Anda di halaman 1dari 43

PROPOSAL TUGAS AKHIR

PEMETAAN FOKUS MALARIA DI WILAYAH KERJA


PUSKESMAS TARUS KABUPATEN KUPANG

TAHUN 2023

OLEH

SALNI MILANTARI PANDANG

NIM : PO 5303330200824

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES KUPANG
JURUSAN SANITASI LINGKUNGAN
2023

i
ii

HALAMAN JUDUL

PEMETAAN FOKUS MALARIA DI WILAYAH KERJA


PUSKESMAS TARUS KABUPATEN KUPANG

TAHUN 2023

Proposal ini diajukan sebagai salah satu persyaratan untuk


melakukan penelitian

OLEH

SALNI MILANTARI PANDANG

NIM : PO 5303330200824

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES KUPANG
JURUSAN SANITASI LINGKUNGAN
2023
iii

HALAMAN PERSETUJUAN

PEMETAAN FOKUS MALARIA DI WILAYAH KERJA


PUSKESMAS TARUS KABUPATEN KUPANG TAHUN 2023

Di susun oleh:

SALNI MILANTARI PANDANG


NIM : PO 5303330200824

Telah diseminarkan dan diterima sebagai salah satu persyaratan untuk melakukan
penelitian pada tanggal 08 Februari 2023

Dewan Penguji,

Pembimbing Ketua Dewan Penguji

Johanis J. P. Sadukh. ST., M.Sc Johanis J. P. Sadukh. ST., M.Sc


NIP. 19780515200121002 NIP. 19780515200121002

Anggota Dewan Penguji

Ragu Theodolfi, SKM., M.Sc


NIP.197805152000121002

Anggota Dewan Penguji

Siprianus Singga, ST, M.Kes


NIP. 19770405200012001
BIODATA PENULIS

Nama : Salni Milantari Pandang

Tempat Tanggal Lahir : Pagollu Dima, 01 September 2001

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Jl. RSS Liliba Blok G 155 Kupang- Nusa Tenggara


Timur

Riwayat Pendidikan :

1 SD Masehi Wee Baro Tahun 2014

2 SMP Negeri 1 Tana Righu Tahun 2017

3 SMA Negeri 1 Tana Righu Tahun 2020

Riwayat Pekerjaan :-

Proposal Tugas Akhir ini saya persembahkan untuk kedua orang tercinta :

“ Bapak Timotius Pandang dan Ibu Wilhelmina L. Dangga Uma ”

Motto

“Mahasiswa tingkat akhir tidak perlu berkeluh kesah, itu hanya akan
memperlambat proses. Lebih baik bangkit dan kejar cita-cita hingga wisuda
tahun ini tepat waktu."

iii
iv

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Penulis panjatkan kepada Tuhan yang maha esa karena
hanya atas kasih dan penyertaan-nyalah sehingga Penulis di berikan hikmat untuk
menyusun dan menyelesaikan proposal tugas akhir dengan judul “PEMETAAN
FOKUS MALARIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TARUS
KABUPATEN KUPANG 2023”.
Penyusunan Proposal Tugas Akhir dibuat atas inisiatif penulisan sebagai
sarana untuk mengaplikasikan ilmu yang telah di peroleh selama perkulihan. Di
samping itu untuk memenuhi tuntutan akademi bahwa sebagai mahasiswa
Program Studi Sanitasi Lingkungan Semester Akhir di wajibkan membuat
proposal tugas Akhir.
Pembuatan Proposal Tugas Akhir ini dapat diselesaikan tidak terlepas dari
bantuan dan kerja sama dari berbagai pihak langsung maupun tidak langsung oleh
karena itu Penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Irfan, SKM., M.Kes Selaku Direktur Politeknik Kesehatan Kemenkes
Kupang
2. Bapak Oktofianus Sila, SKM., M.Sc Selaku Ketua Jurusan Prodi Sanitasi
Lingkungan Politeknik Kesehatan Kemenkes Kupang
3. Ibu Lidia Br Tarigan, SKM, Msi selaku dusen pembimbing akademi yang
dengan penuh ketulusan telah membingbing penulis dari semester 1 sampai
semeter 6
4. Bapak Johanis J. P. Sadukh, ST., M.Sc selaku pembimbing yang dengan
penuh ketulusan telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam
penyelasaikan penyusunan Proposal Tugas Akhir ini
5. Bapak Siprianus Singga, ST., M.Kes dan Ibu Ragu Theodolfi, SKM., M.Sc
selaku dosen Penguji proposal tugas akhir yang sudah memberikan arahan
dan masukan demi menyempurnakan Proposal Tugas Akhir ini.
6. Bapak dan Ibu Dosen Prodi Sanitasi yang selalu memberi arahan dalam
penyusunan proposal tugas akhir ini.
v

7. Kedua Orang Tua Tercinta yang selalu memberikan kasih sayang dan
memberikan dukungan berupa Doa dan motivasi kepada penyusun. Berkat
dan dukungan dari mereka sehingga penulis dapat meyelesaikan penyusunan
proposal tugas akhir dengan baik dan tepat waktu.
8. Teman-teman seperjuangan yang sudah membantu dalam penyelesaian

penyusun proposal tugas akhir ini.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan berkat yang setimpal kepada
semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan Proposal Tugas Akhir ini.
Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan Proposal Tugas Akhir ini
masih jauh dari sempurna. Untuk itu kritik dan saran demi menyempurnakan
Proposal Tugas Akhir ini sangat Penulis harapkan.

