Anda di halaman 1dari 6

1.1.

1 Kriteria Konstruksi Perkerasan Lentur


Guna dapat memberikan rasa aman dan nyaman kepada sipemakai jalan, maka
konstruksi perkerasan jalan haruslah memenuhi syarat-syarat tertentu yang dapat
dikelompokkan menjadi 2 kelompok yaitu:

Syarat-syarat berlalu lintas

Konstruksi perkerasan lentur dipandang dari keamanan dan kenyamanan berlalu lintas
harusllah memenuhi syarat-syarat sbb:

a. Permukaan yang rata, tidak bergelombang, tidak melendut dan tidak berlubang.
b. Permukaan cukup kaku, sehingga tidak mudah berubah bentuk akibat beban yang
bekerja diatasnya.
c. Permukaan cukup kesat, memberikan gesekan yang baik antara ban dan permukaan
jalan sehingga tak mudah selip.
d. Permukaan tidak mengkilap, tidak silau jika kena sinar matahari.

Syarat-syarat kekuatan struktural

Konstruksi perkerasan jalan dipandang dari segi kemampuan memikul dan menyebarkan
beban, haruslah memenuhi syarat-syarat:

a. Ketebalan yang cukup sehingga mampu menyebarkan beban/mutu lalu lintas ke tanah
dasar.
b. Kedap terhadap air, sehingga air tidak mudah meresap kelapisan dibawahnya.
c. Permukaan mudah mengalirkan air, sehingga air hujan yang jatuh diatasnya dapat cepat
dialirkan.
d. Kekakuan untuk memikul beban yang bekerja tanpa menimbulkan deformasi yang
berarti.

Untuk dapat memenuhi hal-hal tersebut diatas, perencanaan dan pelaksanaan konstruksi
perkerasan lentur jalan haruslah mencakup:

1. Perencanaan tebal masing-masing lapisan perkerasan.


Dengan memperhatikan daya dukung tanah dasar, beban lalu lintas yang akan
dipikulnya, keadaan lingkungan, jenis lapisan yang dipilih, dapatlah ditentukan tebal
masing-masnig lapisan berdasarkan beberapa metoda yang ada.
2. Analisa campuran bahan
Dengan memperhatikan mutu dan jumlah bahan setempat yang tersedia, direncanakan
suatu susunan campuran tertentu sehingga terpenuhi spesifikasi dari jenis lapisan yang
dipilih.
3. Pengawasan pelaksanaan pekerjaan
4.
Perencanaan tebal perkerasan yang baik, susunan campuran yang memenuhi syarat,
belumlah dapat menjamin dihasilkannya lapisan perkerasan yang memenuhi apa yang
diinginkan jika tidak dilakukan pengawasan telaksanaan yang cermat mulai dari tahap
pencampuran atau penghamparan dan akhirnya pada tahap pemadatan dan
pemeliharaan.
Disamping itu tak dapat dilupakan sistem pemeliharaan yang terencana dan tepat selama
umur pelayanan, termasuk didalamnya sistem drainase jalan tersebut.

1.1.2 Jenis dan fungsi lapisan konstruksi perkerasan lentur


Struktur perkerasan jalan terdiri dari lapisan-lapisan yang diletakkan diatas tanah
dasar yang telah dipadatkan. Lapisan-lapisan tersebut berfungsi untuk menerima beban lalu
lintas dan menyebarkan ke lapisan bawahnya. Penetapan besaran rencana tanah dasar dan
material-material yang akan menjadi bagian dari lapisan konstruksi perkerasan, harus
didasarkan atas penilaian survey dan penyelidikan laboratorium seorang ahli.

Bagian perkerasan jalan umumnya meliputi: lapis pondasi bawah (sub base course), lapis
pondasi (base course), dan lapis permukaan (surface course).

Beban lalu lintas yang bekerja diatas konstruksi perkerasan dapat dibedakan atas:

1. Muatan kendaraan yang berupa gaya vertikal


2. Gaya rem kendaraan berupa gaya horizontal
3. Pukulan roda kendaraan berupa getaran-getaran

Lapisan permukaan harus mampu menerima seluruh jenis gaya yang bekerja, lapis
pondasi atas menerima gaya vertikal dan getaran, sedangkan tanah dasar dianggap hanya
menerima gaya vertikal saja. Oleh karena itu terdapat perbedaan syarat-syarat yang harus
dipenuhi masing-masing lapisan.

