Anda di halaman 1dari 99

PROPOSAL LAPORAN TUGAS AKHIR

EDUKASI DAN PENDAMPINGAN KETIDAKNYAMANAN PADA IBU


HAMIL TM III, BERSALIN, 2 MINGGU MASA NIFAS
DI PRAKTIK MANDIRI BIDAN MARIANI
KOTA BENGKULU

KITRI ANDRIYANI
F0G020072

PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS BENGKULU
2023
PROPOSAL LAPORAN TUGAS AKHIR

EDUKASI DAN PENDAMPINGAN KETIDAKNYAMANAN PADA IBU


HAMIL TM III, BERSALIN, 2 MINGGU MASA NIFAS
DI PRAKTIK MANDIRI BIDAN MARIANI
KOTA BENGKULU

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh Gelar Ahli Madya
Program Studi D3 Kebidanan

KITRI ANDRIYANI
F0G020072

PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS BENGKULU
2023
PERSETUJUAN
EDUKASI DAN PENDAMPINGAN KETIDAKNYAMANAN PADA IBU
HAMIL TM III, BERSALIN,BBL, HINGGA 2 MINGGU MASA NIFAS
DI PRAKTIK MANDIRI BIDAN (PMB) MARIANI
KOTA BENGKULU

KITRI ANDRIYANI
NIM F0G020060

Telah Disetujui, diuji, dan disahkan untuk memenuhi salah satu syarat
memperoleh gelar Ahli Madya pada Program Studi D3 Kebidanan Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Bengkulu,

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Linda Yusanti, S.ST.,M. Keb Novianti, S.ST.,M. Keb


NIP. 197804092006042017 NIP. 197811082005012010

PENGUJI

Penguji 1 Penguji 2

Suryati, S.ST.,M. Keb Dara Himalaya, S.ST., M.


Keb
NIP. 197312171993022001 NIP. 197208292006042009

Mengesahkan

Koordinator Program Studi D3 Kebidanan

Yetti Purnama, S.ST.,M. Keb


NIP. 197705302007012007
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahnat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga dapat melakukan
penyusunan Proposal Laporan Tugas Akhir dengan judul "Edukasi dan
Pendampingan Ketidaknyamanan pada ibu hamil TM III, Bersalin, 2 Minggu
Masa Nifas Di Praktik Mandiri Bidan (PMB) Mariani, S,ST, SKM Kota
Bengkulu”. Proposal Laporan Tugas Akhir ini disusun guna memenuhi
persyaratan menyelesaikan program studi D3 Kebidanan FMIPA Uniersitas
Bengkulu.
Saya menyadari bahwa penulis Proposal Laporan Tugas Akhir ini tidak akan
terselesaikan tanpa adanya Ridho Allah, bantuan dan bimbingan dari berbagai
pihak, untuk itu pada kesempatan ini saya mengucapkan" Alhamdulillah" beserta
Terima Kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Yetti Purnama, S.ST ,M.Keb selaku Koordinator Prodi D3 Kebidanan
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Bengkulu
2. Linda Yusanti, S.ST,M.Keb selaku dosen pembimbing utama yang telah
memberikan bimbingan, arahan dan saran selama penyusunan Proposal
Laporan Tugas Akhir.
3. Novianti, S.ST,M.Keb selaku dosen pembimbing pendamping yang telah
bersedia untuk membimbing dan menyempurnakan Proposal Laporan Tugas
Akhir.
4. Dara Himalaya, S.ST M.Keb selaku pembimbing akademik yang telah
membimbing, terimakasih telah memberikan nasehat dan semangat kepada
penulis untuk dapat menyusun dan menyelesaikan Proposal Laporan Tugas
Akhir.
5. Bidan Mariani, S.ST,SKM selaku pembimbing Lahan yang telah memberikan
ilmunya dan memberikan izin dalam pengambilan data dalam penyusunan
Proposal Laporan Tugas Akhir
6. Dosen dan Tenaga Pendidik yang telah memberikan motivasi, pengetahuan
dan dukungan moril
Kami menyadari Proposal Laporan Tugas Akhir ini tidak luput dari berbagai
kekurangan. Penulis mengharapkan saran dan kritik demi kesempurnaan dan
perbaikannya sehingga akhirnya Proposal Laporan Tugas Akhir ini dapat
memberikan manfaat bagi penulis.

Bengkulu, 10 Februari 2022

Kitri Andriyani
DAFTAR ISI

PERSETUJUAN...................................................................................................iii
KATA PENGANTAR ..........................................................................................iv
DAFTAR ISI .........................................................................................................vi
DAFTAR TABEL ...............................................................................................vii
DAFTAR GAMBAR ..........................................................................................viii
DAFTAR BAGAN ................................................................................................ix
DAFTAR LAMPIRAN..........................................................................................x
DAFTAR SINGKATAN…...................................................................................xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang....................................................................................1
B. Rumusan Masalah ..............................................................................6
C. Tujuan Studi Kasus.............................................................................7
D. Manfaat Penulisan...............................................................................7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Kehamilan ..........................................................................................9
1. Pengertian Kehamilan .................................................................9
2. Perubahan fisiologi Pada Kehamilan TM III...............................9
3. Perubahan Psikologis TM III.....................................................12
4. Kebutuhan Ibu Hamil TM III.....................................................13
5. Ketidaknyamanan Pada Masa Hamil........................................14
B. Persalinan ........................................................................................30
1. Pengertian Persalinan ................................................................30
2. Teori terjadinya Persalinan........................................................30
3. Tahapan Persalinan....................................................................33
4. Ketidaknyamanan Pada Masa persalinan.................................34
C. Nifas..................................................................................................56
1. Pengertian Nifas.........................................................................56
2. Perubahan Fisiologi Masa Nifas.................................................56
3. Perubahan Psikologis Masa Nifas ..............................................60
4. Kebutuhan Dasar Nifas .............................................................61
5. Ketidaknyamanan Pada Masa Nifas..........................................62
D. BBL...................................................................................................49
1. Pengertian BBL.........................................................................49
2. Adaptasi Fisiologis BBL............................................................62
E. Kontrasepsi.......................................................................................65
1. Pengertian Kontrasepsi .............................................................65
2. Sasaran Akseptor KB.................................................................66
3. Jenis-Jenis Alat Kontrasepsi .....................................................67
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Lokasi Dan Waktu Pelaksanaan........................................................69
B. Subjektif Studi Kasus........................................................................69
C. Instrumen Pengumpulan Data ..........................................................69
D. Teknik / Cara Pengumpulan Data.....................................................69
E. Bahan Dan Alat.................................................................................71
F. Perencanaan Asuhan Studi Kasus.....................................................72
G. Etika Pengambilan Kasus.................................................................72
H. Perencanaan Asuhan Studi Kasus.....................................................72
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Visual Analog Scale (VAS)......................................................


