Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN

PRAKTIK KERJA LAPANG


DI KEBUN DAU MALANG
UPT. PENGEMBANGAN AGRIBISNIS TANAMAN PANGAN DAN
HORTIKULTURA
Studi Budidaya Tanaman Bawang Merah (Allium ascalonicum)

Disusun Oleh:
RIYALD IZZUR ROHMAN NIS : :0994/162.078

KOMPETENSI KEAHLIAN
AGRIBISNIS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

YAYASAN PONDOK PESANTREN MAMBA’UL IHSAN


SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN MAMBA’UL IHSAN
BANYUURIP UJUNGPANGKAH GRESIK
2020

i
HALAMAN PERSETUJUAN

Laporan Oleh:

RIYALD IZZUR ROHMAN NIS :0994/162.078

Judul :Praktik Kerja Lapang

Di Kebun Dau Malang, UPT. Pengembangan Agribisnis Tanaman Pangan dan


Hortikultura Studi Budidaya Tanaman Bawang Merah (Allium ascalonicum)

Telah memenuhi syarat dan disetujui untuk di sahkan.

Malang, 06 Maret 2020

Pembimbing Sekolah Pembimbing Instansi

ACHMAD HUZAINI, S.P BUGIYARTO


NIP. 110060719760120122270

ii
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Oleh:

RIYALD IZZUR ROHMAN NIS :0994/162.078

Judul :Praktik Kerja Lapang

Di Kebun PUSPA Lebo Sidoarjo, UPT. Pengembangan Agribisnis

Tanaman Pangan dan Hortikultura Studi Budidaya Tanaman Bawang

Merah (Allium ascalonicum)

Telah disetujui dan disahkan.

Sidoarjo, 06 Maret 2020

Kepala Sekolah SMK Mamba’ul Ihsan Kepala UPT. PATPH

ABID NAILUR RIDLO, S.E, M.M. Ir. IRITA RAHAYU ARYATI, MMA
NIP. 19670704 199202 2 003

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur alahamdulillah kami haturkan kehadiran ALLAH SWT. Atas

segala rahmat dan hidayanya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan

laporan praktik kerja lapang (PKL) yang dilaksanakan di kebun Dau Malang,

UPT. Pengembangan Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura.

Adapun tujuan dari penyusunan laporan ini yaitu sebagai salah satu syarat

untuk melengkapi pencapaian kelulusan studi di SMK Mamba’ul Ihsan Banyuurip

Ujungpangkah Gresik pada kompetensi keahlian agribisnis tanaman pangan dan

hortikultura serta merupakan syarat utama untuk mengikuti ujian nasional.

Tersusunnya laporan ini tidak terlepas dari bantuan semua pihak sejak

awal kegiatan lapang hingga penyelesaian dan penyempurnaan laporan ini.

Penulis ingin menyampaikan ucapan terimah kasih dan penghargaan kepada yang

terhormat:

1. Ibu Nyai Hj. Fataya Hanan, selaku pengasuh pondok pesantren Mamba’ul

Ihsan Banyuurip Ujungpangkah Gresik.

2. Ibu Ghurrotul Baidlo’, S.Pd., M.A., selaku ketua yayasan pondok

pesantren Mamba’ul Ihsan Banyuurip Ujungpangkah Gresik.

3. Bapak Abid Nailur Ridlo, S.E., M.M selaku kepala sekolah SMK

Mamba’ul Ihsan Banyuurip Ujungpangkah Gresik.

4. Bapak Achmad Huzaini, S.P , selaku pembimbing sekolah yang telah

memberi bimbingan dan petunjuk dalam penulisan laporan kegiatan ini.

iv
5. Bapak Bugiyarto, selaku pembimbing instansi di UPT. PATPH Kebun

Dau Malang.

6. Bapak Bugiarto (koordinator Kebun Dau, Malang), dan seluruh staf UPT.

PATPH yang telah membantu sepenuhnya dalam kelancaran kegiatan ini.

7. Bapak dan Ibu serta keluarga yang selalu memberikan semangat dan

dukungan baik moral maupun materi.

8. Teman-teman yang turut membantu dalam penyelesaian laporan ini

Penyajian laporan ini baik isi maupun teknik penulisan nyamasih jauh dari

sempurna. Oleh karena itu kami sangat membutuhkan kritik dan saran agar dapat

memperbaiki tugas kami selanjutnya. Semoga dengan selesainya laporan ini ada

guna dan manfaat bagi semua pembaca dan khususnya kami.

