agar di atas struktur perkerasan itu dapat lalui setiap saat. Oleh karena itu lapis
permukaan perkerasan harus kedap air - melindungi lapis tanah dasarsehingga kadar
air lapis tanah dasar tidak mudah berubah.
mendistribusikan beban terpusat, sehingga tekanan yang terjadi pada lapis tanah
dasar menjadi lebih kecil. Oleh karena itu lapis struktur perkerasan harus dibuat dengan
sifat modulus kekakuan (modulus elastisitas) lapis di atas lebih besar daripada lapis di
bawahnya.
menyediaan kekesatan agar aman. Oleh karena itu permukaan perkerasan harus
kasar, sehingga mempunyai koefisien gesek yang besar antara roda dan permukaan
perkerasan.
menyediaan kerataan agar nyaman. Oleh karena itu permukaan harus rata,
sehingga pengguna tidak terguncang pada saat lewat pada perkerasan.
Semua bahan yang digunakan harus awet (tahan lama), agar struktur perkerasan ini
berfungsi untuk waktu yang lama. Lapis permukaan dari struktur perkerasan lentur ini
merupakan campuran agregat yang bergradasi rapat dan aspal, atau disebut
juga campuran beraspal. Kedua bahan ini dicampur dalam keadaan panas (sehingga
dikenal dengan nama hot mix, dihamparkan serta dipadatkan dalam keadaan panas pula.
Lapis permukaan ini harus kedap air, permukaannya rata namun kasar. Lapis struktur di
bawah lapis permukaan adalah lapis pondasi, dan dibuat dari batu pecah. Lapis di
bawahnya adalah lapis pondasi bawah, dan dibuat dari pasir batu (sirtu). Lapis pondasi
maupun lapis pondasi bawah ini juga dapat dibuat dari bahan lain seperti material yang
distabilitasi dengan portland semen, kapur, aspal, maupun bahan pengikat lainnya. Semua
lapis ini dikonstruksi dilapis tanah dasar, yaitu tanah yang telah dipadatkan. Biaya
konstruksi struktur perkerasan lentur ini relatif lebih murah dibandingkan dengan struktur
perkerasan kaku. Di Indonesia, lebih banyak tenaga pelaksana yang ahli dalam pembuat
konstruksi perkerasan lentur dibandingkan dengan perkerasan kaku. Agar struktur
perkerasan lentur ini berfungsi dengan baik, maka selain perkerasan harus terpelihara
dengan baik, bahu jalan dan saluran samping juga harus terpelihara.
Struktur perkerasan lentur pada saat ini dikonstruksi dengan menggunakan alat berat.
Dahulu, konstruksi jalan dibuat dengan menggunaan tenaga manusia dan alat pemadat
sederhana. Struktur yang cocok dengan keadaan pada saat itu dikenal dengan konstruksi
makadam (berasal dari nama John Loudon McAdam), maupun telford (berasal dari
nama Thomas Telford. Pada saat ini konstruksi seperti itu tidak layak lagi dibuat pada jalan
penting dan mempunyai volume lalu lintas yang tinggi dan dengan beban yang berat,
seperti jalan arteri dan kolektor
Jenis-Jenis Perkerasan Jalan
STRUKTUR PERKERASAN
Pada umumnya, perkerasan jalan terdiri dari beberapa jenis lapisan perkerasan yang tersusun dari bawah ke
atas,sebagai berikut :
PERKERASAN LENTUR
Lapisan Tanah Dasar (Subgrade)
Lapisan tanah dasar adalah lapisan tanah yang berfungsi sebagai tempat perletakan lapis perkerasan dan
mendukung konstruksi perkerasan jalan diatasnya. Menurut Spesifikasi, tanah dasar adalah lapisan paling atas dari
timbunan badan jalan setebal 30 cm, yang mempunyai persyaratan tertentu sesuai fungsinya, yaitu yang berkenaan
dengan kepadatan dan daya dukungnya (CBR).
Lapisan tanah dasar dapat berupa tanah asli yang dipadatkan jika tanah aslinya baik, atau tanah urugan yang
didatangkan dari tempat lain atau tanah yang distabilisasi dan lain lain.
Ditinjau dari muka tanah asli, maka lapisan tanah dasar dibedakan atas :
Kekuatan dan keawetan konstruksi perkerasan jalan sangat tergantung dari sifat-sifat dan daya dukung tanah dasar.
Umumnya persoalan yang menyangkut tanah dasar adalah sebagai berikut :
Bagian dari konstruksi perkerasan untuk menyebarkan beban roda ke tanah dasar.
