Pada umumnya, perkerasan jalan terdiri dari beberapa jenis lapisan perkerasan yang tersusun
dari bawah ke atas,sebagai berikut :
Lapisan tanah dasar (sub grade)
Lapisan pondasi bawah (subbase course)
Lapisan pondasi atas (base course)
Lapisan permukaan / penutup (surface course)
1
Kerusakan pada Perkerasan Aspal
I Kadek Bagus Widana Putra (16309835), Universitas Gunadarma
2
Kerusakan pada Perkerasan Aspal
I Kadek Bagus Widana Putra (16309835), Universitas Gunadarma
Dalam penentuan bahan lapis pondasi ini perlu dipertimbangkan beberapa hal antara lain,
kecukupan bahan setempat, harga, volume pekerjaan dan jarak angkut bahan ke lapangan.
Perkerasan jalan beton semen atau secara umum disebut perkerasan kaku, terdiri atas plat
(slab) beton semen sebagai lapis pondasi dan lapis pondasi bawah (bisa juga tidak ada) di atas
tanah dasar. Dalam konstruksi perkerasan kaku, plat beton sering disebut sebagai lapis
pondasi karena dimungkinkan masih adanya lapisan aspal beton di atasnya yang berfungsi
sebagai lapis permukaan.
Perkerasan beton yang kaku dan memiliki modulus elastisitas yang tinggi, akan
mendistribusikan beban ke bidang tanah dasra yang cukup luas sehingga bagian terbesar dari
kapasitas struktur perkerasan diperoleh dari plat beton sendiri. Hal ini berbeda dengan
perkerasan lentur dimana kekuatan perkerasan diperoleh dari tebal lapis pondasi bawah, lapis
pondasi dan lapis permukaan.
Karena yang paling penting adalah mengetahui kapasitas struktur yang menanggung beban,
maka faktor yang paling diperhatikan dalam perencanaan tebal perkerasan beton semen
adalah kekuatan beton itu sendiri. Adanya beragam kekuatan dari tanah dasar dan atau
pondasi hanya berpengaruh kecil terhadap kapasitas struktural perkerasannya.
Lapis pondasi bawah jika digunakan di bawah plat beton karena beberapa pertimbangan,
yaitu antara lain untuk menghindari terjadinya pumping, kendali terhadap sistem drainasi,
kendali terhadap kembang-susut yang terjadi pada tanah dasar dan untuk menyediakan lantai
kerja (working platform) untuk pekerjaan konstruksi.
Secara lebih spesifik, fungsi dari lapis pondasi bawah adalah :
Menyediakan lapisan yang seragam, stabil dan permanen.
Menaikkan harga modulus reaksi tanah dasar (modulus of sub-grade reaction = k), menjadi
modulus reaksi gabungan (modulus of composite reaction).
Mengurangi kemungkinan terjadinya retak-retak pada plat beton.
Menyediakan lantai kerja bagi alat-alat berat selama masa konstruksi.
Menghindari terjadinya pumping, yaitu keluarnya butir-butiran halus tanah bersama air pada
daerah sambungan, retakan atau pada bagian pinggir perkerasan, akibat lendutan atau gerakan
vertikal plat beton karena beban lalu lintas, setelah adanya air bebas terakumulasi di bawah
pelat.
Pemilihan penggunaan jenis perkerasan kaku dibandingkan dengan perkerasan lentur yang
sudah lama dikenal dan lebih sering digunakan, dilakukan berdasarkan keuntungan dan
3
Kerusakan pada Perkerasan Aspal
I Kadek Bagus Widana Putra (16309835), Universitas Gunadarma
kerugian masing-masing jenis perkerasan tersebut seperti dapat dilihat pada Tabel 1.3.
Berdasarkan adanya sambungan dan tulangan plat beton perkerasan kaku, perkerasan beton
semen dapat diklasifikasikan menjadi 3 jenis sebagai berikut :
Perkerasan beton semen biasa dengan sambungan tanpa tulangan untuk kendali retak.
Perkerasan beton semen biasa dengan sambungan dengan tulangan plat untuk kendali retak.
Untuk kendali retak digunakan wire mesh diantara siar dan penggunaannya independen
terhadap adanya tulangan dowel.
