DI PADANG
Disusun Oleh :
Siti Aisyah
1910003350006
FAKULTAS PERTANIAN
2022
LEMBARAN PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
No. BP : 1910003350006
Disetujui Oleh :
Mengetahui :
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat,
hidayah, serta karunia Nya yang berupa kesehatan, lindungan, serta bimbingan kepada
penulis, sehingga dapat menyelesaikan Laporan Praktek Kerja Lapangan yang berjudul
”Identifikasi Staphylococcus aureus Pada Kosmetik” di Bagian Pengujian Mikrobiologi
Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Padang ini dapat diselesaikan dengan baik.
Laporan ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan akhir dari kegiatan Praktek
Kerja Lapangan Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Ekasakti
Padang. Penyusunan Laporan ini tidak dapat terealisasi dengan baik tanpa adanya dukungan
dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan
ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Drs. Abdul Rahim, Apt., M.Si selaku Kepala Balai Besar Pengawasan Obat
dan Makanan di Padang.
2. Bapak Dr. Ir. I Ketut Budaraga, M. Si selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas
Ekasakti Padang.
3. Ibu Leffy Hermalena, S. Pi., M. Si selaku Ketua Program Studi Jurusan Teknologi
Hasil Pertanian.
4. Bapak Ir. Yurnalis, M.P selaku dosen pembimbing PKL dari Jurusan Teknologi Hasil
Pertanian.
5. Ibu Nurul Eka Yolanda S.Si pembimbing PKL di BBPOM Padang yang telah
memberikan bimbingan dalam penulisan laporan.
6. Ibu Herlina Fitri, S. Farm, Apt Selaku kepala seksi Laboratorium Pengujian
Mikrobiologi yang telah memberikan kesempatan kepada penulis melaksanakan PKL
di Laboratorium Mikrobiologi BBPOM Padang.
7. Staff Pengujian di Laboratorium Mikrobiologi yang telah banyak membantu dan
memberikan ilmu kepada penulis sehingga penulis merasa nyaman dan mendapatkan
ilmu yang tidak pernah didapatkan sebelumnya.
8. Karyawan dan karyawati di Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan (BBPOM) di
Padang.
9. Semua Dosen Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Pertanian Universitas
Ekasakti.
ii
10. Bapak dan Ibu serta segenap keluarga tercinta yang telah banyak membantu berupa
materi dan dukungannya hingga selesainya laporan ini.
11. Teman magang PKL, terimakasih atas kerjasamanya selama PKL di BBPOM Padang.
12. Teman-teman seperjuangan THP 2019 Fakultas Pertanian Universitas Ekasakti
padang yang telah memberikan dorongan, masukan, dan nasehatnya.
13. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan ini masih banyak kekurangannya.
Oleh karena itu, penulis sangat mengharap saran dan kritik yang bersifat membangun dari
semua pihak untuk penyempurnaan yang lebih lanjut. Semoga laporan ini dapat memberikan
manfaat bagi penulis pada khususnya, dan dapat menambah wawasan pembaca pada
umumnya.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
LEMBARAN PENGESAHAN...................................................................................................i
KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................iv
DAFTAR TABEL.....................................................................................................................vi
DAFTAR GAMBAR...............................................................................................................vii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1
1. Tujuan Umum..............................................................................................................2
2. Tujuan khusus..............................................................................................................3
1. Bagi Mahasiswa...........................................................................................................3
1. Defenisi BPOM...........................................................................................................4
1. Tugas Pokok................................................................................................................5
2. Fungsi..........................................................................................................................5
3.1 Kosmetik........................................................................................................................9
1. Persiapan....................................................................................................................12
2. Pelaksanaan Pengujian..............................................................................................12
5.2 Pembahasan..................................................................................................................16
BAB VI PENUTUP.................................................................................................................19
6.1. Kesimpulan...................................................................................................................19
6.2. Saran.............................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................20
LAMPIRAN.............................................................................................................................22
v
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. Contoh positif S.aureus pada media BPA dan MSA (microbiologynote.com. 2021)
..................................................................................................................................................10
Gambar 5. Hasil positif S.aureus pada BPA dan MSA (Dokumentasi Laboratorium
Mikrobiologi BBPOM di Padang)...........................................................................................18
vii
viii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Cemaran mikroba yang mungkin terdapat dalam sampel shampo bayi dapat merugikan
pengguna. Apabila pada shampo bayi terdapat cemaran mikroba maka kualitas dari shampo
tersebut tidak baik dan tidak layak digunakan. Gejala yang sering menyerang bayi yang
dibawah umur biasanya dapat berupa demam, ruam, muncul lepuhan, dan saat lepuhan pecah,
lapisan atas kulit melepas, meninggalkan permukaan merah yang terlihat seperti luka bakar.
