Anda di halaman 1dari 21

I Kadek Bagus Widana Putra (16309835), Universitas Gunadarma

Thursday, May 21, 2009


JENIS - JENIS PERKERASAN

1.1. STRUKTUR PERKERASAN

Pada umumnya, perkerasan jalan terdiri dari beberapa jenis lapisan perkerasan yang tersusun
dari bawah ke atas,sebagai berikut :
Lapisan tanah dasar (sub grade)
Lapisan pondasi bawah (subbase course)
Lapisan pondasi atas (base course)
Lapisan permukaan / penutup (surface course)

Terdapat beberapa jenis / tipe perkerasan terdiri :

1
Kerusakan pada Perkerasan Aspal
I Kadek Bagus Widana Putra (16309835), Universitas Gunadarma

a. Flexible pavement (perkerasan lentur).


b. Rigid pavement (perkerasan kaku).
c. Composite pavement (gabungan rigid dan flexible pavement).

1.2. PERKERASAN LENTUR

1.2.1. Jenis dan fungsi lapisan perkerasan


Lapisan perkerasan jalan berfungsi untuk menerima beban lalu-lintas dan menyebarkannya ke
lapisan di bawahnya terus ke tanah dasar.

1.2.2. Lapisan Tanah Dasar (Subgrade)


Lapisan tanah dasar adalah lapisan tanah yang berfungsi sebagai tempat perletakan lapis
perkerasan dan mendukung konstruksi perkerasan jalan diatasnya. Menurut Spesifikasi, tanah
dasar adalah lapisan paling atas dari timbunan badan jalan setebal 30 cm, yang mempunyai
persyaratan tertentu sesuai fungsinya, yaitu yang berkenaan dengan kepadatan dan daya
dukungnya (CBR).
Lapisan tanah dasar dapat berupa tanah asli yang dipadatkan jika tanah aslinya baik, atau
tanah urugan yang didatangkan dari tempat lain atau tanah yang distabilisasi dan lain lain.
Ditinjau dari muka tanah asli, maka lapisan tanah dasar dibedakan atas :
Lapisan tanah dasar, tanah galian.
Lapisan tanah dasar, tanah urugan.
Lapisan tanah dasar, tanah asli.
Kekuatan dan keawetan konstruksi perkerasan jalan sangat tergantung dari sifat-sifat dan
daya dukung tanah dasar.
Umumnya persoalan yang menyangkut tanah dasar adalah sebagai berikut :
Perubahan bentuk tetap (deformasi permanen) akibat beban lalu lintas.
Sifat mengembang dan menyusutnya tanah akibat perubahan kadar air.
Daya dukung tanah yang tidak merata akibat adanya perbedaan sifat-sifat tanah pada lokasi
yang berdekatan atau akibat kesalahan pelaksanaan misalnya kepadatan yang kurang baik.

1.2.3. Lapisan Pondasi Bawah (Subbase Course)


Lapis pondasi bawah adalah lapisan perkerasan yang terletak di atas lapisan tanah dasar dan
di bawah lapis pondasi atas.
Lapis pondasi bawah ini berfungsi sebagai :
Bagian dari konstruksi perkerasan untuk menyebarkan beban roda ke tanah dasar.
Lapis peresapan, agar air tanah tidak berkumpul di pondasi.
Lapisan untuk mencegah partikel-partikel halus dari tanah dasar naik ke lapis pondasi atas.
Lapis pelindung lapisan tanah dasar dari beban roda-roda alat berat (akibat lemahnya daya
dukung tanah dasar) pada awal-awal pelaksanaan pekerjaan.
Lapis pelindung lapisan tanah dasar dari pengaruh cuaca terutama hujan.

1.2.4. Lapisan pondasi atas (base course)


Lapisan pondasi atas adalah lapisan perkerasan yang terletak di antara lapis pondasi bawah
dan lapis permukaan.
Lapisan pondasi atas ini berfungsi sebagai :
Bagian perkerasan yang menahan gaya lintang dari beban roda dan menyebarkan beban ke
lapisan di bawahnya.
Bantalan terhadap lapisan permukaan.
Bahan-bahan untuk lapis pondasi atas ini harus cukup kuat dan awet sehingga dapat menahan
beban-beban roda.

2
Kerusakan pada Perkerasan Aspal
I Kadek Bagus Widana Putra (16309835), Universitas Gunadarma

Dalam penentuan bahan lapis pondasi ini perlu dipertimbangkan beberapa hal antara lain,
kecukupan bahan setempat, harga, volume pekerjaan dan jarak angkut bahan ke lapangan.

