari keluarga
gangguan pola tidur. Tentunya, siklus tidur yang tidak teratur atau
1) Kondisi Medis
daya ingat, fokus, bahasa, dan juga orientasi. Aspek yang paling
2) Berat Badan
karena adanya tumpukan lemak dan pola makan tidak sehat bisa
Ada beberapa dampak penurunan fungsi kognitif pada lansia yaitu (26) :
mandi.
game
f. Mencegah stroke
g. Mencegah diabetes
h. Menjalani pola hidup yang sehat dengan mengatur pola makan disiplin
1. Pengertian Demensia
2. Etiologi Demensia
Penyebab umum dari demensia sebagai berikut yang tertera pada tabel 2.7
Penyebab Keterangan
Degeneratif Seperti penyakit Alzheimer, Parkinson, Pick, Huntington, Wilson,
Hallervorden-Spartz, demensia frontotenporal, dan demensia dengan
Lewy bodies.
Vaskuler Seperti demensia multi-infark, demensia amyloid, vaskulitis, dan
CADASIL (Cerebral Autosomal Dominant Arteriopathy With
Subcortical Infarcts And Leukoencephlpathy).
Trauma Seperti subdural hematoma, demensia pugilistica, dan anoxic brain
injury.
Inflamasi Seperti HIV, meningitis kronis (tuberculosis, cryptococcosis,
(radang) dan cysticercosis, sifilis, dan penyakit Creutzfeldt-Jakob).
Infeksi
Neoplasia Seperti tumor otak primer.
(keganasan)
Obat atau Seperti obat golongan beta bloker, neuroleptik, antidepresan,
Toksin antikonvulsan (anti kejang), penghambat reseptor histamin,
penghambat dopamin, penyalahgunaan (alkohol, kokain, mariyuana,
methamphetamine), timah, merkurium, dan arsen.
Psikiatris Seperti depresi, gangguan kepribadian, dan gangguan cemas.
21
3. Stadium Demensia
ingat dan fungsi kognitif lainnya, berikut adalah tingkat stadium demensia
4. Patofisiologi Demensia
yaitu berat otak akan menurun sekitar 10% pada penuaan antara usia 30
22
metabolik, nutrisi, dan toksisitas baik itu secara langsung maupun tidak
sehingga jumlah neuron akan menurun dan akan menggangu fungsi dari
terjadinya demensia.(31)
pelupa)
CAMDEX
Memasuki lanjut usia ada beberapa masalah yang dialami oleh para
lansia, diantaranya seperti masalah kognitif, fungsi kognitif pada lansia itu
kognitif saja dan fungsi mental tanpa menanyakan terkait pola pikiran dan
di mulai dari angka 100 atau mengeja kata WAHYU secara terbalik
diulang sebelumnya)
atensi, dan kalkulasi, recall dan bahasa yang terdiri dari penamaan benda,
tulisan, menulis, dan menyalin gambar. Total skor pada MMSE jika semua
9. Penatalaksanaan Demensia
a. Terapi Farmakologi
Meliputi :
3) Obat anti-inflamasi
27
Meliputi :
5) Terapi rekreasi
7) Terapi musik
Art therapy atau yang biasa disebut dengan terapi seni merupakan
sebuah teknik yang didasari pada gagasan bahwa ekspresi kreatif mampu
Terapi seni atau art therapy yang dapat dilakukan salah satunya adalah
partisipasi mereka para penderita demensia. Karena dalam proses terapi ini
Berikut ini ada beberapa manfaat dari art therapy, yaitu (15) :
29
a. Secara Fisik
tangan.
b. Secara Sensori
input sensori.
c. Secara Kognitif
d. Secara Komunikasi
orang disekelilingnya.
dan keunikan.
