Anda di halaman 1dari 7

2.

2 Masalah yang terdapat di Pantai Lebih, Gianyar Masalah abrasi merupakan masalah yang umum dialami oleh pantai, tidak terkecuali pantai lebih. Namun masalah tersebut telah ditangani dengan pembangunan revetment .Pembuatan revetment baru Pantai Lebih dari bahan batu amor andesit sepanjang 851,50 m dan penyempurnaan revetment lama sepanjang 264 m. Selain itu proyek yang pengerjaannya sudah dimulai pada bulan april 2011, juga dilaksanakan pembuatan walk way dari pas paving block sepanjang 1,115,50 m, dimana keseluruhan dana bersumber dari APBN.

Gambar 2.2 Revetment Pantai Lebih Namun di lain pihak masalahPantai Lebih tidak hanya sebatas abrasi, menurut peninjauan kami saat ini ada beberapa masalah yang perlu diperhatikan oleh semua pihak antara lain masalah sandpit, pembangunan liar, dan penambangan batu sikat.

2.2.1 Masalah Pendangkalan Muara Sungai Angin kencang dan gelombang besar yang dimiliki Pantai Lebih menjadi penyebab terjadinya penyumbatan muara oleh endapan pasir. Karena transport akan terdorong oleh gelombang masuk kemuara dan kemudian diendapkan. Endapan yang sangat besar dapat

menyebabkan tersumbatnya muara sungai. Penutupan muara sungai itu sendiri dapat menyebabkan terjadinya banjir didaerah sebelah hulu muara. Pada musim penghujan air banjir dapat mengerosi endapan sehingga sedikit demi sedikit muara sungai terbuka kembali. Selama proses penutupan dan pembukaan kembali tersebut biasanya disertai dengan membeloknya muara sungai dalam arah yang sama dengan arah transport sedimen sepanjang pantai.

Gambar 2.3 Sandpit di Pantai Lebih Membangun Jetty merupakan salah satu cara untuk menanggulangi masalah tersebut. Fungsi utama bangunan ini adalah menahan berbeloknya muara sungai dan mengkonsentrasikan aliran pada alur yang telah ditetapkan untuk bisa mengerosi endapan, sehingga apada awal musim penghujan di mana debit besar (banjir) belum terjadi, muara sungai telah terbuka.

Gambar 2.4 Jetty

Mengingat fungsinya hanya untuk penanggulangan banjir, maka dapat digunakan salah satu dari bangunan berikut, yaitu: jetty panjang, jetty sedang, dan jetty pendek. Jetty panjang apabila ujungnya berada diluar gelombang pecah.tipe ini efektif untuk menghalangi masuknya sedimen kemuara, tetapi biaya konstruksi sangat mahal, sehingga kalau fungsinya hanya untuk penaggulangan banjir maka penggunaan jetty tersebut tidak ekonomis. Kecuali apabila daerah yang harus dilindungi terhadap banjir sangat penting. Jetty sedang dimana ujungnya berada anatar muka air surut dan lokasi gelombang pecah, dapat menahan sebagian transport sedimen sepanjang pantai. Alur diujung jetty masih memungkinkan terjadinya endapan pasir. Pada jetty pendek, kaki ujung bangunan berada pada permukaan air surut. Selain ketiga tipe jetty tersebut, dapat pula dibuat perpanjangan revetmen pada kedua sisi muara. Bangunan ini sama sekali tidak mencegah terjadinya endapan dimuara, fungsi bangunan ini sama dengan jetty pendek, yaitu mencegah berbeloknya muara sungai degan mengkonsentrasikan aliran untuk mengerosi endapan. 2.2.2 Masalah Bangunan liar

Gambar 2.5 Sempadan Pantai Menurut Undang-Undang No 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, sempadan pantai adalah daratan sepanjang tepian yang lebarnya proposional dengan bentuk dan kondisi fisik pantai, minimal 100 meter dari pasang tertinggi ke arah darat. Sempadan pantai ini berfungsi sebagai: pengatur iklim, sumber plasma nutfah, dan benteng wilayah daratan dari pengaruh negatif dinamika laut. Garis batas ini adalah bagian dari usaha pengamanan pantai yang dimaksudkan untuk melindungi masyarakat dari bahaya gelombang