Perkerasan beton bertulang menerus (tanpa sambungan). Tulangan beton terdiri dari baja
tulangan dengan prosentasi besi yang relatif cukup banyak (0,02 % dari luas penampang
beton).
4
Kerusakan pada Perkerasan Aspal
I Kadek Bagus Widana Putra (16309835), Universitas Gunadarma
Pada saat ini, jenis perkerasan beton semen yang populer dan banyak digunakan di negara-
negara maju adalah jenis perkerasan beton bertulang menerus.
Perkerasan komposit merupakan gabungan konstruksi perkerasan kaku (rigid pavement) dan
lapisan perkerasan lentur (flexible pavement) di atasnya, dimana kedua jenis perkerasan ini
bekerja sama dalam memilkul beban lalu lintas. Untuk ini maka perlua ada persyaratan
ketebalan perkerasan aspal agar mempunyai kekakuan yang cukup serta dapat mencegah
retak refleksi dari perkerasan beton di bawahnya.
Hal ini akan dibahas lebih lanjut di bagian lain.
Konstruksi ini umumnya mempunyai tingkat kenyamanan yang lebih baik bagi pengendara
dibandingkan dengan konstruksi perkerasan beton semen sebagai lapis permukaan tanpa
aspal.
5
Kerusakan pada Perkerasan Aspal
I Kadek Bagus Widana Putra (16309835), Universitas Gunadarma
6
Kerusakan pada Perkerasan Aspal
I Kadek Bagus Widana Putra (16309835), Universitas Gunadarma
Kegagalan fungsional adalah apabila perkerasan tidak dapat berfungsi lagi sesuai
dengan yang direncanakan dan menyebabkan ketidaknyamanan bagi pengguna jalan.
Sedangkan kegagalan struktural terjadi ditandai dengan adanya rusak pada satu atau lebih
bagian dari struktur perkerasan jalan yang disebabkan lapisan tanah dasar yang tidak stabil,
beban lalu lintas, kelelahan permukaan, dan pengaruh kondisi lingkungan sekitar (Yoder,
1975).
Kerusakan pada perkerasan konstruksi jalan pada umumnya dapat disebabkan oleh :
Dalam mengevaluasi kerusakan jalan, ada beberapa hal yang perlu ditentukan :
a. Retak (cracking)
Retak halus, retak kulit buaya, retak pinggir, retak sambungan bahu perkerasan, retak
sambungan jalan, retak sambungan pelebaran jalan, retak refleksi, retak susut, dan
retak selip.
b. Distorsi (distortion)
Alur, keriting, sungkur, amblas, dan jembul.
c. Cacat Permukaan (disintegration)
Lubang, pelepasan butir, dan pengelupasan lapisan permukaan.
d. Pengausan (polished aggregate)
e. Kegemukan (bleeding / flushing)
f. Penurunan pada bekas penanaman utilitas (utility cut deprestion)
7
Kerusakan pada Perkerasan Aspal
I Kadek Bagus Widana Putra (16309835), Universitas Gunadarma
1. RETAK (CRACKING)
Retak adalah suatu gejala kerusakan/ pecahnya permukaan perkerasan sehingga akan
menyebabkan air pada permukaan perkerasan masuk ke lapisan dibawahnya dan hal ini
merupakan salah satu faktor yang akan membuat luas/ parah suatu kerusakan (Departemen
Pekerjaan Umum, 2007).
Di dalam pendekatan mekanika retak diasumsikan ada bagian yang lemah pada setiap
material. Ketika pembebanan terjadi, ada konsentrasi tegangan yang lebih tinggi di sekitar
bagian tersebut, sehingga material tersebut tidak lagi memiliki distribusi tegangan yang
seragam dan terjadilah kerusakan/ retak pada bagian tersebut dan berkembang ke bagian yang
lainnya. Mekanika retak juga menggambarkan perkembangan retak tergantung pada sifat
material tersebut (Roque, 2010).
Yang dimaksud retak halus adalah retak yang terjadi mempunyai lebar celah 3 mm.
Sifat penyebarannya dapat setempat atau luas pada permukaan jalan.