Malang, 06 Maret 2020

Penulis

v
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................ . i

HALAMAN

PERSETUJUAN................................................................................................ii

HALAMAN PENGESAHAN........................................................................ iii

KATA PENGANTAR.................................................................................... iv

DAFTAR ISI................................................................................................... v

I. PENDAHULUAN...................................................................................... 1

I.1. Latar Belakang............................................................................... 1

I.2. Dasar Pemikiran............................................................................. 1

I.3. Tujuan............................................................................................ 2

I.3.1. Tujuan khusus...................................................................... 2

I.3.2. Tujuan umum....................................................................... 2

I.4. Obyek Praktik Kerja Lapang........................................................... 3

I.5. Waktu Praktik Kerja Lapang........................................................... 3

II. KEADAAN OBJEK PRAKTIK INDUSTRI........................................ 4

II.1. Sejarah Berdirinya UPT.PATPH........................................................ 4

II.2. Struktur Organisasi UPT.PATPH...................................................... 5

II.3. Kondisi Umum UPT.PATPH............................................................ 5

III. ISI LAPORAN......................................................................................... 7

vi
3.1. Teknis Budidaya Tanaman Bawang Merah…………........................ 8

3.1.1. Persiapan Lahan........................................................... 8

3.1.2. Pemilihan Bibit..................................................................10

3.1.3. Penanaman.........................................................................11

3.1.4. Pemeliharaan.....................................................................13

3.1.5. Pemupukann…..................................................................15

3.1.6. Pengndalia Hma dan Penyakit...........................................17

1. Ulat bawang (Spodoptera exigua atau S. Litura)………….. .

17

2. Ulat tanah……………………………………………………

18

3. Trip (Thrips sp.)……………………………………………. ..

18

4. Penyakit Layu Pusarium………………………………………

18

5. Penyakit Otomatis Atau Antraknose………………………….

18

6. Penyakit Trotol............................................................................18

7. Bercak ungu (Alternaria porii (ELL) Cif…………………….

19

8. Bercak daun (Cercospora duddiae) ………………………….

19

vii
9. Busuk daun (Peronospora destructor)………………………..

19

10. Rebah bibit (Phytium debaryanum Hesse)…..............................20

3.1.15. Panen dan pasca panen…............................................................20

IV. PENUTUP............................................................................................. 22

4.1. Kesimpulan................................................................................... 22

4.2. Saran............................................................................................. 22

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................. 24

LAMPIRAN................................................................................................. 25

viii
BAB I

PENDAHULUA

1.1. Latar Belakang

Pemerintah melalui Dapertemen Pendidikan dan Kebudayaan menetapkan

kebijakan link andmatch yang berlaku pada semua jenis dan jenjang pendidikan di

Indonesia. Direktorat pendidikan menengah kejuruan mendapat tugas langsung

dari kementrian pendidikan dan kebudayaan untuk mengembangkan dan di

pendekatkan pendidikan dengan teknik kerja lapang pada sekolah menengah

kejuruan.

Pendekatan Praktik kerja lapang sebagai kajian tak terpisahkan dari

kebijakan link and match dijadikan pola utama penyelenggaraan kurikulum

sekolah menegah kejuruan yang di mulai pada tahun pelajaran 1994/1995.

Pendekan tersebut dijalankan oleh SMK MAMBA’UL IHSAN dengan

melaksanakan praktik kerja lapang oleh siswa-siswa progam keahlian agribisnis

tanaman dan hortikultura yang dilaksanakan pada tanggal 06 Januari 2019 s/d 06

maret 2020, di kebun Dau UPT. Pengembangan agribisnis tanaman pangan dan

hortikultura di lebo sidoarjo .

1.2. Dasar Pemikiran

Usaha agribisnis tanaman pangan dan hortikultura merupakan usaha yang

bergerak di bidang pertanian, usaha ini sudah bergerak sejak zaman dahulu dan

akan semakin berkembang dengan perkembangan ilmu dan teknologi

pengetahuan. Usaha agrobisnis tanaman pangan dan hortikultura akan terus

berkembang selama manusia membutukan makanan.


1
Tenaga kerja mempunyai peranan yang penting dalam usaha agrobisnis

tanaman pangan dan hortikultura tanpa tenaga kerja yang profisional dan ahli

dibidangnya maka usaha yang dijalankan tidak akan maju. Untuk itu perlu adanya

pelatihan keterampilan pembelajaran siswa-siswi progam kompetensi keahlian

agribisnis tanaman pangan dan hortikultura sekolah menengah kejuruan dan

melaksanakan praktik kerja lapang di bidangnya yang di instansi UPT.

Pengembangan agribisnis tanaman pangan dan hortikultura selama 2 bulan.

1.3. Tujuan

Tujuan praktik kerja lapang adalah untuk mewujudjan siswa yang kreatif,

inovatif ,produktif, bertanggung jawab dan di siplin dalam melaksanakan tugas.

Di dalam pembahasan tujuan ini, terdapat dua tujuan yaitu :

1.3.1. Tujuan umum

1. Melatih siswa agar dapat mengembangkan belajar dari praktik maupun

teori yang telah di ajarkan di sekolahan.

