Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN JUSTIFIKASI

TEKNIS
(GROUTING)
BENDUNGAN LEUWIKERIS
Laporan Teknis Grouting
BENDUNGAN LEUWIKERIS

DAFTAR ISI

1
Laporan Teknis Grouting
BENDUNGAN LEUWIKERIS

I. LATAR BELAKANG............................................................................................1
II. PONDASI............................................................................................................2
2.1 PERBAIKAN PONDASI....................................................................................2
2.2 REMBESAN PADA PONDASI..........................................................................8
III. GEOLOGI BENDUNGAN LEUWIKERIS..........................................................12
IV. DATA TEKNIS BENDUNGAN LEUWIKERIS...................................................19
V. ANALISA REMBESAN PONDASI BENDUNGAN............................................21
VI. KESIMPULAN...................................................................................................27

2
Laporan Teknis Grouting
BENDUNGAN LEUWIKERIS

I. LATAR BELAKANG
Perbaikan pondasi merupakan salah satu hal yang penting dalam konstruksi
bendungan. rembesan yang keluar melalui pondasi merupakan indikator yang
perlu mendapatkan perhatian untuk menentukan kondisi keamanan bendungan
maupun pondasinya termasuk bangunan pelimpah.

Hasil kajian Konsultan Supervisi di lokasi rencana pondasi Bendungan,


Bendungan Leuwikeris dijumpai lapisan satuan Tuf Halus dan Tuf Kasar dari
serta sisipan satuan Breksi.

Dari hasil data Trial di lapangan pada sta 0+245 dan Sta 0+284, Pengujian
pada 2 buah Lubang Check Hole Dengan Grouting Berbentuk Persegi dengan
Jarak 0.75m , Nilai Lu pada kedalaman 0 – 40 m belum memenuhi syarat
perbaikan pondasi aman yaitu Lu < 5. Hasil nilai LU pada lubang check hole
dengan kedalaman 40 – 65 sudah memenuhi syarat Perbaikan pondasi aman
yaitu Lu < 5.
Pengujian pada 1 buah Lubang Check Hole Dengan Grouting Berbentuk
Persegi dengan Jarak 0.375m , Nilai Lu pada kedalaman 0 –15 m belum
memenuhi syarat perbaikan pondasi aman yaitu Lu < 5. Hasil nilai LU pada
lubang check hole dengan kedalaman 15 – 65 sudah memenuhi syarat
Perbaikan pondasi aman yaitu Lu < 5.

Atas latar belakang kondisi geologi diatas. Maka, Konsultan Supervisi


berupaya untuk melakukan kajian lebih detail terkait metode perbaikan
pondasi. Terutama pada pengendalian terhadap rembesan. Agar konstruksi
perbaikan pondasi menjadi efektif dan tepat sasaran.

Pekerjaan modifikasi desain pada konstruksi tubuh bendungan diperlukan


untuk menyesuaikan parameter dan kondisi aktual yang terdapat di lapangan.
Kegiatan modifikasi desain dilakukan di Bendungan Leuwikeris, adalah
perubahan metode perbaikan pondasi dari Grouting mengunakan Diaphragm
Wall. Hal ini dilakukan berdasarkan data Trial Grouting pada STA 0+245 dan
STA 0+284.

3
Laporan Teknis Grouting
BENDUNGAN LEUWIKERIS

II. PONDASI *
Pondasi suatu bendungan berfungsi sebagai pendukung semua beban yang
diteruskan oleh bendungan yang bersangkutan. Sesudah penimbunan
dilaksanakan, maka perubahan – perubahan yang terjadi pada lapisan pondasi
sudah tidak mungkin dilihat secara visual.
Mengingat hal tersebut, maka sebelum penimbunan dilaksanakan, supaya
perbaikan yang diperlukan dilaksanakan secara cermat dan hati – hati, agar
perbaikan pondasi tersebut dapat mencapai kualitas yang diharapkan.