Kupang, Februari 2023

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................... ii
KATA PENGANTAR...................................................................................... iii
DAFTAR ISI.................................................................................................... v
DAFTARTABEL............................................................................................. vi
DAFTAR GAMBAR........................................................................................ vii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................... 1
A. Latar Belakang................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah............................................................................ 3
C. Tujuan.............................................................................................. 3
D. Manfaat penelitian ........................................................................... 4
E. Ruang lingkup.................................................................................. 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..................................................... 5
A. Pengertian Malaria .......................................................................... 5
B. Jenis-Jenis Malaria ......................................................................... 5
C. Kasus Malaria................................................................................... 6
D. Pemetaan Secara Umum.................................................... 6
E. Elimnasi Malaria ............................................................................ 8
F. Daerah Endemis Malaria ................................................................. 9
G. Vektor Malaria dan Lingkungan Tempat perindukannya................ 9
H. Pengendalian Vektor Malaria.......................................................... 12
BAB III METODE PENELITIAN.................................................. 14
A. Jenis dan rancangan penelitian ........................................................ 14
B. Kerangka konsep ............................................................................. 14
C. Variabel penelitian .......................................................................... 15
D. Defenisi Operasional........................................................................ 15
E. Populasi dan Sampel............................................................................... 16
F. Metode Pengumpulan Data..................................................................... 16

v
G. Pengolahan Data............................................................................... 23
H. Analisis Data ................................................................................... 23
I. Jadwal Penelitian ............................................................................. 23
DAFTAR PUSTAKA

iv
DAFTAR TABEL

Tabel. 1 Defenisi Operasional 15

Tabel. 2 Jadwal Penelitian 25

vi
vii

DAFTAR GAMBAR

Gambar. 1 kerangka konsep


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Malaria adalah penyakit yang menyerang manusia disebabkan oleh

infeksi parasit biasa disebut dengan nama ilmiahnya yaitu Plasmodium,

ditularkan melalui gigitan nyamuk terinfeksi. Parasit berkembangbiak dalam

tubuh manusia tepatnya dihati kemudian menginfeksi sel darah merah.

Malaria merupakan penyakit menular yang dipengaruhi oleh lingkungan,

disebabkan oleh parasit dan ditularkan oleh vektor. Malaria juga dipengaruhi

oleh pola perilaku masyarakat di daerah tersebut beserta kondisi sosial

ekonominya termasuk di dalamnya adalah kepadatan penduduk (Sulistyawati

et al., 2010).

Nyamuk Anopheles sp. merupakan faktor utama penular penyakit

malaria. Berperan sebagai vektor malaria, spesies Anopheles berbeda disetiap

daerah tergantung pada daerah dan lingkungan (geografis). Setiap daerah

goegrafi mempunyai spesies spesifik, bioekologi, habitat, penyebaran dan

kepadatan yang berbeda. Keberadaan dan kelangsungan hidup Anopheles

sangat dipengaruhi oleh kondisi tempat perkembangbiakannya (breeding

site). Kondisi tempat perkembangbiakan nyamuk sangat ditentukan oleh

keadaan lingkungan yang ada, seperti suhu, kelembaban, curah hujan, dan

sebagainya (Nurhayati et al., 2014).

1
2

Berdasarkan penelitian terdahulu Desita Tahun 2021 mangatakan

Angka kesakitan malaria di Provinsi NTT sejak tahun 2014-2019 cenderung

mengalami penurunan. Setiap tahun terjadi kasus malaria dan menyebar

hampir diseluruh wilayah NTT. Hal ini terlihat dari API pada tahun 2014

sebesar 14 per 1.000 penduduk. Pada tahun 2015 menurun menjadi 7 per

1.000 penduduk. Pada tahun 2016 menurun menjadi 6 per 1.000 penduduk.

Pada tahun 2017 menurun menjadi 3,77 per 1.000 penduduk. Pada tahun

2018 menurun menjadi 3,2 per 1.000 penduduk. Pada tahun 2019 menurun

menjadi 2,4 per 1000 penduduk. Di NTT beberapa kabupaten dengan API

tertinggi adalah Kabupaten Sumba Barat sebesar 29,53 per 1.000 penduduk.

Selanjutnya, Kabupaten Sumba Barat Daya dengan 8,71 per 1.000 penduduk.

Urutan ketiga yaitu Kabupaten Sumba Timur 5,42 per 1.000 penduduk

(Desita et al., 2021 h.166).

Pentahapan eliminasi terdiri dari tahap pemeberantasan, pre-

eliminasi, eliminasi serta pemeliharaan. Masing-masing tahap memiliki

tujuan dan target yang berbeda. Kegiatan surveilans pun disesuaikan dengan

berdasarkan tahapan eliminiasi tadi. Surveilans merupakan hal yang sangat

penting buat ditingkatkan pada pencapaian karena salah satu syarat eliminasi

merupakan adanya surveilans yang baik (Kemenkes RI., 2017 h.3).

Suatu daerah atau wilayah dinyatakan bebas malaria (eliminasi) bila

memenuhi beberapa persyaratan berikut : Masing-masing wilayah harus bisa

menerangkan bahwa daerahnya sudah bebas dari penularan lokal atau

masalah indigenous malaria selama tiga tahun terakhir, terdapat sistem yang
3

baik untuk memastikan atau menjamin tidak terdapat penularan kembali,

tingkat positif Rate API kurang dari 1 per 1000 penduduk (Kemenkes RI.,

2017 h.6).

Daerah endemis malaria adalah wilayah puskesmas, atau kabupaten/

kota yang masih terjadi penularan malaria. Secara teknis daerah endemis

malaria diartikan sebagai wilayah seluas anak-desa/dusun, desa,

puskesmas/kecamatan, kabupaten/kota atau provinsi yang mempunyai fokus

malaria aktif. Daerah yang sudah endemis rendah dan bebas malaria berarti

masuk tahap pembebasan dan tahap pemeliharaan harus melakukan kegiatan

kewaspadaan melalui surveilans secara intensitas untuk mencegah

munculnya kembali kasus indigenous (Kemenkes RI., 2017 h.6).

Peta fokus adalah untuk menerangkan suatu wilayah atau desa masih

terdapat kasus lokal ( indigenous ). Atau tidak dengan rentang waktu

tertentu, dengan kategori fokus terbagi atas 4 bagian yaitu fokus aktif ,

fokus non aktif, fokus bebas, non fokus.Yang dimana Hasil kegiatan

penyelidikan epidemiologi harus digambarkan dalam bentuk pemetaan

sehingga dapat terlihat jelas lokasi kasus dan faktor-faktor risiko yang ada.

