Anda di halaman 1dari 13

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Akuakultur merupakan salah satu aktivitas penting untuk memenuhi kebutuhan

pangan dari sektor perikanan. Dalam satu dekade terakhir, produksi perikanan dari sektor

akuakultur mengalami peningkatan sedangkan produksi perikanan hasil penangkapan

(captured fishery) cenderung stagnan bahkan mengalami penurunan (Anonim, 2004).

Teknik pemeliharaan secara intensif untuk memacu pertumbuhan ikan terutama

perbaikan manajemen kualitas air, sudah harus diterapkan mulai dari tahap pemijahan,

pemeliharaan larva, pendederan dan pembesaran (Anonim, 1996). Pemeliharaan dalam

tahap pendederan merupakan fase yang penting untuk menghasilkan benih unggul

dibesarkan. Jika benih berukuran 100 g/ekor hasil pendederan dipindahkan ke kolam

pembesaran, maka benih akan memiliki laju pertumbuhan yang cepat (Jangkaru, 1998).

Kualitas air merupakan faktor yang sangat penting dalam pemeliharaan ikan, karena

akan menentukan hasil yang diperoleh. Kondisi kualitas air juga berperan dalam menekan

terjadinya peningkatan perkembangan bakteri patogen dan parasit di dalam media

pemeliharaan. Sebagai tempat hidup ikan, kualitas air sangat dipengaruhi oleh faktor faktor

fisika dan kimia air seperti suhu, oksigen terlarut, pH, amonia, nitrit dan nitrat (Forteath et

al., 1993).

Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk menanggulangi permasalahan di atas

adalah dengan mengaplikasikan sistem filtrasi pada resirkulasi akuakultur (Recirculation

Aquaculture System).
2

1.2. Rumusan Masalah

1. Bagaimana sistem kerja filtrasi pada kolam resirkulasi?

2. Bagaimana cara mengatasi sisa pakan dengan sistem filtrasi dalam kolam

resirkulasi?

3. Apa kelebihan dan kekurangan sistem filtrasi dalam kolam resirkulasi?

1.3. Tujuan

1. Mengetahui sistem kerja filtrasi pada kolam resirkulasi.

2. Mengetahui cara mengatasi sisa pakan dengan sistem filtrasi dalam kolam

resirkulasi.

3. Mengetahui kekurangan dan kelebihan sistem filtrasi dalam kolam resirkulasi


3

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Penggunaan Sistem Filtrasi Dalam Kolam Resirkulasi

Kolam Sistem resirkulasi adalah sistem air yang dipakai terus menerus dengan

memakai sistem filtrasi. Sistem ini memerlukan aliran air yang dapat terkendali serta

pompa untuk mengalirkan air tersebut. Ide utama dari sistem ini adalah terus mendaur

ulang air dengan bantuan sirkulasi pompa. Dengan sistem filtrasi biologis dengan bantuan

bakteri pengurai, filter mengurai ammonia yang menjadi racun atau polutan utama pada

kolam, sehingga kualitas air tetap terjaga di level yang diinginakan. Jadi sistem ini akan

menghemat penggunaan air dalam kegiatan budidaya. Air yang digunakan adalah sebatas

pada air dalam kolam dan air dalam bak filter. Tapi air juga perlu ditambahakan jika terjadi

penyusutan karena adanya kebocoran atau penguapan.

Sistem resirkulasi akuakultur atau Recirculation Aquaculture System (RAS) yang

telah digunakan sejak tahun 1990-an, merupakan teknik budidaya yang relatif baru dan

unik dalam industri perikanan (Suantika, 2001). Sistem ini menggunakan teknik akuakultur

dengan kepadatan tinggi di dalam ruang tertutup (indoor), serta kondisi lingkungan yang

terkontrol sehingga mampu meningkatkan produksi ikan pada lahan dan air yang terbatas,

meningkatkan produksi ikan sepanjang tahun, fleksibilitas lokasi produksi, pengontrolan

penyakit dan tidak tergantung pada musim (Tetzlaff dan Heidinger, 1990). Sistem

resirkulasi merupakan budidaya intensif yang merupakan alternatif menarik untuk

menggantikan sistem ekstensif, dan cocok diterapkan di daerah yang memiliki lahan dan

air terbatas (Suresh dan Lin, 1992).


