Anda di halaman 1dari 36

PERENCANAAN TEBAL PERKERASAN

PERTEMUAN III
PERENCANAAN PERKERASAN KAKU
Metode perencanaan didasarkan pada :
- Perkiraan lalu-lintas dan komposisinya selama umur
rencana.
- Kekuatan tanah dasar yang dinyatakan dengan CBR (%).
- Kekuatan beton yang digunakan
- Jenis bahu jalan.
- Jenis perkerasan.
- Jenis penyaluran beban.
Struktur dan jenis perkerasan beton semen
•Perkerasan beton semen dibedakan ke
dalam 4 jenis :
- Perkerasan beton semen bersambung
tanpa tulangan
- Perkerasan beton semen bersambung
dengan tulangan
- Perkerasan beton semen menerus
dengan tulangan
- Perkerasan beton semen pra-tegang
•Perkerasan beton semen adalah struktur
yang terdiri atas pelat beton semen yang
bersambung (tidak menerus) tanpa atau
dengan tulangan, atau menerus dengan
tulangan, terletak di atas lapis pondasi
bawah atau tanah dasar, tanpa atau
dengan lapis permukaan beraspal.
Struktur perkerasan beton semen
secara tipikal sebagaimana terlihat
pada Gambar 1.
•Pada perkerasan beton semen, daya
dukung perkerasan terutama diperoleh
dari pelat beton. Sifat, daya dukung dan
keseragaman tanah dasar sangat
mempengaruhi keawetan dan kekuatan
perkerasan beton semen. Faktor-faktor
yang perlu diperhatikan adalah kadar
air pemadatan, kepadatan dan
perubahan kadar air selama masa
pelayanan.
Lapis pondasi bawah pada perkerasan beton
semen adalah bukan merupakan bagian
utama yang memikul beban, tetapi merupakan
bagian yang berfungsi sebagai berikut :
- Mengendalikan pengaruh kembang susut
tanah dasar.
- Mencegah intrusi dan pemompaan pada
sambungan, retakan dan tepi-tepi pelat.
- Memberikan dukungan yang mantap dan
seragam pada pelat.
- Sebagai perkerasan lantai kerja selama
pelaksanaan.
•Pumping

•Pumping ialah perpindahan dari


campuran butiran tanah dan air melalui
sambungan pelat , retak dan tepi
perkerasan. Pumping yang terus menerus
dan tidak terkontrol akan banyak
memindahkan butiran halus tanah
sehingga akan terjadi kehilangan daya
dukukng, menjadikan sudut dan tepi pelat
tidak mempunyai tahanan
Kerusakan pumping pada
perkerasan beton
Hal – hal yang bisa menyebabkan terjadinya
pumping:

1. Pergerakan kendaraan yang cepat,


beban yang berat sehingga pelat bisa
melendut (misal truk bukan kendaraan
penumpang)

2. Sambungan tanpa dowel atau sambungan


dengan penyalur beban yang tidak
baik.
3. Adanya air antara perkerasan dengan
tanah dasar (subgrade) atau subbase
(lapisan pondasi )

4. Butiran halus dari tanah dasar atau


lapisan pondasi yang mudah tereosi.
•Tanah dasar yang paling rentan
terhadap pumping, ialah tanah yang
berplastisitas tinggi dan lempung. Bahan
lapisan pondasi yang tidak distabilisasi
(bahan berbutir – granular) yang rentan
terhadap pumping, umumnya ialah
material yang ukuran lolos no 200 (75
mum) lebih besar dari 15%
•Pumping bisa dihindari dengan
menggunakan bahan tahan erosi atau
pondasi yang distabiisasi. Pondasi
berbutir yang tidak distabilisasi yang
sesuai dengan persyaratan AASHTO
M155 akan mencegah pumping secara
efektif pada perkerasan yang dilalui
beban lalu lintas berat, bila unsusr unsur
lainya direncanakan dengan baik.
Pengalaman menunjukkan bahwa factor
perencanaan yang paling berpengaruh
untuk mencegah pumping adalah
penggunaan dowel pada sambungan
melintang.
Akan tetapi, sangat disarankan untuk
melakukan 9 setiap langkah yang bisa
mencegah pumping
•Penggunaan subbase dengan gradasi yang
baik (tanpa atau dengan stabilisasi) akan
menghilangkan butiran halus pada tanah yang
akan menjadi larutan (suspension), sedangkan
penggunaan dowel akan mengeliminasi
perbedaan deferensial lendutan yang cepat
akibat seringnya lintasan beban roda yang
berat
Kombinasi dari strategi untuk mengeliminasi
pumping ini seringkali digunakan sebab ini
akan mengisolasi dua factor utama yang
menyebabkan pumping dengan cara yang
mudah dalam sisi perencanaan
Penggunaan Lapisan Pondasi (Subbase)