Dalam beberapa kasus yang ada, terapi ini juga dapat dilakukan bersama
a. Depresi
b. Masalah penuaan
31
d. Gangguan makan
e. Gangguan ansietas
f. Kondisi medis
h. Stress
i. Masalah psikososial
Art therapy atau terapi seni dapat dilakukan dengan beberapa cara
gambar.
kemampuan otak pada lansia yaitu dengan melakukan latihan senam otak.
Senam otak atau brain gym merupakan serangkaian gerak sederhana yang
tingkat konsentrasi otak, dan juga sebagai jalan keluar bagian otak yang
siapa saja. Gerakan senam otak dapat merangsang atau menstimulasi otak
melalui olah tangan dan kaki, selain itu mampu meningkatan kemampuan
33
sehingga pasokan oksigen ke otak akan meningkat dan tubuh akan terasa
lebih bugar serta kesehatan otak bertambah. Selain itu, juga bermanfaat
Manfaat dari senam otak akan lebih maksimal apabila dilakukan secara
hubungan antar manusia serta suasana belajar atau kerja lebih rileks dan
berkurang.(7)
Pelaksanaan latihan senam otak terdapat dari beberapa gerakan, antara lain
2) Gerakan 8 Tidur (Lazy Eight’s) a) Berdiri tegak menghadap satu titik yang
terletak pada satu titik setinggi mata.
b) Kemudian dengan menggunakan tangan
kiri menggenggam membuat angka 8
tidur dimana titik tadi merupakan titik
tengah dari angka 8 tidur yang dibuat.
c) Kemudian lakukan hal yang sama dengan
tangan kanan.
d) Masing-masing tangan melakukan
sebanyak 3 kali.
34
3) Gerakan Gajah (The Elephant) a) Gerakan yang menggambar angka
delapan tidur pada garis tengah tubuh dan
tangan membuat angka 8 tidur yang besar
dimana tangan kanan dan kiri secara
bergantian.
b) Gerakan ini dilakukan sebanyak 2 x 8
hitungan.
4) Gerakan Putaran Leher (Neck a) Gerakan kepala berputar pelan dari satu
Rolls) sisi ke sisi yang lain sambil bernafas
dalam yang dilakukan dengan mata
tertutup kemudian dengan mata terbuka.
b) Kepala diputar di posisi depan saja,
setengah lingkaran dari kiri ke kanan dan
sebaliknya.
c) Tidak disarankan memutar kepala hingga
ke belakang, gerakan dilakukan 2 x 8
hitungan.
35
6) Gerakan Pengisian Energi a) Dengan posisi duduk dan meletakkan
(Energizer) kedua telapak tangan pada kedua paha
dengan wajah menghadap ke bawah.
b) Kemudian kepala dan punggung diangkat
sambil menarik nafas.
c) Kemudian hembuskan nafas melalui
mulut pelan-pelan. Usahakan bahu
terbuka dan tetap rileks. Ulangi gerakan 3
kali.
b. Gerakan Meregangkan Otot 1) Gerakan Burung Hantu (The Owl) a) Gerakan dilakukan dengan memijat satu
(Lengthening Activities) bahu untuk membuat rileks otot leher.
b) Kemudian kepala digerakkan perlahan
menyeberangi garis tengah, ke kiri lalu ke
kanan.
c) Kemudian dilakukan dengan tangan yang
satu lagi.
d) Dimulai dari kepala tegak dan diakhiri
dengan posisi kepala menunduk.
e) Dengan hitungan 2 x 8 hitungan.
2) Gerakan Mengaktifkan Tangan a) Gerakan dilakukan dengan mengangkat
(The Active Arm) tangan kanan lurus ke atas disamping
telinga dan tangan kiri menahan tangan
kanan melalui belakang kepala.
b) Buang nafas perlahan, sementara otot-otot
diaktifkan dengan mendorong tangan ke
empat jurusan (depan, belakang, luar dan
dalam) sementara tangan yang satu
menahann dorongan tersebut.
c) Gerakan dilakukan sebanyak 2 x 8
hitungan.
d) Gerakan dilakukan pada tangan satunya
juga.