II.1 PERBAIKAN PONDASI


Metoda pengendalian rembesan melalui fondasi dan tumpuan ini, adalah
meliputi :
a) Paritan (cutoff);
b) Paritan sebagian (partial cutoff);
c) Selimut kedap hulu (upstream impervious blanket),
d) Berm rembesan hilir (downstream seepage berm),
e) Grouting.
Paritan didesain untuk memperpanjang aliran rembesan, mengurangi tekanan
air waduk untuk mengurangi gradient hidraulik hingga ke level yang aman, dan
mengurangi debit rembesan. Suatu paritan adalah kelanjutan dari zona inti dari
suatu bendungan. Suatu paritan penuh (fully positive cutoff) dibuat sampai
kedalaman mencapai suatu lapisan tanah atau batuan dasar yang kedap air.
Apabila lapisan kedap air tersebut terlalu dalam, suatu paritan sebagian dapat
dibuat yang didesain cukup untuk memperpanjang aliran rembesan dan
mengurangi gradient hidraulis sampai pada level yang aman. Paritan tersebut
biasanya dibuat di bawah dari zona inti bendungan. Di bawah adalah beberapa
jenis paritan, yaitu :
a) Paritan kedap dari material tanah yang dipadatkan,
b) Paritan slurry (dinding halang bentonit-tanah atau bentonit-semen),
c) Dinding halang beton,
d) Turap baja tipis (sheet piles).

Gambar 2.1 Paritan Penuh (Positif)

4
Laporan Teknis Grouting
BENDUNGAN LEUWIKERIS

Selimut kedap hulu yang menyambung dengan zona inti digunakan untuk
memperpanjang aliran rembesan guna mengurangi rembesan. Cara ini
digunakan, bila cara paritan vertical terlalu mahal. Netoda pengendali hilir,
seperti drainase, juga digunakan bersama-sama selimut kedap hulu ini, untuk
mengurangi pengaruh tekanan angkat dan piping. Efesiensi dari selimut kedap
hulu ini tergantung dai panjang, ketebalan dan koefisien permeabilitas arah
vertikal serta perlapisan dan permeabilitas dari material fondasinya. Selimut
kedap hulu ini dapat rusak, bila terjadi retakan pada selimut akibat penurunan
fondasi atau akibat kekeringan pada kondisi air waduk surut. Masalah lain
adalah terjadinya lubang-lubang (pipa) di dalam fondasi, bila selimut diletakkan
di atas kerakal atau rekahan batu tanpa dilengkapi filter. Bila muka air waduk
berfluktuasi, di atas dan di bawah daerah selimut kedap ini, selimut harus
dilindungi terhadap gelompang dan erosi hujan, pengeringan, dan tumbuhan
yang mempunyai akar dalam.

Gambar 2.2 Selimut Kedap Hulu

Untuk mengimbangi tekanan angkat berlebihan melalui lapisan fondasi yang


porous di kaki hilir bendungan, dapat menggunakan suatu berm hilir. Berm hilir
tersebut terbuat dari material yang porous, supaya dapat memperpanjang aliran
rembesan. Hal tersebut dapat mengurangi gradient hidraulik keluaran dan debit
rembesan. Pada kasus lain, berm yang pervious juga dapat berfungsi sebagai
filter; bila demikian berm tersebut lebih berfungsi sebagai drainase dibandingkan
pengendali tekanan angkat. Untuk itu, desain dan konstruksi berm harus
mempertimbangkan jenis material yang tersedia dan biaya yang ada.

Gambar 2.3 Berm Rembesan Hilir

5
Laporan Teknis Grouting
BENDUNGAN LEUWIKERIS

Beberapa jenis grouting yang digunakan sebagai pengendali rembesan, antara


lain adalah grouting selimut/dental, tirai, konsolidasi, dll (Weaver, 1991).
Gouting pada fondasi dilakukan untuk mengurangi :

a) Tekanan ke atas (uplift) di bawah fondasi, hilir dari grouting.


b) Kemungkinan terbawanya butiran tanah timbunan ke dalam fondasi.
c) Terbawanya butiran tanah timbunan melalui fondasi masuk kebali me
timbunan.
d) Piping butiran tanah dari kekar-kekar dan sisipan dari batuan.
e) Terbawanya material dari batuan yang hancur (soluble rock).
f) Erosi internal pada bidang kontak antara timbunan dengan fondasi (bed
rock).