Peta dapat dibuat secara manual maupun elektronik. (Kemenkes RI., 2017

h.27).

Eliminasi malaria merupakan upaya untuk menghentikan penularan

malaria di suatu wilayah tertentu seperti kabupaten/kota atau provinsi.

Kewaspadaan untuk mencegah adanya penularan kembali harus tetap


4

dilakukan, karena kemungkinan adanya kejadian malaria karena kasus impor

serta masih bisa ditemukannya vektor malaria di suatu wilayah (Yahya et al.,

2020).

Berdasarkan Dinkes Prov.NTT, kabupaten kupang di targetkan

masuk tahap Eliminasi Malaria tahun 2025. Puskesmas Tarus merupakan

sala satu puskesmas yang masuk dalam wilayah kerja kabupaten kupang

dengan jumlah wilayah kerja 7 Desa 1 kelurahan yaitu Desa Mata Air, Desa

Noelbakhi, Desa Tanah Merah, Desa Oebelo, Desa Oelpuah, Desa Oelnasi,

Penfui Timur Kelurahan Tarus. Berdasarkan kasus laporan puskesmas tarus

Tahun 2022 angka API Puskesmas Tarus 0,07 per 1.000 penduduk dimana

angka API tertinggi terdapat di Desa Penfui Timur sebesar 0,35 per 1.000

penduduk dan di Kelurahan Tarus angka API sebesar 0,19 per 1.000

penduduk.

Tujuan melakukan penelitian di wilayah kerja Puskesmas Tarus

adalah belum adanya pete fokus sebagai syarat penilaian dalam eliminasi

malaria. Puskesmas tarus merupaan wilayah kerja yang berbatasan langsung

dengan Kota Kupang yang sudah bebas malaria, sehingga untuk tidak lagi

terjadi penularan kembali, maka dilakukan penelitian di tempat tersebut

karena wilayah kerja Puskesmas Tarus memiliki habitat jentik anopheles

berupa sawah, rawa-rawa, muara, lagun, dan genangan air.


5

Berdasarkan uraian permasalahan di atas peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul “ Pemetaan Fokus Malaria Di Wilayah

Kerja Puskesmas Tarus Kabupaten Kupang Tahun 2023 “ .

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka perumusan masalah

penelitian ini adalah bagaimana Pemetaan fokus malaria di wilayah ke

Puskesmas Tarus Kabupaten Kupang Tahun 2023?

C. Tujuan

1. Tujuan umum

Untuk Mengetahui daerah endemis dan pemetaan fokus malaria di

wilayah kerja Puskesmas Tarus

2. Tujuan khusus

a. Mengklasifikasihkan tingkat endemisitas malaria di wilayah kerja

Puskesmas Tarus

b. Memetakan kategori fokus malaria di wilayah kerja Puskesmas Tarus

c. Mengetahui tempat perindukan jentik nyamuk Anopheles di wilayah

kerja Puskesmas Tarus

D. Manfaat penelitian

1. Bagi peneliti

Untuk mendalami materi tentang pemetaan fokus malaria dan juga

sebagai acuan untuk peneliti kedepannya


6

2. Bagi masyarakat

Untuk lebih memperhatikan lingkungan tempat perindukan jentik

nyamuk Anopheles yang dapat menularkan penyakit malaria dan

membantu mengsukseskan program eliminasi malaria khususnya di

wilayah kerja Tarus

3. Bagi institusi

Menambah sumber informasi dan sebagai bahan tambahan bacaan di

perpustakaan Poltekes Kemenkes Kupang

4. Bagi Puskesmas Tarus

Memberikan informasi agar dapat dijadikan pedoman dalam

menangani daerah endemis malaria serta mengetahui pemetaan fokus

malaria.

E. Ruang lingkup

1. Ruang lingkup materi

Materi yang diteliti adalah surveilen epidomiologi malaria dan vektor

2. Ruang lingkup sasaran

Sasaran penelitian dalam hal ini adalah Puskesmas Tarus

3. Ruang lingkup lokasi

Penelitian di wilayah kerja Puskesmas Kabupaten Kupang Tengah

4. Ruang lingkup waktu

Dilaksanakan pada bulan februari 2023 – Mei 2023


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Malaria

Malaria adalah penyakit yang menyerang manusia disebabkan oleh

infeksi parasit biasa disebut dengan nama ilmiahnya yaitu Plasmodium,

ditularkan melalui gigitan nyamuk terinfeksi. Parasit berkembang biak dalam

tubuh manusia tepatnya dihati kemudian menginfeksi sel darah merah.

Malaria merupakan penyakit menular yang dipengaruhi oleh lingkungan,

disebabkan oleh patinrasit dan ditularkan oleh vektor. Malaria juga

dipengaruhi oleh pola perilaku masyakat didaerah tersebut beserta kondisi

sosial ekonominya termasuk jenis didalamnya adalah kepadatan penduduk

(Sulistyawati et al., 2010).

B. Jenis-Jenis Malaria

Menurut (Kemenkes RI, 2014 h. 5) Ada lima jenis spesies parasit

malaria di dunia yang dapat menginfeksi sel darah merah manusia, yaitu :

1. Malaria falsiparum disebabkan oleh Plasmodium falciparum. Gejala

demam timbul intermiten dan dapat kontinyu. Jenis malaria ini paling

sering menjadi malaria berat yang menyebabkan kematian.

2. Malaria vivaks disebabkan oleh Plasmodium vivax. Gejala demam

berulang dengan interval bebas demam 2 hari. Telah di temukan juga

kasus malaria berat yang disebabkan oleh Plasmodium vivax.

5
6

3. Malaria ovale disebabkan oleh Plasmodium ovale. Manifestasi klinis

biasanya bersifat ringan. Pola demam seperti pada malaria vivaks

4. Malaria malariae disebabkan oleh Plasmodium malariae. Gejala demam

berulang dengan interval bebas demam 3 hari.

5. Malaria knowlesi disebabkan oleh Plasmodium knowlesi. Gejala demam

menyerupai malaria falsiparum.

