(PKL)
Oleh:
1. Bapak Ir. Aisman, M.Si selaku Ketua Program Studi Teknologi Hasil Pertanian
Universitas Andalas.
2. Ibu Diana Sylvi, S.TP, M.Si selaku dosen pembimbing Praktek Kerja Lapangan
(PKL)
3. Bapak Dr. Ir. Sugeng Widodo, M.P selaku kepala BPTP Riau
4. Bapak Fahroji, S.TP, M.Sc sebagai sub koordinator kerjasama dan pelayanan
pengkajian sekaligus pembimbing PKL
5. Ibu Viona Zulfia, S.TP, M.Sc selaku pejabat fungsional/pelaksana kerjasama di BPTP
Riau
6. Kepada rekan-rekan satu tim PKL di BPTP Riau yang ikut serta membantu dalam
pelaksanakan PKL.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan akhir ini masih jauh dari
kesempurnaan dan masih banyak kesalahan dalam pembuatan laporan ini. Untuk itu, penulis
mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk penyempurnaan laporan akhir ini.
i
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
1. Judul Program PKL : Kajian Sifat Fisiko-Kimia Beras Fungsional Varietas Jeliteng,
Tarabas, Pamelen, Baroma, dan Nutri Zinc
2. Pelaksana
a. Nama Lengkap : Fadhillawati Fri Asma
b. No. BP : 1911123005
c. Jurusan : Teknologi Pangan dan Hasil Pertanian
3. Waktu Pelaksanaan : 1 Maret 2022 s/d 8 April 2022
4. Tempat PKL : Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Riau
5. Alamat : Jl. Kaharuddin Nasution, No.341 Km. 10 Marpoyan,
Kelurahan Air Dingin, Kecamatan Bukit Raya, Kota
Pekanbaru, Provinsi Riau, Indonesia.
6. Pembimbing Lapangan : Fahroji, S.TP, M.Sc
7. Dosen Pembimbing : Diana Sylvi, S.TP, M.Si
Padang, 18 April 2022
Mahasiswa Bersangkutan
KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN..................................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................................iii
DAFTAR TABEL.....................................................................................................................v
DAFTAR GAMBAR...............................................................................................................vi
BAB I. PENDAHULUAN........................................................................................................1
4.1 Kesimpulan...................................................................................................................16
4.2 Saran..............................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................17
LAMPIRAN............................................................................................................................19
DAFTAR TABEL
v
DAFTAR GAMBAR
vi
BAB I. PENDAHULUAN
Praktek kerja lapangan (PKL) merupakan salah satu program yang dapat dilakukan
untuk memenuhi kebutuhan di atas, sehingga PKL wajib dilaksanakan oleh Mahasiswa
Program Studi Teknologi Pangan dan Hasil Pertanian Universitas Andalas Padang. Program
ini dapat menghasilkan sarjana-sarjana yang terampil, relevan dengan pembangunan dan
dapat memecahkan masalah secara sistematis, serta dapat meningkatkan kemampuan profesi
dan pengetahuan dan menyesuaikan kurikulum perguruan tinggi dengan tuntutan
perkembangan IPTEK. Mahasiswa sebagai calon sarjana diharapkan mampu memiliki
keterampilan dan mampu mengembangkan keahlian dan profesinya untuk terjun ke dunia
kerja dan masyarakat. Oleh karena itu, mahasiswa harus diberikan kesempatan untuk melatih
keterampilan dan kemampuannya serta mengaplikasikan ilmunya di dunia kerja dan
masyarakat.
Beras merupakan bahan pangan penting dan menjadi makanan pokok lebih dari
setengah penduduk dunia, termasuk Indonesia. Produksi beras pada tahun 2021 untuk
konsumsi pangan penduduk diperkirakan sebesar 31,69 juta ton dan mengalami kenaikan
sebanyak 351,71 ribu ton atau 1,12 persen dibandingkan produksi beras di tahun 2020 yang
sebesar 31,33 juta ton (BPS-Indonesian Statistik, 2021).