Oleh karena itu perlu dilakukan pengujian untuk mengetahui apakah ada cemaran
Staphylococcus aureus terutama pada sampel shampo bayi.
1. Tujuan Umum
a. Meningkatkan pengetahuan mahasiswa mengenai hubungan antara teori yang telah
didapatkan selama perkuliahan dengan penerapannya di dunia kerja dan faktor-
faktor yang mempengaruhinya sehingga dapat menjadi bekal bagi mahasiswa yang
pada nantinya akan terjun di dunia kerja.
b. Meningkatkan jalinan MoU kedua isntansi tersebut, dan bisa terjalin lamanya
hubungan kerjasama antara perguruan tinggi dan istansi pemerintah.
c. Mengetahui berbagai informasi tentang dunia kerja dan menghasilkan lulusan
sebagai angkatan kerja yang memiliki kemampuan profesional dengan tingkat
pengetahuan, keterampilan dan etos kerja yang sesuai dengan tuntutan di dunia
kerja.
2
2. Tujuan khusus
a. Meningkatkan keterampilan, penguasaan metode dan pengoperasian instrumen
laboratorium
b. Mengetahui prosedur kerja analisis mikrobiologis pada produk pangan di Balai
Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM) Padang dengan SNI, sebagai
pengkajian peningkatan mutu untuk menjamin keamanan pangan.
c. Untuk mengetahui apakah hasil dari pengujian mikrobiologi pada sampel telah
memenuhi syarat yang telah ditetapkan pada SNI 01-4473-1998.
d. Untuk mengetahui metode yang digunakan dalam uji Staphylococcus aureus dalam
sampel shampo bayi dan lakukan identifikasi pada sampel kosmetik tersebut.
1. Bagi Mahasiswa
Mahasiswa mendapat data-data dari Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan
khususnya di Bidang Pengujian Mikrobiologi sehingga dapat menjadi kajian dalam analisis
mikrobiologis pada bahan atau produk pangan. Memberikan informasi kepada pembaca
tentang hasil pengujian mikrobiologi Identifikasi Staphylococcus aureus pada kosmetik
sedian shampo bayi.
3
BAB II
TINJAUAN INSTANSI
1. Defenisi BPOM
Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) merupakan salah satu Lembaga
Pemerintah Non Departemen (LPND), yang mempunyai tugas melaksanakan kebijakan
dibidang pengawasan produk teraupetik, narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya, obat
tradisional, kosmetik, produk komplemen, keamanan pangan dan bahan berbahaya.
Misi BPOM
1. Membangun SDM unggul terkait obat dan makanan dengan mengembangkan
kemitraan bersama seluruh komponen bangsa dalam rangka peningkatan kualitas
manusia Indonesia.
2. Memfasilitasi percepatan pengembangan dunia usaha obat dan makanan dengan
keberpihakan terhadap UMKM dalam rangka membangun struktur ekonomi yang
produktif dan berdaya saing untuk kemandirian bangsa.
3. Meningkatkan efektifitas pengawasan obat dan makanan serta penindakan kejahatan
obat dan makanan melalui sinergi pemerintah pusat dan daerah dalam kerangka Negara
Kesatuan guna perlindungan bagi segenap bangsa dan memberikan rasa aman pada
seluruh warga.
4. Pengelolaan pemerintah yang bersih, efektif, dan terpecaya untuk memberikan
pelayanan public yang prima dibidang Obat dan Makanan.
4
2.2 Tugas Pokok dan Fungsi BPOM RI
Balai besar POM di Padang merupakan unit pelaksana teknis Badan POM RI, sesuai
keputusan Kepala BPOM No. 05018/SK/KBPOM tahun 2001 dengan perubahan terakhir
Peraturan Kepala BPOM Nomor 12 tahun 2018, mempunyai Tugas Pokok dan Fungsi :
1. Tugas Pokok
Melaksanakan kebijakan dibidang pengawasan produk Terapetik, Narkotika, Psikotropika
dan Zat Adiktif lainnya, Obat Tradisional, Kosmetik, Produk Komplimen, Keamanan Pangan
dan Bahan Berbahaya.
