Anda di halaman 1dari 13

TUGAS TEKNIK PONDASI

PERATURAN PEMBANGUNAN PONDASI JALAN


RAYA DAN JEMBATAN

Disusun Oleh :
Putri Nabila Husna
(2201411018)
2 TPJJ 1
Pekerjaan Lapis Pondasi Jalan

(Bina Marga No 002-01/ BM/ 2006)

1. Lapis pondasi
1.1. Umum
Lapis pondasi merupakan bagian perkerasan jalan raya yang terletak antara lapis
Permukaan jalan dan tanah dasar dimana salah satu fungsi utamanya pada perkerasan Lentur
adalah untuk menyebarkan beban kendaraan agar tegangan yang sampai ke tanah dasar tidak
melampaui tegangan yang dapat menimbulkan deformasi berlebih. Pada Perkerasan kaku,
fungsi utama lapis pondasai dalahu ntuk mencegah pemompaan. Atas pertimbangan efisiensi
bahan, lapis pondasi dapat terdiri atas dua bagian, yaitu lapis pondasi atas dan lapis pondasi
bawah. Pada perkerasan kaku, istilah lapis pondasi atas dan lapis pondasi bawah kadang-
kadang digunakan secara bergantian. Karena letaknya yang langsung di bawah lapis
permukaan sehingga menerima tegangan yang besar akibat beban roda kendaraan, maka lapis
pondasi atas dan lapis pondasi bawah pada perkerasan lentur harus mempunyai ketahanan
yang tinggi terhadap deformasi. Karena posisinya yang terletak di bawah lapis pondasi atas,
lapis pondasi bawah dapat mempunyai mutu yang lebih rendah daripada mutu lapis untuk
pondasi. Untuk memnuhi fungsi diatas ,lapis pondasi atas dan lapis pondasi bawah dapat
dibuat dari berbagai jenis bahan,tergantung pada ketersediaan bahan ,efisiensi pengerjaan
serta fungsi lainnya posisi lapisan pondasi atas dan lapisan bawah,baik pada perkerasan
lentur maupun perkerasan kaku.
1.2. Fungsi lapis pondasi
Di atas disebutkan bahwa salah satu fungsi lapis pondasi adalah untuk menyebarkan
tegangan atau untuk meningkatkan kapasitas struktural perkerasan, terutama pada
perkerasan lentur. Disamping fungsi tersebut, terdapat fungsi-fungsi lain lapis pondasi,
tergantung pada jenis perkerasan. Pada perkerasan kaku, fungsi lain lapis pondasai adalah:
 Mencegah terjadinya pemompaan( pumping).
 Mengalirkan air yang masuk dalam perkerasan.
 Mencegah atau memperkecil terjadinya pemuaian pada tanah dasar
 Sebagail lantai kerja.
Sebagai pencegah pemompaan, lapis pondasi harus mudah mengalirkan air (freed raining)
atau mempunyai ketahanan yang tinggi terhadap erosi. Agar mudah mengalirkan air, lapis
pondasi dapat terdiri bahan yang bergradasi menerus atau bergradasi lain,tetapi bahan halus
yang terkandungnya harus sedikit atau sama sekali tidak ada. Ditinjau dari kepentingan
struktural, lapis pondasi tidak perlu mempunyai sifat mudah mengalirkan air, tetapi akibat
beban kendaraan, lapis tersebut harus tahan deformasi sehingga apabila dibuat dari agregat,
gradasinya harus menerus. Agar tahan terhadap deformasi, seringkali bahan untuk lapis
pondasi distabilisasi dengan bahanl ain,diantaranya aspal, semen, kapur. Lapis pondasi dan
lapis pondasi bawah pada perkerasan lentur ditujukan untuk meningkatkan daya dukung
perkerasan, baik melalui penambahan kekakuan dan ketahanan lelah maupun melalui
pembentukan lapisan yang relatif tebal sehingga dapat menyebarkan beban secara lebih luas.
Hal tersebut merupakan fungsi utama lapis pondasi pada perkerasan lentur, meskipun tetap
dituntut adanya fungsi drainase dan fungsi perlindungan terhadap pemuaian tanah dasar.