DAFTAR LAMPIRAN
DAFTAR SINGKATAN

ASI : Air Susu Ibu


AKBR : Alat Kontrasepsi Dalam Rahim
APD : Alat Pelindung Diri
BAB : Buang Air Besar
BAK : Buang Air Kecil
BBL : Bayi Baru Lahir
C : Celsius
CA : Kalsium
COC : Continuhy Of Care
DTT : Desinfeksi Tingkat Tinggi
FSH : Follicle Stimulating Hormone
HB : Hemoglobin
HCG : Human Chorionic Gonadotropin
HPL : Human Plasenta Lactogen
HT : Hematokrit
KIA : Kesehatan Ibu Dan Anak
LPG : Laju Filtrasiglomerulus
NA : Natrium
PMB : Praktikmandiri bidan
PAP : Pintu Atas Panggul
SC : Section Caesarea
SOAP : Subjektif,Objektif, Analisa, Dan Penatalaksanaan
TM : Trimester
WHO : World Health Organization
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi dan dilanjutkan dengan
nidasi atau implantasi. Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai
lahirnya bayi dengan lama 280 hari atau 40 minggu yang dihitung dari hari
pertama haid terakhir. Pada keadaan normal, ibu hamil akan melahirkan
pada saat bayi telah aterm (mampu hidup diluar rahim) yaitu saat usia
kehamilan 37-42 minggu, tetapi kadang- kadang kehamilan justru berakhir
sebelum janin mencapai aterm. Kehamilan dapat pula melewati batas
waktu yang normal lewat dari 42 minggu (Wulandari, dkk 2021).
Ibu hamil selama kehamilan akan terjadi perubahan fisiologis pada
tubuh ibu hamil yang disebabkan karena adanya tumbuh kembang janin
yang cepat dan pembesaran uterus terutama pada ibu hamil TM III.
Perubahan fisiologis yang terjadi pada ibu hamil TM III sering kali
menimbulkan ketidaknyamanan dan harus mendapatkan perhatian lebih.
Ketidaknyamanan pada ibu hamil TM III antara lain yaitu nyeri punggung,
bengkak pada kaki, kram kaki, keputihan, keringat berlebihan, sering BAK
dan sulit tidur pada ibu hamil (Suryani, 2018).
Presentase ketidaknyamanan yang sering muncul pada ibu hamil TM
III adalah bengkak pada kaki 32,6%, kram kaki 32.6%, dan sakit
punggung 34,8%. Ketidaknyamanan lainnya pada ibu hamil trimester tiga
adalah peningkatan frekuensi berkemih, sakit punggung atas dan bawah,
hiperventilasi dan sesak nafas, oedema kaki, kram tungkai, konstipasi,
kesemutan dan insomnia (Bakilan, 2020). Ketidaknyamanan pada masa
kehamilan apabila tidak ditangani dengan baik dapat meningkatkan sekresi
hormon katekolamin pada tubuh yang dilepaskan ke aliran darah sebagai
respons terhadap stres fisik atau emosional, sehingga terjadinya penurunan
hormon endorfin atau yang dapat mengurangi rasa sakit dapat memicu
perasaan ketidaknyamanan ini jika tidak dikelola dengan baik dapat
berdampak negatif terhadap kesehatan ibu dan janin (Saifuddin, 2020).
Nyeri punggung pada ibu hamil merupakan salah satu
ketidaknyamanan yang sering dirasakan oleh ibu hamil TM III yang harus
mendapatkan perhatian lebih, dan penyebab ketidaknyamanan pada ibu
hamil tersebut disebabkan karena tumbuh kembang janin yang cepat, dan
pembesaran pada perut ibu hamil yang menyebabkan tubuh menjadi
lordosis atau membungkuk dan akan menyebabkan ketidaknyamanan
nyeri punggung pada ibu hamil TM III (Suryani, 2018).
Sakit punggung sering terjadi pada ibu hamil dan memengaruhi kondisi
kesehatan dan kualitas hidup ibu hamil. Berbagai masalah yang timbul
pada kehamilan TM II dan III merupakan masalah psikologis yang sering
dikeluhkan pada ibu hamil, seperti kecemasan dan nyeri. Nyeri
menyebabkan ketakutan dan kecemasan sehingga dapat meningkatkan
stres dan perubahan fisiologis yang drastis selama kehamilan. Nyeri dan
kecemasan bekerja secara sinergis, yang saling memperburuk satu sama
lain (Kurniyati,2021).
Upaya mengurangi ketidaknyamanan nyeri punggung pada ibu hamil
trimester III dapat dilakukan dengan cara nonfarmakologis yang
diantaranya dapat dilakukan dengan cara teknik pemberian kompres air
hangat untuk mengurangi nyeri. Efek fisiologis kompres hangat adalah
bersifat vasodilatasi, meredakan nyeri dengan merelaksasi otot,
meningkatkan aliran darah, memiliki efek sedatif dan meredakan nyeri
dengan menyingkirkan produk-produk inflamasi yang menimbulkan nyeri.
Panas akan merangsang erat saraf yang menutup gerbang sehingga
transmisi impuls nyeri ke medula spinalis dan ke otak dihambat kompres
hangat dapat dilakukan dengan menggunakan buli-buli dan suhu (38-400C)
(Dewiani, dkk,2019). Hasil uji statistik diperoleh nilai p sebesar 0,000,
sehingga dapat disimpulkan terdapat perbedaan yang signifikan antara
intensitas nyeri sebelum dan sesudah diberikan kompres hangat.sehingga
kompres hangat yang dilakukan pada ibu hamil trimester III berpengaruh
terhadap penurunan intensitas nyeri punggung yang dirasakan ibu
(Ernamari,2022).
Ketidaknyamanan tidak hanya dialami ibu pada masa kehamilan tetapi
dapat juga dialami oleh ibu bersalin, dimana persalinan adalah proses
pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42
minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang
berlangsung selama 18 jam produk konsepsi dikeluarkan sebagai akibat
kontraksi teratur, progresif, sering dan kuat yang nampaknya tidak saling
berhubungan bekerja dalam keharmonisan untuk melahirkan bayi
(Walyani dan Purwoastuti, 2021).
Ketidaknyamanan yang dirasakan pada saat persalinan adalah nyeri
persalinan, nyeri persalinan merupakan kontraksi uterus dan pembukaan
serviks menimbulkan nyeri, secara fisiologis nyeri persalinan semakin
lama semakin kuat seiring dengan penambahan pembukaan serviks dan
peningkatan kontraksi rahim (Dewiani, dkk,2019). Upaya untuk mengatasi
nyeri pada saat persalinan dilakukan dengan cara yaitu massage efflurage.
Masagge Effleurage adalah teknik pemijatan pada daerah punggung atau
sacrum dengan menggunakan pangkal telapak tangan teknik pemijatan
berupa usapan lembut, lambat dan panjang atau tidak putus-putus. Teknik
ini menimbulkan efek relaksasi. Dalam persalinan, effleurage dilakukan
dengan menggunakan ujung jari yang ditekan lembut dan ringan. Lakukan
usapan dengan ringan dan tanpa tekanan kuat, tetapi usahakan ujung jari
tidak lepas dari permukaan kulit (Setiawati, 2019).
Ketidaknyamanan yang dirasakan ibu pada masa nifas yaitu nyeri
perineum yang timbul beberapa hari pertama setelah persalinan
pervaginam. Ibu dapat merasakan tidak nyaman karena berbagai alasan,
salah satunya, nyeri setelah melahirkan episiotomi, rasa nyeri yang
menggangu salah satunya jahitan episiotomi dapat menimbulkan rasa tidak
nyamanan pada ibu (Dwi Putri, dkk, 2021). Salah satu cara yang diberikan
untuk mengurangi nyeri perineum pada ibu nifas dapat dilakukan dengan
kompres es pada suhu 10 sampai 150C dilakukan selama 10-20 menit
(Lestari, 2021).Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya pengaruh
pemberian kompres air dingin terhadap nyeri luka perinium pada ibu post
partum(Dolang, 2019)
Continuity Of Care (COC) merupakan layanan kebidanan melalui
model pelayanan berkelanjut pada perempuan sepanjang masa kehamilan,
persalinan, nifas dan keluarga berencana. Pratik Mandiri Bidan (PMB)
Mariani merupakan salah satu PMB yang dipakai untuk praktik klinik
kebidanan Mahasiswi D3 Kebidanan Fakultas Matematika Dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Bengkulu.
Data Januari-Desember 2022 Di PMB Mariani Kota Bengkulu terdapat
kunjungan ANC sebanyak 179 kunjungan, ibu bersalin sebanyak 119
kunjungan, ibu nifas 119 kunjungan, bayi baru lahir sebanyak 119
kunjungan dan KB sebanyak 352 orang. Pada saat survei awal ditemukan
seorang ibu hamil trimester III datang mengeluh ketidaknyamanan nyeri
punggung bagian bawah setelah melakukan aktivitas rumah seperti
menyapu, mencuci, masak, ibu belum pernah mendapatkan informasi
tentang cara mengatasi ketidaknyamanan yang dialaminya.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk
melakukan pemberian edukasi dan pendampingan ketidaknyamanan
dengan menerapkan metode asuhan yang berkelanjutan atau CoC yang
dimulai sejak masa kehamilan TM III, bersalin hingga 2 minggu masa
nifas di praktik mandiri bidan (PMB) Mariani Kota Bengkulu.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah belum diketahuinya bagaimana keberhasilan
pemberian edukasi dan pendampingan ketidaknyamanan pada ibu dimulai
sejak kehamilan TM III hingga 2 minggu masa nifas di PMB Mariani Kota
Bengkulu.
C. Tujuan Penulisan Studi Kasus
1. Penulis mampu melakukan pengkajian data subjektif dan objektif
khususnya yang terkait dengan pemberian edukasi dan pendampingan
ketidaknyamanan pada ibu hamil selama masa kehamilan TM III,
bersalin, hingga 2 minggu masa nifas di PMB Mariani Kota Bengkulu.
2. Penulis mampu melakukan pengkajian data subjektif dan objektif
terkait kondisi kesehatan Bayi baru lahir ( BBL ) di PMB Mariani Kota
Bengkulu.
3. Penulis mampu menegakkan diagnosis dan analisa terkait dengan
pemberian edukasi dan pendampingan ketidaknyamanan pada ibu
selama masa kehamilan TM III, bersalin, hingga 2 minggu masa nifas
di PMB Mariani Kota Bengkulu.
4. Penulis mampu melakukan penatalaksanaan dan evaluasi pemberian
edukasi dan pendampingan ketidaknyamanan pada ibu selama masa
kehamilan TM III, bersalin, hingga 2 minggu masa nifas di PMB
Mariani Kota Bengkulu.
D. Manfaat Studi Kasus
1. Bagi penulis
Penulis mampu melakukan asuhan kebidanan dan meningkatkan
keterampilan serta menambah wawasan khususnya terkait tentang
pemberian edukasi dan pendampingan ketidaknyamanan sejak masa
kehamilan TM III hingga 2 minggu masa nifas.
2. Bagi Institusi
Studi kasus ini dapat dijadikan bahan referensi bagi mahasiswa
tentang pemberian edukasi dan pendampingan ketidaknyamanan sejak
masa kehamilan TM III hingga 2 minggu masa nifas.
3. Bagi Lahan Praktek
Studi kasus ini dapat dijadikan sebagai sumber informasi dalam
pemberian edukasi dan pendampingan ketidaknyamanan sejak masa
kehamilan TM III hingga 2 minggu masa nifas.
4. Bagi Pasien
Ibu hamil diharapkan lebih mengerti akan pentingnya pemeriksaan
anternatal untuk mencegah dan deteksi dini secara mendapatkan
asuhan yang komprehensif sehingga masa kehamilan dapat berjalan
dengan baik dimulai dari hamil sampai masa nifas.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. KEHAMILAN
1. Pengertian kehamilan
Kehamilan merupakan suatu proses yang fisiologis dan alamiah,
dimana setiap perempuan yang memiliki organ reproduksi sehat, telah
mengalami menstruasi, dan melakukan hubungan seksual dengan
seorang pria yang sehat maka besar kemungkinan akan mengalami
kehamilan. Kehamilan juga dikenal sebagai gravida atau gestasi adalah
waktu dimana satu atau lebih bayi berkembang di dalam diri seorang
wanita. Kehamilan dapat terjadi melalui hubungan seksual atau
teknologi reproduksi bantuan.
Kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi dan dilanjutkan dengan
nidasi atau implantasi. Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai
lahirnya bayi dengan lama 280 hari atau 40 minggu yang dihitung dari
hari pertama haid terakhir. Pada keadaan normal, ibu hamil akan
melahirkan pada saat bayi telah aterm (mampu hidup diluar rahim)
yaitu saat usia kehamilan 37-42 minggu, tetapi kadang- kadang
kehamilan justru berakhir sebelum janin mencapai aterm. Kehamilan
dapat pula melewati batas waktu yang normal lewat dari 42 minggu
(Wulandari, dkk 2021).
2. Perubahan fisiologi pada kehamilan TM III
a. Uterus
Pada wanita tidak hamil, uterus normal memiliki berat sekitar
70 gram dan rongga berukuran 10 ml atau kurang. Selama
kehamilan uterus berubah menjadi organ muscular dengan dinding
relatif tipis yang mampu menampung janin, plasenta, dan cairan
amnion. Volume total isi uterus pada kehamilan aterm adalah
sekitar 5 L meskipun dapat juga mencapai 20 L atau lebih.
Padaakhir kehamilan, uterus telah mencapai kapasitas 500 -1000
kali lebih besar daripada keadaan tidak hamil (Sutanto dan
Fitriana,2021).
Selama kehamilan, pembesaran uterus akibat peregangan dan
hipertrofi sel-sel otot, sementara produksi miosit masih terbatas.
Peningkatan ukuran s otot ini diiringi oleh akumulasi jaringan
fibrosa, terutama di lapisan otot eksternal, dan peningkatan
bermakna jaringan elastis. Anyaman serat otot yang terbentuk ikut
memperkuat dinding uterus.
Meskipun mengalami penebalan yang lebih ber- makna selama
beberapa bulan pertama kehamilan, dinding korpus sebenarnya
menipis seiring dengan kemajuan gestasi. Pada kehamilan aterm,
ketebalan dinding ini hanya 1-2 cm atau kurang. Pada bulan-bulan
terkahir, uterus berubah menjadi suatu kantong berotot dengan
dinding yang tipis, lunak, dan lentur, sehingga janin dapat teraba
dari luar (Sutanto dan Fitriana,2021).
b. Ovarium
Selama kehamilan, ovulasi berhenti dan pematangan folikel-
folikel baru ditunda. Biasanya hanya satu korpus luteum yang
ditemukan pada wanita hamil. Struktur ini berfungsi maksimal
selama 6-7 minggu pertama kehamilan, 4-5 minggu pascaevolusi
dan setelah itu tidak banyak berkontribusi dalam produksi
progesteron (Susanto dan Fitriana,2021).
c. Vagina dan perinium
Selama kehamilan, terjadi peningkatan vaskularitas dan
hiperemia di kulit dan otot perineum dan vulva, disertai pelunakan
jaringan ikat di bawahnya. Meningkatnya vaskularitas sangat
memengaruhi vagina dan menyebabkan warnanya menjadi
keunguan. Dinding vagina mengalami perubahan mencolok sebagai
per- siapan untuk meregang saat persalinan dan kelahiran.
Perubahan-perubahan ini mencakup peningkatan ber- makna
ketebalan mukosa, melonggarnya jaringan ikat dan hipertrofi sel
otot polos. Papila epitel vagina meng- alami hipertrofi, sehingga
terbentuk gambaran berpaku- paku halus (Sutanto dan
Fitriana,2021).
d. Payudara
Pada minggu-minggu awal kehamilan, wanita sering merasakan
parestesia dan nyeri payudara. Setelah bulan kedua, payudara
membesar dan memperlihatkan vena- vena halus di bawah kulit.
Puting menjadi jauh lebih besar, berwarna lebih gelap dan lebih
tegak. Setelah beberapa bulan pertama, pemijatan lembut pada
puting sering menyebabkan keluarnya cairan kental kekuning-
kuningan. Selama bulan- bulan tersebut, areola menjadi lebih lebar
dan lebih gelap, serta munculnya sejumlah tonjolan kecil kelenjar
Mongomery yaitu kelenjar sebasea hipertrofik (Sutanto dan
Fitriana,2021).
Jika peningkatan ukuran payudara berlebihan dapat terbentuk
striae seperti yang terjadi di abdomen. Meskipun jarang, payudara
dapat membesar secara berlebihan dan patologis -disebut juga
gigantomastia- yang memerlukan intervensi bedah. Yang menarik,
ukuran payudara pra ke- hamilan tidak berkaitan dengan volume air
susu yang dihasilkan (Sutanto dan Fitriana,2021).
e. Sistem endokrin
1) Aliran darah ke kulit
Meningkatnya aliran darah ke kulit selama kehamilan
berfungsi untuk mengeluarkan kelebihan panas yang terbentuk
karena meningkatnya metabolisme (Sutanto dan Fitriana,2021).
2) Dinding abdomen
Pada pertengahan kehamilan sering terbentuk alur- alur
kemerahan yang sedikit cekung di kulit abdomen, serta kadang
di kulit payudara dan paha. Ini disebut striae gravidarum atau
strech marks. Pada wanita multipara, selain striae kemerahan
akibat kehamilan yang sedang dikandung, sering tampak garis-
garis putih keperakan berkilap yang mencerminkan sikatriks
dari striae lama. Kadang otot dinding abdomen tidak dapat
menahan tegangan yang mengenainya (Sutanto dan
Fitriana,2021).
3) Hiperpigmentasi
Hiperpigmentasi terjadi pada hampir pada 90 persen wanita.
Hiperpigmentasi biasanya lebih mencolok pada mereka yang
berkulit gelap. Garis tengah kulit abdomen (linea alba)
mengalami pigmentasi, sehingga warnanya berubah menjadi
hitam kecoklatan (linea nigra). Kadang muncul bercak-bercak
kecoklatan ireguler dengan berbagai ukuran di wajah dan leher,
menimbulkan kloasma atau melasma gravidarum -apa yang
disebut sebagai topeng kehamilan (mask of pregnancy).
Pigmentasi aerola dan kulit genital juga dapat bertambah.
Perubahan-perubahan pigmentasi ini biasanya hilang atau
paling sedikit berkurangnyata setelah persalinan. Kontrasepsi
oral juga dapat menyebabkan pigmentasi serupa. Hanya sedikit
yang diketahui tentang sifat perubahan pigmentasi ini,
meskipun melanocyte -stimulating hormone, suatu polipeptida
yang serupa dengan kortikotropin, dibuktikan meningkat secara
bermakna sejak akhir bulan kedua kehamilan hingga aterm.
Estrogen dan progesteron juga dilaporkan memiliki efek
merangsang melanosit (Sutanto dan Fitriana,2021).
4) Perubahan vaskular
Angioma yang disebut vaskular spider terbentuk pada sekitar
dua pertiga wanita kulit putih dan sekitar 10 persen wanita kulit
hitam. Angioma ini bermanifestasi sebagai tonjolan-tonjolan
kecil merah di kulit, terutama di wajah, leher, dada atas, dan
lengan, disertai jari-jari menjulur ke luar dari bagian tengah
lesi. Keadaan ini sering disebut sebagai nevus, angioma atau
telangiekstasia. Eritema palmaris ditemukan selama kehamilan
pada sekitar dua pertiga wanita kulit putih dan sepertiga wanita
kulit hitam. Kedua keadaan ini tidak memiliki makna klinis dan
hilang pada sebagian besar wanita segera setelah persalinan.
Perubahan vaskular ini kemungkinan besar merupakan
konsenkuensi hiper- setrogenemia (Sutanto dan Fitriana,2021).
f. Sistem perkemihan
1) Ginjal
Pada sistem kemih ditemukan sejumlah perubahan nyata akibat
kehamilan. Dengan menggunakan radiografi, Bailey dan
Rolleston melaporkan bahwa ginjal 1,5 cm lebih panjang pada
awal masa nifas, dibandingkan dengan 6 bulan kemudian. Laju
filtrasi glomerulus (LFG, Glomerular Filtration Rate) dan
aliran plasma ginjal meningkat pada awal kehamilan. LFG
meningkat hingga 25 persen pada minggu kedua setelah
konsepsi dan 50 persen pada awal tri semester kedua. Aliran
plasma ginjal bahkan meningkat lebih besar. Peningkatan
filtrasi glomerulus menetap sampai aterm, meskipun aliran
plasma ginjal berkurang selama kehamilan tahap akhir.
Seperti pada tekanan darah, postur ibu mungkin berpengaruh
besar terhadap beberapa aspek fungsi ginjal. Misalnya,
menjelang akhir kehamilan, aliran urin dan ekskresi natrium
rata-rata dalam posisi terlentang kurang daripada separuh laju
eksresi dalam posisi berbaring lateral. Dampak postur pada
filtrasi glomerulus dan aliran plasma jauh lebih bervariasi
(Sutanto dan Fitriana,2021).
2) Ureter
Setelah keluar dari panggul, uterus bertumpu pada ureter,
menggesernya ke lateral dan menekannya di tepi panggul. Hal
ini menyebabkan tonus intraureter meningkat.
Dilatasi tak setara ini dapat disebabkan oleh efek bantalan
yang dihasilkan oleh kolon sigmoid bagi ureter kiri dan
mungkin karena penekanan ureter kanan yang lebih besar akibat
dekstrorotasi uterus. Kompleks vena ovarium kanan, yang
sangat melebar selama kehamilan, terletak oblik di atas ureter
kanan dan mungkin berperan besar menyebabkan dilatasi ureter
kanan (Sutanto dan Fitriana,2021).
3) Kandung kemih
Terjadi sedikit perubahan anatomis di kandung kemih
sebelum 12 minggu. Namun sejak waktu ini dengan
bertambahnya tekanan uterus, terjadi hiperemia yang mengenai
semua organ panggul, dan tumbuhnya hiperplasia otot dan
jaringan ikat kandung kemih, maka trigonum vesika terangkat
dan tepi porterior atau intraureternya menebal. Berlanjutnya
proses ini hingga akhir kehamilan menyebabkan trigonum
menjadi lebih dalam dan lebar. Tidak terjadi perubahan mukosa
selain peningkatan ukuran dan liku-liku pembuluh darahnya
(Sutanto dan Fitriana,2021).
Dengan pemeriksaaan uretrosistometri, bahwa tekanan
kandung kemih pada primigravida meningkat dari 8 cm H20
pada awal kehamilan menjadi 20 cm H20 pada aterm. Untuk
mengkompensasi berkurangnya kapasitas kandung kemih,
panjang uretra absolut dan fungsional masing- masing
bertambah sebanyak 6,7 dan 4,8 mm. Pada saat yang sama,
tekanan intrauretra maksimal meningkat dari 70 menjadi 91 cm
H20 sehingga kontinentisia (continence) dipertahankan. Namun
paling tidak separuh dari wanita sedikit banyak mengalami
inkontinensia urin pada tri semester ke-3. Selain itu,tekanan
bagian presentasi mengangg draenase darah dan limfa dari
dasar kandung kemih, sering menyebabkan bagian ini menjadi
edematosa, mudah mengalami trauma dan lebih rentan terhadap
infeksi (Sutanto dan Fitriana,2021).
g. Sistem pencernaan
Seiring dengan kemajuan masa kehamilan, lambung dan usus
tergeser oleh uterus yang terus membesar. Karena itu, temuan-
temuan fisik pada penyakit tertentu mengalami perubahan,
Apendiks, misalnya, biasanya tergeser ke atas dan agak lateral
akibat uterus yang membesar. Kadang-kadang apendiks dapat
mencapai pinggang kanan.
Waktu pengosongan lambung yang diteliti dengan
menggunakan teknik absorpsi asetaminnofen, tampaknya tidak
berubah selama kehamilan dan jika dibandingkan dengan wanita
yang tidak hamil. Namun, selama persalinan, dan terutama setelah
pemberian obat analgesik, waktu pengosongan lambung mungkin
memanjang secara sig- nifikan. Akibatnya, bahaya pada anestesia
umum untuk kelahiran adalah regusgitasi dan aspirasi isi lambung
yang berisi makanan atau bersifat sangat asam (Sutanto dan
Fitriana,2021).
Pirosis (heartburn) sering dijumpai pada kehamilan dan
kemungkinan besar disebabkan oleh refluks sekresi asam ke
esofagus bawah. Meskipun perubahan posisi lambung mungkin
ikut berperan menyebabkan tingginya frekuensi pirosis namun
tonus sfingter esofagus bawah juga berkurang. Selain itu, pada
wanita hamil tekanan intraesofagus berkurang dan tekanan
intralambung meningkat. Pada saat yang sama, peristalsis esofagus
memperlihatkan penurunan kecepatan gelombang dan amplitudo.
Gusi mungkin mengalami hiperemia sehingga melunak selama
kehamilan dan dapat berdarah setelah trauma ringan, misalnya
akibat sikat gigi. Kadang terbentuk pembengkakan fokal yang
sangat vaskular di gusi (epulis kehamilan) yang biasanya mengecil
spontan setelah melahirkan. Bukti yang ada umumnya
memperlihatkan bahwa kehamilan tidak mendorong pembusukan
gigi.
Hemoroid cukup sering terjadi selama kehamilan. Kelai- nan ini
terutama disebabkan oleh kontipasi dan peningkatan tekanan vena-
vena di bawah uterus yang membesar (Sutanto dan Fitriana,2021).
h. Sistem musculoskeletal
Lordosis progresif adalah gambaran khas kehamilan normal.
Lordosis sebagai kompensasi posisi anterior uterus yang membesar,
menggeser pusat gravitasi kembali ke ekstremitas bawah.
Selama kehamilan, sendi sakroiliaka, sakrokoksigeus, dan pubis
mengalami peningkatan mobilitas. Peningkatan kelenturan sendi
selama kehamilan tidak berkaitan dengan peningkatn kadar
estradiol, progesteron atau relaksin serum ibu. Mobilitas sendi
mungkin berperan dalam perubahan postur ibu dan sebaliknya
dapat menyebabkan rasa tidak nyaman di punggung bawah. Hal ini
terutama mengganggu pada kehamilan tahap lanjut, saat wanita
hamil kadang merasa pegal, baal, dan lemah di ekstemitas atasnya.
Hal ini dapat terjadi akibat lordosia hebat disertai fleksi leher
anterior dan melorotnya gelang bahu, yang pada gilirannya
menimbulkan tarikan pada saraf ulnaris dan medianus (Sutanto dan
Fitriana,2021).
3. Perubahan Psikologi Ibu Hamil TM III
Periode ini sering disebut periode menunggu dan waspada.
Pasalnya, pada saat ini ibu tidak sabar menunggu kelahiran bayinya,
serta selalu menunggu tanda-tanda persalinan. Bentuk-bentuk
perhatian seperti di antaranya fokus pada sang bayi, ibu yang selalu
waspada melindungi bayinya dari bahaya, persiapan aktif dilakukan
untuk menyambut kelahiran bayinya, membuat baju, menata kamar
bayi, membayangkan mengasuh/merawat bayi, serta menduga-duga
akan jenis kelamin dan rupa bayinya (Dartiwen,dan Nurhayati,2019)
Pada trimester III biasanya ibu merasa khawatir atau takut akan
kehidupan dirinya maupun bayinya. Ketakutan tersebut seperti
kekhawatiran adanya kelainan pada sang jabang bayi, kemudian nyeri
persalinan yang akan dilalui, serta ketidakpastian waktu melahirkan.
Ketidaknyamanan pada trimester ini terus meningkat. Ibu merasa
dirinya aneh dan jelek, menjadi lebih ketergantungan, malas, mudah
tersinggung, serta merasa menyulitkan. Di samping itu ibu merasa
sedih akan berpisah dari bayinya dan kehilangan perhatian khusus
yang akan diterimanya selama hamil. Di sinilah ibu memerlukan
keterangan, dukungan dari suami, bidan, dan keluarganya.
Masa-masa ini disebut juga dengan masa krusial/penuh kemelut
untuk beberapa wanita. Pasalnya, terdapat kritis identitas, yang
disebabkan karena berhenti bekerja, kehilangan kontak dengan teman,
hingga perasaan merasa kesepian. Wanita mempunyai banyak
kekhawatiran, seperti tindakan medis saat persalinan, perubahan body
image merasa kehamilannya sangat berat, dan ketakutan kehilangan
pasangan. Berikut Ini akan dibahas mengenai cara mengurangi dampak
psikologis ibu hamil pada trimester I, II, dan III (Dartiwen,dan
Nurhayati,2019)
4. Kebutuhan ibu hamil TM III
a. Kebutuhan oksigen
Kebutuhan oksigen ibu hamil meningkat kira-kira 20%,
sehingga untuk memenuhi kebutuhannya itu, ibu hamil harus
bernapas lebih dalam dan bagian bawah thoraxnya juga melebar ke
sisi. Pada kehamilan 32 minggu ke atas, usus-usus tertekan oleh
uterus yang membesar ke arah diafragma, sehingga diafragma sulit
bergerak dan tidak jarang ibu hamil mengeluh sesak napas dan
pendek napas (Dartiwen,dan Nurhayati,2019)
Untuk mencegah hal tersebut dan untuk memenuhi kebutuhan
oksigen sebaiknya yang harus diperhatikan dan dilakukan oleh ibu
hamil untuk mengurangi perubahan sistem respirasi tersebut adalah
sebagai berikut:
1) Tidur dengan posisi miring ke arah kiri untuk meningkatkan
perfusi uterus dan oksigenasi plasenta dengan mengurangi
tekanan pada vena asenden.
2) Melakukan senam hamil untuk melakukan latihan pernapasan.
3) Posisi tidur dengan kepala lebih tinggi. Usahakan untuk
berhenti makan sebelum merasa kenyang.
4) Apabila ibu merokok, segera hentikan.
5) Apabila ada keluhan yang sangat mengganggu pada sistem
respirasi, segera konsultasi ke tenaga kesehatan.
b. Kebutuhan nutrisi
Dalam masa kehamilan, kebutuhan akan zat gizi meningkat. Hal
ini diperlukan untuk memenuhi kebutuhan tumbuh-kembang janin,
pemeliharaan kesehatan ibu dan persediaan untuk laktasi, baik
untuk ibu maupun janin. Kekurangan nutrisi dapat mengakibatkan
anemia, abortus, partus prematurus, inersia uteri, perdarahan
pascapersalinan, sepsis peurperalis dan lain-lain. Kelebihan nutrisi
karena dianggap makan untuk dua orang dapat berakibat
kegemukan, pre eklamsia, janin besar dan lain-lain.
Selama kehamilan, terjadi peningkatan kalori sekitar 80.000
kkal, sehingga dibutuhkan penambahan kalori sebanyak 300
kkal/hari. Penambahankalori ini dihitung melalui protein, lemak
yang ada pada janin, lemak pada ibu dan konsumsi O2, ibu selama
9 bulan (Dartiwen,dan Nurhayati,2019)
1) Metabolisme Basal
Meningkat 15-20% oleh karena:
a) Pertumbuhan janin, plasenta, jaringan pada tubuh
b) Peningkatan aktivitas kelenjar-kelenjar endokrin.
c) Keaktifan jaringan protoplasma janin sehingga
meningkatkan kebutuhan kalori.
2) Karbohidrat
Metabolisme karbohidrat ibu hamil sangat kompleks karena
terdapat kecenderungan peningkatan eksresi dextrose dalam
urine. Hal ini ditunjukan oleh frekuensi glukosuria ibu hamil
yang relatif tinggi dan adanya glukosuria pada wanita hamil
setelah mendapat 100 gram dextrose per oral. Normalnya, pada
wanita hamil tidak terdapat glukosuria. Kebutuhan karbohidrat
lebih kurang 65% dari total kalori sehingga perlu penambahan
(Dartiwen dan Nurhayati,2019).
3) Protein
Protein dibutuhkan untuk pertumbuhan janin, uterus,
payudara, hormon, penambahan cairan darah ibu, persiapan
laktasi. Kebutuhan protein adalah 9 gram/hari. Sebanyak 1/3
dari protein hewani mempunyai nilai biologis tinggi.
Kebutuhan protein untuk fetus adalah 925 gram selama 9
bulan. Efisiensi protein adalah 70%, terdapat protein loss di
urine ± 30 % (Dartiwen,dan Nurhayati,2019)
4) Lemak
Selama hamil, terdapat lemak sebanyak 2-2,5 kg dan
peningkatan terjadi mulai bulan ke-3 kehamilan. Penambahan
lemak tidak diketahui, namun kemungkinan dibutuhkan untuk
proses laktasi yang akan datang (Dartiwen,dan Nurhayati,2019)
5) Mineral
a) Ferum/Fe
(1) Dibutuhkan untuk pembentukan Hb, terutama
hemodilusi
(2) Pemasukan harus adekuat selama hamil untuk
mencegah anemia.
(3) Wanita hamil memerlukan 800 mg atau 30-50
gram/hari.
(4) Anjuran maksimal: penambahan mulai awal kehamilan,
karena pemberian yang hanya pada trimester III tidak
dapat mengejar kebutuhan ibu dan juga untuk cadangan
fetus (Dartiwen,dan Nurhayati,2019)
b) Kalsium (Ca)
(1) Diperlukan untuk pertumbuhan tulang dan gigi.
(2) Vitamin D membantu penyerapan kalsium.
(3) Kebutuhan 30-40 gram/hari untuk janin. d) Wanita
hamil perlu tambahan 600 mg/hari.
(4) Total kebutuhan ibu hamil selama kehamilan adalah
1200 mg/hari (Dartiwen,dan Nurhayati,2019)
c) Natrium (Na)
(1) Natrium bersifat mengikat cairan sehingga akan meme-
ngaruhi keseimbangan cairan tubuh.
(2) Ibu hamil normal kadar natrium bertambah 1,6-88
gram/minggu sehingga cenderung akan timbul oedema.
(3) Dianjurkan ibu hamil mengurangi makanan yang me-
ngandung natrium (Dartiwen,dan Nurhayati,2019)
d) Vitamin
(1) Vitamin A
Untuk kesehatan kulit, membran mukosa, membantu
penglihatan pada malam hari dan untuk menyiapkan
vitamin A bagi bayi.
(2) Vitamin D
Untuk absorpsi dan metabolisme kalsium dan fosfor.
(3) Vitamin E
Dibutuhkan penambahan ± 10 mg.
(4) Vitamin K
Untuk pembentukan protombin.
(5) Vitamin B
Kompleks Untuk pembentukan enzim yang diperlukan
dalam metabolisme karbohidrat.
(6) Vitamin C
Untuk pembentukan kolagen dan darah untuk
membantu pe- nyerapan Fe.
(7) Asam folat
Untuk pembentukan sel-sel darah, untuk sintesa DNA
serta untuk pertumbuhan janin dan plasenta
(Dartiwen,dan Nurhayati,2019)
6) Air
Bertambah 7 liter, untuk volume dan sirkulasi darah
bertambah ± 25% sehingga dengan demikian fungsi jantung
dan alat-alat lain akan meningkat. Peningkatan kebutuhan gizi
selama kehamilan dipergunakan antara lain untuk pertumbuhan
plasenta, pertambahan volume darah, mamae yang membesar
dan metabolisme basal yang meningkat (Dartiwen,dan
Nurhayati,2019)
Kenaikan berat badan ibu hamil rata-rata antara 6,5-16 kg.
Jika berat badan naik lebih dari semestinya, anjurkan untuk
mengurangi makanan yang mengandung karbohidrat. Lemak
jangan dikurangi, apalagi sayur mayur dan buah-buahan. Jika
berat badan tetap saja atau menurun semua makanan dianjurkan
terutama yang mengandung protein dan besi. Jika terdapat
oedema kaki, sedangkan kenaikan berat badan sesuai dengan
kehamilan, maka dianjurkan untuk tidak memakan manakan
yang mengandung garam atau makanan yang kaya akan ion
natrium dan klorida.Hal terpenting yang penting perlu
diperhatikan adalah:
a) Cara mengatur menu.
b) Cara pengolahan menu makanan.
c. Kebutuhan Personal Hygiene
Mandi diperlukan untuk menjaga kebersihan/higiene terutama
perawatan kulit. Pasalnya, pada masa kehamilan fungsi ekskresi
dan keringat biasanyabertambah. Untuk itu, digunakanlah atau
diperlukan pula sabun yang lembut atau ringan. Hal-hal yang perlu
diperhatikan adalah:
1) Tidak mandi air panas.
2) Tidak mandi air dingin
3) Pilih antara shower dan bak mandi sesuai dengan keadaan
personal.
4) Pada kehamilan lanjut, shower lebih aman daripada bak mandi
( bath tub) (Dartiwen,dan Nurhayati,2019)
d. Pakaian
Pakaian yang dikenakan harus longgar, bersih dan tidak ada
ikatan yang ketat pada daerah perut. Selain itu, wanita dianjurkan
mengenakan bra yang menyokong payudara dan memakai sepatu
dengan hak yang tidak terlalu tinggi karena titik berat wanita hamil
berubah. Pakaian dalam yang dikenakan harus selalu bersih dan
menyerap keringat. Dianjurkan pula memakai pakaian dari bahan
katun yang dapat menyerap keringat. Pakaian dalam harus selalu
kering dan harus sering diganti (Dartiwen dan Nurhayati,2019).
e. Eliminasi
Wanita dianjurkan untuk defekasi teratur dengan mengonsumsi
makanan yang banyak mengandung serat seperti sayuran. Selain
itu, perawatan perineum dan vagina dilakukan setelah BAK/BAB
dengan cara membersihkan dari depan ke belakang, menggunakan
pakaian dalam dari bahan katun, sering mengganti pakaian dalam
dan tidak melakukan dounching/pembilasan (Dartiwen dan
Nurhayati,2019).
f. Istirahat/ Tidur
Wanita pekerja harus istirahat. Tidur siang menguntungkan dan
baik untuk kesehatan. Tempat hiburan yang terlalu ramai, sesak
dan panas lebih baik dihindari karena dapat menyebabkan jatuh
pingsan. Tidur malam ± 8 jam dan tidur siang ± 1 jam (Dartiwen
dan Nurhayati,2019).
5. Ketidaknyamanan dan cara mengatasi ketidaknyamanan pada
kehamilan trimester III.
a. Nyeri punggung.
Nyeri punggung disebabkan oleh punggung ibu hamil yang
harus menopang berat bobot tubuh yang lebih berat. Rasa nyeri ini
juga disebabkan oleh hormone relaksin yang mengendurkan sendi
diantara tulang-tulang didaerah punggung. Nyeri punggung bawah
biasanya didefinisikan sebagai ketidaknyamanan aksial atau
parasagittal didaerah punggung bawah. Ini pada dasarnya adalah
muskoloskeletal dan mungkin karena kombinasi faktor mekanik,
peredaran darah. hormonal, dan psikososial. Penyebab lainnya
adalah karena hipertropi dan peregangan ligamentum selama
kehamilan dan tekanan dari uterus pada
ligamentum.Ketidaknyamanan nyeri punggung bawah merupakan
keluhan yang paling umum terjadi di kalangan ibu hamil dengan
derajat nyeri berbeda pada setiap individu, diperkirakan sekitar
73,3% wanita hamil berada di derajat nyeri sedang (Dewiani,
dkk,2019).
Salah satu cara yang diberikan untuk mengurangi
ketidaknyamanan nyeri punggung pada ibu hamil trimester III
dapat dilakukan dengan cara nonfarmakologis yang diantaranya
dapat dilakukan dengan cara teknik pemberian kompres air hangat
untuk mengurangi nyeri. Efek fisiologis kompres hangat adalah
bersifat vasodilatasi, meredakan nyeri dengan merelaksasi otot,
meningkatkan aliran darah, memiliki efek sedatif dan meredakan
nyeri dengan menyingkirkan produk-produk inflamasi yang
menimbulkan nyeri. Panas akan merangsang erat saraf yang
menutup gerbang sehingga transmisi impuls nyeri ke medula
spinalis dan ke otak dihambat Kompres hangat dapat dilakukan
dengan menggunakan buli-buli dan suhu (38-40 C) selama 30
menit (Dewiani, dkk,2019).
b. Sering BAK
Sering berkemih yang dialami ibu hamil TM III dikarenakan
ginjal bekerja lebih berat dari biasanya, karena organ tersebut harus
menyaring volume darah lebih banyak dibanding sebelum hamil.
Janin dan plasenta yang membesar juga memberikan tekanan pada
kandung kemih, sehingga menjadikan ibu hamil sering buang air
kecil.
Asuhan kebidanan yang diberikan untuk mengurangi keluhan
sering buang air kecil pada ibu hamil TM III dengan memberikan
pendidikan kesehatan agar ibu menghindari minuman yang dapat
meningkatkan aktivitas buang air kecil seperti minuman yang
beralkohol, bersoda, tinggi gula dan minuman berkafein seperti
kopi atau teh, memberikan pendidikan kesehatan tentang personal
hyiegine, memberitahu ibu untuk tetap minum dalam jumlah yang
cukup dan jangan menguranginya untuk menghindari terjadinya
dehidrasi. Asuhan ini diberikan selama 2 minggu dan terbukti
dapat mengurangi keluhan sering buang air kecil pada ibu hamil
TM III (Dewiani, dkk,2019).
c. Oedema kaki
Gangguan sirkurasi darah akibat pembesaran dan penekanan
uterus terutama pada vena pelvis ketika duduk dan vena inferior
ketika berbaring, peningkatan penyerapan kapiler. Dampak yang
ditimbulkan dani oedema kaki pada ibu hamil dapat menyebabkan
ketidaknyamanan, perasaan berat, dan kram di malam hari.
oedemajuga cukup berbahaya bagi ibu hamil karena bisa
menyebabkan gangguan pada jantung, ginjal dan lain sebagainya
sehingga menyebabkan organ tubuh tersebut tidak berfungsi
sebagaimana mestinya.
Untuk mengatasi ketidaknyamanan oedema kaki pada ibu hamil
trimester III dapat dilakukan dengan cara hindari posisi tegak lurus
dalam waktu yang lama 2) Istirahat dengan posisi berbaring miring
dan kaki agak ditinggikan,olahraga atau senam hamil dan hindari
sendal atau sepatu hak tinggi (Dewiani, dkk,2019).
Bengkak dan kram kaki pada ibu hamil juga disebabkan oleh
peningkatan hormon yang mengakibatkan penumpukan cairan
tubuh. Karena adanya pengaruh gravitasi, maka cairan akan
terkumpul di bagian kaki, sehingga kaki mengalami bengkak.
Kondisi ini dapat menyebabkan kram pada kaki. Penatalaksanaan
dengan melakukan pijat dan rendam kaki dengan air hangat
campuran kencur juga dapat mengurangi reema pada kaki. Aroma
yang dikeluarkan kencur merupakan are aterapi yang akan
memberikan efek ketenangan, kenyamanan, mengurangi rasa sakit
dan stress sehingga akan menimbulkan efek relaksasi. Penelitian
pada 3 responden yang di beri perlakuan pada kedua kaki
responden yang mengalami oedema pada kaki dengan memberikan
pijat kaki selama 20 menit dan rendam air hangat (suhu 37-39°C)
dengan campuran kencur sebesar 1 ruas ibu jari yang dilakukan
selama 5 hari terbukti 100% mengalami penurunan oedema kaki
pada ibu hamil TM III (Dewiani, dkk,2019).
d. Kram kaki
Kram kaki terjadi karena gangguan aliran atau sirkulasi darah
pada pembuluh darah panggul yang disebabkan oleh tertekannya
pembuluh tersebut oleh uterus yang semakin membesar pada
kehamilan. Kram kaki dapat dikurangi dengan cara meluruskan
kaki dengan menggerakan jari-jari. Kemudian pijat daerah betis
dengan lembut dan secara perlahan lakukan sebelum tidur selama
20 menit dapat mengurangi kram kaki yang dirasakan ibu hamil
TM III.
Cara untuk mengatasi kram kaki dapat dikurangi dengan cara
meluruskan kaki dengan menggerakan jari-jari. Kemudian pijat
daerah betis dengan lembut dan secara perlahan lakukan sebelum
tidur selama 20 menit dapat mengurangi kram kaki yang dirasakan
ibu hamil TM III (Dewiani, dkk,2019).
Rendam air hangat dengan suhu 37-39°C selama 30 menit dapat
menurunkan tingkat nyeri kram kaki pada ibu hamil TM III.
Sebelum diberikan terapi rendam air hangat sebagian responden
dengan tingkat nyeri sedang yaitu 11 responden (73%) dan sesudah
pemberian terapi rendam air hangat sebagian responden menurun
ke tingkat nyeri ringan sebanyak 13 responden (86,7%) (Dewiani,
dkk,2019).
e. Hemoroid
Haemorroid disebut juga wasir biasa terjadi pada ibu hamil
trimester II dan trimester III, semakin bertambah parah dengan
bertambahnya umur kehamilan karena pembesaran uterus
meningkat. Haemorroid dapat terjadi oleh karena adanya
konstipasi. Hal ini berhubungan dengan meningkatnya progesteron
yang menyebabkan peristaltik usus lambat dan juga oleh vena
haemorroid tertekan karena pembesaran uterus (Dewiani,
dkk,2019).
Cara mengatasi ketidaknyamanan karena bemarroid:
Haemorroid dapat dicegah atau meringankan efeknya dapat
dilakukan dengan menghindari hal yang menyebabkan konstipasi,
atau menghindari mengejan pada saat defikasi: tbu hamil harus
membiasakan defikasi yang baik, jangan duduk terlalu lama di
toilet. Membiasakan senam kegel secara teratur, dan saat duduk
pada bak yang berisi air hangat selama 15-20 menit, dilakukan
sebanyak 3 sampai 4 kali sehari (Dewiani, dkk,2019).
f. Sesak napas
Patofisiologi Peningkatan aktivitas metabolisme selama
kehamilan akan meningkatkan karbondioksida. Hiperventilasi akan
menurunkan karbon dioksida. Sesak nafas terjadi pada trimester III
karena pembesaran uterus yang menekan diafragma. Selain itu
diafragma mengalami elevasi kurang lebih 4 cm selama kehamilan
(Dewiani, dkk,2019).
Penatalaksaan Hiperventilasi/sesak napas dan nyeri ulu hati,
pada kehamilan trimester III dapat dilakukan dengan cara
melakukan senam prenatal yoga, hasil penelitian menyatakan
terjadinya perubahan keluhan fisik setelah latihan prenatal yoga,
hal ini dikarenakan tubuh mengalami peregangan otot lebih rileks,
sehingga peredaran darah bekerja dengan baik dan tubuh
memproduksi hormon Endorphin. Prenatal yoga efektif diberikan
selama 2 kali seminggu selama 45 menit dan dilakukan pada pagi
hari (Dewiani, dkk,2019).
g. Konstipasi
Konstipasi sering dialami ibu hamil pada TM III, hal ini
dikarenakan kadar progesteron tinggi. Rahim yang semakin
membesar akan menekan rectum dan usus bagian bawah sehingga
terjadi konstipasi. Konstipasi semakin berat karena gerakan otot
dalam usus diperlambat oleh tingginya kadar progesterone.
Konstipasi ibu hamil terjadi akibat peningkatan produksi
progesteron yang menyebabkan tonus otot polos menurun,
termasuk pada sistem pencernaan, sehingga sistem pencernaan
menjadi lambat. Motilitas otot yang polos menurun dapat
menyebabkan absorpsi air di usus besar meningkat sehingga faeses
menjadi keras (Dewiani, dkk,2019).
h. Sering berkeringat
Konstipasi sering dialami ibu hamil pada TM III, hal ini
dikarenakan kadar progesteron tinggi. Rahim yang semakin
membesar akan menekan rectum dan usus bagian bawah sehingga
terjadi konstipasi. Konstipasi semakin berat karena gerakan otot
dalam usus diperlambat oleh tingginya kadar progesterone.
Konstipasi ibu hamil terjadi akibat peningkatan produksi
progesteron yang menyebabkan tonus otot polos menurun,
termasuk pada sistem pencernaan, sehingga sistem pencernaan
menjadi lambat. Motilitas otot yang polos menurun dapat
menyebabkan absorpsi air di usus besar meningkat sehingga faeses
menjadi keras (Dewiani, dkk,2019).