Beras berperan penting dalam memenuhi kebutuhan asupan energi dan gizi karena
kandungan patinya yang tinggi (90% butir putih). Pengetahuan mengenai efek asupan
karbohidrat terhadap kadar glukosa darah dan respon insulin (berdasarkan indeks
glikemiknya) berguna sebagai acuan dalam menentukan jumlah dan jenis pangan sumber
karbohidrat yang tepat untuk meningkatkan dan memelihara asupan pangan yang sehat.
Konsumsi beras sebagai makanan pokok yang memiliki IG rendah bagi penderita
diabetes melitus berguna untuk mengendalikan kadar glukosa dalam darah dikarenakan
lambat untuk dicerna dan diserap maka membantu untuk mempertahankan tingkat glukosa
dalam darah dan untuk mengurangi respon insulin.
Pada tahun 2019, Menteri Pertanian Republik Indonesia telah melepas beberapa
varietas padi yang memiliki tipe beras fungsional, antara lain varietas Baroma, Pamelen,
Pamera, Paketih, Jeliteng, Inpari IR Nutri Zinc, Sembada Hitam, dan Sembada Merah.
Bentuk dan biji beras menjadi salah satu ciri yang dipertimbangkan oleh konsumen
sehingga ciri ini juga menjadi pertimbangan penting bagi para pemulia untuk merakit varietas
baru (Purwani & Wardana, 2019). Kualitas giling yang direpresentasikan oleh kadar beras
kepala, beras patah, dan menir merupakan faktor utama yang dipertimbangkan oleh
konsumen sebelum membelinya.
Mutu beras selalu menjadi perhatian penting dalam upaya pengembangan dan
pemuliaan varietas unggul padi. Karakteristik fisiko-kimia dari bulir beras merupakan
indikator penting untuk mutu beras yang baik. Konsumen pada umumnya menyukai mutu
tanak terbaik. Kategori mutu tanak baik ini merupakan respon dari karakteristik yang
kompleks secara fisiko-kimia.
Secara umum mutu beras bergantung pada mutu giling, tanak, dan pengolahan serta
mutu fisiknya. Mutu giling, tanak, dan pengolahan mengacu pada kesesuaian biji beras
dengan produk akhir yang dituju (Balai Besar Tanaman Penelitian, 2015). Mutu fisik berarti
kebersihan dan kemurnian atau tidak adanya benda-benda yang mengotori beras secara fisik.
Umumnya kedua jenis mutu beras tersebut berkaitan antara yang satu dengan yang lain,
sehingga menimbulkan klasifikasi beras. Klasifikasi ini menawarkan pilihan bagi pengguna,
baik untuk konsumsi harian maupun bahan baku pembuatan produk lain.
1.2. Tujuan
2
c. Mengetahui dan menambah wawasan mahasiswa dalam bidang pengolahan
pertanian.
d. Memenuhi persyaratan mata kuliah wajib Praktek Kerja Lapangan.
3
BAB II. DESKRIPSI TEMPAT PKL
Pada pertengahan pelita IV atau pada tahun anggaran 1985 barulah ada Pusat
Informasi Pertanian (PIP) yang berkedudukan di Kanwil Kementerian Riau sampai tahun
1988. Selanjutnya pada tanggal 20 februari tahun 1988, Pusat Informasi Pertanian (PIP)
berubah menjadi Balai Informasi Pertanian Riau yang diresmikan oleh menteri pertanian
Ahmad Affandi dan telah memiliki gedung sendiri di km.10 Padang Marpoyan Pekanbaru.
Balai Informasi Pertanian Riau hanya berlangsung dari tahun 1988 hingga bulan Mei
1994. Kemudian kembali mengalami perubahan nama dan tugas fungsi yang berbeda dari
Balai Informasi Pertanian (BIP) menjadi Balai Pengakajian Teknologi Pertanian (BPTP).
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 798/KPTS/OT.210/12/1994,
dibentuklah Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Padang Marpoyan.