1.3. Lapis pondasi atas dan lapis pondasi bawah pada perkerasan lentur
Sebagaimana disebutkan di atas bahwa fungsi utama lapis pondasi atas dan lapis
pondasi bawah pada perkerasan lentur adalah sebagai media untuk menyebarkan tegangan
yang ditimbulkan oleh beban kendaraan yang bekerja pada permukaan perkerasan. Dengan
demikian, maka tegangan yang sampai pada permukaan tanah dasar tidak mengakibatkan
deformasi yang berlebih. Lapis pondasi pada perkerasan lentur biasanya terdiri atas lapisan
hasil pemadatan batu pecah, kerikil atau slag yang bergradasi tertentu, lapis pondasi bawah
dapat terdiri atas bahan yang atau bahan hasils tabilisasi sedangkan sama seperti untuk lapis
pondasi, tetapi dengan mutu yang lebih rendah. Untuk memastikan bahwa tanah dasar tidak
menerima tegangan berlebih, maka lapis pondasi atas dan lapis pondasi bawah harus
mempunyai tebal memadai.

1.3.1. Lapis pondasi atas


Untuk mencegah terjadinya keruntuhan akibat tegangan yang terjadi langsung di
bawah permukaan, lapis pondasi atas harus terdiri atas bahan bermutu tinggi. Apabila lapis
pondasi atas terdiri atas agregat, maka agregat tersebut harus gradasi yang sesuai dengan
gradasi yang dicantumkan dalam spesifikasi. untuk kondisi lalu-lintas dan cuaca tertentu,
penentuan persyaratan gradasi harus mempertimbangkan berat isi dan stabilitas. CBR yang
harus dipenuhi bahan lapis pondasi biasanya ditetapkan 100 persen.Namun demikian, lapis
pondasi pada perkerasan yang melayani lalu-lintas rendah mungkin tidak menuntut bahan
bermutu tinggi, tetapi cukup bahan bermutu lebih rendah. Penggunaan bahan bermutu rendah
untuk lapis pondasi dapat dikompensasi dengan mempertebal lapis permukaan. Lapis pondasi
yang terdiri atas bahan yang distabilisasi aspal atau semen dapat menghemat biaya, karena
lapis pondasi dengan bahan tersebut akan menjadi lebih tipis

1.3.2. Lapis pondasi bawah


Untuk lapis pondasi bawah dapat digunakan bahan pilihan, misal kerikil alam. Bahan
pilhan biasanya mempunyais tabilitas cukup tinggi, tetapi mempunyai karakteristik lain yang
menjadikan bahan tersebu tidak sepenuhnya memenuhi syarat sebagai lapis pondasi atas.
Agar dapat dijadikan lapis pondasi bawah, bahan pilihan mungkin perlu distabilisasi atau
mungkin langsung digunakan dalam kondisi aslinya. Tujuan pemasangan lapis pondasi
bawah adalah untuk mendapatkan perkerasan yang relatif tebal tetapi dengan biaya yang
lebih murah. Oleh karena itu, bahan untuk lapis pondasi bawah dapat mempunyai mutu yang
rentang batas-batasnya lebar, sejauh persyaratan tebal dipenuhi. Persyaratan berat isi dan
kadar air seyogyanya ditetapkan
Berdasarkan pengujian laboratorium atau lapangan.
SPESIFIKASI TIANG PANCANG BETON PRACETAK UNTUK PONDASI
JEMBATAN, UKURAN (30 x 30, 35 x 35, 40 x 40) CM2 PANJANG 10-20 METER
DENGAN BAJA TULANGAN BJ 24 DAN BJ 40
(SNI 03-4434-1997)

1. Maksud dan Tujuan


1.1 Maksud
Spesifikasi tiang pancang beton pracetak ini dimaksudkan sebagi acuan dan pegangan
dalam membuat pondasi tiang pancang beton untuk pondasi jembatan di laboratorium dan di
lapangan.
1.2 Tujuan
Tujuan spesifikasi ini adalah untuk memudahkan bagi perencana dan pelaksana
pembangunan jembatan, sehingga tercapai efisiensi batas ultimit, dengan kekuatan beton
sebesar 25 Mpa (K-250) serta tegangan leleh baja tulangan sebesar 400 Mpa (Bj-40)