Tanah Dasar (subgrade course)

Lapisan tanah tebal 50-100 cm diatas mana akan ditetapkan lapisan pondasi bawah
dinamakan lapisan tanah dasar. Ditinjau dari muka tanah asli, maka lapisan tanah dasar
dibedakan atas:

a. Lapisan tanah dasar, tanah galian


b. Lapisan tanah dasar, tanah timbunan
c. Lapisan tanah dasr, tanah asli
Lapisan tanah dasar dapat berupa tanah asli yang dipadatkan jika tanah aslinya baik,
tanah yang didatangkan dari tempat lain dan dipadatkan atau tanah yang distabilisasi
dengan kapur atau bahan lainnya. Sebelum diletakkan lapisan-lapisan lainnya, tanah dasar
dipadatkan terlebih dahulu sehingga tercapai kestabilan yang tinggi terhadap perubahan
volume. Pemadatan yang baik diperoleh jika dilakukan pada kadar air optimum dan
diusahakan kadar air tersebut konstan selama umur rencana. Hal ini dapat dicapai dengan
pelengkapan drainase yang memenuhi syarat.
Kekuatan dan keawetan struktur perkerasan jalan sangat tergantung dari sifat-sifat
daya dukung tanah dasar. Dari bermacam-macam cara pemeriksaan untuk menentukan
kekuatan tanah dasar, yang umum dipakai adalah cara CBR. Dalam hal ini digunakan
nomogram penetapan tebal perkerasan, maka harga CBR tersebut dapat dikorelasikan
terhadap Daya Dukung Tanah Dasar (DDT).
Penentuan daya dukung tanah dasar berdasarkan evaluasi hasil pemeriksaan
laboratorium tidak dapat mencakup secara detail (tempat demi tempat) sifat-sifat dan daya
dukung tanah dasar sepanjang suatu bagian jalan. Koreksi-koreksi perlu dilakukan baik
dalam tahap perencanaan detail maupun pelaksanaan, disesuaikan dengan kondisi
setempat. Koreksi-koreksi semacam ini akan diberikan pada gambar rencana atau dalam
spesifikasi pelaksanaan.
Umumnya masalah-masalah yang sering ditemui menyangkut tanah dasar adalah
sebagai berikut.
a. Perubahan bentuk tetap (deformasi permanen) dari macam tanah tertentu akibat
beban lalu lintas. Perubahan bentuk yang besar akan mengakibatkan jalan tersebut
rusak. Tanah-tanah dengan plastisitas tinggi cenderung untuk mengalami hal tersebut.
b. Sifat mengembang dan menyusut dari tanah tertentu akibat perubahan kadar air. Hal
ini dapat dikurangi dengan memadatkan tanah pada kadar air optimum.
c. Daya dukung tanah yang tidak merata dan sukar ditentukan secara pasti pada daerah
dengan macam tanah yang sangat berbeda sifat dan kedudukannya, atau akibat
pelaksanaan. Perencanaan tebal dapat dibuat berbeda-beda dengan membagi jalan
menjadi segmen-segmen berdasarkan sifat tanah yang berlainan.
d. Lendutan dan lendutan balik selama dan sesudah pembebadan lalu lintas dari macam
tanah tertentu.
e. Tambahan pemadatan akibat pembebanan lalu lintas dan penurunan yang
diakibatkannya, yaitu pada tanah berbutir kasar (granular sand) yang tidak dipatkan
secara baik pada saat pelaksanaan.

Untuk sedapat mungkin mencegahtimbulnya persoalan diatas maka tanah dasar harus
dikerjakan sesuai dengan p”Peraturan Pelaksanaan Pembangunan Jalan Raya” edisi terakhir.
Lapisan Pondasi Bawah (subbase course)

Lapis pondasi bawah adalah lapis perkerasan yang terletak antara lapis pondasi atas
dan tanah dasar. Fungsi lapis pondasi bawah antara lain:

a. Sebagai bagian dari konstruksi perkerasan untuk mendukung dan menyebarkan beban
roda ke tanah dasar.
b. Mencapai efisiensi penggunaan material yang relatif mudah agar lapisan-lapisan
selebihnya dapat dikurangi tebalnya (penghematan biaya konstuksi)
c. Lapis peresapan untuk mencegah agar air tanah dasar tidak berkumpul di lapis pondasi
d. Sebagai lapis pertama agar pelaksanaan dapat berjalan lancar. Hal ini sehubungan
dengan terlalu lemahnya daya dukung tanah dasar terhadap roda-roda alat-alat besar
atau karena kondisi lapangan yang memaksa harus segera menutup tanah dasar dari
pengaruh cuaca.
e. Lapisan untuk mencegah partikel-partikel halus dari tanah dasar naik ke lapis pondasi
atas. Untuk lapisan pondasi bawah haruslah memenuhi syarat filter yaitu:

Dimana:
D15 = diameter butir pada keadaan banyaknya persen yang lolos 15%
D85 = diameter butir pada keadaan banyaknya persen yang lolos 85%

Bermacam-macam tipe tanah setempat (CBR≥20%, PI≤10%) yang relatif lebih baik dari
tanah dasar yang digunakan sebagai bahan pondsi bawah. Campuran-campuran tanah
setempat dengan kapur atau semen portland dalam beberapa hal sangat dianjurkan,
agar didapat bantuan yang efektif terhadap kestabilan konstruksi perkerasan.

Jenis lapis pondasi bawah yang umum digunakan di Indonesia antara lain adalah:

1. Agregat bergradasi baik yang dibedakan atas:


a. Sirtu/pitrun kelas A
b. Sirtu/pitrun kelas B
c. Sirtu/pitrun kelas C

Sirtu kelas A bergradasi lebih kasar dari sirtu kelas B, yang masing-masing dapat
dilihat pada spesifikasi.