C. Kasus Malaria

1. Kasus import adalah kasus yang penularannya terjadi diluar wilayah

kabupaten/kota. Secara teknis kasus malaria impor adalah kasus

tersanggaka malaria dengan riwayat berpergian ke daerah endemis

malaria dalam 4 minggu terakhir sebelum menderita sakit dan hasil

pemeriksaan sedian darah adalah positif.

2. Kasus Lokal /Indigenous adalah kasus yang penularannya terjadi di

wilayah setempat (kabupaten/kota) dan tidak ada bukti langsung

berhubungan dengan kasus impor. Secara teknis, kasus malaria

indigenous adalah kasus tersangka malaria yang tidak memiliki riwayat

bepergian ke daerah endemis malaria dalam empat minggu sebelum sakit

dan hasil pemeriksaan sediaan darah adalah positif malaria

3. Kasus Relaps adalah kasus malaria yang kambuh kembali tanpa ada

gigitan nyamuk akibat adanya plasmodium dalam hati yang dorman

a. Kasus Relaps Impor


7

Kasus Relaps yamg asal penularannya dari wilayah di luar

kabupaten/kota tersebut dapat diketahui dengan menanyakan

riwayat bepergian pasien dalam waktu 4 minggu terakhir sebelum

menderita sakit bepergian ke daerah endemis malaria.

b. Kasus Relaps Indigenous ( Lokal)

Kasus relaps yang asal penularannya berada di wilayah kabupaten?

kots tersebut, hal tersenut dapat diketahui melalui wawancara

dengan pasien, jika riwayat sebelumnya pasien tidak pernah pergi

ke daerah Endemis malaria (Kemenkes RI., 2017 h.14-15).

D. Pemetaan Secara Umum

Pada umumnya kita mengenal peta sebagai gambaran dari permukaan

bumi pada suatu lembar kertas dengan ukuran yang lebih kecil. Unsur rupa

bumi yang di gambarkan pada peta meliputi : unsur-unsur alam, dan unsur-

unsur buatan manusia. Kemajuan dalam bidang tekonologi berbasis komputer

telah memperluas wahana dan wawasan mengenai peta. Peta tidak hanya

dikenali sebagai gambar pada lembar kertas, tetapi juga pemyimpanan,

pengelolaan, pengelolaan, analisa dan penyajian dalam bentuk digital terpadu

antara gambar, citra dan teks. Peta dalam model digital mempunyai penyajian

dan penggunaan secara konvesional seperti peta garis cetakan (hard copy)

dan kemudahan penyimpanan, pengolahan, analisa dan penyajiannya secara

interaktif pada media komputer (soft copy). Gambaran permukaan bumi

diperoleh dengan melakukan pengukuran-pengukuran di permukaan bumi

yang meliputi besaran-besaran : arah,sudut jarak dan ketinggian bila data


8

besaran-besaran data itu diperoleh dari pengukuran-pengukuran langsung

dilapangan maka dikatakan pemetaan dengan cara teristris dan apabila

sebagian pengukuran tidak langsung secara fotogrametris dan penginderaan

jauh di katakan sebagai pemetaan secara ekstrateristris. Data hasil

pengukuran diolah dan direduksi ke bidang datum dan di proyeksikan ke

dalam bentuk bidang datar menjadi peta (Fauzi Janu Amarrohman, 2019

h.28).

1. Pemetaan Fokus

Menurut Kemenkes RI., (2017, 27-33) Peta fokus adalah untuk

menerangkan suatu wilayah atau desa masih terdapat kasus lokal (

indigenous ) atau tidak dengan rentang waktu tertentu, dengan kategori

fokus terbagi atas 4 bagian yaitu Fokus Aktif , Fokus Non Aktif,

Fokus Bebas, Non Fokus. Yang dimana Hasil kegiatan

penyelidikaepidemiologi harus digambarkan dalam bentuk pemetaan

sehingga dapat terlihat jelas lokasi kasus dan faktor-faktor risiko yang

ada.

Penjelasan dari peta fokus yaitu :

a. Fokus aktif adalah daerah reseptif yang masih terdapat penularan

setempat (kasus indigenous) pada tahun berjalan (Warna pada Peta

MERAH)

b. Fokus non aktif adalah daerah reseptif malaria yang tidak terdapat

penularan setempat (kasus indigenous) dalam tahun berjalan namun


9

masih terdapat penularan pada tahun sebelumnya hingga 2 tahun

sebelumnya. (Warna pada Peta KUNING)

c. Fokus bebas adalah wilayah reseptif malaria yang tidak ada

penularan setempat (kasus indigenous) dalam 3 tahun terakhir

(Warna pada Peta HIJAU)

d. Non fokus adalah wilayah yang tidak reseptif (Warna pada Peta

HIJAU).

2. Aplikasi Pembuatan Peta

Aplikasi pembuatan peta menggunakan quantum GIS (QGIS).

Quantum GIS (QGIS) merupakan perangkat lunak SIG berbasis open-

source yang menyediakan fasilatas penyuntingan dan analisis data

spasial. QGIS dapat diunduh secara gratis di website gis.org. QGIS

merupakan pilihan alternatif dari perangkat lunak SIG komersial seperti

ArcGIS, Arcview dan Mapinfo (Pitreyadi et al., 2019 h.2).

E. Eliminasi Malaria

Eliminasi Malaria adalah suatu upaya untuk menghentikan penularan

malaria setempat (indigenous) dalam satu wilayah geografis tertentu, dan

bukan berarti tidak ada kasus malaria impor serta sudah tidak ada vektor

malaria di wilaye.ah tersebut sehingga tetap dibutuhkan kegiatan

kewaspadaan untuk mencegah penularan kembali. Berikut tahapan eliminasi

Malaria :

1. Tahap pemberantasan
10

Tahap pemberantasan adalah tahapan penanggulangan malaria

dalam suatu wilayah gografis tertentu dimana jumlah jumlah kasus

yang ada sama dengan atau lebih dari 5 per 1000 penduduk yang di

periksa sedia darahnya pertahun dalam suatu wilayah geografis

tertentu.

