Anda di halaman 1dari 5

PENENTUAN PARAMETER MODEL NRECA

UNTUK PULAU NATUNA


Oleh : Teddy W Sudinda*)

Abstrak
Ketersediaan data debit sungai di P. Natuna sangat kurang dan jarang bila
dibandingkan dengan P. Jawa. Oleh karena itu dirasakan perlu untuk
mengembangkan suatu metoda untuk mensimulasi data debit untuk setiap lokasi
yang tidak mempunyai pos duga air sama sekali. Penulis mencoba menganalisa
potensi sungai tersebut dengan pendekatan Model NRECA. Dalam metoda ini
dilakukan pendekatan dengan menggunakan data curah hujan yang sejenis
sehingga diperoleh parameter NRECA yang kemudian digunakan dalam
memperkirakan debit maksimum dari sungai yang ada di Pulau Natuna.

Katakunci : Time History, Design Outflow, Base Flow, Soil Moisture.

1. PENDAHULUAN outflow) untuk suatu perencanaan


pengembangan sumber daya air adalah hal
Pada suatu proses perancangan yang biasa. Aliran rendah tersebut dihitung
(design), penilaian potensi pemanfaatan suatu dari data debit pengamatan dengan perioda
sumber daya senantiasa didasarkan pada cukup panjang yang bila tidak tersedia dapat
data potensinya pada masa lalu. Dalam hal digunakan model matematik untuk
pemanfaatan suatu sumber daya air dari memperpanjang atau mensimulasi data debit
sungai atau air permukaan, perancangan dari data hujan. Ketersediaan data debit di
akan berdasarkan pada data riwayat waktu Pulau Natuna sangat kurang dan jarang
(time history) debitnya. Dengan mengetahui apalagi bila dibandingkan dengan P. Jawa.
data debit sungai dalam jangka waktu yang Oleh karena itu dirasakan perlu untuk
cukup lama, dapat diramalkan besarnya debit mengembangkan suatu metode untuk
pada masa mendatang. Besarnya debit ini mensimulasi data debit untuk setiap lokasi
selanjutnya dijadikan dasar dalam proses yang tidak mempunyai pos duga air sama
perancangan dan konstruksi dari sekali. Tulisan ini menampilkan proses
pengembangan suatu wilayah sungai pengembangan metode tersebut.
sehingga pengembangan tersebut senantiasa
mempertimbangkan aspek pelestarian 2. MAKSUD DAN TUJUAN
sumber daya air.
Meskipun demikian, tidaklah mudah Penelitian ini dilaksanakan untuk
untuk mendapatkan suatu data riwayat waktu mengetahui parameter NRECA yang tepat
yang cukup lama dan lengkap dari debit suatu guna menganalisa potensi air permukaan di
sungai. Hambatan utamanya biasanya adalah Pulau Natuna. Dalam kalibrasi untuk
pada letak pengambilan data yang jauh dari mendapatkan parameter yang tepat
pusat keramaian. Masukan utama untuk digunakan data sungai yang mempunyai data
memperoleh debit sungai, yaitu dari data pengamatan debit dan curah hujan yang
meteorologi dan klimatologi seperti data hujan mempunyai kesamaan jenis hujan.
yang ternyata juga sering tidak lengkap.
Pada tulisan ini, akan dipaparkan cara 1. METODOLOGI
pengolahan data untuk mendapatkan prediksi
debit sungai yang dapat digunakan pada 3.1. Penerapan Model NRECA
proses perancangan.
Sumber air yang terpenting berasal Analisis ketersediaan air bagi lokasi
dari hujan, sungai, danau dan air tanah. yang tak berpos duga air, secara umum dapat
Memperkirakan aliran rencana (design berarti bahwa ketersediaan air dapat

*)
Peneliti pada Direktorat Teknologi Lingkungan, Deputi TIEML BPPT.