Grouting tirai sering dilaksanakan pada batuan, namun juga dapat dilakukan
pada lapisan pasir dan kerakal. Pada dasarnya, lubang-lubang bor dibuat
terlebih dahulu dalam suatu garis atau pola grid. Lubang-lubang tersebut
dibersihkan terlebih dahulu dan kemudian, tergantung dari ukuran rongga-
rongga material yang digrouting, dipompakan suatu semen atau grout kimia
pada tekanan tertentu ke dalam lubang. Bila grouting dilakukan pada batuan,
material grout harus dapat mengisi retakan, rekahan, dan bukaan bukaan lain
sampai material disekeliling lubang menjadi cukup kedap air. Bila groutng
dilakukan pada lapisan pasir kasar dan kerakal, suatu campuran tipis semen
atau material grout kimia digunakan untuk mengisi rongga-rongga diantara
partikel. Pada lapisan pasir halus, material grout mendesak pasir tersebut dan
memadatkannya yang akhirnya membentuk suatu struktur penahan
rembesan. Permeabilitas zona yang telah digrouting harus relatif rendah,
supaya grouting efektif, karena pengurangan permeabilitas yang diinginkan
mungkin tidak dapat tercapai; beberapa cara drainase biasanya dilakukan
sehubungan dengan grouting untuk keperluan pengendalian rembesan.

Grouting selimut dilakukan pada daerah galian fondasi yang luas bila
permukaan batuannya banyak kekar dan rekah. Cara ini digunakan untuk
menutup (seal) lapisan atas dari kedalaman sekitar 3 – 10 m untuk
eminimalkan terbawanya butiran tanah halus dari zona inti masuk ke dalam
bukaan-bukaan fondasi, menutup permukaan batuan terhadap hilangnya
material grout saat diberikan tekanan tinggi dan untuk mengurangi
kompresibilitas dari batu yang banyak rekah. Grouting dental dapat juga
digunakan sebagai perbaikan kelemehan-kelemahan bagian fondasi.
Grouting tirai dilakukan untuk mengurangi aliran rembesan yang dalam yang
melalui fondasi dan tumpuan. Gambar di bawah menjelaskan bagaimana
grouting mengisi pori/rongga di dalam fondasi dan berfungsi sebagai penahan
rembesan.

6
Laporan Teknis Grouting
BENDUNGAN LEUWIKERIS

Gambar 2.4 Grouting Tirai sebagai perbaikan pondasi bendungan


Drainase cerobong (chimney/inclined drain) dapat berbentuk miring atau
vertikal terbuat dari material granular, biasanya dikonstruksi bersama-sama
dengan zona filter di bagian hulu dan hilir dari drainase. Pada beberapa kasus,
drainase itu sendiri berfungsi sebagai filter ; biasanya cara ini digunakan pada
bendungan urugan. Kombinasi dari cerobong dan drainase horisontal adalah
merupakan suatu cara yang efektif untuk mengendalikan rembesan melalui
timbunan. Drainase cerobong biasanya dibuat dengan sudut 45º terhadap
bidang horisontal sampai vertical, tergantung dari geometri bendungan,
pelaksanaan praktis di lapangan dan alur rembesan yang akan diantisipasi.

7
Laporan Teknis Grouting
BENDUNGAN LEUWIKERIS

Timbunan tanah yang dipadatkan, biasanya akan berlapis-lapis dan


permeabilitas arah horisontal akan lebih besar dibandingkan yang vertikal. Hal
ini disebabkan oleh material dari borrow area yang bervariasi dan lapisan-
lapisan tanah yang dipadatkan mempunyai perbedaan-perbedaan sifat,
meskipun kecil. Untuk lapisan tanah yang berlapis-lapis, drainase horisontal
tidak perlu untuk mencegah penjenuhan di bagian hilir fondasi. Drainase
horisontal juga tidak dapat mencegah terjadinya rekah hidraulis (hydraulic
fracturing) dan erosi internal dari timbunan. Jadi, drainase cerobong adalah
suatu cara terbaik untuk “menangkap” rembesan di sepanjang bidang
horisontal melalui suatu timbunan yang berlapis-lapis, dimana drainase
horisontal cocok untuk mengurangi tekanan angkat di sepanjang dasar
struktur.

Rekomendasi praktis terbaru adalah menggunakan drainase cerobong untuk


mengendalikan rembesan dan erosi internal pada timbunan tanah dan drainase
fondasi, baik drainase horizontal maupun drainase paritan atau sumur-sumur
pelepas tekanan untuk mengendalikan rembesan pada fondasi. Untuk
menambah kapasitas hidraulis, drainase harus dilengkapi dengan filter yang
memadai di antara zona filter dengan zona di dekatnya, bila zona filter tidak
digunakan. Filter cerobong adalah merupakan pertahanan paling baik terhadap
retakan melintang pada zona inti akibat perbedaan penurunan atau getaran
gempa. Apabila jenis tanah dispersif atau jenis tanah lain yang mudah tererosi
digunakan sebagai zona inti, zona filter cerobong dan drainase horisontal
adalah merupakan pertahanan paling baik terhadap erosi internal, seperti
gambar di bawah.