2. Fungsi
Berdasarkan Pasal 4 Peraturan BPOM No. 12 Tahun 2018, Unit Pelaksanaan Teknis BPOM
menyelenggarakan fungsi :
1. Penyusunan kebijakan nasional dibidang pengawasan Obat dan Makanan.
2. Pelaksanaan Kebijakan nasional dibidang pengawasan Obat dan Makanan.
3. Penyusunan dan penetapan norma, Standar, Prosedur, dan Kriteria di bidang
Pengawasan Sebelum Beredar dan Pengawasan Selama Beredar.
4. Pelaksanaan Pengawasan Sebelum Beredar dan Selama Beredar
5. Koordinasi Pelaksanaan Pengawasan Obat dan Makanan dengan istansi pemerintah
pusat dan daerah.
6. Pemberian bimbingan teknis dan supervisi dibidang Pengawasan Obat dan
Makanan.
7. Pelaksanaan penindakan terhadap pelanggaran ketentuan peraturan perundang-
undangan di Bidang Pengawasan Obat dan Makanan.
8. Koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan, dan pemberian dukungan administrasi
kepada seluruh unsur organisasi di lingkungan BPOM
9. Pengelolaan barang milik/kekayaan Negara yang menjadi tanggung jawab BPOM
10. Pelaksanaan dukungan yang bersifat substantive kepada seluruh unsur organisasi di
lingkungan BPOM
11. Pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan BPOM
5
2.3 Profil BBPOM Padang
Masing-masing Bidang, Seksi dan Sub Bagian Tata Usaha mempunyai tugas pokok dan
fungsi sebagai berikut :
1. Bidang Pengujan Produk Terapetik, Narkotika, OT, Kosmetik dan Produk Komplemen
Mempunyai tugas melaksanakan penyusunan rencana dan program, evaluasi dan
laporan pelaksanaan pemeriksaan secara laboratorium, pengujian dan penilaian mutu di
bidang produk terapetik, narkotika, obat tradisional, kosmetik dan produk komplemen.
2. Bidang Pengujian Produk Pangan, Bahan Berbahaya dan Mikrobiologi
Mempunyai tugas melaksanakan penyusunan rencana dan program, evaluasi dan
laporan pelaksanaan pemeriksaan secara laboratorium, pengujian dan penilaian mutu di
bidang pangan dan bahan berbahaya serta pemeriksaan secara laboratorium, pengujian
dan pengendalian mutu dibidang mikrobiologi.
3. Bidang Pemeriksaan dan Penyidikan
Mempunyai tugas melaksanakan penyusunan rencana dan program, evaluasi dan
laporan pemeriksaan setempat, pengambilan contoh untuk pengujian, pemeriksaan
sarana produksi, distribusi dan pelayanan kesehatan serta penyidikan kasus pelanggaran
6
hukum di bidang produk terapetik, narkotika, psikotropika dan zat adiktif lain, obat
tradisional, kosmetik, produk komplemen, pangan dan bahan berbahaya.
4. Bidang Sertifikasi dan Layanan İnformasi Konsumen
Mempunyai tugas melaksanakan penyusunan rencana dan program evaluasi dan
laporan pelaksanaan sertifikasi produk, sarana produksi dar distribusi tertentu, serta
layanan informasi konsumen.
5. Sub Bagian Tata Usaha
Mempunyai lugas memberikan pelayanan teknis dan administrasi di lingkungan Balai
Besar POM di Padang Disamping itu Subag Tata Usaha melakukan pengelolan aset
BMN, Pengelolaan keuangan dan Sumber daya Manusia Secara umun kondisi Sumber
daya manusia BBPOM Padang untuk mendukung tugas-tugas BBPOM sesuai peran
dan fungsinya diperlukan SDM yang memiliki keahlian dan potensi yang baik.
7
acuan yang digunakan untuk menjamin pelaksanaan kegiatan mutu sesuai dengan
ketentuan.
3. level 3: Instruksi Kerja (IK)/ SOP MIKRO
Instruksi kerja digunakan untuk menjelaskan lebih detail terhadap kegiatan atau tugas
yang belum dijelaskan secara terperinci dalam prosedur tetap sehingga dengan instruksi
tersebut mutt hasil setiap tugas dapat dipastikan sesuai dengan persyaratan serta
mengacu kepada prosedur tetap yang terkait.
4. Level 4: Dokumen Referensi Lain
Merupakan dokumen pendukung untuk mengidentifikasi dan membuktikan pelaksanaan
kegiatan mutu yang tercapai persyaratan mutu yang telah ditentukan.
8
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Kosmetik
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI, penggolongan kosmetik dibagi menjadi 13
kelompok, yaitu : preparat untuk bayi, preparat untuk mandi, preparat untuk mata, reparat
untuk wangi-wangian, preparat untuk rambut, preparat pewarna rambut, preparat make up,
preparat untuk kebersihan mulut, preparat untuk kebersihan badan, preparat kuku, preparat
perawatan kulit, preparat cukur dan preparat sunscreen. Sampo adalah sediaan kosmetik
pembersih rambut dan kulit kepala yang digunakan untuk membersihkan rambut dan kulit
kepala dari segala macam kotoran, baik yang berupa minyak, debu, sel - sel yang sudah mati
dan sebagainya secara baik dan aman.
Menurut (Wasitaatmadja, 1997). Sampo dapat dikemas dalam berbagai bentuk sediaan,
bubuk, larutan jernih, larutan pekat, larutan berkilat, krim, gel, atau aerosol, dengan jenis :
1. Sampo dasar (basic shampoo), yaitu sampo yang dibuat sesuai dengan kondisi
rambut; kering, normal, berminyak.
2. Sampo bayi (baby shampoo), yaitu sampo yang tidak menggunakan bahan yang
mengiritasi mata dan mempunyai daya bersih sedang karena kulit dan rambut bayi
masih minim sebumnya.
3. Sampo dengan pelembut (conditioner).
4. Sampo profesional; yang mempunyai konsentrasi bahan aktif lebih tinggi sehingga
harus diencerkan sebelum pemakaian.
5. Sampo medik (medicated shampoo).
Divisio : Protophyta
Classis : Schizomycetes
Ordo : Eubacteriales
Familia : Mikrococcaceae
Genus : Staphylococcuc
Species : Staphylococcus aureus ( Salle.1961 )
Staphylococcus aureus adalah bakteri gram positif yang menghasilkan pigmen kuning,
bersifat anaerob fakultatif, tidak menghasilkan spora, dan tidak motil, umumnya tumbuh
berpasangan maupun berkelompok, dengan diameter sekitar 0,8-1,0 µm. S. aureus tumbuh
dengan optimum pada suhu 37ºC dengan waktu pembelahan 0,47 jam. S.
aureus merupakan mikroflora normal manusia. Bakteri ini biasanya terdapat pada saluran
pernapasan atas dan kulit.
Gambar 2. Contoh positif S.aureus pada media BPA dan MSA (sumber:
microbiologynote.com , 2021)
S.aureus memiliki sel-sel berbentuk bola, berdiameter 0,5-1,5 urn, terdapat tunggal dan
berpasangan dan sel secara khas membelah diri pada lebih dari satu bidang sehingga
membentuk gerombol yang tak teratur. Pada S.aureus tidak diketahui adanya stadium
istirahat, gram positif, dinding sel mengandung komponan utama : peptidoglikan serta asam
tekoat yang berkaitan dengannya. Kemoorganoytof, metabolisme dengan respirasi dan
fermentatif, tumbuh lebih cepat dan lebih banyak dalam kaeadaan aerobik. Berasosiasi
dengan kulit, kelenjar kulit, selaput lendir hewan berdarah panas. (Michael, et.al , 1988).