2. Tahap pre-Eliminasi

Tahap pre-elminasi adalah tahapan penanggulangan dalam suatu

wilayah geografis tertentu yang telah mencapai tingkat dimana

jumlah kasus Malaria yang kurang dari 5 per 1000 penduduk

diperiksa sedian darahnya per tahun namun belum mencapai jumlah

kasus malaria kurang dari 1 per 1000 penduduk pertahun dalam

suatu wilayah geografis tertentu (Hasyimil et al., n.d., 2014 h.117).

F. Daerah Endemis Malaria

Wilayah endemis malaria adalah wilayah puskesmas, atau

kabupaeten/kota yang masih terjadi penularan malaria. Situasi khusus adalah

waktu terjadinya atau berlangsungnya perpindahan penduduk dan atau

kelompok masyarakat atau pelaku perjalanan dari daerah endemis ke daerah

non-endemis malaria atau sebaliknya. Secara teknis daerah endemis malaria

diartikan sebagai wilayah seluas anak-desa/dusun, desa,

puskesmas/kecamatan, kabupaten/kota atau provinsi yang mempunyai fokus

malaria aktif (Kemenkes RI., 2017).


11

G. Vektor Malaria dan Lingkungan Tempat perindukannya

1. Penyebaran dan tempat perindukan vektor malaria

Menurut (Kemenkes RI., 2014) Vektor Malaria di Indonesia telah

dikonfirmasi sebanyak 25 jenis(species) nyamuk Anopheles yang tersebar

diseluruh wilayah Indonesia dan terbagi kedalam dua zona/daerah

penyebaran hewan secara geografik yaitu daerah Australia dan daerah

oriental (Asia). Penyebaran nyamuk Anopheles daerah Australia di

Papua, Maluku dan Maluku Utara adalah: Anopheles bancrofti, An.

koliensis, An. punctulatus dan An. farauti. Sedangkan penyebaran

nyamuk Anopheles daerah oriental meliputi wilayah Indonesia bagian

tengah dan barat adalah: An. aconitus, An. subpictus, An. sundaicus, An.

barbirostris, An. kochi, An. nigerrimus, An. parangensis, An.

balabacensis, An. leucosphyrus, An. tesselatus, An. vagus, An. karwari,

An. sinensis, An. flavirostris, An. maculatus, An. minimus, An. letifer, An.

annularis, An. ludlowae, An. umbrosus dan An. Barbumbrosus.

a. Siklus hidup

Nyamuk Anopheles termasuk hewan yang mengalami

metamorfosis sempurna, karena perkembangannya mulai dari telur,

jentik (larva), kepompong (pupa), dan dewasa. Perkembangan dari

telur sampai dewasa sebagai berikut:

1) Telur
12

a) .diletakkan di permukaan air atau benda-benda lain di

permukaan air

b) bukuran telur kurang lebih 0,5 mm

c) jumlah telur (sekali bertelur) 100 sampai 300 butir, rata-

rata 150 butir

d) rekuensi bertelur dua atau tiga hari

e) lama menetas dapat beberapa saat setelah kena air, hingga

dua sampai tiga hari, kemudian telur menetas menjadi

larva.

2) Larva

a) Terdapat di air dan mengalami empat masa pertumbuhan (

instar ) yaitu : instar ( 1 hari ), instar II (1-2 hari ), instar lll

(2 hari ) dan instar IV ( 2-3 hari)

b) Masing-masing instar ukurannya berbeda

c) Tiap pergantian instar di sertai dengan pergantian kulit

d) Belum ada perbedaan jantan dan betina

e) Pada pergantian kulit terakhir berubah menjadi

kepompong .

3) Pupa

a) Terdapat air, tidak memerlukan makanan, belum di

ketahui perbedaan jantan dan betina.

b) Menetas dalam 1-2 hari menjadi nyamuk


13

c) Umumnya nyamuk jantan menetas lebih dahulu dari pada

betina.

4) Nyamuk dewasa

a) Lama pertumbuhan dari jentik sampai dewasa berkisar

antara 8-14 hari.

b) Umumnya jumlah nyamuk jantan dan nyamuk betina yang

menetas dari kelompok telur hampir sama banyak (1;1)

c) Setelah menetas, nyamuk melakukan perkawinan yang

biasanya terjadi pada watu senja. Perkawinan hanya terjadi

sekali, sebelum nyamuk betina pergi untuk menghisap

darah.

5) Nyamuk jantan

a) Umur lebih pendek dari nyamuk betina (seminggu)

b) Makanannya adalah cairan buah-buahan atau

tumbuhan

c) Jarak terbangnya tidak jauh dari tempat

perindukannya.

6) Nyamuk betina

a) Umur lebih panjang dari nyamuk jantan

b) Perlu menghisap darah untuk pertumbuhan telurnya

c) Dapat terbang jauh antara 0,5 sampai 5 km


14

H. Pengendalian Vektor Malaria

Menurut (Kemenkes RI., 2014)  Penyelenggaraan  pengendalian

vektor perlu direncanakan dengan baik yang dimulai dari analisis situasi,

persiapan tenaga pelaksana, bahan dan peralatan, sehingga dapat

menjamin kualitas upaya pengendalian vektor. Beberapa tahapan

kegiatan yang harus dilakukan sebelum aplikasi pengendalian vektor,

yakni: persiapan, pemahaman tentang jenis intervensi pengendalian

vektor dan upaya pencegahan.

1. Persiapan

Kegiatan persiapan pelaksanaan operasional pengendalian

vektor, sebagai berikut:

a. Menentukan endemistas berdasarkan kasus malaria di suatu

daerah dengan angka kejadian setiap tahun yang diukur

dengan indikator API.

b. Identifikasi Kejadian Luar Biasa (KLB) yang terjadi pada

suatu daerah, pada waktu tertentu terhadap kelompok

masyarakat yang rentan seperti: ibu hamil, bayi serta

kelompok migrasi yang berasal dari daerah non-endemis.

c. Identifikasi bionomik vektor malaria dengan alternatif

pemilihan metode pengendalian vektor, sehingga ada

kesesuaian antara metode intervensi pengendalian vektor

dengan perilaku atau kebiasaan vektor berkembangbiak


15

(breeding habit), menggigit/mencari (biting habit) darah

dan beristirahat (resting habit).

d. Identifikasi perilaku penduduk yang terkait dengan

penularan malaria seperti informasi tentang kebiasaan

penduduk yang berkaitan dengan resiko penularan malaria.