2. Dapat mengembangkan ktrampilan dan kreativitas serta melatih mental

siswa dalam dunia usaha/ dunia industry.

3. Memperkokoh link and match antara sekolah dengan dunia kerja.

1.3.2. Tujuan Khusus

Bertujuan mengaplikasikan teori-teori yang didapat disekolah dengan

dunia usaha sebenarnya dan menambah pengetahuan tentang tahapan-

tahapan dalam berbudidaya bawang merah.

2
1.4. Objek Praktik Kerja Lapang

Berdasarkan program keahlian yang ditekuni oleh siswa yaitu program

keahlian agribisnis tanaman pangan dan hortikultura maka tempat PKL

dikhususkan pada instansi-instansi pertanian, penulis sendiri ditempatkan di

instansi “UPT. PENGEMBANGAN AGRIBISNIS TANAMAN PANGAN DAN

HORTIKULTURA” yang berada di Jalan Raya Sidomakmur No. 83, Kecamatan

Dau, Kabupaten Malang, Jawa Timur

1.5 Waktu Praktik Kerja Lapang

Waktu pelaksanaan Praktik kerja Lapang dilaksanakan selama 2 bulan yaitu

pada tanggal 06 Januari 2020 sampai 06 Maret 2020. Jadwal kerja pagi mengikuti

jam kantor mulai pukul 07.00 – 15.00 WIB.

3
BAB II

KEADAAN OBJEK INDUSTRI

2.1. Sejarah Berdirinya UPT. Pengembangan Agribisnis Tanaman Pangan

dan Hortikultura

Unit Pelaksana Teknis Pengembangan Agribisnis Tanaman Pangan dan

Hortikultura di Lebo Sidoarjo merupakan milik Dinas Pertanian Provinsi Jawa

Timur yang awalnya hanya digunakan sebagai lahan percobaan untuk

mengembangkan tanaman hortikultura di daerah dataran rendah, namun dengan

berjalannya waktu perkembangan UPT.PATPH Lebo Sidoarjo menjadi lebih luas.

Jenis kegiatan yang dilakukan di UPT.PATPH Lebo Sidoarjo memiliki 2 (dua)

kegiatan utama:

1. Pusat Studi

Pusat studi dalam bentuk kegiatan pengujian bibit

introduksi,penginventarisan bibit unggul lokal, uji teknik off season, pertanian

organik dan teknologi inovasi lainnya ditunjukkan terhadap petani, pebisnis

maupun peminat hortikultura. Selain sebagai pusat studi UPT.PAPTH Lebo

Sidoarjo mengembangkan pertanian menjadi lebih modern dan menjadi pusat

agrowisata perkotaan yang memfasilitasi kegiatan outbond dan mengajarkan

mengenai budidaya tanaman kepada generasi muda khususnya dan masyarakat

luas secara umum.

4
2. Pelayanan Agribisnis

Kegiatan pelayanan meliputi: penjualan langsung produk tanaman

sayuran, buah-buahan maupun tanaman hias, menampung produk pertanian mitra

kerja dan pelayanan agroinput.

UPT PATPH Kebun Dau merupakan anak cabang instansi dari kebun yang

berada di bawah naungan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Jawa Timur

yang merupakan kebun cabang dari Kebun Puspa Lebo yang berkedudukan di

Sidoarjo. Kebun Puspa Lebo merupakan perusahaan induk yang tidak

menjalankan aktivitas sendiri. Kegiatan pembudidayaan, pelatihan dan pemasaran

(agribisnis) dilakukan oleh kebun cabang.

Sebagai instansi yang berkecimpung dalam bidang pertanian dan

pemasaran (agribisnis) tanaman pangan dan hortikultura. UPT PATPH

mempunyai hak otonom yang luas yang berarti tidak ada campur tangan dalam hal

ini Depertemen Keuangan RI dalam mengelola perusahaan. Ada beberapa kebun

cabang yang dapat di jadikan lahan percobaan, pelatihan bagi petani, penelitian

bagi mahasiawa dan sebagai wisata petik buah untuk pengenalan bagi paud.

5
2.2. Struktur Organisasi UPT. Pengembangan Agribisnis Tanaman Pangan

dan Hortikultura

Struktur organisasi UPT. Pengembangan Agribisnis Tanaman Pangan dan

Hortikultura Lebo Sidoarjo:

Kepala UPT.PATPH

SUB. Bag.TU

Seksi pengembangan agribisnis hortikultura


Seksi pengembangan agribisnis tanaman pangan

Staff Staff

Gambar Bagan Struktur Organisasi UPT.PATPH

2.3. Kondisi Umum UPT. Pengembangan Agribisnis Tanaman Pangan dan

Hortikultura

UPT. Pengembangan Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura berada

di jalan raya Lebo Sidoarjo. UPT.PATPH ini memiliki kondisi topografi.

