DI SUSUN OLEH:
NISN : 0048486199
KELAS : XII.4
Nisn : 0048486199
Kelas : XII.4
Laporan ini telah disetujui dan disahkan oleh guru pembimbing sekolah dan instansi pada
tanggal 26 februari 2022
Mengetahui
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat tuhan yang maha esa atas berkat limpahan
rahmatnyalah sehingga penulis dapat menyusun laporan praktik kerja industry (PRAKERIN)
atau pendidikan sistem ganda (PSG) ini dengan baik dan sesuai dengan hasil praktik serta
keadaan di wilayah tempat praktik penulis.
Ucapan terimakasih yang sebesar besarnya kepada pihak-pihak yang turut serta
membantu dan membimbing dalam penyelesaian penulisan laporan praktik kerja industry/PSG
program studi keperawatan hewan ini, terutama kepada:
Penulis menyadari bahwa laporan masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan laporan ini.
Penulis
Nikita
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN......................................................................................................ii
KATA PENGANTAR.............................................................................................................iii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................iv
BAB I. PENDAHULUAN.........................................................................................................1
1.2.Tujuan...........................................................................................................................7
1.3. Manfaat........................................................................................................................7
3.3. Metode..............................................................................................................15
5.1. Kesimpulan.......................................................................................................23
5.2. Saran.................................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................26
DAFTAR GAMBAR.....................................................................................................27
LAMPIRAN...................................................................................................................28
BAB I
PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
Penyakit hewan strategis merupakan penyakit hewan yang berdampak pada kerugian
ekonomi tinggi karena bersifat menular, menyebar denga cepat sehingga angka
morbiditas dan mortalitasnya tinggi, atau berpotensi mengancam kesehatan masyarakat.
menurut adzi dan sani (2005) penggolongan PHM strategis di dasarkan pada kriteria.
Pertama, secara ekonomis penyakit tersebut dapat mengganggu produksi dan reproduksi
ternak (secara signifikan) dan mengakibatkan gangguan perdagangan. Kedua, secara
politis penyakit itu dapat menimbulkan keresahan masyarakat, umumnya dari kelompok
penyakit zoonosis. Dan ketiga, secara strategis penyakit ini dapat mengakibatkan
mortalitas yang tinggi dan penularannya relative cepat, sehingga perlu pengaturan lalu
lintas ternak atau produknya secara ketat.
Insemimasi Buatan pada sapi (kawin suntik) adalah suatu cara atau teknik untuk
memasukkan mani (spermatozoa atau semen) yang telah dicairkan dan telah diproses
terlebih dahulu yang berasal dari ternak jantan ke dalam saluran alat kelamin betina
dengan menggunakan metode dan alat khusus yang disebut "insemination gun".
1. Pastikan terlebih dahulu birahi dan ada tidaknya kebuntingan sapi betina
menurut (Adji SR, Dkk, 2006) adalah penyakit menular yang dapat menyebabkan
kematian mendadak atau tiba-tiba dan dapat menyerang pada berbagai jenis penyakit
seperti: sapi, kerbau, kuda, kambing, domba yang disertakan dengan demam atau
panas badan yang tinggi pada manusia (zoonosis).
SE adalah penyakit menular terutama pada sapi, kerbau, babi, dan kadang-
kadang pada domba, kambing dan kuda.
Penyakit mata yang menular pada ternak, terutama sapi, kerbau, domba, dan
kambing. Pink Eye menyerang semua umur, namun hewan mudah lebih peka
dibandingkan dengan hewan tua. Penyakit Pink Eye sering terjadi pada musim panas
dimana pada saat itu terdapat banyak debu dan meningkatnya populasi lalat.
Penyebab penyakit Pink Eye
Pink eye disebabkan oleh bakteri, mycoplasma dan atau virus, rikketsia
maupun chlamydia, namun yang paling sering ditemukan adalah akibat
bakteri maraxella bovis.
Mikroorganisme penyebab ditularkan lewat kontak antara ternak peka
dengan ternak penderita atau oleh serangga yang bisa memindahkan
mikroorganisme atau bisa juga lewat iritasi debu atau sumber-sumber lain
yang dapat menyebabkan goresan atau luka mata.
