Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sejalan dengan pesatnya usaha budidaya ikan akhir-akhir ini, kebutuhan akan benih

ikan semakin meningkat pula. Pengumpulan benih dari alam dirasakan kurang dapat

memenuhi kebutuhan. Bahkan dengan semakin menurunnya kualitas air sebagai akibat

meningkatnya pencemaran lingkungan, serta musim dan kondisi alam yang kadang-

kadang kurang menguntung-kan mengakibatkan pengun)pulan benih menjadi lebih sulit

dan kurang dapat dian-dalkan. Untuk mengatasi hal tersebut, saat ini telah banyak

didirikan pusat-pusat pembenihan yang jumlahnya terus bertambah dari waktu ke waktu.

Perkembangan pembenihan telah begitu pesat terutama untuk perikanan darat, sehingga

berjuta-juta benih ikan-ikan telah dapat dihasilkan setiap tahunnya. Dibalik keberhasilan

ini, ada beberapa faktor penunjang yang turut berperan. Salah satu diantaranya ialah

"hipofisa", si kecil mungil tetapi kemampuannya dalam menunjang produksi benih ikan

tidak dapat diragukan lagi.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa itu hipofisa?

2. Apa saja komoditas yang dipijahkan?

3. Bagaimanakah pelaksanaannya?
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Hipofisa

Hipofisa adalah suatu kelenjar endokrin yang terletak dalam sella tursika, yaitu

lekukan dalam tulang stenoid. Menurut Hoar (1957), hipofisa terdiri dari dua kelenjar

hipofisa yaitu neuron dan adenohypofisa yang merupakan bagian terbesar dari kelenjar

dan memiliki tiga ruangan yaitu proximal pars distalis, rostal pars distalis, dan pars

intermedia. Hipofisa terletak pada bagian bawah otak dan menghasilkan hormon GnRH,

ACTH, TSH, FSH, LH, STH, MSH, Prolaktin, Vasopresin, dan Oksitosin. Secara umum,

hormon tersebut berfungsi mengatur pertumbuhan, perkembangan, metabolisme,

reproduksi, tingkah laku, dan homeostatis. Menurut Susanto, (2001) metode hipofisasi

adalah usaha untuk memproduksi benih dengan menggunakan bantuan kelenjar hipofisa

dari ikan donor yang menghasilkan hormon yang merangsang pemijahan seperti

gonadotropin.

Langkah pertama dalam pengambilan dan pengawetan hipofisa yaitu ikan dipotong

pada pertemuan antara kepala dan badan. Setelah tulang tengkorak terbuka maka akan

nampak otak sedangkan kelenjar hipofisa terdapat di bawah otak dan berwarnaputih

berbentuk butiran kecil. Otak diangkat, tempatnya dibersihkan dengan tissue agar bersih

dari darah dan lemak. Kemudian kelenjar hipofisa tersebut diambil secara hati hati dengan

pinset.Kelenjar hipofisa jangan sampai pecah. Hasil dari praktikum pengambilan dan

pengawetan hipofisa yaitu hipofisa yang dilarutkan dengan larutan etanol memiliki fungsi

yang baik dan dalam kondisi yang baik sedangkan hipofisa yang tidak diberi larutan etanol

menjadi rusak dan busuk. Rusaknya hipofisa dikarenakan tidak adanya senyawa etanol
yang dapat mempertahankan kondisi atau struktur didalam hipofisa. Etanol pada

pengawetan hipofisa berfungsi untuk menjaga kondisi hipofisa dalam kondisi yang baik.

Pemberian hormon hipofisa ini akan membantu fertilisasi ikan tanpa perlu

terkendala musim sehingga dapat dipijahkan kapanpun sesuai keinginan sehingga bisa

menambah jumlah produksi ikan dengan mudah dan tidak tergantung pada faktor yang

dapat menghambat pemijahan.

2.2 Komoditas Ikan Yang Dipijahkan

Komoditas rutin yang dipraktikan adalah ikan lele dumbo.Ikan lele merupakan salah

satu komoditas ikan air tawar yang memiliki daya serap pasar yang tinggi,bila potensi

tersebut dimanfaatkan secara optimal dan benar, maka akan dapat meningkatkan

pendapatan petani ikan, membuka lapangan pekerjaan, memanfaatkan daerah potensial,

meningkatkan produktifitas perikanan, meningkatkan devisa Negara, serta membantu

menjaga kelestarian sumberdaya hayati. Ikan lele mempnyai kelebihan dan keunggulan

yang khas bila dibandingkan dengan ikan air tawar yang lainnya, yaitu pemeliharaan yang

murah,mudah,serta dapat hidup di air yang kualitas airnya buruk, cepat besar dalam waktu

yang relatif cukup singkat, kandungan gizi yang tinggi dalam setiap ekornya, juga memliki

rasa daging yang khas dan lezat yang tidak terdapat pada ikan lainnya.

