Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Permasalahan air minum di suatu daerah perkotaan dapat ditinjau dari dua sisi tinjauan
yaitu yang menyangkut ketersediaan air maupun kebutuhan air. Ketersediaan air di suatu
daerah terutama yang menyangkut tentang kuantitas tentunya merupakan gejala alam yang
keadaannya sudah tetentu untuk suatu daerah tertentu, sedang yang menyangkut tentang
kualitas dapat merupakan gejala alam namun dapat juga dipengaruhi oleh kegiatan
manusia.
Permasalahan air minum mungkin diakibatkan oleh beberapa faktor seperti
ketersediaan air baku yang terbatas jumlahnya, kualitas dari air baku yang rendah dan
ketidakmampuan prasarana untuk memenuhi kebutuhan yang diperlukan.
Permasalahan air minum bukan hanya dari ketersediaan air baku baku saja, dari segi
perencanaan juga dapat menimbulkan masalah dalam ketersediaan air minum, maka dalam
perencanaan harus sesuai dengan perturan dan standar yang berlaku.
(Buku Ajar Sistem Penyediaan Air Minum, 2013)

1.1.1 Kualitas dan Kuantitas Sumber Air Baku


Perencanaan dan pembangunan sistem pengembangan air minum memperhatikan
kuantitas dan kualitas yang tersedia dari sumber air baku yang akan digunakan.
Kuantitas dan kualitas yang tersedia yang terbagi dalam empat kelompok yaitu
a.siklus hidrologi, b. Air permukaan, c. Air tanah, d. Air hujan, e. Air laut.

a. Siklus Hidrologi
Keberadaan air di bumi mengalami proses setiap saat. Kondisi siklus ini akan
mempengaruhi jumlah air dari sumber – sumber yang ada. Proses siklus hidrologi
yang terjadi di bumi yaitu pada saat siang hari dimana matahari memencarkan
panasnya ke bumi terjadi penguapan diberbagai tempat seperti dari air sungai,
danau, pohon dan sebagainya. Uap air yang terbentuk akan berkumpul dan
membentuk awan, yang pada saatnya akan menjadi air hujan yang akan jatuh ke
permukaan bumi. Air hujan yang jatuh sebagian akan diserap oleh permukaan

Sistem Penyediaan Air Minum 1


tanah dan terkumpul di lapisan berbatuan yang disebut dengan aquifer akan
muncul berupa mata air atau diambil sebagai air tanah dengan menggunakan
pompa maupu muncul secara artesis ( muncul ke permukaan tanah akibat tekanan
air tanah yang cukup tinggi ).
Aliran air permukaan akan mengisi sumber – sumber air baku lainnya seperti
danau, kolam, sungai dan laut.

Perkiraan komposisi jumlah air di bumi dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Jenis Air Volume Persentase dari
(1000 km3) total
Air yang ada di udara 13 0.001
Air permukaan:
- Air laut 1.320.000 97.2
- Air danau 228 0.0017
- Air sungai 2 0.00015
- Air dari lapisa es 29.000 2.13
Air tanah 107.770 0.79
Total 1.360.000 100

b. Air Permukaan
Berkenaan dengan penggunaan pada sistem penyediaan aair bersih, sumber air
permukaan terbagi dalam beberapa jenis yaitu air danau, pond, situ, kolam dan air
sungai.
 Kuantitas air permukaan
Kuantitas air permukaan sanga tergantung pada jumlah curah hujan yang
terjadi, biasanya pada musim kering jumlah air permukaan berkurang
dibandingkan dengan musim hujan.
 Kualitas air permukaan
Karena keberadaan air permukaan bersifat terbuka dan dipengaruhi ole
kondisi yang mengalir maka kwalitas air permukaan biasanya keruh (NTU
tinggi).

