Anda di halaman 1dari 10

KONTRUKSI BENDUNGAN

PENGOPERASIAN DAN PEMELIHARAAN WADUK

Disusun oleh:
Kelompok 7 :
Risqi Arif Hadi Putra (15041000106)
Duan Yudha Prawira (15041000084)

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MERDEKA MALANG
2018
Daftar Isi
Cover....................................................................................................................... i
Daftar Isi................................................................................................................. ii

BAB I
Pendahuluan……………………………………………………………………… 1
1.1 Pengertian Waduk...................................................................................... 1
1.2 Klasifikasi Pengoperasian Waduk.............................................................. 1

BAB II
Pembahasan Khusus................................................................................................ 2
2.1 Waduk Dengan Manfaat Tunggal................................................................ 2
2.2 Waduk Dengan Berbagai Manfaat............................................................... 2
2.3 Faktor Yang Mempengaruhi......................................................................... 2
2.4 Pola Operasi Waduk..................................................................................... 2
2.5 Pola Konvensional OUTFLOW................................................................... 3
2.6 Metoda Simulasi.......................................................................................... 3
2.7 Metoda Optimasi.......................................................................................... 5

BAB III
Contoh Operasi Waduk........................................................................................... 6

Daftar Pustaka ........................................................................................................ 7


BAB I
Pendahuluan

1.1 Pengertian Waduk


Waduk menurut pengertian umum adalah tempat pada permukaan tanah yang
dimaksudkan untuk menyimpan / menampung air saat terjadi kelebihan air/musim penghujan,
kemudian air yang melimpah tersebut dimanfaatkan untuk keperluan pertanian dan berbagai
keperluan lainnya pada saat musim kemarau.
Dalam satu tahun, persediaan air di alam khususnya di Indonesia berubah – ubah, pada
musim penghujan air sangat melimpah sedangkan pada saat musim kemarau tiba air sangat
langka. Dengan kapasitas tampungan yang besar dan elevasi muka air yang tinggi, sebuah
waduk selain dapat mengatur besar aliran sungai di sebelah hilirnya agar menjadi lebih merata
sepanjang tahun, juga dapat berfungsi sekaligus sebagai sarana pengendali banjir yang efektif
dan berbagai manfaat lainnya.
1.2 Klasifikasi Pengoperasian Waduk
Waduk dan pengoperasiannya sering diklasifikasikan berdasarkan pada waduk yang
akan digunakan untuk suatu tujuan / manfaat tertentu atau waduk untuk berbagai tujuan /
manfaat. Waduk dengan manfaat tunggal relatif sangat mudah dalam perencanaan operasinya
dan ini akan bertambah kompleks bila merupakan suatu bagian sistim yang besar dan
terintegrasi. Waduk dengan berbagai manfaat lebih kompleks baik dalam perencanaannya
maupun pengoperasiannya. Semua waduk untuk berbagai macam manfaat perlu mempunyai
outlet yang cukup besar untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya banjir yang sangat
besar atau beberapa kejadian banjir besar yang berurutan.
BAB II
Pembahasan Khusus