2. Jenis interval pengendalian vektor

Intervensi pengendalian vektor malaria dapat dilakukan

dengan berbagai cara antara lain: melakukan penyemprotan

rumah dengan insektisida (IRS= Indoor Residual Spraying),

memakai kelambu, melakukan larviciding, melakukan

penebaran ikan pemakan larva, mengelola lingkungan, dan

melakukan upaya pencegahan lainnya.

a. Penyemprotan rumah dengan insektisida (Indoor residual

spraying/IRS) Penyemprotan rumah dengan insektisida

adalah suatu cara pengendalian vektor dengan

menempelkan racun serangga dengan dosis tertentu secara

merata pada permukaan dinding yang disemprot.

Tujuan IRS adalah membunuh nyamuk yang hinggap

didinding rumah yang disemprot sehingga kepadatan

populasinya menurun dalam rangka memutuskan rantai

penularan malaria. Dengan terbunuhnya nyamuk dewasa

yang infektif (sudah menghasilkan sporozoit di dalam


16

kelenjar ludahnya), maka akan dapat mencegah terjadinya

penularan malaria.

b. Penggunaan Kelambu Berinsektisida (Long Lasting

Insecticidal Nets / LLINs)

Tujuan pemakaian kelambu adalah mencegah

terjadinya kontak langsung antara manusia dengan nyamuk

dan membunuh nyamuk yang hinggap pada kelambu dalam

rangka mencegah terjadinya penularan malaria.

c. Tindakan anti larva (Larviciding)

Larviciding adalah aplikasi larvisida pada tempat

perindukan (breeding places) yang potensial atau

ditemukan adanya jentik (larva) nyamuk Anopheles.

Tujuan larviciding adalah menurunkan populasi larva

Anopheles, sasaran lokasi adalah tempat perindukan

yang ada larva seperti: lagun, sawah, rawa-rawa, kolam,

dan lain-lain pada daerah endemisitas tinggi, sedang,

rendah ( Kemenkes, 2014, h.13-20).


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan rancangan penelitian

Jenis penelitian yang digunakan yaitu deskriptif yang dimana penelitian

deskriptif adalah penelitian yang berusaha mendeskripsikan hal-hal yang

diteliti dan bertujuan untuk mengetahui daerah endemis dan pemetaan fokus

malaria di wilayah kerja puskesmas tarus.

B. Kerangka konsep

Kerangka konsep peneliatan digambarkan sebagai berikut :

Tinggi

Sedang
Endemis Malaria
Rendah

Non Endemis

Rawa -rawa

Sawah
Tempat Perindukan Peta
Kasus Malaria Jentik Nyamuk Fokus
Anopheles Genangan

Muara

Fokus Aktif

Fokus Non Aktif


Fokus Malaria
Fokus Bebas
14
Non Fokus
15

C. Variabel penelitian

1. Endemis malaria

2. Peta fokus malaria

3. Tempat perindukan jentik nyamuk Anopheles

D. Defenisi Operasional

Tabel 1

Defenisi Operasional
16

N Variabel Defenisi operasional Kriteria Skala Alat ukur


o Operasional pengukuran
1 Endemis Endemis malaria yaitu tinggi Nominal Indikator
malaria wilayah atau desa yang ( API > 5), API
mempunyai kasus fokus sedang ( API
malaria aktif di wilayah 1-5),
kerja Puskesmas Tarus rendah (API <
1)
Non endemis
(0)
2 Peta fokus Peta fokus adalah untuk Fokus aktif : Nominal Quantum
malaria menerangkan suatu kasus malaria GIS
wilayah atau desa masih pada tahun
terdapat kasus lokal ( berjalan
indigenous ) atau tidak Fokus non
dengan rentang waktu aktif : kasus
tertentu, dengan malaria pada
kategori fokus di tahun berjalan
wilayah kerja namun
Puskesmas Tarus sebelum
hingga 2 tahun
sebelum
Fokus bebas:
kasus malaria
3 tahun
terakhir
Non fokus :
bebes dari
kasus malaria
3 Perindukan Tempat hidup dan Nominal Formulir
jentik berkembangbiaknya survey
nyamuk jentik nyamuk jentik
anopheles Anopheles Anopheles
Berada pada
sawa,rawa-
rawa,genangan, muara
dan lain-lain di wilayah
kerja puskesmas tarus

E. Populasi dan Sampel


17

1. Populasi

Populasi sampel dalam wilayah kerja puskesmas tarus dan tempat

perindukan nyamuk Anopheles Sp

2. Sampel

Sampel yang di ambil yaitu kasus malaria 3 tahun terakhir diwilayah kerja

Puskesmas Tarus

F. Metode Pengumpulan Data

1. Jenis data

a. Data primer

Data primer adalah data yang di terima saat melakukan penelitian di

wilayah kerja Puskesmas Tarus

b. Data sekunder

Data sekunder di peroleh dari Puskesmas Tarus terkait jumlah kasus

malaria pada tahun 2022 sebanyak 0,07 kasus malaria

2. Tahap-tahap penelitian

a. Tahap persiapan

Alat dan Bahan

1) Global position system (GPS)/ Hp android

2) Cidukan (dipper) dengan ukuran diameter 10 cm atau gayung

yang volumenya kira-kira 250 ml

3) Formulir Survei jentik nyamuk Anopheles

4) Pipet
18

5) Nampan

6) Botol (vial bottle ) 10-2-ml

7) Alat tulis

b. Tahap pelaksanaan

1) Penentuan lokasi di wilayah kerja puskesmas tarus

2) Menyarahkan surat ijin setalah itu

3) Survai larva/jentik nyamuk Anopheles

a) Menentukan dan mengidentifikasi tipe dan karakteristik tempat

perindukan (TP). Tipe tempat perindukan dapat berupa: lagun

yang permanen tambak, genangan air pasang, rawa-rawa,

sawah, saluran irigasi, mata air, rawa, kolam, dan lain-lain.