Kemungkinan penyebab:
2. Pelapukan permukaan.
Akibat lanjutan:
Sehingga untuk pemeliharaan dapat digunakan lapis latasir, buras. Dan dalam tahap
perbaikan dapat dilengkapi dengan sitem aquaproof.
8
Kerusakan pada Perkerasan Aspal
I Kadek Bagus Widana Putra (16309835), Universitas Gunadarma
Istilah lain adalah chickenwire cracks, alligator cracks, polygonal cracks, dan crazing.
Lebar celah retak 3 mm dan saling berangkai membentuk serangkaian kotak-kotak
kecil yang menyerupai kulit buaya atau kawat untuk kandang ayam. Umumnya daerah
dimana terjadi retak kulit buaya tidak luas. Jika daerah dimana terjadi retak kulit
buaya luas, mungkin hal ini disebabkan oleh repetisi beban lalulintas yang melampaui
beban yang dapat dipikul oleh lapisan permukaan tersebut.
Kemungkinan penyebab:
2. Pelapukan permukaan.
Akibat lanjutan:
Untuk pemeliharaan dapat digunakan lapis burda, burtu, ataupun lataston. Jika celah
3mm, sebaiknya bagian perkerasan yang telah mengalami retak kulit buaya akibat
rembesan air ke lapis pondasi dan tanah dasar diperbaiki dengan cara dibongkar dan
dibuang bagian-bagian yang basah, kemudian dilapis kembali dengan bahan yang
sesuai. Perbaikan harus disertai dengan perbaikan drainase disekitarnya. Kerusakan
yang disebabkan oleh beban lalu lintas harus diperbaiki dengan memberi lapis
tambahan.
Retak ini disebut juga dengan retak garis (lane cracks) dimana terjadi pada sisi tepi
perkerasan/ dekat bahu dan berbentuk retak memanjang (longitudinal cracks) dengan
9
Kerusakan pada Perkerasan Aspal
I Kadek Bagus Widana Putra (16309835), Universitas Gunadarma
atau tanpa cabang yang mengarah ke bahu. Retak ini dapat terdiri atas beberapa celah
yang saling sejajar.
Kemungkinan penyebab:
1. Bahan dibawah retak pinggir kurang baik atau perubahan volume akibat jenis
ekspansif clay pada tanah dasar .
4. Akar tanaman yang tumbuh di tepi perkerasan dapat pula menjadi sebab
terjadinya retak tepi.
Akibat lanjutan:
b. Retak akan berkembang menjadi besar yang diikuti oleh pelepasan butir pada
tepi retak.
Cara perbaikan dengan mengisi celah dengan campuran aspal cair & pasir. Perbaikan
drainase harus dilakukan, bahu diperlebar, dan dipadatkan, jika pinggir perkerasan
mengalami penurunan, elevasi dapat diperbaiki dengan mempergunakan hotmix.
Sesuai dengan namanya retak ini umumnya terjadi pada daerah sambungan
perkerasan dengan bahu yang beraspal. Retak ini berbentuk retak memanjang
(longitudinal cracks) dan biasanya terbentuknya pada permukaan bahu beraspal.
Retak ini dapat terdiri atas beberapa celah yang saling sejajar.
Kemungkinan penyebab:
10
Kerusakan pada Perkerasan Aspal
I Kadek Bagus Widana Putra (16309835), Universitas Gunadarma
Akibat lanjutan:
b. Berkembang menjadi besar yang diikuti oleh pelepasan butir pada tepi retak.
Perbaikan dapat dilakukan dengan mengisi celah dengan campuran aspal cair dan
pasir.
Sesuai dengan namanya retak ini terjadi pada sambungan dua jalur lalu lintas dan
berbentuk retak memanjang (longitudinal cracks). Retak ini dapat terdiri atas
beberapa celah yang saling sejajar.
Akibat lanjutan:
Perbaikan dapat dilakukan dengan memasukkan campuran aspal cair dan pasir ke
dalam celah-celah yang terjadi.
11
Kerusakan pada Perkerasan Aspal
I Kadek Bagus Widana Putra (16309835), Universitas Gunadarma
Bentuk retak ini adalah retak memanjang (longitudinal cracks) yang akan terjadi pada
sambungan antara perkerasan lama dengan perkerasan pelebaran. Retak ini dapat
terdiri atas beberapa celah yang saling sejajar dan akan meresapkan air pada lapisan
perkerasan.