Lapis peresapan, agar air tanah tidak berkumpul di pondasi.
Lapisan untuk mencegah partikel-partikel halus dari tanah dasar naik ke lapis pondasi atas.
Lapis pelindung lapisan tanah dasar dari beban roda-roda alat berat (akibat lemahnya daya dukung tanah
dasar) pada awal-awal pelaksanaan pekerjaan.
Lapis pelindung lapisan tanah dasar dari pengaruh cuaca terutama hujan.
Lapisan pondasi atas ini berfungsi sebagai :
Bagian perkerasan yang menahan gaya lintang dari beban roda dan menyebarkan beban ke lapisan di
bawahnya.
Bantalan terhadap lapisan permukaan.
Bahan-bahan untuk lapis pondasi atas ini harus cukup kuat dan awet sehingga dapat menahan beban-beban roda.
Dalam penentuan bahan lapis pondasi ini perlu dipertimbangkan beberapa hal antara lain, kecukupan bahan
setempat, harga, volume pekerjaan dan jarak angkut bahan ke lapangan.
Apabila dperlukan, dapat juga dipasang suatu lapis penutup / lapis aus (wearing course) di atas lapis permukaan
tersebut.
Fungsi lapis aus ini adalah sebagai lapisan pelindung bagi lapis permukaan untuk mencegah masuknya air dan untuk
memberikankekesatan (skid resistance) permukaan jalan. Apis aus tidak diperhitungkan ikut memikul beban lalu
lintas.
PERKERASAN KAKU
Perkerasan jalan beton semen atau secara umum disebut perkerasan kaku, terdiri atas plat (slab) beton semen
sebagai lapis pondasi dan lapis pondasi bawah (bisa juga tidak ada) di atas tanah dasar. Dalam konstruksi
perkerasan kaku, plat beton sering disebut sebagai lapis pondasi karena dimungkinkan masih adanya lapisan aspal
beton di atasnya yang berfungsi sebagai lapis permukaan.
Perkerasan beton yang kaku dan memiliki modulus elastisitas yang tinggi, akan mendistribusikan beban ke bidang
tanah dasra yang cukup luas sehingga bagian terbesar dari kapasitas struktur perkerasan diperoleh dari plat beton
sendiri. Hal ini berbeda dengan perkerasan lentur dimana kekuatan perkerasan diperoleh dari tebal lapis pondasi
bawah, lapis pondasi dan lapis permukaan.
Karena yang paling penting adalah mengetahui kapasitas struktur yang menanggung beban, maka faktor yang paling
diperhatikan dalam perencanaan tebal perkerasan beton semen adalah kekuatan beton itu sendiri. Adanya beragam
kekuatan dari tanah dasar dan atau pondasi hanya berpengaruh kecil terhadap kapasitas struktural perkerasannya.
Lapis pondasi bawah jika digunakan di bawah plat beton karena beberapa pertimbangan, yaitu antara lain untuk
menghindari terjadinya pumping, kendali terhadap sistem drainasi, kendali terhadap kembang-susut yang terjadi
pada tanah dasar dan untuk menyediakan lantai kerja (working platform) untuk pekerjaan konstruksi.
Pemilihan penggunaan jenis perkerasan kaku dibandingkan dengan perkerasan lentur yang sudah lama dikenal dan
lebih sering digunakan, dilakukan berdasarkan keuntungan dan kerugian masing-masing jenis perkerasan tersebut
seperti dapat dilihat pada Tabel 1.3.
Pada periode sebelumnya, tidak biasa membuat pelat beton dengan penebalan di bagian ujung / pinggir untuk
mengatasi kondisi tegangan struktural yang sangat tinggi akibat beban truk yang sering lewat di bagian pinggir
perkerasan.
Kemudian setelah efek pumping sering terjadi pada kebanyakan jalan raya dan jalan bebas hambatan, banyak
dibangun konstruksi pekerasan kaku yang lebih tebal yaitu antara 9 – 10 inch.
Guna mempelajari hubungan antara beban lalu-lintas dan perkerasan kaku, pada tahun 1949 di Maryland USA telah
dibangun Test Roads atau Jalan Uji dengan arahan dari Highway Research Board, yaitu untuk mempelajari dan
mencari hubungan antara beragam beban sumbu kendaraan terhadap unjuk kerja perkerasan kaku.
Perkerasan beton pada jalan uji dibangun setebal potongan melintang 9 – 7 – 9 inch, jarak antara siar susut 40 kaki,
sedangkan jarak antara siar muai 120 kaki. Untuk sambungan memanjang digunakan dowel berdiameter 3/4 inch
dan berjarak 15 inch di bagian tengah. Perkerasan beton uji ini diperkuat dengan wire mesh.