B. PERSALINAN
1. Pengertian Persalinan
persalinan adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada
kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan
presentasi belakang kepala yang berlangsung selama 18 jam produk
konsepsi dikeluarkan sebagai akibat kontraksi teratur, progresif, sering
dan kuat yang nampaknya tidak saling berhubungan bekerja dalam
keharmonisan untuk melahirkan bayi (Walyani dan Purwoastuti,
2021).
2. Teori terjadinya persalinan
a. Adanya kontraksi rahim
Secara umum, tanda awal bahwa ibu hamil untuk melahirkan
adalah mengejangnya rahim atau dikenal dengan istilah kontraksi.
Kontraksi tersebut berirama, teratur, dan involuter, umumnya
kontraksi bertujuan untuk menyiapkan mulut lahir untuk membesar
dan meningkatkan aliran darah di dalam plasenta. Setiap kontraksi
uterus memiliki tiga fase yaitu:
1) Increment: Ketika intensitas terbentuk.
2) Acme: Puncak atau maximum.
3) Decement: Ketika otot relaksasi
Kontraksi yang sesungguhnya akan muncul dan hilang secara
teratur dengan intensitas makin lama makin meningkat. Perut akan
mengalami kontraksi dan relaksasi, diakhir kehamilan proses
kontraksi akan lebih sering terjadi. Mulanya kontraksi terasa
seperti sakit pada punggung bawal berangsur-angsur bergeser ke
bagian bawah perut mirip dengan mules saat haid, Kontraksi terjadi
simetris di kedua sisi perut mulai dari bagian atas dekat saluran
telur ke seluruh rahim, kontraksi rahim terus berlangsung sampai
bayi lahir (Walyani dan Purwoastuti, 2021).
Kontraksiuterus memiliki perioderelaksasiyang memiliki fungsi
penting untuk mengistirahatkan otot uterus, memberi kesempatan
istirahat bagi wanita, dan mempertahankan kesejahteraan bayi
karena kontraksi uterus menyebabkan konstraksi pembuluh darah
plasenta. Ketika otot uterus berelaksasi di antara kontraksi, uterus
terasa lembut dan mudah ditekan, karena uterus berkontraksi,
ototnya menjadi keras dan lebih keras, dan keseluruhan uterus
terlihat naik ke atas pada abdomen sampai ke ketinggian yang
tertinggi. Setiap kali otot berkontraksi, rongga uterus menjadi lebih
kecil dan bagian presentasi atau kantong amnion didorong ke
bawah ke dalam serviks. Serviks pertama-tama menipis, mendatar,
dan kemudian terbuka, dan otot pada fundus menjadi lebih tebal.
Durasi kontraksi uterus sangat bervariasi, tergantung pada kala
persalinan wanita tersebut. Kontraksi pada persalinan aktif
berlangsung dari 45 sampai 90 detik dengan durasi rata-rata 60
detik. Pada persalinan awal, kontraksi mungkin hanya berlangsung
15 sampai 20 detik. Frekuensi kontraksi ditentukan dengan
mengukur waktu dari permulaan satu kontraksi ke permulaan
kontraksi selanjutnya. Kontraksi biasanya disertai rasa sakit, nyeri,
makin mendekati kelahiran. Kejang nyeri tidak akan berkurang
dengan istirahat atau elusan, wanita primipara ataupun yang sedang
dalam keadaan takut dan tidak mengetahui apa yang terjadi pada
dirinya serta tidak dipersiapkan dengan teknik relaksasi dan
pernapasan untuk mengatasi kontraksinya akan menagis dan
bergerak tak terkendali di tempat tidur hanya karena kontraksi
ringan, sebaliknya wanita yang sudah memiliki pengalaman atau
telah disiapkan dalam menghadapi pengalaman kelahiran dan
mendapat dukungan dari orang terdekat atau tenaga professional
yang terlatih memimpin perslinan, atau wanita berpendidikan tidak
menunjukkan kehilangan kendali atau menagis bahkan pada
kontraksi yang hebat sekalipun (Walyani dan Purwoastuti, 2021).
Ketika merasakan kontraksi uterus, mulailah untuk menghitung
waktunya. Catatlah lamanya waktu antara satu kontraksi dengan
kontraksi berikutnya, dan lamanya kontraksi berlangsung. Jika ibu
merasakan mulas yang belum teratur akan lebih baik menunggu di
rumah sambil beristirahat dan mengumpulkan energi untuk
persalinan. Jika kontraksi sudah setiap 5 menit sekali atau sangat
sakit dapat berangkat ke rumah sakit dengan membawa
perlengkapan yang sudah dipersiapkan (Walyani dan Purwoastuti,
2021).
b. Keluarnya lendir bercampur darah
Lendir disekresi sebagai hasil proliferasi kelenjar lendir servik
pada awal kehamilan. Lendir mulanya menyumbat leher rahim,
sumbatan yang tebal pada mulut rahim terlepas, sehingga
menyebabkan keluarnya lendir yang berwarna kemerahan
bercampur darah dan terdorong keluar oleh kontraksi yang
membuka mulut rahim yang menandakan bahwa mulut rahim
menjadi lunak dan membuka. Lendir inilah yang dimaksud sebagai
bloody slim (Walyani dan Purwoastuti, 2021).
Blood slim paling sering terlihat sebagai rabas lendir bercampur
darah yang lengket dan harus dibedakan dengan cermat dari
perdarahan murni. Ketika melihat rabas sering, wanita sering kali
berpikir bahwa ia melihat tanda persalinan. Bercak darah tersebut
biasanya akan terjadi beberapa hari sebelum kelahiran tiba, tetapi
tidak perlu khawatir dan tidak perlu tergesa-gesa ke rumah sakit,
tunggu sampai rasa sakit di perut atau bagian belakang dan
dibarengi oleh kontraksi yang teratur. Jika keluar pendarahan
hebat, dan banyak seperti menstruasi segera ke rumah sakit
(Walyani dan Purwoastuti, 2021).
c. Keluarnya air- air (ketuban)
Proses penting menjelang persalinan adalah pecahnya air
ketuban. Selama sembilan bulan masa gestasi bayi aman melayang
dalam cairan amnion. Keluarnya air-air dan jumlahnya cukup
banyak, berasal dari keruban yang pecah akibat kontraksi yang
makin sering terjadi. Ketuban mulai pecah sewaktu-waktu sampai
pada saat persalinan. Kebocoran cairan amniotik bervariasi dari
yang mengalir deras sampai yang menetes sedikit demi sedikit,
sehingga dapat ditahan dengan memakai pembalut yang bersih.
Tidak ada rasa sakit yang menyertai pemecahan ketuban dan
alirannya tergantung pada ukuran, dan kemungkinan kepala bayi
telah memasuki rongga panggul ataupun belum (Walyani dan
Purwoastuti, 2021).
Jika ketuban yang menjadi tempat perlindungan bayi sudah
pecah, maka sudah saatnya bayi harus keluar. Bila ibu hamil
merasakan ada cairan yang merembes keluar dari vagina dan
keluarnya tidak dapat ditahan lagi, tetapi tidak disertai mulas atau
tanpa sakit, merupakan tanda ketuban pecah dini, yakni ketuban
pecah sebelum terdapat tanda-tanda persalinan, sesudah itu akan
terasa sakit karena ada kemungkinan kontraksi. Bila ketuban pecah
dini terjadi, terdapat bahaya infeksi terhadap bayi. Ibu akan dirawat
sampai robekannya sembuh dan tidak ada lagi cairan yang keluar
atau sampai bayi lahir. Normalnya air ketuban ialah cairan yang
bersih, jernih, dan tidak berbau.
Segera hubungi dokter bila dicurigai ketuban pecah, dan jika
pemecahan ketuban tersebut disertai dengan ketuban yang
berwarna coklat kehijauan, berbau tidak enak, dan jika ditemukan
warna ketuban kecoklatan berarti bayi sudah buang air besar di
dalam rahim, yang sering sekali menandakan bahwa bayi
mengalami distres (meskipun tidak selalu dan perlu segera
dilahirkan), pemeriksaan dokter akan menentukan apakah janin
masih aman untuk tetap tinggal di rahim atau sebaliknya (Walyani
dan Purwoastuti, 2021).
d. Pembukaan servik
Penipisan mendahului dilatasi servik, pertama-pertama aktivitas
uterus dimulai untuk mencapai penipisan, setelah penipisan
kemudian aktivitas uterus menghasilkan dilatasi servik yang
cepat.Membukanya leher rahim sebagai respon terhadap kontraksi
yang berkembang. Tanda ini tidak dirasakan oleh pasien tetapi
dapat diketahui dengan pemeriksaan dalam. Petugas akan
melakukan pemeriksaan untuk menentukan pematangan, penipisan,
dan pembukaan leher rahim. Servik menjadi matang selama
periode yang berbeda- beda sebelum persalinan, kematangan servik
mengindikasikan kesiapanya untuk persalinan (Walyani dan
Purwoastuti, 2021).
3. Tahapan persalinan
Tahapan persalinan dibagi menjadi 4 fase atau kala, yaitu:
a. Kala I : Kala Pembukaan
Waktu untuk pembukaan servik sampai menjadi pembukaan
lengkap (10). Dalam kala pembukaan dibagi menjadi 2 fase:
1) Fase laten
Dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan dan
pembukaan servik secara bertahap.
a) Pembukaan kurang dari 4 cm.
b) Biasanya berlangsung kurang dari 8 jam.
2) Fase aktif
a) Frekuensi dan lama kontraksi uterus umumnya meningkat
(kontraksi adekuat/3 kali atau lebih dalam 10 menit dan
berlangsung selama 40 detik atau lebih)
b) Serviks membuka dari 4 ke 10, biasanya dengan kecepatan
1cm/lebih perjam hingga pembukaan lengkap (10)
c) Terjadi penurunan bagian terbawah janin
d) Berlangsung selama 6 jam dan di bagi atas 3 fase, yaitu:
Berdasarkan kurva friedman:
(1) Periode akselerasi, berlangsung selama 2 jam menjadi 4
cm.
(2) Periode dilarasi maksimal, berlangsung selama
pembukaan berlangsung cepat dari 4 menjadi 9cm
(3) Periode diselerasi, berlangsung lambat dalam waktu 2
jam pembukaan 9cm menjadi 10cm/lengkap (Walyani
dan Purwoastuti, 2021).
b. Kala II : Kala Pengeluaran Janin
Waktu uterus dengan kekuatan his ditambah kekuatan mengejan
mendorong janin hingga keluar.
Pada kala II ini memiliki ciri khas:
1) His terkoordinir, kuat, cepat dan lebih lama kira-kira 2-3menit
sekali
2) Kepala janin telah turun masuk ruang panggul dan secara
reflektoris menimbulkan rasa ingin mengejan.
3) Tekanan pada rektum, ibu merasa ingin BAB
4) Anus membuka
Pada waktu his kepala janin mulai kelihatan, vulva membuka
dan perineum meregang, dengan his dan mengejan yang
terpimpin kepala akan lahir dan diikuti seluruh badan janin.
Lama pada kala II ini pada primi dan multipara berbeda yaitu:
a) Primipara kala II berlangsung 1.5 jam-2 jam
b) Multipara kala II berlangsung 0,5 jam-1 jam
Pimpinan persalinan
Ada 2 cara ibu mengejan pada kala II yaitu menurut dalam
letak berbaring, merangkul kedua pahanya dengan kedua lengan
sampai batas siku, kepala diangkat sedikit sehingga dagu
mengenai dada, mulut dikatup; dengan sikap seperti di atas,
tetapi badan miring kearah dimana punggung janin berada dan
hanya satu kaki yang dirangkul yaitu yang sebelah atas
(Walyani dan Purwoastuti, 2021).
c. Kala III : Kala Uri
Waktu pelepasan dan pengeluaran uri (plasenta). Setelah bayi
lahir kontraksi rahim berhenti sebentar, uterus teraba keras dengan
fundus uteri setinggi pusat dan berisi plasenta yang menjadi tebal 2
kali sebelumnya. Beberapa saat kemudian timbul his pengeluaran
dan pelepasan uri, dalam waktu 1-5 menit plasenta terlepas
terdorong ke dalam vagina dan akan lahir spontan atau dengan
sedikit dorongan (brand androw, seluruh proses biasanya
berlangsung 5-30 menit setelah bayi lahir. Dan pada pengeluaran
plasenta biasanya disertai dengan pengeluaran darah kira-kira 100-
200cc
1) Tanda kala III terdiri dari Fase:
a) Fase pelepasan uri
Mekanisme pelepasan uri terdiri atas:
(1) Schultze
Data ini sebanyak 80% yang lepas terlebih dahulu di
tengah kemudian terjadi reteroplasenterhematoma yang
menolak uri mula-mula di tengah kemudian seluruhnya,
menurut cara ini perdarahan biasanya tidak ada sebelum
uri lahir dan banyak setelah uri lahir.
(2) Dunchan
(a) Lepasnya uri mulai dari pinggirnya, jadi lahir
terlebih dahulu dari pinggir (20%)
(b) Darah akan mengalir semua antara selaput ketuban
(3) Serempak dari tengah dan pinggir plasenta (Walyani
dan Purwoastuti, 2021).
b) Fase pengeluaran uri
Perasat-perasat untuk mengetahui lepasnya uri yaitu:
(1) Kustner
Meletakkan tangan dengan tekanan pada/di atas
simfisis, i pusat diregangkan, bila plasenta masuk
berarti belum tali lepas, bila tali pusat diam dan maju
(memanjang) berarti plasenta sudah terlepas.
(2) Klien
Sewaktu ada his kita dorong sedikit rahim, bila tali
pusat kembali berarti belum lepas, bila diam/turun
berarti sudah lepas.
(3) Strastman
Tegangkan tali pusat dan ketuk pada fundus, bila tali
pusat bergetar berarti belum lepas, bila tidak bergetar
berarti sudah terlepas.
(4) Rahim menonjol di atas symfisis
(5) Tali pusat bertambah panjang
(6) Rahim bundar dan keras
(7) Keluar darah secara tiba-tiba (Walyani dan Purwoastuti,
2021).
d. Kala IV : Tahap Pengawasan
Tahap ini digunakan untuk melakukan pengawasan terhadap
bahaya perdarahan. Pengawasan ini dilakukan selam kurang lebih
dua jam. Dalam tahap ini ibu masih mengeluarkan darah dari
vagina, tapi tidak banyak, yang berasal dari pembuluh darah yang
ada di dinding rahim tempat terlepasnya plasenta, dan setelah
beberapa hari anda akan mengeluarkan cairan sedikit darah yang
disebut lokia yang berasal dari sisa-sisa jaringan. Pada beberapa
keadaan, pengeluaran darah setelah proses kelahiran menjadi
banyak. Ini disebabkan beberapa faktor seperti lemahnya kontraksi
atau tidak berkontraksi otot-otot rahim. Oleh karena itu perlu
dilakukan pengawasan sehingga jika perdarahan semakin hebat,
dapat dilakukan tindakan secepatnya (Walyani dan Purwoastuti,
2021).
4. Ketidaknyamanan pada persalinan
a. Nyeri persalinan
Nyeri pada saat persalinan adalah nyeri yang kompleks,
subjektif, sensasi tidak enak atau rasa sakit selama masa persalinan.
Persepsi nyeri pada setiap individu berbeda, bagaimana individu
mempersepsikan dan menginterpretasikan rasa nyeri dipengaruhi
oleh berbagai faktor fisik, emosional, psikososial, sosial ekonomi,
budaya, pendidikan dan lingkungan. Dampak dari rasa nyeri saat
bersalin juga dapat menimbulkan rasa khawatir, tegang dan
kecemasan yang akan meningkatkan sekresi adrenalin dan
adrenocorticotropic hormone (ACTH), peningkatan kadar kortisol
serum, merangsang peningkatan katekolamin dan penurunan aliran
darah yang akan meningkatkan rangsangan dari panggul ke otak
dan tegangan otot, aktivasi ini akan meningkatkan persepsi nyeri
(Dewiani , 2022).
b. Faktor penyebab
Nyeri persalinan tidak dapat dihilangkan secara keseluruhan
karena banyak faktor yang menyebabkan nyeri persalinan.
Intensitas nyeri meningkat seiring dengan membesarnya dilatasi
serviks dan berkorelasi baik dengan intensitas, durasi dan frekuensi
kontraksi rahim. Makin lama nyeri yang dirasakan akan bertambah
kuat, puncak nyeri akan terjadi pada fase aktif pembukaan lengkap
10cm (Saifuddin, 2020).
c. Penatalaksanaan
Upaya untuk mengatasi nyeri pada saat persalinan dengan cara
massage effleurage. Massage Effleurage adalah teknik pemijatan
berupa usapan lembut, lambat, dan panjang atau tidak putus-putus.
Teknik ini menimbulkan efek relaksasi. Dalam persalinan,
effleurage dilakukan dengan menggunakan ujung jari yang lembut
dan ringan. Lakukan usapan dengan ringan dan tanpa tekanan kuat,
tetapi usahakan ujung jari tidak lepas dari permukaan kulit. Pijatan
effleurage dapat juga dilakukan di punggung, tujuan utamanya
adalah relaksasi. Hasil penelitian untuk kedua kelompok adalah
massage effleurage dilakukan dipunggung mulai dari tepi bawah
iga kedua- belas hingga lipatan gluteal inferior (area tubuh lumbal
dan sekral) dilakukan selama 5-10 menit sebanyak 1 kali sehari
selama 5 hari berturut- turut. lebih efektif menurunkan nyeri
persalinan pada ibu bersalin (Rahareng,2022)
5. Penilaian tingkat nyeri dengan VAS (Visual Analog Scale)
Skala intensitas numerik ini yang sering kali digunakan untuk
menilai derajat nyeri Penderita akan menilai nyeri dengan
menggunakan skala ini dari 0-10. Skala ini paling efektif dan mudah
untuk digunakan saat mengkaji intenitas nyeri sebelum dan selepas
pengobatan (Rejeki S, 2020).
Keterangan:
a. 0: tidak nyeri
b. 1-3: nyeri ringan. Pasien dapat bekomunikasi dengan baik
c. 4-6: nyeri sedang. Pasien mendesis, menyeringai, dapat
mendeskripsikan, mengikut perintah dengan baik dan
menunjukkan lokasi nyeri.
d. 7-9: nyeri berat. Pasien tekadang tidak dapat mengikut perintah
namun masih bagus dalam merespon tindakan. dapat
mengalokasikan nyeri, tidak dapat mendeskripsikan, distraksi dan
tidak dapat diatasi dengan alih posisi nafas panjang.
e. 10 : nyeri sangat berat dan pasien tidak bisa berkomunikasi (Rejeki
S, 2020).
Gambar 2.1 Visual Analog Scale (VAS)
Sumber : Rejeki S (2020)