1.2.5. Lapisan Permukaan (Surface Course)


Lapisan permukaan adalah lapisan yang bersentuhan langsung dengan beban roda kendaraan.
Lapisan permukaan ini berfungsi sebagai :
Lapisan yang langsung menahan akibat beban roda kendaraan.
Lapisan yang langsung menahan gesekan akibat rem kendaraan (lapis aus).
Lapisan yang mencegah air hujan yang jatuh di atasnya tidak meresap ke lapisan bawahnya
dan melemahkan lapisan tersebut.
Lapisan yang menyebarkan beban ke lapisan bawah, sehingga dapat dipikul oleh lapisan di
bawahnya.
Apabila dperlukan, dapat juga dipasang suatu lapis penutup / lapis aus (wearing course) di
atas lapis permukaan tersebut.
Fungsi lapis aus ini adalah sebagai lapisan pelindung bagi lapis permukaan untuk mencegah
masuknya air dan untuk memberikankekesatan (skid resistance) permukaan jalan. Apis aus
tidak diperhitungkan ikut memikul beban lalu lintas.

1.3. PERKERASAN KAKU

Perkerasan jalan beton semen atau secara umum disebut perkerasan kaku, terdiri atas plat
(slab) beton semen sebagai lapis pondasi dan lapis pondasi bawah (bisa juga tidak ada) di atas
tanah dasar. Dalam konstruksi perkerasan kaku, plat beton sering disebut sebagai lapis
pondasi karena dimungkinkan masih adanya lapisan aspal beton di atasnya yang berfungsi
sebagai lapis permukaan.
Perkerasan beton yang kaku dan memiliki modulus elastisitas yang tinggi, akan
mendistribusikan beban ke bidang tanah dasra yang cukup luas sehingga bagian terbesar dari
kapasitas struktur perkerasan diperoleh dari plat beton sendiri. Hal ini berbeda dengan
perkerasan lentur dimana kekuatan perkerasan diperoleh dari tebal lapis pondasi bawah, lapis
pondasi dan lapis permukaan.
Karena yang paling penting adalah mengetahui kapasitas struktur yang menanggung beban,
maka faktor yang paling diperhatikan dalam perencanaan tebal perkerasan beton semen
adalah kekuatan beton itu sendiri. Adanya beragam kekuatan dari tanah dasar dan atau
pondasi hanya berpengaruh kecil terhadap kapasitas struktural perkerasannya.
Lapis pondasi bawah jika digunakan di bawah plat beton karena beberapa pertimbangan,
yaitu antara lain untuk menghindari terjadinya pumping, kendali terhadap sistem drainasi,
kendali terhadap kembang-susut yang terjadi pada tanah dasar dan untuk menyediakan lantai
kerja (working platform) untuk pekerjaan konstruksi.
Secara lebih spesifik, fungsi dari lapis pondasi bawah adalah :
Menyediakan lapisan yang seragam, stabil dan permanen.
Menaikkan harga modulus reaksi tanah dasar (modulus of sub-grade reaction = k), menjadi
modulus reaksi gabungan (modulus of composite reaction).
Mengurangi kemungkinan terjadinya retak-retak pada plat beton.
Menyediakan lantai kerja bagi alat-alat berat selama masa konstruksi.
Menghindari terjadinya pumping, yaitu keluarnya butir-butiran halus tanah bersama air pada
daerah sambungan, retakan atau pada bagian pinggir perkerasan, akibat lendutan atau gerakan
vertikal plat beton karena beban lalu lintas, setelah adanya air bebas terakumulasi di bawah
pelat.
Pemilihan penggunaan jenis perkerasan kaku dibandingkan dengan perkerasan lentur yang
sudah lama dikenal dan lebih sering digunakan, dilakukan berdasarkan keuntungan dan

3
Kerusakan pada Perkerasan Aspal
I Kadek Bagus Widana Putra (16309835), Universitas Gunadarma

kerugian masing-masing jenis perkerasan tersebut seperti dapat dilihat pada Tabel 1.3.

