PENDAHULUAN
Sejalan dengan pesatnya usaha budidaya ikan akhir-akhir ini, kebutuhan akan benih
ikan semakin meningkat pula. Pengumpulan benih dari alam dirasakan kurang dapat
memenuhi kebutuhan. Bahkan dengan semakin menurunnya kualitas air sebagai akibat
meningkatnya pencemaran lingkungan, serta musim dan kondisi alam yang kadang-
dan kurang dapat dian-dalkan. Untuk mengatasi hal tersebut, saat ini telah banyak
didirikan pusat-pusat pembenihan yang jumlahnya terus bertambah dari waktu ke waktu.
Perkembangan pembenihan telah begitu pesat terutama untuk perikanan darat, sehingga
berjuta-juta benih ikan-ikan telah dapat dihasilkan setiap tahunnya. Dibalik keberhasilan
ini, ada beberapa faktor penunjang yang turut berperan. Salah satu diantaranya ialah
"hipofisa", si kecil mungil tetapi kemampuannya dalam menunjang produksi benih ikan
3. Bagaimanakah pelaksanaannya?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Hipofisa
Hipofisa adalah suatu kelenjar endokrin yang terletak dalam sella tursika, yaitu
lekukan dalam tulang stenoid. Menurut Hoar (1957), hipofisa terdiri dari dua kelenjar
hipofisa yaitu neuron dan adenohypofisa yang merupakan bagian terbesar dari kelenjar
dan memiliki tiga ruangan yaitu proximal pars distalis, rostal pars distalis, dan pars
intermedia. Hipofisa terletak pada bagian bawah otak dan menghasilkan hormon GnRH,
ACTH, TSH, FSH, LH, STH, MSH, Prolaktin, Vasopresin, dan Oksitosin. Secara umum,
reproduksi, tingkah laku, dan homeostatis. Menurut Susanto, (2001) metode hipofisasi
adalah usaha untuk memproduksi benih dengan menggunakan bantuan kelenjar hipofisa
dari ikan donor yang menghasilkan hormon yang merangsang pemijahan seperti
gonadotropin.
Langkah pertama dalam pengambilan dan pengawetan hipofisa yaitu ikan dipotong
pada pertemuan antara kepala dan badan. Setelah tulang tengkorak terbuka maka akan
nampak otak sedangkan kelenjar hipofisa terdapat di bawah otak dan berwarnaputih
berbentuk butiran kecil. Otak diangkat, tempatnya dibersihkan dengan tissue agar bersih
dari darah dan lemak. Kemudian kelenjar hipofisa tersebut diambil secara hati hati dengan
pinset.Kelenjar hipofisa jangan sampai pecah. Hasil dari praktikum pengambilan dan
pengawetan hipofisa yaitu hipofisa yang dilarutkan dengan larutan etanol memiliki fungsi
yang baik dan dalam kondisi yang baik sedangkan hipofisa yang tidak diberi larutan etanol
menjadi rusak dan busuk. Rusaknya hipofisa dikarenakan tidak adanya senyawa etanol
yang dapat mempertahankan kondisi atau struktur didalam hipofisa. Etanol pada
pengawetan hipofisa berfungsi untuk menjaga kondisi hipofisa dalam kondisi yang baik.
Pemberian hormon hipofisa ini akan membantu fertilisasi ikan tanpa perlu
terkendala musim sehingga dapat dipijahkan kapanpun sesuai keinginan sehingga bisa
menambah jumlah produksi ikan dengan mudah dan tidak tergantung pada faktor yang
Komoditas rutin yang dipraktikan adalah ikan lele dumbo.Ikan lele merupakan salah
satu komoditas ikan air tawar yang memiliki daya serap pasar yang tinggi,bila potensi
tersebut dimanfaatkan secara optimal dan benar, maka akan dapat meningkatkan
menjaga kelestarian sumberdaya hayati. Ikan lele mempnyai kelebihan dan keunggulan
yang khas bila dibandingkan dengan ikan air tawar yang lainnya, yaitu pemeliharaan yang
murah,mudah,serta dapat hidup di air yang kualitas airnya buruk, cepat besar dalam waktu
yang relatif cukup singkat, kandungan gizi yang tinggi dalam setiap ekornya, juga memliki
rasa daging yang khas dan lezat yang tidak terdapat pada ikan lainnya.
