Anda di halaman 1dari 31

USULAN PENELITIAN SKRIPSI

PENGARUH PADAT PENEBARAN YANG BERBEDA TERHADAP


KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN BENIH IKAN
GURAMI (Opshronemus gouramiy)

BAGUS FATHURRAHMAN WAHID


1710712210006

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET DAN TEKNOLOGI


UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN
BANJARBARU
2021
USULAN PENELITIAN SKRIPSI
PENGARUH PADAT PENEBARAN YANG BERBEDA TERHADAP
KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN BENIH IKAN
GURAMI (Opshronemus gouramiy)

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Melaksanakan Penelitian


Pada Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Lambung Mangkurat

Oleh :

BAGUS FATHURRAHMAN WAHID


1710712210006

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET DAN TEKNOLOGI


UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN
BANJARBARU
2021
LEMBAR PENGESAHAN

JUDUL : PENGARUH PADAT PENEBARAN YANG


BERBEDA TERHADAP KELANGSUNGAN
HIDUP DAN PERTUMBUHAN BENIH IKAN
GURAMI (Opshronemus gouramiy)
NAMA : BAGUS FATHURRAHMAN WAHID
NIM : 1710712210006
FAKULTAS : PERIKANAN DAN KELAUTAN
PROGRAM STUDI : AKUAKULTUR
TANGGAL UJIAN :
KOMPREHENSIF :

PERSETUJUAN,

PEMBIMBING 1

OLGA, S.Pi, M.Si.


NIP. 19700710 199603 2 001
PEMBIMBING 2

Ir. H. AKHMAD MURJANI,M.S.


NIP. 19631031 199003 1 001

MENGETAHUI,

DEKAN KOORDINATOR PROGRAM STUDI


AKUAKULTUR

Dr. Ir. Hj. AGUSTIANA, M.P. Dr. Ir. H. UNTUNG BIJAKSANA


NIP. 19630808 198903 2 002 NIP. 19640517 199303 1 001
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan karunia-Nya penulis
dapat menyelesaikan usulan penelitian yang berjudul Pengaruh Padat
Penebaran Yang Berbeda Terhadap Kelangsungan Hidup Dan Pertumbuhan
Benih Ikan Gurami (Opshronemus gouramiy) Penulis mengucapkan
terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Olga, S.Pi, M.Si. sebagai ketua
pembimbing dan Bapak Ir. H. Akhmad Murjani,M.S sebagai anggota
pembimbing atas bimbingan serta saran yang diberikan selama penulisan usulan
penelitian.
Penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu baik secara langsung maupun secara tidak langsung dalam penulisan
usulan penelitian. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan masih jauh dari
sempurna, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi kesempurnaan usulan penelitian. Semoga usulan penelitian
dapat bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya.

Banjarbaru, Oktober 2021

Penulis

v
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR................................................................................ iv
DAFTAR ISI............................................................................................... v
DAFTAR TABEL...................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR.................................................................................. vii
BAB 1. PENDAHULUAN........................................................................ 1
1.1. Latar Belakang............................................................................. 1
1.2. Perumusan Masalah..................................................................... 2
1.3. Tujuan Penelitian......................................................................... 2
1.4. Kegunaan Penelitian.................................................................... 2
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA................................................................ 3
2.1. Ikan Gurami (Osphronemus gouramy)........................................ 3
2.1.1. Klasifikasi Ikan Gurami....................................................... 3
2.1.2. Morfologi Ikan Gurami........................................................ 4
2.1.3. Alat Pernafasan Ikan Gurami............................................... 4
2.1.4. Alat Pencernaan Ikan Gurami.............................................. 4
2.1.5. Habitat Ikan Gurami............................................................. 5
2.2. Padat Tebar................................................................................ 5
2.3. Kelangsungan Hidup................................................................. 7
2.4. Pertumbuhan............................................................................. 7
2.5. Kualitas Air............................................................................... 8
2.5.1. Suhu................................................................................... 8
2.5.2. pH....................................................................................... 9
2.5.3. DO...................................................................................... 9
2.5.4. Amoniak............................................................................. 9
BAB 3. METODE PENELITIAN............................................................. 11
3.1. Waktu dan Tempat ..................................................................... 11
3.2. Alat dan Bahan ........................................................................... 11
3.3. Cara Pelaksanaan Penelitian ....................................................... 12
3.4. Perlakuan, Ulangan dan Rancangan Penelitian........................... 12

vi
3.5. Parameter..................................................................................... 13
3.5.1. Kelangsungan Hidup ......................................................... 13
3.5.2. Pertumbuhan Berat Mutlak ............................................... 13
3.5.3. Pertumbuhan Panjang Mutlak ........................................... 13
3.5.4. Parameter Kualitas Air....................................................... 14
3.6...................................................................................................... Analisis
Data.............................................................................................. 14
DAFTAR PUSTAKA...................................................................... 16

vii
DAFTAR TABEL

Nomor
Halaman
3.1. Alat dan Bahan yang Digunakan dalam Penelitian ....................... 11

