ICA HERLINA
F0G018008
Di Ajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Ahli Madya
Kebidanan Pada Program Studi D3 Kebidanan
ICA HERLINA
F0G018008
ii
PERSETUJUAN
ICA HERLINA
F0G018008
Mengetahui
Koordinator Prodi D3 Kebidanan
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal dengan judul
“Edukasi Dan Pendampingan Pemilihan Alat Kontrasepsi Pada Ibu Hamil
Trimester III, Bersalin, Hingga Masa Nifas 2 Minggu Di Praktik Mandiri
Bidan (PMB) Satiarmi Kota Bengkulu”. Proposal ini disusun dengan bantuan
dari berbagai pihak, oleh sebab itu pada kesempatan ini secara khusus penulis
menyampaikan ucapan terimakasih kepada:
1. Novianti, S.ST,M.Keb. selaku Ketua Prodi D3 Kebidanan Universitas
Bengkulu yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk
mengikuti pendidikan di D3 Kebidanan Universitas Bengkulu.
1. Dara Himalaya, S.ST,M.Keb. selaku pembimbing utama dan pembimbing
akademik terimakasih atas kesempatan, waktu, tenaga saran dan kritik
serta pikiran yang penuh kesabaran dan ketelitian dalam memberikan
bimbingan, arahan serta nasehat dan motivasi selama penyusunan dan
penyempurnaan Proposal Laporan Tugas Akhir.
2. Linda Yusanti, S.ST,M.Keb. selaku pembimbing pendamping akademik
yang telah bersedia untuk membimbing, memberikan saran dan arahan
selama penyusunan proposal laporan tugas akhir ini.
3. Terkhusus kedua orang tua penulis Ayahanda Usman dan ibunda Darma
Wati yang selalu memberikan kasih sayang, semangat, dan dorongan
moral maupun maternal serta spiritual kepada penulis.
4. Satiarmi, S.ST. selaku pemilik lahan studi kasus yang telah memberikan
izin dalam pengambilan data penelitian dalam penyusunan proposal
Laporan Tugas Akhir
5. Seluruh dosen dan staf D3 Kebidanan FMIPA Universitas Bengkulu yang
telah memberikan banyak ilmu pengetahuan kepada penulis.
iv
6. Rekan-rekan seperjuangan angkatan 2018 atas semangat dan dukungan
selama penyusunan proposal laporan tugas akhir ini.
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan proposal laporan tugas akhir ini
mempunyai banyak kekurangan. Pada kesempatan ini penulis mengharapkan
saran dan kritik yang membangun dari semua pihak untuk perbaikan yang akan
datang.
Ica Herlina
v
DAFTAR ISI
vi
3. Penampilan BBL........................................................................
4. Penilaian APGAR score.............................................................
5. Penatalaksanaan BBL.................................................................
6. Kunjungan BBL.........................................................................
7. Kebutuhan BBL.........................................................................
E. Keluarga Berencana
1. Pengertian Keluarga Berencan.................................................
2. Tujuan KB................................................................................
3. Jenis-jenis metode kontrasepsi.................................................
4. Faktor-faktor Pemilihan alat kontrasepsi................................
F. Kenseling KB
1. Pengertian konseling KB.......................................................
2. Manfaat konseling.................................................................
3. Langkah-langkah dalam konseling........................................
4. 4K Proses pengambilan keputusan........................................
5. Media yang digunakan konseling..........................................
6. Poin kunci dalam pelayanan KB...........................................
7. Konseling awal......................................................................
8. Konseling tindak lanjut..........................................................
G. Alat Bantu Pengambilan Keputusan (ABPK)
1. Pengertian ABPK................................................................
2. Fungsi ABPK......................................................................
3. Prinsip-prinsip alat bantu pengambil keputusan.................
BAB III METODE KASUS
A. Lokasi dan waktu lokasi...............................................................
B. Subjek laporan kasus....................................................................
C. Instrumen pengumpulan data........................................................
D. Teknik dan cara pengumpulan data..............................................
E. Bahan dan alat..............................................................................
F. Perencanaan asuhan studi kasus...................................................
G. Etika pengambilan kasus..............................................................
vii
DAFTAR GAMBAR
viii
DAFTAR TABEL
ix
DAFTAR LAMPIRAN
x
DAFTAR SINGKATAN
xi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
World Health Organization (WHO) pada tahun 2018, ada beberapa negara
yang mengalami kenaikan populasi terbanyak salah satunya ialah Negara
Indonesia. Kenaikan populasi ini disebabkan oleh faktor kelahiran, kematian,
dan migrasi. Jumlah ini menunjukan bahwa penduduk Indonesia menempati
peringkat ke empat di dunia. Sensus Penduduk (SP) 2020 mencatat penduduk
Indonesia pada September 2020 sebanyak 270,20 juta jiwa (BPS, 2020).