2. Stabilisasi
a. Stabilisasi agregat dengan semen (cement treted subbase)
b. Stabilisasi agregat dengan kapur (lime treted subbase)
c. Stabilisasi tanah dengan semen (soil cement stabilization)
d. Stabilisasi tanah dengan kapur (soil lime stabilization)

Lapis pondasi atas (LPA)

Lapis pondasi atas (Base course) adalah lapisan perkerasan yang terletak diantara
lapis pondasi bawah dan lapis permukaan. Fungsi lapis pondasi antara lain:

a. Sebagai lapisan perkerasan yang menahan gaya lintang dari beban roda dan
menyebarkannya ke lapisan dibawahnya
b. Sebagai perletakan terhadap lapis permukaan
c. Lapisan persiapan peresapan untuk lapisam pondasi bawah.
Bahan-bahan untuk lapis pondasi umumnya harus cukup kuat dan awet sehingga
dapat menahan beban-beban roda. Sebelum menentukan suatu bahan untuk digunakan
sebagai bahan pondasi, hendaknya dilakukan penyelidikan dan pertimbangan sebaik-
baiknya sehubungan dengan persyaratan teknik. Bermacam-macam bahan alam/bahan
setempat (CBR≥50%, PI≤4%) dapat digunakan sebagai bahan lapis pondasi, antara lain: batu
pecah, kerikil pecah, stabilisasi tanah dengan semen atau kapur.

Jenis lapis pondasi atas yang umum digunakan di Indonesia antara lain adalah:

1. Agregat bergradasi baik yang dapat dibedakan atas:


Batu Pecah Kelas A
Batu Pecah Kelas B
Batu Pecah Kelas C
Batu Pecah Kelas A mempunyai gradasi yang lebih kasar dari batu pecah kelas B, batu
pecah kelas B lebih kasar dari batu pecah kelas C. kriterianya dapat dilihat dari
spesifikasi yang diberikan.
2. Pondasi macadam
3. Pondasi telford
4. Penetrasi macadam (Lapen)
5. Aspal beton pondasi (asphalt concrete base/asphalt treated base)

Lapis permukaan (surface course)

Lapis permukaan adalah lapisan yang terletak paling atas. Fungsi lapis permukaan
antara lain:

a. Sebagai bagian perkerasan untuk menahan beban roda


b. Sebagai lapisan kedap air untuk melindungi badan jalan dari kerusakan akibat cuaca.
c. Sebagai lapisan aus
d. Sebagai lapis yang menyebarkan beban ke lapisan bawah

Guna dapt memenuhi fungsi tersebut diatas, lapis permukaan dibuat dengan menggunakan
bahan pengikat aspal sehingga menghasilkan lapisan kedap air dengan stabilitas yang tinggi
dan daya tahan yang lama.
Jenis lapis permukaan yang umum digunkan di Indonesia antara lain.

1. Lapisan yang bersifat non struktural, berfungsi sebagai lapisan aus dan kedap antara
lain:
a. Burtu (laburan aspal satu lapis)
Lapis penutup yang terdiri dari lapisan aspal yang ditaburi dengan satu lapis agregat
bergradasi seragam, denga tebal maksimum 2 cm.
b. Burda (laburan aspal dua lapis)
Lapis penutup yang terdisi dari lapisan yang ditaburi agregat yang dikerjakan dua
kali secara berurutan dengan tebal padat maksimum 3,5 cm.
c. Latasir (lapis tipis aspal pasir)
Lapis penutup yang terdiri dari lapisan aspal dan pasir alam bergradasi menerus
dicampur, dihampar dan dipadatkan pada suhu tertentu dengan tebal 1-2 cm.
d. Buras (laburan aspal)
Lapis penutup terdiri dari lapisan aspal taburan pasir dengan ukuran butir
maksimum 3/8 inch.
e. Latasbun (lapis tipis asbuton murni)
Lapis penutup yang terdiri dari campuran asbuton dan bahan pelunak dengan
perbandingan tertentu yang dicampur secara dingin dengan tebal padat maksimum
1 cm.
f. Lataston (lapis tipis aspal beton)
Dikenal dengan nama Hot Roll Sheet (HRS) yang merupakan lapis penutup yang
terdiri dari campuran antara agregat bergradasi timpang, filter dan aspal keras
dengan perbandingan tertentu, yang dicampur dan dipadatkan dalam keadaan
panas. Tebal padat antara 2,5-3 cm.
2. Lapisan yang bersifat struktural, berfungsi sebagai lapisan yang menahan dan
menyebarkan beban roda.
a. Penetrasi Macadam (Lapen)
Lapis perkerasan yang terdiri dari agregat pokok dan agregat pengunci bergradasi
terbuka dan seragam yang di ikat oleh aspal dan dipadatkan lapis demi lapis. Diatas
lapen ini beri leburan aspal dengan agregat penutup. Tbal lapisan satu lapis dapat
bervariasi dari 4-10 cm.

Anda mungkin juga menyukai