1.3.1. Perkembangan perkerasan kaku


Pada awal mula rekayasa jalan raya, plat perkerasan kaku dibangun langsung di atas tanah
dasar tanpa memperhatikan sama sekali jenis tanah dasar dan kondisi drainasenya. Pada
umumnya dibangun plat beton setebal 6 - 7 inch. Dengan bertambahnya beban lalu-lintas,
khususnya setelah Perang Dunia ke II, mulai disadari bahwa jenis tanah dasar berperan
penting terhadap unjuk kerja perkerasan, terutama sangat pengaruh terhadap terjadinya
pumping pada perkerasan. Oleh karena itu, untuk selanjutnya usaha-usaha untuk mengatasi
pumping sangat penting untuk diperhitungkan dalam perencanaan.
Pada periode sebelumnya, tidak biasa membuat pelat beton dengan penebalan di bagian ujung
/ pinggir untuk mengatasi kondisi tegangan struktural yang sangat tinggi akibat beban truk
yang sering lewat di bagian pinggir perkerasan.
Kemudian setelah efek pumping sering terjadi pada kebanyakan jalan raya dan jalan bebas
hambatan, banyak dibangun konstruksi pekerasan kaku yang lebih tebal yaitu antara 9 - 10
inch.
Guna mempelajari hubungan antara beban lalu-lintas dan perkerasan kaku, pada tahun 1949
di Maryland USA telah dibangun Test Roads atau Jalan Uji dengan arahan dari Highway
Research Board, yaitu untuk mempelajari dan mencari hubungan antara beragam beban
sumbu kendaraan terhadap unjuk kerja perkerasan kaku.
Perkerasan beton pada jalan uji dibangun setebal potongan melintang 9 - 7 - 9 inch, jarak
antara siar susut 40 kaki, sedangkan jarak antara siar muai 120 kaki. Untuk sambungan
memanjang digunakan dowel berdiameter 3/4 inch dan berjarak 15 inch di bagian tengah.
Perkerasan beton uji ini diperkuat dengan wire mesh.
Tujuan dari program jalan uji ini adalah untuk mengetahui efek pembebanan relatif dan
konfigurasi tegangan pada perkerasan kaku. Beban yang digunakan adalah 18.000 lbs dan
22.400 pounds untuk sumbu tunggal dan 32.000 serta 44.000 pounds pada sumbu ganda.
Hasil yang paling penting dari program uji ini adalah bahwa perkembangan retak pada pelat
beton adalah karena terjadinya gejala pumping. Tegangan dan lendutan yang diukur pada
jalan uji adalah akibat adanya pumping.
Selain itu dikenal juga AASHO Road Test yang dibangun di Ottawa, Illinois pada tahun
1950. Salah satu hasil yang paling penting dari penelitian pada jalan uji AASHO ini adalah
mengenai indeks pelayanan. Penemuan yang paling signifikan adalah adanya hubungan
antara perubahan repetisi beban terhadap perubahan tingkat pelayanan jalan. Pada jalan uji
AASHO, tingkat pelayanan akhir diasumsikan dengan angka 1,5 (tergantung juga kinerja
perkerasan yang diharapkan), sedangkan tingkat pelayanan awal selalu kurang dan 5,0.

1.3.2. Jenis-jenis perkerasan jalan beton semen

Berdasarkan adanya sambungan dan tulangan plat beton perkerasan kaku, perkerasan beton
semen dapat diklasifikasikan menjadi 3 jenis sebagai berikut :

Perkerasan beton semen biasa dengan sambungan tanpa tulangan untuk kendali retak.
Perkerasan beton semen biasa dengan sambungan dengan tulangan plat untuk kendali retak.
Untuk kendali retak digunakan wire mesh diantara siar dan penggunaannya independen
terhadap adanya tulangan dowel.
Perkerasan beton bertulang menerus (tanpa sambungan). Tulangan beton terdiri dari baja
tulangan dengan prosentasi besi yang relatif cukup banyak (0,02 % dari luas penampang
beton).

4
Kerusakan pada Perkerasan Aspal
I Kadek Bagus Widana Putra (16309835), Universitas Gunadarma

Pada saat ini, jenis perkerasan beton semen yang populer dan banyak digunakan di negara-
negara maju adalah jenis perkerasan beton bertulang menerus.

1.4. PERKERASAN KOMPOSIT

Perkerasan komposit merupakan gabungan konstruksi perkerasan kaku (rigid pavement) dan
lapisan perkerasan lentur (flexible pavement) di atasnya, dimana kedua jenis perkerasan ini
bekerja sama dalam memilkul beban lalu lintas. Untuk ini maka perlua ada persyaratan
ketebalan perkerasan aspal agar mempunyai kekakuan yang cukup serta dapat mencegah
retak refleksi dari perkerasan beton di bawahnya.
Hal ini akan dibahas lebih lanjut di bagian lain.
Konstruksi ini umumnya mempunyai tingkat kenyamanan yang lebih baik bagi pengendara
dibandingkan dengan konstruksi perkerasan beton semen sebagai lapis permukaan tanpa
aspal.

Tabel 1.3. : Perbedaan antara Perkerasan Kaku dengan Perkerasan Lentur.

5
Kerusakan pada Perkerasan Aspal
I Kadek Bagus Widana Putra (16309835), Universitas Gunadarma

Posted by Civil Injinering at 8:28 PM

6
Kerusakan pada Perkerasan Aspal
I Kadek Bagus Widana Putra (16309835), Universitas Gunadarma

Lapisan perkerasan sering mengalami kerusakan atau kegagalan sebelum mencapai


umur rencana. Kerusakan pada perkerasan dapat dilihat dari kegagalan fungsional dan
struktural.