 Tinggi tempat : Berkisar 600 - 2100 m diatas permukan laut.

 Secara geografis terletak pada 11,2 BB-112,3311-112, BT dan 7,3

LU-7,5 LS dengan batas – batasannya adalah

6
 Sebelah Utara : Kecamatan Krangploso

 Sebelah Timur : Kecamatan Wagir

 Sebelah Selatan : Kota Malang

 Sebelah Barat : Kota Batu

 Jenis tanah: Tanah Entisol dengan pH tanah 6,5

 Luas lahan: Sebesar 4,9 hektar

7
BAB III

ISI LAPORAN

3.1. Budidaya Bawang Merah (Allium ascalonicum)

3.1.1. Persiapan Lahan

Lahan dibuat bedengan dengan lebar 0.9 m. Diantara bedengan dibuat

parit dengan lebar 0,6 m dan kedalaman 0,5 m (sistem surjan), Bila pada lahan

kering kedalaman parit dibuat lebih dangkal. Tanah diatas bedengan dicangkul

atau dibajak sedalam 20 cm sampai gembur.

Jarak Tanam.

Jarak tanam bawang merah pada musim kemarau 15x15 cm atau 15x20 cm,

sedang pada musim hujan 15x20 cm atau 20x20 cm. . Tanah diolah dengan cara

dibajak lebih dari 4 kali hingga tanah menjadi gembur dan tanah dikeringkan lebih

dari seminggu .Kemudian tanah dihaluskan lagi, setelah halus dapat dibuat

bedengan dengan ukuran

Untuk musim kemarau : tinggi bedengan 25 cm

kedalaman parit 30-40 cm

lebar parit 50 cm.

Untuk musim hujan : tinggi bedengan 40 cm

kedalaman parit 50 cm

lebar parit 50 cm.

8
Pada budidaya bawang merah sangat diperlukan pembentukan bedengan,

dimana adanya bedengan berfungsi agar tanaman bawang merah tidak selalu

tergenang air , dan air yang disiramkan segera habis terserap.

Pengapuran.

Jika pH tanah kurang dari 5,6, dilakukan pengapuran dengan

menggunakan Kaptan atau Dolomit minimal 2 minggu sebelum tanam dengan

dosis 1 – 1,5 ton/ha. Sebagaimana pada gambar 1.

9
Gambar 1. Pengapuran Guludan Tanaman Bawang Merah

Pemberian pupuk organik.

Pupuk organik penting diberikan untuk meningkatkan kesuburan fisik dan

biologi tanah. Bisa bersumber dari kotoran ternak dengan dosis 15-20 ton/ha atau

kompos matang sebanyak 5-10 ton/ha disebar dan diaduk rata dalan lapisan olah 1

1
minggu sebelum tanam. Juga bisa dengan menggunaklan pupuk Organik Granul

dengan dosis 900 kg samapai 1500 kg/ha, di tabur sehari sebelum tanam.

Tebarkan pupuk di atas bedengan dan aduk dengan tanah hingga merata. Bisa juga

ditambahkan urea, ZA, SP-36 dan KCL sebanyak 47 kg, 100 kg, 311 kg dan 56 kg

setiap hektarnya. Campur pupuk buatan tersebut sebelum diaplikasikan. Biarkan

selama satu minggu sebelum bedengan ditanami.

3.1.2. Pemilihan bibit

Bibit bawang merah yang digunakan adalah bibit yang sehat, warnanya

mengkilat, tidak keropos, serta kulitnya tidak luka. Bawang merah bisa

diperbanyak dengan dua cara, yakni dengan menggunakan bahan tanam berupa

biji dan umbi.

1. Bawang merah yang dipilih adalah varietas yang adaptif dengan ukuran

kecil atau sedang.

2. Ukuran umbi bibit yang optimal adalah 3 - 4 gram/umbi.

3. Umbi bibit yang baik yang telah disimpan 2 - 3 bulan dan umbi masih

dalam ikatan (umbi masih ada daunnya)

4. Umbi bibit harus sehat, ditandai dengan bentuk umbi yang kompak (tidak

keropos), kulit umbi tidak luka (tidak terkelupas atau berkilau)

5. Benih direndam dengan larutan Hormon Organik sehari sebelum tanam

selama 10 menit.

6. Setelah bibit ditiriskan, lalu ditaburi merata dengan satu bungkus (100 g)

agensia hayati berbahan aktif Gliocladium + Trichoderma (Hendrata dan

Murwati, 2008).

1
7. Sebelum dilakukan penanaman, ujung umbi bawang merah dipotong 1/3

bagian atau sesuai kebutuhan.

8. Apabila umur umbi masih kurang dari 2 bulan, lakukan pemogesan terlebih

dahulu. Pemogesan adalah pemotongan bagian ujung umbi, sekitar 0,5 cm.