Sedangkan karakterisik TP., ditentukan oleh keadaan fisik

(cahaya, aliran, kedalaman, keruh, dll), kimia (salintas, pH)

dan biologik (adanya jenis-jenis hewan dan tanaman.

b) Pengambilan titik koordinat pada tempat yang positif

larva/nyamuk. Pengambilan titik koordinat menggunakan

aplikasi Epicollect5

c) Mempersiapkan petugas survei larva/jentik

d) Mempersiapkan bahan dan peralatan antara lain: cidukan

(dipper ) dengan ukuran diameter 10 cm atau gayung yang

volumenya kira-kira 250 ml, pipet botol kecil (vial bottle ) 10-

20 ml, petridish (tempat larva yang akan diperiksa), formulir


19

salinometer (untuk mengukur kadar garam), Global Position

System (GPS), pH meterlakmus untuk mengukur pH air, dll.

e) Melakukan pencidukan larva pada tempat perindukan yang

telah ditentukan denga menggunakan alat penciduk dengan

kemiringan 45 derajat kearah kumplan larva/jentik

f) Hitung jumlah jentik yang diciduk dari setiap cidukan

g) selanjutnya masukan larva ke dalam botol kecil (via bottle)

dari cidukan dengan menggunakan pipet

h) setiap notol larva harus dibedakan menurut jenis (tipe) tempat

perindukan

i) menghitung kepadatan larva/jentik anopheles adalah :

Jumlah larva/jentik Anopheles tertangkap per spesies

Jumlah Cidukan

Contoh soal: ditemukan jentik Anopheles sundacius 10 ekor

dari lagun dengan jumlah 50 cidukan, maka kepadatan larva =

10/50 =0,2.

j) Bila kepadatan larva per-ciduk sangat rendah, maka perlu

jumlah cidukan diperbanyak misalnya per 10 ciduk, per 50

ciduk atau 100 ciduk.

k) Hasil survey larva/jentik nyamuk anopheles dicatat dan

dilaporkan pada formulir (lampiran 4.)


20

4) cara pengambilan data untuk habitat jentik dilakukan

menggunakan formulir survei jentik anopheles di aplikasi

Epicollect5

a) buka aplikasi epicollect5

b) klik projeck dengan judul 3_SURNEI VEKTOR

MALARIA NTT_53

c) Kemudian klik add entry dan mulai mengisi data pada

formulir.

d) setelah selesai mengisi data klik save entry kemudia

diupload

5) Cara pengambilan data untuk pembuatan peta fokus yaitu

pengambilan data dari buku registrasi Puskesmas Tarus kemudian

diolah menggunakan excel.

3. Cara pembuatan peta

Memuat data ke Quantum GIS (membuat peta fokus) dengan

cara sebagai berikut :

a. Memuat data shape file (.shp)

Memuat peta dalam bentuk shapfile dapat dilakukan dengan

cara seperti berikut :

1) Pilih menu Layer→ Add Layer → Add Vector Layer atau

pilih tombol pada toolbar

2) Akan muncul kotak dialog seperti berikut klik Browse.


21

3) Pada SIG satu dataset mempunyai beberapa tipe eksistensi

yang berbeda. Sebuah dataset berbentuk Shapefile terdiri

dari empat tipe

4) file (shp, shx,dbf,prj). Untuk memuat dat ke QGIS yang

haris dipilih adalah tipe file dengan tipe ,shp. Anda dapat

mengatur untuk menyembunyikan eksitensi lainnya

dengan cara mengganti All files (*). Menjadi ESRI

shapefiles.

5) Pilih file yang dingingkan dengan tipe SHP file (eksistensi

file ,shp.). Klik open, Untuk latihan gunakan file yang

ingin di pakai contoh: “Desa_kabupaten_kupang ”

6) Klik open lagi …

7) Kemudian akan muncul peta pada Map area seperti berikut

ini. Nama peta yang baru saja di muat akaan terlihat pada

Layar paneel.

b. Melakukan filter Peta

Tujuannya untuk menampilkan hanya pada bagian peta yang di

butuhkan sebagai contohnya untuk menampilkan salah satu

kecamatan atau wilayah kerja dari puskesmas pada data base

peta yang ada, langkahnya sebagai berikut :

1) Klik kanan pada layar peta yang akan di filter

“Desa_Kabupaten_kupang.shp”

2) Lalu pilih Filter


22

3) Klik 2 kali kolom atau field yang akan menjadi fiter,

sebagai contoh “PUSKEMAS” . Lalu klik tombol All

untuk memunculkan semua nilai atau value pada kolom

atau field ‘PUSKESMAS’

4) Klik Operator lalu pilih tanda ‘=’ lalu pilih salah satu nilai

atau value ‘PUSKESMAS’ sebagai contoh ‘Tarus’

5) Klik OK

6) Klik kanan di layer filer ‘PUSKESMAS TARUS’ lalu

pilih Zoom to player

7) Jika berhasil akan muncul polygon kecamatan klik Kanan

pada layer “Kabupaten Kupang”, lalu pilih Export lalu

klik Save Features As, untuk menyimpan layer yang telah

di filter.

8) Pastikan jenis file yang disimpan jenis formatnya ESRI

Shapefiles.

9) Klik Browse, pilih lokasi penyimpanan peta contohnya

Folder ’001_BAHAGIA 2 TTS vs MALAKA’. Beri nama

file ‘WILKER PKM TARUS’

10) Pastikan CRS yang dipilih EPSG :4236, WGS 84, lalu

klik Save, pastikan format penyimpanan merupakan ‘ESRI

Shapefile’ lalu klik OK

c. Mengedit Attriibute atau Column


23

Pada setiap layer selalu ada tabel atribut yang dapat di akses

untuk melihat data yang tersimpan pada layer tersebut, anda

dapat mengedit atribut secara langsung untuk memperbaiki

nama yang salah. m

1) Klik kanan pada layer yang anda inginkan (Misal : layer

“WILKER PKM TARUS”), lalu kllik open attribut Table.