36
3) Gerakan Lambaian Kaki (The a) Gerakan dilakukan dengan cara duduk,
Footflex) kemudian pergelangan kaki diletakkan
pada lutut yang lain, tangan diletakkan
pada awal dan akhir daerah betis.
b) Kemudian telapak kaki digerakan ke
depan dan belakang sebanyak 2 x 8
hitungan.
c) Dan dilakukan pada kaki satunya.
37
d) Tarik nafas waktu lengan dan tubuh
bagian atas diangkat.
e) Ulangi sampai 3 kali kemudian ubah
persilangan kaki.
6) Gerakan Pasang Kuda-Kuda a) Gerakan dilakukan dengan cara kaki
(Grounder) dibuka dengan jarak sedikit lebar
daripada bahu.
b) Arahkan satu kaki ke samping dan tekuk
lutut, kaki lainnya tetap lurus, keduanya
disatu garis.
c) Lutut yang tertekuk bergerak dalam garis
lurus melewatii kaki, tetapi tidak lebih
jauh daripada ujung jarinya.
d) Tubuh bagian atas dan pinggul tetap
menghadap lurus ke depan, sambil kepala
serta lutut yang ditekuk berikut kakinya
menghadap ke samping.
e) Gerakan ini dilakukan 2 x 8 hitungan.
d. Gerakan Meningkatkan Energi dan Penguatan 1) Gerakan Sakelar Otak (Brain a) Tangan kanan memijat dua titik dibawah
Sikap (Energy Exercises Buttons) tulang klavikula dan tangan yang satu
and Deeppening memijat area pusar atau umbilikus.
Attitude) b) Melakukan gerakan tersebut sambil
membayangkan mengggambar kupu-kupu
8 dengan kepala tetap menatap ke depan.
c) Gerakan ini dilakukan selama 8 hitungan,
dapat dilakukan dengan tangan
sebaliknya.
38
2) Gerakan Tombol Bumi (Earth a) Satu tangan diletakkan di bawah bibir dan
Buttons) yang satunya diletakkan di tulang pubis.
b) Saat merasakan sensasi yang lebih baik
dari hubungan antara bagian atas dan
bawah dari tubuh maka lansia akan
merasakan lebih stabil dan terpusat.
c) Dilakukan selama 8 hitungan dan
dilakukan dengan tangan sebaliknya.
4) Gerakan Tombol Ruangan (Space a) Satu tangan diletakkan di atas bibir dan
Buttons) tangan yang satu diletakkan di punggung
belakang.
b) Gerakan ini dilakukan selama 8 hitungan
dan dilakukan pada tangan sebaliknya.
39
5) Gerakan Menguap Berenergi a) Diminta untuk menguap berenergi karena
(The Energetic Yawn) dapat membawa oksigen ke otak dan
meningkatkan tampilan belajar lansia.
b) Pada saat menguap, letakkan dua jari
pada kedua tangan menyentuh tempat-
tempat yang tegang di rahang menolong
menyeimbangkan tulang tengkorak serta
menghilangkan ketegangan di kepala dan
rahang.
c) Gerakan ini dilakukan sebanyak 3 kali
menguap.
6) Gerakan Pasang Telinga (The a) Menarik kedua daun telinga ke belakang
Thinking Cap) dan memijat dengan lembut dengan jari-
jari.
b) Pemijatan dimulai dari atas telinga
menyusuri lekukan telinga sampai bawah.
c) Gerakan ini dilakukan selama 2 x 8
hitungan.