Kegagalan fungsional adalah apabila perkerasan tidak dapat berfungsi lagi sesuai
dengan yang direncanakan dan menyebabkan ketidaknyamanan bagi pengguna jalan.
Sedangkan kegagalan struktural terjadi ditandai dengan adanya rusak pada satu atau lebih
bagian dari struktur perkerasan jalan yang disebabkan lapisan tanah dasar yang tidak stabil,
beban lalu lintas, kelelahan permukaan, dan pengaruh kondisi lingkungan sekitar (Yoder,
1975).

Kerusakan pada perkerasan konstruksi jalan pada umumnya dapat disebabkan oleh :

1. Lalulintas. Yang dapat berupa peningkatan beban dan repetisi beban.


2. Air. Yang dapat berasal dari air hujan, system drainase jalan yang tidak baik, naiknya
air dengan sifat kapilaritas.
3. Material konstruksi perkerasan. Dalam hal ini dapat disebabkan oleh sifat material itu
sendiri atau dapat pula disebabkan oleh system pengelolaan yang tidak baik.
4. Iklim. Indonesia beriklim tropis, dimana suhu udara dan curah hujan umumnya tinggi,
yang dapat merupakan salah satu penyebab kerusakan jalan.
5. Kondisi tanah dasar yang tidak stabil. Kemungkinan disebabkan oleh system
pelaksanaan yang kurang baik, atau dapat juga disebabkan oleh sifat tanah dasar yang
memang jelek.
6. Proses pemadatan di atas lapisan tanah dasar yang kurang baik.

Dalam mengevaluasi kerusakan jalan, ada beberapa hal yang perlu ditentukan :

1. Jenis kerusakan (distress type) dan penyebabnya.


2. Tingkat kerusakan (distress severity).
3. Jumlah kerusakan (distress amount).

Menurut Manual Pemeliharaan Jalan no : 03/MN/B/1983 dikeluarkan oleh Direktorat


Jenderal Binamarga, kerusakan jalan terutama pada perkerasan lentur dapat dibedakan atas 6
jenis yang akan dijelaskan secara bertahap berikut jenis-jenisnya:

a. Retak (cracking)
Retak halus, retak kulit buaya, retak pinggir, retak sambungan bahu perkerasan, retak
sambungan jalan, retak sambungan pelebaran jalan, retak refleksi, retak susut, dan
retak selip.
b. Distorsi (distortion)
Alur, keriting, sungkur, amblas, dan jembul.
c. Cacat Permukaan (disintegration)
Lubang, pelepasan butir, dan pengelupasan lapisan permukaan.
d. Pengausan (polished aggregate)
e. Kegemukan (bleeding / flushing)
f. Penurunan pada bekas penanaman utilitas (utility cut deprestion)

7
Kerusakan pada Perkerasan Aspal
I Kadek Bagus Widana Putra (16309835), Universitas Gunadarma

1. RETAK (CRACKING)

Retak adalah suatu gejala kerusakan/ pecahnya permukaan perkerasan sehingga akan
menyebabkan air pada permukaan perkerasan masuk ke lapisan dibawahnya dan hal ini
merupakan salah satu faktor yang akan membuat luas/ parah suatu kerusakan (Departemen
Pekerjaan Umum, 2007).

Di dalam pendekatan mekanika retak diasumsikan ada bagian yang lemah pada setiap
material. Ketika pembebanan terjadi, ada konsentrasi tegangan yang lebih tinggi di sekitar
bagian tersebut, sehingga material tersebut tidak lagi memiliki distribusi tegangan yang
seragam dan terjadilah kerusakan/ retak pada bagian tersebut dan berkembang ke bagian yang
lainnya. Mekanika retak juga menggambarkan perkembangan retak tergantung pada sifat
material tersebut (Roque, 2010).

Retak/craking yang umum diikenal dapat dibedakan atas :

a). Retak Halus (hair cracking)

Yang dimaksud retak halus adalah retak yang terjadi mempunyai lebar celah 3 mm.
Sifat penyebarannya dapat setempat atau luas pada permukaan jalan.

Kemungkinan penyebab:

1. Bahan perkerasan/ kualitas material kurang baik.

2. Pelapukan permukaan.

3. Air tanah pada badan perkerasan jalan.

4. Tanah dasar/ lapisan dibawah permukaan kurang stabil.

Akibat lanjutan:

a. Meresapnya air pada badan jalan sehingga mempercepat kerusakan dan


menimbulkan ketidak-nyamanan berkendaraan.

b. Berkembang menjadi retak buaya (alligator cracks).

Sehingga untuk pemeliharaan dapat digunakan lapis latasir, buras. Dan dalam tahap
perbaikan dapat dilengkapi dengan sitem aquaproof.