C. NIFAS
1. Pengertian Nifas
Masa nifas atau yang disebut juga dengan puerperium dimulai
setelah lahirnya plasenta dan berakhir saat alat-alat kandungan kembali
lagi seperti saat sebelum hamil (6 minggu atau 42 hari). Dalam bahasa
latin Puerperium diambil dari kata puer dan parous, puer yang berarti
bayi dan parous yang berarti melahirkan. Jadi, puerperium adalah
masa setelah bayi dilahirkan dan masa pulih kembali seperti sebelum
hamil. (Viandika, 2020).
2. Perubahan Fisiologis Masa Nifas
Selama dalam masa nifas, seluruh organ interna ataupun eksternal
akan berangsur-angsur kembali ke kondisi semula seperti sbelum
hamil. Perubahan seluruh organ genetelia ini yang disebut involusi.
Pada sistem reproduksi ini yang mengalami perubahan, yaitu:
1) Perubahan Sistem Reproduksi
a) Uterus
Uterus merupakan organ reproduksi internal yang berongga
dan berotot, berbentuk seperti buah alpukat yang sedikit
gepeng dan berukuran sebesar telur ayam. Panjang uterus
sekitar 7-8 cm, lebar sekitar 5-5,5 cm dan tebal sekitar 2,5 cm.
Letak uterus secara fisiologis adalah anteversiofleksio. Uterus
terdiri dari 3 bagian, yaitu: fundus uteri, korpus uteri, dan
serviks uteri. Dinding uterus terdiri dari otot polos dan tersusun
atas 3 lapis, yaitu:
(1) Perimetrium, yaitu lapisan terluar yang berfungsi sebagai
pelindung uterus.
(2) Miometrium, yaitu lapisan yang kaya akan sel otot dan
brfungsi untuk kontraksi dan relaksasi uterus dengan
melebar dan kembali ke bentuk semula setiap bulannya.
(3) Endometrium, merupakan lapisan terdalam yang kaya akan
sel darah merah. Bila tidak terjadi pembuahan maka
dinding endometrium akan meluruh bersama dengan sel
ovum matang (Viandika, 2020).

Selama kehamilan, uterus berfungsi sebagai tempat tumbuh dan


kembangnya hasil konsepsi (janin). Pada akhir kehamilan berat
uterus dapat mencapai 1000 gram. Berat uterus seorang wanita
dalam keadaan tidak hamil hanya sekitar 30 gram. Perubahan
berat ini karena pengaruh peningkatan kadar hormone estrogen
dan progesteron selama hamil yang menyebabkan hipertropi
otot polos uterus.
Satu minggu setelah persalinan berat uterus menjadi sekitar
500 gram, dua minggu setelah persalinan menjadi 300 gram
dan menjadi 40-60 gram setelah enam minggu persalinan.
Perubahan ini terjadi karena segera setelah persalinan kadar
hormon estrogen dan progesteron akan menurun dan
mengakibatkan proteolisis pada dinding uterus (Viandika,
2020).
Perubahan yang terjadi pada dinding uterus adalah
timbulnya thrombosis, degenerasi dan nekrosis di tempat
implantasi plasenta. Jaringan-jaringan ditempat implantasi
plsenta akan mengalami degenerasi dan kemudian terlepas.
Tidak ada pembentukan jaringan perut pada bekas implantasi
plasenta karena pelepasan jaringan ini berlangsung lengkap.
Dalam keadaan fisiologis, pada pemeriksaan fisik yang
dilakukan secara palpasi didapat bahwa tinggi fundus uteri
akan berada setinggi pusat segera setelah janin lahir, sekitar 2
jari di bawah pusat setelah plasenta lahir, pertengahan antara
pusat dan simfisis pada hari ke lima postpartum dan setelah 12
hari postpartum tidak dapat diraba lagi (Viandika, 2020).
b) Serviks
Serviks merupakan bagian dasar dari uterus yang bentuknya
menyempit sehingga disebut juga sebagai leher rahim. Serviks
menghubungkan uterus dengan saluran vagina dan sebagai
jalan keluarnya janin dari uterus menuju saluran vagina pada
saat persalinan. Selama kehamilan, servik mengalami
perubahan karena pengaruh hormone estrogen. Meningkatnya
kadar hormon estrogen pada saat masa hamil dan disertai
dengan hipervaskularisasi mengakibatkan konsistensi serviks
menjadi lunak (Viandika, 2020).
Hampir 90% struktur serviks terdiri atas jaringan ikat dan
hanya sekitar 10% berupa jaringan otot. Serviks tidak
mempunyai fungsi sebagai sfingter. Sesudah partus, serviks
tidak secara otomatis akan menutup seperti sfingter.
Membukanya serviks pada saat persalinan hanya mengikuti
tarikan-tarikan korpus uteri ke atas dan tekanan bagian bawah
janin ke bawah. Segera setelah persalinan bentuk serviks akan
menganga seperti corong. Hal ini disebabkan oleh korpus uteri
yang berkontraksi sedangkan serviks tidak berkontraksi. Warna
serviks berubah menjadi merah kehitaman karena mengandung
banyak pembuluh darah dengan konsistensi lunak. Setelah
janin dilahirkan, serviks masih dapat dilewati oleh tangan
pemeriksa. Setelah 2 jam persalinan serviks hanya dapat
dilewati oleh 2-3 jari dan setelah 1 minggu persalinan hanya
dapat dilewati 1 jari (Viandika, 2020).
2) Vagina dan perinium
a) Vagina
Vagina merupakan saluran yang menghubungkan rongga
uterus dengan tubuh bagian luar. Dinding depan dan belakang
vagina berdekatan satu sama lain dengan ukuran panjang
kurang lebih 6,5 cm dan 9 cm. Bentuk vagina sebelah dalam
berlipat- lipat dan disebut rugae. Lipatan-lipatan ini
memungkinkan vagina melebar pada saat persalinan dan sesuai
dengan fungsinya sebagai bagian lunak jalan lahir. Vagina
tersusun atas jaringan ikat yang mengandung banyak pembuluh
darah. Selama kehamilan, terjadi hipervaskularisasi lapisan
jaringan tersebut dan mengakibatkan dinding vagina berwarna
kebiru-biruan (livide).
Sesuai dengan fungsinya sebagai bagian lunak jalan lahir
dan merupakan saluran yang menghubungkan cavum uteri
dengan tubuh bagian luar, vagina juga berfungsi sebagai
saluran tempat dikeluarkannya sekret yang berasal dari cavum
uteri selama masa nifas yang disebut lokea (Viandika, 2020).
Secara fisiologis, lokea yang dikeluarkan dari cavum uteri
akan berbeda karakteristiknya dari hari ke hari. Hal ini
disesuaikan dengan perubahan yang terjadi pada dinding uterus
akibat penurunan kadar hormon estrogen dan progesteron
seperti yang telah diuraikan sebelumnya. Karakteristik lochea
dalam masa nifas adalah sebagai berikut:
(1) Lochea Ruba/Kruenta
Timbul pada hari 1-2 postpartum, terdiri dari darah segar
bercampur sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua, sisa-
sisa verniks kaseosa, lanugo dan mekoneum.
(2) Lochea Sanguinolenta
Timbul pada hari ke-3 sampai dengan hari ke-7 postpartum,
karakteristik lochea sanguinolenta berupa darah bercampur
lendir.
(3) Lochea Serosa
Merupakan cairan berwarna agak kuning, timbul setelah 1
minggu postpartum.
(4) Lochea Alba
Timbul setelah 2 minggu postpartum dan hanya merupakan
cairan putih. Normalnya lochea agak berbau amis, kecuali
bila terjadi infeksi pada jalan lahir, baunya akan berubah
menjadi berbau busuk. Bila lochea berbau busuk segera
ditangani agar ibu tidak mengalami infeksi lanjut atu sepsis
(Viandika, 2020).
b) Perinium
Perineum merupakan area kulit antara liang vagina dengan
anus (dubur) yang dapat robek ketika melahirkan atau secara
sengaja digunting guna melebarkan jalan keluar bayi
(episotomi) saat persalinan. Segera setelah melahirkan,
prineum menjadi kendur karena sebelumnya teregang oleh
tekanan kepala bayi yang bergerak maju. Pada post partum hari
ke-5, perineum sudah mendapat kembali sebagian besar
tonusnya sekalipun tetap lebih kendur daripada keadaan
sebelum melahirkan (Viandika, 2020).
3) Perubahan sistem pencernaan
Sistem pencernaan selama kehamilan dipengaruhi oleh beberapa
hal, yaitu meningkatkan kolestrol darah, tingginya kadar
progesteron yang dapat mengganggu keseimbangan cairan tubuh,
dan melambatkan kontraksi otot-otot polos. Saat pascapersalinan,
kadar progesteron juga mulai menurun. Namun demikian, faal usus
memerlukan waktu 3-4 hari untuk kembali normal. Beberapa hal
berkaitan dengan perubahan pada sistem pencernaan, antara lain:
a) Nafsu makan
Ibu biasanya lapar segera setelah melahirkan, sehingga ia
boleh mengkonsumsi makanan ringan. Ibu seringkali cepat
lapar setelah melahirkan dan siap makan pada 1-2 jam post
primordial, dan dapat ditoleransi dengan diet yang ringan.
Setelah benar-benar pulih dari efek analgesia, anastesia, dan
keletihan, kebanyakan ibu merasa lapar. Permintaan untuk
memperoleh makanan dua kali dari jumlah yang biasa
dikonsumsi disertai konsumsi camilan sering ditemukan
(Viandika, 2020).
Kerap kali untuk pemulihan nafsu makan, diperlukan waktu
3-4 hari sebelum faal usus kembali normal. Meskipun kadar
progesteron menrun setelah melahirkan, namun asupan
makanan juga mengalami penurunan selama satu atau dua hari,
gerak tubuh berkurang dan usus bagian bawah sering kosong
jika sebelum melahirkan diberikan enema
b) Motalitas
Secara khas penurunan tonus dan motilitas otot traktus cerna
menetap selama waktu yang singkat setelah bayi lahir.
Kelebihan analgesia dan anastesia bisa memperlambat
pengembalian tonus dan motilitas ke keadaan normal
(Viandika, 2020).
c) Pengosongan usus
Buang air besar secara spontan bisa tertunda selama dua
sampai tiga hari setelah ibu melahirkan. Keadan ini bisa
disebabkan karena tonus otot usus menurun selama proses
persalinan dan pada awal masa pascapartum, diare sebelum
persalinan, enema sebelum melahirkan, kurang makan atau
dehidrasi. Ibu sering kali sudah menduga nyeri saat defekasi
karena nyeri yang dirasakan di perineum akibat episiotomi,
laserasi atau hemoroid. Kebiasaan buang air yang teratur perlu
dicapai kembali setelah tonus usus kembali normal. Kebiasaan
mengosongkan usus secara reguler perlu dilatih kembali untuk
merangsang pengosongan usus (Viandika, 2020).
Sistem pencernaan pada masa nifas membutuhkan waktu
yang berangsur- angsur untuk kembali normal. Pola makan ibu
nifas tidak akan seperti biasa dalam bebrapa hari dan perineum
ibu akan terasa sakit untuk defekasi. Faktor-faktor tersebut
mendukung konstipasi pada ibu nifas dalam minggu pertama.
Supositoria diperlukan untuk membantu eliminasi pada ibu
nifas. Akan tetapi, proses konstipasi juga dapat dipengaruhi
oleh kurangnya pengetahuan ibu dan kekhawatiran lukanya
akan terbuka apabila ibu buang air besar (Viandika, 2020).
4) Perubahan sistem perkemihan
Sebagian besar ibu nifas apalagi ibu yang melahirkan dengan
cara dioperas takut buang air karena mengkhawatirkan nyeri yang
akan dia rasakan pada saat buang air kecil. Hendaknya buang air
kecil dapat dilakukan sendiri secepatnya Buang air kecil sering
sulit selama 24 jam pertama, kemungkinan terdapat spasine
sfingter dan edema leher buli-buli sesudah bagian ini mengalami
kompresi antara kepala janin dan tulang pubis selama persalinan
(Viandika, 2020).
Pasca persalinan ada suatu peningkatan kapasitas kandung
kemih pembengkakan dan trauma jaringan sekitar uretra yang
terjadi selama proses melahirkan. Itu terjadi akibat kelahiran dan
efek konduksi anestesi yang menghambat fungsi neural pada
kandung kemih. Distensi yang berlebihan pada kandung kemih
dapat mengakibatkan perdarahan dan kerusakan lebih lanjut
Pengosongan kandung kemih harus diperhatikan, kandung kemih
biasanya akan pulih dalam waktu 5-7 hari pasca melahirkan
sedangkan saluran kemih normal dala waktu 2-8 minggu
tergantung pada keadaan atau status sebelum persalinan, lamanya
kala II yang dilalui dan besarnya tekanan kepala janin.
Perubahan hormonal pada masa hamil menyebabkan
peningkatan fungsi ginjal, sedangkan penurunan kadar hormon
steroid setelah wanita melahirkan sebagian menjelaskan sebab
penurunan fungsi ginjal selama masa postpartum. Fungsi ginjal
kembali normal dalam waktu 1 bulan setelah wanita melahirkan.
Diperlukan waktu sekitar 2 sampai 8 minggu supaya hipotonia
pada kehamilan dan dilatasi ureter serta pelvis ginjal kembali ke
keadaan sebelum hamil. Pada sebagian kecil wanita, dilatasi traktus
urinarius bisa menetap selama 3 bulan (Viandika, 2020).
Terdapatnya laktosa dalam urine (laktosuria positif) pada ibu
menyusui merupakan hal yang normal. BUN (Blood Urea
Nitrogen), yang meningkat selama postpartum, merupakan akibat
autolisis uterus yang mengalami involusi. Pemecahan kelebihan
protein di dalam sel otot uterus juga menyebabkan proteinuria
ringan (+1) selama satu sampai dua hari postpartum. Hal ini terjadi
pada sekitar 50% wanita. Asetonuria bisa terjadi pada wanita
dengan persalinan normal atau pada wanita dengan partus macet
(partus lama) yang disertai dehidrasi (Viandika, 2020).
Dalam 12 jam pertama post partum, ibu mulai membuang
kelebihan cairan yang tertimbun di jaringan selama ia hamil. Salah
satu mekanisme untuk mengurangi retensi cairan selama masa
hamil ialah diaphoresis luas, terutama pada malam hari, selama dua
sampai tiga hari pertama setelah melahirkan. Diuresis postpartum,
yang disebabkan oleh kadar esterogen, hilangnya peningkatan
tekanan vena pada ekstremitas bawah, dan hilangnya peningkatan
volume darah akibat kehamilan, merupakan mekanisme tubuh
untuk mengatasi kelebihan cairan. Kehilangan cairan melalui
keringat dan peningkatan jumlah urine menyebabkan penurunan
berat badan sekitar 2,5 kg selama postpartum. Pengeluaran
kelebihan cairan yang tertimbun selama hamil kadang-kadang
disebut kebalikan metabolisme air pada masa hamil (reversal of the
water metabolisme of pregnancy).
Trauma yang terjadi pada uretra dan kandung kemih selama
proses melahirkan sewaktu bayi melewati jalan lahir dapat
menyebabkan dinding kandung kemih mengalami hiperemi dan
edema. Kandung kemih yang edema, terisi penuh dan hipotonik
dapat mengakibatkan overdistensi, pengosongan yang tak
sempurna dan urine residual, kecuali jika dilakukan asuhan untuk
medorong terjadinya pengosongan kandung kemih bahkan saat
tidak merasa untuk berkemih. Pemasangan kateter dapat
menimbulkan trauma pada kandung kemih, uretra dan meatus
urinarius (Viandika, 2020).
Adanya trauma akibat kelahiran, peningkatan kapasitas kandung
kemih setelah bayi baru lahir, dan efek konduksi anastesi
menyebabkan keinginan untuk berkemih menurun. Selain itu, rasa
nyeri pada panggul yang timbul akibat dorongan saat melahirkan,
laserasi vagina, atau episiotomi menurunkan atau merubah refleks
berkemih. Penurunan berkemih, seiring diuresis postpartum, bisa
menyebabkan distensi kandung kemih. Distensi kandung kemih
yang muncul segera setelah wanita melahirkan dapat menyebabkan
perdarahan berlebih karena keadaan ini bisa menghambat uterus
berkontraksi dengan baik.
Pada masa post partum tahap lanjut, distensi yang berlebihan ini
dapat menyebabkan kandung kemih lebih peka terhadap infeksi
sehingga mengganggu proses berkemih normal. Apabila terjadi
distensi berlebih pada kandung kemih dapat mengalami kerusakan
lebih lanjut (atoni). Dengan mengosongkan kandung kemih secara
adekuat, tonus kandung kemih biasanya akan pulih kembali dalam
lima sampai tujuh hari setelah bayi lahir (Viandika, 2020).
5) Perubahan sistem muskuloskeleta
Otot-otot uterus berkontraksi segera setelah partus. Pembuluh-
pembuluh darah yang berada di antara anyaman otot-otot uterus
akan terjepit proses akan menghentikan perdarahan setelah
placenta dilahirkan. Ligamen-ligamen, Udiagfragma pelvis, serta
fasia yang meregang pada waktu persalinan, secara berangsur-
angsur menjadi ciut dan pulih kembali sehingga tak jarang uterus
jatuh ke belakang dan menjadi retrofleksi karena ligamentum
retundum menjadi kendor. Tidak jarang pula wanita mengeluh
"kandungannya turun" setelah melahirkan karena ligament, fasia,
jaringan penunjang alat genetalia menjadi agak kendor.
Dinding perut akan longgar pasca persalinan. Keadaan ini akan
pulih kembali dalam 6 minggu. Pada wanita yang asthenis terjadi
diastasis dari otot-otot rektus abdominis, sehingga sebagian dari
dinding perut di garis tengah hanya terdiri dari peritoneum, fasia
tipis dan kulit. Stabilitasi secara sempurna terjadi pada 6-8 minggu
setelah persalinan (Viandika, 2020).
Sebagai akibat putusnya serat-serat plastik kulit dan distensi
yang berlangsung lama akibat besarnya uterus pada waktu hamil,
dinding abdomen masih agak lunak dan kendor untuk sementara
waktu. Untuk memulihkan kembali jaringan- jaringan penunjang
alat genetalia, serta otot-otot dinding perut dan dasar panggul,
dianjurkan untuk melakukan latihan-latihan tertentu. Pada 2 hari
post partum, sudah dapat fisioterapi (Viandika, 2020).
6) Perubahan sistem endokrin
Setelah persalinan, sistem endokrin akan kembali kepada
kondisi seperti sebelum hamil. Hormon-hormin pada kehamilan
mulai menurun segera setelah plasenta lahir. Penurunan hormone
estrogen dan progesteron menyebabkan peningkatan prolaktin dan
menstimulasi air susu. Perubahan fisiologis yang terjadi pada ibu
setelah melahirkan melibatkan perubahan yang progresif atau
pembentukan jaringan-jaringan baru. Selama proses kehamilan dan
persalinan terdapat perubahan pada sistem endokrin, terutama pada
hormon-hormon yang berperan dalam proses tersebut. Perubahan
hormon dalam sistem endokrin pada masa postpartum, di antaranya
a) Oksitosin
Oksitosin dikeluarkan dari kelenjar hipofisis posterior. Pada
kala III persalinan, Normon oksitosin berperan dalam
pelepasan plasenta dan mempertahankan Intraksi uterus,
sehingga mampu mencegah perdarahan. Selain itu isapan bayi
pat merangsang produksi ASI dan meningkatkan sekresi
oksitosin, sehingga pat membantu uterus kembali ke bentuk
normal seperti saat sebelum hamil (Viandika, 2020).
b) Prolaktin
Menurunnya kadar estrogen menimbulkan terangsangnya
kelenjar hipofisis posterior untuk mengeluarkan prolaktin.
Hormon ini berperan dalam pembesaran payudara untuk
merangsang produksi ASI. Pada ibu yang menyusui bayinya,
kadar prolactin tetap tinggi sehingga memberikan umpan balik
negatif, yaitu pematangan folikel dalam ovarium yang ditekan.
Pada wanita yang tidak menyusui tingkat sirkulasi prolaktin
menurun dalam 14-21 hari setelah melahirkan, sehingga
merangsang kelenjar gonad pada otak yang mengontrol
ovarium untuk memproduksi estrogen dan progesteron yang
normal, pertumbuhan folikel, maka terjadilah ovulasi dan
menstruasi (Viandika, 2020).
c) Estrogen dan progesteron
Selama hamil volume darah normal meningkat, diperkirakan
bahwa tingkat kenaikan hormon estrogen yang tinggi
memperbesar hormon antidiuretik yang meningkatkan volume
darah. Di samping itu, progesteron mempengaruhi otot halus
yang mengurangi perangsangan dan peningkatan pembuluh
darah yang sangat mempengaruhi saluran kemih, ginjal, usus,
dinding vena, dasar panggul, perineum dan vulva, serta vagina
(Viandika, 2020)
d) Hormon plasenta
Human chorionic gonadotropin (HCG) menurun dengan
cepat setelah persalinan dan menetap sampai 10% dalam 3 jam
hingga hari ke-7 postpartum. Enzyme insulinasi berlawanan
efek diabetogenik pada saat Penurunan hormon human placenta
lactogen (HPL), estrogen dan kortisol, serta placenta
kehamilan, sehingga pada masa postpartum kadar gula darah
menurun secara yang bermakna. Kadar estrogen dan
progesteron juga menurun secara bermakna setelah plasenta
lahir, kadar terendahnya dicapai kira-kira satu minggu
postpartum. Penurunan kadar estrogen berkaitan dengan
dieresis ekstraseluler berlebih yang terakumulasi selama masa
hamil. Pada wanita yang tidak menyusui, kadar estrogen mulai
meningkat pada minggu ke-2 setelah melahirkan dan lebih
tinggi dari ibu yang menyusui pada postpartum hari ke-17
(Viandika, 2020).
e) Hormon hipofisis dan fungsi ovarium
Waktu mulainya ovulasi dan menstruasi pada ibu menyusui
dan tidak menyusuj berbeda. Kadar prolaktin serum yang tinggi
pada wanita menyusui berperan dalam menekan ovulasi karena
kadar hormon FSH terbukti sama pada ibu menyusui dan tidak
menyusui, di simpulkan bahwa ovarium tidak berespon
terhadap stimulasi FSH ketika kadar prolaktin meningkat.
Kadar prolaktin meningkat secara pogresif sepanjang masa
hamil. Pada ibu menyusui kadar prolaktin tetap meningkat
sampai minggu ke-6 setelah melahirkan. Kadar prolaktin serum
dipengaruhi oleh intensitas menyusui, durasi menyusui dan
seberapa banyak makanan tambahan yang diberikan pada bayi,
karena menunjukkan efektifitas menyusui. Untuk ibu yang
menyusui dan tidak menyusui akan mempengaruhi lamanya ia
mendapatkan menstruasi. Sering kali menstruasi pertama itu
bersifat anovulasi yang dikarenakan rendahnya kadar estrogen
dan progesteron. Di antara wanita laktasi sekitar 15%
memperoleh menstruasi selama 6 minggu dan 45% setelah 12
minggu dan 90% setelah 24 minggu. Untuk wanita laktasi, 80%
menstruasi pertama anovulasi dan untuk wanita yang tidak
laktasi, 50% siklus pertama anovulasi (Viandika, 2020).
7) Perubahan tanda- tanda vital
a) Suhu badan
Dalam 1 hari (24 jam) postpartum, suhu badan akan naik
sedikit (37,5°C-38°C) akibat dari kerja keras waktu
melahirkan, kehilangan cairan dan kelelahan. Apabila dalam
keadaan normal, suhu badan akan menjadi biasa. Biasanya
pada hari ketiga suhu badan naik lagi, karena ada pembentukan
ASI. Bila suhu tidak turun, kemungkinan adanya infeksi
(Viandika, 2020).
b) Nadi
Denyut nadi normal pada orang dewasa 60-80 kali per
menit. Denyut nadi sehabis melahirkan biasanya akan lebih
cepat. Denyut nadi yang melebihi 100x/ menit, harus waspada
kemungkinan terdapat dehidrasi, infeksi atau perdarahan
postpartum. Beberapa wanita mungkin ada yang mengalami
bradikardi (40-50x/ menit) segerah setelah persalinan dan
beberapa jam setelah postpartum (Viandika, 2020).
c) Tekanan darah
Tekanan darah biasanya tidak berubah. Kemungkinan
tekanan darah akan lebih rendah setelah ibu melahirkan karena
ada perdarahan. Tekanan darah tinggi pada saat postpartum
menandakan terjadinya preeklampsi postpartum (Viandika,
2020).
d) Pernapasan
Keadaan pernapasan selalu berhubungan dengan keadaan
suhu dan denyut nadi. Bila suhu dan denyut nadi normal maka
pernafasan juga normal. Dan bila suhu dan nadi tidak normal,
pernapasan juga akan mengikutinya, kecuali apabila ada
gangguan khusus pada saluran nafas. Bila pernafasan pada
masa postpartum menjadi lebih cepat, kemungkinan ada tanda-
tanda syok. Normal nafas adalah 18-24 kali per menit
(Viandika, 2020).
8) Perubahan sistem kardiovaskuler
Perubahan volume darah bergantung pada beberapa faktor,
misalnya kehilangan darah selama melahirkan dan mobilisasi, serta
pengeluaran cairan ekstravaskular (edema fisiologis). Kehilangan
darah merupakan akibat penurunan volume darah total yang cepat,
tetapi terbatas. Setelah itu, terjadi perpindahan normal cairan tubuh
yang menyebabkan volume darah menurun dengan lambat. Pada
minggu ke-3 dan ke-4 setelah bayi lahir, volume darah biasanya
menurun sampai mencapai volume darah sebelum hamil. Pada
persalinan pervaginam, ibu kehilangan darah sekitar 300-400 cc.
Pada persalinan dengan tindakan SC, maka kehilangan darah dapat
dua kali lipat Perubahan pada system kardiovaskuler terdiri atas
volume darah dan hematokrit (Viandika, 2020).
Pada persalinan pervaginam, hematokrit akan naik sedangkan
pada persalinan dengan SC, hematokrit cenderung stabil dan
kembali normal setelah 4-6 minggu postpartum. Tiga perubahan
fisiologi sistem kardiovaskuler postpartum yang terjadi, antara lain:
a) Hilangnya sirkulasi uteroplasenta yang mengurangi ukuran
pembuluh darah maternal 10-15%.
b) Hilangnya fungsi endokrin plasenta yang menghilangkan
stimulus vasodilatasi.
c) Terjadinya mobilisasi air ekstravaskular yang disimpan selama
masa hamil.