Menurut Suyanto (2002), klasifikasi ikan lele dumbo menurut taksonominya adalah
sebagai berikut:
Phyllum : Chordatan
Sub-Phyllum : Vertebrata
Class : Pisces
Ordo : Teleostei
Sub-Ordo : Osthariophysi
Famili : Siluroidae
Genus : Clarias
Lele dumbo memiliki kumis yang berada disekitar mulut. Kumis ini berjumlah 8 buah
atau 4 pasang. Kumis atau sungut ini berfungsi untuk mengenal mangsanya,lele dumbo
juga dapat mengenal dan menemukan makanan dengan cara rabaan dengan
menggunakan sistem kawin suntik dengan rangsangan hormon kelenjar hipofisa dan
Tingkat keberhasilan pemijahan dengan cara kawin suntik sangat ditentukan oleh
tingkat kematangan gonad induknya. Untuk itu,seleksi induk ikan harus benar-benar tepat
agar tidak menemui kegagalan.Seleksi induk ikan bertujuan untuk meningkatkan mutu
agar menghasilkan benih yng berkualitas, sifat-sifat induk ikan yang telah diseleksi
diharapkan dapat mewariskan keturunannya (Sutisna dan Sutarmanto, 2006). Adapun ciri-
1. Perut ramping.
3. Gerakan lincah.
b. Induk Betina
2. Gerakan lamban.
Induk jantan dan betina dapat dilihat pada gambar 2 dibawah ini
Setelah mendapat induk ikan yang memenuhi syarat tadi maka induk perlu
diberokan. Pemberokan adalah pemisahan induk jantan dan betina untuk sementara waktu
a. Untuk mengurangi lemak pada tubuh induk agar telur mudah dikeluarkan pada
saat ovulasi.
b. Untuk pemijahan secara alami bertujuan untuk menambah daya rangsang pada
saat dipertemukan.
Pasangan induk ikan lele dumbo yang cocok dan telah matang gonad akan segera
memijah setelah dimasukan kedalam kolam pemijahan. Secara alami biasanya ikan lele
dumbo mijah pada tengah malam menjelang pagi yakni sekitar pukul 19.00-04.00 tetapi
proses pemijahan tersebut kadang–kadang mundur sampai sehari lebih (24-36 jam).
Dalam kegiatan kawin suntik, hormon yang digunakan adalah kelenjar hipofisa yang
diambil dari ikan donor atau juga dapat menggunakan hormon sintetis dalam hal ini adalah
ovaprim. Hormon yang diambil dari kelenjar hipofisa yang terletak di bagian bawah otak
kecil ikan. Kelenjar ini hanya sebesar butir kacang hijau atau bahkan lebih kecil
(Khairuman,2002).
Kelenjar hipofisa digunakan karena memiliki peranan yang sangat vital dalam
kehidupan, sebab dari kelenjar inilah berbagai macam hormon yang berperan dalam
dibutuhkan adanya ikan donor.Ikan donor adalah ikan yang akan digunakan kelenjar
3. Matang gonad.
Salah satu keberhasilan kawin suntik ini adalah menentukan dosis yang tepat untuk
ikan lele dumbo.Jika menggunakan kelenjar hipofisa dosis yang disarankan adalah 2 dosis
untuk betina dan 1 dosis untuk jantan,sedangkan jika menggunakan ovaprim yang
1) Pengambilan kelenjar
Kelenjar hipofisa dari donor yang dipilih dan dianggap layak menjadi donor. Kelenjar
tersebut berada dibawah otak bagian depan dan dilindungi oleh tulang sellatursica.
a. Bagian kepala ikan dipotong tepat dibagian belakang operculum secara tegak
lurus.
c. Tempurung otak disayat tepat diatas hidung secara tegak lurus sehingga otak
terlihat.
e. Kelenjar hipofisa diambil menggunakan pinset dan dibersihkan dari darah dan
Ekstrak kelenjar hipofisa yang telah siap bisa disuntikkan ke recepien. Adapun
Menurut Arie dkk (2006) setelah 10-12 jam dari penyuntikan,induk betina siap di
stripping. Stripping adalah proses pengeluaran telur yang dilakukan dengan cara mengurut
jantan. Pengambilan sperma jantan dengan cara membedah perut induk ikan jantan dan
Pemeriksaan dilakukan setelah 8 jam dari penyuntikan, apabila telur belum siap ovulasi
maka pemeriksaan dilakukan 2 jam kemudian. Adapun cara melakukan stripping adalah
sebagai berikut :
Telur ikan yang terbuahi didalam mangkok harus segera ditebar kedalam wadah
penetasan. Wadah penetasan dapat berupa aquarium, bak plastik, maupun bak yang
dilakukan adalah:
menggunakan bulu.
