Anda di halaman 1dari 10

A.

Bagian-bagian bendung

Gambar 1 Gambar Bangunan Utama Bendung


(Sumber KP02 2010 Bangunan utama)

Konstruksi sebuah bendung memiliki bagian-bagian tertentu. Bagian-bagian


ini menopang seluruh konstruksi bendung. Setiap bagian memiliki detail dan
fungsi yang khusus. Bagian-bagian inilah yang akan bekerja agar
operasional suatu bendung dapat berjalan dengan baik. Bagian-bagian dari
konstruksi bendung secara umum, yaitu

1. Tubuh bendung
Tubuh bendung merupakan struktur utama yang berfungsi untuk
membendung laju aliran sungai dan menaikkan tinggi muka air sungai
dari elevasi awal. Bagian ini biasanya terbuat dari urugan tanah,
pasangan batu kali, dan bronjong atau beton. Tubuh bendung umumnya
dibuat melintang pada aliran sungai.

2. Pintu air (gates)


Pintu air merupakan struktur dari bendung yang berfungsi untuk
mengatur, membuka, dan menutup aliran air di saluran baik yang
terbuka maupun tertutup. Bagian yang penting dari pintu air adalah :
a. Daun pintu (gate leaf)
Adalah bagian dari pintu air yang menahan tekanan air dan dapat
digerakkan untuk membuka, mengatur, dan menutup aliran air.
b. Rangka pengatur arah gerakan (guide frame)
Adalah alur dari baja atau besi yang dipasang masuk ke dalam beton
yang digunakan untuk menjaga agar gerakan dari daun pintu sesuai
dengan yang direncanakan.
c. Angker (anchorage)
Adalah baja atau besi yang ditanam di dalam beton dan digunakan
untuk menahan rangka pengatur arah gerakan agar dapat
memindahkan muatan dari pintu air ke dalam konstruksi beton.
d. Hoist
Adalah alat untuk menggerakkan daun pintu air agar dapat dibuka
dan ditutup dengan mudah.

3. Pintu pengambilan (intake)


Pintu pengambilan berfungsi mengatur banyaknya air yang masuk
saluran dan mencegah masuknya benda-benda padat dan kasar ke
dalam saluran. Pada bendung, tempat pengambilan bisa terdiri dari dua
buah, yaitu kanan dan kiri, dan bisa juga hanya sebuah, tergantung dari
letak daerah yang akan diairi. Bila tempat pengambilan dua buah,
menuntut adanya bangunan penguras dua buah pula. Kadang-kadang
bila salah satu pintu pengambilam debitnya kecil, maka pengambilannya
lewat gorong-gorong yang di buat pada tubuh bendung. Hal ini akan
menyebabkan tidak perlu membuat dua bangunan penguras dan cukup
satu saja.