40
BAB III
metode pendekatan studi kasus. Pada studi kasus ini lebih memusatkan diri
secara intensif pada suatu objek tertentu yang mempelajarinya sebagai suatu
spesifik. Studi kasus adalah suatu penelitian yang dilakukan bertujuan untuk
terdiri dari unit tunggal dimana diharuskan untuk memaparkan hasil penelitian
dengan jelas.(39) Unit tunggal merupakan satu orang atau sekelompok orang
yang terkena suatu masalah. Pada studi kasus kali ini menerapkan art therapy
dan brain gym untuk meningkatkan fungsi kognitif pada lansia dengan
Subyek dalam studi kasus ini berjumlah dua orang, dengan kriteria subyek
meliputi :
1. Kriteria Inklusi
41
42
2. Kriteria Ekslusi
C. Fokus Studi
Fokus studi kasus ini adalah penerapan art therapy dan brain gym untuk
dari mereka yang memiliki hubungan personal dan saling timbal balik
2. Lansia adalah seseorang yang memasuki usia 60-74 tahun yang mengalami
5. Art therapy atau biasa disebut dengan terapi seni merupakan salah satu
6. Brain gym merupakan salah satu upaya teknik non farmakologi untuk
otak secara maksimal dengan selang waktu pelaksaaan selama satu minggu
Instrument studi kasus yang digunakan dalam studi kasus ini adalah
kognitif pre dan post intervensi, SOP tentang art therapy (menyediakan media
seperti kertas dan spidol), SOP tentang brain gym yang sudah ditentukan.
Untuk dapat memperoleh data yang diperlukan dalam studi kasus ini,
hasil skor MMSE (Mini Mental State Examination) pre dan post penerapan
baik itu art therapy dan brain gym. Langkah-langkah pengumpulan data yang
4. Memilih klien sebagai responden yang akan diberikan art therapy dan
kuisioner skor MMSE yang telah ditentukan serta lembar observasi hasil
45
skor MMSE sebagai data pre test hari pertama dan hari ke-7 di minggu
MMSE kembali dan diinstruksikan untuk mengisi sebagai data post test
art therapy hari pertama dan hari ke-7 penerapan di minggu pertama.
therapy.
MMSE sebagai data pre test penerapan brain gym dari hari pertama dan
10. Melakukan intervensi penerapan brain gym dengan durasi waktu 20-30
menit pada minggu kedua di hari pertama. Pada hari pertama, peneliti
penerapan selesai.
46
skor MMSE kembali dan diinstruksikan untuk mengisi sebagai data post
test brain gym hari pertama dan hari ke tujuh penerapan di minggu
brain gym.
13. Menyajikan hasil pengolahan data atau hasil penelitian dalam bentuk
Pada studi kasus ini analisa data yang digunakan adalah dengan analisa
data dengan menggambarkan dan meringkas data secara ilmiah dalam bentuk
tabel atau diagram. Analisa data ini digunakan untuk menganalisis data
peningkatan fungsi kognitif pada klien lansia dengan riwayat demensia pre
Brain Gym. Cara penilaian menggunakan lembar skor MMSE (Mini Mental
terapi Art Therpy dan Brain Gym. Setelah dilakukan pengumpulan dan
47
pengolahan data serta hasil dari studi kasus tersebut, kemudian data disajikan
Etika studi kasus yang harus ditaati oleh peneliti dalam melaksanakan
studi kasus ini, terdapat beberapa asas etik yang tidak akan berubah dalam etik
dilakukan oleh dokter atau perawat, serta berhak memutuskan apa yang
terbaik bagi dirinya sehingga perlu diberikan informasi yang cukup. Klien
juga berhak untuk dihormati atas pendapat dan keputusannya, serta tidak
boleh dipaksa untuk itu perlu adanya persetujuan atau informed consent.