Fungsinya untuk memecahkan masa dorman dan mempercepat tumbuhnya

tananaman.

3.1.3. Penanaman

Jarak tanam yang baik digunakan adalah 15 x15 cm, 15 x 20 cm atau 20 x 20 cm

tehnik penanaman bawang merah yang benar adalah sebagai berikut,

1. Sebelumnya tanah dibasahi dulu lalu dibuat lubang yang sudah diatur jarak

tanamnya.

2. Bibit ditanam dalam keadaan berdiri dengan jumlah bibit sebanyak 1 bibit

per lubang.

3. Penanaman sebaiknya jangan terlalu dalam, cukup ditutup tipis dengan

tanah/pasir.

Musim tanam optimal untuk bawang merah yaitu pada akhir musim

hujan bulan Maret – April dan musim kemarau Mei – Juni, tetapi di daerah pusat

produksi dapat dijumpai penanaman bawang merah tanpa mengenal

musim, Untuk penanaman di luar musim (off season) perlu memperhatikan

pengendalian hama dan penyakit lebih cermat.

Penanaman dilakukan setelah tanah dan bibit sudah dipersiapkan, dimana

sebelum dilakukan penanaman tanah harus diari agar saat penanaman kondisi

tanah gembur Seperti yang telah disampaikan sebelumnya, bahwa bibit sebelum

1
ditanam lebih baik dibersihkan dan diseleksi terlebih dulu agar pertumbuhan

tanaman menjadi baik. Bila tidak diseleksi ditakutkan tercampurnya bibit yang

jelek karena terserang penyakit seperti Fusarium , maka akan mengakibatkan

pertanaman hancur karena Fusarium tersebut. Pembersihan bibit dilakukan sehari

sebelum ditanam serta ujung bibit sudah dipotong , dan esoknya dapat dilakukan

penanaman.

Untuk mempercepat proses penanaman, maka sebaiknya bedengan yang

akan ditanami sudah digariti sesuai dengan jarak tanam yang digunakan , sehingga

penanaman lebih mudah dilaksanakan. Penanaman dilakukan dengan cara

menanam 2/3 bagian umbi ke dalam tanah, sedangkan 1/3 bagiannya muncul di

atas tanah. sebagaimana pada gambar 2.

Gambar 1. Penanaman Bibit Bawang Merah

3.1.4. Pemeliharaan

1
Pemeliharaan pada bawang merah dilakukan dengan cara penyiraman,

penyulaman, penyiangan, pemupukan, dan pengendalian hama dan penyakit

dalam budidaya bawang merah kegiatan pemeliharaan antara lain meliputi:

Penyiraman

Penyiraman dapat dilakukan dengan gembor atau selang besar, dilakukan

2 kali sehari (pagi dan sore) atau sesuai kondisi tanah/tanaman terutama sehabis

hujan atau turun embun untuk menghindari penyebaran penyakit Alternaria

porii (trotol). Kunci dari penyiraman adalah memberikan air secara baik pada

tanaman sehingga tanaman tidak layu atau sebelum tanaman mengalami stress.

Bawang merah membutuhkan air dalam kondisi yang cukup sejak pertumbuhan

awal hingga menjelang panen. Air yang diberikan pada tanaman walaupun

dengan cara penggenangan/leb, namun harus segera meresap ke dalam tanah. Bila

tidak demikian maka tanaman akan menjadi busuk dan sebagai sumber

penyakit. Oleh karena itu pembuatan bedengan sangat diperlukan pada budidaya

bawang merah.

Hal ini berhubunga sifat tanaman bawang merah yang membentuk umbi di

dalam tanah sehingga air yang terlalu banyak akan membuat umbi menjadi

busuk .

Pada musim kemarau , pengairan dapat diberikan setiap hari sejak tanaman

ditanam hingga tanaman membentuk umbi dan dikurangi setelah umbi

terbentuk. Namun walaupun musim kemarau , bila kondisi tanah setelah diairi

dan selang dua hari tanah masih basah, maka tanaman tidak perlu diairi. Oleh

1
karena itu dituntut kepekaan petani dalam mengamati kebutuhan air bagi

tanamannya.

Untuk musim hujan pengairan yang dibutuhkan lebih sedikit yaitu selang

dua hari sekali. Seperti di atas maka yang penting melihat kondisi kelembaban

tanah, bila tanah masih lembab sebaiknya tidak perlu diairi. Yang penting diamati

yaitu setelah turun hujan, sebaiknya tanaman bawang merah disirami dengan air

bersih yang tujuannya untuk menghilangkan inokulum dari penyakit yang

kemungkinan menempel di daun.

Cara pengairan dapat dilakukan dengan penggenangan/leb maupun denan cara

disiram/disirat. Kedua cara tersebut sebenarnya mempunyai kelebihan dan

kekurangan. Untuk cara leb sebaiknya dilakukan pada kondisi tanah yang porous,

sehingga air yang tergenang cepat habis (tuntas), walaupun cara ini membutuhkan

waktu yang lebih pendek dibandingkan cara disiram. Sedangkan cara siram

membutuhkan tenaga lebih banyak dan waktu lebih lama. Namun di daerah

tertentu kedua cara tersebut juga dilakukan bersamaan .

Penyulaman

Dilakukan dengan cara mengganti tanaman bawang merah yang tumbuh

abnormal atau mati dengan tanaman yang baru.

Pengendalian Gulma

Gulma merupakan tumbuhan pengganggu yang menyebabkan tanaman

utama terganggu pertumbuhannya. Untuk tanaman bawang merah yang umbinya

1
terbentuk di dalam tanah maka kehadiran guilma sangat mengganggu karena

pembersihan gulma harus hati-hati dan ditakutkan mengenai dan mengganggu

umbinya. Pembersihan gulma dilakukan dengan cara menyiang dengan intensif

sesuai dengan kondisi gulma yang ada dengan cara mencabut gulma sampai

terangkat akar-akarnya serta menggunakan herbisida pra tumbuh dengan dosis

sesuai anjuran.

Cara membersihkan dan mencabut gulma harus hati-hati supaya tidak

mengganggu tanaman bawang merah apalagi bila sudah berumbi. Pembersihan

biasanya menggunakan alat seperti sosrok bambu kecil sehingga gulma dapat

terangkat sampai ke akarnya. Bila tanaman sudah membentuk umbi yang agak

besar maka sebaiknya pengendalian gulma dihentikan.

3.1.5. Pemupukan

Pemupukan pada bawang merah sangat dibutuhkan untuk mendukung

pertumbuhan tanaman dan produksi umbi yang lebih baik. Namun pemupukan

tidak perlu diberikan secara berlebihan karena pupuk malahan akan terbuang

dengan percuma. Seperti misalnya setelah tanaman membentuk umbi, maka

sebaiknya pemupukan dihentikan. Terkadang ada petani yang tetap memberikan

pupuk walaupun tanaman telah berumur diatas 4- hari, dan ini hanya membuang

pupuk dengan sia-sia.

Dosis pupuk sebenarnya bukan merupakan patokan yang harus ditepati,

karena memupuk suatu tanaman akan berbeda pada setiap kondisi kesuburan

tanah yang berbeda. Namun dosis pupuk yang dapat dianjurkan pada jenis tanah

aluvial, seperti daerah Banyuanyar, Probolinggo maupun Sidokare-Rejoso,

1
Nganjuk seperti berikut. Pupuk dasar menggunakan 10 t/ha pupuk kandang dan

SP 36 200 kg/ha yang diberikan 7 hari sebelum tanam. Sedangkan pemupukan

berikutnya menggunakan pupuk urea 200 kg/ha, ZA 450 kg/ha dan KCl 200 kg/ha

yang diberikan separo-separo pada saat tanaman berumur 15 hari dan 30 hari

setelah tanam. Cara pemupukan dengan menggaru larikan dan meletakkan pada

larikan tersebut, kemudian ditutup dengan tanah. seperti pada Gambar 3.

Gambar 1. Penggaruan Larikan Tanaman Bawang Merah

Gambar 1. Pemupukan Tanaman Bawang Merah

1
Pemberian pupuk pelengkap yang banyak beredar di pasar sebenarnya

kurang bermanfaat bagi peningkatan pertumbuhan dan produksi bawang

merah. Namun pupuk pelengkap tersebut hanya sebagai tambahan nutrisi

pelengkap karena pada umumnya mengandung unsur mikro. Untuk tanaman

bawang merah, unsur mikro kurang diperlukan karena tanaman bawang merah

berumur pendek yaitu sekitar 60-70 hari. Sedangkan unsur mikro proses

pelarutannya dan penyerapannya ke dalam tanaman lama sehingga lebih sesuai

bagi tanaman sayuran yang berumur panjang seperti cabai atau tomat.

3.1.6. Pengendaliah Hama dan Penyakit

Hama penyakit yang sering menyerang tanaman bawang merah antara lain

ulat grayak (Spodoptera litura), trips, ulat bawang, bercak ungu (Alternaria porli),

busuk umbi fusarium dan busuk putih sclerotum, busuk daun Stemphylium dan

virus.

1. Ulat bawang (Spodoptera exigua atau S. Litura)

Hama ulat bawang (Spodoptera spp). Serangan hama ini ditandai dengan

bercak putih transparan pada daun. Telur diletakkan pada pangkal dan ujung daun

bawang merah secara berkelompok, maksimal 80 butir. Telur dilapisi benang-

benang putih seperti kapas. Kelompok telur yang ditemukan pada rumpun

tanaman hendaknya diambil dan dimusnahkan. Biasanya pada bawang lebih

sering terserang ulat grayak jenis Spodoptera exigua dengan ciri terdapat garis

hitam di perut/kalung hitam di leher.