Penyait ini juga sering terjadi pada musim panas karena banyaknya debu
dan meningkatnya populasi lalat musca autumnalis sebagai vaktor.
Pengobatan
Ternak yang sakit mata sebaiknya dipisahkan dari ternak yang masih sehat.
Suntikan antibiotic, seperti tetracycline atau tylosin dan penggunaan salep
mata dapat membantu kesembuhan penyakit.
Menempatkan ternak pada tempat yang teduh atau menempelkan kain di mata
dapat mengurangi rasa sakit mata akibat silaunya matahari salep mata atau
larutan yang mengandung antibiotika seperti chloramphenicol, oxytetracycline
dan campuran penicillin stratomicin.
Bisa juga dioleskan salep teramicin, 0,1%.
Biasanya mata kambing akan sembuh dalam 1-2 minggu.
Sangat mudah menular pada ternak lain yang langsung bersentuhan dengan ternak
yang terjangkit sehingga perlu memisahkan ternak yang terkena penyakit scabies
dengan ternak yang sehat warton S.F, dan Curre B.J, 2007. Pada kondisi yang
parah scabies bisa tersebar pada seluruh tubuh.
Secara klinis dari penyakit scabies dapat diamati secara langsung. Handako
(2009) scabies biasanya ditandai dengan kulit mengeras, gundul dan berkerak.
Penanganan dengan obat-obatan tradisional bisa dilakukan.
Gejala penyakit scabies
Pada hewan yang terjangkit penyakit ini adalah gatal pada bagian tubuh, bulu
rontok, kulit kasar dan berkoreng.
Bovine Ephemeral Fever (BEF) Adalah salah satu penyakit virus arbo pada
ruminansia terutama pada sapi dan kerbau, yang penularannya melalui vektor
nyamuk. Tumbuh kembang nyamuk sebagai vektor sangat dipengaruhi oleh
perubahan iklim dan lingkungannya, dan akan berkembang pesat pada saat
terjadinya kenaikan suhu lingkungan.
Cara pencegahan penyakit BEF.
1. Jaga kebersihan kandang.
2. Sanitasi dan hegenitas kandang
3. Berikan vitamin secara rutin minimal sebulan sekali pada sapi untuk
memperbaiki kondisi umum.
4. Sebelum diberikan pada sapi, rumput yang masih segar dilayukan terlebih
dahulu.
Helminthiasis atau biasa disebut cacingan adalah penyakit yang sering menyerang
hewan ternak. Baik sapi, kambing, domba, babi, maupu kerbau sangat rentan
terinfeksi cacing dikarenakan kondisi lingkungan kotor, becek, dan lembab.
Gejala klinis
Pada infeksi yang bersifat kronis, gejala yang terlihat antara lain ternak
malas, tidak gesit, napsu makan menurun, selaput lendir pucat, terjadi
busung di antara rahang bawah yang disebut “bottle jaw” bulu kering dan
rontok, perut membesar dan terasa sakit serta ternak kurus dan lemah.
Pencegahan
1. Pemberian ransum/ makanan yang berkualitas dan cukup jumlahnya
2. Menghindari kepadatan dalam kandang
3. Memisahkan antara ternak muda dan dewasa
4. Memperhatikan konstruksi dan sanitasi (kebersihan lingkungan)
5. Menghindari tempat-tempat yang becek
6. Menghindari pengembalaan yang terlalu pagi
7. Melakukan pemeriksaan kesehatan dan pengobatan secara teratur.
BAB III
3.1.1. Lokasi
3.3. Metode
Scabies atau kudis adalah penyakit kulit menular yang disebabkan oleh
infestasi tungau sarcoptes scabiei dan bersifat zoonosis. Tungau menyerang dengan
cara menginfestasi kulit inangnya dan bergerak membuat terowongan dibawah
lapisan kulit (startum komeum dan lusidum) sehingga menyebabkan gatal dan
kerusakan kulit. Masalah scabies sendiri masih banyak ditemukan di seluruh dunia,
terutama pada negara-negara berkembang dan industry. Rendahnya tingkat
higenitas dan sanitasi menjadi faktor pemicu terjangkitnya penyakit ini. Disamping
itu, kondisi kekurangan air dan hidup berdesakan semakin mempermudah penularan
penyakit scabies dari penderita ke yang sehat (wardoyono et al, 2008).