Gambar 2.5 Kombinasi drainase cerobong dan drainase horizontal

8
Laporan Teknis Grouting
BENDUNGAN LEUWIKERIS

Suatu drainase atau paritan kaki dapat digunakan bersama-sama dengan cara
lain pengendalian rembesan. Metoda ini biasanya terdiri dari sebuah pipa
pengumpul di dalam suatu paritan yang kemudian diisi kembali dengan material
filter di sekeliling pipa drainase. Jika lapisan fondasi yang porous cukup dalam
atau berlapis-lapis, drainase kaki mungkin dapat “menangkap” sebagian kecil
rembesan, Pada kasus ini, sumur-sumur pelepas tekanan digunakan untuk
melepaskan tekanan angkat dan mengumpulkan air rembesan melalui sumur
yang digali lebih dalam.

Gambar 2.6 Perbaikan tanah pondasi yang porous terhadap rembesan

Gambar 2.7 Perbaikan tanah pondasi yang porous dengan dinding halang

9
Laporan Teknis Grouting
BENDUNGAN LEUWIKERIS

II.2 REMBESAN PADA PONDASI


Umum
Memperkirakan perilaku rembesan adalah sesuatu yang cukup rumit karena
banyaknya variabel yang diperlukan untuk mendapatkan hasil yang mampu
mendekati kondisi di lapangan atau kondisi aktual.
Hukum Darcy’s (Darcy;s Law, 1856) merupakan dasar perhitungan aliran air
yang melewati pori-pori tanah untuk menentukan debit rembesan yang keluar
melalui lapisan tanah. Dapat diketauhi menggunakan persamaan berikut,

Dimana,
q = Debit rembesan
k = Koefisien Permeabilitas
i = Gradien Hidrolik
A = Luas area aliran
V = Kecepatan rembesan

Rembesan di Pondasi
Rembesan melalui fondasi bangunan pelimpah dapat dihitung dengan Bligh
atau Lane (weighted creep ratio), dengan asumsi sebagai berikut :
a) Aliran rembesan melalui bidang kontak antara dasar pelimah dengan
fondasi.
b) Kehilangan tekanan proporsional dengan dengan jarak creep.
c) Pada teori Lane (lebih maju dibandingkan Bligh) dilakukan koreksi
panjang vertikal creep (Lw) = 1/3 N + V, dimana N adalah jumlah
panjang kontak horisontal dan panjang bagian yang miring < 45º dan V
adalah jumlah panjang vertikal ditambah panjang bidang yang miring >
45º.
Untuk keamanan terhadap piping, Lw tidak boleh kurang dari C dikalikan H,
dimana C atau creep coefficient adalah suatu koefisien empiris yang
tergantung dari jenis tanah dan H adalah beda tinggi tekanan air antara air di
hulu dan di hilir. Tabel di bawah adalah creep coeficient menurut Lane.

Tabel 2.1 Creep Coefficient ( C ) Menurut Lane

Dari uraian di atas jelas, bahwa untuk mengurangi masalah rembesan/piping,


cara perbaikan fondasi dengan dinding vertikal (cutoff, sheet piles, diafragma

10
Laporan Teknis Grouting
BENDUNGAN LEUWIKERIS

wall, dll) adalah lebih efektif dibandingkan dengan cara memperpanjang aliran
arah horisontal.

Bila lapisan tanah berupa lapisan tanah berbutir kasar yang homogen, analisis
rembesan dapat dilakukan dengan menggunakan teori flownet.

Flownet
Seperti dijelaskan di atas, analisis rembesan melalui fondasi bangunan
Bendungan atau sejenisnya dapat dilakukan dengan flownet, dengan asumsi :
a) Lapisan berupa tanah granular yang homogen.
b) Aliran laminer, sehingga berlaku hukum Darcy.

Gambar 2.8 Aliran melalui pondasi Bendungan

Seperti halnya pada bendungan, untuk menggambarkan flownet harus


memenuhi beberapa persyaratan, yakni garis aliran saling tegak lurus dengan

11
Laporan Teknis Grouting
BENDUNGAN LEUWIKERIS

garis ekipotensial, sehingga diantara garis aliran dan ekipotensial membentuk


mendekati bujur sangkar.

Bendungan

Gambar 2.9 Flownet melalui pondasi Bendungan

Dari flownet tersebut dapat dihitung debit rembesan yang melalui fondasi (Q)
seperti gambar di atas. Disamping itu, dapat juga dihitung tekanan air
pori/tekanan angkat pada setiap titik di dalam flownet.