Fekunditas merupakan jumlah semua telur yang akan dikeluarkan pada waktu
pemijahan berlangsung persatuan berat ikan. Produksi telur yang tinggi oleh induk
ikan menjamin tersedianya benih yang diproduksi dari hatchery. Namun demikian, ikan
yang memiliki fekunditas yang tinggi umumnya memproduksi telur dengan diameter yang
kecil sehingga larva yang dihasilkan juga kecil, akibatnya bukaan mulut maksimumnya
juga kecil sehingga larva yang dihasilkan juga kecil. Kondisi ini menyulitkan proses
pemberian pakan larva dan operasional hatchery secara keseluruhan karena harus
menyediakan pakan yang berukuran kecil dan umumnya dalam bentuk pakan alami.
1. Kualitas air
2. Umur Ikan
4. Berat ikan.
h. Penanganan dan Pemeliharaan Larva
Air pemeliharaan larva perlu dijaga kualitasnya agar derajat kehidupan tinggi dan
bebas dari penyakit. Parameter kualitas air yang perlu diperhatikan yaitu suhu dengan
2. Pemberian Pakan
Pakan diberikan saat kandungan kuning telur larva telah habis. Biasanya kuning
telur akan habis pada hari ke 3 setelah menetas. Pakan alami yang diberikan untuk larva
Untuk pembenihan intensif terkadang pakan alami yang diberikan adalah artemia,
karena pakan tersebut memiliki kadar protein yang tinggi sehingga diharapkan derajat
kehidupan larva pun tinggi. Artemia adalah sejenis udang-udangan yang primitive yang
Artemia memiliki beberapa keunggulan antara lain mempunyai nilai nutrisi yang
tinggi, mudah ditangani, mudah beradaptasi dalam berbagai kondisi lingkungan, dapat
hidup dalam kepadatan tinggi,diperjual belikan dalam bentuk kista serta memiliki ukuran
Penetasan kista artemia membutuhkan media air laut dengan salinitas 28-30 ppt,
suhu 25-30ºC, serta wadah yang digunakan umumnya berbentuk kerucut dan transparan
dengan kepadatan kista antara 3-5 gram/liter.Artemia yang telah dikultur dapat dipanen
18-24 jam setelah kultur. Adapun cara pemanenan naupli artemia sebagai berikut :
b) Biarkan beberapa saat sampai terpisah antara cangkang telur dengan naupli
artemia.
c) Naupli artemia yang menetas akan berkumpul pada bagian dasar wadah.
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penulisan karya tulis terhadap Pemijahan Ikan Lele sangkuriang
1) Seleksi induk harus dilakukan secara teliti dan benar sehingga mendapatkan
Bachtiar, Y . 2006. Panduan Lengkap Budidaya Ikan Lele. PT. Agro Media Pustaka.
Banten.
Djariyah,S.A dan Puspowardoyo,H. 2002. Pembenihan dan pembesaran lele dumbo
hemat air. Kanasius. Yogyakarta.
Kushendar, E.,”Revitalisasi Budi Daya Lele”, Disampaikan pada forum pengembangan
Budidaya dan workshop pembuatan pakan air tawar, 20 - 22 april 2006 yogyakarta.
Khairuman dan K. Amri, budidaya lele dumbo secara intensif (jakarta :agro media pustaka
2002).
Lesmana, S. 2002. Kualitas Air Untuk Ikan Air Tawar. PT. Penebar Swadaya. Jakarta.
Najiyati, S. 2006. Memelihara lele Dumbo di Kolam Taman. PT. Penebar Swadaya.
Jakarta.
Susanto, H. 2001. Teknik kawin suntik Ikan Ekonomis. PT. Penebar Swadaya. Jakarta.
Suyanto, R. 2001. Budidaya Ikan Lele. PT. Penebar Swadaya. Jakarta.