2.1 Waduk Dengan Manfaat Tunggal (Single Purpose)


Waduk yang diperuntukkan bagi rekreasi atau perikanan pada umumnya menghendaki
elevasi yang konstan, tidak terlalu banyak perubahan muka air di waduk terkecuali jika terjadi
banjir besar atau terjadinya evaporasi yang besar. Untuk kondisi dimana tidak ada pintu diatas
pelimpah maka pengendalian keluaran dibuat pada lebarnya dari pelimpah. Untuk
pengendalian banjir, waduk akan diusahakan kosong kecuali selama terjadinya banjir. Untuk
kondisi daerah pengaliran sungai yang besar ( sistim jaringan sungai yang luas yang
mempunyai beberapa waduk didalamnya) maka keluaran dari hulu waduk sangat
mempengaruhi pola operasi dari waduk dihilirnya. Untuk waduk dengan manfaat tunggal
seperti irigasi sangat membutuhkan suatu outlet untuk mengendalikan air yang dikeluarkan
dan memungkinkan untuk mengontrol muka air yang ada diwaduk.
2.2 Waduk dengan Berbagai Manfaat (Multi Purpose)
Kombinasi dari berbagai manfaat pada umumnya dimaksudkan untuk dapat
mengoptimumkan kondisi yang ada serta meningkatkan kelayakan pembangunan suatu
waduk. Pola operasi yang terbaik dalam kondisi ini adalah kompromi antara berbagai
kebutuhan. Hal yang harus diperhatikan dalam mengoperasikan waduk dengan berbagai
manfaat adalah konflik kepentingan terutama pada waduk yang memiliki sumber daya air
yang terbatas. Pola operasi yang terbaik dalam kondisi ini adalah kompromi antara berbagai
kebutuhan.
2.3 Faktor Yang Mempengaruhi
Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam operasi waduk adalah :
- Prediksi besarnya masukan ke waduk,
- Karakteristik waduk
- Sedimentasi
- Keluaran yang sangat tergantung pada kebutuhan air, debit yang limpas serta
besarnya evaporasi
2.4 Pola Operasi Waduk
Rencana dan pedoman operasi harus direncanakan sejak tahap perencanaan dan
digunakan untuk menentukan besarnya tampungan efektif dari waduk yang direncanakan.
Evaluasi dan modifikasi terhadap pola operasi dalam tahap operasional dapat disesuaikan lagi
sesuai dengan pengalaman operasi yang aktual.
Pedoman operasi dapat bervariasi dari suatu pola operasi yang dilakukan, misalnya selama
terjadinya banjir sampai ke pedoman dalam operasi jangka waktu lebih lama agar dapat
memenuhi kebutuhan.
Pedoman operasi ini dapat berbentuk grafik, tabulasi atau kombinasinya. Pola dan perioda
waktu dalam operasi waduk berkaitan dengan manfaat dari waduk tersebut.
Sebagai contoh :
 Irigasi, waktu/durasi pengoperasian adalah 2 mingguan
 Pengendalian banjir, waktu/durasi pengoperasian adalah jam-
jaman
 PLTA, waktu/durasi pengoperasian adalah jam-jaman/ harian
 Domestik, waktu/durasi pengoperasian adalah harian
Untuk waduk yang bermanfaat mencukupi berbagai macam kebutuhan, sering mengalami
konflik dalam pengoperasiannya. Contohnya waduk untuk penanggulangan banjir dan waduk
untuk irigasi atau PLTA.
Dalam operasinya waduk yang dikembangkan untuk pengendalian banjir mengusahakan agar
elevasi muka air waduk dapat serendah mungkin pada waktu akan memasuki musim hujan.
Waduk yang digunakan untuk pembangkitan tenaga listrik, untuk dapat mengoptimalkan
energi yang diperolehnya diperlukan untuk senantiasa menjaga agar elevasi muka air di
waduk setinggi mungkin, sedangkan waduk yang digunakan untuk irigasi akan mengeluarkan
air sesuai dengan kebutuhan irigai sehingga pada musim penghujan berusaha untuk
menampung air semaksimal mungkin.
Konflik operasi untuk waduk-waduk yang digunakan untuk pengendalian banjir dan irigasi
serta waduk untuk PLTA dan pengendalian banjir seringkali sulit untuk dipecahkan bila dalam
pola operasinya tidak ditentukan prioritas dalam pedoman operasinya dan dilakukan
optimalisasi dalam penentuan pola operasinya. Pengoperasian waduk dapat dilakukan
periode jam-jaman, harian,2 mingguan atau bulanan.
Ada beberapa pendekatan dan metoda yang dapat digunakan dalam pembuatan pola operasi.
Pola operasi dapat dibuat sederhana atau dapat dibuat dengan mengoptimalkan kondisi yang
ada.
2.5 Pola Konvensional OUTFLOW