2. PERSYARATAN TEKNIS
2.1. Spesifikasi Kualitatif
a). tiang pancang beton yang tercantum dalam spesifikasi ini dihitung berdasarkan
keadaan batas ultimit.
b). tiang pancang beton pracetak harus kuat memikul beban dan gaya-gaya dalam
arah vertikal dan lateral yaitu akibat :
1. beban dan gaya-gaya yang bekerja pada pilar atau kepala jembatan.
2. pemindahan dan pengangkutan.
3. pemancangan.
4. deformasi lateral dan vertikal
5. gaya lateral akibat proses konsolidasi lapisan tanah di bawah timbunan oprit
di belakang kepala jembatan
6. gaya gesek negatif
7. gaya tekuk.

2.2. Spesifikasi Kuantitatif


1) Persyaratan bahan :
(1) Beton
 beton yang digunakan untuk tiang pancang pracetak harus mempunyai kuat tekan
25 Mpa.
 agar beton dapat memenuhi persyaratan, setiap pembuatan tiang harus didasarkan
kepada rencana campuran, dengan menggunakann komponen bahan yang
memenuhi ketentuan metode pengujian kuat tekan beton (SNI 03-1974-1990), dan
selama pelaksanaan pengecoran beton harus diikuti dengan pengendaliam mutu.

(2) Baja tulangan


 baja tulangan utama untuk tiang pancang beton pracetak harus menggunakan baja
ulir dan dengan tegangan leleh minimum 240 Mpa (Bj- 24), bebas dari korosi dan
kotoran yang menempel pada baja.
 baja tulangan lainnya menggunakan baja polos dengan tegangan leleh minimum
240 Mpa (Bj-40) dan bebas dari korosi dan kotoran yang menempel pada baja.
 Untuk menjamin tercapainya mutu baja yang diisyaratkan, sebelum digunakan
harus dilakukan pengujian mutu sesuai dengan SNI 07-2529-1991 tentang Metode
pengujian tarik baja beton.

2) Klasifikasi Tiang
Tiang pancang beton pracetak, dibuat dengan variasi panjang sesuai dengan tabel 1.

3) Persyaratan Struktur

Dimensi tiang dapat dilihat pada tabel 2.


TATA CARA PERENCANAAN TEKNIS PONDASI TIANG UNTUK JEMBATAN

SNI 03-6747-2002

Ruang Lingkup:

Tata cara perencanaan teknis pondasi tiang untuk jembatan yang membahas tentang
persyaratan dan ketentuan – ketentuan perenanaan teknis pondasi tiang dengan cara ultimit,
terdiri dari, pemilihan jenis tanah, daya dukung axial dan lateral, kemantapan terhadap
penurunan, guling, dan geser serta struktur tiang dan sambungan tiang dengan balok pondasi.

RINGKASAN:

Jembatan adalah bangunan pelengkap jalan yang terputus oleh sungai, saluran, lembah, selat,
atau laut, jalan raya, dan jalan kereta api. Pondasi tiang adalah bagian dari struktur jembatan
dengan mekanis pelimpahan beban dan gaya-gaya melalui strutur tiang pondasi.

Persyaratan kondisi geoteknik, pondasi tiang untuk jembatan dapat digunakan:

1. Sampai kedalaman 10,00 m atau lebih dari permukan tanah, terdiri dari lapisan:
a. Tanah kohesif yang sifatnya bervariasi dari sangat lembek, lembek, teguh, atau
kenyal.
b. Tanah non kohesif yang sifatnya bervariasi dari sangat lepas, lepas, atau agak
padat
2. Lapisan tanah keras dengan sondir q, ≥ 15000 kPa atau penetrasi standar N ≥ 50
terletak pada kedalaman lebih dari 10,00 m