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman
3.1. Lokasi Laboratorium Basah............................................................ 11
3.2. Rencana Penelitian.......................................................................... 12

viii
ix
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Ikan gurami (Osphronemus gouramy) merupakan ikan asli perairan


Indonesia yang sudah menyebar ke seluruh perairan Asia Tenggara dan Cina.
Gurami termasuk salah satu dari 12 komoditas untuk pemenuhan gizi
masyarakat, untuk meningkatkan produksi dan pendapatan masyarakat, ikan
gurami banyak dikembangkan oleh para pembudidaya, hal ini dikarenakan
permintaan pasar yang cukup tinggi dan pemeliharaannya yang relatif mudah
dan mempunyai nilai ekonomis tinggi (Ricky, 2008). Rendahnya produksi
pembesaran gurami akibat ketersediaan benih yang masih belum mencukupi.
Oleh karena itu, perlu suatu dukungan terhadap ketersediaan benih sehingga
produktivitas pembesaran gurami dapat ditingkatkan.salah satu solusi untuk
meningkatkan suplai benih ikan gurami adalah dengan cara pemeliharaan
secara intensif melalui peningkatan padat penebaran.
Padat penebaran sangat menentukan hasil yang dicapai. Produksi yang
tinggi akan dicapai pada kepadatan yang tinggi. Pada keadaan lingkungan yang
baik, peningkatan kepadatan akan disertai dengan peningkatan hasil. Produksi
dipengaruhi oleh laju pertumbuhan dan kelangsungan hidup. Sedangkan padat
tebar yang tinggi akan menyebabkan menurunnya laju pertumbuhan dan tingkat
kelangsungan hidup (Allen, 1974).
Peningkatan kepadatan akan diikuti dengan penurunan pertumbuhan dan
jika telah sampai pada batas tertentu pertumbuhannya akan terhenti. Hal tersebut
dapat dicegah dengan penentuan padat penebaran yang sesuai dengan daya
dukung lingkungan (Setiawan, 2009), sedangkan pertumbuhan terjadi apabila ikan
hidup pada lingkungan yang optimum (suhu, pH dan oksigen) serta kebutuhan
makanan yang tercukupi.
Kelangsungan hidup adalah perbandingan jumlah organisme yang hidup
pada akhir periode dengan jumlah organisme yang hidup pada awal periode
(Effendie, 2004). Tingkat kelangsungan hidup dapat digunakan untuk mengetahui
toleransi dan kemampuan ikan untuk hidup. Dalam usaha budidaya, faktor
kematian yang mempengaruhi kelangsungan hidup larva atau benih. (Silaban,

1
2

2018). Ketepatan dalam penanganan padat tebar benih sangat diperlukan untuk
menunjang kelangsungan hidup ikan, sehingga efektif dapat memberikan
penanganan yang baik untuk pemeliharaan larva menjadi benih.

1.2. Perumusan Masalah

Ikan gurami (Osphronemus gouramy) merupakan komoditas unggulan


ikan air tawar, tetapi hasil produksinya masih belum dapat memenuhi permintaan
pasar. Kegiatan budidaya ikan gurami sampai saat ini belum berjalan dengan baik
dibandingkan dengan jenis ikan lain, hal ini disebabkan pertumbuhan ikan gurami
lebih lambat dan sulitnya menentukan padat tebar yang optimal untuk menentukan
pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan gurami, sehingga dirumuskan masalah
dalam penelitian ini sebagai berikut :
1. Apakah padat tebar berpengaruh terhadap Kelangsungan Hidup dan
Pertumbuhan benih Benih Ikan Gurami (Opshronemus gouramiy) ?
2. Berapakah padat tebar yang terbaik untuk Kelangsungan Hidup dan
Pertumbuhan benih Benih Ikan Gurami (Opshronemus gouramiy) ?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini sebagai berikut :


1. Untuk mengetahui pengaruh padat tebar terhadap Kelangsungan Hidup
dan Pertumbuhan benih Benih Ikan Gurami (Opshronemus gouramiy)
2. Untuk mendapatkan padat tebar yang terbaik pada Kelangsungan Hidup
dan Pertumbuhan benih Benih Ikan Gurami (Opshronemus gouramiy)

1.4. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini berguna untuk memberikan informasi mengenai padat tebar


yang optimal untuk menunjang pertumbuhan, kelangsungan hidup benih ikan
Gurami.
3
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Ikan Gurami (Osphronemus gouramy)