Menurut Suyanto (2002), klasifikasi ikan lele dumbo menurut taksonominya adalah

sebagai berikut:

Phyllum : Chordatan

Sub-Phyllum : Vertebrata

Class : Pisces
Ordo : Teleostei

Sub-Ordo : Osthariophysi

Famili : Siluroidae

Genus : Clarias

Spesies : Clarias gariepinus

Lele dumbo memiliki kumis yang berada disekitar mulut. Kumis ini berjumlah 8 buah

atau 4 pasang. Kumis atau sungut ini berfungsi untuk mengenal mangsanya,lele dumbo

juga dapat mengenal dan menemukan makanan dengan cara rabaan dengan

menggerakkan salah satu sungutnya (Santoso, 2003).

2.3 Pelaksanaan Praktik Pemijahan

Praktik pemijahan ikan yang dilaksanakan di SMK Negeri 1 Tanjung Lago

menggunakan sistem kawin suntik dengan rangsangan hormon kelenjar hipofisa dan

hormon sintetis yaitu ovaprim.

1. Memilih Induk Ikan

Tingkat keberhasilan pemijahan dengan cara kawin suntik sangat ditentukan oleh

tingkat kematangan gonad induknya. Untuk itu,seleksi induk ikan harus benar-benar tepat

agar tidak menemui kegagalan.Seleksi induk ikan bertujuan untuk meningkatkan mutu

agar menghasilkan benih yng berkualitas, sifat-sifat induk ikan yang telah diseleksi

diharapkan dapat mewariskan keturunannya (Sutisna dan Sutarmanto, 2006). Adapun ciri-

ciri induk ikan lele dumbo yang matang gonad adalah:


a. Induk Jantan

1. Perut ramping.

2. Genital papilia memanjang sampai ke sirip anal dan berwarna merah

pada bagian ujungnya.

3. Gerakan lincah.

4. Sehat dan tidak cacat.

b. Induk Betina

1. Perut membesar dan lembek.

2. Gerakan lamban.

3. Genital papilia berbentuk bulat dan berwarna merah cerah.

Induk jantan dan betina dapat dilihat pada gambar 2 dibawah ini

2. Memberok Induk Ikan

Setelah mendapat induk ikan yang memenuhi syarat tadi maka induk perlu

diberokan. Pemberokan adalah pemisahan induk jantan dan betina untuk sementara waktu

dengan tidak diberi makan.

Fungsi pemberokan adalah:

a. Untuk mengurangi lemak pada tubuh induk agar telur mudah dikeluarkan pada

saat ovulasi.

b. Untuk pemijahan secara alami bertujuan untuk menambah daya rangsang pada

saat dipertemukan.

c. Untuk membersihkan saluran pencernaan atau isi perut ikan.


3. Penyuntikan

Pasangan induk ikan lele dumbo yang cocok dan telah matang gonad akan segera

memijah setelah dimasukan kedalam kolam pemijahan. Secara alami biasanya ikan lele

dumbo mijah pada tengah malam menjelang pagi yakni sekitar pukul 19.00-04.00 tetapi

proses pemijahan tersebut kadang–kadang mundur sampai sehari lebih (24-36 jam).

Dalam kegiatan kawin suntik, hormon yang digunakan adalah kelenjar hipofisa yang

diambil dari ikan donor atau juga dapat menggunakan hormon sintetis dalam hal ini adalah

ovaprim. Hormon yang diambil dari kelenjar hipofisa yang terletak di bagian bawah otak

kecil ikan. Kelenjar ini hanya sebesar butir kacang hijau atau bahkan lebih kecil

(Khairuman,2002).

Kelenjar hipofisa digunakan karena memiliki peranan yang sangat vital dalam

kehidupan, sebab dari kelenjar inilah berbagai macam hormon yang berperan dalam

pertumbuhan dan perkembangbiakan.

a. Memilih Ikan Donor

Dalam kegiatan kawin suntik menggunakan ekstrak kelenjar hormone hipofisa

dibutuhkan adanya ikan donor.Ikan donor adalah ikan yang akan digunakan kelenjar

hipofisanya dan ditentukan setelah mengetahui recepien yang akan disuntik.

Adapun syarat ikan donor sebagai berikut:

1. Berasal dari ikan sejenis.

2. Bersifat donor universal.

3. Matang gonad.

4. Biasanya dari indukan jantan.


5. Bukan ikan yang baru selesai memijah.

6. Bukan ikan apliran.

b. Menentukan Dosis Ikan Donor

Salah satu keberhasilan kawin suntik ini adalah menentukan dosis yang tepat untuk

ikan lele dumbo.Jika menggunakan kelenjar hipofisa dosis yang disarankan adalah 2 dosis

untuk betina dan 1 dosis untuk jantan,sedangkan jika menggunakan ovaprim yang

digunakan 0,2-0,3 ml/kg.

c. Membuat larutan ekstrak kelenjar hipofisa

1) Pengambilan kelenjar

Kelenjar hipofisa dari donor yang dipilih dan dianggap layak menjadi donor. Kelenjar

tersebut berada dibawah otak bagian depan dan dilindungi oleh tulang sellatursica.