Tujuan dari program jalan uji ini adalah untuk mengetahui efek pembebanan relatif dan konfigurasi tegangan pada
perkerasan kaku. Beban yang digunakan adalah 18.000 lbs dan 22.400 pounds untuk sumbu tunggal dan 32.000
serta 44.000 pounds pada sumbu ganda. Hasil yang paling penting dari program uji ini adalah bahwa perkembangan
retak pada pelat beton adalah karena terjadinya gejala pumping. Tegangan dan lendutan yang diukur pada jalan uji
adalah akibat adanya pumping.
Selain itu dikenal juga AASHO Road Test yang dibangun di Ottawa, Illinois pada tahun 1950. Salah satu hasil yang
paling penting dari penelitian pada jalan uji AASHO ini adalah mengenai indeks pelayanan. Penemuan yang paling
signifikan adalah adanya hubungan antara perubahan repetisi beban terhadap perubahan tingkat pelayanan jalan.
Pada jalan uji AASHO, tingkat pelayanan akhir diasumsikan dengan angka 1,5 (tergantung juga kinerja perkerasan
yang diharapkan), sedangkan tingkat pelayanan awal selalu kurang dan 5,0.
Berdasarkan adanya sambungan dan tulangan plat beton perkerasan kaku, perkerasan beton semen dapat
diklasifikasikan menjadi 3 jenis sebagai berikut :
Perkerasan beton semen biasa dengan sambungan tanpa tulangan untuk kendali retak.
Perkerasan beton semen biasa dengan sambungan dengan tulangan plat untuk kendali retak. Untuk kendali
retak digunakan wire mesh diantara siar dan penggunaannya independen terhadap adanya tulangan dowel.
Perkerasan beton bertulang menerus (tanpa sambungan). Tulangan beton terdiri dari baja tulangan dengan
prosentasi besi yang relatif cukup banyak (0,02 % dari luas penampang beton).
Pada saat ini, jenis perkerasan beton semen yang populer dan banyak digunakan di negara-negara maju adalah jenis
perkerasan beton bertulang menerus.
PERKERASAN KOMPOSIT
Perkerasan komposit merupakan gabungan konstruksi perkerasan kaku (rigid pavement) dan lapisan perkerasan
lentur (flexible pavement) di atasnya, dimana kedua jenis perkerasan ini bekerja sama dalam memilkul beban lalu
lintas. Untuk ini maka perlua ada persyaratan ketebalan perkerasan aspal agar mempunyai kekakuan yang cukup
serta dapat mencegah retak refleksi dari perkerasan beton di bawahnya.
Hal ini akan dibahas lebih lanjut di bagian lain.
Konstruksi ini umumnya mempunyai tingkat kenyamanan yang lebih baik bagi pengendara dibandingkan dengan
konstruksi perkerasan beton semen sebagai lapis permukaan tanpa aspal.
Secara garis besar lapisan perkerasan terbagi menjadi tiga, yaitu :
1. Perkerasan Konvensional
Lapisan perkerasan jalan ini dikatakan konvensional karena beberapa sebab, antara lain:
Teknik pengerjaannya relatif seerhana dan tidak memerlukan penanganan teknologi tinggi atau keahlian
tertentu
Bahan atau material yang digunakan masih alami (belum diolah)
Kualitas dan mutu jalan relatif rendah (karena digunakan pada jalur yang tingkat LHR-nya tergolong
rendah)
Meskipun teknologinya sederhana, namun lapisan perkerasan jalan ini memerlukan perawatan yang relatif
tinggi
o Bahan pengikat (binder) antar material tidak ada, meskipun dalam beberapa hal menggunakan
bahan pengikat namun bahan pengikat tersebut tergolong sederhana, misalnya tanah liat.
Susunan material yang digunakan pada lapis perkerasan konvensional adalah sebagai berikut:
Jalan yang menggunakan susunan perkerasan jenis ini menggunakan material tanah dan kapur sebagai bahan
perkerasan.
Jalan yang menggunakan susunan perkerasan jenis ini menggunakan material batu kerikil, batu kali atau pasir
sebagai bahan perkerasan.
Jalan yang menggunakan susunan perkerasan jenis ini menggunakan material batu-batu besar sebagai bahan utama
perkerasan.