Ikan gurami (Osphronemus gouramy) merupakan jenis ikan air tawar


yang bersisik dan biasanya dibudidayakan di tebat (empang), memiliki ciri badan
yang lebar pipih panjang dagingya padat, durinya besar-besar, rasanya enak dan
gurih. Ada beberapa jenis ikan gurami yang umum dipelihara oleh pembudidaya
ikan di Indonesia, antara lain yaitu: gurami soang (angsa), gurami bastar
dan gurami padang. Jenis-jenis tersebut dibedakan berdasarkan ciri-ciri yang
dimiliki masing-
masing jenis, baik dari warna, ukuran tubuh, tingkat pertumbuhan, maupun
jumlah telur yang dihasilkan (Sitanggang & Sarwono, 2002).
Penduduk di Jawa menyebut dengan nama gurami, gurami, guramih,
grameh dan brami. Di Sumatra dan Kalimantan akrab dengan sebutan kalui, kalua,
kalwe, kali dan sialui. Dalam daftar klasifikasi (pengelompokan biologi),
gurami termasuk dalam bangsa Labirinthici dan suku Anabantidae (Sitanggang &
Sarwono, 2002). Gurami termasuk dalam filum chordata karena merupakan
hewan bertulang belakang. Kelas pisces karena bernafas dengan insang. Ordo
Labyrinthici karena memiliki alat pernafasan tambahan yaitu labirin.

2.1.1. Klasifikasi Ikan Gurami

Klasifikasi Ikan Gurami (Oshpronemus gouramy) menurut Saanin (1984)


sebagai berikut :
Filum : Chordata
Kelas : Pisces
Ordo : Perciformes
Familia : Ospluronnemidae
Genus : Oshpronemus
Spesies : Oshpronemus gouramy

3
4
4

2.1.2. Morfologi Ikan Gurami

Secara morfologi, ikan ini memiliki garis lateral tunggal, lengkap dan
tidak
terputus, bersisik stenoid serta memiliki gigi pada rahang bawah. Sirip ekor
membulat. Jari-jari lemah pertama sirip perut merupakan benang panjang
yang
berfungsi sebagai alat peraba. Tinggi badan 2,0 s/d 2,1 kali dari panjang standar.
Pada ikan muda terdapat garis-garis tegak berwarna hitam berjumlah 8 sampai 10
buah dan pada daerah pangkal ekor terdapat titik hitam bulat (Balai Budidaya Air
Tawar Sukabumi, 2002).
Penampilan gurami dewasa berbeda dengan yang masih muda. Perbedaan
itu dapat diamati berdasarkan ukuran tubuh, warna, bentuk kepala dan dahi.
Warna dan perilaku gurami muda jauh lebih menarik dibandingkan gurami
dewasa (Sitanggang dan Sarwono, 2001). Sedangkan pada ikan muda terdapat
delapan buah garis tegak. Bintik gelap dengan pinggiran berwarna kuning
atau keperakan terdapat pada bagian tubuh diatas sirip dubur dan pada dasar
sirip dada terdapat bintik hitam (Susanto, 2001).

2.1.3. Alat Pernafasan Ikan Gurami


Ikan gurami memiliki alat pernafasan berupa labirin. Labirin merupakan
alat pernafasan tambahan pada ikan berupa lipatan-lipatan epithelium
pernafasan. Alat tambahan tersebut, adalah turunan dari lembar insang pertama.
Labirin terletak pada suatu rongga di belakang atau di atas insang. Adanya alat
tambahan tersebut, ikan mampu hidup di perairan yang miskin oksigen
terlarut, asalkan permukaan perairan terdapat udara bebas. Labirin memiliki
pembuluh darah kapiler yang mampu mengambil oksigen langsung dari udara.
Udara yang diambilkan ditampung dirongga labirin saat akan muncul di
permukaan air. Labirin ikan gurami yang tidak memiliki kesempatan
mengambil oksigen langsung dari udara bebas dikarenakan air tertutup oleh
tanaman atau material lain maka, ikan akan mati (Sitanggang & Sarwono, 2002).

2.1.4. Pencernaan Ikan Gurami


5

Saluran pencernaan ikan terdiri dari segmen mulut, faring, esophagus,


lambung, pilorik, usus, rektum dan anus. Usus sebagai salah satu segmen saluran
pencernaan ikan yang berfungsi sebagai tempat terjadinya pencernaan dan
penyerapan zat makanan (Affandi, 1993). Ikan gurami adalah salah satu jenis
ikan pemakan tumbuh-tumbuhan air yang mempunyai usus pendek
dibandingkan ikan jenis herbivora lainnya. Ikan gurami memiliki panjang
total tubuhnya antara 3,8-5,0 cm mempunyai rasio panjang usus terhadap
panjang total tubuh sebesar 1,11-1,64 cm sedangkan yang berukuran panjang
total 13.5-15 cm mempunyai panjang usus terhadap panjang total tubuh
sebesar 1,31-2,31 cm (Affandi, 1993).

2.1.5. Habitat Ikan Gurami

Habitat ikan gurami secara umum mencapai panjang total sekitar 15 cm


pada umur satu tahun, 25 cm, pada umur dua tahun dan 30 cm pada umur
tiga tahun. (Jangkaru, 2004). Pertumbuhan ikan akan berlangsung cepat pada
umur 3-5 tahun. Pertumbuhan awal ikan gurami mengalami perlambatan selama
pematangan kelamin pertama kali. Sebagian besar energi dan zat hara
dipergunakan untuk perkembangan kelamin. Selama membuat sarang dan
menjaga anaknya pertumbuhan gurami mengalami hambatan karena pada
masa tersebut gurami umumnya makan sedikit bahkan tidak makan sama sekali
(Jangkaru, 2004).

2.2. Padat Tebar

Padat penebaran ikan adalah jumlah ikan atau biomassa yang ditebar
persatuan luas atau volume wadah pemeliharaan (Effendi, 2004). Tingkat padat
penebaran ikan akan mempengaruhi keagresifan ikan. Ikan yang dipelihara dalam
kepadatan yang rendah akan lebih agresif, sedang ikan yang dipelihara dalam
kepadatan yang tinggi akan lambat pertumbuhannya karena tingginya tingkat
kompetisi dan banyaknya sisa-sisa metabolisme yang terakumulasi dalam media
pemeliharaan.
Kepadatan ikan yang terlalu tinggi dapat menurunkan ketersediaan pakan
6

dan oksigen untuk setiap individu, sedangkan akumulasi bahan buangan


metabolik ikan akan semakin tinggi. Padat tebar yang tinggi mengakibatkan
adanya kompetisi ruang, oksigen dan makanan sehingga terjadi variasi ukuran,
pertumbuhan ikan melambat karena ikan kekurangan pakan dan tingkat
kelangsungan hidup rendah. Peningkatan kepadatan ikan tanpa disertai dengan
peningkatan jumlah pakan yang diberikan dan kualitas air yang terkontrol akan
menyebabkan penurunan pertumbuhan ikan. Oleh karena itu, peningkatan hasil
melalui peningkatan kepadatan hanya dapat dilakukan dengan pengelolaan pakan
dan lingkungan (Dewi, 2008).
Padat penebaran yang sangat tinggi bahkan melebihi batas toleransi dapat
berpengaruh buruk terhadap kesehatan dan fisiologi ikan. Oleh karena itu, agar hal
tersebut tidak terjadi maka peningkatan padat penebaran terutama pada budidaya
intensif, harus diimbangi dengan pemberian pakan berkualitas dengan kuantitas
yang cukup dan fisika-kimia air yang terkontrol (Wedemeyer, 1996).
Proses padat penebaran dipengaruhi oleh beberapa hal seperti jumlah
padat penebaran 100 ekor/m2 dapat digunakan untuk menghasilkan pertumbuhan
yang optimal. Menurunnya sintasan akibat peningkatan padat penebaran dapat
disebabkan karena ikan makin berdesakan sehingga mengurangi distribusi pakan
dan pencemaran. Berat ikan dan kualitas air mempengaruhi proses padat tebar
pada ikan nila serta jumlah benih yang terdapat dalam suatu wadah juga
mempengaruhi padat tebar (Yuliati et al, 2013).
Peningkatan kepadatan akan diikuti dengan penurunan pertumbuhan
(critical standing crop) sehingga pada kepadatan tertentu pertumbuhan akan
terhenti karena telah mencapai titik carrying capacity (daya dukung lingkungan).
Untuk memperoleh hasil yang optimal, peningkatan kepadatan harus juga diikuti
dengan peningkatan carrying capacity. Salah satu cara meningkatkan carrying
capacity yaitu dengan pengelolaan lingkungan budidaya melalui sistem resirkulasi
(Marpaung et al, 2013).
Peningkatan kepadatan akan diikuti dengan penurunan pertumbuhan dan
jika telah sampai pada batas tertentu pertumbuhannya akan terhenti. Hal tersebut
dapat dicegah dengan penentuan padat penebaran yang sesuai dengan daya
dukung lingkungan (Setiawan, 2009). Sedangkan pertumbuhan terjadi apabila
7

ikan hidup pada lingkungan yang optimum (suhu, pH dan oksigen) serta
kebutuhan makanan yang mencukupi. Kelangsungan hidup Ikan. Kelangsungan
hidup adalah perbandingan jumlah organisme yang hidup pada akhir periode
dengan jumlah organisme yang hidup pada awal periode (Effendie, 2004).

2.3. Kelangsungan hidup

Tingkat kelangsungan hidup dapat digunakan untuk mengetahui toleransi


dan kemampuan ikan untuk hidup. Dalam usaha budidaya, faktor kematian yang
mempengaruhi kelangsungan hidup larva atau benih. Mortalitas ikan disebabkan
oleh beberapa faktor yaitu faktor dalam dan faktor luar. Faktor dalam tubuh ikan
yang mempengaruhi mortalitas adalah perbedaan umur dan kemampuan untuk
menyesuaikan diri dengan lingkungan. Faktor luar meliputi kondisi abiotik,
kompetisi antar spesies, meningkatnya predator, parasit, kurang makanan,
penanganan, penangkapan dan penambahan jumlah populasi ikan dalam ruang
gerak yang sama. Kematian ikan dapat disebabkan oleh beberapa faktor antara
lain adalah oleh kondisi abiotik, ketuaan, predator, parasit, penangkapan dan
kekurangan makanan (Tarigan, 2014).
Tingkat kelangsungan hidup ikan adalah nilai persentase jumlah yang
hidup selama masa pemeliharaan tertentu. Padat penebaran ikan yang tinggi dapat
mempengaruhi lingkungan budidaya dan interaksi ikan. Peningkatan padat
penebaran akan menggangu proses fisiologi dan tingkah laku ikan yang pada
akhirnya dapat menurunkan kondisi kesehatan. Akibat lanjut dari proses tersebut
adalah penurunan pemanfaatan makanan, pertumbuhan dan kelangsungan hidup.
Menurut Maloho, dkk (2016) tingkat kelangsungan hidup (Natalitas atau SR)
merupakan nilai dari persentasi jumlah ikan yang hidup selama periode pemeliharaan.
Kelangsungan hidupikan sangat di tentukan olaeh kualiats air, kadaan kualitas air media
percobaan penelitian menunjuka kisaran-kisaran yang memungkinkan ikan Gurami untuk
hidup dan tumbuh dengan baik. Menurut Syahrizal, dkk (2015) penelitian ujian coba
tingkat kelangsungan hidupbenih ikan gurami percobaan dalam pemeliharaan 30 hari
diperoleh kisaran 80,66 – 98,00%, dan kualitas air dengan rata-rata suhu air 28˚C dan pH
6,5. Kisaran kelangsungan hidupini dapat dikatagorikan subah baik, karena hasil analisis
statistik perlakuan tidak berbeda nyata antara yang tingkat hidup tinggi dengan perlakuan
yang rendah.
8

2.4. Pertumbuhan

Pertumbuhan diartikan sebagai bertambahnya panjang dan volume


suatu hewan hidup dalam suatu waktu (Effendi, 1997). Pertumbuhan merupakan
perubahan ukuran baik panjang, berat, atau volume
dalam jangka waktu tertentu. Pertumbuhan ini secara fisik dapat dilihat
dengan
adanya perubahan jumlah atau ukuran sel penyusun jaringan tubuh pada
periode waktu tertentu. Secara energetik, pertumbuhan dapat dilihat dengan
adanya
perubahan kandungan total energi tubuh dan periode waktu tertentu. Pertumbuhan
terjadi apabila ada kelebihan energi bebas setelah energi yang tersedia pada pakan
untuk metabolisme standar, proses pencernaan dan aktivitas (Fujaya, 2004).
Pertumbuhan juga dapat didefinisikan sebagai proses kenaikan
ukuran
yang irreversibel karena adanya tambahan substansi, termasuk perubahan
bentuk yang terjadi bersamaan proses tersebut dan tidak akan kembali.
Pertumbuhan seekor ikan dapat diukur dari bertambahnya panjang tubuh dan
kenaikan berat tubuh (Fatmawati, 2002). Pertumbuhan ikan dapat terjadi jika ada
materi untuk membangun suatu struktur atau organ.Protein, karbohidrat, dan
lemak diperlukan oleh tubuh ikan sebagai materi dan energi untuk pertumbuhan
dan diperoleh dari pakan yang dikonsumsi. Selanjutnya, agar dapat
dimanfaatkan oleh tubuh untuk pertumbuhan, pakan yang dikonsumsi ikan akan
mengalami proses metabolisme (Handayani, 2001).

2.5. Kualitas Air

Kualitas air memegang peranan penting dalam meningkatkan produksi


budidaya ikan. Ikan gurami merupakan salah satu ikan yang dibudidayakan secara
luas di banyak negara termasuk Indonesia. Budidaya ikan gurami dilakukan secara
intensif yang dicirikan dengan padat tebar tinggi dan pemberian pakan berprotein
tinggi. Kontrol kualitas air yang baik menjadi kunci keberhasilan budidaya secara
intensif. Berbagai proses metabolisme yang terjadi di dalam tubuh ikan yang
9

berperan penting dalam produktivitas dan kelangsungan hidup dipengaruhi oleh


berbagai faktor fisik kualitas air (Dauhan & Efendi, 2014).

2.5.1. Suhu

Suhu merupakan ukuran atau derajat panas atau dinginnya suatu benda
atau sistem. Suhu di definisikan sebagai suatu besaran fisika yang dimiliki
bersama antara dua benda atau lebih yang berada dalam kesetimbangan termal
(Putra, 2007). Kisaran suhu optimum bagi pertumbuhan fitoplankton di perairan
adalah 20 – 30°C (Effendi, 2003), sedangkan kisaran suhu optimal bagi kehidupan
ikan di perairan tropis adalah antara 28°C-32°C (Kordi dan Tancung, 2005). Suhu
yang tidak ideal akan menghambat proses respirasi. Berdasrkan Standar Nasional
Indonesia Produksi benih ikan gurami (Osphronemus goramy, Lac) kelas benih
sebar (SNI : 01- 6485.3 – 2000) nilai suhu yang optimum ntuk pemeliharaan ikan
gurami yaitu 25-30°C.