Semua tindakan dan pengobatan yang akan diberikan kepada klien harus
dokter dan perawat harus menyadari bahwa tindakan atau pengobatan yang
Tenaga kesehatan baik itu dokter atupun perawat harus berlaku adil dan
Pada prinsip ini berarti untuk semua tindakan yang akan dilakukan dan
kesehatan atau apapun yang berhubungan dengan klien dengan jujur penuh
Prinsip ini dibutuhkan perawat atau dokter untuk menghargai janji dan
9. Musi MA, Nurjannah. Neurosains - Menjiwai Sistem Saraf dan Otak. In:
Eko, Lintang I, editor. Kencana [Internet]. Pertama. Jakarta: Prenada
Media; 2021 [cited 2023 Feb 23]. p. 20. Available from:
https://books.google.co.id/books?id=vNBBEAAAQBAJ
10. World Health Organization. Demensia [Internet]. World Health
Organization. 2022 [cited 2023 Mar 11]. Available from:
https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/dementia
13. Putri DM, Nurrachmah PE, Gayatri D. Pengaruh Latihan Senam Otak dan
Art Therapy Terhadap Fungsi Kongitif Lansia Dengan Demensia di PSTW
Yogyakarta Unit Budi Luhur dan Abiyoso. Keperawatan. 2017;1–7.
14. Erwanto R, Amigo TAE. Efektivitas Art Therapy dan Brain Gym Terhadap
Fungsi Kognitif Lansia. Jurnal Kesehatan. 2017;10(02):1–12.
15. Putri DMP. Modul Art Therapy Pada Lansia Dengan Demensia. In: Putri
DMP, editor. Yogyakarta; 2019. p. 5–8. Available from:
http://repository.akperykyjogja.ac.id/108/1/Modul Art Therapy.pdf
16. Ramayanti ED. Pengaruh Brain Gym terhadap Fungsi Kognitif pada Lansia
Demensia. Nurs Science Journal. 2020;4(2):92.
17. Selvia David Richard, S.Kep., Ns. MKK, Srinalesti Mahanani, S.Kep., Ns.
MK. Jurnal Penelitian Keperawatan. Jurnal Penelitan Keperawatan.
2021;4(1):Hal: 26-37.
19. Wahyuni T. Buku Ajar Keperawatan Keluarga Dilengkapi Riset & Praktik -
Google Books [Internet]. Digital. Awahita R, editor. Kabupaten Sukabumi:
CV Jejak; 2021 [cited 2022 Jan 31]. 7–11 p. Available from:
https://www.google.co.id/books/edition/Buku_Ajar_Keperawatan_Keluarg
a_Dilengkap/fUY-
EAAAQBAJ?hl=id&gbpv=1&dq=fungsi+keluarga+menurut+friedman&pg
=PA7&printsec=frontcover
20. Susanto AFT. Karya Tulis Ilmiah Penerapan Kombinasi Senam Lansia dan
Musik Gamelan Untuk Tekanan Darah Pada Lansia Dengan Hipertensi Di
Wilayah Binaan Puskesmas Rowosari Semarang [Internet]. Vol. 10. 2018.
Available from:
https://doi.org/10.1103/PhysRevB.101.089902%0Ahttp://dx.doi.org/10.101
6/j.nantod.2015.04.009%0Ahttp://dx.doi.org/10.1038/s41467-018-05514-
9%0Ahttp://dx.doi.org/10.1038/s41467-019-13856-
1%0Ahttp://dx.doi.org/10.1038/s41467-020-14365-
2%0Ahttp://dx.doi.org/1
21. Suyanti Prasuci Pamungkas RS. Senam Otak Untuk Meningkatkan Fungsi
Memori Pada Lansia. Jurnal URECOL. 2021;10:858–65.
23. Eka Putri D. Hubungan Fungsi Kognitif Dengan Kualitas Hidup Lansia.
Jurnal Inovasi Penelitian. 2021;2(4):1147–52.
27. Pawitri dr. A. Penurunan Fungsi Kognitif pada Lansia: Penyebab dan Cara
Mencegahnya [Internet]. Sehatq. 2023 [cited 2023 Mar 12]. Available
from:https://www.sehatq.com/artikel/ini-pemicu-penurunan-fungsi-
kognitif-pada-lansia
28. Rizky Fajar Bahtiar AK. Mampukah Latihan Otak Meningkatkan Fungsi
Kognitif pada Lansia [Internet]. Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan.