5
2.2. Lokasi BPTP Riau
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Riau berlokasi di Jl. Kaharuddin
Nasution, No.341 Km. 10 Marpoyan, Kelurahan Air Dingin, Kecamatan Bukit Raya, Kota
Pekanbaru, Provinsi Riau, Indonesia.
Visi
Menjadi lembaga penelitian dan pengkajian inovasi teknologi pertanian tepat guna spesifik
lokasi terkemuka di provinsi riau yang bertaraf nasional.
Misi
Untuk mewujudkan visi yang telah ditetapkan, maka dilakukan suatu misi untuk mencapai
suatu keberhasilan. Berikut misi dari BPTP Balitbangtan Riau
6
2.4. Struktur Organisasi
7
BAB III. KEGIATAN YANG DILAKSANAKAN
a. Pengeringan padi
Tujuan : untuk menghilangkan kadar air pada padi
b. Merontokkan padi
Tujuan : mendapatkan bulir padi yang akan dilakukan pengujian.
c. Memanen bunga telang
Tujuan : mengetahui ciri-ciri bunga telang yang sudah mekar
d. Kegiatan apel pagi dilakukan setiap hari senin
e. Kegiatan senam pagi dilakukan setiap hari jumat
f. Memanen daun kelor
Tujuan : mengetahui ciri bunga telang yang sudah bias dipanen
g. Penjemuran daun kelor
Tujuan : menghilangkan kandungan air yang terdapat dalam daun
h. Penggilingan daun kelor menjadi tepung
i. Pembuatan nurijell dengan penambahan ekstrak bunga telang
j. Kegiatan menyambut bulan suci Ramadhan
3.2.1.1 Jeliteng
Jeliteng merupakan varietas unggul beras hitam pertama di Indonesia. Jenis ini
merupakan hasil persilangan Ketan Hitam/Pandan Wangi Cianjur (Varietas Unggul Padi
Dengan Mutu Beras Khusus, n.d.) Varietas beras hitam ini mempunyai tekstur nasi yang
pulen dengan kandungan amilosa 19,6%. Kandungan antioksidan Vitamin E yang tinggi pada
beras hitam punya banyak manfaat bagi tubuh, mulai dari meningkatkan imunitas tubuh,
mencegah kerusakan sel, hingga menjaga kesehatan mata dan kulit. Vitamin B, magnesium,
dan zat besi adalah penghasil energi agar kamu kuat menjalani aktivitas sehari-hari, zinc
adalah mineral yang menjaga sistem imun tubuh, sedangkan fosfor berguna untuk gigi dan
tulang.
Lengkapnya kandungan antioksidan pada beras berwarna, sehingga konsumsi beras
berpigmen dipercayai dapat bermanfaat untuk kesehatan kulit, menjaga kesehatan jantung,
bermanfaat untuk detoksifikasi, melancarkan peredaran darah, membantu program diet,
menurunkan resiko diabetes dan obesitas, kaya protein dan bebas gluten sehingga aman
dikonsumsi oleh orang yang sensitif gluten.
3.2.1.2 Tarabas
Keunggulan utama varietas tarabas adalah mutu berasnya yang sangat baik dan
memenuhi standar beras japonica premium sehingga dapat menjadi subtitusi impor beras tipe
japonica. Varietas Tarabas memiliki kadar amilosa yang rendah (17%) dan tergolong sebagai
sticky rice.
3.2.1.3 Pamelan
Berbeda dengan beras putih pada umumnya, pada saat proses penggilingan beras
merah biasanya bagian kulit ari beras tidak dihilangkan sehingga menyebabkan tekstur nasi
beras merah menjadi lebih keras. Varietas Pamelen merupakan varietas unggul padi merah
baru yang tekstur nasinya pulen. Pamelen berupa padi merah memiliki tekstur nasi pulen
(kadar amilosa 18,6%) dan memiliki kadar antosianin tinggi sehingga baik untuk kesehatan
(Windiyani & Rusdianto, 2020).