2.5.2. Derajat Keasaman (pH)

Derajat keasaman sangat menentukan kualitas air karena sangat


membantu proses kimiawi air. Titik kematian ikan pada pH asam adalah 4 dan pH
basa adalah 11. Ikan air tawar dapat hidup dengan baik pada pH sedikit asam
berkisar 6,5 – 8, sementara keasaman air untuk perkembangbiakan ikan yang baik
berkisar 6,4 – 7,0 sesuai jenis ikan sedangkan kisaran pH optimal untuk ikan
berkisar 6,5 – 8,5 (Boyd, 2004), pH menurun pada bagian dasar adalah
meningkatnya aktivitas mikroba untuk mengurai bahan organik sehingga O2
menurun dan CO2 meningkat. Meningkatnya CO2 membuat perairan menajadi
asam (Araoye, 2009). pH yang baik untuk pertumbuhan ikan gurami berkisar
antara 6,5-8,5.

2.5.3. Dissolved Oksigen (DO)

Oksigen terlarut merupakan variabel kualitas air yang paling kritis dalam
kegiatan akuakultur. Jumlah oksigen terlarut di air sangat penting bagi organisme
akuatik. Oksigen terlarut mempengaruhi pertumbuhan, kelangsungan hidup,
distribusi, tingkah laku dan fisiologi organisme akuatik. Ditribusi oksigen secara
kuat mempengaruhi kelarutan nutrien anorganik. Keberadaan oksigen digunakan
10

untuk menentukan lingkungan dalam kondisi aerobik atau anaerobic. Kandungan


oksigen terlarut 3-5 ppm

2.5.4. Amoniak

Menurut Sucipto dan Prihartono, (2005) Amoniak merupakan hasil akhir


dari proses metabolisme. Pada sistem budidaya ikan, sisa pakan yang berlebih
merupakan sumber penyebab naiknya kadar amoniak. Amoniak dalam bentuk
tidak terionisasi merupakan racun bagi ikan, walaupun biasanya ikan dapat
menyesuaikan diri dengan kondisi amoniak akan tetapi perubahan mendadak akan
menyebabkan kerusakan jaringan insang. Menurut Andrianto, (2005). Keberadaan
amoniak dalam air dapat menyebabkan berkurangnya daya ikat oksigen oleh
butir-butir darah, hal ini akan menyebabkan nafsu makan ikan menurun. Kadar
amoniak yang baik adalah kurang dari 1 ppm, sedangkan apabila kadar
amoniak lebih dari 1 ppm sehingga hal itu dapat membahayakan bagi ikan
dan organisme budidaya lainnya. pertumbuhan benih gurami masih baik, dimana
kadar amonia dalam air sebesar 0,0-0,12 mg/l.
11
BAB 3. METODE PENELITIAN

3.1. Waktu dan Tempat

Penelitian dilakukan selama 30 hari.di Laboratorium Basah Fakultas


Perikanan dan Kelautan ULM Banjarbaru.

Gambar 3.1 lokasi Laboratorium Basah

3.2. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada
tabel 3.1
Tabel 3.1. alat dan bahan yang digunakan
No Nama Kegunaan
1 Akuarium ukuran 60 x 40 x 40 Tempat pembenihan
2 Aerator Menjaga kestabilan suhu
3 Serok kecil Mempermudah mehitung larva
4 Penggaris Pengukur ketinggian air
5 Gelas Ukur Mempermudah mengukur volume air
6 Thermometer Alat ukur temperatur/ suhu
7 pH meter Alat ukur pH
8 DO meter Alat ukur oksigen terlarut
9 Amoniak detector Alat mengukur amoniak
10 Benih ikan gurami ukuran 1-3 cm Bahan uji
11 Air Media pembenihan

11
12
12

3.3. Cara Pelaksanaan Penelitian

Pelaksanaan penelitian dimulai dengan persiapan wadah Akuarium dan


benih ikan yang di uji dalam padat penebaran dilanjutkan dengan perbedaan padat
penerbaran pada Akuarium yang berbeda dan pengelolaan kaulitas air dan terakhir
dilakukan sampling

Persiapan Alat dan Bahan

Larva

Padat Tebar

Pemeliharaan larva sampai


menjadi benih

Kelangsungan hidup

Pertumbuhan

Kualitasa Air

Analisis Data
Gambar 3.2. Rencana Penelitian

3.4. Perlakuan, Ulangan dan Rancangan Penelitian

Penelitian dilakukan menggunakan rancangan acak lengkap (RAL)


dengan 3 (tiga) perlakuan dan masing‐masing perlakuan menggunakan 3 (tiga)
ulangan. Tiap perlakuan menggunakan padat penebaran yang berbeda,
A : Padat penebaran 1 ekor/liter
B : Padat penebaran 2 ekor/liter
C : Padat penebaran 3 ekor/liter
13