Penentuan Parameter Model NRECA ...(Teddy W. Sudinda) 253


diperoleh dari air permukaan, air tanah, mata NRECA, cukup sederhana dengan hanya tiga
air dan danau . Dalam tulisan ini terbatas atau empat parameter yang digunakan.
pada pengertian air permukaan yang mengalir Model NRECA dikembangkan oleh
di sungai. Data debit aliran air di sungai yang Norman H. Crawford (USA) dengan
telah dikumpulkan tidak memadai untuk suatu menerapkan persamaan keseimbangan air
perhitungan analisis ketersediaan air karena seperti :
data yang tidak menerus dan priode waktu
yang sangat pendek antara 1 4 tahun. Oleh Hujan Evapotranspirasi + Perubahan
karena itu diperlukan suatu analisis Tampungan = Limpasan
pendekatan melalui data hujan yang tersedia
untuk beberapa pos hujan. Model hubungan
hujan limpasan digunakan sebagai alat Dalam metoda ini terdiri dari beberapa
bantu untuk merubah data hujan menjadi elemen yang akan digunakan sebagai input
limpasan atau debit aliran. model, seperti diterangkan dibawah ini.
Pada pendekatan metoda NRECA,
lebih ditekankan pada perbandingan masukan Daerah lapisan tanah yang mempunyai
dengan keluaran yang dapat dijelaskan pada kelengasan (soil Moisture) tertentu, dengan
Gambar 1. Dalam hal ini, siklus hidrologi kapasitasnya SMCAP.
dianggap sebagai sistem kotak hitam (black-
box) yang dipengaruhi oleh beberapa Evapotranspirasi aktual (EACT) ditunjukan
parameter penting. Harga parameter ini harus sebagai fungsi dari RAIN/EPOT dan
dicari dengan cara coba-coba (trial and error) SMOLD/SMNOM, dimana SMNOM sebesar
sehingga dapat digunakan untuk (100 mm + 0,2 x hujan seragam)
memperkirakan keluaran berdasarkan harga
masukan. Kalibrasi nilai parameter-parameter EACT RAIN SMOLD
ini akan semakin baik jika data masukan dan 1 0,5 SMNOM
keluaran semakin banyak. Nilai parameter EPOT EPOT
hasil kalibrasi ini selanjutnya dapat digunakan 0,5SMOLD
untuk diterapkan pada sistem (siklus +
hidrologi) lain yang dianggap mempunyai SMNOM
kemiripan sifat hidrologi.
OLD : akhir dari setiap langkah waktu

Jika :

SMOLD RAIN
2atau 1
SMNOM EPOT
Maka EACT = EPOT

Infiltrasi air (RECH) dari permukaan kelapisan


dibawah sebagai berikut :

Gambar 1. Pendekatan model NRECA RECH = ESM X KRECH

Sedangkan hubungan selama grafis yang


3.2. Simulasi Hujan Limpasan diberikan untuk ESM dapat dirumuskan
sebagai berikut :
Dalam memperkirakan debit untuk
suatu daerah yang tidak mempunyai pos duga SMOLD
air dapat diterapkan suatu model sederhana ESM = 0,51 + tgh( 2 2 x
yang dapat menghasilkan debit bulanan. SMNOM
Model hidrologi yang mensimulasikan hujan ( RAIN EACT )
dan limpasan untuk berbagai kepentingan
yang sering direkomendasikan adalah model