Tingginya laju pertambahan penduduk di Indonesia menjadikan
pemerintah terus berupaya untuk menekan laju pertumbuhan dengan program
Keluarga Berencana (KB), upaya untuk mewujudkan program pengendalian
pertumbuhan penduduk tersebut pemerintah menyusun beberapa kebijakan
salah satunya adalah peningkatan pemakaian kontrasepsi yang lebih efektif
serta efisien untuk jangka waktu panjang. Sasaran program KB adalah
Pasangan Usia Subur (PUS) yang lebih dititik beratkan pada kelompok Wanita
Usia Subur (WUS) yang berada pada kisaran usia 15-49 tahun (Kemenkes RI,
2016). Kontrasepsi merupakan upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan.
Kontrasepsi berasal dari kata “kontra” yang berarti mencegah atau melawan
“konsepsi” yaitu pertemuan antara sel telur yang matang dan sel sperma yang
mengakibatkan kehamilan (Febrianti, 2019).
Program KB yang tercantum dalama Rencana Pembangunan Jangka
Menengah (RPJM) tahun 2014-2019 adalah meningkatkan penggunaan
Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) (Kemenkes RI, 2018). KB aktif
di antara PUS tahun 2019 sebesar 62,5%, mengalami penurunan dari tahun
sebelumnya yaitu sebesar 63,27%, sementara target RPJMN yang ingin
dicapai tahun 2019 sebesar 66% (Kemenkes RI, 2019). Penggunaan MKJP
pada PUS tahun 2019 18%, dan masih di dominasi penggunaan non MKJP
(Kemenkes RI, 2019).
Peserta KB aktif Provinsi Bengkulu pada tahun 2018 adalah 275.30
Presentase jenis kontrasepsi yaitu suntik (54,6%) Pil (17,4%), Implant
12
13
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas belum diketahuinya edukasi dan
pendampingan pemilihan alat kontrasepsi pada ibu hamil TM III, bersalin,
hingga 2 minggu masa nifas di PMB Satiarmi Kota Bengkulu.
D. Manfaat Penulisan
1. Bagi penulis
Penulis dapat menambah pengetahuan, menerapkan ilmu dan keterampilan
sehingga dapat memberikan asuhan secara tepat memiliki keberhasilan
yang baik dalam pendampingan serta edukasi perencanaan keluarga
terhadap pemilihan alat kontrasepsi di PMB Satiarmi Kota Bengkulu.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Hasil studi kasus ini dapat dijadikan bahan acuan dan referensi bagi
mahasiswa Universitas Bengkulu khususnya Jurusan Kebidanan dalam
17
A. Kehamilan
1. Pengertian kehamilan
Pengertian Kehamilan adalah kondisi dimana scorang wanita
memiliki janin yang sedang tumbuh di dalam tubuhnya (pada umumnya
di dalam rahim). Kehamilan berkisar 40 minggu atau 9 bulan, dihitung
dari awal periode menstruasi terakhir sampai melahirkan. Kehamilan
merupakan suatu proses yang perlu perawatan khusus agar dapat
berlangsung dengan baik, karena kehamilan kehamilan ibu atau janin
(Walyani, 2019).
Trimester ketiga berlangsung selama 13 minggu, mulai dari
minggu ke-28 sampai minggu ke- 40, Pada trimester ketiga, organ tubuh
janin sudah terbentuk. Hingga pada minggu ke-40 pertumbuhan dan
perkembangan utuh telah dicapui janin (Saifuddin, 2016).
2. Perubahan Fisiologis Kehamilan TM III
a. Perubahan fisiologis pada masa kehamilan
1) Uterus
kehamilan rahim akan membesar pada bulan pertama karena
pengaruh esterogen dan progesteron yang meningkat. Berat uterus
normal + 30 gram, pada akhir kehamilan (40 minggu) menjadi 100
gram, dengan panjang + 20 cm dan dinding + 22,5 cm.
Pengukuran tinggi fundus uteri di atas simfisis pubis yang
digunakan sebagai salah satu untuk mendukung pertumbuhan
pertumbuhan janin dan dapat memperkirakan perkiraan kehamilan
kehamilan (Fatimah, 2017).
2) Vagina
Terjadinya proliferasi sei dan hiperemia dari lapisan vagina
menyebabkan dinding vagina menjadi lebih tebal dan lentur dalam
rangka mempersipkan periantin struktur eksterna vulva membesar
18
19
f. Bayi bergerak kurang dari seperti biasanya Ibu hamil akan merasakan
gerakan janin pada bulan ke 5 atau sebagian ibu merasakan gerakan
janin lebih awal. Jika bayi tidur gerakannya akan melemah. Bayi harus
bergerak paling sedikit 3x dalam periode 3 jam. Gerakan bayi akan
lebih mudah terasa jika ibu berbaring atau beristirahat dan jika ibu
makan dan minum dengan baik (Tyastuti, 2016).