3.5. Parameter

3.5.1. Kelangsungan Hidup

Menurut Effendie (2002), rumus perhitungan kelangsungan hidup ikan sebagai


berikut :
SR = Nt/No x 100%
Keterangan :
SR = Kelangsungan hidup ikan selama penelitian (%)
Nt = Jumlah ikan di akhir pemeliharaan (ekor)
No = Jumlah ikan di awal pemeliharaan (ekor

3.5.2. Pertumbuhan Berat Mutlak

Pertumbuhan berat individu yang didefinisikan sebagai persentase dari


pertumbuhan berat pada setiap interval waktu tertentu yang dirumuskan oleh
Effendie (2002), yaitu :

Keterangan :
P = Pertumbuhan mutlak (g)
Wt = Berat akhir (g)
Wo = Berat awal (g)

3.5.3. Pertumbuhan Panjang Mutlak

Pertumbuhan Panjang Mutlak Pertumbuhan panjang mutlak adalah


selisih panjang total tubuh ikan pada akhir pemeliharaan dan awal pemeliharaan.
Rumus pertumbuhan panjang mutlak sebagai berikut.
Pm = Pt - Po
Keterangan:
Pm = pertumbuhan panjang mutlak (cm)
Pt = panjang rata-rata akhir (cm)
Po = panjang rata-rata ikan awal (cm)
14

3.5.4. Parameter Kualitas Air

Kualitas air yang diukur adalah parameter fisika dan kimia air antara lain
yaitu suhu, pH, oksigen terlarut dan amonia. Pengukuran fisika dan kimia air yang
meliputi suhu, pH, oksigen terlarut dan amonia dilakukan pada awal penetasan
telur ikan gurami dan sampai menjadi larva. Alat ukur suhu adalah thermometer,
alat ukur untuk pH adalah pH meter, alat ukur oksigen terlarut adalah DO meter
dan untuk ammonia adalah Amoniak detector.
3.6. Analisis Data

Data parameter kualitas air dianalisis secara deskriptif dengan


membandingkan data hasil dengan beberapa literatur yang relevan. Analisis data
dilakukan terhadap pertumbuhan mutlak dan kelangsungan hidup.
Data yang diperoleh dari hasil penelitian selanjutnya diuji kenormalannya dengan
menggunakan Uji Normalitas Liliefors dengan kaidah pengujian sebagai berikut
≤ Lα (n), terima H0 data menyebar normal
Jika Lhitung
{ ≥ Lα (n), terima H1 data tidak menyebar normal
Uji Homogenitas menggunakan prosedur Bartlett dengan pengujian sebagai
berikut :
< X²hitung < (1 – α ) (K – 1), terima H0 (data homogen)
Jika X²hitung
{ > X²hitung > (1 – α ) (K – 1), tolak H0 (data tidak homogen)
Data yang dinyatakan tidak normal atau tidak homogen, maka sebelum dilakukan
analisis lebih lanjut dilakukan transformasi data, setelah asumsi di atas terpenuhi
maka dilakukan analisis sidik ragam dengan kaidah sebagai berikut:
< Ftabel (5%, 1%), terima H0 tolak H1
Jika Fhitung
{ > Ftabel (5%, 1%), terima H1 tolak H0
Hasil pengujian hipotesis yang menolak H0 dan menerima H1, maka
analisis data dilanjutkan dengan uji Beda nilai Tengah. Menurut Hanafiah (1993),
uji Beda nilai Tengah yang dipergunakan tergantung pada koefisien keragaman
(KK) yang diperoleh dengan rumus sebagai berikut :
15

KK = √KTG/Y X 100%
Keterangan :
KK = Koefisien Keragaman
KTG = Kuadrat Tengah Gala

Y = Rerata Grand Total

Menurut Hanafiah (1993), uji Beda nilai Tengah tersebut harus memenuhi
kriteria sebagai berikut:
1. Jika KK besar (minimal 10 %) pada kondisi homogen atau minimal 20 %
pada kondisi heterogen, uji yang sebaiknya dilakukan adalah uji Beda
Jarak Nyata Duncan.
2. Jika KK sedang (antara 5 – 10 % pada kondisi homogen atau 10 – 20 %
pada kondisi heterogen), uji lanjutan yang dilakukan adalah Uji Beda
Nyata Terkecil.
Jika KK kecil (maksimal 5 % pada kondisi homogen atau maksimal 10 %
pada kondisi heterogen), uji yang sebaiknya dipakai adalah uji Beda Nyata Jujur.
16
DAFTAR PUSTAKA

Affandi, R. 1993. Studi Kebiasaan Makanan Ikan Gurami Osphronemus gouramy.