Denyut jantung, volume dan curah jantung meningkat


sepanjang masa hamil. Segera setelah proses persalinan terjadi,
keadaan ini meningkat bahkan lebih tinggi selama 30-60 menit
karena darah yang biasanya melintasi sirkulasi uteroplasenta tiba-
tiba kembali ke sirkulasi normal seperti sebelum hamil. Nilai ini
meningkat pada semua jenis kelahiran. Curah jantung biasanya
tetap naik dalam 24-48 jam postpartum dan menurun ke nilai
sebelum hamil dalam 10 hari (Viandika, 2020).

9) Perubahan sistem hematologi


Pada masa akhir kehamilan, kadar fibrinogen dan plasma serta
faktor-faktor pembekuan darah lainnya mengalami peningkatan.
Pada hari pertama postpartum, kadar fibrinogen dan plasma akan
sedikit menurun tetapi darah lebih mengental dengan peningkatan
viskositas, dan juga terjadi peningkatan faktor pembekuan darah
serta terjadi Leukositosis di mana jumlah sel darah putih dapat
mencapai 15.000 selama persalinan akan tetap tinggi dalam
beberapa hari pertama dari masa postpartum. Jumlah sel darah
putih tersebut masih bisa naik lagi sampai 25.000-30.000, terutama
pada ibu dengan riwayat persalinan lama (Viandika, 2020).
Kadar hemoglobin, hemotokrit, dan eritrosit akan sangat
bervariasi pada awal-awal masa postpartum sebagai akibat dari
volume plasenta dan tingkat volume darah yang berubah-ubah.
Semua tingkatan ini akan dipengaruhi oleh status gizi dan hidrasi
ibu. Kira-kira selama proses persalinan normal dan masa
postpartum terjadi kehilangan darah sekitar 250-500 ml. Penurunan
volume dan peningkatan sel darah merah pada kehamilan
diasosiasikan dengan peningkatan hematokrit dan hemoglobin pada
hari ke-3 sampai 7 postpartum dan akan kembali normal dalam 4
sampai 5 minggu postpartum (Viandika, 2020).
Selama kehamilan, secara fisiologi terjadi peningkatan kapasitas
pembuluh darah digunakan untuk menampung aliran darah yang
meningkat, yang diperlukan oleh plasenta dan pembuluh darah
uteri. Penarikan kembali esterogen menyebabkan diuresis yang
terjadi secara cepat sehingga mengurangi volume plasma kembali
pada proporsi normal. Aliran ini terjadi dalam 2-4 jam pertama
setelah kelahiran bayi.
Selama masa ini, ibu mengeluarkan banyak sekali jumlah urine.
Menurunnya hingga menghilangnya hormon progesteron
membantu mengurangi retensi cairan yang melekat dengan
meningkatnya vaskuler pada jaringan tersebut selama kehamilan
bersama-sama dengan trauma masa persalinan. Setelah persalinan,
shunt akan hilang dengan tiba-tiba. Volume darah ibu relatif akan
bertambah. Keadaan ini akan menyebabkan beban pada jantung
meningkat. Keadaan ini dapat diatasi dengan mekanisme
kompensasi dengan adanya sehingga volume darah kembali seperti
sedia kala. Umumnya, ini akan terjadi pada 3-7 hari post partum.
Pada sebagian besar ibu, volume darah hamper kembali pada
keadaan semula sebelum hamil 1 minggu postpartum (Viandika,
2020).
3. Perubahan Psikologis Masa Nifas
Pengalaman menjadi orangtua khususnya menjadi seorang ibu
tidakla selalu menjadi hal yang menyenangkan bagi setiap orang.
Realitanya tangg jawab menjadi ibu setelah melahirkan bayi seringkali
menimbulkan konflik bati dalam diri sendiri dan hal tersebut
merupakan faktor yang memicu timbulnys gangguan emosi, dan tingah
laku. Beberapa penyesuaian dibutuhka oleh seorang perempuan dalam
menghadapi peran barunya menjadi seorang ibu serta dalam
menghaadapi aktifitas sehari-hari. Sebagian perempuan berhasi
melewati penyesuaian diri tersebut dengan baik dan sebagian lainnya
gagal dalam penyesuaian diri tersebut dan kegagalan tersebut
menimbulkan gangguan psikologis dengan berbagai tanda gejala.
Gangguan psikologi tersebut yang dinamakan dengan postpartum
blues (Viandika, 2020).
Terdapat banyak faktor yang diduga berperan dalam postpartum
blues ini, salah satunya yang paling utama adalah support dari
lingkungan sekitar terutama sang suami. Banyak perubahan yang
terjadi pada masa kehamilan, persalinan, hingga masa nifas. Terkadang
seorang ibu mungkin merasa sedikit ditinggalkan atau dipisahkan dari
lingkungannya. Banyak hal yang bisa membuat perempuan down,
banyak perempuan merasa tertekan pada saat setelah melahirkan
bayinya, sebenarnya hal tersebut adalah hal yang wajar. Perubahan
peran menjadi seorang ibu adalah hal yang harus dilewati dan adaptasi.
Dorongan serta dukungan keluarga merupakan suatu hal yang positif
bagi ibu. Dalam menjalani adaptasi setelah melahirkan, ibu akan
mengalami bebrapa fase. Fase-fase tersebut adalah:
1) Fase taking in (hari 1-2 postpartum)
Pada fase ini fokus perhatian terletak pada dirinya sendiri.
Pengalaman saat persalianan akan diceritakan berulang-ulang kali.
Hal ini dapat justru membuat ibu cenderung menjadi pasif terhadap
lingkungan. Pada fase ini support suami sangatlah diperlukan.
Bidan dapat menganjurkan suami dan keluarganya untuk
memberikan dukungan moril dan meluangkan waktu untuk
mendengarkan semua cerita keluh kesah ibu, hal tersebut dilakukan
supaya ibu dapat melewati fase ini dengan baik (Viandika, 2020).
Pada fase taking in ini gangguan psikologi yang mungki terjadi
adalah:
a) Kekecawaan terhadap bayinya karena tidak mendapatkan hasil
yang sesuai dengan keinginannya. Misalkan jenis kelamin,
warna kulit, dll.
b) Perasaan tidak nyaman sebagai akibat dari perubahan fisik yang
dialami, misal rasa mules karena kontraksi rahim, payudara
bengkak, tubuh yang terlihat gemuk, dll.
c) Perasaan bersalah karena belum mampu menyusui dengan
baik.
d) Kritik buruk dari suami dan keluarga tentang cara merawat
bayinya dan mereka cenderung hanya melihat saja tanpa
membantu. Hal tersebut akan membuat ibu merasa tidak
nyaman, sebenarnya perawatan bayi dan sebagainya adalah
tanggung jawab bersama bukan hanya ibu saja (Viandika,
2020).
2) Tase taking hold (hari 3-10 postpartum)
Pada fase taking hold ini ibu merasa tidak mampu dalam
melakukan tanggung jawabnya sebagai seorang ibu untuk merawat
bayinya. Selain itu, pada fase ini ibu juga akan sangat sensitif
perasaannya sehingga ibu mudah tersinggung dan mudah
emosional, sehingga kita perlu mejaga cara komunikasi dan
tingkah laku kita agar tidak membuat ibu tersinggung (Viandika,
2020).
Dukungan sangat diperlukan pada fase ini, karena saat ini
merupakan kesempatan yang baik untuk menerima berbagai
konsseling atau pendidikan kesehatan tentang cara merawat diri
sendiri dan bayinya sehingga hal tersebut bisa menimbulkan sikap
percaya diri pada diri ibu. Tugas bidan pada fase ini adalah
memberikan konseling tentang cara merawat bayi yang benar, cara
merawat luka jahitan, mengajarkan senam nifas, pemenuhan
nutrisi, cara menyusui yang benar, menjaga personal hygiene
(Viandika, 2020).