1. Perkerasan Modern/Maju
Lapisan perkerasan jalan ini dikatakan modern/maju karena beberapa sebab, antara lain:
Teknologi yang digunakan dalam pengerjaan di lapangan sudah maju, yaitu menggunakan keahlian khusus
Bahan atau material yang digunakan sebagian besar merupakan hasil olah teknologi (hasil pabrikasi),
misalnya bahan pengikat menggunakan aspal atau semen
Kualitas dan mutu jalan yang dihasilkan lebih baik (karena digunakan pada jalur yang tingkat LHR-nya
tergolong tinggi)
Meskipun teknologinya yang digunakan merupakan teknologi tinggi, namun lapisan perkerasan jalan ini
justru memerlukan perawatan yang rendah
Karena menggunakan teknologi pengerjaan dan bahan yang tinggi sehingga jalan yang dihasilkan bermutu
tinggi sehingga umur rencana relatif tinggi
Adalah lapisan perkerasan lentur, dengan sturktur berlapis, bahan pengikat aspal dengan agregat halus dan kasar
sebagai pengisi material.
Keuntungan yang didapat dari penggunaan lapisan perkerasan jalan ini adalah sebagai berikut:
Bersifat ekonomis, karena berdasarkan penyebaran gaya luas tekanan yang dihasilkan kendaraan semakin
ke bawah semakin besar, sehingga mutu bahan perkerasan yang digunakan harus berdasarkan asumsi di
atas, semakin ke bawah mutu material semakin rendah
Aspal merupakan material perkerasan jalan yang memiliki sifat tahan tarik, sehingga tidak mudah retak
atau pecah dan lentur
Adapun kerugian dari penggunaan lapisan perkerasan jalan ini mempunyai faktor penentu yang lebih banyak,
adapun faktor-faktor tersebut antara lain:
Faktor cuaca
Faktor iklim
Faktor pelaksanaan di lapangan
Pemadatan yang kurang baik, pengorengan aspal yang tidak sesuai suhu rencana dan penyiraman base dan sub base
yang kurang merata merupakan contoh faktor penyebab kerugian tersebut.
a) Surface Course
Adalah lapisan perekerasan yang terletak paling atas dengan sifat-sifat sebagai berikut :
Adapun contoh dari lapisan permukaan (surface course) antara lain adalah sebagai berikut :
Lapisan yang bersifat non strukural, berfungsi sebagi lapisan aus dan kedap air, yaitu:
1) Lataston (Lapis Tipis Aspal Beton), dikenal dengan nama Hot Roll Sheet(HRS), adalah lapisan penutup yang
terdiri dari campuran antara lain bergradasi timpang, filler dan aspal keras dengan perbandingan tertentu yang
dicampur dan dipadatkan dalam keadaan panas dengan suhu tertentu.
2) Buras (Laburan Aspal), adalah lapisan yang terdiri dari lapisan aspal taburan dengan ukuran butir maksimum
9,6cm.
3) Burtu (Laburan Aspal Satu Lapis), adalah lapisan penutup yang terduru dari lapisan aspal yang ditaburi
dengan satu lapis agregat bergradsi seragam(Single Bitumen Surface Treatment; BST) (tebal max. 2cm).
4) Burda (Laburan Aspal Dua Lapis), adalah lapisan penutup yang terdiri dari lapisan aspal ditaburi agregat yang
dikerjaan dua kali beruntun (tebal maksimum 3,5cm).
5) Latasir (Lapisan Tipis Aspal Pasir, adalah lapisan penutup yang terdiri dari campuran pasir dan aspal keras
yang dicampurkan, dihamparkan dan dipadatkan dalam keadaan panas pada suhu tertentu (tebal maksimum 1–
2cm).
6) Labastum (Lapisan Tipis Asbuton Murni), adalah lapisan penutup yang terdiri dari campuran asbuton dan
bahan pelunak yang dicampuran secara dingin (tebal maksimum 1cm).
Lapisan yang bersifat strukural, berfungsi sebagi lapisan yang yaing menahan dan menyebarkan beban roda, yaitu:
1) Penetrasi Macadam (lapen), adalah lapis perkerasan yang terdiri dari agregat pokok dan agregat pengunci
bergradasi terbuka dan seragam yang diikat oleh aspal dengan disemprotkan di atasnya dan dipadatkan lapis demi
lapis. Di atas lapen ini biasanya diberi laburan aspal dengan agregat penutup. Tebal lapisan satu lapis dapat
bervariasi dari 4-10 cm.
2) Lasbutag, adalah suatu lapisan pada konstruksi jalan yang terdiri dari campuran antara agregat, asbuton dan
bahan pelunak yang diaduk, dihampar dan dipadatkan secara dingin. Tebal padat tiap lapisannya antara 3-5 cm.
3) Laston (Lapis Aspal Beton), adalah suatu lapisan pada konstruksi jalan yang terrdiri dari campuran aspal
keras dan agregat yang mempunyai gradasi menerus, dicampur, dihampar dan dipadatkan pada suhu tertentu.
b) Base Course
Adalah lapisan pondasi atas (base course), terletak di antara permukaan dengan lapisan pondasi bawah. Fungsi dari
lapisan pondasi atas (base course)adalah sebagai berikut :
Sebagai lapisan yang mampu menahan beban vertikal dan gaya getaran yang diakibatkan oleh kendaraan
di atasnya
Sebagai landasan dari lapisan permukaan
Menahan resapan ke lapisan pondasi bawah (sub base course)
Adapun sifat utamanya adalah menahan beban vertikal yang lebih kecil dari lapisan permukaan (surface
course)
Adapun contoh dari lapisan pondasi atas (base course) antara lain adalah sebagai berikut :
- Batu Pecah kelas A, mempunyai gradasi yang lebih kasar dari batu pecah kelas B
- Batu Pecah kelas B, mempunyai gradasi yang lebih kasar dari batu pecah kelas C
- Batu Pecah kelas C, mempunyai gradasi yang lebih halus dari batu pecah kelas B dan C
2) Pondasi Macadam, adalah lapisan pondasi atas yang terdiri dari agregat pokok + pengunci dengan gradasi
terbuka seragam yang diikat dengan aspal.
3) Pondasi Telford, yaitu tersusun dari batu besar.
4) Penetrasi Macadam (lapen).
Adalah lapisan pondasi bawah (sub base course), terletak di antara lapis pondasi atas (base course) dengan lapisan
tanah dasar (sub grade course).Fungsi dari lapisan pondasi bawah (Sub base course) adalah sebagai berikut :
Sebagai lapisan yang menahan beban vertikal (disyaratkan CBR 20% dan PI ≤ 10%)
Lapisan ini menerima getaran yang lebih kecil yang berasal dari beban kendaraan yang disalurkan oleh
lapisan di atasnya sehingga dapat mengurangi tebal lapisan pondasi atas (base course). Secara ekonomis
hal ini menguntungkan mengingat harga material penyusun lapisan pondasi atas (base course) relatif lebih
mahal
Sebagai lapisan landasan bagi lapisan pondasi atas (base course) merupakan lantai kerja atau lapisan
pertama bagi susunan lapisan perkerasan jalan
Adapun contoh dari lapisan pondasi atas (base course) antara lain adalah sebagai berikut :
1) Lapisan podasi bawah (sub base course) yang menggunakan material stabilisasi sebagai berikut :
2) Lapisan podasi bawah (sub base course) yang menggunakan material agregat sebagai berikut :
Adalah lapisan tanah dasar (sub grade course), terletak di lapis pondasi bawah(sub grade course), dapat berupa
tanah galian, tanah timbunan atau tanah asli.
Contohnya adalah tanah yang dipadatkan, yang mana tanah pemadat tersebut memiliki sifat sebagai berikut :
Mempunyai tebal lapisan yang tidak terbatas (umumnya antara 50– 100cm)
Hanya mampu menahan beban langsung kendaraan yang relatif kecil karena bebean sebelumnya diterima
oleh beban di atasnya
Direncanakan dengan CBR yang cukup aman
Adapun susunan dari perkerasan lentur (fleksibel layer) dapat dilihat pada gambar berikut :
1. -
2.-
3. -
4. -
Adalah suatu jenis lapisan perkerasan jalan yang terdiri dari pengikat semen dan filler, dengan material
perkerasan berupa agregat kasar dan agregat halus. Pada beberapa pekerjaan sebagai penambah kekuatan maka
lapisan perkerasan ini menggunakan geotexstile dan tulangan baja.
Keuntungan dari lapisan perkerasan jalan jenis ini adalah sifatnya yang kaku dan gaya yang dipikul cukup ditahan
oleh satu lapis perkerasan (beton).
Non ekonomis, karena harga material penyusunnya yang relatif mahal. Hal ini dikarenakan persentase
semen yang dipakai tinggi.
Karena kekakuannya sehingga lapisan perkerasan jalan ini mudah mengalami keretakan sebagaimana
beton konvensional lainnya. Dengan kata lain gaya tarik yang dapat ditahannya relatif kecil.
Karena daya rekat antar material penyusunnya kuat sehingga perbaikan kerusakan pada lapisan
perkerasan jalan ini relatif sulit.