4

Resirkulasi ini menjadi 2 macam, yaitu resikulasi penuh atau tertutup dan resirkulasi

sebagian atau semi tertutup.

1. Sistem resirkulasi tertutup , sistim resirkulasi yang mendaur ulang 100% air (CRS)

2. Sistem resirkulasi semi tertutup, sistim resirkulasi yang mendaur ulang sebagian

air buangan, sehingga masih membutuhkan penambahan air dari luar

Komponen dasar sistem resirkulasi akuakultur terdiri dari :

1. Bak pemeliharaan ikan atau tangki budidaya (growing tank) yaitu tempat

pemeliharaan ikan, dapat dibuat dari plastik, logam, kayu, kaca, karet atau bahan

lain yang dapat menahan air, tidak bersifat korosif, dan tidak beracun bagi ikan.

2. Penyaring partikulat (sump particulate) yang bertujuan untuk menyaring materi

padat terlarut agar tidak menyumbat biofilter atau mengkonsumsi suplai oksigen.

3. Biofilter merupakan komponen utama dari sistem resirkulasi. Biofilter merupakan

tempat berlangsungnya proses biofiltrasi beberapa senyawa toksik seperti NH4 +

dan NO2-. Pada dasarnya, biofilter adalah tempat bakteri nitrifikasi tumbuh dan

berkembang.

4. Penyuplai oksigen (aerator) yang berfungsi untuk mempertahankan kadar oksigen

terlarut dalam air agar tetap tinggi.

5. Pompa resirkulasi (water recirculation pump) yang berfungsi untuk mengarahkan

aliran air. Peralatan yang digunakan pada sistem ini relatif mudah ditemukan dan

sudah biasa digunakan, kecuali pompa air dan aerator.


5

2.2 Sistem Kerja Filtras Pada Kolam Resirkulasi

Secara umum sistem kerjanya, air dalam wadah pemeliharaan akan diisi terus

hingga batas selang atau pipa pembuangan, kemudian air yang berlebihan akan keluar

melalui selang atau pipa menuju got atau talang pembuangan air yang sudah disediakan.

Air akan mengalir keluar menuju bak filter yang diisi dengan bahan-bahan filter

seperti zeolit dan bioball namun sebelumnya diberi kapas filter untuk membuang partikel

yang lebih besar. Hasil filtrasi akan menghasilkan air bersih yang akan dipompa masuk

melalui pipa kesetian wadah kolam atau akuarium budidaya kembali. begitu seterusnya.
6

Sistem resirkulasi dijalankan menggunakan pompa dengan debit 10 – 15 ltr/menit

pada unit filtrasi. Unit filtrasi dirancang sebagai filtrasi biologis (biofiltration) dengan sistem

tenggelam (submerged filter) untuk memanfaatkan kerja bakteri melalui proses amonifikasi

dan nitrifikasi. Air media pemeliharaan dialirkan secara gravitasi dari setiap wadah

pemeliharaan melalui pipa ke bak filter. Bak filter disusun menjadi beberapa bagian, yaitu:

bagian penyaringan fisika, bagian penyaringan biologi dan bagian penampungan.

Pada bagian atas filter fisika menggunakan spon untuk menyaring kotoran yang

berukuran besar, seperti kotoran ikan. Pada bagian bawah menggunakan cangkang

kerang air tawar, sebagai alternatif dapat juga digunakan arang atau kerikil ukuran besar.

Filter biologi bagian pertama memanfaatkan cangkang kerang sedangkan pada

bagian kedua menggunakan kerikil lebih kecil atau ijuk untuk memperluas permukaan

yang memungkinakan tempat penempelan bakteri nitrifikasi. Pada bagian penampungan

ditambahkan aerasi (alat: aerator akuarium 1 titik) guna menambah suplai oksigen.

Setelah penyaringan, air media dialirkan kembali menggunakan pompa ke wadah

pemeliharaan ikan. Penambahan air baru hanya dilakukan untuk mengganti air yang

menguap.
7

Dari sini bisa dilihat bak berwana hijau lumut merupakan bak filtrasi. Kemudian air

yang bersih dipompa dulu pada bak penampungan air dan disalurkan kembali

menggunakan pompa pada pipa berwana merah. Pipa biru digunakan untuk aerasi pada

kolam menggunakan blower. Air akan terus mengalir dalam kolam atau akuarium sampai

ketinggian pipa pembuangan. Kemudian akan mengalir pada got atau parit atau talam

pengaliran air dan masuk pada bak filtrasi. begitu seterusnya.