Langkah-langkah pengambilan kelenjar sebagai berikut:

a. Bagian kepala ikan dipotong tepat dibagian belakang operculum secara tegak

lurus.

b. Potongan kepala diletakkan diatas talenan dengan mulut berada diatas.

c. Tempurung otak disayat tepat diatas hidung secara tegak lurus sehingga otak

terlihat.

d. Otak diangkat menggunakan pinset atau tombak secara berhati-hati.

e. Kelenjar hipofisa diambil menggunakan pinset dan dibersihkan dari darah dan

lemak menggunakan tisu.


1. Pembuatan Ekstrak

Tahapan pembuatan ekstrak hipofisa:

a. Kelenjar hipofisa diletakkan disisi alus tisu grinder.

b. Kelenjar digerus hingga halus.

c. Aqua bides 0,2 ml ditambahkan pada saat penggerusan.

d. Ekstrak kelenjar hipofisa diambil menggunakan spuit.

e. Ekstrak tersebut dimasukkan kedalam tabung sentrifuse dan ditambahkan aqua

bides sampai 2 ml.

f. Tabung diletakkan pada sentrifugal.

g. Pemutaran dilakukan ± 5 menit dan endapkan selama 15 menit.

h. Ambil ekstrak yang berwarna bening dengan menggunakan spuit.

d. Penyuntikkan Induk Ikan

Ekstrak kelenjar hipofisa yang telah siap bisa disuntikkan ke recepien. Adapun

langkah-langkah penyuntikkan adalah sebagai berikut:

1. Gelembung udara yang terdapat pada spuit dibuang.

2. Penyuntikkan dilakukan pada bagian intramuscular.

3. Usahakan kemiringan spuit 45º


e. Pengambilan Sperma dan Stripping

Menurut Arie dkk (2006) setelah 10-12 jam dari penyuntikan,induk betina siap di

stripping. Stripping adalah proses pengeluaran telur yang dilakukan dengan cara mengurut

perut induk kearah lubang genital.

Sebelum melakukan stripping induk betina, terlebih dahulu menyiapkan sperma

jantan. Pengambilan sperma jantan dengan cara membedah perut induk ikan jantan dan

mengambl kantong sperma dengan cara menggunting. Selanjutnya sperma ditampung di

mangkok dan ditambahkan dengan NaCl aduk hingga merata.

Setelah sperma jantan disiapkan,kemudian dilakukan pengurutan induk betina.

Pemeriksaan dilakukan setelah 8 jam dari penyuntikan, apabila telur belum siap ovulasi

maka pemeriksaan dilakukan 2 jam kemudian. Adapun cara melakukan stripping adalah

sebagai berikut :

1. Induk betina ditangkap menggunakan seser.

2. Induk dipegang menggunakan lap untuk menghindari ikan jatuh dan

menimbulkan stress pada ikan.

3. Urut ikan secara perlahan kearah lubang genital.

4. Telur ditampung dengan mangkok atau wadah kering.

f. Menebar Telur Ikan

Telur ikan yang terbuahi didalam mangkok harus segera ditebar kedalam wadah

penetasan. Wadah penetasan dapat berupa aquarium, bak plastik, maupun bak yang

terbuat dari semen.


Untuk menghindari penumpukan telur pada saat penebaran, maka yang perlu

dilakukan adalah:

1. Mengangkat dan mematikan aerasi.

2. Menebar telur secara searah.

3. Mengibaskan telapak tangan agar telur merata didasar wadah atau

menggunakan bulu.

Apabila terjadi penumpukan, kemungkinan menetasnya telur sangat kecil karena

proses oksigenasi telur terganggu.

g. Menghitung Daya Tetas (Hatching Rate)

Fekunditas merupakan jumlah semua telur yang akan dikeluarkan pada waktu

pemijahan berlangsung persatuan berat ikan. Produksi telur yang tinggi oleh induk

ikan menjamin tersedianya benih yang diproduksi dari hatchery. Namun demikian, ikan

yang memiliki fekunditas yang tinggi umumnya memproduksi telur dengan diameter yang

kecil sehingga larva yang dihasilkan juga kecil, akibatnya bukaan mulut maksimumnya

juga kecil sehingga larva yang dihasilkan juga kecil. Kondisi ini menyulitkan proses

pemberian pakan larva dan operasional hatchery secara keseluruhan karena harus

menyediakan pakan yang berukuran kecil dan umumnya dalam bentuk pakan alami.