1
Pengendalian yang dapat dilakukan adalah dengan mengumpulkan telur dan ulat

lalu dimusnahkan. Memasang perangkap ngengat (feromonoid seks) ulat bawang

40 buah/ha. Jika intensitas kerusakan daun lebih besar atau sama dengan 5 % per

rumpun atau telah ditemukan 1 paket telur/10 tanaman, dilakukan penyemprotan

dengan insektisida efektif, misalnya Hostathion 40 EC, Cascade 50 EC, Atabron

50 EC atau Florbac.

2. Ulat tanah

Ulat ini berwarna coklat-hitam. Pada bagian pucuk /titik tumbuhnya dan

tangkai kelihatan rebah karena dipotong pangkalnya. Kumpulan ulat pada

senja/malam hari. Jaga kebersihan dari sisa-sisa tanaman atau rerumputan yang

jadi sarangnya.

3. Trip (Thrips sp.)

Gejala serangan hama thrip ditandai dengan adanya bercak putih beralur pada

daun. Penanganannya dengan penyemprotan insektisida efektif, misalnya Mesurol

50 WP atau Pegasus 500 EC.

4. Penyakit Layu Pusarium

Penyakit ini lah yang sangat harus di waspadai, penyakit ini dia sering di dapat

kan ketika tanaman baru – baru tumbuh, dan penyakit ini yang kita dapat kan

kemarin. Gejala serangan penyakit ini ditandai dengan menguningnya daun

bawang, selanjutnya tanaman layu dengan cepat (Jawa : ngoler). Tanaman yang

terserang dicabut lalu dibuang atau dibakar di tempat yang jauh Preventif

kendalikan dengan GLIO atau sering di sebut juga dengan fungisida.

1
5. Penyakit Otomatis Atau Antraknose

Gejalanya bercak putih pada daun, selanjutnya terbentuk lekukan pada bercak

tersebut yang menyebabkan daun patah atau terkulai. Untuk mengatasinya,

semprot dengan fungisida Daconil 70 WP atau Antracol 70 WP.

6. Penyakit Trotol

Ditandai dengan bercak putih pada daun dengan titik pusat berwarna ungu.

Gunakan fungisida efektif, antara lain Antracol 70 WP, Daconil 70 WP, dll untuk

membasminya.

7. Bercak ungu (Alternaria porii (ELL) Cif

Mengakibatkan daun bawang kering dan mati, umbi berbentuk tidak sempurna

(kecil - kecil) dengan gejala serangan bercak kecil, cekung, warna putih hingga

kelabu pada daun, jika membesar bercak seperti membentuk cincin.

Pengendaliannya dilakukan dengan menyemprotkan air bersih pada tanaman

sehabis turun hujan, aplikasi fungisida berbahan aktif

tembaga hidroksida dan Iprodion (kimia), aplikasi agensia hayati

berupa Gliocladium dan Trichoderma.

8. Bercak daun (Cercospora duddiae)

Mengakibatkan klorosis pada daun, gejala serangannya terdapat bercak pada

daun berbentuk bulat, berwarna kuning terdapat pada ujung daun. Cara

pengendaliannya dengan aplikasi fungisida berbahan aktif

tembaga hidroksida dan iprodiom.

2
9. Busuk daun (Peronospora destructor)

Akibat serangan daun menjadi kering dan mati dengan gejala serangan saat

tanaman mulai membentuk umbi pada cuaca yang cukup lembab muncul bercak

hijau pucat dan selanjutnya berubah menjadi kapang. Pengendaliannya semprot

dengan air bersih sehabis hujan atau pada pagi hari sebelum matahari terbit.

Aplikasi fungisida berbahan aktif metalaksil dan tebu konazold, aplikasi agensia

hayati berupa Gliocladium dan Trichoderma.

10. Rebah bibit (Phytium debaryanum Hesse)

Akibat serangan tanaman yang baru tumbuh akan busuk dan mati, gejala

serangannya yaitu bibit di persemaian busuk, rebah dan selanjutnya akan

mati dengan menjaga kelembaban disekitar persemaian agar tidak terlalu

tinggi, aplikasi bakterisida, aplikasi agensia hayati

berupa Gliocladium dan Trichoderma.