2) Untuk membuat table attribut bisa di edit , klik tombol

di sebelah kiri atas. Tombol ini berfungsi untuk

menaktifasi mode edit. Anda dapat langsung mengedit

pada cell yang salah dengan klik dua kali pada cell

tersebut, kemudian ketikan suntingan yang ingin anda

lakukan.

3) Setelah selesai, klk tombol dan untuk

menyimpan dan menonaktifkan mode editing.

d. Menghapus Kolom Attribute

1) Buka attribute tbale dengan klik kanan padal layer yang

ingin di edit contohnya layer “Kecamatan”

2) Klik tombol “Toggle Editing Mode” atau symbol untuk

mengaktifkan mode edit

3) Kemudia klik Delete Field” atau symbol memilih

kolom yang ingin dihapus. Akan muncul kotak dialog


24

seperti ini, klik kolom yang ingin anda hapus, Anda dapt

menghapus lebih dari satu kolom sekaligus.

4) Jika sudah selesai memilih OK

5) Klik tombol dan untuk menyimpan dan

menonaktifkan Editing. (Pitreyadi et al., 2019)


25

G. Pengolahan Data

1. Pemeriksaan data editing

Tahap memeriksa kembali formulir survey habitat jenitk nyamuk

Anopheles dan data kasus malaria yang di peroleh dari puskesmas

2. kelengkapan data

Kasus malaria yang di peroleh dari puskesmas memberikan kode di

formulir

3. Entry Data

Entry data yang di pake adalah dalam bentuk tabel yang di sajikan

dalam bentuk peta

H. Analisis Data

Data yang diperoleh, selanjutnya di analisis secara deskriptif dan disajikan

dalam bentuk tabel dan peta untuk mengetahui pemetaan fokus di wilayah

kerja Puskesmas Tarus


26

I. Jadwal Penelitian

Tabel 2

Jabwal penelitian

No Kegiatan 2022 2023

Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei

1 Pengajuan judul

2 Penyusunan Proposal

3 Konsultasi Proposal

4 Seminar proposal

5 Revisi proposal

6 Ijin penelitian

7 penelitian

8 Konsultasi hasil
penelitian
9 Ujian Tugas Akhir

10 Revisi tugas akhir

11 Pengumpulan Tugas
Akhir
27

DAFTAR PUSTAKA

Desita, M. Y., Riwu, Y. R., Limbu, R., Yosephina Desita, M., & Radja Riwu, Y.
(2021). Evaluasi Pelaksanaan Kegiatan Surveilans Malaria Dalam Mendukung
Eliminasi Penyakit Malaria Di Kabupaten Kupang. Media Kesehatan Masyarakat,
3(2), 165–174. Https://Doi.Org/10.35508/Mkm

Direktorat Jenderal Pencegahan Dan Pengendalian Penyakit. (2017). Petunjuk Teknis


Penyelidikan Epidemiologi Malaria Dan Pemetaan Wilayah Fokus. In Dirjen
Pencegahan Dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor Dan Zoonotik (Pp. 1–53).
Direktora Jenderal Penceahan Dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan
Ri.

Fauzi Janu Amarrohman, Et Al. (2019). Pemetaan Dan Pengukuran Untuk Konstruksi
Teknik Sipil. Fauzi Janu Amarrohman 1 , Bambang Darmo Yuwono 1 ,
Moehammad Awaluddin 1 , Yudo Prasetyo 1 ,  Hana Sugiastu Firdaus 1 ,
Nurhadi Bashit 1, Vol. 1, 1–33.

Hasyimil, M., Waris, L., Senewel, F. P., Uniplaita, Y., Pada Pusat Teknologi Intervensi
Kesehatan Masyarakat, P., & Dinas Kesehatan Kabupaten Kepulauan Am, K.
(N.D.). Tahapan Eliminasi Malaria Di Kabupaten Kepulauan Aru Provinsi
Maluku, Tahun 2014 Stages Of Malaria Elimination In District Aru Islands
Maluku Province, 2014.

Kemenkes Ri. (2014). Buku Saku Penatalaksanaan Kasus Malaria.

Kemenkes Ri. (2014). Pedoman Pengendalian Vektor Malaria. In Jakarta : Ditjen


Pengendalian Penyakit Dan Penyehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan Ri.

Kemenkes Ri. (2017). Petunjuk Teknis Penyelidikan Epidemiologi Malaria Dan


Pemetaan Wilayah Fokus (Ms. Drs. Sabar Paulus, S. Sri Budi Fajariyani, & Dr.
Lukman Hakim, Eds.; Direktorat). Direktorat Jenderal Pencegahan Dan
Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan Ri 2017.

Nurhayati, P. H., Ishak, H., Kesehatan Pelabuhan Kelas Makassar, K. I., & Kesehatan
Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin, B. (2014).
28

Karakteristik Tempat Perkembangbiakan Anopheles Sp. Di  Wilayah Kerja


Puskesmas Bonto Bahari Kabupaten Bulukumba.

Pitreyadi, J. J., Politeknik, S., Kemenkes, K., Program, K., & Sanitasi, S. (2019).
Pemetaan Fokus Malaria Dan Pemetaan Reseptifitas Bagi Petugas Puskesmas.

Sulistyawati, Fakultas Kesehatan Masyarakat, & Universitas Ahmad Dahlan


Yogyakarta. (2010). Statistik Spasial Kepadatan Penduduk Terhadap Kejadian
Malaria Di Kabupaten Purworejo Dengan Menggunakan Gis.

Yahya, Y., Haryanto, D., Pahlevi, R. I., & Budiyanto, A. (2020). Keanekaragaman
Jenis Nyamuk Anopheles Di Sembilan Kabupaten (Tahap Pre-Eliminasi Malaria)
Di Provinsi Sumatera Selatan. Vektora : Jurnal Vektor Dan Reservoir Penyakit,
12(1), 41–52. Https://Doi.Org/10.22435/Vk.V12i1.2621

Anda mungkin juga menyukai