3.2.1.4 Baroma
Baroma merupakan salah satu varietas yang memiliki aroma dan bisa digunakan
sebagai substitusi beras Basmati, tekstur nasi pera (kadar amilosa 25,55%). Beras Basmati
bermutu tinggi banyak dihasilkan oleh India dan Pakistan. Varietas ini mempunyai aroma
yang spesifik sehingga sering disebut queen of fragrance. Ciri spesifik beras ini adalah
bentuk berasnya yang ramping dan memanjang bila dimasak.
9
3.2.2 Pengukuran Kadar Air
Kadar air pada beras merupakan faktor mutu utama karena menentukan masa simpan
beras. Kadar air penting dalam standar beras karena menentukan kondisi kritis dimana
mikroorganisme dapat tumbuh dan merusak beras. Kadar air beras dari hasil pengukuran
yang dilakukan dapat dilihat pada tabel berikut :
Kadar air pada beras merupakan faktor mutu utama karena menentukan masa simpan
beras. Kadar air penting dalam standar beras karena menentukan kondisi kritis dimana
mikroorganisme dapat tumbuh dan merusak beras.
Dari tabel, dapat dilihat bahwa rata-rata kadar air pada beras dengan varietas berbeda
berkisar 11,36 - 11,98 %. Kadar air adalah jumlah kandungan air di dalam butir beras yang
dinyatakan dalan satuan persen dari berat beras yang mengandung air tersebut (berat basah).
Dalam SNI beras, kadar air harus ≤ 14% untuk mutu premium, medium 1 dan 2, sedangkan
medium 3 dipersyaratkan ≤ 15% (SNI, 2020). Kadar air diukur dengan menggunakan “air
oven method”. Berdasarkan hasil pengamatan kadar air, maka varietas beras jeliteng, tarabas,
pamelam, baroma, dan nutria zinc tergolong pada mutu beras premium.
10
merupakan mineral utama dalam beras pecah kulit, disusul oleh Si dan Mg (Indrasari, 2006).
Kadar abu beras dari hasil pengukuran yang dilakukan dapat dilihat pada tabel berikut :
1 Jeliteng 0,4320
2 Tarabas 0,2156
3 Pamelen 0,3469
4 Baroma 0,4824
Berdasarkan hasil pengamatan, kadar abu yang didapatkan pada beras berkisar 0,2156
– 0,4824 %. Abu termasuk mineral sisa zat anorganik setelah pembakaran yang bebas karbon
dan air. Abu suatu bahan menunjukkan banyaknya kandungan mineral yang terdapat dalam
bahan. Mineral-mineral tersebut dibutuhkan oleh tubuh dalam jumlah yang sedikit tetapi
memiliki manfaat yang besar seperti dalam pembentukan tulang dan gigi. Adapun nilai
ambang batas kadar abu pada pangan yaitu 3,25 %.
1 Jeliteng 17,33
2 Tarabas 18
3 Pamelen 19,67
11
4 Baroma 18,33
5 Nutri zinc 17
Nilai bobot seribu butir beras yang dianalisis berkisar antara 17 – 19,67 gram. Nilai
terendah dimiliki oleh beras nutri zinc (17 gram) dan nilai tertinggi dimiliki oleh beras
pamelem (19,67 gram). Bobot seribu butir dipengaruhi oleh ketersediaan unsur-unsur hara
dalam tanah selama penanaman padi. Kekurangan unsur hara pada saat penanaman akan
mengakibatkan bobot seribu butir yang dihasilkan lebih rendah dari yang seharusnya.
1 Jeliteng 0,88
2 Tarabas 0,92
3 Pamelen 0,88
4 Baroma 0,94
Berdasarkan hasil pengamatan, dapat diketahui densitas beras dari varietas yang
berbeda berkisar antara 0,82 – 0,94 (g/ml). Kerapatan (Density) adalah masa suatu bahan
dibagi dengan isi (volume) bahan tersebut. Kerapatan curah dipengaruhi oleh kerapatan
padat, ukuran, cara pengukuran, bentuk geometri dan sifat permukaan. Densitas digunakan
untuk mengetahui kekompakan dan tekstur bahan. Tekstur pakan yang kompak akan tahan
12
terhadap proses penekanan sehinggga ikatan antara partikel penyusun pakan menjadi kuat
dan ruang antara partikel penyusun pakan menjadi sangat kuat dan ruang antara partikel
bahan pakan tidak terisi rongga udara.