3) Fase letting go
Pada fase ini ibu mulai menerima tanggung akan peran barunya
yang berlangsung 10 hari setelah melahirkan. Ibu sudah mampu
menyesuaikan diri, merawat diri dan bayinya, mengerjakan urusan
rumah tangga. Ibu memerlukan istirahat yang cukup supaya ibu
mendapatkan kondisi fisik yang baik untuk dapat merawat
banyinya (Viandika, 2020).
4. Kebutuhan dasar nifas
a. Nutrisi dan cairan
Ibu nifas membutuhkan nutrisi dan cairan yang cukup serta
bergizi seimbang terutama kebutuhan protein dan karbohidrat.
Komsumsi tambahan 500 kalon dari kebutuhan makanan sebelum
menyusui tiap hari (ibu harus mengkomsumsi sampai 4 porsi setiap
hari), meminum sedikitnya 3 liter air setiap hari. Dan meminum pil
zat besi (tablet Fe) untuk menambah zat besi setidaknya selama 40
hari setelah bersalin, kemudian ibu juga dianjurkan minum kapsul
vitamin A (200.000 unit) agar bisa memberikan vitamin A kepada
bayinya melalui ASI nya (Viandika, 2020).
Ibu nifas memerlukan makanan yang bergizi seimbang Menu
makanan bergizi seimbang yang harus dikonsumsi adalah porsi
cukup dan teratur, tidak terlalu asin, pedas atau berlemak, tidak
mengandung alkohol, nikotin serta bahan pengawet atau pewarna.
Makanan bergizi seimbang tersebut harus mengandung:
1) Sumber tenaga (Energi)
Sumber energi terdiri dari karbohidrat dan lemak. Sumber
energi ini berfungsi untuk pembakaran tubuh, pembentukan
jaringan baru, penghematan protein (jika sumber tenaga
kurang). Zat gizi sebagai sumber dari karbohidrat terdiri dari
beras, sagu, jagung, tepung terigu dan ubi. Sedangkan zat gizi
sumber Lemak adalah mentega, keju, lemak (hewani), kelapa
sawit, minyak sayur, minyak kelapa, dan margarine (nabati).
Rata- rata ibu harus mengonsumsi 2300-2700 kalori per hari
nya ketika menyusui (Viandika, 2020).
2) Sumber pembagunan (Protein)
Protein diperlukan untuk pertumbuhan dan mengganti sel-
sel yang rusak atau mati. Protein dari makanan harus diubah
menjadi asam amino sebelum diserap oleh sel mukosa usus dan
dibawa ke hati melalui pembuluh darah vena. Sumber zat gizi
protein adalah ikan, udang, kerang kepiting, daging ayam, hati,
telur, susu, keju (hewant) kacang tanah, kacang merah, kacang
hijau, kedelai, tahu dan tempe (nabati). Sumber protein
terlengkap terdapat dalam susu, telur, dan keju yang juga
mengandung zat kapur, zat besi, dan vitamin B. Ibu
memerlukan tambahan protein sebanyak 20 gram diatas
kebutuhan ketika menyusui. Jumlah ini hanya 16% dari
tambahan 500 kalori yang dianjurkan (Viandika, 2020).
3) Sumber pengatur dan pelindung (Air, Mineral, Vitamin)
Zat pengatur dan pelindung digunakan untuk melindungi
tubuh dari serangan penyakit dan pengatur kelancaran
metabolisme dalam tubuh.
a) Air
Ibu menyusui paling tidak harus minum 3-4 liter setiap
hari (anjurkan ibu minum setiap kali selesai menyusui).
Kebutuhan air minum pada ibu menyusui pada 6 bulan
pertama minimal adalah 14 gelas (setara 3-4 liter) perhari,
dan pada 6 bulan kedua adalah minimal 12 gelas (setara 3
liter). Sumber zat pengatur dan pelindung bisa diperoleh
dari semua jenis sayuran dan buah-buahan segar (Viandika,
2020).
b) Mineral
Jenis- jenis mineral penting dan dibutuhkan adalah
(1) Zat kapur atau calcium berfungsi untuk pembentukan
tulang dan gigi anak. Sumber makanannya adalah susu,
keju, kacang-kacangan, dan sayuran berwarna hijau
(2) Fosfor diperlukan untuk pembentukan kerangka tubuh.
Sumber makananya adalah susu, keju dan daging.
(3) Zat besi, tambahan zat besi sangat penting dalam masa
menyusui karena dibutuhkan untuk kenaikan sirkulasi
darah dan sel, serta penambahan sel darah merah
sehingga kebutuhan oksigen mencukupi kebutuhan.
Sumber makanan zat besi adalah kuning telur, hati,
daging kerang ikan, kacang-kacangan dan sayuran
hijau.
(4) Yodium, sangat penting untuk mencegah timbulnya
kelemahan ment dan kekerdilan fisik. Sumber
makanannya adalah minyak ikan, kan laut, dan garam
beryodium (Viandika, 2020).
c) Vitamin
Jenis- jenis vitamin yang dibutuhkan adalah
(1) Vitamin A digunakan untuk pertumbuhan sel, jaringan,
gigi dan tulang, perkembangan saraf penglihatan,
meningkatkan daya tahan tubuh terhadap infeksi.
Sumber vitamin A adalah kuning telur, hati, mentega,
sayuran berwarna hijau, dan kuning. Selain sumber-
sumber tersebut ibu menyusui juga mendapat tambahan
kapsul vitamin A (200.000 10).
(2) Vitamin B1 (Thiamin) diperlukan untuk kerja syaraf
dan jantung membantu metabolism karbohidrat secara
tepat oleh tubuh, nafsu makan yang baik, membantu
proses pencernaan makanan, meningkatkan pertahanan
tubuh terhadap infeksi dan mengurangi kelelahan.
Sumber vitamin B1 adalah hati, kuning telur, susu,
kacang- kacangan, tomat, jeruk, nanas, dan kentang
bakar.
(3) Vitamin B2 (riboflavin) dibutuhkan untuk
pertumbuhan, vitalitas, nafsu makan, pencernaan,
sistem urat syaraf, jaringan kulit, dan mata. Sumber
vitamin B2 adalah hati, kuning telur, susu, keju,
kacang-kacangan, dan sayuran berwarna hijau.
(4) Vitamin B6 (Pyridoksin) dibutuhkan untuk
pembentukan sel darah merah dan kesehatan gigi dan
gusi. Sumber vitamin B6 adalah gandum, jagung, hati
dan daging.
(5) Vitamin B12 (Cyanocobalamin) dibutuhkan untuk
pembentukan sel darah merah dan kesehatan jaringan
syaraf. Sumber vitamin B12 adalah telur, daging, hati,
keju, ikan laut dan kerang laut. Folic acid dibutuhkan
untuk pertumbuhan dan pembentukan sel darah merah
dan produksi inti sel. Sumber makanannya adalah hati,
daging, ikan, jeroan dan sayuran hijau.
(6) Vitamin C dibutuhkan untuk pembentukan jaringan
ikat, penyembuhan luka, pertumbuhan tulang, gigi,
gusi,daya tahan terhadap infeksi dan memberikan
kekuatan pada pembuluh darah. Sumber makanannya
adalah jeruk,tomat, melon, brokoli, jambu biji, mangga,
papaya dan sayuran.
(7) Vitamin D dibutuhkan untuk pertumbuhan,
pembentukan tulang dan gigi, penyerapan kalsium,
fosfor Sumber vitamin D adalah minyak ikan, susu,
margarine, penyinaran kulit pada sinar matahari pagi
sebelum pukul 09.00
(8) Vitamin K dibutuhkan untuk mencegah perdarahan agar
proses pembekuan darah normal. Sumber makanannya
adalah kuning telur, hati, brokoli, asparagus dan bayam
(Viandika, 2020).
b. Ambulasi
Ambulansi atau yang disebut dengan mobilisasi dini atau biasa
disebut juga dengan early ambulation, yaitu upaya sesegera
mungkin membimbing klien keluar dari tempat tidurnya dan
membimbing berjalan. Pada persalinan normal sebaiknya
ambulansi dikerjakan setelah 2 jam (dimulai dari miring kanan kiri,
kemudian mungkin dilanjut dengan duduk, ambulansi dilakukan
secara bertahap). Keuntungan yang diperoleh dari Early
ambulation ini adalah:
1) Klien merasa lebih baik, lebih sehat, dan lebih kuat.
2) Melancarkan pengeluaran lokea, mengurangi infeksi
puerpurium. 3. Memercepat involusi uteri.
3) Faal usus dan kandung kencing lebih baik.
4) Sirkulasi dan peredaran darah menjadi lebih lancer, sehingga
mempercepat fungsi ASI dan pengeluaran sisa metabolisme.
Early ambulation akan lebih memungkinkan dalam mengajari
ibu untuk merawat atau memelihara anaknya, seperti memandikan
bayinya. Namun terdapat kondisi yang menjadikan ibu tidak bisa
melakukan early ambulation seperti pada kasus klien dengan
penyulit misalnya anemia, penyakit jantung, penyakit paru, dll
(Viandika, 2020).
c. Kebersihan diri/perinium
Kebersihan diri ibu dapat membantu mengurangi sumber infeksi
dan meningkatkan perasaan nyaman pada ibu. Anjurkan ibu untuk
menjaga kebersihan diri dengan cara mandi yang teratur minimal 2
kali sehari, mengganti pakaian alas tempat tidur serta lingkungan
dimana tempat ibu tinggal. Perawatan luka perineum bertujuan
untuk mencegah terjadi infeksi, meningkatkan rasa nyaman dan
mempercepat penyembuhan. Perawaan luka perineum dapat
dilakuakan dengan cara mencuci daerah genetalia dengan air dan
sabun setiap kali habis BAK/ BAB yang dimulai dengan mencuci
tangan. Pembalut hendaknya diganti minimal 2 kali sehari
(Viandika, 2020).
d. Istirahat
Kebutuhan istirahat sangat diperlukan bagi ibu beberapa jam
setelah melahirkan. Proses persalinan yang lama dan melelahkan
dapat membuat ibu frustasi bahkan depresi apabila kebutuhan
istirahatnya tidak terpenuhi. Apabila ibu mengalami kesulitan
untuk tidur pada malam hari, selama satu atau dua malam yang
pertama setelah melahirkan, maka dapat diberikan bantuan obat
tidur dengan mengkonsultasikannya terlebih dahulu dengan dokter.
Insomnia pada ibu nifas merupakan salah satu tanda peringatan
untuk psíkosis ibu nifas. Masa nifas sangat erat kaitannya dengan
gangguan pola tidur yang dialami ibu, terutama segera setelah
melahirkan. Pada tiga hari pertama dapat merupakan hari yang sulit
bagi ibu akibat menumpuknya kelelahan karena proses persalinan
dan nyeri yang timbul karena luka perineum. Secara teoritis, pola
tidur akan kembali mendekati normal dalam 2 sampai 3 minggu
setelah persalinan. Kebutuhan tidur rata-rata pada orang dewasa
sekitar 7-8 jam per 24 jam. Semakin bertambahnya usia, maka
kebutuhan dur juga akan berkurang, pada ibu nifas kurang istirahat
akan mengakibatkan
1) Berkurangnya produksi Asi
2) Memperlambat proses involusi uterus dan meningkatkan
perdarahan.
3) Menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk merawat
bayi dan dirinya sendiri (Viandika, 2020).
5. Ketidaknyamanan pada masa nifas
a. Nyeri Perineum
Ketidaknyamanan yang dirasakan ibu pada masa nifas yaitu
nyeri perineum yang timbul beberapa hari pertama setelah
persalinan pervaginam. Ibu dapat merasakan tidak nyaman karena
berbagai alasan, salah satunya, nyeri setelah melahirkan
episiotomi, rasa nyeri yang menggangu salah satunya jahitan
episiotomi dapat menimbulkan rasa tidak nyamanan pada ibu (Dwi
Putri, dkk, 2021). Salah satu cara yang diberikan untuk mengurangi
nyeri perineum pada ibu nifas dapat dilakukan dengan kompres es
pada suhu 10 sampai 150C dilakukan selama 10-20 menit (Lestari,
2021).
b.Bendungan Air Susu
Ketidaknyamanan yang dirasakan ibu pada masa nifas yaitu
bendungan asi yang disebabkan oleh Keadaan abnormal pada
payudara, umumnya terjadi akibat sumbatan pada saluran ASI atau
karena tidak dikosongkannya payudara seluruhnya. Hal tersebut
banyak terjadi pada ibu yang baru pertama kali melahirkan.
Bendungan ASI dapat terjadi karena payudara tidak dikosongkan,
sebab ibu merasa belum terbiasa dalam menyusui dan merasa takut
puting lecet apabila menyusui. Peran bidan dalam mendampingi
dan memberi pengetahuan laktasi pada masa ini sangat dibutuhkan
dan pastinya bidan harus sangat sabar dalam mendampingi ibu
menyusui untuk terus menyusui bayinya (Sutanto, 2021).
Upaya untuk mengatasisinya dengan Menyusui diteruskan.
Pertama bayi disusukan pada payudara yang terkena selama dan
sesering mung- kin, agar payudara kosong. Kemudian ke payudara
yang normal. Apabila ibu tidak dapat mengosongkan payudara
dengan menyusui bayinya, maka pengo- songan dilakukan dengan
memompa ASI. Berilah kompres panas, bilas menggunakan
shower hangat atau lap basah panas pada payudara yang terkena.
Ubahlah posisi menyuusi dari waktu ke waktu, yaitu dengan posisi
tiduran, duduk atau posisi memegang bola (football position).
Pakailah baju dengan BH yang longgar dan banyak minum sekitar
2 liter perhari. Melalui penerapan cara-cara seperti tersebut
biasanya peradangan akan menghilang setelah 48 jam, jarang sekali
yang menjadi abses. Tetapi bila dengan cara-cara seperti tersebut di
atas tidak ada perbaikan setelah 12 jam, maka diberikan antibiotika
selama 5-10 hari dan analgesik (Sutanto, 2021).

D. BAYI BARU LAHIR


1. Pengertian bayi baru lahir
Bayi baru lahir (neonatus) adalah bayi yang baru mengalami proses
kelahiran, berusia 0-28 hari. BBL memerlukan penyesuaian fisiologis
berupa maturasi, adaptasi (menyesuaikan diri dari kehidupan intra
uterin ke kehidupan ekstrauterine) dan toleransi bagi BBl untuk dapat
hidup dengan baik.Masa bayi adalah masa yang sangat bergantung
pada orang dewasa. Bayak perubahan psikologis yang terjadi hanya
sebagai permulaan atau bahkan adanya kelainan-kelainan pada bayi.
Asuhan pada bayi 2-6 hari dan asuhan primer 6 minggu pertama
setelah lahir harus dilakukan secara menyeluruh. Asuhan pada bayi 2-6
hari juga harus diinformasikan dan diajarkan kepada orang tua bayi,
sehingga saat kembali ke rumah orang tua sudah siap dan dapat
melaksanakannya sendiri (Padeng, 2022)
2. Adaptasi Fisiologis Bayi Baru Terhadap Kehidupan Di Luar Uterus
a. Adaptasi Ekstra Uteri Yang Terjadi Cepat
1) Perubahan pernafasan
Saat kepala bayi melewati jalan lahir, ia akan mengalami
penekanan yang tinggi pada toraksnya, dan tekanan ini akan
hilang dengan tiba-tiba setelah bayi lahir. Proses mekanis ini
menyebabkan cairan yang ada di dalam paru-paru hilang
karena terdorong ke bagian perifer paru untuk kemudian
diabsorpsi. Karena terstimulus oleh sensor kimia, suhu, serta
mekanis akhirnya bayi memulai aktivasi nafas untuk pertama
kali (Walyani, dan Purwoastuti, 2021).
Tekanan intratoraks yang negatif disertai dengan aktivasi
napas yang pertama memungkinkan adanya udara masuk ke
dalam paru-paru. Setelah beberapa kali napas pertama, udara
dari luar mulai mengisi jalan napas pada trakea dan bronkus,
akhirnya semua alveolus mengembang karena terisi udara.
Fungsi alveolus dapat maksimal jika dalam paru-paru bayi
terdapat surfaktan yang adekuat. Surfaktan membantu
menstabilkan dinding alveolus sehingga alveolus tidak kolaps
saat akhir napas (Walyani, dan Purwoastuti, 2021).
a) Perubahan Sirkulasi
Aliran darah dari plasenta berhenti pada saat tali klem.
Tindakan ini menyebabkan suplai oksigen ke plasenta pusat
di menjadi tidak ada dan menyebabkan serangkaian reaksi
selanjutnya.
Sirkulasi janin memiliki karakteristik sirkualsi
bertekanan rendah. Karena paru-paru adalah organ tertutup
yang berisi cairan, maka paru-paru memerlukan aliran
darah yang minimal. Sebagian besar darah janin yang
teroksigenasi melalui paru-paru mengalir melalui lubang
antara atrium kanan dan kiri yang disebut foramen ovale.
Darah yang kaya akan oksigen ini kemudian secara
istimewa mengalir ke otak melalui duktus arteriosus
(Walyani, dan Purwoastuti, 2021
dalah peningkatan tahanan pembuluh darah sistemik. Hal
yang paling penting adalah peningkatan tahanan pembuluh
darah dan tarikan nafas pertama terjadi secara bersamaan.
Oksigen dari nafas pertama tersebut menyebabkan sistem
pembuluh darah paru berelaksasi dan terbuka sehingga
paru- paru menjadi sistem bertekanan rendah.
Kombinasi tekanan yang meningkat dalam sirkulasi
sistemik dan menurun dalam sirkulasi paru menyebabkan
perubahan tekana aliran darah dalam jantung. Tekana
akibat peningkatan aliran darah di sisi kiri jantung
menyebabkan foramen oale menutup, duktus arteriosus
yang mengalirkan darah teroksigenasi ke otak janin kiri tak
lagi diperlukan. Dalam 48 jam, duktus ini akan mengecil
dan secara fungsional menutup akibat penurunan kadar
prostaglandin E, yang sebelumnya disuplai oleh plasenta.
Darah teroksigenasi yang secara rutin mengalir melalui
duktus arteriosus serta foramen ovale melengkapi
perubahan radikal pada anatomi dan fisiologi jantung.
Darah yang tidak kaya akan oksigen masuk ke jantung bayi
menjadi teroksigenasi sepenuhnya di dalam paru, kemudian
dipompakan ke seluruh bagian tubuh (Walyani, dan
Purwoastuti, 2021).
Dalam beberapa saat, perubahan tekanan yang luar biasa
terjadi di dalam jantung dan sirkulasi bayi baru lahir.
Sangat penting bagi bidan untuk memahami perubahan
sirkulasi janin ke sirkulasi bayi yang secara keseluruhan
saling berhubungan dengan fungsi pernapasan dan
oksigenasi yang adekuat (Walyani, dan Purwoastuti, 2021).
b) Termoregulasi
Sesaat sesudah bayi lahir ia akan berada ditempat yang
suhunya lebih rendah dari dalam kandungan dan dalam
keadaan basah. Bila dibiarkan saja dalam suhu kamar 250C
maka bayi akan kehilangan panas melalui evaporasi,
konduksi, konversi dan radiasi sebanyak 200 kalori/kg
BB/menit, berikut adalah penjelasan mengenai konveksi,
konduksi, radiasi, dan evaporasi:
(1) Konveksi
Hilangnya panas tubuh bayi karena aliran udara di
sekeliling bayi, misal BBL diletakkan dekat pintu atau
jendela terbuka.
(2) Konduksi
Pindahnya panas tubuh bayi karena kulit bayi langsung
kontak dengan permukaan yang lebih dingin, misalnya
popok atau celana basah tidak langsung diganti.
(3) Radiasi
Panas tubuh bayi memancar ke lingkungan sekitar bayi
yang lebih dingin, misal BBL diletakkan di tempat
dingin.
(4) Evaporasi
Cairan/air ketuban yang membasahi kulit bayi dan
menguap, misalnya bayi baru lahir tidak langsung
dikeringkan dari air ketuban.

Sedangkan pembentukan panas yang dapat diproduksi


hanya 1/10 dari pada yang tersebut di atas, dalam waktu
yang bersamaan. Hal ini akan menyebabkan penurunan
suhu tubuh sebanya (Walyani, dan Purwoastuti, 2021)

b. Adaptasi Ekstra Uteri Yang Terjadi secara kontinu


1) Perubahan pada darah
a) Kadar hemoglobin (Hb)
Bayi dilahirkan dengan kadar Hb yag tinggi. Kosentrasi Hb
normal dengan rentang 13,7-20 gr %. Hb yang dominan
pada bayi adalah hemoglobin F yang secara bertahap akan
mengalami penurunan selama 1 bulan. Hb bayi memiliki
daya ikat (afinitas) yang tinggi terhadap oksigen, hal ini
merupakan efek yang menguntungkan bagi bayi. Selama
beberapa hari kehidupan, kadar Hb akan mengalami
peningaktan sedangkan volume plasma menurun. Akibat
penurunan volume plasma tersebut maka kadara hematokrit
(Ht) mengalami peningkatan.
Kadar Hb selanjutnya akan mengalami penurunan secara
terus-menerus selama 7-9 minggu. Kadar Hb bayi usia 2
bulan normal adalah 12 gr% (Walyani, dan Purwoastuti,
2021).
b) Sel darah merah
Sel darah merah bayi baru lahir memiliki usia yang
sangat singkat (80 hari) jika dibandingkan dengan orang
dewasa (120 hari). Pergantian sel yang sangat cepat ini
akan menghasilkan lebih banyak sampah metabolik,
termasuk bilirubin yang harus dimetabolisme. Kadar
bilirubin yang berlebihan ini menyebabkan ikterus
fisiologis yang terlihat pada bayi baru lahir, oleh karena itu
ditemukan hitung retikulosit yang tinggi pada bayi baru
lahir, hal ini mencerminkan adanya pembentukan sel darah
merah dalam jumlah yang tinggi (Walyani, dan
Purwoastuti, 2021).
c) Sel darah putih
Jumlah sel darah putih rata-rata pada bayi baru lahir
memiliki rentang mulai dari 10.000-30.000/mm².
Peningkatan lebih lanjut dapat terjadi pada bayi baru lahir
normal selama 24 jam pertama kehidupan. Periode
menangis yang lama juga dapat menyebabkan hitung sel
darah putih meningkat (Walyani, dan Purwoastuti, 2021).
2) Perubahan pada sistem gastrointestinal
Sebelum lahir, janin cukup bulan akan mulai menghisap
dan menelan. Refleks muntah dan refleks batuk yang matang
sudah terbentuk dengan baik pada saat lahir. Kemampuan bayi
baru lahir cukup bulan untuk menelan dan mencerna makanan
(selain susu) masih terbatas. Hubungan antara esofagus bawah
dan lambung masih belum sempurna yang mengakibatkan
"gumoh" pada bayi baru lahir dan neonatus. Kapasitas
lambung sendiri sangat terbatas yaitu kurang dari 30 cc untuk
seorang bayi baru lahir cukup bulan, dan kapasitas lambung ini
akna bertambah secara lambat bersamaan dengan
pertumbuhannya (Walyani, dan Purwoastuti, 2021).
Dengan adanya kapasitas lambung yang masih terbatas ini
akan sangat penting bagi pasien untuk mengatur pola intake
cairan pada bayi dengan frekuensi sedikit tapi sering,
contohnya memberi ASI sesuai keinginan bayi. Usus bayi
masih belum matang sehingga tidak mampu melindungi
dirinya sendiri dari zat-zat berbahaya yang masuk ke dalam
saluran pencernaannya. Di samping itu bayi baru lahir juag
belum dapat mempertahankan air secara efisien dibanding
dengan orang dewasa, sehingga kondisi ini dapat
menyebabkan diare yang lebih serius pada neonatus (Walyani,
dan Purwoastuti, 2021).
3) Perubahan pada sistem imun
Sistem imunitas bayi baru lahir masih belum matang,
sehingga menyebabkan neonatus rentan terhadap berbagai
infeksi dan alergi. Sistem imunitas yang matang akan
memberikan kekebalan alami maupun yang didapat (Walyani,
dan Purwoastuti, 2021).
Kekebalan alami terdiri dari struktur pertahanan tubuh yang
berfungsi mencegah atau meminimalkan infeksi. Berikut
beberapa contoh kekebalan alami:
a) Perlindungan dari membran mukosa.
b) Fungsi saringan saluran napas.
c) Pembentukan koloni mikroba dikulit dan usus.
d) Perlindungan kimia oleh lingkungan asam lambung.