10
BAB IV
METODE DAN PELAKSANAAN
b. Bahan
Beberapa bahan yang digunakan pada pengujian ini adalah
1. Sampel shampoo bayi 4. Baird Parker Agar (BPA)
2. Alkohol 70% 5. Mannitol Salt Agar (MSA)
3. Modified Letheen Broth (MLB)
11
4.3 Cara Kerja
1. Persiapan
a. Sterilisasi Alat dan Bahan
Alat gelas seperti cawan petri, erlenmeyer, gelas ukur, tabung reaksi, disterilisasi
menggunakan oven dengan suhu 180ºC selama 2 jam. Alat yang tidak tahan panas
disterilisasi dengan alkohol 70%, sedangkan alat yang terbuat dari logam seperti jarum ose
disterilisasi dengan cara di bakar dengan pijar api sampai warnanya merah.
b. Pembuatan Media
Siapkan masing-masing media CETA, BPA, PDA, dan MLB. Lalu timbang media
CETA sebanyak 58,0 gram, BPA sebanyak 63,0 gram, PDA sebanyak 39 gram dan MLB
sebanyak 42,8 gram. Media tersebut di dimasukan ke dalam erlenmeyer 1000 ml.
Kemudian ditambahkan aquadest pH 7 sebanyak 1000 ml. Kemudian dipanaskan
menggunakan hotplate dan aduk hingga homogen. Media selanjutnya disterilisasi
menggunakan autoclave pada suhu 121° C dan tekanan 1 atm selama 15 menit.
2. Pelaksanaan Pengujian
Sebelum sampel ditimbang, timbangan dan area di sekitar timbangan dibersihkan
mengunakan alkohol 70%. Bagian sampel yang akan dibuka disterilkan terlebih dahulu
menggunakan kapas alkohol dan dibuka secara aseptik menggunakan gunting steril.
Acuan : MA 51/MI/15
12
Media atau Pereaksi : Modified Letheen Broth (MLB)
Baird Parker Agar (BPA)
Mannitol Salt Agar (MSA)
Prosedur :
a. Homogenisasi Sampel
1. Di timbangan secara aseptik sebanyak 10 gr dalam plastic stomacher steril
3. Dihomogenkan
b. Pengkayaan
1. Dipipet sebanyak 1 ml hasil dari homogenisasi ke dalam 10 ml MLB, lalu dikocok
homogen
2. Diinkubator pada suhu 32,5 ± 2,5ºC selama 20-72 jam
d. Konfirmasi Biokimia
Sedikinya 2-5 koloni terduga dari masing-masing media lempeng BPA atau MSA
atau VJA dikonfirmasi dengan uji Biokimia. Dari setiap satu koloni terduga dilakukan
uji konfirmasi dengan memilih salah satu uji sebagai berikut :
a) Uji Biokimia Konvensional
13
Pemeriksaan Mikroskopis
Dari koloni terduga dilakukan pewarnaan gram dan diamati dengan mikroskop. S.
aureus merupakan bakteri gram positif, bentuk coccus seperti anggur.
1. Uji Katalase
1. Dua tetes larutan hidrogen peroksida 3% diletakkan secara terpisah pada
permukaan gelas obyek.
2. Diratakan satu sangkelit dari koloni terduga secara perahan pada salah satu
tetesan larutan hydrogen peroksida
3. Diamati pembentukan gelembung gas
Bila terbentuk gelembung gas, maka uji katalase positif.
S.aureus merupakan katalese positif.
2. Uji Koagulase
1. Diinokulasikan koloni terduga S.aureus dari media selektif BPA atau MSA
atau VJA ke dalam tabung yang menggunakan 0,5 ml plasma mamalia
2. Diinkubasi pada suhu 37 ± 2ºC
3. Diamati ada tidaknya koagulase pada 3,4,6 jam dan dapat dilanjutkan sampai
24 jam inkubasi jika tidak terjadi koagulase positif selama 6 jam inkubasi.
S.aureus memberikan hasil koagulase positif.
b) Uji Biokimia dengan Api Staph atau Rapid Stap atau kit identifikasi lain yang
sesuai
Dilakukan sesuai petunjuk dalam kit.
Interpretasi Hasil
S.aureus dinyatakan positif dalam sampel bila semua hasil konfirmasi menunjukkan
positif S.aurues.
Persyaratan
Kosmetik bentuk shampo bayi tidak boleh mengandung S. aureus ( Negatif/0,1ml)
14
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil pengamatan uji S.aureus pada sampel shampo dapat dilihat pada tabel 1.
Gambar 4. Hasil pengamatan bakteri yang Negatif pada media BPA dan MSA
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa tidak adanya pertumbuhan S.aureus pada
sampel Shampo bayi. Dapat disimpulkan bahwa hasil S.aureus yang diperoleh adalah
Negatif/0,1 ml.