2023 [cited 2023 Mar 12]. Available from:
https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/2053/mampukah-latihan-otak-
meningkatkan-fungsi-kognitif-pada-lansia
29. Wang A. Menuju Hidup Sehat dan Panjang Umur - Google Books
[Internet]. Pertama. Ryan dan Suprianto, editor. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama; 2014 [cited 2023 Feb 25]. 74 p. Available from:
https://www.google.co.id/books/edition/Menuju_Hidup_Sehat_dan_Panjan
g_Umur/3KBLDwAAQBAJ?hl=id&gbpv=1&dq=demensia+adalah&pg=P
A74&printsec=frontcover
30. Djibrael FF. Asuhan Keperawatan Lansia Pada Ny. F.P Dengan Demensia
Di UPT. Panti Sosial Penyatuan Lanjut Usia Budi Agung Kupang
[Internet]. Vol. 1, Journal of Materials Processing Technology. Poltekkes
Kemenkes Kupang; 2018. Available from:
http://dx.doi.org/10.1016/j.cirp.2016.06.001%0Ahttp://dx.doi.org/10.1016/j
.powtec.2016.12.055%0Ahttps://doi.org/10.1016/j.ijfatigue.2019.02.006%0
Ahttps://doi.org/10.1016/j.matlet.2019.04.024%0Ahttps://doi.org/10.1016/j
.matlet.2019.127252%0Ahttp://dx.doi.o
31. Damara D. Asuhan Keperawatan Demensia Pada Lansia Ny.J dan Ny.P
Dengan Masalah Keperawatan Gangguan Proses Pikir di UPT PSTW
Jember Tahun 2018 [Internet]. Digital Repository Universitas Jember.
Universitas Jember; 2018. Available from:
https://repository.unej.ac.id/handle/123456789/87633%0Ahttps://repository
.unej.ac.id/xmlui/bitstream/handle/123456789/87633/Dedy Mohammad
Saifudin-152303101115.pdf?sequence=1&isAllowed=y
36. dr. Reni Utari. Art Therapy (Terapi Seni): Definisi, Manfaat, dan
Efektivitasnya [Internet]. Sehatq. 2019 [cited 2023 Mar 12]. Available
from: https://www.sehatq.com/artikel/bisakah-anak-nakal-menjadi-baik-
dengan-art-therapy
37. Lasmini L, Sunarno RD. Penerapan Senam Otak (Brain Gym) Terhadap
Peningkatan Fungsi Kognitif Pada Lansia Dengan Dimensia. Jurnal Ilmu
Keperawatan dan Kebidanan. 2022;13(1):205.
38. Murdiyanti D. Modul Latihan Senam Otak Pada Lansia Dengan Demensia.
Akad Keperawatan Yogyakarta. 2019;4(1):1–23.
JADWAL KEGIATAN
JANUARI FEBRUARI MARET APRIL MEI JUNI JULI AGUSTUS
KEGIATAN
MINGGU MINGGU MINGGU MINGGU MINGGU MINGGU MINGGU MINGGU
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
PEMINATAN KTI
PENYUSUNAN
PROPOSAL KTI
UJIAN DAN
REVISI
PROPOSAL
PENGAMBILAN
KASUS KTI
PENYUSUNAN
KTI
UJIAN DAN
REVISI KTI
YUDISIUM
Lampiran 2 Penjelasan Mengikuti Penelitian
Candra Herzegovina
Lampiran 3 Informed Content
INFORMED CONCENT
(Persetujuan menjadi Partisipan)
Saya yang bertandatangan dibawah ini menyatakan bahwa saya telah mendapat
penjelasan secara rinci dan telah mengerti mengenai penelitian yang akan
dilakukan oleh Candra Herzegovina dengan judul “Penerapan Art Therapy dan
Brain Gym Untuk Meningkatkan Fungsi Kognitif Pada Lansia Dengan Demensia
Di Keluarga Wilayah Binaan Puskesmas Gunungpati Kota Semarang”.