Bobot beras kepala yang dihasilkan berkisar antara 26 – 41,33 %. Hal ini
menunjukkan bahwa varietas dari masing-masing beras belum memenuhi syarat mutu beras.
Bila persentase beras kepala tidak memenuhi persyaratan standar, maka kemungkinan
perbaikan dapat dilakukan di tahapan pemanenan, perontokan, pengeringan, penggilingan
storage gabah, penggilingan dan/atau penyosohan. Beras kepala merupakan butir beras
dengan ukuran ≥ 0.8 bagian dari butir beras utuh. Beras kepala disyaratkan dalam SNI beras
karena menentukan tingkat keutuhan beras setelah proses penggilingan. Penggilingan yang
terlalu keras akan menghasilkan butir patah dan menir yang banyak. Beras akan seperti
hancur dengan butiran yang lebih kecil ukurannya. Beras kepala disyaratkan ≥ 95% untuk
mutu premium dan ≥78%, 73% dan 60% untuk mutu medium 1, 2 dan 3.
Bobot beras patah yang dihasilkan berkisar antara 23,67 – 36,67 %. Butir patah adalah
butir beras dengan ukuran > 0.2 sampai < 0.8 bagian dari butir beras utuh, yaitu ukuran antara
beras kepala dan menir. Kandungan butir patah menunjukkan ketidakutuhan beras, beras
terlihat seperti hancur. Dalam SNI, butir patah disyaratkan tidak boleh lebih dari 5% untuk
mutu premium serta 20%, 25% dan 35% masing masing untuk mutu medium I, II dan III.
Pengukuran bobot beras kepala dilakukan secara manual. Bila persentase beras tidak
13
memenuhi persyaratan standar maka kemungkinan perbaikan dapat dilakukan di tahapan
pemanenan, perontokan, pengeringan, penggilingan, storage gabah, penggilingan dan/atau
penyosohan. Kadar air gabah terlalu rendah (di bawah 13%) dapat menyebabkan butiran
gabah retak sehingga banyak butir patah ketika digiling.
Bobot beras menir yang dihasilkan berkisar antara 16,7 – 34 %. Butir menir adalah
butir beras dengan ukuran < 0.2 bagian butir beras utuh, yaitu ukuran butiran beras yang lebih
kecil dari ukuran butir patah. Kandungan menir menunjukkan ketidak utuhan beras, beras
terlihat seperti sangat hancur. Dalam SNI, menir disyaratkan tidak boleh ada butir patah (0%)
untuk mutu premium serta 2%, 2% dan 5% masing masing untuk mutu medium I, II dan III.
Pengukuran menir dilakukan secara manual. Bila persentase beras menir tidak memenuhi
persyaratan standar (terlalu banyak menir), maka kemungkinan perbaikan dapat dilakukan di
tahapan pemanenan, perontokan, pengeringan, penggilingan, storage gabah, penggilingan
dan/atau penyosohan.
Bobot beras kapur yang dihasilkan berkisar antara 6,33 – 12 %. Butir mengapur
adalah beras yang berwarna/tampak seperti kapur (chalky) dan bertekstur lunak/rapuh yang
disebabkan oleh faktor fisiologis. Dalam syarat mutu beras premium tidak diperbolehkan
adanya butir kapur/mengapur. Sedangkan untuk syarat mutu beras medium butir mengapur
masih diperbolehkan hingga 2%, 3% dan 5% masing masing untuk mutu medium I, II dan III.