pasang tinggi (rob), abrasi, menjamin adanya fasilitas social dan umum di sekitar pantai, menjaga pantai dari pencemaran, serta pendangkalan muara sungai Namun fakta yang ada menunjukkan bahwa di Pantai Lebih terjadi banyak pelanggaran terhadap daerah sempadan pantai, daerah yang seharusnya bebas dari bangunan permanen seperti hotel, dan toko alat selancar atau surfing. Sebelumnya Pemerintah Gianyar sudah pernah mengsosialisasikan mengenai adanya daerah sempadan di Pantai Lebih, namun rasanya usaha dari Pemerintah Gianyar tersebut terkesan sia-sia, masih saja tetap ada bangunan-bangunan liar yang melanggar peraturan pengelolaan wilayah pesisir. Menurut salah satu narasumber yang sempat kami wawancarai, menyatakan bahwa masih adanya bangunan-bangunan baru yang dibangun pasca abrasi Pantai Lebih terjadi karena kurang tegaknya hukum (peraturan) pengelolaan wilayah pesisir pantai di tingkat desa yang menaungi Pantai Lebih.

Gambar 2.6 Bangunan di daerah sempadan pantai 2.2.3 Masalah Penambangan Batu Sikat Pantai Lebih dengan pasirnya yang hitam memiliki kandungan batu sikat yang melimpah. Batu sikat memiliki nilai di segi ekonomis karena dapat digunakan sebagai penghias bangunan atau rumah. Tidak sedikit pula masyarakat sekitar Pantai Lebih menggantungkan hidupnya dari menambang batu sikat tersebut. Hasilnya cukup memenuhi kebutuhan hidup mereka,

diungkapkan bahwa mereka mampu menghasilkan 4 ember per hari dengan harga satu ember cat penuh batu sikat senilai Rp. 10.000. Namun pengeksploitasian yang belebihan dalam jangka panjang dapat mengurangi jumlah batu sikat yang ada secara siginifikan. Dengan berkurangnya keberadaan batu sikat dapat berdampak buruk terhadap ekosistem Pantai Lebih. Batu sikat yang berfungsi sebagai peredam gelombang pantai , dengan berkurangnya jumlah batu sikat ini mampu mengurangi daya tahan bibir pantai jadi lebih rentan terkena abrasi. Dalam hal ini kurangnya pengetahuan masyarakat tentang dampak yang ditimbulkan dari kegiatan ini merupakan salah satu penyebabnya. Penyuluhan serta pengawasan dari pihak-pihak yang terkait merupakan salah satu solusi yang dapat ditempuh.

Gambar 2.7 Penambang batu sikat

BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Pantai Lebih telah mengalami masalah yang kompleks baik di tanjau dari aspek hukum, fisik, SDM, maupun Institusi. 1. Ditinjau dari aspek fisik masalah yang kami jumpai di daerah Pantai Lebih adalah berupa abrasi dan sandpit. 2. Dari aspek SDM, kurang kesadaran masyarakat sekitar tentang bahayanya penambangan batu sikat, dan pembangunan di daerah sepadan pantai. 3. Dari aspek Hukum, kurang tegasnya tentang peraturan pengelolaan bangun didaerah pesisir pantai. 4. Dari aspek Institusi, kurang pengawasan dari pihak terkait ( Pemerintah Desa di daerah pantai lebih) mengenai pembangunan gedung yang mengambil daerah Sepadan Pantai. 3.2 Saran Selain kesimpulan tadi, kami juga memiliki beberapa saran yang akan kami sampaikan. Adapun saran yang kami sampaikan adalah sebagai berikut : 1. Masyarakat harus mengambil peran dalam mengatasi masalah masalah yang di alami pantai lebih 2. Pemerintah harus memberikan hukuman yang tegas bagi setiap orang yang merusak lingkungan. 3. Pembangunan alat pemecah ombak dan penanaman pohon bakau harus segera dilakukan 4. Bagi para pemilik pabrik maupun usaha apapun yang ada di sekitar pantai agar tidak

Daftar Pustaka
Allsop, William dkk. 2007. Failure Mechanisms for Flood Defence Structures.FLOODsite Project Report, United Kingdom. Ambarawangi, Putu Lisa, dkk, 2011. Kerusakan Pantai dan Penanggulangannya Studi Kasus Pantai Lebih. Laporan Survei. Bali. Fakultas Teknik. Universitas Udayana.

Anda mungkin juga menyukai