TEKNIS
(GROUTING)
BENDUNGAN LEUWIKERIS
Laporan Teknis Grouting
BENDUNGAN LEUWIKERIS
DAFTAR ISI
1
Laporan Teknis Grouting
BENDUNGAN LEUWIKERIS
I. LATAR BELAKANG............................................................................................1
II. PONDASI............................................................................................................2
2.1 PERBAIKAN PONDASI....................................................................................2
2.2 REMBESAN PADA PONDASI..........................................................................8
III. GEOLOGI BENDUNGAN LEUWIKERIS..........................................................12
IV. DATA TEKNIS BENDUNGAN LEUWIKERIS...................................................19
V. ANALISA REMBESAN PONDASI BENDUNGAN............................................21
VI. KESIMPULAN...................................................................................................27
2
Laporan Teknis Grouting
BENDUNGAN LEUWIKERIS
I. LATAR BELAKANG
Perbaikan pondasi merupakan salah satu hal yang penting dalam konstruksi
bendungan. rembesan yang keluar melalui pondasi merupakan indikator yang
perlu mendapatkan perhatian untuk menentukan kondisi keamanan bendungan
maupun pondasinya termasuk bangunan pelimpah.
Dari hasil data Trial di lapangan pada sta 0+245 dan Sta 0+284, Pengujian
pada 2 buah Lubang Check Hole Dengan Grouting Berbentuk Persegi dengan
Jarak 0.75m , Nilai Lu pada kedalaman 0 – 40 m belum memenuhi syarat
perbaikan pondasi aman yaitu Lu < 5. Hasil nilai LU pada lubang check hole
dengan kedalaman 40 – 65 sudah memenuhi syarat Perbaikan pondasi aman
yaitu Lu < 5.
Pengujian pada 1 buah Lubang Check Hole Dengan Grouting Berbentuk
Persegi dengan Jarak 0.375m , Nilai Lu pada kedalaman 0 –15 m belum
memenuhi syarat perbaikan pondasi aman yaitu Lu < 5. Hasil nilai LU pada
lubang check hole dengan kedalaman 15 – 65 sudah memenuhi syarat
Perbaikan pondasi aman yaitu Lu < 5.
3
Laporan Teknis Grouting
BENDUNGAN LEUWIKERIS
II. PONDASI *
Pondasi suatu bendungan berfungsi sebagai pendukung semua beban yang
diteruskan oleh bendungan yang bersangkutan. Sesudah penimbunan
dilaksanakan, maka perubahan – perubahan yang terjadi pada lapisan pondasi
sudah tidak mungkin dilihat secara visual.
Mengingat hal tersebut, maka sebelum penimbunan dilaksanakan, supaya
perbaikan yang diperlukan dilaksanakan secara cermat dan hati – hati, agar
perbaikan pondasi tersebut dapat mencapai kualitas yang diharapkan.
4
Laporan Teknis Grouting
BENDUNGAN LEUWIKERIS
Selimut kedap hulu yang menyambung dengan zona inti digunakan untuk
memperpanjang aliran rembesan guna mengurangi rembesan. Cara ini
digunakan, bila cara paritan vertical terlalu mahal. Netoda pengendali hilir,
seperti drainase, juga digunakan bersama-sama selimut kedap hulu ini, untuk
mengurangi pengaruh tekanan angkat dan piping. Efesiensi dari selimut kedap
hulu ini tergantung dai panjang, ketebalan dan koefisien permeabilitas arah
vertikal serta perlapisan dan permeabilitas dari material fondasinya. Selimut
kedap hulu ini dapat rusak, bila terjadi retakan pada selimut akibat penurunan
fondasi atau akibat kekeringan pada kondisi air waduk surut. Masalah lain
adalah terjadinya lubang-lubang (pipa) di dalam fondasi, bila selimut diletakkan
di atas kerakal atau rekahan batu tanpa dilengkapi filter. Bila muka air waduk
berfluktuasi, di atas dan di bawah daerah selimut kedap ini, selimut harus
dilindungi terhadap gelompang dan erosi hujan, pengeringan, dan tumbuhan
yang mempunyai akar dalam.
