Anda di halaman 1dari 29

KONSEP DASAR

GAMBAR
KONSTRUKSI JALAN
DAN JEMBATAN

KONSTRUKSI JALAN DAN JEMBATAN


01
GAMBAR KONSTRUKSI
JALAN
JENIS JENIS JALAN
JENIS JENIS JALAN
es t
The be!
win
PERKERASAN JALAN
Perkerasan jalan merupakan bagian berupa
struktur susunan lapisan yang
diletakkan di atas tanah dasar yang
dikerjakan dari campuran bahan pengikat
dan material agregat yang berfungsi
memikul beban lalu lintas di atasnya.
SYARAT KEKUATAN
PERKERASAN JALAN
1. Keterangan yang cukup untuk mendistribusikan beban menuju lapisan
tanah dasar.

2. Memiliki kekuatan untuk memikul beban di atasnya sehingga meminimalisir


defleksi.

3. Material tahan air sehingga air tidak teresap ke lapisan bawah.

4. Permukaan perkerasan harus lancer mengalirkan air.


SYARAT KEKUATAN
PERKERASAN JALAN
Untuk mencakup syarat-syarat tadi, struktur perkerasan jalan harus memperhatikan hal-hal seperti :

1. Perencanaan tebal setiap lapisan perkerasan ditentukan sesuai kekuatan lapisan tanah dasar, jenis
lapisan perkerasan, beban lalu lintas, dan keadaan lingkungan.

2. Susunan campuran tertentu berdasarkan analisa campuran bahan sesuai ketersediaan bahan dan
mutu yang sudah direncanakan memenuhi spesifikasi standar jenis lapisan yang ditentukan.

3. Pelaksanaan dan pengawan pekerjaan dengan baik dan cermat.

4. Pemeliharaan secara berkala pada struktur perkerasan jalan.


JENIS-JENIS PERKERASAN

Menurut Sukirman (1999), jenis-jenis


perkerasan pada umumnya ada 3 jenis
menurut bahan pengikatnya, diantaranya :

1. Perkerasan Lentur (Flexible Pavement)


2. Perkerasan Kaku/Beton Semen (Rigid
Pavement)
3. Perkerasan Komposit (Composite
Pavement)
1. Perkerasan Lentur
(Flexible Pavement)

Perkerasan lentur adalah jenis perkerasan


yang terdiri dari beberapa lapisan dengan
bahan pengikat aspal dan dibangun diatas
lapisan tanah dasar yang
sudah dilakukan pemadatan terlebih dahulu
(Sukirman, 1999). Memiliki lapisan – lapisan
yang bekerja sama untuk menahan dan
mendistribusikan beban lalu lintas Berdasarkan gambar di atas, struktur lapisan
secara vertikal menuju tanah dasar. perkerasan lentur terbagi menjadi 4 Bagian.
1. Perkerasan Lentur
(Flexible Pavement)
A. LAPISAN PERMUKAAN (SURFACE COURSE)
adalah bagian paling atas yang terdiri dari campuran mineral agregat dan bahan
pengikat yang biasanya terletak di atas lapis pondasi. Lapisan ini berfungsi sebagai :
1. Bahan perkerasan untuk menahan beban roda
2. Lapisan rapat air untuk melindungi badan jalan kerusakan akibat cuaca
3. Lapisan aus (wearubg course)
Pemilihan bahan untuk lapis permukaan perlu mempertimbangkan kegunaan, umur
rencana, serta tahapan konstruksi agar mencapai manfaat yang sebesar-besarnya dari
biaya yang dikeluarkan.
1. Perkerasan Lentur
(Flexible Pavement)
B. LAPISAN PONDASI ATAS (BASE COURSE)
adalah bagian perkerasan yang terletak di atas lapis pondasi bawah yang berfungsi
sebagai :
1. Bagian perkerasan yang menahan gaya geser dari roda kendaraan
2. Perletakan terhadap lapis permukaan
Bahan-bahan untuk lapis ini harus cukup kuat dan awet sehingga dapat menahan
beban-beban roda contohnya seperti, batu pecah, kerikil pecah, dan stabilisasi tanah
dengan semen atau kapur.
1. Perkerasan Lentur
(Flexible Pavement)
C. LAPISAN PONDASI BAWAH (SUBBASE COURSE)
adalah bagian perkerasan yang terletak di atas tanah dasar yang terdiri atas lapisan dari
material berbutir (granular material) yang dipadatkan, distabilisasi ataupun tidak, atau
lapisan tanah yang distabilisasi. Fungsi lapis pondasi bawah antara lain :
1. Sebagai bagian untuk mendukung dan menyebarkan beban roda
2. Mencapai efisiensi penggunaan material yang relatif murah
3. Untuk mencegah tanah dasar masuk ke dalam lapis pondasi
4. Sebagai lapis pertama agar pelaksanaan dapat berjalan lancar
Campuran tanah setempat dengan kapur atau semen Portland sangat dianjurkan, agar
dapat bantuan yang efektif terhadap kestabilan konstruksi perkerasan.
1. Perkerasan Lentur
(Flexible Pavement)
D. LAPISAN TANAH DASAR (SUBGRADE)
adalah permukaan tanah atau galian yang dipadatkan dan merupakan permukaan dasar
untuk perletakan bagian perkerasan lainnya. Pada bagian ini, tanah asli langsung dilakukan
proses pemadatan, namun jika tanah asli cenderung jelek maka harus dilakukan stabilisasi
dengan bahan tertentu terlebih dahulu atau penambahan tanah dari tempat lain.
Persoalan umum yang menyangkut tanah dasar adalah :
1. Perubahan bentuk tetap akibat beban lalu lintas
2. Sifat mengembang dan menyusut dari tanah akibat perubahan kadar air
3. Daya dukung tanah yang tidak merata dan sukar ditentukan secara pasti
2. Perkerasan Kaku/Beton Semen
(Rigid Pavement)