4. Kolam peredam energy


Bila sebuah konstruksi bendung dibangun pada aliran sungai baik pada
palung maupun pada sodetan, maka pada sebelah hilir bendung akan
terjadi loncatan air. Kecepatan pada daerah itu masih tinggi, hal ini akan
menimbulkan gerusan setempat (local scauring). Untuk meredam
kecepatan yang tinggi itu, dibuat suatu konstruksi peredam energi.
Bentuk hidrolisnya adalah merupakan suatu bentuk pertemuan antara
penampang miring, penampang lengkung, dan penampang lurus. Secara
garis besar konstruksi peredam energi dibagi menjadi 4 (empat) tipe,
yaitu
a. Ruang olak tipe Vlughter
Ruang olak ini dipakai pada tanah aluvial dengan aliran sungai tidak
membawa batuan besar. Bentuk hidrolis kolam ini akan dipengaruhi
oleh tinggi energi di hulu di atas mercu dan perbedaan energi di hulu
dengan muka air banjir hilir.
b. Ruang olak tipe Schoklitsch
Peredam tipe ini mempunyai bentuk hidrolis yang sama sifatnya
dengan peredam energi tipe Vlughter. Berdasarkan percobaan, bentuk
hidrolis kolam peredam energi ini dipengaruhi oleh faktor-faktor, yaitu
tinggi energi di atas mercu dan perbedaan tinggi energi di hulu
dengan muka air banjir di hilir.
c. Ruang olak tipe Bucket
Kolam peredam energi ini terdiri dari tiga tipe, yaitu solid bucket,
slotted rooler bucket atau dentated roller bucket, dan sky jump. Ketiga
tipe ini mempunyai bentuk hampir sama dengan tipe Vlughter, namun
perbedaanya sedikit pada ujung ruang olakan. Umumnya peredam ini
digunakan bilamana sungai membawa batuan sebesar kelapa
(boulder). Untuk menghindarkan kerusakan lantai belakang maka
dibuat lantai yang melengkung sehingga bilamana ada batuan yang
terbawa akan melanting ke arah hilirnya
d. Ruang olak tipe USBR
Tipe ini biasanya dipakai untuk head drop yang lebih tinggi dari 10
meter. Ruang olakan ini memiliki berbagai variasi dan yang terpenting
ada empat tipe yang dibedakan oleh rezim hidraulik aliran dan
konstruksinya. Tipe-tipe tersebut, yaitu ruang olakan tipe USBR I
merupakan ruang olakan datar dimana peredaman terjadi akibat
benturan langsung dari aliran dengan permukaan dasar kolam, ruang
olakan tipe USBR II merupakan ruang olakan yang memiliki blok-blok
saluran tajam (gigi pemencar) di ujung hulu dan di dekat ujung hilir
(end sill) dan tipe ini cocok untuk aliran dengan tekanan hidrostatis
lebih besar dari 60 m, ruang olakan tipe USBR III merupakan ruang
olakan yang memiliki gigi pemencar di ujung hulu, pada dasar ruang
olak dibuat gigi penghadang aliran, di ujung hilir dibuat perata aliran,
dan tipe ini cocok untuk mengalirkan air dengan tekanan hidrostatis
rendah, dan ruang olakan tipe USBR VI merupakan ruang olakan yang
dipasang gigi pemencar di ujung hulu, di ujung hilir dibuat perata
aliran, cocok untuk mengalirkan air dengan tekanan hidrostatis
rendah, dan Bilangan Froud antara 2,5 - 4,5.
e. Ruang olak tipe The SAF Stilling Basin (SAF = Saint Anthony Falls)
Ruang olakan tipe ini memiliki bentuk trapesium yang berbeda
dengan bentuk ruang olakan lain dimana ruang olakan lain berbentuk
melebar. Bentuk hidrolis tipe ini mensyaratkan Fr (Bilangan Froude)
berkisar antara 1,7 sampai dengan 17. Pada pembuatan kolam ini
dapat diperhatikan bahwa panjang kolam dan tinggi loncatan dapat di
reduksi sekitar 80% dari seluruh perlengkapan. Kolam ini akan lebih
pendek dan lebih ekonomis akan tetapi mempunyai beberapa
kelemahan, yaitu faktor keselamatan rendah (Open Channel
Hidraulics, V.T.Chow : 417-420). Pemilihan tipe kolam peredam energi
tergantung pada beberapa faktor atau beberapa kondisi, misalnya
keadaan tanah dasar atau kondisi tanah dasar, tinggi perbedaan muka
air hulu dan hilir, dan sedimen yang diangkut aliran sungai.

5. Pintu penguras
Penguras ini bisanya berada pada sebelah kiri atau sebelah kanan
bendung dan kadang-kadang ada pada kiri dan kanan bendung. Hal ini
disebabkan letak daripada pintu pengambilan. Bila pintu pengambilan
terletak pada sebelah kiri bendung, maka penguras pun terletak pada
sebelah kiri pula. Bila pintu pengambilan terletak pada sebelah kanan
bendung, maka penguras pun terletak pada sebelah kanan pula.
Sekalipun kadang-kadang pintu pengambilan ada dua buah, mungkin
saja bangunan penguras cukup satu hal ini terjadi bila salah satu pintu
pengambilan lewat tubuh bendung. Pintu penguras ini terletak antara
dinding tegak sebelah kiri atau kanan bendung dengan pilar, atau antara
pilar dengan pilar. Lebar pilar antara 1,00 sampai 2,50 meter tergantung
konstruksi apa yang dipakai. Pintu penguras ini berfungsi untuk
menguras bahan-bahan endapan yang ada pada sebelah udik pintu
tersebut. Untuk membilas kandungan sedimen dan agar pintu tidak
tersumbat, pintu tersebut akan dibuka setiap harinya selama kurang
lebih 60 menit. Bila ada benda-benda hanyut mengganggu eksploitasi
pintu penguras, sebaiknya dipertimbangkan untuk membuat pintu
menjadi dua bagian, sehingga bagian atas dapat diturunkan dan benda-
benda hanyut dapat lewat diatasnya.
Gambar 2 Potongan melintang bendung
B. Proses pembuatan bendung