B. Persalinan
1. Pengertian Persalinan
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup
dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar. Persalinan adalah
rangkaian proses yang berakhir dengan pengeluaran hasil konsepsi oleh
ibu. Proses ini dimulai dengan kontraksi persalinan sejati, dan diakhiri
dengan pelahiran plasenta. Persalinan dan kelahiran normal adalah proses
pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42
minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang
berlangsung selama 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada
janin (Walyani, 2019)
2. Tanda – tanda persalinan
a. Adanya kontraksi rahim
Tanda awal bahwa ibu hamil untuk melahirkan adalah mengejangnya
rahim atau dikenal dengan istilah kontraksi. Kontraksi bertujuan untuk
menyiapkan mulut lahir untuk membesar dan meningkatkan aliran
darah didalam plasenta. Kontraksi pada persalinan aktif berlangsung
dari 45 sampai 90 detik dengan durasi rata-rata 60 detik.
b. Keluarnya lendir bercampur darah
Lendir mulanya menyumbat leher rahim, sumbatan yang tebal pada
mulut rahim terlepas, sehingga menyebabkan keluarnya lendir yang
berwarna kemerahan bercampur darah dan mendorong keluar oleh
kontraksi sehingga membuka mulut rahim yang menandakan bahwa
mulut rahim menjadi lunak dan membuka, lendir inilah yang disebut
dengan bloody slim (lendir yang bercampur darah yang sifat nya
lengket).
30
mendorong janin hingga keluar . pada kala II ini memiliki cirri khas
yaitu:
a) His terkoordinat, kuat, cepat, dan lebih cm/lebih perjam
hingga pembukaan lengkap (10)
b) Terjadi penurunan bagian terbawah janin
c) Berlangsung selama 6 jam .
b. Kala II
1) lama kira-kira 2-3 menit sekali.
2) Kepala janin telah turun masuk ruang panggul dan secara
reflektoris menimbulkan rasa ingin mengejan
3) Tekanan pada rectum, ibu merasa ingin BAB
4) Anus membuka
Tanda dan gejala kala II:
1) Ibu ingin meneran.
2) Perineum menonjol.
3) Vulva vagina dan sphincter anus membuka.
4) Jumlah pengeluaran air ketuban meningkat.
5) His lebih kuat dan lebih cepat 2-3 menit sekali.
6) Pembukaan lengkap (10 cm).
7) Pada primigravida berlangsung rata-rata 1.5 jam dan multipara
rata-rata 0.5 jam.
Pada waktu his kepala janin mulai kelihatan, vulva
membuka dan perineum meregang, dengan his dan mengejan
yang terpimpin kepala akan lahir dan diikuti seluruh badan
janin.
Lama pada kala II ini primi dan multipara berbeda yaitu :
a. Primipara kala II berlangsung 1,5 jam – 2 jam
b. Multipara kala II berlangsung 0,5 jam – 1 jam
Ada 2 cara ibu mengejan pada kala II yaitu menurut
dalam letak berbaring, merangkul kedua pahanya dengan
32
Kondisi ini disebabkan karena sumbu jalan lahir pada pintu bawah
panggul mengarah kedepan atas, sehingga kepala harus mengadakan
ekstensi untuk melaluinya.
f. Rotasi luar (putaran paksi luar)
Setelah kepala bayi lahir bayi akan memutar kembali kea rah
punggung anak untuk menghilangkan torsi pada leher yang terjadi
karena putaran paksi dalam.
g. Ekspulsi
Setelah putaran paksi luar, bahu depan sampai bawah simpis dan
menjadi hipomochlion untuk kelahiran bahu belakang. setelah kedua
bayi lahir selanjutnya seluruh badan bayi dilahirkan searah dengan
paksi jalan lahir.
C. Nifas
1. Pengertian masa nifas
Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika
alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas
dimulai sejak 2 jam setelah lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu
setelah melahirkan yang merupakan periode penyesuaian setelah
kehamilan dan memungkinkan ibu untuk menyusui (Dewi, 2020).
2. Perubahan fisiologis pada masa nifas
Perubahan fisiologis pada ibu masa nifas
1) Serviks dan vagina: setelah persalinan, bentuk serviks agak
menganga seperti corong berwarna merah kehitaman,
konsistensinya lunak, setelah bayi lahir, lengan masih bisa masuk
rongga rahim, setelah 2 jam dapat dilalui 2-3 jari dan setelah 7 hari
hanya dapat dilalui 1 jari. (Rini, 2016). Vagina yang semula sangat
teregangakan kembali secara bertahap keukuran sebelum hamil
(Dewi, 2020).