Persyaratan keawetan tiang, struktur tiang pondasi harus memenuhi keawetan sebagai
berikut:

1. Tiang beton
a. Pada lingkungan korosif, tiang harus dibuat dengan menggunakan rencana
campuran beton kedap air sesuai ketentuan yang berlaku.
b. Tebal minimum selimut beton adalah 45 mm untuk kondisi non korosif dan 55
mm pada kondisi korosif
2. Tiang baja dan komposif baja beton
a. Bagian tiang yang terletak menonjol di atas dasar sungai harus di proteksi
terhadap korosi, terutama bagian yang terletak di sekitar fluktuasi muka air.
b. Tiang terletak pada aliran sungai yang pada waktu banjir banyak mengalirkan
benda-benda hanyutan maka mutu baja yang digunakan harus tahan aus terhadap
abrasi pada permukaannya

Ketentuan, untuk daya dukung aksial ultimit tiang vertikal tunggal harus dihitung
berdasarkan tahanan ultimit pada ujung tiang dan tahanan gesek ultimit pada permukaan
selimut tiang (lihat gambar dibawah ini)
SPESIFIKASI AGREGAT LAPIS PONDASI BAWAH,
LAPIS PONDASI ATAS DAN LAPIS PERMUKAAN
SNI 03-6388-2000

1. Ruang Lingkup
Spesifikasi ini meliputi mutu dan gradasi campuran lempung beipasir; kerikil; batu atau slag
basil penyaringan; atau pasir; sirtu pecah yang terdiri atas kerikil, batu pecah atau slag
dengan atau tanpa tanah pengikat atau kombinasi dari bahan tersebut untuk digunakan pada
bahan lapis pondasi bawah, lapis pondasi, dan lapis permukaan. Syarat-syarat pada
spesifikasi ini terbatas hanya untuk bahan-bahan yang mempunyai sifat-sifat berat jenis,
penyerapan air, dan gradasi yang normal. Bila digunakan bahan-bahan lain, batas-batas
spesillkasi yang sesuai harus ditentukan.

2. Acuan
 AASHTO M 147-65 (1990). Standard Specification for Materials for Aggregate and
Soil-Aggregate Subbase, Base and Surface Course
 SNI 03-2417-1991. Metode Pengujian Keausan Agregat Den-an Mesin Abrasi Los
Angeles
 SNI 06-4170-1996. Spesifikasi Kalsium Klorida

3. Persyaratan Umum
A. Agregat Kasar
 Agregat kasar tertahan pada saringan 2,00 mm (no.10) harus terdiri atas butiran-
butiran atau pecahan-pecahan batu, kerikil atau slag yang keras dan awet.
 Nilai keausan agregat kasar, sesuai dengan SNI 03-2417-1991, tidak lebih dari 50
persen.
Catatan : Persyaratan nilai keausan yang lebih tinggi atau lebih rendah dapat
ditentukan oleh Direksi Teknik sesuai dengan bahan yang tersedia.
B. Agregat Halus
 Agregat halus, lolos saringan 2,00 mm (no. 10) harus terdiri atas pasir alam atau
abu batu, dan mineral yang lolos saringan 0,075 mm (no. 2"00).
 Fraksi yang lolos saringan 0.075 mm (no.200) harus tidak lebih dari dua pertiga
fraksi yang lolos saringan 0,425 mm (no. 40). Fraksi yang lolos sarin(-,an 0,425
mm tidak boleh memiliki batas cair lebih besar dari 25 dan batas pl,astis tidak
boleh lebih dari 6.
C. Gradasi bahan agregat-tanah
Harus memenuhi persyaratan gradasi yang ditunjukkan dalam Tabel I Persyaratan
gradasi untuk agregat gabungan akan ditetap'kan oleh Direksi Tekreik. Semua bahan
harus bebas dari tumbuh-tumbuhan dan gumpalan lempung.
D. Bahan Lapis Pondasi Bawah
Bahan lapis pondasi bawah dengan gradasi A, B, C, D, E, atau F harus memenuhi
persyaratan umum seperti tersebut pada butir 3. Jenis bahan dan gradasi yang
diinginkan harus ditetapkan.
E. Bahan Lapis Pondasi
Bahan lapis pondasi dengan gradasi A, B, C, D, E, atau F harus memenuhi
persyaratan umum seperti tersebut pada butir 3. Jenis bahan dan gradasi yang
diinginkan harus ditetapkan.
F. Bahan Lapis Permukaan
Bahan lapis permukaan dengan gradasi C, D, E, atau F harus memenuhi persyaratan
umum seperti tersebut pada butir 3. Jenis bahan dan gradasi yang diinginkan harus
ditetapkan.
G. Kadar Air
Kadar air bahan harus sama atau sedikit dibawah optimum, agar kepadatan rencana
dapat dicapai.
H. Bahan Tambah
Bila untuk mengendalikan air digunakan kalsium klorida, bahan tersebut harus
memenuhi syarat sesuai dengan SNI 06-4170-1996.
TATA CARA PELAKSANAAN LAPIS PONDASI JALAN DENGAN BATU
PECAH (SNI 03-2853-1992)