Min Kritis Max


Storage
Bila tampungan di waduk pada kondisi I antara Min storage (elevasi minimum
pengoperasian) dan Kondisi awal kritis maka outflow dari waduk lebih kecil dari target
(kebutuhan), bila tampungan berada pada kondisi II, maka keluaran dari waduk adalah sesuai
dengan kebutuhan air yang diperlukan namun bila storage pada kondisi III dimana melebihi
dari tampungan maksimum pengoperasian (elevasi maksimum pengoperasian) maka keluaran
adalah besarnya kebutuhan ditambah dengan besarnya debit yang terbuang melalui pelimpah.
Pola operasi yang optimal berusaha untuk menjaga agar tidak sering terjadi limpasan diatas
pelimpah dan tidak adanya pengurangan kebutuhan akibat storage yang cenderung menurun
dibawah titik / ambang kritis
2.6 Metoda Simulasi
Penentuan pedoman operasi dapat dilakukan dengan membuat simulasi terhadap pola
operasi. Metoda simulasi berusaha dengan trial and error dan berbagai kondisi tipe inflow
serta karakteristik waduk untuk mensimulasikan elevasi waduk agar didapatkan gambaran
elevasi waduk bila terjadi kondisi normal, basah dan kering.
Ada tiga ambang batas yang akan ditentukan dari hasil simulasi yaitu suatu ambang
batas untuk pengoperasian waduk pada kondisi basah, ambang untuk kondisi normal dan
ambang untuk kondisi kering. Dengan diketahuinya ketiga ambang tersebut maka
pengeluaran dari waduk dapat dikendalikan sedemikian rupa sehingga tidak samapi waduk
dalam kondisi yang sangat kritis. Atau dengan perkataan lain waduk pada waktu awal operasi
dimana muka air penuh dapat dicapai kembali pada akhir operasi sebelum masuk pada
tahun pengoperasian selanjutnya. Dalam tahap operasional pengoperasian waduk / outflow
dari waduk sangat tergantung pada inflow dan elevasi waduk pada tiap akhir perioda
(mingguan, bulanan).

Start Operasi

TMA
N
(m)
K

B : Basah, N : Normal, K : Kering

Gambar Pola Operasi Waduk


2.7 Metoda Optimasi
Dalam tahap operasional, pengoperasian suatu waduk dapat dilakukan dengan
menggunakan tehnik optimasi dengan menggunakan linear programming (pemerograman
linear) / dynamic programming (pemrograman dinamis). Dalam pemrograman linear
karakteristik dari kurva hubungan antara elevasi dan storage dibuat linear dengan membagi
kurva menjadi beberapa bagian yang dapat dilinearkan. Dalam pemrograman dinamis,
pengoperasian dilakukan setiap step / tahapan. Optimasi ini dibuat untuk mengantisipasi
kemungkinan inflow yang masuk ke waduk yang sangat tidak menentu (random). Dalam
pendekatan optimasi, berbagai kondisi dan alternatif telah ditetapkan terdahulu sebagai
kendala dan fungsi obyektif dari suatu sistim waduk pada suatu DAS misalnya :
1. Menetapkan fungsi objektif dari masing-masing pola operasi waduk ganda
(Maksimum keuntungan (benefit) / Minimum biaya (Cost) / Minimum kegagalan
dalam suplai (water shortage)
2. Menetapkan kendala / batasan / constraint dari berbagai kondisi misalkan :
 Menetapkan constraint secara umum untuk masing-masing waduk seperti,
1. Muka air waduk tidak pernah dibawah elevasi minimum pembangkitan
energi listrik (90% dari waktu).
2. Limpasan air waduk tidak melebihi 10% dari waktu.
3. Volume outflow untuk memenuhi kebutuhan dimaksimumkan.
 Kendala (Constraint) keseimbangan tata air di masing-masing waduk.
 Kendala (Constraint) karakteristik waduk.
 Kendala (Constraint) kebutuhan air (target energi, areal irigasi, pengendalian
banjir, navigasi, rekreasi dll)
Prosedur yang perlu disiapkan dalam pendekatan simulasi dari masing-masing waduk
adalah :

 Membuat diagram skematisasi Jaringan Sungai dan Waduk yang ada..

 Menyiapkan debit (bulanan dan perioda jam-jaman pada saat banjir, qij

 Menyiapkan kapasitas dari waduk ; kapasitas maksimum (Sm) dan minimum


dari waduk (Se).

 Menyiapkan kurva pola pengoperasian (rule curve) selama 12 bulan, untuk


variasi inflow dan elevasi waduk dengan kriteria Dij = Hj(Si,j-1) tergantung
pada storage atau elevasi dari waduk pada akhir bulan dimana i urutan ke I dan
j menyatakan bulan.
BAB III
CONTOH OPERASI WADUK

Waduk merupakan suatu tampungan yang digunakan untuk menampung air berlebih pada
saat musim hujan supaya kemudian dapat dimanfaatkan pada saat musim kemarau
(Sudjarwadi, 1987). Waduk Sanggeh terletak di Desa Tambirejo, Kecamatan Toroh,
Kabupaten Grobogan, Provinsi Jawa Tengah. Bendungan Sanggeh merupakan bendungan
urugan tanah homogen dengan perlindungan rip-rap pada lereng hulu bendungan. Bendungan
Sanggeh berfungsi sebagai tampungan air di musim hujan dan mengairi irigasi teknis areal
persawahan seluas ± 46 ha (SK Bupati Grobogan, 2013) dan sumber airnya berasal drainase
lokal. Pada tubuh bendungan terpasang instrumentasi-instrumentasi untuk mencatat
perilaku/perubahan bendungan mulai dari pergeseran, deformasi, rembesan, data pencatatan
hujan setempat, serta pengamatan tinggi muka air waduk.
Bendungan Sanggeh direhabilitasi total pada tahun 2015, karena itu diperlukan evaluasi
kelayakan waduk Sanggeh. Waduk Sanggeh belum mempunyai manual operasi dan
pemeliharaan sehingga waduk belum dapat dioperasikan. Untuk mengambil manfaat yang
sebesar-besarnya, maka waduk harus dioperasikan secara optimal (Soetopo Widandi, 2010).
Sebagai dasar pelaksanaan operasi dan pemeliharaan waduk dibutuhkan manual operasi dan
pemeliharaan waduk Sanggeh. Manual tersebut harus rinci, jelas, dan mudah dimengerti bagi
petugas pelaksana OP (operasi dan pemeliharaan) serta mencakup semua kegiatan yang harus
dilakukan dalam rangka OP (operasi dan pemeliharaan) waduk. Dalam operasi waduk
terdapat pola operasi yang digunakan sebagai acuan dalam menjaga volume waduk Sanggeh
sehingga air dapat dimanfaatkan secara optimal. Sebagai bahan evaluasi, waduk Sanggeh
perlu dilakukan survey kondisi bagian-bagian waduk seperti bendungan, bangunan intake,
spillway, instrumentasi, kantor pengelola, kantong lumpur dan pagar hijau di sekitar waduk.
Selain itu diperlukan analisa kebutuhan biaya operasi dan pemeliharaan waduk Sanggeh.
Lokasi waduk Sanggeh dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Lokasi Waduk Sanggeh

(Sumber : Peta Rupa Bumi Indonesia, 2004)


DAFTAR PUSTAKA

Balai Keamanan Bendungan, 2003. Kriteria Umum Desain Bendungan, Direktur Jendral
Sumber Daya Air, Jakarta.

Indra Karya, P.T, 1993. Pekerjaan Studi Sistem Operasi Waduk kedong Ombo dan Manual
Pengoperasian, Laporan Akhir, Indra Karya, P.T, Semarang.

Sosrodarsono, Suyono dan Takeda, Kesanu, 1989. Bendungan Tipe Urugan, Pradnya
Paramita, Jakarta.

Sudjarwadi, 1987. Dasar-Dasar Teknik Irigasi. KMTS-UGM, Yogyakarta.

Surat Keputusan Bupati Grobogan Nomor 11 Tahun 2013 tanggal 23 Juli 2003 tentang Pola
Tanam Musim Tanam Rendengan 2013 sampai dengan kemarau 2016 Kabupaten
Grobogan.

Windadi Soetopo, 2010. Operasi Waduk Tunggal, CV. Asrori, Malang.

Anda mungkin juga menyukai