2) Uterus merupakan organ yang mengalami perubahan besar selama
kehamilan dan persalinan. Uterus akan mengalami involusi uterus
yaitu proses kembalinya uterus ke keadaan semula seperti sebelum
hamil setelah melahirkan dimulai segera setelah plasenta lahir
36
Gambar. 2.1
Sumber. Dewi, 2020
pada bayi dan menyusui, merespon intruksi tentang perawatan bayi dan
dirinya (Dewi, 2020).
c. Fase letting go: fase menerima tanggungjawab akan peran barunya
yang berlangsung 10 hari setelah melahirkan, ibu sudah dapat
menyesuaikan diri, merawat dirinya dan bayinya, serta kepercayaan
dirinya sudah meningkat (Dewi, 2020).
4. Kebutuhan dasar ibu nifas
a. Nutrisi dan cairan: ibu nifas membutuhkan nutrisi yang cukup dan gizi
yang seimbang terutama kebutuhan protein dan karbohidrat. Makanan
harus bermutu, bergizi dan cukup kalori, buah-buahan dan sayur-
sayuran.
b. Ambulasi: pada kelahiran normal ibu tidak terpasang infus dan kateter
seta tanda-tanda vital berada pada batas normal.
c. Eliminasi: pada kala IV persalinan pemantauan urin dilakukan selama
2 jam, setiap 15 menit dalam 1 jam pertama dan setiap 30 menit dalam
1 jam kedua.
d. Kebersihan diri atau perinium: kebersihan perinium harus sangat dijaga
supaya terhindar dari infeksi.
e. Istirahat sangat diperlukan supaya ibu tetap sehat dan tidak stress.
f. Latihan/senam nifas dilakukan agar pemulihan organ-organ ibu cepat
dan maksimal (Dewi, 2020).
5. Kunjungan Masa Nifas
a. Asuhan nifas pada 6-8 jam setelah persalinan
1) Mencegah perdarahan karena atonia uteri
2) Membantu agar uterus tetap berkontraksi dengan memeriksa
kandung kemih, kandung kemih yang terlalu penuh menyebabkan
uterus tidak dapat berkontraksi dengan baik. Kemudian dengan
melakukan masase uterus, yaitu dengan cara secara perlahan tangan
diletakkan diatas fundus uteri lalu dengan gerakan memutar sambil
menekan fundus selama 15 detik, setiap 1-2 menit raba kembali
uterus untuk mengetahui keadaan uterus, jika masih lembek ulangi
lagi masase, ajarkan pada ibu juga keluarga cara melakukan masase
39
uterus dan cara memeriksa agar uterus tetap keras, pada tindakan ini
jumlah darah yang keluar dari vagina ibu juga harus diperiksa.
3) Melakukan pendekatan ibu dan anak dan menganjurkan ibu untuk
segera menyusui bayi, inisiasi menyusu dini dilakukan juga
bertujuan untuk membantu pemulihan alat reproduksi ibu, dengan
hisapan bayi yang dapat merangsang mengeluarkan oksitosin
yangmana dapat membuat uterus berkontraksi dan menjadi keras.
4) Mengenali tanda-tanda bahaya seperti perdarahan hebat, pusing,
demam tinggi, lochea berbau dan kejang (Kemenkes RI, 2019).
b. Asuhan nifas pada 2-6 hari setelah persalinan
Asuhan yang dilakukan yaitu memastikan involusi berjalan normal,
tinggi fundus uteri berada dibawah umbilikus, serta tidak ada
perdarahan abnormal dan tidak ada bau, menilai tidak adanya tanda-
tanda demam, menilai tanda infeksi, memastikan ibu menyusui dengan
benar, memberi konseling tentang perawatan tali pusat (Kemenkes RI,
2019).
c. Asuhan nifas pada minggu ke 2
Asuhan yang diberikan yaitu melanjutkan pemantauan keadaan ibu dan
bayi, memastikan ibu dalam keadaan sehat, involusi uterus berjalan
normal, ibu menyusui dengan lancar, dan pemberian konseling KB
(Dewi, 2020).
d. Asuhan nifas pada minggu ke 4 sampai ke 6
Asuhan yang diberikan adalah kelanjutan pemantauan keadaan ibu dan
bayi dari kunjungan sebelumnya dengan tujuan asuhan minggu ke 4
sampai minggu ke 6 adalah menanyakan kepada ibu tentang penyulit
yang dialami ibu dan bayinya selama masa nifas dan memberikan
konseling KB (Dewi, 2020).