Dari seluruh kerugian dari pengguanaan lapisan perkerasan jalan ini sebagian besar dikarenakan ketidak
fleksibelannya.
Adalah jenis perkerasan yang mengguanakan 2 jenis bahan berbeda, yaitu gabungan antara bahan aspal dan bahan
beton.
Adapun susunan dari gabungan kedua bahan tersebut dapat dilihat pada gambar berikut:
Sesuai dengan komponen-komponen yang dimilikinya AMP dapat dibagi atas 2 jenis utama yaitu :
Pada pekerjaan peningkatan jalan Tebing Bulang–Kertajaya tipe AMP yang digunakan adalah tipe AMP dengan
penakaran (batch plant) dengan spesifikasi sebagai berikut:
Alat pencampur dengan penakaran (batch plant) ini memiliki komponen-komponen yang dapat mengatur
pemasukan masing-masing bahan mentah dengan kwalitas yang benar pada suatu saat. Dengan demikian kontrol
yang baik lebih mudah dilakukan pada jenis ini dibandingkan dengan jenis yang lain.
Komponen utama dari tipe dengan penakaran ini adalah sebagai berikut:
Merupakan tempat dimana agregat kasar, agregat sedang, agregat halus, dan pasir dimasukkan sesuai dengan
proporsi dari perencanaan campuran DMF(Design Mix Formula). Proporsi campuran diatur dengan cara mengatur
bukaan dari masing-masing bin dengan mempergunakan hasil kalibrasi bin dingin tersebut. Kalibrasi dilakukan
dalam keadaan kering maupun dalam keadaan dengan kadar air tertentu. Sebaiknya agregat yang dipasok kedalam
bin dalam keadaan kering sehingga proporsi yang diharapkan dapat tercapai dan dengan demikian kualitas
campuran dapat terjamin. Pengisian bin dingin dilakukan dengan hati-hati sehingga kemungkinan terjadi segregasi
ataupun degradasi dapat dihindari.
(b) Elevator Dingin (Cold Elevator)
(c) Pengering (Dryer)
Pada bagian ini agregat dikeringkan dengan cara dipanaskan (api disemburkan melalui mulut pengering dengan
alat pembakar minyak atau gas) dan pengering dalam keadaan berputar. Pengering berfungsi untuk menguapkan
dan menghilangkan kadar air yang dikandung agregat dan kemudian memanaskannya sehingga mencapai suhu
pencampuran antara 1350 C–1630 C.
Pengering berbentuk silinder yang dilengkapi dengan alur-alur memanjang yang mengangkat dan menjatuhkan
agregat melalui nyala api diletakkan dengan kelandaian tertentu. Kelandaian silinder, kecepatan putar, diameter,
panjang silinder, dan susunan alur menentukan lamanya proses pengeringan disamping kondisi dan jenis agregat itu
sendiri. Temperatur pemanasan dapat diukur / dilihat dari pyrometer yang tersedia.
Gas panas yang keluar dari pengering mengandung debu-debu yang dapat menimbulkan polusi dan mengotori
bagian-bagian lainnya. Oleh karena itu gas yang mengandung debu dihubungkan dengan kolektor debu sehingga
debu dapat terkumpul dan gas dapat dibuang melalui cerobong gas.
Debu dari agregat yang dipanaskan dikumpulkan kedalam kolektor debu untuk kemudian dipergunakan kembali jika
dibutuhkan atau dibuang jika tidak dibutuhkan.
Dari cara kerjannya kolektor debu dapat dibedakan atas 2 tipe yaitu :
Penyapu kering, merupakan rangkaian filter–filter kain mana debu–debu ditangkap dan disaring dengan
menggunakan kain – kain penyaring. Debu–debu kemudian dikumpulkan kembali dan dapat dibuang, atau
dikumpulkan kesilo (tempat penyimpan debu), atau di bawah kembali kebagian bawah elevator untuk
dipergunakan sebagai bagian dari aspal beton. Gas yang telah bersih dari debu dibuang melalui cerobong
gas keudara.
Kolektor mekanis, yang menggunakan metode sentrifugal untuk mengumpulkan debu.
Penyapuh basah, gas yang mengandung debu disemprot dengan air sehingga debu menjadi basah, berat
dan jatuh serta terkumpul dibagian bawah. Air lumpur yang yang mengandung debu basah yang
dikeringkan dan dibuang. Debu yang dikumpulkan secara basah ini tidak dapat dipergunakan kembali
sebagai bagian dari aspal beton.