Sistem Penyediaan Air Minum 2


 Kontinyuitas
Kontinyuitas air permukaan pada dasarnya dapat diandalakan yaitu memiliki
kapaasitas relatif stabil karena air yang ditampung besifat renewable yaitu
berasal dai air hujan dan daerah tangkapan.

c. Air tanah
Air tanah berasal dari lapisan aquifer di dalam tanah. Keberadaan air di
lapisan aquifer berasal dari air hujan yang menyelusup kedalam tanah.
Penggunaan air tanah bagi kebutuhan sistem penyediaan air minum tidak
dianjurkan karena dapat merusak lingkungan.
 Kuantitas air tanah
Kuantitas air tanah, khususnya saat ini, sudah sangat terbatas terutama
akibat pemakaian yang melebihi volume yang tersedia
 Kualitas air tanah
Air tanah biasanya memiliki kualitas yang jernih karena telah melewati
lapisan tanah tertentu yang berfungsi sebagai saringan, namunpada
wilayah tertentu dapat ion Fe yang besar sehingga menimbulkan warna
kuning dan bau. Banyak juga sumber air tanah memiliki kandungan CO 2
agresif yang dapat mengakibatkan terjadinya proses pembentukan karat
pada logam.
 Kontinyuitas air tanah
Ketersediaan yang stabil dari air tanah sangat tidak dapat diandalkan
karena volume yang ada sudah sangat terbatas. Khususnya pada sumber air
tanah yang berasal dari cekungan aquifer dimana air yang ada terbentuk
dari waktu yang lama sebelumnya dan tidak bersifat renewable.

d. Air hujan
Air hujan juga banyak digunakan untuk memenuhi kebutuhan air minum di
beberapa tempat yang tidak memiliki sumber air permukaan atau air tanah.
 Kuantitas air hujan
Secara kuantitas, air hujan tidak dapat diandalkan sebagai sumber air
sistem penyediaan air minum, keberadaan air hujan hanya banyak pada
musim hujan, dan sulit didapatkan pada musim kemarau.

Sistem Penyediaan Air Minum 3


 Kualitas air hujan
Sepanjang tidak mengalami kontaminasi dari luar, kualitas air hujan sangat
baik yaitu jernih, bebas bakteri dan tidak mengandung mineral yang dapat
mengganggu kesehatan manusia.
 Kontinyuitas air hujan
Air hujan tidak memiliki kontinyuitas yang tetap karena tergantung pada
musim hujan.

1.2 Uraian Ringkas Sistem Penyediaan Air Minum

SPAM dapat dilakukan melalui sistem jaringan perpipaan dan/atau bukan jaringan
perpipaan. SPAM dengan jaringan perpipaan dapat meliputi: unit air baku, unit produksi,
unit distribusi, unit pelayanan, dan unit bangunan penunjang.

SPAM dengan jaringan perpipaan harus dikelola secara baik dan berkelanjutan.
Ketentuan teknis mengenai SPAM bukan jaringan pepipaan sebagaimana akan diatur
lebih lanjut dengan peraturan menteri. Air minum yang dihasilkan dari SPAM yang
digunakan oleh masyarakat pengguna/pelanggan harus memenuhi syarat kualitas
berdasarkan perautran menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
kesehatan Air minum yang tidak memenuhi syarat dilarang didistribusikankepada
masyarakat. (www.sanitasi. org)

1.2.1 Unit Air Baku


Unit air baku merupakan sarana pengambilan dan/atau penyediaan air baku.
Air baku wajib memenuhi baku mutu yang ditetapkan untuk penyediaan air minum
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pemerintah dan
Pemerintah Daerah menjamin dan ketersediaan air baku. Dalam rangka efisiensi
pemanfaatan air baku, Pemerintah dan Pemerintah Daerah dapat melakukan kerja
sama antar daerah. Penggunaan air baku untuk keperluan pengusahaan air minum
wajib berdasarkan izin hak guna usaha air sesuai peraturan perundang-undangan.
Penggunaan air baku untuk memenuhi kebutuhan kelompok nonpengusahaan
wajib berdasarkan izin guna pakai air sesuai dengan peraturan perundang-
undangan. Penggunaan air baku khususnya dari air tanah dan mata air wajib
memperhatikan keperluan konservasi dan pencegahan kerusakan lingkungan
sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Penggunaan air tanah untuk air