254 Jurnal Teknologi Lingkungan, Vol. 1, No. 3, Desember 2000 : 252-257


Limpasan langsung didefinisikan sebagai perilaku yang serupa dengan dengan perilaku
berikut : hujan di Pulau Natuna. Daerah yang diambil
curah hujannya adalah curah hujan
Q DIR = ESM RECH singkawang, Kalimantan Barat. Untuk
menganalisis lebih jauh kemiripan hujan
Singkawang dan Ranai, dilakukan uji
homogenitas terhadap kedua data hujan.
Simpanan airtanah dinyatakan sebagai GW
Sebagai langkah pertama, perlu
dengan kapasitas penyimpanan tidak dibatasi.
dikerjakan analisis frekuensi terhadap data
Aliran dasar (base flow) didefinisikan sebagai
hujan pada waktu yang sama di kedua tempat
:
tersebut. Untuk analisis frekuensi ini, ada
berbagai metoda seperti metoda Gumbel,
Q BASE = (GWOLD + RECH )xKBASE metoda LogPerson dan metoda Log-Normal.
Pada tulisan ini, digunakan analisis frekuensi
Dengan GWOLD adalah kandungan airtanah metoda Gumbel. Dengan analisis frekuensi
pada saat dimulainya langkah waktu. ini, secara statistik didapat perkiraan
Kontribusi dari RECH ditingkat pertama besarnya curah hujan yang terjadi untuk suatu
diperkirakan dari ekspresi eksak untuk priode ulang tertentu. Setelah didapat garis
reservoir airtanah linier. Pada metode ini regresi Gumbel, uji homogemitas hujan
terdapat 6 parameter hidrologi yang dilakukan dengan cara membandingkan curah
ditentukan dengan cara coba-coba, sehingga hujan pada periode ulang 10 tahun dengan
diperoleh hasil perhitungan dan pengukuran curah hujan pada periode ulang 2,33 tahun.
dilapangan mempunyai bentuk kurva yang Selanjutnya harga g dihitung secara tabelaris
menyerupai. dan diplot sebagai ordinat dan banyaknya
Struktur model NRECA membagi data n sebagai absis.
aliran bulanan menjadi dua yaitu limpasan Hasil uji homogenitas diperlihatkan
langsung (limpasan permukaan dan bawah dalam Gambar 3.
permukaan) dan aliran dasar tampungan
dibagi dua yaitu tampungan kelengasan
(moisture storage) dan tampungan air tanah
(groundwater storage). Perubahan
tampungan diperhitungkan sebagai selisih
dari tampungan akhir dan awal. Tampungan
kelengasan ditentukan oleh hujan dan
evapotranspirasi dan kelebihan kelengasan
yang menjadi limpasan langsung dan
imbuhan airtanah. Tampungan air tanah
ditentukan oleh imbuhan air tanah yang
masuk dan aliran air tanah yang keluar.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN Gambar 3. Hasil Uji Homogenitas Curah


hujan.
4.1. Analisis Ketersediaan Air
Dapat dikatakan bahwa kedua curah
Dalam menganalisa ketersediaan air hujan mempunyai sifat yang homogen atau
sangat bergantung pada kelengkapan data berada dalam satu keluarga hujan , sehingga
hidrologi dan klimatologi. Dengan demikian data hujan singkawang dapat digunakan
tidak lengkapnya data menjadi hambatan sebagai dasar untuk meramalkan hujan di
utama dalam usaha memperkirakan perilaku Ranai. Sifat homogen ini dapat terlihat pada
debit sungai. Data sekunder yang ada grafik uji homogenitas, garis lengkung tebal
diperoleh dari stasiun meteorologi Ranai. bagian atas dan bawah membedakan antara
Data ini merupakan data bulanan selama data hujan yang homogen dengan yang tidak.
jangka waktu 10 (sepuluh ) tahun, yaitu tahun Dua buah tanda silang berada dalam area
1984 sampai dengan tahun 1993. Meskipun hujan yang homogen yang berarti mempunyai
demikian, data hujan yang didapat tersebut sifat-sifat yang menyerupai baik dalam
dirasakan kurang cukup detail. Untuk intensitas dan lamanya curah hujan.
mengatasi hal ini, digunakan data hujan di
tempat lain yang diperkirakan mempunyai