Agregat yang telah dipanaskan dibawah oleh elevator panas kebagian pengendali gradasi yang berupa saringan
panas, pada bagian ini partikel agregat dengan ukuran lebih besar dariyang disyaratkan akan dibuang, dan agregat
lain kemudian disimpan setelah disaring sesuai saringan yang ditentukan pada pengendali gradasi kedalam bin
panas (hot bin) yang diletakan dibawah pengendali gradasi.
Bin panas adalah tempat penyimpanan sementara agregat panas sebelum dicampur kedalam pugmill. Agegat yang
telah diayak dengan menggunakan pengendali gradasi disimpan kedalam bin–bin yang telah tersedia. (bin
berjumlah 4 unit). Masing–masing bin mempunyai pintu yang dapat ditutup dan satu sama lain dipisahkan oleh
dinding. Untuk menghindari terjadinya pencampuran pada bin–bin akibat terlalu penuhnya bin tersebut, maka bin
panas mempunyai overflow chutes yaitu bagian yang dapat membuang kelebihan agregat yang tertimbun.
(g) Penakar (Hopper)
Pada AMP dengan penakaran, agregat dan bahan pengisi (filler) ditumpahkan ke dalam pugmil sesuai proposisi
yang telah ditentukan dalam campuran rencana DMF (Design Mix Formula) dengan mempergunakan
penakar(hopper). Penakaran dilakukan secara akumulatif.
Agregat dari masing – masing bin pada bak panas dengan berat sesuai proporsinya dimasukan kedalam pugmill/unit
pencampur dimulai dari fraksi yang paling kasar ke yang lebih halus dan paling akhir filler (bahan pengisi) jika
dibutuhkan. Agregat kemudian dicampur kering selama tidak kurang dari 4 detik dan selanjutnya ditempat ini
campuran agregat panas tersebut disemprotkan aspal panas dengan kadar bitumen yang telah ditentukan. Agregat
dan aspal panas kemudian diaduk kembali selama tidak kurang dari 30 detik dan tidak lebih dari 75 detik. Setelah
pencampuran dilakukan dengan baik dan merata maka pintu pugmill dibuka untuk mengeluarkan aspal beton
campuran panas kedalam truk pengangkut yang selanjutnya. Pugmill terdiri dari as kembar yang bersudu dan arah
gerakan. Pencampuran berhasil baik jika pugmill tidak terlalu penuh dan tidak terlalu kosong.
Setiap AMP mempunyai stasiun pengontrol dimana operator dapat mengontrol proses pencampuran. Ada stasiun
pengontrol yang bersifat manual dan ada pula yang bersifat otomatis.
1) Bulldozer
Bulldozer adalah traktor beroda rantai atau (ada juga) yang beroda ban yang dilengkapi dengan blade di depannya.
Secara umum bulldozer berfungsi sebagai berikut:
Menggusur
Mendorong
Menggali
Meratakan
Menyayat (menarik)
2) Excavator (Backhoe)
Excavator berfungsi untuk mengaduk menggali dan mengaduk material tanah dan semen sehinga menjadi
campuran soil cement sekaligus memasukan material ke dalam dump truck. Exavator yang di gunakan dalam
pekerjaan peningkatan jalan Tebing Bulang-Kertajaya memiliki kapasitas sebesar 0,8 m³.
3.3.2. Peralatan Pengangkutan Bahan
1) Dump truck
2) Water tank
Water tank digunakan untuk mengangkut air, yang digunakan untuk menyiram permukaan hot mix ATB yang
dipadatkan atau untuk keperluan lainnya.Water tank yang digunakan proyek ini memiliki kapasitas sebesar 5.000
liter.
3) Whell loader
Adalah alat pembuat hasil galian atau gusuran alat lain yang tidak dapat langsung dimuatkan ke alat angkut
misalnya, bulldozer, motor grader dll. Pada prinsipnya whell loader berfungsi sebagai alat pembantu untuk
memuatkan dari stockpile ke kendaraan angkut atau alat-alat lain, disamping dapat juga digunakan untuk
pekerjaan awal yang umumnya, misalnya clearing ringan, menggusur bongkaran, menggusur tongak kayu kecil,
menggali pondasi basement dan lain-lain, dan juga sebagai pengangkut material dalam jarak pendek juga lenih
baik dari pada alat berat bulldozer, karena pada bulldozerada material yang tercecer sedangkan pada whell
loader material tidak ada yang tercecer.
Namun secara khusus wheel loader pada pekerjaan peningkatan jalan Tebing Bulang–Kertajaya berfungsi sebagai
pengangkut jarak dekat agregat dari tempat penimbunan ke AMP (Asphalt Mixing Plant), tepatnya ke bin
dingin(cold bin).