Bendungan

Gambar 2.10 Tekanan air pori di Titik X

Total Head,
P=hL – elevation head = hL – jumlah garis aliran (Nf) x Δh
Ux = P-(-z) = P + z (m)

12
Laporan Teknis Grouting
BENDUNGAN LEUWIKERIS

Bendungan

Gambar 2.11 Proses terjadinya piping

Faktor keamanan (FK) terhadap piping dapat diperoleh dari persamaan di


bawah.

Dimana,
Ic = exit gradient kritis, tergantung butiran tanah (I c = 1-n/Gs-1)
Iexit = exit gradient hasil perhitungan

Untuk tanah pasiran, FK tidak boleh kurang dari ≥ 1.

13
Laporan Teknis Grouting
BENDUNGAN LEUWIKERIS

III. DATA TEKNIS BENDUNGAN LEUWIKERIS


Data teknis Bendungan LEUWIKERIS adalah sebagi berikut :
a. Tipe Bendungan : Urugan Tanah Random Inti Tegak
b. El. Crest Bendungan : El. + 157.50 m
c. El. Pondasi Bendungan : El. + 74.00 m
d. Tinggi Bendungan : 8..00 m
e. Elevasi M.A Banjir : el. + 155.72 m
f. Elevasi M.A Normal : el. + 150.27 m
g. Elevasi M.A Rendah (Dead Storage) : el. + … m
h.

Gambar 4.1 : Tipikal Potongan Melintang Bendungan Randugunting.

14
Laporan Teknis Grouting
BENDUNGAN LEUWIKERIS

IV. ANALISA REMBESAN PONDASI BENDUNGAN


Tinjauan diperlukan untuk melihat efek yang diakibatkan oleh rembesan yang
terjadi di pondasi. Apabila tidak terkontrol secara sempurna, maka keadaan
tersebut akan menghasilkan gradient hidraulik yang cukup besar di tempat
keluarnya air (hilir kaki bendungan / Toe).
Gradien yang tinggi di tempat keluarnya tersebut, berarti juga gaya rembesan
yang keluar adalah besar dan akan menyebabkan gejala Boiling sehingga
tanah pondasi akan kehilangan kekuatannya dan menyebabkan kestabilan
lereng maupun pondasi Bendungan berkurang dan menyebabkan kegagalan
atau keruntuhan.

Pemodelan menggunakan Software Geostudio 2018, potongan melintang


Tipikal Bendungan dengan Lapisan pondasinya dapat dilihat di Gambar 4
dibawah ini,

IV.1 Kedalaman Perbaikan Pondasi


Pada umumnya kedalaman Perbaikan pondasi ditentukan berdasarkan rumus
sebagai berikut :
D = 1/3 H + C ,
dimana, D = kedalaman lobang bor (m)
H = ketinggian air statis waduk (m)
C = konstanta (8-25)
D = 1 / 3 * 83 + 23
D = 50 m
Maka dari itu Tinjauan dilakukan dengan treatment pondasi berupa
grouting/Diafragma wall dengan kedalaman 50 m.

a. Rembesan Tanpa Perbaikan Pondasi


Potongan melintang Bendungan dengan pondasi tanpa Perbaikan Pondasi di
Gambar 4.

0
Laporan Teknis Grouting
BENDUNGAN LEUWIKERIS

Gambar 5.2 : Tipikal Potongan Melintang Pondasi di bawah Main Dam.


Tanpa Grouting & Diafragma wall

Pola rembesan tanpa perbaikan pondasi seperti Gambar 5.3,

Gambar 5.3 : Profil Rembesan di Lapisan Pondasi di bawah Main Dam.


Tanpa Perbaikan Pondasi

b. Rembesan Combinasi Diafragma Wall & Grouting (d = 50 m)

1
Laporan Teknis Grouting
BENDUNGAN LEUWIKERIS

Gambar 5.4 : Tipikal Potongan Melintang Pondasi di bawah Main Dam.


Combinasi Diafragma Wall & Grouting (d=50 m)

Pola rembesan Combinasi Diafragma Wall & Grouting (d=50 m) di pondasi


seperti Gambar 5.3,

Gambar 5.5 : Profil Rembesan di Lapisan Pondasi di bawah Main Dam.