Saya memutuskan setuju untuk ikut berpartisipasi pada penelitian ini secara
sukarela tanpa paksaan. Bila selama penelitian ini saya menginginkan
mengundurkan diri, maka saya dapat mengundurkan sewaktu-waktu tanpa sanksi
apapun.
Semarang, …………………2023
Peneliti , Yang memberikan persetujuan,
Nama Pasien :
Usia :
Jenis Kelamin :L/P
Pendidikan :
Pekerjaan :
Tanggal Pemeriksaan :
Skor Total 30
LEMBAR OBSERVASI
Nama :
Jenis Kelamin :
Umur :
ART 1
THERAPY
7
BRAIN 1
GYM
7
Lampiran 6 SOP Art Therapy dan Brain Gym
Persiapan Alat Menyiapkan alat yang dibutuhkan selama art therapy seperti meja,
kursi, kertas gambar dan spidol, serta lembar kuisioner skor
MMSE (Mini Mental State Examination)
Pelaksanaan :
a. Hari pertama, lansia diinstruksikan untuk mengekspresikan hal yang di rasa sangat
mengganggu dalam pikiran, dimana dapat dituangkan dalam media gambar.
b. Hari kedua, lansia mengekspresikan hal yang membuat marah yang dapat dituangkan
dalam media gambar.
c. Hari ketiga, lansia mengekspresikan hal yang tidak dapat dimaafkan yang dapat
dituangkan melalui media gambar.
d. Hari keempat, lansia mengekspresikan hal yang paling ditakutkan yang dapat dituangkan
melalui media gambar.
e. Hari kelima, lansia mengekspresikan hal yang membuat senang yang dapat dituangkan
melalui media gambar.
f. Hari keenam, lansia mengekspresikan hal yang paling membahagiakan yang dapat
dituangkan melalui media gambar.
g. Hari ketujuh, lansia dapat mengekspresikan harapan yang paling diinginkan tetapi tidak
tersampaikan yang dituangkan melalui media gambar.
Persiapan Alat Menyediakan kursi, dan lembar kuisioner skor MMSE (Mini
Mental State Examination)
Pelaksanaan :
1. Pemanasan 2. Gerakan Inti
Pemanasan yang a. Gerakan menyeberangi garis tengah (The Midline Movement)
dilakukan meliputi : 1) Gerakan silang (cross a) Menggerakkan secara
a. Dipimpin berdoa crawls) bergantian pasangan kaki dan
terlebih dahulu tangan yang berlawanan seperti
b. Minum air putih gerak jalan di tempat.
secukupnya b) Kemudian tangan menyentuh
c. Melakukan nafas kaki berlawanan lewat
dalam sebanyak 8 belakang tubuh.
kali c) Masing-masing sebanyak 2 x 8
d. Menengokkan hitungan.
kepala ke kanan
dan ke kiri
sebanyak 8
kali sambil
melakukan nafas
dalam
e. Menyilangkan kaki
secara bergantian
sebanyak 10 kali.
2) Gerakan 8 Tidur (Lazy a) Berdiri tegak menghadap satu
eight’s) titik yang terletak pada satu
titik setinggi mata.
b) Kemudian dengan
menggunakan tangan kiri
menggenggam membuat angka
8 tidur dimana titik tadi
merupakan titik tengah dari
angka 8 tidur yang dibuat.
c) Kemudian lakukan hal yang
sama dengan tangan kanan.
d) Masing-masing tangan
melakukan sebanyak 3 kali.
3) Gerakan Gajah (The a) Gerakan seperti angka delapan
Elephant) tidur pada garis tengah tubuh
dan tangan membuat angka 8
tidur yang besar dimana tangan
kanan dan kiri secara
bergantian.
b) Gerakan ini dilakukan
sebanyak 2 x 8 hitungan.