Menurut Wignall, dkk (2003) perkerasan ini


merupakan jenis konstruksi jalan berbahan
pengikat semen. Struktur utama perkerasan
kaku diletakkan di atas tanah dasar berupa
lembaran pelat beton yang dibawahnya
terdapat atau tanpa lapisan pondasi bawah.
Perkerasan ini tidak mengalami lendutan
akibat beban lalu lintas karena kekuatan Berdasarkan gambar di atas, struktur lapisan
lembaran pelat beton yang tinggi. perkerasan kaku terbagi menjadi 3 Bagian.
2. Perkerasan Kaku/Beton Semen
(Rigid Pavement)
 Ada 4 jenis perkerasan kaku/beton semen, di antaranya :
Perkerasan kaku bersambung tidak menggunakan tulangan (Jointed
Unreinforced Rigid Pavement)
 Perkerasan kaku bersambung menggunakan tulangan (Jointed Reinforced
Rigid Pavement)
 Perkerasan kaku menerus menggunakan tulangan (Continously Reinforced
Concrete Pavement)

 Perkerasan kaku pra-tegang (Prestressed)


2. Perkerasan Kaku/Beton Semen
(Rigid Pavement)
A. TANAH DASAR
Syarat yang harus terpenuhi untuk lapisan ini adalah lebar, kerataan, kemiringan
melintang, keseragaman daya dukung, dan keseragaman kepadatan. Daya dukung tanah
dasar ditentukan dengan uji CBR insitu yang sesuai dengan SNI 03-1731-1989 atau CBR
laboratorium sesuai SNI 03-1744-1989.

Pada konstruksi perkerasan kaku, fungsi tanah dasar tidak terlalu menentukan, artinya
perubahan besarnya daya dukung tanah dasar tidak berpengaruh terlalu besar pada nilai
konstruksi (tebal) perkerasan kaku.
2. Perkerasan Kaku/Beton Semen
(Rigid Pavement)
B. PONDASI BAWAH

Bahan pondasi bawah dapat berupa :


 Bahan berbutir
 Stabilisasi atau dengan beton kurus giling padat (Lean Rolled Concrete)
 Campuran beton kurus (Lean-Mix Concrete)
2. Perkerasan Kaku/Beton Semen
(Rigid Pavement)
C. BETON SEMEN
Kekuatan beton harus dinyatakan dalam nilai kuat tarik lentur (flexural strength) umur 28 hari,
didapatkan dari hasil pengujian balok dengan pembebanan tiga titik (ASTM C-78) yang besarnya
sekitar 3-5 Mpa (30-50 kg/cm²).