Lapisan subbase merupakan elemen yang


diperlukan pada perencanaan perkerasan
beton untuk jalan utama dengan beban
berat, khususnya yang memikul beban lalu
lintas dengan jumlah truk yang besar
Lalu lintas
perkerasan yang diperkirakan akan
memikul beban lalu lintas truk lebih
kecil dari 200 per hari tidak memerlukan
subbase untuk mencegah pumping.
Begitu juga perkerasan yang
diperkirakan akan memikul beban lalu
lintas lebih kecil dari 1000000 ESAL 18
kip (80 kN) sepanjang umur
rencananya, tidak memerlukan subbase
(lapisan pondasi).
Drainase alami
Tanah dasar yang dalam keadaan aslinya bisa
mengalirkan air, umumnya tidak akan
mengalami pumping sebab air meresap ke
tanah dasar dan tidak tinggal dibawah
perkerasan yang bisa menyebabkan butiran
halus tersuspensi. Perkerasan mungkin
dibangun langsung diatas tanah dasar asli yang
mempunyai sifat seperti diatas, sepanjang factor
factor lainnya cukup baik, misalnya faktor
pengembangan tanah bisa diatasi.
Tanah dasar yang baik
tanah dasar dengan jumlah butiran yang
lolos saringan no 200 (0,075 mm) lebih
kecil dari 45% serta PI 6 atau lebih kecil,
dipandang cukup baik untuk melayani lalu
lintas dengan jumlah truk termasuk
medium tanpa diberi lapisan subbase.
•Dalam hal ini disarankan dipasang dowel
pada sambungan – walaupun tebal
pelatnya lebih kecil dari 200 mm guna
mencegah perbedaan lendutan pada
sambungan pelat

Perencanaan dengan membuat tebal pelat


lebih besar, tidak efektif guna mencegah
pumping
•Lapis pondasi (Subbase) yang tahan erosi
serta pemasangan dowel pada sambungan
melintang sangat diperlukan untuk
perkerasan yang akan melayani lalu intas
berat
•Pelat beton semen mempunyai sifat
yang cukup kaku serta dapat
menyebarkan beban pada bidang yang
luas dan menghasilkan tegangan yang
rendah pada lapisan-lapisan di
bawahnya. Bila diperlukan tingkat
kenyamanan yang tinggi, permukaan
perkerasan beton semen dapat dilapisi
dengan lapis campuran beraspal setebal
5 cm.
Persyaratan teknis
1. Tanah dasar
•Daya dukung tanah dasar ditentukan dengan
pengujian CBR insitu sesuai dengan SNI 03- 1731-
1989 atau CBR laboratorium sesuai dengan SNI
03-1744-1989, masing-masing untuk perencanaan
tebal perkerasan lama dan perkerasan jalan baru.
Apabila tanah dasar mempunyai nilai CBR lebih
kecil dari 2 %, maka harus dipasang pondasi
bawah yang terbuat dari beton kurus (Lean-Mix
Concrete) setebal 15 cm yang dianggap
mempunyai nilai CBR tanah dasar efektif 5 %.
2. Pondasi bawah

•Bahan pondasi bawah dapat berupa :