Gambar 1. Jalan Retak Halus

8
Kerusakan pada Perkerasan Aspal
I Kadek Bagus Widana Putra (16309835), Universitas Gunadarma

b) Retak Kulit Buaya (alligator crack)

Istilah lain adalah chickenwire cracks, alligator cracks, polygonal cracks, dan crazing.
Lebar celah retak 3 mm dan saling berangkai membentuk serangkaian kotak-kotak
kecil yang menyerupai kulit buaya atau kawat untuk kandang ayam. Umumnya daerah
dimana terjadi retak kulit buaya tidak luas. Jika daerah dimana terjadi retak kulit
buaya luas, mungkin hal ini disebabkan oleh repetisi beban lalulintas yang melampaui
beban yang dapat dipikul oleh lapisan permukaan tersebut.

Kemungkinan penyebab:

1. Bahan perkerasan/ kualitas material kurang baik.

2. Pelapukan permukaan.

3. Air tanah pada badan perkerasan jalan.

4. Tanah dasar/ lapisan dibawah permukaan kurang stabil.

Akibat lanjutan:

a. Kerusakan setempat/ menyeluruh pada perkerasan.

b. Berkembang menjadi lubang akibat dari pelepasan butir-butir.

Untuk pemeliharaan dapat digunakan lapis burda, burtu, ataupun lataston. Jika celah
3mm, sebaiknya bagian perkerasan yang telah mengalami retak kulit buaya akibat
rembesan air ke lapis pondasi dan tanah dasar diperbaiki dengan cara dibongkar dan
dibuang bagian-bagian yang basah, kemudian dilapis kembali dengan bahan yang
sesuai. Perbaikan harus disertai dengan perbaikan drainase disekitarnya. Kerusakan
yang disebabkan oleh beban lalu lintas harus diperbaiki dengan memberi lapis
tambahan.

Gambar 2. Jalan Retak Kulit Buaya

c) Retak Pinggir (edge crack)

Retak ini disebut juga dengan retak garis (lane cracks) dimana terjadi pada sisi tepi
perkerasan/ dekat bahu dan berbentuk retak memanjang (longitudinal cracks) dengan

9
Kerusakan pada Perkerasan Aspal
I Kadek Bagus Widana Putra (16309835), Universitas Gunadarma

atau tanpa cabang yang mengarah ke bahu. Retak ini dapat terdiri atas beberapa celah
yang saling sejajar.

Kemungkinan penyebab:

1. Bahan dibawah retak pinggir kurang baik atau perubahan volume akibat jenis
ekspansif clay pada tanah dasar .

2. Sokongan bahu samping kurang baik.

3. Drainase kurang baik.

4. Akar tanaman yang tumbuh di tepi perkerasan dapat pula menjadi sebab
terjadinya retak tepi.

Akibat lanjutan:

a. Kerusakan menyeluruh atau setempat pada perkerasan jalan sehingga


mengganggu kenyamanan berkendaraan.

b. Retak akan berkembang menjadi besar yang diikuti oleh pelepasan butir pada
tepi retak.

Cara perbaikan dengan mengisi celah dengan campuran aspal cair & pasir. Perbaikan
drainase harus dilakukan, bahu diperlebar, dan dipadatkan, jika pinggir perkerasan
mengalami penurunan, elevasi dapat diperbaiki dengan mempergunakan hotmix.

Gambar 3. Jalan Retak Pinggir

d) Retak Sambungan Bahu Perkerasan (edge joint crack)

Sesuai dengan namanya retak ini umumnya terjadi pada daerah sambungan
perkerasan dengan bahu yang beraspal. Retak ini berbentuk retak memanjang
(longitudinal cracks) dan biasanya terbentuknya pada permukaan bahu beraspal.
Retak ini dapat terdiri atas beberapa celah yang saling sejajar.

Kemungkinan penyebab:

10
Kerusakan pada Perkerasan Aspal
I Kadek Bagus Widana Putra (16309835), Universitas Gunadarma

1. Perbedaan ketinggian antara bahu beraspal dengan perkerasan, akibat


penurunan bahu.

2. Penyusutan material bahu/ badan perkerasan jalan.

3. Drainase kurang baik.

4. Roda kendaraan berat yang menginjak bahu beraspal.

5. Material pada bahu yang kurang baik/ kurang memadai.

Akibat lanjutan:

a. Menimbulkan kerusakan menyeluruh atau setempat pada perkerasan jalan


akibat meresapnya air pada badan jalan dan mengganggu kenyamanan
berkendaraan.

b. Berkembang menjadi besar yang diikuti oleh pelepasan butir pada tepi retak.

Perbaikan dapat dilakukan dengan mengisi celah dengan campuran aspal cair dan
pasir.

e) Retak Sambungan Jalan (lane joint crack)

Sesuai dengan namanya retak ini terjadi pada sambungan dua jalur lalu lintas dan
berbentuk retak memanjang (longitudinal cracks). Retak ini dapat terdiri atas
beberapa celah yang saling sejajar.

Kemungkinan penyebabnya adalah ikatan sambungan kedua jalur yang kurang


baik.