RUANG LINGKUP
Tata cara ini digunakan untuk mendapatkan lapis pondasi jalan dengan menggunakan
batu pecah yang memenuhi syarat sebagai lapis pondasi

RINGKASAN
Bahan yang digunakan adalah agregat kasar, agregat halus, dan agregat campuran.
Peralatan yang digunakan antara lain: Alat penghampar agregat, grader, mesin gilas statis,
mesin gilas ban pneumatic, mesin gilas dengan penggetar, mesin pemadat timbris getar,
dan alat-alat bantu.
Penyiapan agregat meiputi kegiatan pencampuran aggregat, proses pencampuran,
penyiapan material, pemasangan lapis pondasi batu pecah antara lain :
Persiapan bahan, drainase, penghamparan, peralatan awal, bentuk penampang,
pembentukan akhir, kemudian pelaksanaan pemadatan, dan perlindungan untuk jangka
waktu yang lama .
Pengendalian mutu adalah pengujian bahan hasil pengamatan, kontrol kadar air, dan
penyiapan permukaan akhir lapis pondasi.

Tata cara ini juga menunjukkan metode sederhana menanggulangi segregesi dengan
ilustrasi gambar.
Prosedur pengerjaan, pemasangan patok-patok, pengangkutan, penghamparan,
pembentukan, dan pemadatan.
TATA CARA PERENCANAAN TEKNIS PONDASI SUMURAN UNTUK
JEMBATAN
SNI 03-3447-1994

RUANG LINGKUP
Tata cara ini meliputi persyaratan dan ketentuan tentang perencanaan pondasi sumuran
berdasarkan kondisi ultimit terdiri dari daya dukung tanah, kemantapan terhadap
deformasi lateral, deformasi vertikal, geser, dan guling, keawetan bahan serta kekuatan
struktur sumuran.

RINGKASAN
Tata cara ini sebagai acuan dan pegangan untuk merencanakan pondasi sumuran yang
berfungsi sebagai pendukung jembatan dengan tujuan untuk menyeragamkan cara
perencanaan pondasi sumuran untuk jembatan sehingga memenuhi tuntutan kekuatan,
kemantapan, keawetan, dan efisien untuk pembangunan jembatan.
Tata cara perencanaan ini antara lain:
1. Hitung semua gaya vertikal dan lateral ultimit yang berasal dari bangunan bawah
berdasarkan ketentuan
2. Siapkan data geoteknik pada lokasi sumuran, meliputi stratigrafi, dan semua
parameter tanah yang diperlukan.
3. Tentukan bentuk dan dimensi sumuran
4. Hitung daya dukung tanah ultimit dan faktor keamanan.
5. Hitung kemantapan lateral pondasi
6. Hitung kemantapan terhadap guling dan faktor keamanan.
7. Hitung deformasi vertikal
8. Hitung kekuatan struktur balok pondasi, dinding sumuran, dan sambungan sumuran
dengan balok pondasi
9. Buat gambar rencana

Keterangan gambar terdapat di halaman berikutnya.

Anda mungkin juga menyukai