Jurnal Ilmu-Ilmu Perairan Dan Perikanan Indonesia. 1(2) : 56-67.
Allen, S. (1974) Chemical Analysis of Ecological Material. Blackwell Scientific.
Oxford.
Andrianto, T.T. 2005. Pedoman Praktis Budidaya Ikan Nila. Absolut. Yogyakarta.
Araoye Pa. 2009. The Reasonal Variation Of Ph And Dissolve Oxigen (DO)
Concentration In Asa Lake Ilorin, Nigeria. International Jurnal Of
Physical Sciences Vol.4.No.5: 271-274.
Balai Budidaya Ikan Air Tawar Sukabumi. 2002. Informasi Teknik
Perikanan. https://kkp.go.id/bbbatsukabumi. Tanggal 15 Oktober 2018.
Dewi, A. P. 2008. Pengaruh Padat Tebar Terhadap Pertumbuhan dan
Kelangsungan Hidup Ikan Corydoras (Corydoras aeneus).
[Skripsi].Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Effendie, M. I. 2002. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusantara. Yogyakarta.
116 Hlm.
Effendie, M. I. 2004. Metode Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka
Nusantara,Yogyakarta. 163 Hal.
Effendie, M.I. 1997. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusatantara. Bogor.
Ekubo, A. A., & J. F. N. Abowei., 2011. Review Of Some Water Quality
Management Principles In Culture Fisheries. Research Journal Of
Applied Sciences, Engineering Technology, 3(12) : 1342–1357.
Fatmawati. 2002. Makalah Bioetika dalam Pemanfaatan Keanekaragaman Plasma
Nutfah Tumbuhan. Program Pasca Sarjana. IPB.
Fujaya, Y. 2004. Fisiologi Ikan Dasar Pengembangan Teknik Perikanan.
Cetakan pertama. Rineka Putra. Jakarta.
Handayani, Lestari. 2001. Pemanfaatan obat Tradisional dalam Menangani
Masalah Kesehatan. Dalam Majalah Kedokteran Indonesia volume 51.
April. Jakarta. Hal hal 139-144
Kordi, M. G. H.., Dan A. B. Tancung. 2005. Pengelolaan Kualitas Air Dalam
Budidaya Perairan. Publisher Rineka Cipta. Jakarta.
Maloho, Afrinda,. Juliana,. Mulis. 2016. Berian Jenis Pakan Berbeda terhadap
Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Benih Ikan Gurame (Osphronemus
gouramy). Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan. Vol 4, No 1,

16
17

Marpaung, A. H., Syammaun, U dan Indra, L. 2013. Pengaruh Padat Tebar


Terhadap Laju Pertumbuhan Ikan Patin (Pangasius
Pangasius).Universitas Sumatera Utara, Medan.
Putra S, M. Kelana. 2007. ‘Rancangan Bangunan Dan Analisa Perpindahan Panas
Pada Ketel Uap Bertenaga Listrik’. Medan: Usu.
Ricky.B. 2008. Usaha Pemeliharaan Gurami (Osphronemus gouramy Sp). Penebar
Swadaya, Jakarta.
Saanin, H. 1984. Taksonomi Dan Kunci Identifikasi Ikan. Bina Cipta. Jakarta.
Setiawan, B. 2009. Pengaruh Padat Penebaran 1, 2 dan 3 Ekor/L terhadap
Kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan Benih Ikan Manvis
(Pterophyllum scalare). [Skripsi]. Program Studi Teknologi dan
Manajemen Akuakultur. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut
Pertanian Bogor. Bogor.
Setiawan, B. 2009. Pengaruh Padat Penebaran 1, 2 dan 3 Ekor/L terhadap
Kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan Benih Ikan Manvis
(Pterophyllum scalare). [Skripsi]. Program Studi Teknologi dan
Manajemen Akuakultur. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut
Pertanian Bogor. Bogor.
Silaban, A. K. 2018. Pengaruh Pemberian Pakan Alami yang Berbeda terhadap
Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Larva Ikan Nila (Oreochromis
niloticus). [Skripsi]. Universitas Sumatera Utara. Medan.
Sitanggang, M. Dan B., Sarwono. 2002. Budi Daya Gurami. Penebar Swadaya.
Jakarta.
Sucipto, A dan Prihartono (2005). Pembesaran Nila Merah Bangkok.
Penebar Swadaya. Jakarta.
Syahrizal,. Rustam,. Hajar. 2015. Pemeliharaan Ikan Gurami (Osphoronemus gouramy
Lac.) dalam Wadah Akuarium Diberi Pakan Cacing Sutra (Tubifex Sp) pada Strata
Vertikal. Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi. Vol.15 No.4
Tarigan, R. P. 2014. Laju Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Benih Ikan
Botia (Chromobotia macracanthus) dengan Pemberian Pakan Cacing
Sutera (Tubifex sp.) yang Dikultur dengan Beberapa Jenis Pupuk
Kandang. [Skripsi]. Universitas Sumatera Utara. Medan.
Wedemeyer, G. A. 1996. Physiology of Fish in Intensive Aquaculture Systems.
Yuliati, P., Titik, K., Rusmaedi dan Siti, S. 2013. Pengaruh Padat Penebaran
Terhadap Pertumbuhan dan Sintasan Dederan Ikan Nila Gift
(Oreochromis Niloticus) di Kolam. Jurnal Iktiologi Indonesia. Vol 3 (2):
1-4.

Anda mungkin juga menyukai