1.1 Umum
Tailing dam pada kontruksi tambang PT. Dinamika Sejahtera Mandiri mengalami pergeseran.
Hal tersebut terjadi karena bidang gelincir (sleding) melebihi tanggul. Laporan singkat ini
akan menjelaskan mengenai permasalahan pada tanggul tersebut dan membahas desain baru
pada timbunan tailing dam.
Untuk mengetahui jenis dan kekuatan tanah pada lokasi tanggul tersebut, maka dilakukan soil
investigation dengan jumlah 12 sondir, 6 hand boring dan 6 tes pit didaerah quary untuk
keperluan tanah timbunan dan desain dimensi timbunan. Berikut gambar plan penentuan titik
soil investigation :
Simbol segitiga menyatakan soil investigation sondir dan bulat merupakan hand boring.
Kekerasan jenis tanah tersbut beradasarkan SNI 4153:2008 "Standard Penetrastion Test",
yang ditunjukan pada tabel di bawah :
Tabel di atas berdasarkan faktor keamanan layan, sedangkan untuk faktor keamanan gempa
sebesar 1.1. Faktor keamanan tersebut berdasarkan SNI 8460-2017.
"foamed embankment mortar" atau 'high grade soil' dengan keunggulan dan
kegunaan :
a. Beratnya ringan dan kekuatan cukup tinggi untuk subgrade dan fondasi
perkerasan jalan
b. Berat isi dan kuat tekan tanah campuran dapat direncanakan sesuai keinginan
sehingga dapat mengurangi tekanan lateral tanah pada suatu struktur
bangunan abutment fondasi jembatan atau mengurangi berat timbunan.
c. Tahan terhadap perubahan karakteristik propertis akibat proses kimiawi
maupun fisik dan memiliki daya dukung kekuatan selama masa konstruksi
pelaksanaannya serta memiliki daya dukung kekuatan yang cukup memadai
sebagai pondasi perkerasan jalan.
Perbaikan tanah dasar kaitannya dengan tanah esisting yang akan dijadikan acuan untuk
elevasi rencana. Berikut beberapa perbaikan tanah dasar diantaranya :
Ramah lingkungan
2. Grouting
Injeksi semen bertekanan/sementasi (grouting) adalah suatu proses, di mana suatu
cairan diinjeksikan/disuntikan dengan tekanan sesuai uji tekanan air (water pressure
test) ke dalam rongga, rekah dan retakan batuan/tanah, yang mana cairan tersebut
dalam waktu tertentu akan menjadi padat secara fisika maupun kimiawi.
Tujuan dilakukannya grouting adalah sebagai berikut :
a. Untuk memperkuat formasi dari lapisan tanah dan sekaligus menjadikan lapisan
tanah tersebut menjadi padat, sehingga mampu untuk mendukung beban bangunan
yang direncanakan.Seperti sudah dijelaskan di atas tanah selalu mempunyai
lubang-lubang,retak-retak,celah-celah.Rongga ini harus diisi dengan bahan
pengisi yang kuat, sehingga lapisan tanah dibawah rencana bangunan akan
menjadi bagian dari pondasi yang kuat.
b. Untuk menahan aliran air, misalnya pada bangunan dam, agar air tidak mengalir
melalui bawah bangunan dam.Air yang mengalir di bawah bangunan dam secara
bertahun-tahun akan membawa partikel tanah, yang akan mengakibatkan
terjadinya rongga-rongga di bawah bangunan, dan hal ini dapat membahayakan
kestabilan dam tersebut.grouting pada dam ini biasa disebut Tirai sementasi, guna
tirai sementasi ini untuk menghambat laju air, sehingga aliran air semakin
panjang, karena aliran semakin panjang maka air akan mengalami kehilangan
energi.