Kemungkinan penyebab:
2. Perbedaan kekuatan/ daya dukung perkerasan pada jalan pelebaran dengan jalan
lama.
Akibat lanjutan:
b. Lepasnya butir pada tepi retak sehingga kerusakan akan bertambah parah.
Perbaikan dilakukan dengan mengisi celah-celah dengan campuran aspal cair dan
pasir.
Kerusakan ini terjadi pada lapisan tambahan (overlay), dapat berbentuk memanjang
(longitudinal cracks), diagonal (diagonal cracks), melintang (transverse cracks),
ataupun kotak (blocks cracks) yang menggambarkan pola retakan perkerasan
dibawahnya. Retak ini dapat terjadi bila retak pada perkerasan lama tidak diperbaiki
secara benar sebelum pekerjaan pelapisan ulang (overlay) dilakukan.
Kemungkinan penyebab:
12
Kerusakan pada Perkerasan Aspal
I Kadek Bagus Widana Putra (16309835), Universitas Gunadarma
Akibat lanjutan:
b. Lepasnya butir pada tepi retak sehingga kerusakan akan bertambah parah.
Untuk retak memanjang, melintang dan diagonal perbaikan dapat dilakukan dengan
mengisi celah-celah dengan campuran aspal cair dan pasir. Untuk retak berbentuk
kotak, perbaikan dilakukan dengan membongkar dan melapis kembali dengan bahan
yang sesuai.
Retak yang terjadi tersebut saling bersambungan membentuk kotak besar dengan
sudut tajam atau dapat dikatakan suatu interconnected cracks yang membentuk suatu
seri blocks cracks. Umumnya penyebaran retak ini menyeluruh pada perkerasan jalan.
Kemungkinan penyebab:
Akibat lanjutan:
a. Retak ini akan menyebabkan meresapnya air pada badan jalan sehingga akan
menimbulkan kerusakan setempat atau menyeluruh pada perkerasan jalan dan
mengganggu kenyamanan berkendaraan.
Perbaikan dapat dilakukan dengan mengisi celah dengan campuran aspal cair dan
pasir, dan dilapis dengan burtu.
13
Kerusakan pada Perkerasan Aspal
I Kadek Bagus Widana Putra (16309835), Universitas Gunadarma
Kerusakan ini sering disebut dengan parabolic cracks, shear cracks, atau crescent
shaped cracks. Bentuk retak lengkung menyerupai bulan sabit atau berbentuk seperti
jejak mobil disertai dengan beberapa retak. Kadang-kadang terjadi bersama dengan
terbentuknya sungkur (shoving).
Kemungkinan penyebab:
1. Ikatan antar lapisan aspal dengan lapisan dibawahnya tidak baik yang
disebabkan kurangnya aspal/ permukaan berdebu
4. Penghamparan pada temperature aspal rendah atau tertarik roda penggerak oleh
mesin penghampar aspal/ mesin lainnya.
Akibat lanjutan:
14
Kerusakan pada Perkerasan Aspal
I Kadek Bagus Widana Putra (16309835), Universitas Gunadarma
2. DISTORSI (DISTORTION)
Jenis kerusakan lentur atau flexible berupa distorsi dapat terjadi atas lemahnya tanah
dasar, pemadatan yang kurang pada lapis pondasi sehingga terjadi tambahan pemadatan
akibat beban lalu lintas. Untuk kerusakan jalan yang satu ini dibagi atas beberapa jenis
diantaranya:
a) Alur (ruts)
Terjadi pada lintasan roda sejajar dengan as jalan, dapat merupakan tempat
menggenangnya air hujan yang jatuh di atas permukaan jalan, mengurangi tingkat
kenyamanan dan akhirnya timbul retak-retak.
Kemungkinan disebabkan oleh lapis perkerasan yang kurang padat, dengan demikian
terjadi penambahan pemadatan akibat repetisi beban lalu lintas pada lintasan roda.