5
Laporan Teknis Grouting
BENDUNGAN LEUWIKERIS
Grouting tirai sering dilaksanakan pada batuan, namun juga dapat dilakukan
pada lapisan pasir dan kerakal. Pada dasarnya, lubang-lubang bor dibuat
terlebih dahulu dalam suatu garis atau pola grid. Lubang-lubang tersebut
dibersihkan terlebih dahulu dan kemudian, tergantung dari ukuran rongga-
rongga material yang digrouting, dipompakan suatu semen atau grout kimia
pada tekanan tertentu ke dalam lubang. Bila grouting dilakukan pada batuan,
material grout harus dapat mengisi retakan, rekahan, dan bukaan bukaan lain
sampai material disekeliling lubang menjadi cukup kedap air. Bila groutng
dilakukan pada lapisan pasir kasar dan kerakal, suatu campuran tipis semen
atau material grout kimia digunakan untuk mengisi rongga-rongga diantara
partikel. Pada lapisan pasir halus, material grout mendesak pasir tersebut dan
memadatkannya yang akhirnya membentuk suatu struktur penahan
rembesan. Permeabilitas zona yang telah digrouting harus relatif rendah,
supaya grouting efektif, karena pengurangan permeabilitas yang diinginkan
mungkin tidak dapat tercapai; beberapa cara drainase biasanya dilakukan
sehubungan dengan grouting untuk keperluan pengendalian rembesan.
Grouting selimut dilakukan pada daerah galian fondasi yang luas bila
permukaan batuannya banyak kekar dan rekah. Cara ini digunakan untuk
menutup (seal) lapisan atas dari kedalaman sekitar 3 – 10 m untuk
eminimalkan terbawanya butiran tanah halus dari zona inti masuk ke dalam
bukaan-bukaan fondasi, menutup permukaan batuan terhadap hilangnya
material grout saat diberikan tekanan tinggi dan untuk mengurangi
kompresibilitas dari batu yang banyak rekah. Grouting dental dapat juga
digunakan sebagai perbaikan kelemehan-kelemahan bagian fondasi.
Grouting tirai dilakukan untuk mengurangi aliran rembesan yang dalam yang
melalui fondasi dan tumpuan. Gambar di bawah menjelaskan bagaimana
grouting mengisi pori/rongga di dalam fondasi dan berfungsi sebagai penahan
rembesan.
6
Laporan Teknis Grouting
BENDUNGAN LEUWIKERIS
7
Laporan Teknis Grouting
BENDUNGAN LEUWIKERIS
8
Laporan Teknis Grouting
BENDUNGAN LEUWIKERIS
Suatu drainase atau paritan kaki dapat digunakan bersama-sama dengan cara
lain pengendalian rembesan. Metoda ini biasanya terdiri dari sebuah pipa
pengumpul di dalam suatu paritan yang kemudian diisi kembali dengan material
filter di sekeliling pipa drainase. Jika lapisan fondasi yang porous cukup dalam
atau berlapis-lapis, drainase kaki mungkin dapat “menangkap” sebagian kecil
rembesan, Pada kasus ini, sumur-sumur pelepas tekanan digunakan untuk
melepaskan tekanan angkat dan mengumpulkan air rembesan melalui sumur
yang digali lebih dalam.
Gambar 2.7 Perbaikan tanah pondasi yang porous dengan dinding halang
9
Laporan Teknis Grouting
BENDUNGAN LEUWIKERIS
Dimana,
q = Debit rembesan
k = Koefisien Permeabilitas
i = Gradien Hidrolik
A = Luas area aliran
V = Kecepatan rembesan
Rembesan di Pondasi
Rembesan melalui fondasi bangunan pelimpah dapat dihitung dengan Bligh
atau Lane (weighted creep ratio), dengan asumsi sebagai berikut :
a) Aliran rembesan melalui bidang kontak antara dasar pelimah dengan
fondasi.
b) Kehilangan tekanan proporsional dengan dengan jarak creep.
c) Pada teori Lane (lebih maju dibandingkan Bligh) dilakukan koreksi
panjang vertikal creep (Lw) = 1/3 N + V, dimana N adalah jumlah
panjang kontak horisontal dan panjang bagian yang miring < 45º dan V
adalah jumlah panjang vertikal ditambah panjang bidang yang miring >
45º.
Untuk keamanan terhadap piping, Lw tidak boleh kurang dari C dikalikan H,
dimana C atau creep coefficient adalah suatu koefisien empiris yang
tergantung dari jenis tanah dan H adalah beda tinggi tekanan air antara air di
hulu dan di hilir. Tabel di bawah adalah creep coeficient menurut Lane.