Faktor-faktor yang mempengaruhi fekunditas, antara lain :

1. Kualitas air

2. Umur Ikan

3. Faktor daya dukung lingkungan

4. Berat ikan.
h. Penanganan dan Pemeliharaan Larva

Tahapan yang perlu dilakukan saat penanganan larva adalah:

1. Menyiapkan wadah pemeliharaan larva.

2. Menngamati larva yang menetas.

3. Menunggu sampai larva berkumpul dipojok,agar mudah memindahkan.

4. Memindahkan larva yang menetas ke wadah yang telah disediakan.

Adapun yang perlu diperhatikan dalam pemeliharaan larva adalah :

1. Mengelola kualitas air.

Air pemeliharaan larva perlu dijaga kualitasnya agar derajat kehidupan tinggi dan

bebas dari penyakit. Parameter kualitas air yang perlu diperhatikan yaitu suhu dengan

kisaran 28-30ºC, pH 6,5-7,5 , DO lebih dari 3 ppm.

2. Pemberian Pakan

Pakan diberikan saat kandungan kuning telur larva telah habis. Biasanya kuning

telur akan habis pada hari ke 3 setelah menetas. Pakan alami yang diberikan untuk larva

adalah daphnia, jentik nyamuk, dan cacing sutra.

Untuk pembenihan intensif terkadang pakan alami yang diberikan adalah artemia,

karena pakan tersebut memiliki kadar protein yang tinggi sehingga diharapkan derajat

kehidupan larva pun tinggi. Artemia adalah sejenis udang-udangan yang primitive yang

termasuk kedalam filum anthropoda, kelascrustaseae, sub kelas branchipoda,

ordo anostraca, dan family artemiadae.

Artemia memiliki beberapa keunggulan antara lain mempunyai nilai nutrisi yang

tinggi, mudah ditangani, mudah beradaptasi dalam berbagai kondisi lingkungan, dapat
hidup dalam kepadatan tinggi,diperjual belikan dalam bentuk kista serta memiliki ukuran

yang sesuai dengan bukaan mulut larva.

Penetasan kista artemia membutuhkan media air laut dengan salinitas 28-30 ppt,

suhu 25-30ºC, serta wadah yang digunakan umumnya berbentuk kerucut dan transparan

dengan kepadatan kista antara 3-5 gram/liter.Artemia yang telah dikultur dapat dipanen

18-24 jam setelah kultur. Adapun cara pemanenan naupli artemia sebagai berikut :

a) Selang aerasi dari wadah kultur diangkat.

b) Biarkan beberapa saat sampai terpisah antara cangkang telur dengan naupli

artemia.

c) Naupli artemia yang menetas akan berkumpul pada bagian dasar wadah.

d) Pemanenan dengan menggunakan teknik sipon,naupli artemia ditampung

dengan menggunakan kain kasa.

e) Bersihkan naupli tersebut dengan air bersih.

f) Berikan pada larva ikan sesuai kebutuhan.


BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penulisan karya tulis terhadap Pemijahan Ikan Lele sangkuriang

(Clarias sp) dapat disimpulkan :

1) Seleksi induk harus dilakukan secara teliti dan benar sehingga mendapatkan

induk ikan dengan tingkat kematangan gonad yang diinginkan.

2) Penghitungan dosis perbandingan ikan resifien dan donor didasarkan pada

perbandingan berat dan bukan perbandingan jumlah ekor ikan.

3) Fase terpenting dalam kegiatan pemijahan adalah dalam proses pemeliharaan

induk dan proses seleksi induk.


DAFTAR PUSTAKA

Bachtiar, Y . 2006. Panduan Lengkap Budidaya Ikan Lele. PT. Agro Media Pustaka.
Banten.
Djariyah,S.A dan Puspowardoyo,H. 2002. Pembenihan dan pembesaran lele dumbo
hemat air. Kanasius. Yogyakarta.
Kushendar, E.,”Revitalisasi Budi Daya Lele”, Disampaikan pada forum pengembangan
Budidaya dan workshop pembuatan pakan air tawar, 20 - 22 april 2006 yogyakarta.
Khairuman dan K. Amri, budidaya lele dumbo secara intensif (jakarta :agro media pustaka
2002).
Lesmana, S. 2002. Kualitas Air Untuk Ikan Air Tawar. PT. Penebar Swadaya. Jakarta.
Najiyati, S. 2006. Memelihara lele Dumbo di Kolam Taman. PT. Penebar Swadaya.
Jakarta.
Susanto, H. 2001. Teknik kawin suntik Ikan Ekonomis. PT. Penebar Swadaya. Jakarta.
Suyanto, R. 2001. Budidaya Ikan Lele. PT. Penebar Swadaya. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai