Anda di halaman 1dari 15

1 ANALISIS STABILITAS TIMBUNAN TAILING DAM (PONTIANAK)

1.1 Umum
Tailing dam pada kontruksi tambang PT. Dinamika Sejahtera Mandiri mengalami pergeseran.
Hal tersebut terjadi karena bidang gelincir (sleding) melebihi tanggul. Laporan singkat ini
akan menjelaskan mengenai permasalahan pada tanggul tersebut dan membahas desain baru
pada timbunan tailing dam.

1.2 Lokasi Proyek


Lokasi proyek pencucian tambang PT. Dinamika Sejahtera berada di Kalimantan barat daerah
kampung traju Pontianak. Berikut plan penampungan limbah pencucian tambang :
Lokasi tempat pembuangan limbah baru seluas kurang lebih 30 hektar, berikut lokasi tanggul
baru yang akan dibangun :

1.3 Data Tanah


Identifikasi data tanah berdasarkan survey lapangan didapat bahwa jenis tanah yang berada di
bawah tanggul merupakan jenis tanah gambut (Soft soil). Permasalahan tanah lunak sangat
kompleks, dan susah dijadikan tumpuan jika beban relatif besar.

Untuk mengetahui jenis dan kekuatan tanah pada lokasi tanggul tersebut, maka dilakukan soil
investigation dengan jumlah 12 sondir, 6 hand boring dan 6 tes pit didaerah quary untuk
keperluan tanah timbunan dan desain dimensi timbunan. Berikut gambar plan penentuan titik
soil investigation :
Simbol segitiga menyatakan soil investigation sondir dan bulat merupakan hand boring.

Kekerasan jenis tanah tersbut beradasarkan SNI 4153:2008 "Standard Penetrastion Test",
yang ditunjukan pada tabel di bawah :

NSPT Jenis Tanah


0 s.d 2 Very Sof
2 s.d 4 Sof
4 s.d 8 Medium
8 s.d 15 Stif
15 s.d 30 Very Stif
>30 Hard
1.4 Kriteria Desain
Stabilitas pada lereng dapat dianalisis dengan dua metode, yaitu LEM (Limit Equilibrium
Method) dan FEM (Finite Element Method). Hasil dari analisis stabilitas adalah faktor
keamanan, berikut faktor keamanan minimum pada lereng berdasarkan SNI 8460-2017 :

Tabel ANALISIS STABILITAS TIMBUNAN TAILING DAM (PONTIANAK).1 Faktor


kemanan statik pada lereng

Tabel di atas berdasarkan faktor keamanan layan, sedangkan untuk faktor keamanan gempa
sebesar 1.1. Faktor keamanan tersebut berdasarkan SNI 8460-2017.

1.5 Alternatif Perbaikan Tanah


Perbaikan tanah untuk desain timbunan khususnya pada tanah lunak diantaranya dibagi
menjadi 2, berdasarkan struktural dan perbaikan tanah dasar. Perbaikan tanah tersebut diatur
dalam SNI 8460-2017, berikut pembagiannya :

A. Perbaikan Tanah Struktural


1. Pile Slab
Pile slab hampir sama dengan pondasi tiang, hanya diperuntukan untuk
perbaikan tanah secara struktural. Kriteria desain untuk faktor keamanan sebesar
2.5 untuk static dan 1.67 untuk gempa. Perhitungan yang dilakukan sama seperti
perhitungan pondasi. Pile slab di tentukan panjang tiangnya dengan melihat
beban rencana yang terjadi pada struktur atas.

2. Cerucuk Matras Beton/kayu


Pondasi Cerucuk adalah pondasi yang didesain untuk membangun diatas kondisi
tanah yang kurang mendukung dengan kondisi tanah yang kurang stabil dimana
elevasi muka air tanah yang cukup tinggi. Pondasi Cerucuk menancapkan
kayu/beton sebagai daya dukung tanah dengan diameter 8 -15 sentimeter. Pondasi
ini sebenarnya memiliki konsep yang sama dengan pondasi pancang, dimana pilar-
pilar harus ditancapkan ke dalam tanah untuk memberikan daya dukung tanah agar
kuat menopang bangunan agar tidak runtuh. Tapi sebelum dilakukan pemasangan
pondasi biasanya dilakukan pengukuran tekanan air tanah menggunakan
alat Piezometer.
3. Timbunan Ringan
Timbunan ringan merupakan salah satu solusi untuk mengatasi masalah
penurunan dan stabilitas timbunan oprit jembatan. Timbunan ringan dibuat dengan
mencampurkan bahan cairan pembentuk busa (foam agent) untuk membentuk
mortar dengan berat isi yang rendah. Dengan karakteristik timbunan ringan
tersebut, tegangan vertikal yang diterima tanah lunak akan jauh lebih kecil
dibandingkan dengan timbunan pilihan, sehingga masalah penurunan dan
stabilitas timbunan dapat diatasi. Timbunan ringan salah satunya mortar-busa,
memiliki kriteria marerial sebagai berikut :
a. Mempunyai berat yang ringan, sehingga nilai kepadatan dari material
campuran mortar busa tersebut mempunyai nilai densitas 0,5 – 1,2 t/m3.
b. Mempunyai nilai flow (kekentalan adukan) yang diindikasikan untuk
memudahkan pelaksanaan di lapangan. Nilai flow yang diisyaratkan pada
pedoman geoteknik umumnya berkisar 180 + 20 mm.
c. Saat pelaksanaan mudah disemprotkan dengan menggunakan alat mesin
penyemprot dan dapat padat sendiri, karena berperilaku seperti mortar beton,
dimana material campuran tersebut dapat mengeras sesuai dengan waktup
emeraman ( c u rrin g time ) yang ditetapkan.
d. Mempunyai kuat tekan yang cukup tinggi.

"foamed embankment mortar" atau 'high grade soil' dengan keunggulan dan
kegunaan :

a. Beratnya ringan dan kekuatan cukup tinggi untuk subgrade dan fondasi
perkerasan jalan
b. Berat isi dan kuat tekan tanah campuran dapat direncanakan sesuai keinginan
sehingga dapat mengurangi tekanan lateral tanah pada suatu struktur
bangunan abutment fondasi jembatan atau mengurangi berat timbunan.
c. Tahan terhadap perubahan karakteristik propertis akibat proses kimiawi
maupun fisik dan memiliki daya dukung kekuatan selama masa konstruksi
pelaksanaannya serta memiliki daya dukung kekuatan yang cukup memadai
sebagai pondasi perkerasan jalan.

B. Perbaikan Tanah Dasar

Perbaikan tanah dasar kaitannya dengan tanah esisting yang akan dijadikan acuan untuk
elevasi rencana. Berikut beberapa perbaikan tanah dasar diantaranya :

1. PVD (Prefabricated Vertical Drain)


PVD adalah pita-pita vertikal berbahan plastik sintetis, bagian luar dari PVD adalah
non woven geotextile yang terbuat dari polypropylene yang berfungsi juga sebagai
filter dengan standard ASTM D 4491 dan memiliki standard ASTM D 4632 untuk
ketahanan terhadap tusukan dan elongation, Pori-pori dari lapisan tersebut juga
memiliki standard ASTM D 4751, sehingga pori-pori tersebut telah dites dapat
berfungsi sebagai filter air dan tidak mudah buntu. Sedangkan bagian tengah dari
PVD juga terbuat dari plastik PP dan memiliki bentuk dengan sirip-sirip kecil yang
berfungsi sebagai jalur untuk mengalirnya air. Motede pekerjaan PVD dibedakan
menjadi dua, diantaranya :
a. PVD Preloading
Perkembangan vertical drains sendiri sudah dimulai sejak tahun 1925, dimana
D.J.Moran seorang insinyur berkebangsaan Amerika memperkenalkan pemakaian
drainase dari kolom-kolom pasir untuk stabilitas tanah pada kedalaman yang
besar. Kemudian untuk pertama kalinya instalasi drainase ini digunakan di
California dan seiring dengan berjalannya waktu, tipe drainase ini dikenal dengan
istilah drainase vertikal (vertical drain). Pada tahun 1936, diperkenalkan sistem
drainase menggunakan bahan sintetis oleh Kjellman di Swedia. Setelah di tes di
beberapa tempat pada tahun 1937 dengan bahan cardboard, lantas mendapat
sambutan yang hangat oleh para ilmuwan. Sejak saat itu, pengembangan vertical
drain dilanjutkan dengan berbagai macam bahan. Dengan digunakannya
prefabricated vertical drains (PVD), waktu yang dibutuhkan untuk konsolidasi
melalui teknik preloading pun menjadi semakin singkat dan penurunan/settlement
yang terjadi juga dapat direduksi. Pada prakteknya, pemasangan/penanaman PVD
kedalam tanah menggunakan crawler crane dan mandrel dengan kedalaman yang
sudah direncanakan. Diatas tanah diberikan beban timbunan pasir/tanah
(surcharge) untuk membantu penyerapan air yang keluar dari PVD
b. PVD Vacum
Vacuum consolidation atau konsolidasi dengan vakum, (atau vacuum preloading,
pra-pembebanan dengan vakum) adalah metode perbaikan tanah yang
mempercepat proses konsolidasi dengan menggunakan tenaga pompa vakum.
Secara teknis setelah pemasangan PVD, beban preloading berupa timbunan tanah
diberikan diatas area yang telah dipasang PVD. Permasalahan muncul terutama di
kota-kota besar dimana akses ke lokasi kerja sangat terbatas, jam lewat truk
pengangkut tanah yang terbatas pada jam tidak sibuk serta lokasi pengambilan
bahan urugan yang jauh. Semua permasalahan ini menjadikan biaya untuk
mengurug bahan preloading menjadi sangat tinggi. Inovasi beban preloading
menggunakan tenaga pompa vakum menjadi solusi yang terbukti efektif.
Sistem ini menggunakan beban vakum sebesar 70% dari tekanan atmosfir (sekitar
70 kPa) atau lebih besar sebagai pengganti preloading konvensional. Meskipun
begitu, jika beban yang dibutuhkan untuk mencapai target perbaikan tanah lebih
besar daripada beban vakum, beban tambahan berupa timbunan bisa ditempatkan
di atas sistem vakum ini.
Keuntungan dari penggunaan PVD Vacuum adalah :
 Solusi murah untuk preloading di area perkotaan
 Mengurangi penurunan yang masih akan terjadi setelah masa konstruksi

selesai (residual settlement)

 Memperpendek masa konstruksi

 Area kerja yang minimum dan bersih

 Meminimalkan pengaruh terhadap lingkungan sekitar

 Ramah lingkungan

2. Grouting
Injeksi semen bertekanan/sementasi (grouting) adalah suatu proses, di mana suatu
cairan diinjeksikan/disuntikan dengan tekanan sesuai uji tekanan air (water pressure
test) ke dalam rongga, rekah dan retakan batuan/tanah, yang mana cairan tersebut
dalam waktu tertentu akan menjadi padat secara fisika maupun kimiawi.
Tujuan dilakukannya grouting adalah sebagai berikut :
a. Untuk memperkuat formasi dari lapisan tanah dan sekaligus menjadikan lapisan
tanah tersebut menjadi padat, sehingga mampu untuk mendukung beban bangunan
yang direncanakan.Seperti sudah dijelaskan di atas tanah selalu mempunyai
lubang-lubang,retak-retak,celah-celah.Rongga ini harus diisi dengan bahan
pengisi yang kuat, sehingga lapisan tanah dibawah rencana bangunan akan
menjadi bagian dari pondasi yang kuat.
b. Untuk menahan aliran air, misalnya pada bangunan dam, agar air tidak mengalir
melalui bawah bangunan dam.Air yang mengalir di bawah bangunan dam secara
bertahun-tahun akan membawa partikel tanah, yang akan mengakibatkan
terjadinya rongga-rongga di bawah bangunan, dan hal ini dapat membahayakan
kestabilan dam tersebut.grouting pada dam ini biasa disebut Tirai sementasi, guna
tirai sementasi ini untuk menghambat laju air, sehingga aliran air semakin
panjang, karena aliran semakin panjang maka air akan mengalami kehilangan
energi.
c. Untuk menahan aliran air tanah agar tidak masuk ke dalam suatu kegiatan
bangunan yang sedang berjalan.bangunan di bawah permukaan tanah apabila
lokasi nya dibawah permukaan air tanah, akan selalu terganggu oleh adanya air
tanah yang masuk dari dinding galian.Namun biasanya masih dapat diatasi dengan
pompa

Biasanya untuk mendapatkan data dan contoh dari lapisan di bawah tanah dengan
menggunakan core drill, yang dilakukan di tempat bagian dalam tanah yang
direncanakan untuk menerima beban dari bangunan ada 2 macam core drill, yaitu
diameter yang kecil,dan diameter besar yang ukurannya bisa sampai lebih lebih dari
75 cm. Penentuan lokasi titik tanah yang akan di bor alangkah baiknya jika
ditentukan oleh ahli geoteknik. Perkitaan sementara secara kasar, dapat diperkirakan
dengan cara memasukkan air dengan tekanan ke dalam lubang bor tanah, dengan
melalui pipa diameter 2″ dengan panjang sesuai kebutuhan, yang tertutup rapat
dengan lubang tanahnya. Jika laju aliran air berkurang secara cepat dan terjadi
penambahan tekanan airnya ( dilihat pada pressure gauge), ini dapat diartikan
retakan-retakan tanahnya sedikit dan dapat diperbaiki dengan cement grout. Tetapi
jika terjadi sebaliknya dimana laju aliran airnya besar, dengan hanya sedikit atau
tidak ada penambahan tekanan, ini menunjukkan formasi tanah yang poreus, dan
retakan-retakan tanah yang besar maka perlu grout dengan jumlah bahan yang
banyak. Bahan grouting yang biasa digunakan diantaranya :

a. Campuran semen dan air


b. Campuran semen, abu batu dan air
c. Camouran semen, clay dan air
d. Campuran semen, clay, pasir dan air
e. Aspal
f. Campuran bahan kimia.
3. Stone Coloumn
Stone Column merupakan upaya penggalian yang dilakukan untuk mengganti
sebagian tanah yang akan digunakan sebagai dasar konstuksi dengan kolom vertical
yang dipadatkan. Fungsi utama pemasangan Stone Column adalah untuk
meningkatkan daya dukung tanah yang kurang baik sehingga dapat menerima beban
yang lebih besar dan settlement yang terjadi akan berkurang. Menurut Barksdale dan
Banchus, 1982 selain untuk meningkatkan daya dukung tanah, fungsi lain dari Stone
Column adalah :
a) Mengurangi total settlement tanah.
b) Memperpendek waktu konsolidasi.
c) Mengurangi bahaya liquefaction.

Dengan perbaikan menggunakan teknik stone column ini, diharapkan tanah lempung
dapat menghasilkan kapasitas daya dukung besar sehingga beban timbunan yang
bekerja menjadi lebih besar, sehingga konsolidasi yang terjadi menjadi lebih cepat
karena stone column sendiri juga dapat menjadi drainase tambahan untuk
mengeluarkan air pori. Selain itu dengan stone column diharapkan pula penurunan
yang terjadi akibat beban timbunan tersebut menjadi lebih kecil/berkurang.

1.6 Analisis Perhitungan


Jika dilihat berdasarkan survey lapangan maka perbaikan tanah yang dipilih adalah perbaikan
tanah menggunakan cerucuk dari kayu dengan diameter yang bervariasi, mulai dari 0.3 m s.d
0.5 m dan Panjang dari cerucuk tersebut antara 8 s.d 12 meter.

Analisis perhitungan menggunakan software plaxis 8.5 dengan metode FEM (Finite element
methode). Data yang digunakan merupakan data asumsi berdasarkan survey lapangan secara
visual bahwa cerucuk tertanam didalam tanah sepanjang 10 meter dan tidak dapat ditembus
lagi dengan menggunakan tenaga excavator. Maka diasumsikan tanah yang relatif keras
berada pada kedalaman 9 meter dengan jenis tanah very stiff. Penggunaan data tanah very
stiff berkisar antara NSPT 15 s.d 30 berdasar pada kekuatan excavator yang tidak terlalu kuat
seperti alat pancang hammer yang sudah jelas penggunaannya yaitu 1% s.d 2% dari beban
ultimate (SNI 8460-2017).

Analisis perhitungan dengan menggunakan plaxis yaitu dibuat 3 model, diantaranya lebar
jalan 6 meter dengan slope 1:1, 1:1.5 dan 1:2. Parameter yang digunakan adalah sebagai
berikut :

Kohesi Sudut Modulus Berat Jenis


Jenis Tanah
(kN/m2) Geser (kN/m2) (kN/m3)
Timbunan 60 2 21000 16
Gambut/lumpur 5 0 1750 15
Lempung kaku 120 0 42000 17

1. Kondisi Slope 1:1

Faktor kemanan dari analisis stabilitas pada keadaan slope 1:1 adalah 1.1842 dengan
horizontal displacement sebesar 7.7 m. Berikut hasil dari analisis PLAXIS 8.5 :
2. Kondisi Slope 1:1.5
Faktor kemanan dari analisis stabilitas dengan slope 1:1.5 adalah 1.4849 dengan horizontal
displacement sebesar 65 cm Berikut hasil dari analisis PLAXIS 8.5 :
3. Kondisi Slope 1:2
Faktor kemanan dari analisis stabilitas dengan slope 1:2 adalah 1.8105 dengan horizontal
displacement sebesar 27.8 cm Berikut hasil dari analisis PLAXIS 8.5 :
1.7 Kesimpulan
Hasil dari analisis menggunakan PLAXIS 8.5 terdiri dari faktor keamanan dan horizontal
displacement tiap kemiringan timbunan. Bidang gelincir yang didapat jika dilihat dari hasil
output plaxis bahwa cerucuk melewati bidang gelincir jika diasumsikan tanah keras berada
pada kedalaman 9 meter keatas, tetapi factor keamanan pada setiap slope berbeda-beda,
berikut hasil dari factor kemanan dan pergeseran lateral pada tabel di bawah :

Jenis Horizontal
SF
Slope Displacement (m)
1:1 1.1842 7.7
1:1.5 1.4849 0.64
1:2 1.8105 0.278

Jika dilihat pada tabel di atas, kriteria yang memenuhi faktor keamanan berdasarkan SNI
8460-2017 adalah alternatif jenis slope 1:2 dengan lebar atas sebesar 6 meter, jarak antar
cerucuk adalah 2 meter dengan Panjang 10 meter dengan syarat ada cerucuk yang dijadikan
sebagai dinding dari timbunan untuk meminimalisir pergeseran lateral akibat dari buangan
lumpur hasil tambang.

Anda mungkin juga menyukai