Penentuan Parameter Model NRECA ...(Teddy W. Sudinda) 255


4.2. Kalibrasi Parameter Keakurasian hasil kalibrasi parameter
tergantung dari :
Kalibrasi parameter model NRECA
dilakukan dengan tujuan mencari parameter - Data debit dan hujan
yang paling sesuai sehingga hidrograf - Adanya bendung dan intake bebas di hulu
perhitungan mendekati pangamatan. pos duga air
Parameter tersebut menggambarkan ciri - Panjang tahun kalibrasi
cekungan Daerah Aliran Sungai (DAS) yang
bersangkutan. Karena masukan utama model Dengan meninjau ketiga aspek tersebut
adalah hujan maka tahun kalibrasi tergantung diatas dinilai DAS (Daerah Aliran Sungai)
dari ketersediaan data hujan dan debit. Segeram mempunyai tingkat kehandalan
Parameter NRECA yang dikalibrasi paling tinggi karena :
ada dua yaitu parameter yang - Data debitnya cukup handal karena hasil
menggambarkan prosentasi dari kelebihan pengamatan pos duga air otomatik
kelengasan yang masuk ke dalam tampungan dengan pengukuran berskala.
airtanah serta parameter yang - Tidak ada pengambilan air di sebelah
menggambarkan prosentasi dari tampungan hulu pos duga air untuk irigasi.
airtanah yang mengalir kesungai sebagai - Tahun kalibrasi cukup panjang
aliran dasar. Dari hasil kalibrasi diperoleh
parameter hidrologi seperti pada Tabel 1. Parameter hasil kalibrasi merupakan
parameter yang mewakili untuk lokasi tertentu
Tabel 1. Parameter Hidrologi NRECA yang sangat erat hubungannya dengan ciri
cekungannya. Oleh karena itu diupayakan
SMINI SMNO SWINI KREC KBAS CF untuk didapatkan suatu hubungan yang dapat
dijadikan dasar perluasan parameter NRECA
600 500 60 0,4 0,32 0,77
untuk seluruh Pulau Natuna.
Kombinasi parameter NRECA diatas
menggambarkan fluktuasi debit aliran sungai,
Tolok ukur kedekatan antara yang menggambarkan bagian yang masuk ke
hidrograf pengamatan dan perhitungan dalam tampungan atau simpanan airtanah
ditentukan berdasarkan fungsi objektif 1/nI besarnya tergantung dari ciri cekungan, tetapi
Qobs QcomI, dimana n jumlah data, Qobs yang paling menonjol adalah ciri cekungan
debit pengamatan, Qcom debit perhitungan. yang mewakili karakteristik potensi airtanah.
Secara visual kedekatan antara pengamatan Peta hidrogeologi memberikan informasi akan
dan perhitungan dapat dilihat melalui grafik sifat dan potensi airtanah serta kondisi
pada Gambar 2. Terlihat bahwa hasil yang litologinya. Olehkarena itu kedua parameter
diperoleh berdasarkan perhitungan dengan tersebut dapat dihubungkan dengan kondisi
metoda NRECA yang berwarna titik putih dan airtanah dan litologinya.
berwarna titik hitam merupakan hasil yang Simulasi model dengan model
diperoleh dari pengamatan dilapangan NRECA dilakukan dengan menggunakan
dengan menggunakan AWLR (Automatic data-data yang ada di daerah aliran sungai
Water Level Recorder). serta data hujan Ranai. Sedangkan untuk
mendapatkan parameter yang digunakan
dalam perhitungan debit bulanan digunakan
data curah hujan dan data parameter DAS
Citarum. Hal ini dilakukan karena
keterbatasan data yang diperoleh dari
lapangan.
Parameter GWF kecil menunjukkan
aliran dasar (baseflow) yang berasal dari
tampungan airtanah keluar secara perlahan-
lahan sehingga volume tampungan berkurang
secara berangsur-angsur. Nilai GWF besar
sebaliknya, menyebabkan aliran dasar cepat
keluar dalam jumlah besar dan tampungan air
Gambar 2. Hidrograf Hasil Pengamatan dan tanah cepat menjadi habis. Berdasarkan
Perhitungan perhitungan dengan cara coba-coba diperoleh
parameter PSUB = 0,8 dan GWF = 0,001.