3.1.7. Panen dan pasca panen

Panen dilakukan saat tanaman berumur 70-80 hari setelah tanam. Bawang

merah yang siap panen ditandai dengan daun sudah mulai rebah dan umbi

tersembul ke permukaan tanah. Cara memanen adalah dengan mencabut

tanaman,bersihkan dari kotoran dan tanah, bawang merah diikat selanjutnya

dijemur dibawah terik matahari langsung atau diletakkan diatas para-para. Panen

dilakukan waktu udara cerah. Pada waktu panen, bawang merah diikat dalam

ikatan-ikatan kecil (1-1,5 kg/ikat)

2
Pada penjemuran tahap kedua dilakukan pembersihan umbi bawang dari

tanah dan kotoran Bila sudah cukup kering (kadar air kurang lebih 85%), umbi

bawang merah siap dipasarkan atau disimpan di gudang. Umbi bawang merah

dapat bertahan 1-2 tahun apabila penanganan pasca panen dan penyimpanannya

dilakukan dengan baik. Salah satu cara penyimpanan yang baik adalah dengan

menggantung di tempat yang kering atau meletakkan diatas para-para. Untuk

mengetahui kesiapan umbi kering askip yaitu menyimpan sedikit contoh dalam

kantong plastik putih selama 24 jam, bila sudah tidak ada titik air dalam kantong,

berarti sudah mencapai kering askip. Penyimpanan bawang merah dapat

dilakukan di atas perapian , menggunakan para-para bambu dan di bawahnya

diberi pengasapan. Penyimpanan di ruang berventilasi sangat baik karena

mempunyai sirkulasi udara yang baik dan dapat mencegah serangan hama dan

penyakit seperti rumah sere dan gudang berpembangkit vorteks (mengubah aliran

udara jenuh dalam gudang, dengan menghembus ke atas keluar gudang dan

digantikan udara luar yang lebih bersih oleh adanya vorteks). Sortasi dilakukan

untuk memisahkan umbi yang sehat , utuh dan menarik dengan umbi yang telah

rusak. Sortasi dapat meningkatkan nilai jual dan mencegah penularan penyakit.

Grading dilakukan untuk menentukan tingkat mutu produk, sehingga harga dapat

ditentukan sesuai mutunya. Grading dilakukan dalam beberapa kelas yaitu kelas I

diameter > 2,5 cm, kelas II =1,5-2,5 cm , kelas III < 1,5 cm.

2
BAB IV

PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Bawang merah merupakan komoditas sayuran yang sudah sejak lama di

usahakan oleh petani secara intensif. Komoditas pertanian ini merupakan sumber

pendapatan dan kesempatan kerja yang memberikan kontribusi cukup

tinggi terhadap perkembangan ekonomi suatu wilayah. Karena memiliki nilai

ekonomi yang cukup tinggi maka pengusahaan budidaya bawang merah telah

menyebar hampir di setiap provinsi di Indonesia. Meskipun minat petani di

terhadap bawang merah cukup kuat, namun dalam proses pengusahaannya masih

ditemui berbagai kendala. Baik yang bersifat teknis maupun ekonomis

Bawang merah adalah tanaman semusim dan memiliki umbi yang berlapis.

Tanaman mempunyai akar serabut, dengan daun berbentuk silinder berongga.

Umbi terbentuk dari pangkal daun yang bersatu dan membentuk batang yang

berubah bentuk dan fungsi, membesar dan membentuk umbi berlapis. Umbi

bawang merah terbentuk dari lapisan-lapisan daun yang membesar dan bersatu.

Umbi bawang merah bukan merupakan umbi sejati seperti kentang atau talas.

2
4.2. Saran

1. Sebaiknya dalam penanganan pascapanen bawang di UPT.Pengembangan

Agribisnis Tanaman Pangan Dan Hortikultura” yang berada di kebun

Dau perlu di tambah sehingga dapat menghasilkan keuntungan yang lebih

banyak

2. Perlu adanya penambahan buku / literatur tentang pertanian, terutama tentang

tehnik-tehnik budidaya.

3. Perlu adanya penambahan waktu PKL

4. Perlu peningkatan pengawasan pembimbing

2
DAFTAR PUSTAKA

Dinas Pertanian Provinsi Jawa Timur, 2015. Standart Operating


Procedure (SOP) Bawang Merah. Lamongan.

Hadiyanto, Ir.Iskandar. 1995. Bertanam Bawang Merah. Jakarta : PT Balai


Pustaka, (Cetakan Pertama 1995)

Mosher, A.T 1981.Menggerakan Dan Membangun Pertanian.Yasaguna


Jakarta Chrima.

Rasahan C.A. Nasrum H., Ngentem M.S., Rudi W., Syafruddin M.,
Subagyono D.,H.S,Alimoseo, Sufrianata, Herman. 2012. Unsur-Unsur
Manajemen Usaha Tani Bawang Merah. Cipta Karya . Jakarta

Rukmana. Rahmat. 1994. Budidaya Bawang Merah. Penerbit Kansius.


Yogyakarta.

Setiadi, Parimin. 2012. Bertanam Melon edisi Revisi. Penebar Swadaya, Jakarta.

2
2

Anda mungkin juga menyukai