D. Bayi Baru Lahir (BBL)
1. Pengertian BBL Normal
Bayi Baru lahir normal adalah bayi yang lahir dalam presentasi
belakang kepala melalui vagina tanpa memakai alat, pada usia kehamilan
40
genap 37 minggu sampai 42 minggu, dengan berat badan lahir 2500 - 4000
gram, dengan nilai apgar > 7 dan tanpa cacat bawaan (Jamil, 2017).
Neonatus adalah bayi yang baru mengalami proses kelahiran dan
harus menyesuaikan diri dari kehidupan intra uterin ke kehidupan ekstra
uterin. Tiga faktor yang mempengaruhi perubahan fungsi dan peoses vital
neonatus yaitu maturasi, adaptasi dan toleransi. Empat aspek transisi pada
bayi baru lahir yang paling dramatik dan cepat berlangsung adalah pada
sisem pernafasan, sirkulasi, kemampuan menghasilkan glukosa.
2. Tanda-tanda BBL normal
Bayi baru lahir dikatakan normal jika usia kehamilan aterm antara
37- 42 minggu, BB 2500 gram–4000 gram, panjang badan 48-52 cm,
lingkar dada 30-38 cm, lingkar kepala 33-35 cm, lingkar lengan 11-12
cm, frekuensi DJ 120-160 x permenit, pernafasan ± 40- 60 x permenit,
kulit kemerahan dan licin karena jaringan subkutan yang cukup, rambut
lanugo tidak terlihat dan rambut kepala biasanya telah sempurna,
kuku agak panjang dan lemas, nilai APGAR > 7, gerakan aktif, bayi
langsung menangis kuat, refleks rooting (mencari putting susu dengan
rangsangan taktil pada pipi dan daerah mulut) sudah terbentuk dengan
baik, refleks sucking (isap dan menelan) sudah terbentuk dengan baik,
refleks morro (gerakan memeluk bila dikagetkan) sudah terbentuk dengan
baik, refleks grasping (menggenggam) sudah baik, genetalia sudah
terbentuk sempurna, pada laki- laki testis sudah turun ke skrotum dan
penis berlubang, pada perempuan: Vagina dan uretra yang berlubang,
serta labia mayora sudah menutupi labia minora, eliminasi baik,
mekonium dalam 24 jam pertama, berwarna hitam kecoklatan.
3. Penampilan BBL
a. Kesadaran dan Reaksi terhadap sekeliling, perlu di kurangi rangsangan
terhadap reaksi terhadap rayuan, rangsangan sakit, atau suara keras yang
mengejutkan atau suara mainan;
b. Keaktifan, bayi normal melakukan gerakan-gerakan yang simetris pada
waktu bangun. adanya temor pada bibir, kaki dan tangan pada waktu
menangis adalah normal, tetapi bila hal ini terjadi pada waktu tidur,
41
b. Pencegahan infeksi
1) Cuci tangan dengan seksama sebelum dan setelah bersentuhan
dengan bayi
2) Pakai sarung tangan bersih pada saat menangani bayi yang belum
dimandikan
3) Pastikan semua peralatan dan bahan yang digunakan, terutama
klem, gunting, penghisap lendir DeLee dan benang tali pusat
telah didisinfeksi tinggi atau steril
4) Pastikan semua pakaian, handuk, selimut dan kain yang
digunakan untuk bayi, sudah dalam keadaan bersih, demikian
44
2) Suntik Kombinasi
a) Pengertian
Jenis suntik kombinasi adalah 25 mg Depo Medroksiprogesteron
Asetat dan 5 mg Estradiol sipionat yang diberikan injeksi I.M
sebulan sekali (Cyclofem), dan 50 mg Noretindron Enantat dan 5
mg Estradiol Valerat yang diberikan injeksi I.M sebulan sekali
(Rahayu, 2016).
Gambar 2.3
Sumber: BKKBN 2017
b) Cara kerja:
(1) Menekan ovulasi
(2) Membuat lendir serviks menjadi kental sehingga penetrasi
sperma terganggu.
(3) merubahan pada endometrium (atrofi) sehingga implantasi
terganggu.
(4) Menghambat transportasi gamet oleh tuba (Rahayu, 2016).
c) Efektivitas
Sangat efektif (0,1-0,4 kehamilan per 100 perempuan) selama
tahun pertama penggunaan (Rahayu, 2016).
d) Indikasi
(1) Usia reproduksi
(2) Telah memiliki anak, ataupun yang belum memiliki anak
(3) Ingin mendapatkan kontrasepsi dengan efektivitas yang tinggi
(4) Menyusui ASI pascapersalinan > 6 bulan
(5) Pascapersalinan dan tidak menyusui
(6) Anemia
(7) Nyeri haid hebat
(8) Haid teratur
54
b) Efektivitas
Efektivitas pemakaian ialah 95-98% efektif (tingkat kehamilan
0,7/100 tahun-wanita).