Sistem Penyediaan Air Minum 4


baku merupakan pilihan setelah air permukaan sudah tidak mencukupi.
Penggunaan air tanah untuk air baku tidak dibenarkan dalam jumlah yang melebihi
kemampuan alam mengisinya kembali (natural recharge). Dalam keadaan yang
memaksa, apabila diperkirakan terjadi pengambilan air tanah untuk air baku
melebihi kemampuan natural recharge, penyelenggara diwajibkan mengisi air
tanah dengan air bersih (refill) atas biaya penyelenggara sehingga dapat dijamin
tidak terjadinya kerusakan lingkungan berupa penurunan muka air tanah asli
(muka air tanah pada waktu air tanah belum dimanfaatkan). Penurunan muka air
tanah dapat menyebabkan kerusakan lingkungan yang tidak mungkin bisa
diperbaiki, yaitu antara lain: intrusi air laut ke dalam air tanah dan turunnya
permukaan tanah. (www.sanitasi.org)
Unit air baku dapat terdiri dari:

A. Bangunan Pengambilan Air Baku.


jenis – jenis bangunan pengambilan air baku.

a. Intake
Intake adalah jenis bangunan pengambilan air baku yang bersumber dari
air permukaan yaitu danau, situ, kolam dan sungai. Perencanaan bangunan
intake harus memperhatikan beberapa hal sebagai berikut :

1). Bangunan intake harus dapat menjamin penyaluran air baku dari
sumbernya ke system penyediaan air minum setiap saat, baik pada
tinggi permukaan air di sumber air baku dalam keadaan maksimum
maupun minimum.

2). Bangunan intake harus dapat mencegah masuknya sampah dan kotoran
lainnya yang dapat mengganggu bekerjanya pompa penyedot air baku.

3). Lokasi bangunan intake harus dipilih sedemikian rupa sehingga dapat
menghindari bertumpuknya lumpur yang dibawah oleh aliran sungai
pada muka intake yang dapat menyumbat aliran air masuk ke dalam
intake.

Sistem Penyediaan Air Minum 5


4). Bangunan intake harus ditempatkan pada lokasi dengan kondisi tanah
yang stabil dan diperkuat dengan pondasi pancang sehingga dapat aman
terhadap kemungkinan longsor maupun amblas.

b. Sumur Bor Air Tanah Dalam ( Deep Well)

Sumur bor air tanah dalam adalah bangunan pengambilan sumber air baku
yang berasal dari air tanah dalam yang berada di lapisan aquifer di bawah
tanah, pada umumnya kedalaman sumur bor antara 60 m hingga 200 m,
tergantung dari kedalaman keberadaan lapisan aquifer di dalam tanah. Hal –
hal yang perlu diperhatikan :

1). Penentuan lokasi sumur bor harus memperhatikan besarnya kuantitas


dan kualitas yang bisa didapatkan dari sumber air tanah dalam yang
akan diambil.

2). Penentuan besarnya diameter casing harus memperhatikan besarnya


diameter pompa submersible yang akan digunakan.

3). Panjang strainer harus cukup sesuai dengan ketebalan lapisan aquifer.

4). Untuk mencegah terjadinya karat, penggunaan bahan stainless steel


pada strainer sangat dianjurkan.

5). Penggunaan gravel sangat dibutuhkan untuk mencegah terjadinya


penyumbatan pada permukaan striner.

c. Broncaptering ( Bangunan Penangkap Mata Air )

Broncaptering adalah bangunan untuk menangkap mata air yang keluar


dari sumbernya. Pembangunan broncaptering harus memperhatikan karakter
lingkungan alam yang ada seperti struktur batuan yang membentuk lapisan
aquifer, elevasi keluarnya sumber air, dan pemanfaatan air yang telah
berlangsung sebelumnya. Pembangunan broncaptering perlu memperhatikan
beberapa hal sebagai berikut :

Sistem Penyediaan Air Minum 6


1). Elevasi muka air tertinggi pada bak penampung harus jauh lebih rendah
dari elevasi keluarnya air dari sumber mata air secara alami.

2). Bangunan broncaptering harus direncanakan sedemikian rupa sehingga


dapat menangkap aliran air dari sumber mata air yang keluar secara
menyebar.

3). Broncaptering harus dilengkapi dengan saluran pelimpah, sehingga


apabila jumlah aliran dari mata air lebih besar dari daya tampung
bangunan penangkap maka air dapat mengalir dengan bebas.

4). Pembangunan broncaptering harus memperhatikan aspek sosial


masyarakat setempat yaitu dengan menyediakan saluran outflow yang
dapat digunakan untuk pemakaian air oleh lingkungan dan masyarakat
setempat.

d. Penampungan Air Hujan ( PAH ).

Komponen bangunan penampungan air hujan tediri dari :

 Bidang penampung ( biasanya memanfaatkan atap rumah ),


 Bak pengumpul,
 Talang air,
 Kran pemanfaatan air.

Hal – hal yang perlu diperhatikan :

1).Bak penampung memiliki volume setidaknya untuk mencukupi


kebutuhan air minum minimum selama satu bulan.

2).Untuk mencegah air hujan terkontaminasi oleh kotoran maka PAH


dapat dilengkapi dengan saringan pasir.

3).Air hujan yang akan digunakan untuk air minum harus dimasak terlebih
dahulu hingga mendidih agar dapat terbebas dari bakteri pathogen.

Sistem Penyediaan Air Minum 7


B. Saluran Transmisi

Fungsi dari saluran transmisi adalah untuk membawa air baku dari
bangunan pengambilan air baku ke unit produksi, atau membawa air hasil
olahan unit produksi ke reservoir. Saluran transmisi terdiri atas dua jenis
aliran :

1. Saluran transmisi untuk aliran bebas ( tidak bertekanan ), terdiri dari


i. Open canals
Saluran transmisi open canals biasanya terbuat dari beton
bertulang. Potongan melintang saluran open canals berbentuk
trapezium.
ii. Aquaduct
Aquaduct adalah open canals yang disangggah oleh jembatan untuk
membawa aliran air yang tidak bertekanan melewati lembah atau
jurang.
iii. Tunnels
Tunnels adalah saluran air berbentuk canal namun tertutup. Jenis
saluran air ini digunakan pada saat saluran open canals harus
menembus bukit.
2. Saluran transmisi untuk aliran bertekanan.
Saluran transmisi untuk aliran yang bertekanan biasanya
menggunakan saluran pipa.
(Buku Ajar Sistem Penyediaan Air Minum, 2013)

1.2.2. Unit Produksi


Unit produksi merupakan prasarana dan sarana yang dapat digunakan untuk
mengolah air baku menjadi air minum melalui proses fisik, kimiawi, dan/atau
biologi.
Unit produksi dapat terdiri dari :

a. Bangunan pengolahan dan perlengkapannya (Instalasi Pengolahan Air),


b. Desinfektan,
c. Bangunan penampungan air minum,

Sistem Penyediaan Air Minum 8


a. Instalasi Pengolahan Air (IPA)
Salah satu bagian dari unit produksi adalah Instalasi Pengolahan Air (IPA).
Jenis IPA ada berbagai macam, pemilihannya biasanya sesuai dengan kondisi
kualitas air baku yang akan digunakan. Berikut ini akan diuraikan jenis – jenis
IPA yang umum digunakan di Indonesia yaitu sistem saringan pasir lambat
(slow sand filter), sistem koagulasi – flokulasi – sedimentasi – filtrasi dan
aerasi.

b. Disinfeksi
Disinfeksi adalah proses pengolahan air untuk mematikan orgenisme di
dalam air khususnya bakteri pathogen. Untuk mematikan bakteri pathogen,
cara disinfeksi yang banyak digunakan adalah :
 Menggunakan kaporit yang mengandung chlorine,
 Menggunakan ozon,
 Menggunakan sinar ultra violet (UV).

c. Reservoir (Bangunan penampungan air minum ).


Fungsi utama dari reservoir pada system penyediaan air minum adalah
untuk menciptakan kondisi setimbang pada jumlah kapasitas produksi dari unit
produksi terhadap fluktuasi kebutuhan di jaringan distribusi. Berdasarkan
fungsinya reservoir terbagi atas beberapa jenis yaitu :
 Reservoir aktif, yaitu berupa menara air. Reservoir jenis ini berfungsi bukan
hanya sebagai penampung air produksi sehingga menciptakan kondisi
setimbang dengan kebutuhan distribusi namun juga akan mengalirkan air ke
jaringan distribusi secara gravitasi.
 Reservoir pasif, yaitu berupa ground reservoir. Reservoir jenis ini hanya
berfungsi sebagai penampung air produksi sehingga menciptakan kondisi
setimbang dengan kebutuhan distribusi. Sedangkan pengaliran ke jaringan
distribusi dilakukan dengan sistem pemompaan.

Limbah akhir dari proses pengolahan air baku menjadi air minum wajib diolah
terlebih dahulu sebelum dibuang ke sumber air baku dan daerah terbuka.

Sistem Penyediaan Air Minum 9


1.2.3. Unit Distribusi
Unit distribusi terdiri dari sistem perpompaan, jaringan distribusi, bangunan
penampungan, alat ukur dan peralatan pemantauan. Unit distribusi wajib
memberikan kepastian kuantitas, kualitas air, dan kontinuitas pengaliran.
Kontinuitas sebagaimana dimaksud adalah kewajiban memberikan jaminan
pengaliran 24 jam per hari.
Jaringan perpipaan distribusi berfungsi untuk mengalirkan air dari unti
produksi ke pelanggan. Jaringan distribusi menggunakan pipa dengan aliran yang
bertekanan, dimana sepanjang perpipaannya dihubungkan dengan saluran
pelanggan. Jenis sambungan pelanggan dapat berupa Sambungan Rumah (SR),
sambungan Hidran Umum (HU) maupun sambungan untuk pelanggan usaha
komersial. Jalur pipa distribusi biasanya ditanam mengikuti jalur jalan yang ada.

Untuk melakukan perencanaan perpipaan jaringan distribusi, maka beberapa


data yang perlu yang disiapkan adalah sebagai berikut :

 Peta wilayah pelayanan yang berisikan informasi mengenai jalur jalan,


jenispemanfaatan jalan untuk perumahan, perkantoran, pasar maupun untuk
komersial, jarak antar lokasi dan kantor wilayah.
 Kebutuhan air pada masing – masing pelayanan, baik untuk domestic maupun
non-domestik.
 Jenis pipa yang akan digunakan
 Perhitungan kebutuhan kapasitas pelayanan.

Pada dasarnya ada dua jenis system jaringan perpipaan distribusi yaitu :

 Sistim cabang (branched)


Sistim branched atau cabang adalah sistim jaringan perpipaan distribusi yang
terbuka. Sistim ini biasanya digunakan pada wilayah perdesaan dimana besar
wilayah pelayanan tidak teralu luas. Perhitungan hirdolis pada sistim branched
ini cukup sederhana yaitu setiap jalur pipa dihitung secara terpisah.

Sistem Penyediaan Air Minum 10


 Sistim loop
Jaringan perpipaan sistim loop biasanya digunakan diwilayah perkotaan
dimana besar wilayah pelayanannya sangat luas. Sistim loop juga disebut
sistim tertutup. Perhitungan sistim loop ini lebih sulit daripada sistim branched
karena perlu menghitung kesetimbangan aliran pada masing-masing jalur pipa
di jaringan loopnya. Keunggulan dari jaringan perpipaan distribusi dengan
sistim loop adalah dapat memberikan pelayanan yang stabil baik dari segi
jumlah air yang disalurkan maupun besar tekanan ke seluruh wilayah
pelayanan.

1.2.4. Unit pelayanan


Unit pelayanan terdiri dari sambungan rumah, hidran umum, dan hidran
kebakaran. Untuk mengukur besaran pelayanan pada sambungan rumah dan
hidran umum harus dipasang alat ukur berupa meter air. Untuk menjamin
keakurasiannya, meter air sebagaimana dimaksud di atas, wajib ditera secara
berkala oleh instansi yang berwenang. (www.sanitasi.org)
a. Sambungan Rumah
Pipa dan perlengkapannya, dimulai dari titik penyadapan sampai meter air
berada pada perumahan.
b. Hidran/Kran
Pekerjaan perpipaan dan pemasangan meteran air berikut konstruksi sipil yang
diperlukan sesuai gambar rencana biasanya untuk keperluan umum.
c. Hidran Kebakaran
Suatu hidran atau sambungan keluar yang disediakan untuk mengambil air dari
pipa air minum untuk keperluan pemadaman kebakaran atau pengurasan pipa.
( Buku Ajar Sistem Penyediaan Air Minum )

1.2.5. Unit Bangunan Penunjang


Bangunan penunjang dalam sistem penyediaan air minum terdiri dari:
1. Bak pelepas tekan
Ditempatkan pada titik – titik tertentu pada pipa transmisi, yang mempunyai
beda tinggi antara 60 meter sampai 100 meter terhadap titik awal transmisi

Sistem Penyediaan Air Minum 11


tergantung jenis pipa yang digunakan. Dengan waktu detens (td) adalah 1 – 5
menit.
2. Booster Station
Bangunan ini berfungsi untuk menambah tekanan air dalam pipa menggunakan
sistem pempopaan, biasanya di tempatkan pada tempat – tempat dimana air
dalam pipa kurang dari kriteria tekanan air minimum.
3. Jembatan Pipa
Bagian dari pipa transmisi atau pipa distribusi yang menybrang sungai atau
saluran, biasanya jembatan pipa ini memakai struktu dari baja.
4. Aksesoris Pipa
Aksesoris pipa meliputi:
i. Gate Valve
Bangunan ini brfungsi untuk mengontrol aliran air dalam pipa, gate
valve dapat menutup dan membagi aliran ke bagian lainnya dalam pipa
distribusi.
ii. Air Valve
Air valve berfungsi untuk melepaskan udara yang selalu ada dalam
aliran ketika ada akumulasi udara atau memasukkan udara ketika tekanan
air dalam pipa menjadi negatif sehingga air dalam pipa tidak mengalir.
Katup angin dipasang pada tiap bagian dari jalur pipa tertinggi dan
mempunyai tekanan lebih rendah dari 1 atm, karena udara cenderung
terakumulasi di tempat itu.
iii. Check Valve
Bangunan check valve ini dipasang bila pengaliran diinginkan satu
arah. Biasanya check valve dipasang pada pipa tekanan antara pompa dan
gate valve.
iv. Wash Out
Bangunan wash out biasanya dipasang pada titik mati atau titik
terendah ( lembah ) dari jalur pipa dan di tempat – tempat sebelum
jembatan untuk mengeluarkan endapan atau lumpur yang terdapat di
dalam pipa. masuknya kotoran dalam pipa antara lain dapat terjadi pada
saat pemasangan pipa, perbaikan pipa atau kotoran yang berasal dari pipa
itu sendiri.
( Buku Ajar Sistem Penyediaan Air Minum, 2013 )

Sistem Penyediaan Air Minum 12


BAB II
STANDAR DAN KRITERIA PERENCANAAN

2.1. Landasan Hukum


Adapun beberapa landasan hukum dan peraturan yang digunakan dalam hal
penyusunan sistem penyediaan air minum ini diantaranya:
A. Undang – undang nomor 7 tahun 2004 tentan gsumber daya air
B. peraturan pemerintah Republik Indonesia nomer 42 tahun 2008 tentang pengelolaan
sumber daya air
C. PP No. 16 tahun 2005 tentang pengembangan sistem penydiaan air minum
Berdasarkan PP No.16 tahun 2005 perencanaan teknis prasarana dan sarana air
minum ( perencanaan pengembangan SPAM ), dimana dalam PP No. 16 tahun
2005 ada beberapa tahapan yanng harus dilakukan yaitu:
i. Penyusunan Rencana Induk
ii. Penyusunan Studi Kasus
iii. Penyusunan Perencanaann Teknis Spam
D. Permen PU No. 18 tahun 2007 tentang sistem pengembangan air minum
Berdasarkan permen PU No. 18 tahun 2007, pasal 21 ayat (1) : Perencanaan
Teknis Pengembangan SPAM adalah suatu rencana rinci pembangunan sistem
penyediaan air minum di suatu kota atau kawasan meliputi unit air baku, unit
produksi, unit distribusi, dan unit pelayanan.

2.2. Standar Kebutuhan Air


Untuk memenuhi kebutuhan air baku yang meliputi air bersih penduduk ( domestik
dan non domestik ) dan fasilitaas umum, dengan maka terdapat faktor pertimbangan yang
dapat menyebabkan bertambahnya kebutuhan air bersih.
kebutuhan air minum suatu daerah perkotaan dianalisis berdasarkan beberapa
pertimbangan atau parameter yang perlu diperhatikan, yaitu:
A. Jumlah penduduk saat perencanaansampai dengan akhir tahun perencanaan.
B. Target pelayanan yaitu rasio pelayanan air minnum yang diperhitungkan
berdasarkan jumlah penduduk yang akan mendapatkan pelayanan air minum sesuai
dengan anjuran pemerintah.

C. Jenis pelayanan dan satuan kebutuhan air yaitu:


Sistem Penyediaan Air Minum 13
- Rumah tangga baik sambungan langsung maupun kran umum
- Fasilitas sosial
- Fasilitaas perdagangan
- Kebutuhan industri
- Kebutuhan khusus
D. Karakteristik kebutuhan air suatu daerah yang menggambarkan variasi kebutuhan
air harian yaitu kebutuhan air rata – rata dan kebutuhan puncak.
E. Jumlah air yang hilang

Standar kebutuhan air domestik dan non domestik. untuk konsumsi air domestik di
daerah perkotaan adalah 120 – 150 l/orang/hari sesuai dengan Permen PU no 18 tahun
2007, untuk konsumsi air domestik di daerah pedesaan adalah 60 l/orang/hari sesuai
dengan Permen PU No. 18 tahun 2007. sedangkan untuk konsumsi air non domestik
tambahan 15% - 20% dari jumlah kebutuhan air domestik sesuai dengan Permen PU no
18 tahun 2007.

Kriteria perencanaan teknis teknis yang akan digunakan menyangkut proyeksi


kebutuhan air bersih adalah:

a. Kebutuhan Air untuk Rumah Tangga ( domestik )


Kebutuhan air untuk rumah tangga domestik yaitu pemakaian air untuk aktivitas
di lingkungan rumah tangga. penyediaan air baku untuk keperluaan rumah tangga
dihitung dengan berdasarkan:
- Jumlah penduduk
- Prosentase jumlah penduduk yang akan dilayani
- Cara pelayanan air
- Konsumsi pemakaian air (lt/org/hari)

Sistem Penyediaan Air Minum 14


Beberapa parameter yang dipakai dalam menentukan tingkat pelayanan air bersih
yang akan direncanakan meliputi:

i. Konsumsi pemakaian air bersih


untuk konsumsi air bersih domestik ditentukan untuk sambungan rumah (SR)
sebesar 120 l/dt dan sambuungan umum (SU) sebesar 30 l/dt.

ii. Jumlah jiwa per sambungan


jumlah jiwa persambungan rumah dihitung berdasarkan jumlah rata – rata
untuk SR sebesar 5 jiwa/sambungan dan SU sebesar sebesar 100
jiwa/sambungan.

konsumsi jaringn perpipaan domestik (KJDP) adalah air yang terdistribusikan (Qd)
oleh pengelola SPAM (dari hasil pengamatan diambil m3/bln dan di jadikan
m3/hari), dikurangi volume kebocoran (persentase kebocoran 20% x Qd), dibagi
dengan jumlah jiwa yang terlayani (Pt).
jadi dapat di simpulkan:
KJDP = (Qd – (20% x Qd))/Pt, sehingga didapat kebutuhan air domestik dalam
m3/orang/hari dijadikan dalam l/orang/hari.

b. Kebutuhan Air untuk Non Domestik


Kebutuhan air non domestik yaitu pemakaian air d luar pemakaian untuk rumah
tangga. termasuk ke dalam kelompok kebutuhan air untuk keperluan non domestik
meliputi niaga, kesehatan, sosial, perkantoran, pendidikan dan peibadatan. Standar
kebutuhan kebutuhan air non domestik yaitu tambahan 15 % - 20% dari kebutuhan
air domestik sesuai dengan permen PU No. 18 tahun 2007 atau sesuai dengan
kebutuhan non domestik yang direncanakan.

Sistem Penyediaan Air Minum 15


2.3. Kriteria Perencanaan

A. Pemilahan sumber air baku yang memenuhi syarat kualitas dan kuantitas.
Parameter untuk kualitas bisa mengacu pada Permenkes No.492 tahun 2010,
sedangkan untuk parameter kuantitas adalah debit yang memenuhi kebutuhan
proyeksi 15 – 20 tahun yaitu dengan cara mengkaji neraca air dari sumber air
yang akan diambil untuk air baku penyediaan air minum.

B. Transmisi air baku dan transimisi air olahan


menggunakan saluran tertutup dengan pipa kecuali air baku boleh dengan
saluran terbuka yang terlindungi. Buatkan rencana jalur pipa transmisi kemudian
plotkan pada peta rupa bumi atau petacitra satelit, perkirakan panjang dan
elevasinya, kemudian perkirakan diameter pipa transmisi yang akan digunakan.

C. Sistem pengolahan air


sistem pengolahan air terdiri dari dua yaitu:
a. Pengolahan lengkap yaitu pengolahan yang diperlukan untuk air baku yang
mempunyai turbidity ( kekeruhan ) antara 5 sampai 50 NTU ( net turbidity
unit ) dalam instalasi pengolahan air lengkap akan ditambahkan unsur – unsur
kimia untuk penurun kekeruhan, pengontrol Ph air, dan suci hama(
desinfektan) misalkan Alum,PAC untuk penurun kadar kekeruhan, soda ash
untuk pengontrol Ph air.
b. Pengolahan parsial yaitu pengolahan untuk air baku dengan kekeruhan kurang
dari 5 NTU misal saringan pasir lambat tanpa pembubuhan kimia kecuali
desinfektan.
c.
D. Pola sistem distribusi
Ada 2 pola sistem distribusi yaitu pola cabang dan pola cincin, dalam
penyusunan RI SPAM, SPAM perpipaan jaringan distribusi tidak perlu terlalu rinci
cukup mengasumsi biayanya saja, yaitu dengan mengalikan jumlah SR yang akan
dipasang dengan perkiraan harga pemasangan SR lengkap +100 m pipa pelayanan
atau 2,5 jt – 3jt IDR tergantung harga suatu wilayah. Halini di perlukan untuk
memperkirakan biaya investasi untuk distribusi.

Sistem Penyediaan Air Minum 16


2.4. Periode perencanaan
Periode perencanaan dalam sistem penyediaan air minum antara 15 – 20 tahun dan
dievaluasi setiap 5 tahun.

2.5. Daerah pelayanan


Daerah pelayanan harus disesuaikan dengan arah pengembangan yang ada dalam
RTRW serta memperhatikan daerah potensial, daerah yang tinggi kepadatan
penduduknya, daerah strategis (wisata, industri, perkantoran), daerah dengan penduduk
berpenghasilan rendah (MBR), daerah rawan air, serta kebijakan pemerintah kabupaten
dalam penyediaan air minum.
( Buku Ajar Sistem Penyediaan Air Minum, 2013 )

Sistem Penyediaan Air Minum 17

Anda mungkin juga menyukai