Pengukuran butir mengapur dilakukan secara manual. Butir kapur pada beras terjadi akibat
faktor lingkungan seperti infeksi penyakit dan kekeringan yang mengganggu proses pengisian
gabah selama pematangan (Sarastuti et al., 2018)
14
2 Tarabas 5.1340a 2.7680c 1.8930d Medium Bulat
Sangat
4 Baroma 7.6560c 1.8210a 1.6600ab Ramping
panjang
Dari data diketahui bahwa panjang beras berkisar antara 5,134 – 7,656 mm dengan
lebar berkisar antara 1,821 – 2,768 mm dan ketebalan berkisar antara 1,57 – 1,893 mm. Hasil
analisis ragam menunjukkan bahwa varietas beras memberikan pengaruh yang berbeda nyata
terhadap dimensi ukuran beras yang meliputi panjang, lebar, dan ketebalan. Beras yang
memiliki ukuran paling panjang adalah varietas baroma sedangkan yang paling pendek
adalah varietas Tarabas.
Karakter ukuran panjang dan bentuk beras dipengaruhi oleh sifat genetik,
agroekosistem, dan kesuburan lahan. Bentuk beras berpengaruh terhadap preferensi
konsumen. Preferensi konsumen terhadap bentuk dan ukuran beras bervariasi antara satu
dengan yang lain (Balai Besar Pengembangan dan Pertanian pascapanen, 2018)
Klasifikasi bentuk beras dapa ditentukan berdasarkan ratio antara panjang dan lebar
beras (Yulianingsih, 2012). Klasifikasi bentuk beras :
15
BAB IV. PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, dihasilkan nilai kadar air dari masing-
masing varietas beras berkisar antara 11,36 - 11,98 %. Hal ini menunjukkan masing-masing
beras berdasarkan sifat kadar airnya memiliki mutu yang baik karena memenuhi syarat mutu
beras mengacu pada SNI 6128:2020. Kadar abu yang didapatkan pada beras berkisar 0,2156
– 0,4824 % dan juga sudah memenuhi syarat nilai ambang batas kadar abu pada pangan yaitu
3,25 %.
Bobot beras kepala, patah, menir maupun beras kapur berdasarkan pengamatan yang
dilakukan tidak memenuhi syarat mutu beras premium maupun medium menurut SNI. Hal ini
dapat dilakukan perbaikan pada tahapan pemanenan, perontokan, pengeringan, penggilingan,
storage gabah, penggilingan dan/atau penyosohan.
4.2 Saran
Adapun saran untuk kedepannya adalah melakukan pengujian lebih lengkap terhadap
mutu setiap varietas beras.
DAFTAR PUSTAKA
Balai Besar Pengembangan dan Pertanian pascapanen. (2018). Karakteristik Fisik dan Kimia
Beras Indigenous dari Lahan Pasang Surut di Kalimantan Tengah Physical and
Chemical Properties of Indigenous Rice from Tidal Swamp Land in Central Kalimantan.
Balai Besar Tanaman Penelitian. (2015). Mutu Beras Padi Aromatik dari Pertanaman di
Lokasi dengan Ketinggian Berbeda. Jurnal Penelitian Pertanian Tanaman Pangan,
30(2), 88–94.
BPS-Indonesian Statistics. (2021). Luas Panen dan Produksi Padi di Indonesia 2021 (Angka
Sementara). Berita Resmi Statistik, 2021(77), 1–14.
Hasnelly, H., Fitriani, E., Ayu, S. P., & Hervelly, H. (2020). Pengaruh Drajat Penyosohan
terhadap Mutu Fisik dan Nilai Gizi Beberapa Jenis Beras. AgriTECH, 40(3), 182.
https://doi.org/10.22146/agritech.47487
Indrasari, S. D. (2006). Kandungan Mineral Padi Varietas Unggul dan Kaitannya dengan
Kesehatan. Iptek Tanaman Pangan, 1(1), 88–99.