(1) Dapat digunakan sejak usia remaja hingga menopouse.
(2) Mudah dihentikan setiap saat.
(3) Kesuburan segera kembali setelah penggunaan pil dihentikan.
(4) Dapat digunakan sebagai kontrasepsi darurat.
(5) Membantu mencegah:
(a) Kehamilan ektopik
(b) kanker ovarium
(c) Kanker endometrium
(d) Kista ovarium
(e) Penyakit radang panggul.
(f) Kelainan jinak pada payudara.
(g) Disminorea.
(h) Acne.
c) Kontraindikasi pil kombinasi
(1) Hamil atau dicurigai hamil.
(2) Menyusui ekslusif.
(3) Pendarahan pervaginam yang belum diketahui penyebabnya.
(4) Penyakit hati akut (Hepatitis).
(5) Perokok dengan usia > 35 Tahun.
59
(1) Jadena dan indoplant, terdiri dari dua dua batang silastik
lembut berongga dengan panjang 4,3 cm berdiamater 2,4 mm
dan berisi 75 mg levonogo getrel dengan lama kerja 3 tahun.
(2) Implan, terdiri dari satu batang silastik lembut dengan rongga
yang memiliki panjang kira-kia 4 cm dan diameter 2
mm.berisi 68 mg ketodesogestrel dengan lama kerja 3 tahun
(Febrianti, 2019).
c) Mekanisme Kerja
Menghambat ovulasi sehingga ovum tidak diproduksi,
membentuk secret serviks yang tebal untuk mencegah penetrasi
sperma, menekan pertumbuhan endometrium sehingga tidak siap
untuk nidasi, mengurangi sekresi progesteron selama fase luteal
dalam siklus terjadinya ovulasi (Prijatni, 2019).
d) Indikasi implan
(1) Usia reproduksi
62
b) Jenis
(1) IUD CuT-380 A
Kecil, kerangka dari pelastik yang fleksibel, berbentuk huruf
T diselubungi oleh kawat halus yang terbuat dari tembaga
(Cu).
(2) AKDR yang mengandung hormone levonogestrel (LNG,
Mirena).
c) Waktu pemasangan
(1) Setiap saat selama 7 hari pertama menstruasi atau dalam
siklus berjalan bila klien tidak hamil.
(2) Pasca persalinan (segera setelah melahirkan sampai 48 jam
pertama atau setelah 4-6 minggu atau setelah 6 bulan
menggunakan MLA).
(3) Pasca keguguran (segera atau selama 7 hari pertama) selam
tidak ada komplikasi infeksi/radang panggul.
66
(6) Buat dalam catatan klien bahwa benang telah dipotong rata-
rata permukaan serviks (penting untuk pelepasan 1UD
kemudian.
j) Cara kerja IUD
Penggunaan IUD akan menimbulkan reaksi radang di
endometrium, dengan peningkatan produksi prostaglandin dan
infeiltrasi leukosit. Reaksi yang ditingkatkan ini dapat
mempengaruhi enzim-enzim di endometrium, glikogen
metabolisme, dan penyerapan estrogen serta menghambat
transportasi sperma. Untuk penggunaan IUD yang mengandung
tembaga, jumlah spermatozoa berkurang. Rincian kerja IUD:
(1) Air rahim mengalami perubahan-perubahan pada pemakaian
IUD yang menyebabkan blaskosit tidak dapat hidup di
dalam rahim.
(2) Meningginya produksi prostaglandin menyebabkan sering
adanya kontraksi rahim pada pemakaian IUD yang dapat
menghalangi nidasi.
(3) IUD mengubah transportasi tuba dalam rahim
mempengaruhi sel telur dan sperma sehingga pembuahan
dalam rahim tidak terjadi.
(4) Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum
uteri.
(5) IUD bekrja mencegah mencegah sperma dan ovum bertemu
(BKKBN, 2017).
3) Tubektomi (Metode operasi wanita- MOW)
a) Pengertian
MOW merupakan prosedur bedah sukarela untuk
menghentikan fetilitas (kesuburan) seorang perempuan
secara permanen dengan cara mengokulasi tuba fallopi,
mengikat, dan memotong atau memasang cicin, sehingga
sperma tidak dapat bertemu dengan ovum.