Syarat-syarat konstruksi bendung harus memenuhi beberapa faktor, yaitu

1. Bendung harus stabil dan mampu menahan tekanan air pada waktu banjir;
2. Pembuatan bendung harus memperhitungkan kekuatan daya dukung tanah
di bawahnya;
3. Bendung harus dapat menahan bocoran (seepage) yang disebabkan oleh
aliran air sungai dan aliran air yang meresap ke dalam tanah;
4. Tinggi ambang bendung harus dapat memenuhi tinggi muka air minimum
yang diperlukan untuk seluruh daerah irigasi;
5. Bentuk peluap harus diperhitungkan, sehingga air dapat membawa pasir,
kerikil dan batu-batu dari sebelah hulu dan tidak menimbulkan kerusakan
pada tubuh bendung.

Pemilihan lokasi pembangunan bendung harus didasarkan atas beberapa


faktor, yaitu

1. Keadaan Topograf
Dalam hal ini semua rencana daerah irigasi dapat terairi, sehingga harus
dilihat elevasi sawah tertinggi yang akan diari. Bila elevasi sawah tertinggi
yang akan diairi telah diketahui maka elevasi mercu bendung dapat
ditetapkan. Dari kedua hal tersebut, lokasi bendung dilihat dari segi
topograf dapat diseleksi.
2. Keadaan Hidrologi
Dalam pembuatan bendung, yang patut diperhitungkan juga adalah faktor
faktor hidrologinya, karena menentukan lebar dan panjang bendung serta
tinggi bendung tergantung pada debit rencana. Faktor faktor yang
diperhitungkan, yaitu masalah banjir rencana, perhitungan debit rencana,
curah hujan efektif, distribusi curah hujan, unit hidrograf, dan banjir di site
atau bendung.
3. Kondisi Topograf
Dilihat dari lokasi, bendung harus memperhatikan beberapa aspek, yaitu
a. Ketinggian bendung tidak terlalu tinggi.
b. Trase saluran induk terletak di tempat yang baik.
4. Kondisi Hidraulik dan Morfologi
Pola aliran sungai meliputi kecepatan dan arahnya pada waktu debit banjir,
kedalaman dan lebar muka air pada waktu debit banjir, tinggi muka air
pada debit banjir rencana, potensi dan distribusi angkutan sedimen.
5. Kondisi Tanah Pondasi
Bendung harus ditempatkan di lokasi dimana tanah pondasinya cukup baik
sehingga bangunan akan stabil. Faktor lain yang harus dipertimbangkan
pula yaitu potensi kegempaan dan potensi gerusan karena arus dan
sebagainya.
6. Biaya Pelaksanaan
Biaya pelaksanaan pembangunan bendung juga menjadi salah satu faktor
penentu pemilihan lokasi pembangunan bendung. Dari beberapa alternatif
lokasi ditinjau pula dari segi biaya yang paling murah dan pelaksanaan
yang tidak terlalu sulit.

Teknis pembuatan bendung secara umum sebagai berikut

1. Pembuatan bendungan dimulai dengan pembuatan diversion channel


(saluran pengalihan) yang dibangun di sebelah kanan sungai

2. Pekerjaan dimulai dengan dengan mengerjakan diversion work dengan


menggali tanah dan pembuatan tanggul untuk mengalihkan aliran sungai.
Setelah sungai dialihkan lokasi bendung dapat dikeringkan melalui proses
dewatering.