Combinasi Diafragma Wall & Grouting (d=50 m)

IV.2 Faktor Keamanan (FK) Rembesan Terhadap Piping n Boiling


Mencari Icr (Critical Hydraulic Gradient) pada tumpuan struktur di pondasi toe
drain bagian downstream dengan persamaan sebagai berikut,

Gs - 1
icr =
1 + e

2
Laporan Teknis Grouting
BENDUNGAN LEUWIKERIS

Dimana,
icr = Critical Hydraulic Gradient
Gs = Specific Gravity (Pondasi Tuff Gs = 2.687)
e = Void Ratio (e=G.ϒw/ϒd)-1)

Void Ratio e = 1.100

Sehingga mengganakan persamaan diatas menjadi,


Gs - 1
icr =
1 + e
= 2.683 - 1
1 + 1.100
= 0.8014

Faktor Keamanan rembesan menggunakan persamaan sebagai berikut,

Tabel 5.1 Perhitungan FK terhadap Piping


PERHITUNGAN FK TERHADAP PIPING
Beda Tinggi rembesan h (m) 71
Lebar Inti bendungan B (m) 59
kedalaman Grouting &
Diafragma wall d (m) 0 30 50
         
B/d   59 1,966666667 1,18
Intepolasi C   5,9 0,196666667 0,118
i ext   7,1 0,236666667 0,142
         
Nilai FK MANUAL   0,112877 3,386317907 5,643863179
         
i ext Geoslope   0,384 0,32 0,198
Nilai FK Geoslope   2,087054 2,504464286 4,047619048

Gambar 5.6 : Grafik hubungan B/d dengan C (persamaan Harza, 1934)

3
Laporan Teknis Grouting
BENDUNGAN LEUWIKERIS

Dari gambar 5.8 diketahui dengan interpolasi C masing-masing untuk tiap kondisi
adalah sebagai berikut,
 Tanpa Perbaikan Pondasi C =0
 d Grouting & Diafragma wall 30 m C = 0,19
 d Grouting & Diafragma wall 50 m C = 0.118

dari nilai C tersebut dapat dihitung Iexit menggunakan persamaan Harza, 1934.
Masing-masing adalah sebagai berikut,

i e xit = h
C x
B

Tanpa Perbaikan Pondasi Iexit = 7.1


 d Grouting & Diafragma wall 30 m Iexit = 0.236
 d Grouting & Diafragma wall 50 m Iexit = 0.142

V. KESIMPULAN
Kesimpulan
Dari pemodelan yang sudah dilakukan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut
:
1. Kedalaman perbaikan pondasi yaitu 50m dengan cara Combinasi antara
Diafragma Wall dan Grouting
2. Diafragma Wall dilaksanakan pada kedalaman 0 – 20m (hal ini dilakukan
karena pada kedalaman 0 – 20m dengan metode grouting kurang efektiv
dikarenakan nilai LU masih > 5, maka dari itu perlu untuk penggantian
metode menjadi Diafragma Wall). Secara umum Grouting sudah efektif di
laksanakan sebagai treatment pondasi pada kedalaman 20 – 50m. Dimana
perlakukan treatment pondasi dengan cara tersebut difungsikan untuk
memperpanjang aliran filtrasi yang terjadi dibawah tubuh bendungan
(pondasi) dan mengisi rekahan – rekahan yang terdapat di pondasi batuan
dengan injeksi semen yang memopunyai perbandingan tertentu sesuai
kondisi aktual batuan pondasi

3. FK Rembesan
Angka keamanan rembesan terhadap bahaya piping dan boiling adalah
FK > 4
hasil perhitungan FK terhadap rembesan menggunakan persamaan empiris
Harza dan Software Geostudio adalah dapat dilihat di Tabel Matriks hasil
perhitungan.
Dari hasil FK yang sudah didapat diketahui bahwa,
a. FK tanpa grouting menunjukkan FK < 4 perihitungan rumus empiris
sedangkan Hasil Geostudio FK < 4
b. FK d Grouting 30 m menunjukkan FK < 4
c. FK d Grouting 50 m menunjukkan FK > 4

4
Laporan Teknis Grouting
BENDUNGAN LEUWIKERIS

Mempertimbangkan variable-variabel lain terkait kondisi pondasi yang tidak


bisa diamati secara langsung, kualitas perbaikan pondasi yang akan
dilakukan maka, kedalaman perbaikan pondasi yang disarankan yaitu = 50
m untuk diaplikasikan pada pelaksanaan di lapangan

Anda mungkin juga menyukai