10
Laporan Teknis Grouting
BENDUNGAN LEUWIKERIS
wall, dll) adalah lebih efektif dibandingkan dengan cara memperpanjang aliran
arah horisontal.
Bila lapisan tanah berupa lapisan tanah berbutir kasar yang homogen, analisis
rembesan dapat dilakukan dengan menggunakan teori flownet.
Flownet
Seperti dijelaskan di atas, analisis rembesan melalui fondasi bangunan
Bendungan atau sejenisnya dapat dilakukan dengan flownet, dengan asumsi :
a) Lapisan berupa tanah granular yang homogen.
b) Aliran laminer, sehingga berlaku hukum Darcy.
11
Laporan Teknis Grouting
BENDUNGAN LEUWIKERIS
Bendungan
Dari flownet tersebut dapat dihitung debit rembesan yang melalui fondasi (Q)
seperti gambar di atas. Disamping itu, dapat juga dihitung tekanan air
pori/tekanan angkat pada setiap titik di dalam flownet.
Bendungan
Total Head,
P=hL – elevation head = hL – jumlah garis aliran (Nf) x Δh
Ux = P-(-z) = P + z (m)
12
Laporan Teknis Grouting
BENDUNGAN LEUWIKERIS
Bendungan
Dimana,
Ic = exit gradient kritis, tergantung butiran tanah (I c = 1-n/Gs-1)
Iexit = exit gradient hasil perhitungan
13
Laporan Teknis Grouting
BENDUNGAN LEUWIKERIS
14
Laporan Teknis Grouting
BENDUNGAN LEUWIKERIS
0
Laporan Teknis Grouting
BENDUNGAN LEUWIKERIS
1
Laporan Teknis Grouting
BENDUNGAN LEUWIKERIS
Gs - 1
icr =
1 + e
2
Laporan Teknis Grouting
BENDUNGAN LEUWIKERIS
Dimana,
icr = Critical Hydraulic Gradient
Gs = Specific Gravity (Pondasi Tuff Gs = 2.687)
e = Void Ratio (e=G.ϒw/ϒd)-1)
3
Laporan Teknis Grouting
BENDUNGAN LEUWIKERIS
Dari gambar 5.8 diketahui dengan interpolasi C masing-masing untuk tiap kondisi
adalah sebagai berikut,
Tanpa Perbaikan Pondasi C =0
d Grouting & Diafragma wall 30 m C = 0,19
d Grouting & Diafragma wall 50 m C = 0.118
dari nilai C tersebut dapat dihitung Iexit menggunakan persamaan Harza, 1934.
Masing-masing adalah sebagai berikut,
i e xit = h
C x
B
V. KESIMPULAN
Kesimpulan
Dari pemodelan yang sudah dilakukan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut
:
1. Kedalaman perbaikan pondasi yaitu 50m dengan cara Combinasi antara
Diafragma Wall dan Grouting
2. Diafragma Wall dilaksanakan pada kedalaman 0 – 20m (hal ini dilakukan
karena pada kedalaman 0 – 20m dengan metode grouting kurang efektiv
dikarenakan nilai LU masih > 5, maka dari itu perlu untuk penggantian
metode menjadi Diafragma Wall). Secara umum Grouting sudah efektif di
laksanakan sebagai treatment pondasi pada kedalaman 20 – 50m. Dimana
perlakukan treatment pondasi dengan cara tersebut difungsikan untuk
memperpanjang aliran filtrasi yang terjadi dibawah tubuh bendungan
(pondasi) dan mengisi rekahan – rekahan yang terdapat di pondasi batuan
dengan injeksi semen yang memopunyai perbandingan tertentu sesuai
kondisi aktual batuan pondasi
3. FK Rembesan
Angka keamanan rembesan terhadap bahaya piping dan boiling adalah
FK > 4
hasil perhitungan FK terhadap rembesan menggunakan persamaan empiris
Harza dan Software Geostudio adalah dapat dilihat di Tabel Matriks hasil
perhitungan.
Dari hasil FK yang sudah didapat diketahui bahwa,
a. FK tanpa grouting menunjukkan FK < 4 perihitungan rumus empiris
sedangkan Hasil Geostudio FK < 4
b. FK d Grouting 30 m menunjukkan FK < 4
c. FK d Grouting 50 m menunjukkan FK > 4
4
Laporan Teknis Grouting
BENDUNGAN LEUWIKERIS