- Bahan berbutir.
- Stabilisasi atau dengan beton kurus giling
padat (Lean Rolled Concrete)
- Campuran beton kurus (Lean-Mix
Concrete).
Beberapa tipe lapisan pondasi yang telah duigunakan
dan memberikan kinerja yang memuaskan ialah :
 Lapisan pondasi dari bahan berbutir( tanpa
stabilisasi).
 Lapisan pondasi yang distabilisasi, yang termasuk:
o Lapisan pondasi yang distabilisasi semen (Cement
treated subbase atau lean concrete)
o Asphalt Treated subbase (ATB)
Lapis pondasi bawah perlu diperlebar sampai 60
cm diluar tepi perkerasan beton semen. Untuk
tanah ekspansif perlu pertimbangan khusus
perihal jenis dan penentuan lebar lapisan
pondasi dengan memperhitungkan tegangan
pengembangan yang mungkin timbul.
Pemasangan lapis pondasi dengan lebar sampai
ke tepi luar lebar jalan merupakan salah satu
cara untuk mereduksi prilaku tanah ekspansif.
Lapisan Pondasi Berbutir Tanpa Stabilisasi
Pondasi yang tidak distabilisasi ( pondasi dari material
berbutir) merupakan jenis lapisan pondasi yang paling
umum digunakan pada jalan perkotaan, dan jalan raya.
Jenis bahan yang telah terbukti berkinerja baik ialah batu
pecah, bank run sand gravel, pasir, tanah distabilisasi gravel,
slag atau slag pecah dan bahan lokal
Bila direncanakan dan dilaksanakan dengan baik, pondasi
yang tidak distabilisasi merupakan lapisan yang baik untuk
perkerasan kaku pada semua kelas jalan dan jalan raya.
Keuntungan utama dari bahan ini ialah biayanya yang
rendah bila dibandingkan dengan bahan yang distabilisasi
Tebal lapisan pondasi minimum 10 cm yang paling
sedikit mempunyai mutu sesuai dengan SNI No. 03-
6388-2000 dan AASHTO M-155 serta SNI 03-1743-
1989. Bila direncanakan perkerasan beton semen
bersambung tanpa ruji, pondasi bawah harus
menggunakan campuran beton kurus (CBK). Tebal
lapis pondasi bawah minimum yang disarankan
dapat dilihat pada Gambar 2 dan CBR tanah dasar
efektif didapat dari Gambar 3.
Gambar 2 Tebal pondasi bawah minimum untuk
perkerasan beton semen
Gambar 3 CBR tanah dasar efektif
dan tebal pondasi bawah
2a. Pondasi bawah material berbutir

Material berbutir tanpa pengikat harus memenuhi


persyaratan sesuai dengan SNI-03-6388- 2000.
Persyaratan dan gradasi pondasi bawah harus
sesuai dengan kelas B. Sebelum pekerjaan
dimulai, bahan pondasi bawah harus diuji
gradasinya dan harus memenuhi spesifikasi
bahan untuk pondasi bawah, dengan
penyimpangan ijin 3% - 5%. Ketebalan minimum
lapis pondasi bawah untuk tanah dasar dengan
CBR minimum 5% adalah 15 cm. Derajat
kepadatan lapis pondasi bawah minimum 100 %,
sesuai dengan SNI 03-1743-1989.
2b. Pondasi bawah dengan bahan pengikat
(Bound Sub-base)
Pondasi bawah dengan bahan pengikat (BP) dapat
digunakan salah satu dari :
(i) Stabilisasi material berbutir dengan kadar bahan
pengikat yang sesuai dengan hasil perencanaan,
untuk menjamin kekuatan campuran dan ketahanan
terhadap erosi. Jenis bahan pengikat dapat meliputi
semen, kapur, serta abu terbang dan/atau slag yang
dihaluskan.
(ii) Campuran beraspal bergradasi rapat (dense-
graded asphalt).
(iii) Campuran beton kurus giling padat yang harus
mempunyai kuat tekan karakteristik pada umur 28 hari
minimum 5,5 MPa (55 kg/cm2 ).
2c. Pondasi bawah dengan campuran beton kurus
(Lean-Mix Concrete)

Campuran Beton Kurus (CBK) harus


mempunyai kuat tekan beton karakteristik
pada umur 28 hari minimum 5 MPa (50
kg/cm2) tanpa menggunakan abu
terbang, atau 7 MPa (70 kg/cm2) bila
menggunakan abu terbang, dengan tebal
minimum 10 cm.
Lapis pemecah ikatan pondasi bawah dan pelat

Perencanaan ini didasarkan bahwa antara pelat


dengan pondasi bawah tidak ada ikatan. Jenis
pemecah ikatan dan koefisien geseknya dapat dilihat
pada Tabel 1.
Tabel 1 Nilai koefisien gesekan (µ)

Anda mungkin juga menyukai