Purwani, E. Y., & Wardana, I. P. (2019). Karakteristik Fisiko-kimia Varietas Beras Khusus
untuk Pangan Inovatif. Jurnal Penelitian Pertanian Tanaman Pangan, 2(3), 165.
https://doi.org/10.21082/jpptp.v2n3.2018.p165-172
Sarastuti, Ahmad, U., & Sutrisno. (2018). Analisi Mutu Beras dan Penerapan Sistem
Jaminan Mutu Dalam Kegiatan Pengembangan Usaha Pangan Masyarakat. 15(2).
Sasmitaloka, K. S., Widowati, S., & Sukasih, E. (2020). Karakterisasi Sifat Fisikokimia,
Sensori, Dan Fungsional Nasi Instan Dari Beras Amilosa Rendah. Jurnal Penelitian
Pascapanen Pertanian, 17(1), 1. https://doi.org/10.21082/jpasca.v17n1.2020.1-14
Setyaningrum, F. (2011). Pembuatan Sirup Glukosa dari Sorgum Biji (Shorgum bicolor)
dengan Proses Hdrolisis Katalis Enzim. Febriani Setyaningrum, 6.
file:///C:/Users/ASUS/Downloads/bab_1.pdf
SNI. (2020). SNI 6128:2020 Standar Nasional Indonesia.
Varietas Unggul Padi dengan Mutu Beras Khusus. (n.d.). Kementerian Pertanian Badan
Litbang Pertanian. https://new.litbang.pertanian.go.id/info-teknologi/3903/
Windiyani, H., & Rusdianto, S. W. (2020). Keragaman Varietas Unggul Baru Padi
Fungsional Mendukung Ketahanan Pangan dalam Menghadapi Pandemi COVID-19.
Seminar Nasional Lahan …, 978–979.
http://www.conference.unsri.ac.id/index.php/lahansuboptimal/article/view/1964
18
LAMPIRAN
Lampiran 1. Syarat Mutu Beras SNI 6128:2020
KELAS MUTU
KOMPONEN
SATUAN MEDIUM
MUTU PREMIUM
MUTU I MUTU II MUTU III
Derajat sosoh Min. (%) 100 95 90 80
Kadar air Maks. (%) 14 14 14 15
Beras kepala Min. (%) 95 78 73 60
Butir patah Maks. (%) 5 20 25 35
Butir menir Maks (%) 0 2 2 5
Butir merah Maks (%) 0 2 3 3
Butir
Maks. (%) 0 2 3 5
kuning/rusak
Butir kapur Maks. (%) 0 2 3 5
Benda asing Maks. (%) 0 0.02 0.05 0.2
Butir gabah butir/100gr 0 1 2 3
19
Lampiran 2. Analisis Ragam Dimensi Beras
ANOVA
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
panjang Between 36.083 4 9.021 126.576 .000
Groups
Within Groups 3.207 45 .071
Total 39.290 49
Lebar Between 5.741 4 1.435 133.987 .000
Groups
Within Groups .482 45 .011
Total 6.223 49
ketebalan Between .597 4 .149 14.296 .000
Groups
Within Groups .469 45 .010
Total 1.066 49
panjang
Subset for alpha = 0.05
jenis_sampel N 1 2 3
Duncana 2 10 5.1340
5 10 6.9050
1 10 7.0160
3 10 7.0350
4 10 7.6560
Sig. 1.000 .311 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 10.000.
20
lebar
Subset for alpha = 0.05
jenis_sampel N 1 2 3
Duncana 4 10 1.8210
5 10 1.9030
1 10 2.0020
3 10 2.0540
2 10 2.7680
Sig. .083 .267 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 10.000.
ketebalan
Subset for alpha = 0.05
jenis_sampel N 1 2 3 4
Duncana 5 10 1.5700
4 10 1.6600 1.6600
1 10 1.6770 1.6770
3 10 1.7650
2 10 1.8930
Sig. .055 .712 .060 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 10.000.
21
Lampiran 3. Dokumentasi
Sampel beras
Menjemur padi
22
Kegiatan
menyambut bulan
suci Ramadhan
Senam pagi
Penimbangan sampel
Pengukuran
untuk pengukuran
kadar abu
kadar air dan kadar abu
23