5.2 Pembahasan
Analisis cemaran mikroba pada kosmetik dilakukan untuk parameter uji yaitu
Identifikasi Staphylococcus aureus. Proses pengujian dilakukan secara aseptis. Pengujian ini
dilakukan terhadap sampel sediaan kosmetik yaitu shampo baby. Semua media yang
diperlukan di sterilkan selama 15 sampai 20 menit pada suhu 121ºC di dalam autoklaf. Selain
16
media dan alat gelas yang diperlukan pada pengujian ini harus dalam keadaan bersih dan
steril. Sterilisasi untuk alat gelas di dalam oven kering selama 2-3 jam pada suhu 160-170ºC.
Sampel ditimbang sebanyak 10 gr ke dalam wadah steril yang sesuai. Dalam
pengambilan sampel dari wadah kemasan harus dilakukan secara aseptis dengan
membersihkan terlebih dahulu menggunakan alkohol 70% untuk menghindari kontaminasi
dari luar. Pengujian ini dilakukan diruangan yang aseptis yaitu Biological Safety Cabinet
(BSC) atau disebut juga Laminar Air Flow (LAF) adalah alat untuk bekerja secara aseptis
karena mempunyai pola pengaturan dan penyaringan udara sehingga menjadi steril dan
aplikasi sinar UV beberapa jam sebelum digunakan.
Selanjutnya menuangkan MLB 90 ml, kemudian di pipet 1 ml ke 10 ml MLB di kocok
homogen dan diinkubasi pada suhu 32,5±2,5ºC selama 20-72 jam. Pada pengujian
identifikasi Staphylococcus aureus setelah sampel dilakukan pengkayaan, selanjutnya
diinokulasi ke media agar. Metode yang digunakan adalah metode cawan gores, sampel
digoreskan ke media Baird Parker Agar (BPA) dan Mannitol Salt Agar (MSA). Setelah
digores cawan diinkubasi pada suhu 32,5±2,5ºC selama 24-48 jam dengan posisi cawan
dibalik. Berdasarkan hasil yang diperoleh dari pengujian dapat diketahui bahwa tidak adanya
pertumbuhan mikroba Staphylococcus aureus baik pada media BPA maupun media MSA.
Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa hasil Staphylococcus aureus yang diperoleh
adalah Negatif/0,1 ml.
Jika biakan diduga positif Staphylococcus aureus pada media BPA : Koloni hitam
mengkilat dikelilingi oleh zona bening. Sedangkan pada media MSA terlihat pertumbuhan
koloni cembung bewarna kuning. Reaksi biokimia S.aureus adalah memecah glukosa,
laktosa, mannitol, sukrosa, dan maltosa menjadi asam yang di tandai dengan tambahan warna
media dari merah menjadi kuning coklat dan gas. Pada media MSA S.aureus menunjukan
pertumbuhan koloni berwarna kuning, dikelilingi zona berwarna kuning karena
memfermentasi manitol (Dewi.A.K., 2013). Jika bakteri tidak mampu memfermentasi
manitol maka akan tampak zona warna merah mudah. Pada media BPA menunjukan
petumbuhan koloni hiam mengkilat dikelilingi oleh zona bening.
Isolasi dan identifikasi bakteri S. aureus : Uji bakteri S. aureus menggunakan media
Baird Paker Agar (BPA) kandungan lithium klorida yang ada pada media dapat
memberhentikan perkembangan kawanan S. aureus, juga untuk memusnahkan bakteri lain
(Ibrahim dkk,. 2017). Berdasarkan hasil isolasi pada media BPA di dapatkan koloni yang
tumbuh pada media BPA yaitu berbentuk bundar, licin dan halus hitam pekat dan berzona
17
bening pada sampel. Hasil sesuai dengan SNI 2897 (2008) yang menyatakan bahwa bakteri
S. aureus mempunyai ciri khas yaitu koloni berdiameter 2-3 mm, bundar, licin, halus,
berwarna abu-abu sampai hitam pekat. Hasil ini juga sesuai dengan pendapat sebelumnya
Wahyuni (2015), menyatakan bahwa BPA media selektif untuk S. aureus karena adanya
kandungan sodium piruvat yang merangsang pertumbuhan dengan ciri koloni bundar, warna
abu-abu hingga kehitaman, sekeliling tepi koloni bening. Dari hasil kultur yang menunjukkan
ciri Staphylococcus aureuas maka dilanjutkan pewarnaan gram.