Akibat lanjutan:

a. Kerusakan menyeluruh atau setempat pada perkerasan jalan dan akan


mengganggu kenyamanan berkendaraan.

b. Lepasnya butir pada tepi retak dan bertambah lebar.

Perbaikan dapat dilakukan dengan memasukkan campuran aspal cair dan pasir ke
dalam celah-celah yang terjadi.

Gambar 4. Retak Sambungan Jalan

11
Kerusakan pada Perkerasan Aspal
I Kadek Bagus Widana Putra (16309835), Universitas Gunadarma

f) Retak Sambungan Pelebaran Jalan (widening crack)

Bentuk retak ini adalah retak memanjang (longitudinal cracks) yang akan terjadi pada
sambungan antara perkerasan lama dengan perkerasan pelebaran. Retak ini dapat
terdiri atas beberapa celah yang saling sejajar dan akan meresapkan air pada lapisan
perkerasan.

Kemungkinan penyebab:

1. Ikatan sambungan yang kurang baik.

2. Perbedaan kekuatan/ daya dukung perkerasan pada jalan pelebaran dengan jalan
lama.

Akibat lanjutan:

a. Menimbulkan kerusakan menyeluruh atau setempat pada perkerasan jalan dan


akan mengganggu kenyamanan berkendaraan.

b. Lepasnya butir pada tepi retak sehingga kerusakan akan bertambah parah.

Perbaikan dilakukan dengan mengisi celah-celah dengan campuran aspal cair dan
pasir.

Gambar 5. Retak Sambungan Pelebaran Jalan

g) Retak Refleksi (reflection crack)

Kerusakan ini terjadi pada lapisan tambahan (overlay), dapat berbentuk memanjang
(longitudinal cracks), diagonal (diagonal cracks), melintang (transverse cracks),
ataupun kotak (blocks cracks) yang menggambarkan pola retakan perkerasan
dibawahnya. Retak ini dapat terjadi bila retak pada perkerasan lama tidak diperbaiki
secara benar sebelum pekerjaan pelapisan ulang (overlay) dilakukan.

Kemungkinan penyebab:

1. Pergerakan vertikal/ horizontal di bawah lapis tambahan (lapisan overlay)


sebagai akibat perubahan kadar air pada tanah dasar yang ekspansif .

12
Kerusakan pada Perkerasan Aspal
I Kadek Bagus Widana Putra (16309835), Universitas Gunadarma

2. Perbedaan penurunan (settlement) dari timbunan/ pemotongan badan jalan


dengan struktur perkerasan.

Akibat lanjutan:

a. Kerusakan menyeluruh atau setempat pada perkerasan jalan dan akan


mengganggu kenyamanan berkendaraan.

b. Lepasnya butir pada tepi retak sehingga kerusakan akan bertambah parah.

Untuk retak memanjang, melintang dan diagonal perbaikan dapat dilakukan dengan
mengisi celah-celah dengan campuran aspal cair dan pasir. Untuk retak berbentuk
kotak, perbaikan dilakukan dengan membongkar dan melapis kembali dengan bahan
yang sesuai.

Gambar 6. Jalan Retak Refleksi

h) Retak Susut (shrinkage crack)

Retak yang terjadi tersebut saling bersambungan membentuk kotak besar dengan
sudut tajam atau dapat dikatakan suatu interconnected cracks yang membentuk suatu
seri blocks cracks. Umumnya penyebaran retak ini menyeluruh pada perkerasan jalan.

Kemungkinan penyebab:

1. Perubahan volume perkerasan yang mengandung terlalu banyak aspal dengan


penetrasi rendah.

2. Perubahan volume pada lapisan pondasi dan tanah dasar.

Akibat lanjutan:

a. Retak ini akan menyebabkan meresapnya air pada badan jalan sehingga akan
menimbulkan kerusakan setempat atau menyeluruh pada perkerasan jalan dan
mengganggu kenyamanan berkendaraan.

b. Lepasnya butir pada tepi retak sehingga timbul lubang (potholes).

Perbaikan dapat dilakukan dengan mengisi celah dengan campuran aspal cair dan
pasir, dan dilapis dengan burtu.

13
Kerusakan pada Perkerasan Aspal
I Kadek Bagus Widana Putra (16309835), Universitas Gunadarma

Gambar 7. Jalan Retak Susut

i) Retak Selip (slippage crack)

Kerusakan ini sering disebut dengan parabolic cracks, shear cracks, atau crescent
shaped cracks. Bentuk retak lengkung menyerupai bulan sabit atau berbentuk seperti
jejak mobil disertai dengan beberapa retak. Kadang-kadang terjadi bersama dengan
terbentuknya sungkur (shoving).