69
b) Mekanisme Kerja
Mengokulasi tuba fallopi (mengikat dan memotong atau
memasang cincin) sehingga sperma tidak dapat bertemu
dengan ovum (Setianingrum, 2016).
c) Kuntungan MOW
Keunt`ungan dari tubektomi adalah sebaai berikut:
(1) Motivasi hanya dilakukan 1 kali saja, sehingga tidak
diperlukan motivasi yang berulang-ulang.
(2) Efektivitas hampir 100%.
(3) Tidak mempengaruhi libido seksul.
(4) Kegagalan dari pihak pasien tidak ada.
(5) Tidak memengaruhi proses menyusui (breastfeeding).
(6) Baik bagi klien apabila kehamilan akan menjadi resiko
kesehatan yang serius.
(7) Tidak ada efek samping jangka panjang.
(8) Pembedahan sederhana,dapat dilakukan anestesi lokal.
(9) Tidak ada perubahan dalam fungsi seksual (tidak ada
efek pada produksi hormon ovarium) (Setianingrum,
2016).
d) Keterbatasan
(1) Harus mempertimbangkan sifat permanen metode
kontrasepsi ini (tidak dapat dipulihkan kembali), kecuali
dengan operasi rekanalisasi.
(2) Klien dapat menyesal kemudian hari.
70
b) Mekanisme kerja
Dengan mengokulasi tuba fallopi (mengikat dan memotong
atau memasang cincin) sehingga sperma tidak dapat bertemu
dengan ovum. Vasektomi merupakan operasi kecil dimana vas
deferens yang berfungsi sebagai saluran transportasi
spermatozoa dipotong dan disumbat. Setelah minor ini,
spermatozoa akan terbendung pada ujung vas sisi tetis yang
telah disumbat. Karena vasektomi tidak memengaruhi fungsi
dari kelenjar-kelenjar asesoris maka produksi cairan semen
tetap berlangsung dan pria yang divasektomi tetap
berejakulasi tanpa mengandung sel spermatozoa. Tetis juga
tidak terpengaruh dan tetap berfungsi penuh sehingga pria
tetap mempunyai perasaan, keinginan yang sama dengan
sebelum vasektomi (Setianingrum, 2016).
c) Keuntungan MOP
(1) Efektif
(2) Aman, morbidibitas rendah dan hampir tidak ada
morbalitas.
(3) Tindakan cepat, hanya memerlukan waktu 5-110menit.
(4) Biaya rendah (Setianingrum, 2016).
d) Indikasi MOP
MOP merupakan upaya untuk menghentikan fertilitas
dimana fungsi reproduksi merupakan ancaman atau
73
F. Konseling KB
1. Pengertian konseling KB
Koseling adalah proses pertukaran informasi dan interaksi positif
antara klien-petugas untuk membantu pasien mengenali kebutuhanya,
memilih solusi terbaik dan membuat keputusan yang paling senual de
kondisi yang sedang dihadapi. Proses konsling yang baik mempunya
beberapa unsur kegiatan yaitu: pembinaan hubungan yang baik, penggalin
dan pemberian informasi, penggambilan keputusan, pemecah masalah atau
perencanaan, dan menindak lanjuti pertemuan (BKKBN, 2017).
Menurut Saifuddin (2017), sikap petugas kesehatán dalam
melakukan konseling yang baik yaitu:
a. Memperlakukan klien dengan baik Petugas bersikap sabar,
memperlihatkan sikap menghargai setiap klien dan menciptakan suatu
rasa percaya diri sehingga klien dapat berbicara secara terbuka dalam
segala hal termasuk masalah-masalah pribadi sekalipun.
b. Interaksi antar petugas dengan klien Petugas harus mendengarkan,
mempelajari dan menanggapi keadaan klien karena setiap klien
mempunyai kebutuhan dan tujuan reproduksi yang berbeda.
Memberikan informasi yang baik dan benar kepada klien
Mendengarkan apa yang disampaikan klien berarti petugas belajar
mendengarkan informasi apa saja yang dibutuhkan oleh setiap klien.
c. Menghindari pemberian informasi yang berlebihan Terlalu banyak
informasi yang diberikan akan menyebabkan kesulitan bagi klien
dalam mengingat informasi yang penting.
d. Membahas metode yang diingini klien Membantu membuat keputusan
mengenai pilihannya dan harus tanggap terhadap pilihan klien
meskipun klien menolak memutuskan atau menangguhkan penggunaan
kontrasepsi.
e. Membantu klien untuk mengerti dan mengingat Petugas member
contoh alat kontrasepsi dan menjelaskan pada klien agar
75
7. Konseling awal
Konseling awal membantu klien mengenali metode kontrasepsi yang cocok
untuk dirinya dan suaminya. Selam tahap konseling ini, petugas pelayanan
harus:
a. Menanyakan pada klien tentang tujuan reproduksinya dan menila
apakakah klien perlu pengaman untuk mencegah infeksi alat genetalia
dan penyakit hubungan seksual lainnya termasulk Hepatitis dan
HIV/AIDS. Hal ini harus disesuaikan dengan berbagai metode yang
disajikan secara lebih rinci.