Kekebalan alami juga disediakan pada tingkat sel oleh sel


darah yang membantu bayi baru lahir membunuh mikroorganisme
asing, tetapi sel-sel darah ini masih belum matang artinya BBL
tersebut belum mampu melokalisasi dan memerangi infeksi secara
efisien. Kekebalan yang didapat akan muncul kemudian (Walyani,
dan Purwoastuti, 2021).
BBL dengan kekebalan pasif mengandung banyak virus dalam
tubuh ibunya. Reaksi anti bodi keseluruhan terhadap antigen asing
masih belum bisa dilakukan sampai awal kehidupannya. Salah satu
tugas utama selama masa bayi dan balita adalah pembentukan
sistem kekebalan tubuh. Karena adanya defisiensi kekebalan alami
yang didapat ini, BBL sangat rentan terhadap infeksi. Reaksi BBL
terhadap infeksi masih lemah dan tidak memadai, oleh karena itu
pencegahan terhadap mikroba (seperti pada praktek persalinan
yang aman dan menyusui ASI dini terutama kolostrum) dan deteksi
dini serta pengobatan dini infeksi menjadi sangat penting
(Walyani, dan Purwoastuti, 2021).
4) Perubahan pada sistem ginjal
BBL cukup bulan memiliki beberapa defisit struktural dan
fungsional pada sistem ginjal. Banyak dari kejadian defisit
tersebut akan membaik pada bulan pertamakehidupan dan
merupakan satu- satunya masalah untuk bayi baru lahir yang
sakit atau mengalami stres. Keterbatasan fungsi ginjal menjadi
konsekuensi khusus jika bayi baru lahir memerlukan cairan
intravena atau obat-obatan yang meningkatkan kemungkinan
kelebihan cairan (Walyani, dan Purwoastuti, 2021).
Ginjal bayi baru lahir menunjukan penurunan aliran darahn
ginjal dan penurunan kecepatan filtrasi glomerulus, kondisi ini
mudah menyebabkan retensi cairan dan intoksikasi air. Fungsi
tubulus tidak matur sehingga dapat menyebabkan kehilangan
natrium dalam jumlah besar dan ketidakseimbangan elektrolit
lain.
Bayi baru lahir tidak dapat mengonsentrasikan urin dengan
baik, tercermin dari berat jenis urine (1,004) dan osmaliltas
urine yang rendah. Semua keterbatasan ginjal ini lebih buruk
pada bayi kurang bulan (Walyani, dan Purwoastuti, 2021).
BBL mengeksresikan sedikit urine pada 48 jam pertama
kehidupan, yaitu hanya 30-60 ml. Normalnya dalam urine
tidak terdapat protein atau darah, debris sel yang banyak dapat
mengindikasikan adanya cedera atau iritasi dalam sistem
ginjal. Bidan harus ingat bahwa adanya massa abdomen yang
ditemukan pada pemeriksaan fisik seringkali adalah ginjal dan
dapat mencerminkan adanya tumor, pembesaran atau
penyimpangan didalam ginjal (Walyani, dan Purwoastuti,
2021).
5) Perlindungan termal
Beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk meminimalkan
kehilangan panas tubuh bayi baru lahir adalah sebagai berikut:
a) Hangatkan dahulu setiap selimut, topi, pakaian dan kaos
kaki bayi sebelum kelahiran.
b) Segera keringkan BBL.
c) Hangatkan dahulu area resusitasi BBL.
d) Atur suhu ruangan kelahiran pada suhu 24 °C.
e) Jangan lakukan pengisapan pada bayi baru lahir di atas alas
tempat tidur yang basah.
f) Tunda memandikan BBL sampai suhunya stabil selama 2
jam atau lebih.
g) Atur agar ruangan perawatan bayi baru lahir jauh dari
jendela, pintu, lubang ventilasi atau pintu keluar
h) Pertahankan kepala bayi baru lahir tetap tertutup dan
badannya dibedong dengan baik selama 48 jam pertama
(Walyani, dan Purwoastuti, 2021)
c. Pemeliharaan pernafasan
1) Stimulasi taktil
Realisasi dari langkah ini adalah dengan mengeringkan badan
bayi segera setelah lahir dan melakukan masasse pada
punggung. Jika observasi nafas bayi belum maksimal, lakukan
stimulasi pada telapak kaki dengan menjentikan ujung jari
tangan penolong (Walyani, dan Purwoastuti, 2021).
2) Mempertahankan suhu hangat untuk bayi
Suhu yang hangat akan sangat membantu menstabilkan upaya
bayi dalam bernafas. Letakan bayi di atas tubuh pasien yang
tidak ditutupi kain (dalam keadaan telanjang), kemudian tutupi
keduanya dengan selimut yang telah dihangatkan terlebih
dahulu. Jika ruangan ber-AC, sorotkan lampu penghangat
kepada pasien dan bayinya (Walyani, dan Purwoastuti, 2021).
3) Menghindari prosedur yang tidak perlu
Ketika melakukan perawatan bayi baru lahir, hindari prosedur
yang sebenarnya tidak perlu dilakukan seperti:
a) Menghisap lender yang ada di saluran napas bayi, padahal
bayi sudah berhasil menangis dan melakukan napas
pertamanya.
b) Melakukan stimulasi taktil yang berlebihan, menampar
pipi bayi baru lahir.
c) Memandikan bayi segera setelah lahir.
d) Melakukan pemeriksaan fisik kepada bayi dalam satu jam
pertama kelahiran. Sebaiknya biarkan bayi di atas perut
pasien untuk melakukan inisiasi dini dan menstabilkan
suhu tubuhnya melalui radiasi panas tubuhnya (Walyani,
dan Purwoastuti, 2021).
d. Pemotongan tali pusat
Pemotongan dan perkiraan tali-pusat menyebabkan pemisahan
fisik terakhir antara ibu dan bayi. Waktu pemotongan tali-pusat
tergantung dari pengalaman seorang ahli kebidanan. Pemotongan
sampai denyut nadi tali-pusat terhenti dapat dilakukan pada bayi
normal, sedangkan pada bayi gawat (high risk baby) perlu
dilakukan pemotongan tali-pusat secepat mungkin, agar dapat
dilakukan resusitasi sebaik-baiknya (Walyani, dan Purwoastuti,
2021).
Bahaya lain yang ditakutkan ialah bahaya infeksi. Untuk
menghindari infeksi tali-pusat yang dapat menyebabkan sepsis,
meningitis, dan lain-lain, maka di tempat pemotongan, di pangkal
tali- pusat, serta 2,5 cm di sekitar pusat diberi obat antiseptik.
Selanjutnya tali-pusat dirawat dalam keadaan steril/bersih dan
kering (Walyani, dan Purwoastuti, 2021).
Pembahasan mengenai pemotongan tali pusat berkaitan dengan
kapan waktu yang tepat untuk mengklem atau menjepit tali pusat,
diketahui ada dua perbedaan mengenai hal ini dengan rasionalisasi
dari masing-masing pendapat tersebut
1) Penjepitan tali pusat segeraa setelah bayi lahir
Praktik ini umumnya didukung oleh komunitas obstetrik,
namun tidak digunakan di beberapa Negara. Para pendukung
praktik ini mengkhawatirkan adanya efek samping pada bayi
jika penjempitan tali pusat ditunda seperti adanya gawat
pernapasan, polisitemia, sindrom hiperviskositas, dan
hiperbilirubinemia. Penjepitan dan pemotongan tali pusat
dilakukan dengan segera jika keadaan bayi gawat dan
membutuhkan tindakan resusitasi (Walyani, dan Purwoastuti,
2021).
2) Penundaan penjepitan tali pusat
Para pendukung penundaan penjepitan tali pusat yakin bahwa
peningkatan volume darah menguntungkan dan mendukung
proses fisiologis alami pada transisi kehidupan ekstrauterus.
Beberapa keuntungan penundaan penjepitan tali pusat antara
lain:
a) Berlanjutnya bolus/aliran darah teroksigenasi selama nifas
pertama yang tidak teratur.
b) Volume yang besar meningkatkan perfusi kapiler-kapiler
paru-paru.
c) Pencapaian oksigenasi adekuat yang lebih cepat membuat
penutupan struktur janin seperti duktus arteriosus.
Untuk mendukung transfusi fisiologis, maka pada 1-3 menit
pertama kehidupan letaknya bayi di atas perut pasien dalam
keadaan tali pusat masih utuh. Posisi ini dapat meningkatkan
aliran darah dalam jumlah sedang ke bayi baru lahir tanpa
kemungkinan bahaya dari dorongan dan bolus darah yang
banyak. Setelah 3 menit, sebagian besar aliran darah dari tali
pusat telah masuk kedalam tubuh bayi baru lahir (Walyani, dan
Purwoastuti, 2021).
Walaupun aliran darah mungkin berbalik yaitu dari bayi ke
plasenta, situasi ini kemungkinan besar tidak akan terjadi
karena tali pusat akan mengalami spasme dengan cepat pada
suhu di lingkaran luar uterus.
Setelah 3 menit bayi berada di atas perut pasien, lanjutkan
prosedur pemotongan tali pusat sebagai berikut.
a) Klem tali pusat dengan dua buah klem, pada titik kira- kira
2 atau 3 cm dari pangkal pusat bayi (tinggalkanlah kira-
kira 1 cm di antara kedua klem tersebut).
b) Potonglah tali pusat di antara kedua klem sambil
melindungi perut bayi dengan tangan kiri penolong.
c) Pertahankan kebersihan pada saat pemotongan tali pusat,
ganti sarung tangan jika ternyata sudah kotor. Potonglah
tali pusat dengan menggunakan gunting steril atau DTT.
d) Ikatlah tali pusat dengan kuat atau gunakan penjepit khusus
tali pusat.
e) Periksa tali pusat setiap 15 menit, apabila masih terjadi
perdarahan lakukan pengikatan sekali lagi dengan ikatan
lebih kuat.
f) Pastikan dengan benar bahwa tidak ada perdarahan tali
pusat. Perdarahan 30 ml dari bayi baru lahir setara dengan
600 ml pada orang dewasa.
g) Jangan mengoleskan salep atau zat apapun ke pusat,
hindari juga pembungkusan tali pusat. yang tidak tertutup
akan mongering dan cepat dengan komplikasi yang lebih
sedikit. tempat Tali puput tali pusat lebih (Walyani, dan
Purwoastuti, 2021).
3) Mengikat tali pusat
Setelah dipotong, tali pusat diikat menggunakan benang
dengan kuat. Namun dengan perkembangan teknologi,
pengikatan tali pusat saat ini dilakukan dengan menggunakan
penjepitan untuk satu kali pakai sampai dengan tali pusat
lepas. Penjepit ini biasanya terbuat dari plastik dan sudah
dalam kemasan steril dari pabrik. Pengikatan dilakukan di
jarak 2,5 cm dari umbilicus (Walyani, dan Purwoastuti, 2021).
e. Evaluasi awal bayi baru lahir
Evaluasi awal bayi baru lahir dilaksanakan segera setelah bayi
baru lahir (menit pertama) dengan menilai dua indikator
kesejahteraan bayi yaitu pernapasan dan frekuensi denyut jantung
bayi, karena menit pertama bidan berpacu dengan waktu dalam
melakukan pertolongan bayi dan ibunya, sehingga dua aspek ini
sudah sangat mewakili kondisi umum bayi baru lahir (Walyani,
dan Purwoastuti, 2021).

E. KONTRASEPSI KB
1. Pengertian KB
Istilah kontrasepsi berasal dari kata kontra dan konsepsi. Kontra
berarti “melawan” atau “mencegah”, sedangkan konsepsi adalah
pertemuan antara sel telur yang matang dengan sperma yang
mengakibatkan kehamilan. Maksud dari konsepsi adalah
menghindari/mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat adanya
pertemuan antara sel telur dengan sel sperma (Matahari,dkk 2018)..
KB merupakan salah satu usaha untuk mencapai kesejahteraan
dengan jalan memberikan nasehat perkawinan,pengobatan kemandulan
dan penjarangan kelahiran. KB merupakan tindakan membantu
individu atau pasangan suami istri untuk menghindari kelahiran yang
tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang memang diinginkan,
mengatur interval diantara kelahiran. KB adalah proses yang disadari
oleh pasangan untuk memutuskan jumlah dan jarak anak serta waktu
kelahiran (Matahari,dkk 2018).
2. Sasaran Akseptor KB
Adapun akseptor KB menurut sasarannya, meliputi :
a. Fase Menunda Kehamilan Masa menunda kehamilan pertama
sebaiknya dilakukan oleh pasangan yang istrinya belum mencapai
usia 20 tahun.Karena usia di bawah 20 tahun adalah usia yang
sebaiknya menunda untuk mempunyai anak dengan berbagai
alasan.Kriteria kontrasepsi yang diperlukan yaitu kontrasepsi
dengan pulihnya kesuburan yang tinggi, artinya kembalinya
kesuburan dapat terjamin 100%. Hal ini penting karena pada masa
ini pasangan belum mempunyai anak, serta efektifitas yang tinggi.
Kontrasepsi yang cocok dan yang disarankan adalah pil KB,
AKDR (Matahari,dkk 2018).
b. Fase Mengatur/Menjarangkan
Kehamilan Periode usia istri antara 20 - 30 tahun merupakan
periode usia paling baik untuk melahirkan, dengan jumlah anak 2
orang dan jarak antara kelahiran adalah 2 – 4 tahun.Kriteria
kontrasepsi yang diperlukan yaitu efektifitas tinggi, reversibilitas
tinggi karena pasangan masih mengharapkan punya anak
lagi.Kontrasepsi dapat dipakai 3-4 tahun sesuai jarak kelahiran
yang direncanakan (Matahari,dkk 2018).
c. Fase Mengakhiri Kesuburan
Sebaiknya keluarga setelah mempunyai 2 anak dan umur istri
lebih dari 30 tahun tidak hamil. Kondisi keluarga seperti ini dapat
menggunakan kontrasepsi yang mempunyai efektifitas tinggi,
karena jika terjadi kegagalan hal ini dapat menyebabkan terjadinya
kehamilan dengan resiko tinggi bagi ibu dan anak. Di samping itu
jika pasangan akseptor tidak mengharapkan untuk mempunyai
anak lagi, kontrasepsi yang cocok dan disarankan adalah metode
kontap, AKDR, implan, suntik KB dan pil KB (Matahari,dkk
2018).
3. Jenis-jenis Alat Kontrasepsi
a. Jenis-jenis kb hormonal
1) Pil kb kombinasi
a) Mekanisme
Pil kombinasi menekan ovulasi, mencegah implantasi,
mengentalkan lendir serviks sehingga sulit dilalui oleh
sperma, dan menganggu pergerakan tuba sehingga
transportasi telur terganggu. Pil ini diminum setiap hari
(Matahari,dkk 2018).
b) Efektivitas
Bila diguakan secara benar, risiko kehamilan kurang dari 1
di antara 100 ibu dalam 1 tahun.
c) Efek samping
Perubahan pola haid (haid jadi sedikit atau semakin pendek,
haid tidak teratur, haid jarang, atau tidak haid), sakit kepala,
pusing, mual, nyeri payudara, perubahan berat badan,
perubahaan suasana perasaan, jerawat (dapat membaik atau
memburuk, tapi biasaya membaik), dan peningkatan
tekanan darah (Matahari,dkk 2018).
1) Pil Hormon Progestin
a) Mekanisme
Minipil menekan sekresi gonadotropin dan sintesis steroid
seks di ovarium, endometrium mengalami transformasi lebih
awal sehingga implantasi lebih sulit, mengentalkan lendir
serviks sehingga menghambat penetrasi sperma, mengubah
motilitas tuba sehingga transportasi sperma terganggu. Pil
diminum setiap hari (Matahari,dkk 2018).
b) Efektivitas
Bila digunakan secara benar, risiko kehamilan kurang dari 1
di antara 100 ibu dalam 1 tahun.
c) Keuntungan khusus bagi kesehatan: Tidak ada.
d) Risiko bagi kesehatan: Tidak ada.
e) Efek samping: Perubahan pola haid (menunda haid lebih
lama pada ibu menyusui, haid tidak teratur, haid
memanjang atau sering, haid jarang, atau tidak haid), sakit
kepala, pusing, perubahan suasana perasaan, nyeri
payudara, nyeri perut, dan mual (Matahari,dkk 2018).
2) Pil kb darurat (Emergency Contraceptive Pills)
Kontrasepsi darurat digunakan dalam 5 hari pasca senggama
yang tidak terlindung dengan kontrasepsi yang tepat dan
konsisten. Semakin cepat minum pil kontrasepsi darurat,
semakin efektif. Kontrasepsi darurat banyak digunakan pada
korban perkosaan dan hubungan seksual tidak terproteksi
(Matahari,dkk 2018). Penggunaan kontrasepsi darurat tidak
konsisten dan tidak tepat dilakukan pada:
a) Kondom terlepas atau bocor
b) Pasangan yang tidak menggunakan kontrasepsi alamiah
dengan tepat (misalnya gagal abstinens, gagal
menggunakan metoda lain saat masa subur).
c) Terlanjur ejakulasi pada metoda senggama terputus.
d) Klien lupa minum 3 pil kombinasi atau lebih, atau
terlambat mulai papan pil baru 3 hari atau lebih.
e) AKDR terlepas
f) Klien terlambat 2 minggu lebih untuk suntikan progesteron
3 bulanan atau terlambat 7 hari atau lebih untuk metoda
suntikan kombinasi bulanan (Matahari,dkk 2018).
3) Kb suntik kombinasi
a) Mekanisme
Suntikan kombinasi menekan ovulasi, mengentalkan lendir
serviks sehingga penetrasi sperma terganggu, atrofi pada
endometrium sehingga implantasi terganggu, dan
menghambat transportasi gamet oleh tuba. Suntikan ini
diberikan sekali tiap bulan (Matahari,dkk 2018).
b) Efektivitas
Bila digunakan secara benar, risiko kehamilan kurang dari
1 diantara 100 ibu dalam 1 tahun.
c) Efek samping
Perubahan pola haid (haid jadi sedikit atau semakin pendek,
haid tidak teratur, haid memanjang, haid jarang, atau tidak
haid), sakit kepala, pusing, nyeri payudara, kenaikan berat
badan (Matahari,dkk 2018).
4) Suntikan progestin
a) Mekanisme
Suntikan progestin mencegah ovulasi, mengentalkan lendir
serviks sehingga penetrasi sperma terganggu, menjadikan
selaput rahim tipis dan atrofi, dan menghambat transportasi
gamet oleh tuba. Suntikan diberikan 3 bulan sekali
(DMPA) (Matahari,dkk 2018).
b) Efektivitas
Bila digunakan dengan benar, risiko kehamilan kurang dari
1 di antara 100 ibu dalam 1 tahun. Kesuburan tidak
langsung kembali setelah berhenti, biasanya dalam waktu
beberapa bulan.
c) Keuntungan khusus bagi kesehatan
Mengurangi risiko kanker endometrium dan fibroid uterus.
Dapat mengurangi risiko penyakit radang paggul
simptomatik dan anemia defisiensi besi. Mengurangi gejala
endometriosis dan krisis sel sabit pada ibu dengan anemia
sel sabit.
d) Risiko bagi kesehatan: Tidak ada.
e) Efek samping
Perubahan pola haid (haid tidak teratur atau memanjang
dalam 3 bulan pertama, haid jarang, tidak teratur atau tidak
haid dalam 1 tahun), sakit kepala, pusing, kenaikan berat
badan, perut kembung atau tidak nyaman, perubahan
suasana perasaan, dan penurunan hasrat seksual
(Matahari,dkk 2018).
5) Implan
a) Mekanisme
Kontrasepsi implan menekan ovulasi, mengentalkan lendir
serviks, menjadikan selaput rahim tipis dan atrofi, dan
mengurangi transportasi sperma. Implan dimasukkan di
bawah kulit dan dapat bertahan higga 3-7 tahun, tergantung
jenisnya (Matahari,dkk 2018).
b) Efektivitas
Pada umumnya, risiko kehamilan kurang dari 1 di antara
100 ibu dalam 1 tahun.
c) Keuntungan khusus bagi kesehatan
Mengurangi risiko penyakit radang paggul simptomatik.
Dapat mengurangi risiko anemia defisiesi besi.
d) Risiko bagi kesehatan : Tidak ada.
e) Efek samping
Perubahan pola haid (pada beberapa bulan pertama: haid
sedikit dan singkat, haid tidak teratur lebih dari 8 hari, haid
jarang, atau tidak haid;setelah setahun: haid sedikit dan
singkat, haid tidak teratur, dan haid jarang), sakit kepala,
pusing, perubahan suasana perasaan, perubahan berat
badan, jerawat (dapat membaik atau memburuk), nyeri
payudara, nyeri perut, dan mual (Matahari,dkk 2018).
b. Jenis-Jenis Kb Non Hormonal
1) Tubektomi
a) Mekanisme
Menutup tuba falopii (mengikat dan memotong atau
memasang cincin), sehingga sperma tidak dapat bertemu
dengan ovum.
b) Efektivitas
Pada umumnya, risiko kehamilan kurang dari 1 di antara
100 dalam 1 tahun.
c) Keuntungan khusus bagi kesehatan
Mengurangi risiko penyakit radang panggul. Dapat
mengurangi risiko kanker endometrium.
d) Risiko bagi kesehatan
Komplikasi bedah dan anestesi (Matahari,dkk 2018).
2) Vasektomi
a) Mekanisme
Menghentikan kapasitas reproduksi pria dengan jalan
melakukan oklusi vasa deferens sehingga alur transportasi
sperma terhambat dan proses fertilisasi tidak terjadi.
b) Efektivitas
Bila pria dapat memeriksakan semennya segera setelah
vasektomi, risiko kehamilan kurang dari 1 di antara 100
dalam 1 tahun.
c) Keuntungan khusus bagi kesehatan: Tidak ada.
d) Risiko bagi kesehatan
Nyeri testis atau skrotum (jarang), infeksi di lokasi operasi
(sangat jarang), dan hematoma (jarang). Vasektomi tidak
mempegaruhi hasrat seksual, fungsi seksual pria, ataupun
maskulinitasnya.
e) Efek samping: Tidak ada (Matahari,dkk 2018).
3) Kondom
a) Mekanisme
Kondom menghalangi terjadinya pertemuan sperma dan sel
telur dengan cara mengemas sperma di ujung selubung
karet yang dipasang pada penis sehingga sperma tersebut
tidak tercurah ke dalam saluran reproduksi perempuan.
b) Efektivitas
Bila digunakan dengan benar, risiko kehamilan adalah 2 di
antara 100 ibu dalam 1 tahun.
c) Keuntungan khusus bagi kesehatan
Mencegah penularan penyakit menular seksual dan
konsekuesinya (misal: kanker serviks).
d) Risiko bagi kesehatan
Dapat memicu reaksi alergi pada orang-orang dengan alergi
lateks.
e) Efek samping: Tidak ada (Matahari,dkk 2018).
4) Segama Terputus
a) Mekanisme
Metode keluarga berencana tradisional, di mana pria
mengeluarkan alat kelaminnya (penis) dari vagina sebelum
pria mencapai ejakulasi
b) Efektivitas
Bila dilakukan secara benar, risiko kehamilan adalah 4 di
antara 100 ibu dalam 1 tahun.
c) Keuntungan khusus bagi kesehatan: Tidak ada.
d) Risiko bagi kesehatan: Tidak ada.
e) Efek samping: Tidak ada (Matahari,dkk 2018).
5) Lactational Amenorrhea Method
a) Mekanisme
Keluarga Berencana Dan Kontrasepsi 81 Kontrasepsi MAL
mengandalkan pemberian Air Susu Ibu (ASI) ekslusif
untuk menekan ovulasi. Metode ini memiliki tiga syarat
yang harus dipernuhi:
(1) Ibu belum mengalami haid
(2) Bayi disususi secara ekslusif dan sering, sepanjang
siang dan malam
(3) Bayi berusia kurang dari 6 bulan
b) Efektivitas
Risiko kehamilan tinggi bila ibu tidak menyusui bayinya
secara benar. Bila dilakukan secara benar, risiko kehamilan
kurang dari 1 di antara 100 ibu dalam 6 bulan setelah
persalinan.
c) Keuntungan khusus bagi kesehatan
Mendorong pola menyusui yang benar, sehingga
membawa manfaat bagi ibu dan bayi.
d) Efek samping: Tidak ada (Matahari,dkk 2018).
6) Diafragma
a) Mekanisme
Diafragma adalah kap berbentuk cembung, terbuat dari
lateks (karet) yang dimasukkan ke dalam vagina sebelum
berhubungan seksual dan menutup serviks sehingga sperma
tidak dapat mencapai saluran alat reproduksi bagian atas
(uterus dan tuba falopi).Dapat pula digunakan dengan
spermisida.
b) Efektivitas
Bila digunakan dengan benar bersama spermisida, risiko
kehamilan adalah 6 di antara 100 ibu dalam 1 tahun.
c) Keuntungan khusus bagi kesehatan
82 Keluarga Berencana Dan Kontrasepsi Mencegah
penularan penyakit menular seksual dan kanker serviks.
d) Risiko bagi kesehatan
Infeksi saluran kemih, vaginosis bakterial, kadidiasis,
sindroma syok toksik.
e) Efek samping
Iritasi vagina dan penis, lesi di vagina (Matahari,dkk
2018).
7) Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)
a) Mekanisme
Dalam Rahim AKDR dimasukkan ke dalam uterus. AKDR
menghambat (AKDR) kemampuan sperma untuk masuk ke
tuba falopii, mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum
mencapai kavum uteri, mencegah sperma dan ovum
bertemu, mencegah implantasi telur dalam uterus.
b) Efektivitas
Pada umumnya, risiko kehamilan kurang dari 1 di antara
100 ibu dalam 1 tahun. Efektivitas dapat bertahan lama,
hingga 12 tahun.
c) Keuntungan khusus bagi kesehatan
Mengurangi risiko kanker endometrium. Keluarga
Berencana Dan Kontrasepsi 83
d) Risiko bagi kesehatan
Dapat menyebabkan anemia bila cadangan besi ibu rendah
sebelum pemasangan dan AKDR menyebabkan haid yag
lebih banyak. Dapat menyebabkan penyakit radang panggul
billa ibu sudah terinfeksi klamidia atau gonorea sebelum
pemasangan.
e) Efek samping
Perubahan pola haid terutama dalam 3-6 bulan pertama
(haid memanjang dan banyak, haid tidak teratur, dan nyeri
haid) (Matahari,dkk 2018).
8) AKDR Dengan Progestin
a) Mekanisme
Progestin AKDR dengan progestin membuat endometrium
mengalami transformasi yang ireguler, epitel atrofi
sehingga menganggu implantasi; mencegah terjadinya
pembuahan dengan memblok bersatunya ovum dengan
sperma; mengurangi jumlah sperma yang mencapai tuba
falopii; dan menginaktifkan sperma
b) Efektivitas
Pada umumnya, risiko kehamilan kurang dari 1 di antara
100 ibu dalam 1 tahun. 84 Keluarga Berencana Dan
Kontrasepsi
c) Keuntungan khusus bagi kesehatan
Mengurangi risiko anemia defisiensi besi. Dapat
mengurangi risiko penyakit radang panggul. Mengurangi
nyeri haid dan gejala endometriosis.
d) Risiko bagi kesehatan: Tidak ada.
e) Efek samping
Perubahan pola haid (haid sedikit dan singkat, haid tidak
teratur, haid jarang, haid memanjang, atau tidak haid),
jerawat, sakit kepala, pusing, nyeri payudara, mual,
kenaikan berat badan, perubahan suasana perasaan, dan
kista ovarium (Matahari,dkk 2018).