Kemungkinan penyebab:
1. Ikatan antar lapisan aspal dengan lapisan dibawahnya tidak baik yang
disebabkan kurangnya aspal/ permukaan berdebu

2. Pengunaan agregat halus terlalu banyak.

3. Lapis permukaan kurang padat/ kurang tebal

4. Penghamparan pada temperature aspal rendah atau tertarik roda penggerak oleh
mesin penghampar aspal/ mesin lainnya.

Akibat lanjutan:

a. Kerusakan setempat atau menyeluruh pada perkerasan jalan dan akan


mengganggu kenyamanan berkendaraan.

b. Lepasnya butir pada tepi retak sehingga timbul lubang (potholes).

Perbaikan dapat dilakukan dengan membongkar bagian yang rusak dan


menggantikannya dengan lapisan yang lebih baik.

Gambar 8. Jalan Retak Selip

14
Kerusakan pada Perkerasan Aspal
I Kadek Bagus Widana Putra (16309835), Universitas Gunadarma

2. DISTORSI (DISTORTION)

Jenis kerusakan lentur atau flexible berupa distorsi dapat terjadi atas lemahnya tanah
dasar, pemadatan yang kurang pada lapis pondasi sehingga terjadi tambahan pemadatan
akibat beban lalu lintas. Untuk kerusakan jalan yang satu ini dibagi atas beberapa jenis
diantaranya:

a) Alur (ruts)

Terjadi pada lintasan roda sejajar dengan as jalan, dapat merupakan tempat
menggenangnya air hujan yang jatuh di atas permukaan jalan, mengurangi tingkat
kenyamanan dan akhirnya timbul retak-retak.

Kemungkinan disebabkan oleh lapis perkerasan yang kurang padat, dengan demikian
terjadi penambahan pemadatan akibat repetisi beban lalu lintas pada lintasan roda.
Campuran aspal stabilitas rendah dapat pula menimbulkan deformasi plastis.

Perbaikan dapat dilakukan dengan memberi lapisan tambahan yang sesuai.

Gambar 9. Jalan Rusak Alur

b) Keriting (corrugation)

Kemungkinan penyebab:

1. Rendahnya stabilitas campuran yang dapat berasal dari terlalu tingginya kadar aspal

2. Banyak menggunakan agregat halus, agregat bulat dan licin

3. Aspal yang dipakai mempunyai penetrasi yang tinggi

4. Lalu lintas dibukia sebelum perkerasan mantap.

Jenis kerusakan Keriting dapat diperbaiki dengan cara :


a. Jika lapisan memiliki pondasi agregat, digaruk kembali, dicampur dengan
lapis pondasi, dipadatkan dan diberi lapis perkerasan baru.
b. Bahan pengikat mempunyai ketebalan > 5 cm, lapis tersebut diangkat dan
diberi lapisan baru.

15
Kerusakan pada Perkerasan Aspal
I Kadek Bagus Widana Putra (16309835), Universitas Gunadarma

Gambar 10. Jalan Rusak Keriting

c) Sungkur (shoving)

Deformasi plastis yang terjadi setempat di tempat kendaraan sering berhenti,


kelandaian curam, dan tikungan tajam. Kerusakan dapat terjadi dengan atau tanpa retak.
Penyebab kerusakan sama dengan keriting.

Perbaikan dilakukan dengan dibongkar dan dilakukan pelapisan kembali.

Gambar 11. Jalan Rusak sungkur

d) Amblas (grade depression)

Terjadi setempat/tertentu dengan atau tanpa retak, terdeteksi dengan adanya air yang
tergenang. Amblas disebabkan oleh beban kendaraan yang melebihi apa yang direncanakan,
pelaksanaan yang kurang baik, atau penurunan bagian perkerasan dikarenakan tanah dasar
mengalami settlement.

Perbaikan dapat dilakukan dengan cara:

a. Untuk amblas yang 5 cm, bagian yang rendah diisi dengan bahan yang sesuai
dengan lapen, lataston, laston.
b. Untuk amblas yang 5 cm, bagian yang amblas dibongkar dan dilapis kembali
dengan lapis yang sesuai

16
Kerusakan pada Perkerasan Aspal
I Kadek Bagus Widana Putra (16309835), Universitas Gunadarma

Gambar 12. Jalan Amblas

e) Jembul (upheaval)

Jenis kerusakan Jembul terjadi setempat dengan atau tanpa retak. Hal ini terjadi akibat
adanya pengembangan tanah dasar ekspansip.

Perbaikan dilakuan dengan membongkar bagian yang rusak dan melapisinya kembali.