b. Menanyakan pada klien metode mana yang menarik baginya dan apa
yung diketahuinya tentang metode tersebut. Hail ini akan memberi
kesempatan kepada petugas untuk menelusurkan informasi dan desas-
desus yang tidak benar serta memberi informasi yang benar.
c. Menjelaskan dan membahas secara lebih rinci cara kerja, efektivitas,
keuntungan, dan keterbatasan metode yang menarik bagi klien.
d. Membantu klien untuk memulai memilih suatu metode tertentu.
Berdasarkan riwayat dan keperluan klien, petugas harus memberitahu
kesesuaian dari berbagai metode yang tampak menarik bagi klien.
Proses ini akan menjurus pada pemilihan suatu metode kontrasepsi.
e. Memberitahu pada klien kemungkinan perlunya pemeriksaan medis
lebih lanjut tergantung dari metode yang dipilih (Sulistyawati 2017),
8. Konseling tindak lanjut
Pada waktu memberikan konseling tindak lanjut, petugas atau konselor
harus mendengarkan bai-baik dan siap untuk menjawabkan semua
pertanyaan. Dengan melakukan hal tersebut akan membuat klien dapat
menerima efek samping atau masalah lain yang mungkin terjadi. Tujuan
khusus dari konseling tindak lanjut yaitu:
a. Meninjau kembali informasi telah diberikan kembali yang
sebelumnya.Mengetahui apakah klien puas dan masih menggunakan
metode kontrasepsi tersebut.
80
81
82
c. Observasi
Beberapa informasi yang diperoleh darihasil observasi adalah
ruang (tempat), pelaku, kegiatan, objek, kejadian, peristiwa atau
peristiwa, waktu dan perasaan. Alasan peneliti melakukan observasi
adalah untuk menyajikan gambaran realistik perilaku atau kejadian,
untuk menjawab pertanyaan dan evaluasi yang melakukan umpan balik
terhadap aspek pengukuran tersebut. Pada laporan kasus ini observasi
yang dilakukan adalah tanda vital, DJJ, PPV, lochea, kontraksi dan TFU.
2. Data Sekunder
Data sekunder yaitu data yang berasal dari olahan data primer. Data
sekunder biasanya didapatkan dari instansi pengumpul data seperti Badan
Pusat Statistik, Dinas Kesehatan, Rumah Sakit, Puskesmas. Adapun data
sekunder meliputi:
a. Studi Dokumentasi
Sejumlah besar fakta dan data tersimpan dalam bahan yang berbentuk
dokumentasi. Sebagian besar data yang tersedia adalah berbentuk surat-
surat, catatan harian, cendramata, laporan, foto dan lain sebagainya.
Dalam kasus ini dokumen dilakukan dengan mengumpulkan data yang
diambil dari catatan rekam medis klien di PMB Satiarmi.
b. Studi Kepustakaan
Studi Kepustakaan adalah kegiatan penelitian yang dilakukan oleh
penulis untuk menghimpun informasi yang relevan denganmasalah yang
akan diteliti dengan kepustakaan sebagai sumber utama. Pada kasus ini
mengambil studi kepustakaan dari buku, jurnal dan sumber terbaru yang
berhubungan dengan ibu hamil, bersalin, nifas, bayi baru lahir dan
keluarga berencana yaitu tahun 2015-2020.
84
Jamil SN, Sukma F, Hamidah. 2017. Buku ajar asuhan kebidanan pada
neonatus, bayi, balita dan anak prasekolah. Jakarta : Fakultas Kedokteran dan
Kesehatan Universitas Muhammadiyah.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Profil Kesehatan Indonesia
2019. Jurnal Ilmu Kesehatan. Jakarta: Data dan Informasi Kementrian Kesehatan
RI; 2019.
http://jurnal.unismuhpalu.ac.id/index.php/MPPKI/article/view/1078
Sriwenda, D., & Legiati, T. (2017). Efektivitas Media APBK dan Leaflet
dalam Konseling KB terhadap Pengetahuan dan Sikap Suami tentang AKDR.
Jurnal Asuhan Ibu Dan Anak, 2(2), 21–30.
Tyastuti, Siti dan Heni Puji Wahyuningsih. 2016. Asuhan Kebidanan
Kehamilan. Jakarta: Kemenkes RI
http://jurnal.uinsu.ac.id/index.php/contagion/article/view/4819