Campuran aspal stabilitas rendah dapat pula menimbulkan deformasi plastis.
b) Keriting (corrugation)
Kemungkinan penyebab:
1. Rendahnya stabilitas campuran yang dapat berasal dari terlalu tingginya kadar aspal
15
Kerusakan pada Perkerasan Aspal
I Kadek Bagus Widana Putra (16309835), Universitas Gunadarma
c) Sungkur (shoving)
Terjadi setempat/tertentu dengan atau tanpa retak, terdeteksi dengan adanya air yang
tergenang. Amblas disebabkan oleh beban kendaraan yang melebihi apa yang direncanakan,
pelaksanaan yang kurang baik, atau penurunan bagian perkerasan dikarenakan tanah dasar
mengalami settlement.
a. Untuk amblas yang 5 cm, bagian yang rendah diisi dengan bahan yang sesuai
dengan lapen, lataston, laston.
b. Untuk amblas yang 5 cm, bagian yang amblas dibongkar dan dilapis kembali
dengan lapis yang sesuai
16
Kerusakan pada Perkerasan Aspal
I Kadek Bagus Widana Putra (16309835), Universitas Gunadarma
e) Jembul (upheaval)
Jenis kerusakan Jembul terjadi setempat dengan atau tanpa retak. Hal ini terjadi akibat
adanya pengembangan tanah dasar ekspansip.
Perbaikan dilakuan dengan membongkar bagian yang rusak dan melapisinya kembali.
Jenis kerusakan yang satu ini mengarah pada kerusakan secara kimiawi & mekanis
dari lapisan permukaan, yang termasuk cacat permukaan adalah sebagai berikut:
a) Lubang (potholes)
Kerusakan jalan berbentuk lubang (potholes) memiliki ukuran yang bervariasi
dari kecil sampai besar. Lubang-lubang ini menampung dan meresapkan air sampai
ke dalam lapis permukaan yang dapat menyebabkan semakin parahnya kerusakan
jalan.
Proses pembentukan lubang dapat terjadi akibat :
1. Campuran lapis permukaan yang buruk seperti :
Kadar aspal rendah, sehingga film aspal tipis dan mudah lepas.
Agregat kotor sehingga ikatan antar aspal dan agregat tidak baik.
Temperature campuran tidak memenuhi persyaratan.
2. Lapis permukaan tipis sehingga lapisan aspal dan agregat mudah lepas
akibat pengaruh cuaca.
3. System drainase jelek sehingga air banyak yang meresap dan
mengumpul dalam lapis perkerasan.
4. Retak-retak yang terjadi tidak segera ditangani sehingga air meresap
masuk dan mengakibatkan terjadinya lubang-lubang kecil.
Untuk perbaikan maka lubang-lubang tersebut harus dibongkar dan dilapis
kembali dimana pembongkaran berfungsi untuk meningkatkan daya cengkram antar
sambungan perkerasan yang baru dan perkerasan yang lama.
17
Kerusakan pada Perkerasan Aspal
I Kadek Bagus Widana Putra (16309835), Universitas Gunadarma
18
Kerusakan pada Perkerasan Aspal
I Kadek Bagus Widana Putra (16309835), Universitas Gunadarma
Pengausan terjadi karena agregat berasal dari material yang tidak tahan aus terhadap
roda kendaraan / agregat yang digunakan berbentuk bulat dan licin.
Pada temperature tinggi, aspal menjadi lunak, dan akan terjadi jejak roda, dapat
disebabkan pemakaian kadar aspal yang tinggi pada campuran aspal, pemakaian terlalu
banyak aspal pada pengerjaan prime coat / teak coat.
Dapat diatasi dengan menaburkan agregat panas dan kemudian dipadatkan, atau lapis
aspal diangkat dan diberi lapisan penutup.
Hal ini terjadi karena pemadatan yang tidak memenuhi syarat. Dapat diperbaiki
dengan dibongkar kembali, dan diganti dengan lapis yang sesuai.
19
Kerusakan pada Perkerasan Aspal
I Kadek Bagus Widana Putra (16309835), Universitas Gunadarma
20
Kerusakan pada Perkerasan Aspal
I Kadek Bagus Widana Putra (16309835), Universitas Gunadarma
DAFTAR PUSTAKA
21
Kerusakan pada Perkerasan Aspal