Gambar 3 Pengalihan aliran sungai

3. Selanjutnya pekerjaan bendung dilanjutkan dengan pekerjaan galian tanah


dengan excavator dan hasil galian diangkut dengan dump truck untuk
dibuang ke disposal area atau disimpan sebagai stock untuk material
timbunan sesuai dengan jenis dan spesifkasi tana

Gambar 4 Pekerjaan galian tanah


4. Bila galian menemui lapisan tanah keras, dilakukan pekerjaan galian batu
5. Dipilih metode drilling and blasting, yaitu pada permukaan batuan dibuat
pola blasting. Kemudian dibuat lubang dengan rock drill (cradler rock driller)
atau canal drilling untuk diisi sejumlah bahan peledak (dynamit) dan
detonator sebagai pemicunya

Gambar 5 Pekerjaan pada tanah keras

6. Setelah peledakan, hasil galian dikumpulkan dengan excavator dan diangkut


dump truck ke disposal area
7. Galian batuan dengan blasting (peledakan)biasanya sulit untuk membentuk
dasar galian yang rapi sesuai rock line excavation yang ada dalam shop
drawing
8. Selanjutnya digunakan giant breaker yang dipasangkan pada excavator
untuk membentuk dan merapikan galian batuan
9. Sebelum pekerjaan beton fondasi bendung dimulai, pekerjaan yang harus
dilakukan adalah fnising permukaan batuan dengan membersihkan semua
loose material dan menutup permukaan dengan splash grouting.
10. Splash grouting adalah campuran semen pasir dan air yang disiramkan
ke permukaan batuan

Gambar 6 Pekerjaan splash grouting

11. Tahap selanjutnya adalah pekerjaan beton (concrete) untuk fondasi,


tubuh bendung, kolam olakan (stilling basin) dan piers serta column
12. Di permukaan bendung yang terjadi pergesekan dengan air sungai
dimana diasumsikan terdapat batuan lepas, ranting dan pohon, oleh karena
itu perlu dilapisi dengan steel fibre concrete
13. Pada bendung gerak dibuat bangunan hoist room yaitu tempat mesin
penggerak pintu, dipasang berupa katrol (hoist) elektrik untuk menaikkan
dan menurunkan pintu
14. Setelah bagian utama terlaksana, diikuti bangunan lantai apron dan
lantai stilling basin yang diikuti pekerjaan backfll dengan material terseleksi
(selected embankment)

15. Jembatan pelayanan dibuat terpisah di fabrikasi karena menggunakan


precast prestressed concrete, yang dilaunching dengan metode launching
trus

16. Pekerjaan sipil utama yang paling berat adalah pembuatan pier dan hoist
deck, karena perlu ketelitian dan akurasi yang tinggi agar interfacing
dengan pekerjaan pintu (hydro mechanical) tidak banyak menemui kesulitan

17. Dalam penentuan penggunaan perancah bekisting di lantai hoist room


perlu penanganan khusus karena pada ketinggian 28 m, harus melakukan
pekerjaan beton dengan beban ratusan ton dan lendutan yang cukup besar

18. Pelaksanaan bendung gerak dan bendung tetap merupakan lintasan kritis
. Sedangkan pekerjaan apron, stilling basin dan fshway merupakan
pekerjaan tidak kritis tetapi dapat dilaksanakan paralel dengan pekerjaan
bendung sesuai kapasitas penyediaan beton per hari

19. Untuk pembuatan pier dan kolom beton digunakan climbing formwork
dengan dua tipe, yaitu untuk lengkung dipakai bekisting baja dan untuk
yang lurus digunakan bekisting kayu dan plywood

20. Pada tahap pelaksanaan pengecoranbeton untuk pier terdapat dua jenis
beton yang harus dilaksanaan bersama untuk menghindari sambungan
dingin (cold joint) yaitu antara beton biasa dan beton campuran berton
campuran steel fbre

21. Agar kedua jenis beton tidak tercampur, digunakan kawat ayam yang
ditahan dengan besi beton atau wire mesh

22. Pengecorannya dilakukan secara bergantian dalam waktu yang relatif


bersamaan antara steel fbre concrete dan beton biasa

23. Dilanjutkan dengan pengecoran bagian-bagian pada dan elevasi di


atasnya sesuai dengan ketinggian climbing formwork

24. Untuk dinding bangunan hoist room yang awalnya adalah beton biasa,
dilakukan inovasi menjadi kolom dan balok rangka baja dengan dinding
precast prestressed panel (hollow core wall) untuk dinding maupun plat
atap.

C. Contoh Bendung
Gambar 7 Bendung Kotapala

Referensi

KP Bagian Bangunan Utama 02


http://putusukmakurniawan.blogspot.co.id/2010/09/perencanaan-bendung.html
http://www.ilmutekniksipil.com/bangunan-air/metode-pembuatan-bendung

Anda mungkin juga menyukai