c. Untuk menahan aliran air tanah agar tidak masuk ke dalam suatu kegiatan
bangunan yang sedang berjalan.bangunan di bawah permukaan tanah apabila
lokasi nya dibawah permukaan air tanah, akan selalu terganggu oleh adanya air
tanah yang masuk dari dinding galian.Namun biasanya masih dapat diatasi dengan
pompa
Biasanya untuk mendapatkan data dan contoh dari lapisan di bawah tanah dengan
menggunakan core drill, yang dilakukan di tempat bagian dalam tanah yang
direncanakan untuk menerima beban dari bangunan ada 2 macam core drill, yaitu
diameter yang kecil,dan diameter besar yang ukurannya bisa sampai lebih lebih dari
75 cm. Penentuan lokasi titik tanah yang akan di bor alangkah baiknya jika
ditentukan oleh ahli geoteknik. Perkitaan sementara secara kasar, dapat diperkirakan
dengan cara memasukkan air dengan tekanan ke dalam lubang bor tanah, dengan
melalui pipa diameter 2″ dengan panjang sesuai kebutuhan, yang tertutup rapat
dengan lubang tanahnya. Jika laju aliran air berkurang secara cepat dan terjadi
penambahan tekanan airnya ( dilihat pada pressure gauge), ini dapat diartikan
retakan-retakan tanahnya sedikit dan dapat diperbaiki dengan cement grout. Tetapi
jika terjadi sebaliknya dimana laju aliran airnya besar, dengan hanya sedikit atau
tidak ada penambahan tekanan, ini menunjukkan formasi tanah yang poreus, dan
retakan-retakan tanah yang besar maka perlu grout dengan jumlah bahan yang
banyak. Bahan grouting yang biasa digunakan diantaranya :
Dengan perbaikan menggunakan teknik stone column ini, diharapkan tanah lempung
dapat menghasilkan kapasitas daya dukung besar sehingga beban timbunan yang
bekerja menjadi lebih besar, sehingga konsolidasi yang terjadi menjadi lebih cepat
karena stone column sendiri juga dapat menjadi drainase tambahan untuk
mengeluarkan air pori. Selain itu dengan stone column diharapkan pula penurunan
yang terjadi akibat beban timbunan tersebut menjadi lebih kecil/berkurang.
Analisis perhitungan menggunakan software plaxis 8.5 dengan metode FEM (Finite element
methode). Data yang digunakan merupakan data asumsi berdasarkan survey lapangan secara
visual bahwa cerucuk tertanam didalam tanah sepanjang 10 meter dan tidak dapat ditembus
lagi dengan menggunakan tenaga excavator. Maka diasumsikan tanah yang relatif keras
berada pada kedalaman 9 meter dengan jenis tanah very stiff. Penggunaan data tanah very
stiff berkisar antara NSPT 15 s.d 30 berdasar pada kekuatan excavator yang tidak terlalu kuat
seperti alat pancang hammer yang sudah jelas penggunaannya yaitu 1% s.d 2% dari beban
ultimate (SNI 8460-2017).
Analisis perhitungan dengan menggunakan plaxis yaitu dibuat 3 model, diantaranya lebar
jalan 6 meter dengan slope 1:1, 1:1.5 dan 1:2. Parameter yang digunakan adalah sebagai
berikut :
Faktor kemanan dari analisis stabilitas pada keadaan slope 1:1 adalah 1.1842 dengan
horizontal displacement sebesar 7.7 m. Berikut hasil dari analisis PLAXIS 8.5 :
2. Kondisi Slope 1:1.5
Faktor kemanan dari analisis stabilitas dengan slope 1:1.5 adalah 1.4849 dengan horizontal
displacement sebesar 65 cm Berikut hasil dari analisis PLAXIS 8.5 :
3. Kondisi Slope 1:2
Faktor kemanan dari analisis stabilitas dengan slope 1:2 adalah 1.8105 dengan horizontal
displacement sebesar 27.8 cm Berikut hasil dari analisis PLAXIS 8.5 :
1.7 Kesimpulan
Hasil dari analisis menggunakan PLAXIS 8.5 terdiri dari faktor keamanan dan horizontal
displacement tiap kemiringan timbunan. Bidang gelincir yang didapat jika dilihat dari hasil
output plaxis bahwa cerucuk melewati bidang gelincir jika diasumsikan tanah keras berada
pada kedalaman 9 meter keatas, tetapi factor keamanan pada setiap slope berbeda-beda,
berikut hasil dari factor kemanan dan pergeseran lateral pada tabel di bawah :
Jenis Horizontal
SF
Slope Displacement (m)
1:1 1.1842 7.7
1:1.5 1.4849 0.64
1:2 1.8105 0.278
Jika dilihat pada tabel di atas, kriteria yang memenuhi faktor keamanan berdasarkan SNI
8460-2017 adalah alternatif jenis slope 1:2 dengan lebar atas sebesar 6 meter, jarak antar
cerucuk adalah 2 meter dengan Panjang 10 meter dengan syarat ada cerucuk yang dijadikan
sebagai dinding dari timbunan untuk meminimalisir pergeseran lateral akibat dari buangan
lumpur hasil tambang.