2.3. Cara Mengatasi Sisa Pakan Dengan Sistem Filtrasi Dalam Kolam Resirkulasi

Besarnya input pakan ke dalam sistem membutuhkan perhatian khusus dalam

merancang RAS. Semua RAS harus mampu memanfaatkan proses-proses alami untuk

menghilangkan limbah padat, mengoksidasi amonia dan nitrit-nitrogen dan meningkatkan

kandungan oksigen terlarut. Jumlah pakan, komposisi pakan, tingkat metabolisme ikan

dan kuantitas pakan yang terbuang dapat memiliki dampak merugikan terhadap kualitas

tangki air dan harus diperhitungkan dalam mendesain dan mengatur sebuah RAS.

Komposisi pakan ikan terutama terdiri dari protein, karbohidrat, abu, lemak dan air.

Jumlah pakan yang tidak dikonsumsi ikan akan diekskresikan menjadi sampah organik

(kotoran padat). Feses yang padat dan pakan yang tidak dimakan ikan dimanfaatkan oleh

bakteri dalam sistem. Proses ini membutuhkan oksigen yang tinggi dan menghasilkan

amonia-nitrogen sehingga harus ditangani dengan desain yang baik. Untuk meminimalkan

dampaknya terhadap kualitas air, limbah padat perlu dihapus dari sistem secepat mungkin.

Limbah padat dapat diklasifikasikan menjadi empat kategori yaitu limbah padat

tengelam, melayang, terapung dan larut.Limbah padat yang tenggelam di dasar sistem

harus segera dikeluarkan dalam kolam secepat mungkin. Limbah ini akan bertahan di

dalam air selama satu jam bila air dalam system dalam keadaan diam. Limbah padat yang
8

tenggelam ini dapat dikeluarkan dengan menggunakan wadah yang bundar sehingga

terpusat di bagian tengah dan dapat dengan mudah dibuang keluar system.Padatan

tersuspensi tidak akan kluar dari system yang menggunakan air tenang. Padatan

tersuspensi halus lebih kecil dari 30 mikron dapat berkontribusi lebih dari 50% dari beban

jumlah padatan tersuspensi dalam RAS.

Padatan organik terlarut (protein) juga dapat memberikan kontribusi signifikan

terhadap total kebutuhan oksigen RAS jika tidak dibuang. Padatan terlarut dan padatan

tersuspensi halus dapat dihilangkan dengan menggunakan proses fraksinasi atau

menguapkan busa protein. Busa fraksinasi diaerasi dengan kuat pada bagian dasar kolam.

Gelembung udara yang naik membawa partikel-partikel padat tersuspensi halus yang

menempel pada permukaan gelembung, sebagai tempat melekat protein di bagian atas

kolam

2.4 Kelebihan dan Kekurangan Sistem Filtrasi Pada Kolam Resirkulasi

1. Kelebihan

1) Hemat Air

Biasanya untuk menjaga kualitas air pembudidaya melakukan kegiatan ganti

air rutin. Ganti air yang dilakukan terbilang cukup banyak, hal ini tentu bukan

hal yang menguntungkan karena sumberdaya air tentunya perlu digunakan

dengan bijaksana. Dengan sitem resirkulasi pergantian air akan jauh

berkurang, karena air terus didaur ulang.

2) Kualitas Air Terjaga

Dengan aplikasi sistem resirkulasi maka kualitas air akan berada dalam level

yang relatif stabil. Salah satu hal yang menjadi polutan utama dalam budidaya
9

ikan adalah ammonia (racun dari kotoran ikan). Dengan sistem resirkulasi

level ammonia bisa sangat direduksi sehingga kadar ammonia bisa konstan di

level yang aman. Dengan kadar ammonia yang terjaga tetap rendah ini

tentunya pertumbuhan ikan akan lebih pesat dan ikan pun akan lebih sehat.