Penyakit scabies bersifat endemis hampir diseluruh wilayah Indonesia dan
menyerang berbagai jenis hewan. Pada tahun 1981, penyakit scabies dilaporkan
menduduki peringkat kedua dari penyakit yang di temukan menyerang ternak.
Umumnya prevelansi scabies meningkat saat musim hujan. Hewan muda umumnya
lebih peka terhadap scabies dibandingkan dengan hewan dewasa. Faktor prediposisi
pada inang yang ikut memperparah gejala klinis scabies, antara lain kekurangan
vitamin A, kekurangan protein, infestasi parasit atau penyakit lainnya. Pada hewan
muda angka kematian penderita dapat mencapai 50%, tergantung kondisi hewan
dan lingkungan (subronto. 1995). Pengendalian dilapangan dilakukan oleh siswa
prakerin/ PSG dan di damping oleh petugas paramedic veteriner UPT Dinas
Peternakan Kec. Palibelo Kab. Bima yaitu dengan pemberian obat ektoparasit yaitu
injeksi Wormectin dan Ivomex secara subkutan (SC) pada sapi dan kambing
penduduk/ peternak setempat.
Dari hasil pendataan diperoleh data tentang status sapi indukan atau calon
induk, dari data tersebut ada beberapa yang tidak dapat mengalami birahi secara
alami yang diduga akibat adanya gangguan reproduksi Teolihere, M.R. 1993.
Dengan diketahuinya seperti itu pada kegiatan Prakerin/PSG dilakukan tindakan
sinkronisasi birahi dengan memberikan hormon Enzaprost secara injeksi. Untuk
sapi yang diduga bunting, dilakukan pemeriksaan kebuntingan melalui palpasi
rectal. Sapi yang sudah mengalami estrus dilaporkan dari peternak ke petugas
inseminator dan petugas inseminator melakukan Inseminasi Buatan (IB). pada
Praktek Kerja Lapangan ini, telah dilakukan beberapa hari IB di Desa Bre, dore,
dan Desa Teke Kecamatpan Palibelo Kab. Bima NTB.
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Beberapa saran yang dapat diberikan setelah kegiatan Prakerin/PSG antara lain:
5.2.1. Keberadaan UPT Dinas Peternakan Kecamatan Palibelo Kab. Bima NTB
sebagai instansi pemerintah ditengah-tengah masyarakat dalam pelayanan
kesehatan hewan dianggap sangat penting, maka sumber daya manusia
sebagai tenaga paramedik veteriner, tenaga inseminator dan dokter hewan
harus merata diseluruh wilayah kabupaten bima secara umum.
5.2.2. Diperlukan peningkatan kerja, serta pencatatan inventaris yang baik, guna
menunjang kerja pegawai dinas yang optimal.
5.2.3. Pentingnya sosialisasi dan penyuluhan kepada masyarakat umum tidak hanya
kelompok-kelompok tertentu guna meningkatkan produktivitas ternak di
masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Adzi dan Sani 2005. Ketersediaan Teknologi Veterliner Dalam Pengendalian Penyakit Startegis
Ruminansia Besar. Bogor (Id): Balai Penelitian Veteriner
Adzi. SR. Dkk. 2006. Pengendalian Penyakit Anthraks: Diagnosis. Vaksinasi Dan Investigasi.
Wartazoa Vol. 16 No. 4 Thn 2006. Bogor
Dirjen Peternakan, 1987. Pedoman Pemberantasan Penyakit Menular. Balai Penelitian Penyakit
Hewan, Bogor.
Editor: Djuanda, A., Hamzah, M., Aisah, S., Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.
Handako, R.P., 2009. Scabies Dalam : Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin (Edisi V).
Iskandar, T., 2000. Masalah Scabies Pada Hewan Dan Manusia Serta Penanggulangannya.
Watozoa Vol. 10 No. 1 Tahun 2000.
Subronto. Ilmu Penyakit Ternak. 1995. Edisi 1. Gagiah Pada University Press.
Warton, S.F, Dan Currie B.J., 2007. Problem In Diagnosing Scabies, A Global Disease In
Human And Animal Population. Clinical Microbiologi.
DAFTAR GAMBAR