256 Jurnal Teknologi Lingkungan, Vol. 1, No. 3, Desember 2000 : 252-257


4.3. Variasi Debit Sungai Terhadap Waktu debit di lapangan untuk sungai secara
keseluruhan.
Dengan menggunakan model NRECA,
telah disimulasikan pada sungai yang sudah 5. KESIMPULAN
diukur debitnya. Informasi yang didapat pada
saat ini adalah debit sesaat dan data hujan Dari analisis diatas dapat diambil
bulanan. Dengan demikian, untuk kesimpulan sebagai berikut :
mendapatkan simulasi debit selama beberapa 1. Parameter yang digunakan dalam
tahun, berbagai usaha harus dilakukan antara menganalisa debit dengan metoda
lain dengan menyamakan perilaku daerah NRECA dapat ditentukan dengan
aliran sungai yang bersangkutan dengan pendekatan data curah hujan yang
perilaku daerah aliran sungai lainnya. sejenis.
Pada model NRECA, data hujan yang 2. Dengan diperolehnya parameter hidrologi
diperlukan adalah data hujan bulanan. untuk suatu kawasan, maka debit untuk
Dengan demikian, pada simulasi dengan seluruh wilayah P. Natuna dapat
NRECA digunakan data bulanan daerah ditentukan.
Ranai dan luas DAS yang bersangkutan. 3. Keterbatasan data debit pada suatu
Sedangkan untuk parameter DAS, digunakan wilayah dapat didekati dengan membuat
parameter DAS Citarum. suatu model hidrologi yang menyerupai
Hasil analisis potensi air permukaan wilayah tersebut.
dapat dilihat pada Tabel 2 yang menunjukan
besarnya debit sesaat yang didapat dari
observasi di lapangan dan perhitungan DAFTAR PUSTAKA
dengan metoda NRECA.
1. EM Wilson, 1969, Engineering Hidrology,
Tabel 2. Hasil Analisis Model NRECA The Macmilan Press LTD Houndmills,
Basing Stoke, Hamspire and London
Tahun Observasi Model Companies.
Pengamatan ( m3/det) NRECA 2. Martin Wanielista, Robert Kersten, Ron
(m3/det) Eaglin, Hydrology Water Quantity and
1984 4,905 3,034 Quality Control, John Wiley and Sons Inc.
1985 3,195 4,367 3. Norman H. Crawford, Small Hydropower,
1986 2,523 1,369 Hydrological Methodology without
1987 1,254 0,825 Streamflow Data, California, USA.
1988 3,923 2,437 4. RC. Ward, M Robinson, Principles of
1989 6,125 7,200 Hydrology, Mac Graw Hill Inc.
1990 5,915 4,165
1991 1,252 2,370
1992 1,454 0,835 RIWAYAT PENULIS
1993 3,152 2,551
Teddy W Sudinda, lahir di Padang Sidempuan
tanggal 2 Desember 1961. Pendidikan S1
Dari tabel dapat diketahui, bahwa secara
lulusan jurusan Teknik Sipil, fakultas Teknik
umum besarnya debit mengikuti luas Daerah
Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi
Aliran Sungai. Sedangkan analisis
Bandung , tahun 1985. Pendidikan S2 lulusan
perhitungan hubungan antara debit dan waktu
jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik,
dengan menggunakan NRECA dapat dilihat
Universitas Okayama, tahun 1992.
pada Gambar.2. Bila dilihat dari hasil
Pendidikan S3 lulusan jurusan Teknik Sipil,
perhitungan dengan menggunakan metoda
Fakultas Teknik, Universitas Okayama, tahun
NRECA untuk seluruh sungai, dapat dilihat
1995. Saat ini bekerja sebagai peneliti di
bahwa terdapat keseragaman bentuk antara
BPPT.
hubungan debit dan waktu. Hasil pengukuran

Penentuan Parameter Model NRECA ...(Teddy W. Sudinda) 257

Anda mungkin juga menyukai