3. CACAT PERMUKAAN (DISINTEGRATION)

Jenis kerusakan yang satu ini mengarah pada kerusakan secara kimiawi & mekanis
dari lapisan permukaan, yang termasuk cacat permukaan adalah sebagai berikut:

a) Lubang (potholes)
Kerusakan jalan berbentuk lubang (potholes) memiliki ukuran yang bervariasi
dari kecil sampai besar. Lubang-lubang ini menampung dan meresapkan air sampai
ke dalam lapis permukaan yang dapat menyebabkan semakin parahnya kerusakan
jalan.
Proses pembentukan lubang dapat terjadi akibat :
1. Campuran lapis permukaan yang buruk seperti :
Kadar aspal rendah, sehingga film aspal tipis dan mudah lepas.
Agregat kotor sehingga ikatan antar aspal dan agregat tidak baik.
Temperature campuran tidak memenuhi persyaratan.
2. Lapis permukaan tipis sehingga lapisan aspal dan agregat mudah lepas
akibat pengaruh cuaca.
3. System drainase jelek sehingga air banyak yang meresap dan
mengumpul dalam lapis perkerasan.
4. Retak-retak yang terjadi tidak segera ditangani sehingga air meresap
masuk dan mengakibatkan terjadinya lubang-lubang kecil.
Untuk perbaikan maka lubang-lubang tersebut harus dibongkar dan dilapis
kembali dimana pembongkaran berfungsi untuk meningkatkan daya cengkram antar
sambungan perkerasan yang baru dan perkerasan yang lama.

17
Kerusakan pada Perkerasan Aspal
I Kadek Bagus Widana Putra (16309835), Universitas Gunadarma

Gambar 13. Rusak jalan berbentuk lubang

b) Pelepasan butir (raveling)


Dapat terjadi secara meluas dan mempunyai efek serta disebabkan oleh hal
yang sama dengan lubang
Dapat diperbaiki dengan meberikan lapisan tambahan di atas lapisan yang
mengalami pelepasan butir setelah lapisan tersebut dibersihkan dan dikeringkan

Gambar 14. Pelepasan butiran batu

c) Pengelupasan Lapisan Permukaan (stripping)

Disebabkan oleh kurangnya ikatan antara lapis permukaan dan lapis di


bawahnya, atau terlalu tipisnya lapis permukaan.
Dapat diperbaiki dengan cara digaruk, diratakan, dan dipadatkan. Setelah itu
dilapis dengan buras.

Gambar 15. Pengelupasan lapisan permukaan

18
Kerusakan pada Perkerasan Aspal
I Kadek Bagus Widana Putra (16309835), Universitas Gunadarma

4. PENGAUSAN (POLISHED AGGREGATE)

Pengausan terjadi karena agregat berasal dari material yang tidak tahan aus terhadap
roda kendaraan / agregat yang digunakan berbentuk bulat dan licin.

Dapat diatasi dengan latasir, buras, latasbum.

Gambar 16. Pengausan permukaan perkerasan

5. KEGEMUKAN (BLEEDING / FLUSHING)

Pada temperature tinggi, aspal menjadi lunak, dan akan terjadi jejak roda, dapat
disebabkan pemakaian kadar aspal yang tinggi pada campuran aspal, pemakaian terlalu
banyak aspal pada pengerjaan prime coat / teak coat.

Dapat diatasi dengan menaburkan agregat panas dan kemudian dipadatkan, atau lapis
aspal diangkat dan diberi lapisan penutup.

Gambar 17. Kegemukan permukaan perkerasan

6. PENURUNAN PADA BEKAS PENANAMAN UTILITAS (UTILITY CUT


DEPRESTION)

Hal ini terjadi karena pemadatan yang tidak memenuhi syarat. Dapat diperbaiki
dengan dibongkar kembali, dan diganti dengan lapis yang sesuai.

19
Kerusakan pada Perkerasan Aspal
I Kadek Bagus Widana Putra (16309835), Universitas Gunadarma

Gambar 18. Penurunan pada bekas penanaman utilitas

20
Kerusakan pada Perkerasan Aspal
I Kadek Bagus Widana Putra (16309835), Universitas Gunadarma

DAFTAR PUSTAKA

elearning.gunadarma.ac.id ,Universitas Gunadarma,7 Juli 2011

www.slideshare.net, Rachmat Agus, 6 Juli 2011

http://sanggapramana.wordpress.com/2010/08/24/kerusakan-jalan-aspal/, Sangga Pramana, 7 Juli


2011

repository.usu.ac.id, Universitas Sumatera Utara, 7 Juli 2011

www.lontar.ui.ac.id, Universitas Inndonesia, 9 Juli 2011

http://www.scribd.com/doc/30079129/Kerusakan-Jalan-oleh-Air, Adilimz, 9 Juli 2011

http://www.scribd.com/doc/49528869/CONTOH-KERUSAKAN-JALAN, Eka Wijaya, 9 Juli 2011

http://www.scribd.com/doc/49528558/Pemeliharaan-Kerusakan-Jalan, Eka Wijaya, 9 Juli 2011

21
Kerusakan pada Perkerasan Aspal

Anda mungkin juga menyukai