BAB III
METODE STUDI KASUS

A. Lokasi dan Waktu Pelaksanaan


Asuhan kebidanan CoC ini akan di laksanakan di Pratik Mandiri Bidan
(PMB) Bidan Mariani Kota Bengkulu. Waktu pelaksanaan studi kasus ini
di rencanakan pada Februari – April 2023.
B. Subyek Laporan Kasus
Responden yang digunakan dalam Studi Kasus ini adalah seorang ibu
hamil TM III yang mengeluh nyeri punggung dan memerlukan edukasi
dan pendampingan ketidaknyamanan di praktik mandiri Bidan Mariani
Kota Bengkulu.
C. Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen pengumpulan data merupakan alat bantu yang digunakan oleh
peneliti dalam melakukan kegiatannya untuk mengumpulkan data atau
informasi agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan dipermudah dan
penulis menggunakan metode SOAP.
D. Teknik/Cara pengumpulan Data
1. Data primer
a) Wawancara
Wawancara adalah suatu metode yang digunakan untuk
mengmpulkan data, dimana peneliti mendapatkan keterangan atau
informasi secara lisan dari seorang sasaran penelitian (responden)
atau berbicara berhadapan muka dengan orang tersebut. Pada kasus
ini penulis melakukan wawancara pada pasien di Praktik Mandiri
Bidan Mariani Kota Bengkulu yang bertujuan untuk mengetahui
data subjektif.
b) Observasi
Observasi adalah suatu prosedur yang terencana, yang meliputi
melihat, mendengar dan mencatat sejumlah informasi dan taraf
aktivitas tertentu atau situasi tertentu yang berhubngan dengan
masalah yang diteliti. Pada kasus ini penulis melakukan
pemeriksaan dengan menggunakan cara inspeksi, palpasi,
auskultasi dan perkusi pada pasien di Praktik Mandiri Bidan
Mariani Kota Bengkulu.
2. Data sekunder
a. Dokumentasi
Dokumentasi adalah semua bentuk informasi yang berhubungan
dengan dokumen, baik dokumen resmi maupun dokumen tidak
resmi, dokumen resmi dibawah tanggung jawab instansi resmi,
misalnya laporan, catatan pada kartu kesehatan, buku KIA,
sedangkan tidak resmi adalah segala bentuk dokumen dibawah
tanggung jawab instansi tidak resmi seperti catatan harian, dan
biografi. Pada kasus ini diperoleh dokumentasi dari buku KIA di
PMB Mariani Kota Bengkulu.
b. Bahan dan Alat
Dalam melaksanakan kegiatan studi kasus ini, penulis
menggunakan alat-alat sebagai berikut :
1) Alat-alat dalam pengambilan data yaitu :
a) Format asuhan kebidanan
b) Alat tulis
2) Alat dan bahan yang dibutuhkan untuk melakukan pemeriksaan
fisik dan observasi yanitu :
a) APD (Alat Pelindung Diri)
b) Timbangan berat badan
c) Pengukur tinggi badan
d) Tensimeter
e) Stetoskoptermometer
f) Jam tangan
g) Stetoskop monocular
h) Reflex hammer
i) Partus set
j) Heacting set
k) Infus set
l) Meteran
m) Booklet
3) Alat dan bahan yang digunakan untuk melakukan pemberian
edukasi pada ketidaknymanan yang dirasakan ibu dan
penatalaksanaan kompres hangat pada masa kehamilan
a. Booklet
b. Air hangat dan wadah
c. Handuk kecil atau waslap
4) Alat dan bahan yang digunakan untuk melakukan pemberian
edukasi pada ketidaknymanan yang dirasakan berupa leaflet
dan penatalaksanaan massage effleurage pada persalinan:
a. Booklet
b. Kain/Handuk
c. Baby oil
5) Alat dan bahan yang digunakan untuk melakukan pemberian
edukasipada ketidaknyamanan nyeri perineum dengan kompres
dingin pada masa nifas:
a. Booklet
b. Matras
c. Handuk/Kain
d. Baskom
e Air dingin/Es
6) Alat dan bahan pendokumentasian yaitu :
a) Status atau catatan medic pasien
b) Buku KIA
c) Alat tulis
d) Booklet
E. Perencanaan Asuhan Studi Kasus
Perencanaan asuhan studi kasus ini yaitu asuhan kebidanan
berkesinambungan CoC dengan pemberian edukasi dan pendampingan
ketidaknyamanan pada ibu hamil trimester III selama masa kehamilan,
persalinan dan nifas yaitu :
1. Membina hubungan baik antara bidan dan pasien serta selalu
mendengar keluhan pasien
2. Melakukan pemeriksaan fisik ibu
3. Mendiskusikan kepada tentang pendampingan dan edukasi
ketidaknyamanan paada ibu hamil TM III, bersalin sampai 2
minggumasa nifas.
4. Mendiskusikan kepada ibu untuk rutin memeriksa kehamilannya
5. Mendokumentasikan seluruh asuhan kebidanan dalam bentuk SOAP
F. Etika Pengambilan Kasus
Pelaksanaan asuhan kebidanan CoC khususnya jika yang menjadi
subyek adalah manusia maka peneliti harus memahami hak dasar manusia.
Manusia memiliki kebebasan dalam menentukan dirinya, sehingga studi
kasus yang akan dilaksanakan benar-benar menunjang tinggi kebebasan
manusia.
Etika yang mendasari dilaksanakannya suatu studi kasus terdiri dari :
1. Informed consent (persetujuan menjadi responden)
Informed consent ini berupa lembar persetujuan untuk menjadi
responden, tujuan pemberiannya agar subyek mengerti maksud dan
tujuan studi kasus dan pengetahuan dampaknya. Jika subyek bersedia
maka klien harus menandatangani lembar persetujuan dan jika
responden tidak bersedia maka peneliti harus menghormati hak pasien.
2. Antonimity (tanpa nama)
Antonimity menjelaskan bentuk penulisan pendokumentasian SOAP
dengan tidak perlu mencantumkan nama pada lembar pengumpulan
data, hanya menuliskan kode atau inisial pada lembar penulisan data.
3. Confidentitiality (kerahasiaan)
Confidentitiality kerahasian menjelaskan masalah-masalah responden
yang harus dirahasiakan dalam studi kasus. Kerahasiaan informasi
yang telah dikumpulkan dan dijamin kerahasiaannya, dan hanya
sekelompok data tertentu yang akan dilaporkan dalam hasil studi
kasus.
DAFTRA PUSTAKA

Amalia AR, Erika, Dewi AP. Ektefitas kompres air hangat terhadap intensitas
nyeri punggung pada ibu hamil trimester III. Jurnaloff holistic nursing and
health science. 2020; 1(03). [Diunduh 21-12-2022] tersedia di link
https://ejournal2.undip.ac.id/index.php/hnhs.

Anwar KK, dkk. 2022. Asuhan Kebidanan Kehamilan. Sumatra Barat: PT Global
Eksekutif Teknologi.

Aulia S, Rita A, Kompres air dingin sebagai upaya mengurangi persalinan. Jurnal
kebidanan terkini (current midwifery journal). 2021: 1(2). [Diunduh 20-
12-2022] tersedia di link https://jom .htp.ac.id/index.php/jkt
Bakilan F, Zelveci D D. Musculoskeletal problems during pregnancy: J Clin Med
Kaz 2020; 6(60):53-55. [Diunduh 20-12-2022] tersedia di link Url:
https://doi.org/10.23950/jcmk/9259

Dartiwen, Nurhayati Y. 2019. Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan. Yogyakarta:


Andi.

Dewiani K, Yetii P, Linda Y. 2022. Evidance Based Dalam Pelayanan Kebidanan.


Purbalingga: Eureka Medika Aksara.

Dolang MW. Pengaruh Pemberian Kompres Air Dingin Terhadap Nyeri Luka
Perineum Pada Ibu Post Partum. JIKKHC. 2019: 03(02) [ 12-12-2022]
tersedia di link
https://jurnalgrahaedukasi.org/index.php/JIKKHC/article/view/155

Ernamari,Srilina BP,uli YP.The effect of warm compress on back pain in the third
trimester pregnant womwn in our clinic with sand spiritual pangaraan. Int.
J.Midwifery res.2022; 2(2). [Diunduh 16-02-2023] tersediah di link
https://ijmr.iiknutuban.ac.id/index.php/ijmr/article/view/36.

Fitriana Y, Nurwiandani W. 2021. Asuhan Persalinan Konsep Persalinan Secara


Komprehensif Dalam Asuhan Kebidanan. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.

Lestari FA. Pengaruh pemberian kompres air dingin untuk menguranginyeri luka
perineum pada ibu post partum.jurnal ilmu dan teknologi kesehatan.
2021;2(12). [Diunduh 21-12-2022] tersedia di link
http://ojs.stikesbhamadaslawi.ac.id/index.php/jik/article/view/291

Matahari R, utami FP, Sri S. 2018. Buku Ajaran Keluarga Berencana Dan
Kontrasepsi. Yogyakarta: pustaka ilmu.

Rahareng S, Riu DS,Usman AN, Idris I, Prihantono. Pengaruh pemberian


massage efllurage terhadap nyeri punggung ibu hamil trimester III: analisis
terhadap kadar endorphin.jurnal ilmiah indonesia. 2022 1(7) [Diunduh 21-
12-2022] tersedia di link http://repository.unhas.ac.id/id/eprint/14123

Rejeki S, 2020. Buku ajaran menejemen nyeri dalam proses persalinan (non
farmaka). Semarang: Unimus Press.
Saifuddin AB 2020. Ilmu kandungan Sarwono prawirohardjo.Edisi ke 4 Jakarta :
PT. Bina Pustaka sarwono prawirohardjo

Sutanto AV, Yuni P. 2021. Asuhan Pada Kehamilan. Yogyakarta: Pustaka Baru
Press.

Walyani ES, Endang P. 2021. Asuhan Kebidanan Persalinan Dan Bayi Baru
Lahir. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.

Wulandari CL, dkk, 2021. Asuhan kebidanan kehamilan. Bandung: media sains
Indonesia.

Wulandari DA, Putri VT. Aplikasi Teknik Effeurage sebagai penatalaksanaan


nyeri persalinan ibu bersalin di bidan praktik mandiri kecamatan
tembalang. URECOL (University Researchcolloquium).2018 [Diunduh
21-12-2022] tersedia di link
http://repository.urecol.org/index.php/proceeding/article/download/
233/229
INFORMASI UNTUK RESPONDEN

Kepada
Yth. Ibu Responden
Yang pertanda tangan di bawah ini:
Nama : Kitri Andriyani
Institusi Pendidikan : Prodi D3 Kebidanan FMIPA UNIB.
Alamat Institusi : Jl. Indra Giri No. 04 Padang Harapan Kota Bengkulu.

Saat ini akan melaksanakan asuhan kebidanan secara berkelanjutan dan


komprehensif (Continuity Of Care/COC) tentang: edukasi dan pendampingan
ketidaknyamanan pada ibu hamil selama masa kehamilan TM III, bersalin,
hingga 2 minggu masa nifas di PMB Mariani Kota Bengkulu.
Penjelasan/informasinya, sebagai berikut:

LATAR BELAKANG:
Ibu hamil selama masa kehamilannya sangat membutuhkan tubuh yang segar
dan bugar agar dapat menjalankan aktivitas, banyak metode untuk membantu
mengurangi ketidaknyamanan pada ibu hamil TM III. Ketidaknyamanan ini dapat
diatasi diatasi dengan, kompres hangat, mengikuti anjuran pola hidup sehat dari
tenaga kesehatan, mengonsumsi makanan atau minuman tinggi serat, dan menjaga
kebersihan daerah genitalia sangat penting untuk ibu hamil di waktu menjelang
hingga saatnya melahirkan.
Ketidaknyamanan yang ibu rasakan juga dirasakan pada proses persalinan dan
masa nifas. Ibu bersalin merasakan nyeri saat persalinan, penanggulangan nyeri
pada persalinan sangat penting karena dapat memperbaiki keadaan fisiologi dan
psikologi ibu dan bayi yang akan lahir. Penatalaksanaan untuk mengurangi nyeri
persalinan dengan cara menghadirkan pendamping, rileksasi nafas dalam, dan
mobilisasi posisi selama kala I dan II. Ibu nifas mengalami ketidaknyamanan
diantaranya yaitu nyeri setelah melahirkan, nyeri perineum, nyeri abdomen karena
kontraksi dan konstipasi. Nyeri setelah melahirkan yang disebabkan oleh
kontraksi dan relaksasi uterus yang terus-menerus, untuk mengurangi
ketidaknyamanan diantaranya nyeri pada perinium dengan menggunakan kompres
air dingin dan masase fundus pada saat nyeri kontraksi.
TUJUAN:
Responden dapat mengetahui tentang kehamilannya khususnya cara mengatasi
ketidaknyamanan yang dirasakan ibu hamil pada masa kehamilan TM III hingga 2
minggu masa nifas sehingga ibu dan bayi lahir sehat dan selamat.
MANFAAT BAGI RESPONDEN:
Ibu akan mendapatkan asuhan kebidanan dimulai dejak masa kehamilan TM
III hingga 2 minggu pertama nifas sesuai dengan keaadaan yang dialami
ketidaknyamanan sehingga akan mendaptkan hasil keadaan umum ibu dan bayi
baik sampai masa nifas di PMB Mariani kota Bengkulu.
PROSEDUR :
1. Calon responden akan diberikan lembar informasi untuk dibaca dan
dipelajari
2. Setelah membaca lembar informasi, jika calon responden menyetujui
untuk turut serta dalam Pemberi Asuhan Kebidanan COC ini maka
responden diminta menuliskan tanda tangan persetujuan pada lembar
persetujuan dalam asuhan kebidanan secara berkelanjutan dan
komprehensif (Continuity Of Care/COC)
3. Setelah menandatangani lembar persetujuan selanjutnya akan dilakukan
pengambilan data/penggalian informasi dari responden. Responden
dimohonkan untuk bekerja sama dan aktif dalam proses asuhan kebidanan
secara berkelanjutan dan komprehensif (Continuity Of Care/COC) yang
diberikan, pelaksanaan berlangsung minggu.
4. Responden diberikan kompensasi berupa cindera mata yang bermanfaat
bagi responden
KEMUNGKINAN RISIKO:
Risiko responden hampir tidak ada karena intervensi berbentuk promosi
kesehatan dan edukasi serta pendampingan selama ibu dalam proses kehamilan,
persalinan, nifas, BBL dan KB.
PENGADAAN PENGOBATAN CIDERA AKIBAT ASUHAN
KEBIDANANBERKELANJUTAN DAN KOMPREHENSIF (Continuity Of
Care/COC):
Karena tidak ada kemungkinan cidera maka pengadaan pengobatan cidera tidak
disediakan oleh pemberi asuhan kebidanan COC.
HAK UNTUK MENOLAK ATAU BERHENTI:
Responden bebas memilih untuk berpartisipasi dalam asuhan kebidanan secara
berkelanjutan dan komprehensif (Continuity Of Care/COC) ini. Keputusan
responden tidak akan merugikan atau berdampak apapun pada responden.
Responden dapat berhenti dari proses ini kapan saja meskipun telah
menandatangani lembar persetujuan.
PENGADAAN KOMPENSASI:
Responden yang mengikuti asuhan kebidanan secara berkelanjutan dan
komprehensif (Continuity Of Care/COC) ini tidak memiliki penggantian biaya
kehilangan waktu tetapi mendapatkan kompensasi kesedian responden berupa
cindera mata.
KERAHASIAN:
Seluruh data dalam asuhan kebidanan secara berkelanjutan dan komprehensif
(Continuity Of Care/COC) hanya akan digunakan untuk kepentingan kegiatan ini
dan identitas responden akan dijega kerahasiaannya. Penyimpanan dokumen akan
mengikuti aturan penyimpanan dokumen sebelum dihancurkan.
KONTAK PERSON PEMBERI ASUHAN KEBIDANAN COC
Jika ada pertanyaan sehubungan dengan pelaksanaan ini dapat menghubungi
langsung kepada pemberi asuhan kebidanan COC (Kitri Andryani) Program Studi
D3 Kebidanan FMIPA Universitas Bengkulu No. Hp: 0823861499421

Hormat saya,

Kitri Andryani

Anda mungkin juga menyukai