3) Kepadatan Populasi Bisa Kita Kontrol

Budidaya ikan konsumsi yang konvensional di Indonesia biasanya tidak

menggunakan sistem resirkulasi, sehingga kepadatan populasi kolam sangat

ditentukan volume air dan frekwensi penggantian air (syphoon). Pada kolam

dengan sistem resirkulasi populasi ikan bisa kita atur, semakin banyak ikan

dan pemberian pakan maka kita bisa menggunakan pompa yang sesuai dan

besar filter yang seimbang untuk menghandle pakan dan menjaga kadar

oksigen terlarut yang dibutuhkan. Dengan sistem resirkulasi terutama trickle

filter kadar oksigen terlarut bisa jauh lebih tinggi sehingga populasi ikan bisa

lebih banyak dan pertumbuhan lebih pesat di kolam dengan kadar oksigen

terlarut lebih tinggi.

4) Membutuhkan sedikit lahan

Pada wilayah potensial yang memiiki harga tanah mahal, system RAS dapat

memproduksi ikan budidaya lebih banyak pada area yang sempit. Kebutuhan

lokasi kurang dari 1/20 dibanding dengan kebutuhan untuk tambak tradisional.

5) Membutuhkan sedikit tenaga kerja

Sistem RAS dengan volume 100 metrik ton pertahun hanya memerlukan dua

orang tenaga kerja, dimana dengan metode budidaya secara tradisional

minimal membutuhkan tenaga kerja sebanyak 5 orang.


10

6) Terhindar dari pengaruh buruk kondisi cuaca yang ekstrim

Salah satu ancaman budidaya ikan adalah kondisi cuaca yang tidak menentu

seperti badai, banjir dan lain-lain yang dapat merusak fasilitas budidaya.

Desain konstruksi dan pemilihan lokasi system RAS memungkinkan untuk

terhindar dari ancaman kondisi lingkungan yang buruk. Sistem tradisional

lebih mudah terkena dampak buruknya kondisi cuaca karena terpapar

langsung di alam. Sistem RAS mengembangkan system pemeliharaan ikan

dalam ruangan sehingga pengaruh cuaca dapat diminimalkan. Tidak

berpotensi menambah Pencemaran lingkungan. Berbeda dengan sistem

tradisional yang mengalirkan air bekas budidaya kealam bebas yang

berpeluang mencemari lingkungan dan meningkatkan kandungan bakteri

berbahaya ke dalam lingkungan. RAS system membuang air yang telah

disaring oleh filter biologi sehingga kualitas air yang dilepas ke perairan bebas

aman dari pencemaran

7) Meningkatkan biosekuritas.

RAS dbuat dan didesain berdasarkan pengawasan kendali mutu yang ketat ,

berbeda dengan sistem terbuka.

2. Kelemahan

Kelemahan dari penerapan budidaya dengan sistem filtrasi pada kolam resirkulasi

adalah adanya kecenderungan kualitas air kurang baik sehubungan dengan air buangan

yang digunakan kembali secara terus menerus selama periode waktu pemeliharaan.
11

BAB III

KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari pembahasan diatas sebagai berikut :

Kelebihan :

1. Hemat air.

2. Kualitas air terjaga.

3. Kepadatan populasi bisa kita control.

4. Membutuhkan sedikit lahan.

5. Membutuhkan sedikit tenaga kerja

6. Terhindar dari pengaruh buruk kondisi cuaca yang ekstrim.

7. Meningkatkan biosekuritas.

Kelemahan :

Kelemahan dari penerapan budidaya dengan sistem filtrasi pada kolam resirkulasi

adalah adanya kecenderungan kualitas air kurang baik sehubungan dengan air buangan

yang digunakan kembali secara terus menerus selama periode waktu pemeliharaan.

3.2 Saran

Menyadari bahwa penyusun masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penyusun

akan lebih fokus dan detil dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan sumber –

sumber yang lebih banyak yang tentunga dapat di pertanggung-jawabkan.

Untuk saran bisa berisi kritik atau saran terhadap penulisan juga bisa untuk

menanggapi terhadap kesimpulan dari bahasan makalah yang telah di jelaskan. Untuk
12

bagian terakhir dari makalah adalah daftar pustaka. Pada kesempatan lain akan saya

jelaskan tentang daftar pustaka makalah.


13

DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/ 6897376/ Makalah_ akuakultur _tawar (Diakses pada tanggal


03 Desember 2018) 02:12 WIT).

Anda mungkin juga menyukai