Dalam pekerjaan-pekerjaan bangunan sipil yang besar, kadang-kadang juga dituntut masalah penyelesaian yang
cepat. Untuk itu, diperlukan pertimbangan untuk menggunakan alat-alat berat yang disesuaikan dengan pekerjaan
yang bersangkutan. Hal ini sudah tidak dapat dihindari lagi, mengingat pemanfaatan tenaga manusia secara
manusia secara manual dengan alat-alat yang konfensional sudah tidak efisien lagi, pembangunan jalan merupakan
pekerjaan yang besar yang membutuhkan alat-alat berat didalam pelaksanaannya.
Hubungan antara tenaga yang dibutuhkan, tenaga yang tersedia dan tenaga yang dapat dimanfaatkan adalah
sangat penting diketahui. Karena hal tersebut kita dapat menentukan beberapa kapasitas alat yang akan kita pilih
untuk suatu pekerjaan yang dimanfatkan dari alat-alat berat tersebut.
Dalam pelaksanaannya terdapat dua jenis pekerjaan perkerasan, yaitu pekerjaan soil cement dan pekerjaan hot
mix ATB sehingga alat berat yang dipakai diuraikan menurut kebutuhan peralatan pada masing-masing perkerjaan.
1) Motor grader
Motor grader adalah alat yang dapat digunakan dalam berbagai variasi pekerjaan konstruksi. Kemampuan ini
akibat dari adanya gerakan-gerakan luwes yang dimiliki oleh blade dan roda-roda ban.
Untuk perkerjaan akhir (final grading) kadang-kadang harus dilaksanakan untuk tnah yang sudah dipaparkan
maksimal, sehingga kalau hanya digunakan blade saja, keausan dan kerusakan blade, yang akan menggaruk tanah
yang keras menjadi lepas dan kemudian dipotong oleh blade. Scarifier ini terdiri dari sejumlah gigi dipasang
pada overhead frame di depan blade dan dikendalikan tersendiri dengan gerakan naik turun untuk ditekan masuk
dalam permukaan tanah.
2) Vibrator roller
Vibrator roller adalah termasuk tandem roller, yang cara pemadatannya menggunakan efek getaran dan sangat
cocok digunakan pada jenis tanah pasir atau kerikil berpasir. Efisiensi pemadatan yang dihasilakan sangat baik,
karena adanya gaya dinamis terhadap tanah butir-butir, tanah cenderung akan mengisi bagian-bagian yang kosong
yang kosong yang terdapat diantara butir-butirnya.
1) Water tank
Water tank digunakan untuk mengangkut air, yang digunakan untuk menyiram permukaan material yang
dipadatkan atau untuk keperluan lainnya. Water tank yang digunakan proyek ini memiliki kapasitas sebesar 5.000
liter.
2) Campressor
Alat dibawah ini berguna untuk membersihkan permukaan aspal yang akan dihampar lapisan pengikat, agar
permukaannya bersih dari debu dan kotoran organik.
3) Asphalt Sprayer
Asphalt sprayer adalah alat yang digunakan untuk penyemprotan aspal.Asphalt Sprayer yang digunakan dalam
proyek ini memiliki kapasitas 1.000 liter.
4) Tandem roller
Tandem roller merupakan jenis alat penggilas dengan roda baja yang permukaannya halus. Alat ini berfungsi untuk
memadatkan material yang sudah dihamparkan, hingga didapatkan stabilitas dan kepadatan tertentu.Tandem
roller yang digunakan pada proyek jalan Tebing Bulang – Kerta Jaya ini memiliki berat sebesar 10 ton.
Alat ini merupakan jenis alat penggilas dengan roda ban angin. Alat ini berfungsi untuk pemadatan campuran aspal
dengan kata lain penghalus pemadatan. Pneumatic tire roller yang digunakan dalam proyek ini memiliki berat
sebesar 10 ton.
6) Asphalt Finisher
Alat ini berfungsi untuk menghamparkan processed material (material yang telah diproses) dari AMP (asphalt
mixing plant) untuk mendapatkan lapisan aspal yang merata. Alat ini dilengkapi pengatur ukuran ketebalan aspal
yang akan dihamparkan.
Peralatan manual ini berfungsi sebagai alat bantu yang sifatnya langsung digerakkan oleh tenaga manusia.
Peralatan ini terdiri dari sekop, berfungsi sebagai pemindah aspal hot mix ATB dengan skala kecil dan jarak yang
dekat. Sedangkan checker (perata) berfungsi sebagai perata aspal hot mix ATB yang sudah dihamparkan
oleh asphalt finisher.