Hasil positif Staphylococcus aureus pada BPA dan MSA dapat dilihat pada gambar berikut.
Gambar 5. Hasil positif S.aureus pada BPA dan MSA (Dokumentasi Laboratorium
Mikrobiologi BBPOM di Padang)
Koloni yang diduga S.aureus pada media selektif, akan dilanjutkan ke uji konfirmasi
dengan memilih salah satu uji yaitu pemeriksaan mikroskopis, uji katalase dan uji koagulase.
Pada uji koagulase dilakukan dengan cara menginokulasikan koloni terduga Staphylococcus
aureus dari media selektif BPA atau MSA ke dalam tabung yang menggunakan 0,1 ml
plasma mamalia lalu diinkubasi pada suhu 37 ± 2ºC. Amati koagulasi plasma pada 3,4 dan 6
jam. Staphylococcus aureus akan mengkoagulasi plasma dengan menunjukkan pembekuan
(Jendal). Pengujian ini dilakukan menggunakan kontrol positif untuk perbandingan sampel
yang di uji. S.aureus adalah bakteri yang mempunyai faktor koagulase darah yang
menggumpalkan fibrinogen di dalam plasma untuk melindungi diri terhadap fagositosis dan
respon imun.
18
Gambar 6. Hasil uji Koagulase positif S.aure
BAB VI
PENUTUP
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari pengujian dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Dari sampel kosmetik yang diuji tidak menunjukkan pertumbuhan koloni spesifik untuk
bakteri Staphylococcus aureus sehingga sampel dikatakan Negatif/0,1 ml.
2. Biakan diduga positif Staphylococcus aureus jika menhasilkan koloni hitam mengkilat
dikelilingi oleh zona bening pada media BPA dan menghasilkan Uji Koagulase Positif.
6.2. Saran
Untuk mahasiswa kerja praktek ke depannya di harapkan sebelum memulai kerja
praktek lebih banyak lagi membaca metode analisis untuk pengujian sehingga lebih
memahami saat masuk laboratorium dan lebih mudah dalam pengerjaan.
19
DAFTAR PUSTAKA
BPOM RI. 2019. Cemaran dalam Kosmetika. Peraturan Badan Pengawas Obat dan
Makanan.
Dewi.A.K., 2013. Isolasi, Identifikasi dan Uji Sensitivitas Staphylococcus aureus terhadap
Amoxicillin dari Sampel Susu Kambing Peranakan Ettawa (PE) Penderita Mastitis Di
Wilayah Girimulyo, Kulonprogo, Yogyakarta. Jurnal Sain Veteriner. ISSN : 0126 –
0421
Irmayani A fatmawati, N khairi, N arfiyanti yusuf. 2017. Sains dan Teknologi Kosmetik. 1st
ed. Yogyakarta : Deepublish.
Khairatunnisa, Kartika.M., Rasyidah. 2022. Isolasi dan Identifikasi Bakteri Escherichia coli
Dan Staphylococcus aureus Pada Air Gambut di Kawasan Desa Sei Tawar Kecamatan
Panai Hilir Kabupaten Labuhan Batu. Jurnal Biology Education Science and
technology. Vol.5 No.1 Hal. 162-168
20
Kesehatan Kementrian. 2010. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1176/Menkes/Per/Viii/2010. Permenkes.
Michael.J, Pelezarjr., dan Chan, E.C.S., 1988. Dasar-Dasar Mikrobiologi, Jilid II,
diterjemahkan oleh Hadioetomo R.S., Imas Teja., Universitas Indonesia Press, Jakarta,
548-555.
Soemarno. 2000. Isolasi dan Identifikasi Bacteri Klinik, Akademi Analis Kesehatan.
Departemen Kesehatan, Jogkakarta, 5, 11-13, 15.
Sjarif.M, Wasitaatmadja. 1997. Penuntun Ilmu Kosmetik Medik. Universitas Indonesia (Ui
Press) ,Jakarta. 1997. 219 P.
21
LAMPIRAN
22
Hasil pengamatan
Pengambilan bakteri Pengoresan pada Inkubasi pada suhu
pertumbuhan koloni
S.aureus media BPA 32,5 ± 2,5ºC selama
dikatakan Negatif
24-48 jam
S.aureus
23