Kuat tarik lentur beton yang diperkuat dengan bahan serat penguat seperti serat baja, aramit atau
serat karbon, harus mencapai kuat tarik lentur 5-5,5 Mpa (50-55 kg/cm²). Kekuatan rencana harus
dinyatakan dengan kuat tarik lentur karakteristik yang dibulatkan hingga 0,25 Mpa (2,5 kg/cm²)
terdekat.
2. Perkerasan Komposit
(Composit Pavement)
Merupakan jenis perkerasan kombinasi antara
perkerasan rigid dan diatasnya dilapisi dengan
perkerasan lentur dimana kedua perkerasn
tersebut bersama – sama dalam memikul
beban lalu lintas. Lapisan di atasnya
menggunakan perkerasan lentur. Pada struktur
ini, perkerasan kaku berupa pelat beton
digunakan sebagai lapisan pondasi, sedangkan
untuk lapisan pondasi bawah disesuaikan sesuai
dengan struktur lapisan perkerasan lentur
02
GAMBAR KONSTRUKSI
JEMBATAN
Elemen struktur jembatan secara umum dapat dibagi menjadi dua, yaitu :

1. Elemen Substruktur (bagian bawah)

Bagian ini menyalurkan beban dari superstruktur ke telapak dan pondasi. Elemen ini
termasuk struktur pendukung vertical bagian tengah (pier atau bent) dan abutment.

2. Elemen Superstruktur (bagian atas)


Struktur Jembatan
STRUKTUR ATAS
adalah bagian jembatan yang menerima beban langsung baik dari lalu lintas
kendaraan, beban pejalan kaki, dan bahkan beban mati untuk selanjutnya di salurkan ke
struktur bawah jembatan.
 Trotoar, sebagai tempat berjalan bagi para pejalan kaki yang melewati jembatan agar
tidak mengganggu lalu lintas kendaraan.
 Slab Lantai Kendaraan, sebagai lewatan dan penahan beban kendaraan ketika lalu lintas
sedang berjalan.
 Gelagar (Girder), berfungsi mendukung semua beban yang bekerja pada lantai jembatan.
Gelagar induk atau memanjang merupakan komponen jembatan yang letaknya
melintang arah jembatan atau tegak lurus arah aliran sungai. Sedangkan, gelagar
melintang merupakan komponen jembatan yang letaknya melintang arah jembatan.
STRUKTUR ATAS

 Balok diafragma, mengakukan Girder satu dengan lainnya dari pengaruh gaya beban
melintang
 Ikatan pengaku, memberi kekakuan pada jembatan dan meneruskan beban akibat angin
kepada portal akhir
 Andas (sendi), yaitu sendi yang diletakkan dibawah jembatan sebagai tumpuan beban
dari bentangan jembatan. Berfungsi menerima gaya-gaya dari konstruksi bangunan atas.
 Tumpuan/ Karet Jembatan (Bearing), sebagai alat peredam benturan antara jembatan
dengan pondasi utama.
STRUKTUR BAWAH
Memikul beban –  beban pada struktur atas dan juga beban pada struktur bawah itu
sendiri untuk disalurkan ke pondasi. Yang selanjutnya beban - beban tersebut oleh pondasi
disalurkan ke tanah dasar.
 Pangkal jembatan (Abutment), untuk mendukung bangunan atas dan juga sebagai
dinding penahan tanah.
 Pilar jembatan (Pier), mentransfer gaya beban jembatan ke pondasi. Sesuai dengan
standar yang ada, panjang bentang rangka baja, sehingga apabila bentang sungai
melebihi panjang maksimum jembatan tersebut maka dibutuhkan pilar. 
 Drainase,  untuk mengalirkan air hujan secepat mungkin ke luar dari jembatan sehingga
tidak terjadi genangan air dalam waktu yang lama.
 Pondasi, untuk meneruskan beban-beban di atasnya ke tanah dasar.
JENIS KONSTRUKSI JEMBATAN
A.BEAM BRIDGE

 Beam bridge atau jembatan grider


 Terdiri dari balok-balok jalan memanjang secara horizontal yang ditumpu oleh balok-
balok batu vertikal di bagian bawahnya
JENIS KONSTRUKSI JEMBATAN
B. TRUSS BRIDGE

 Desain truss biasanya perpaduan dari berbagai bentuk segitiga yang dapat
menciptakan kedua struktur menjadi sangat kaku.
 Fungsi truss ini tidak lain untuk mentransfer beban dari satu titik ke daerah yang jauh
lebih luas sehingga beban tidak tertumpu di satu titik.
JENIS KONSTRUKSI JEMBATAN
C. SUSPENSION BRIDGE

 Jembatan gantung
 Terdiri dari menara dan rangkaian tali yang menjadi sebuah sistem dalam
mengurangi tegangan dan kompresi pada jembatan.
 Membutuhkan minimal dua menara atau tiang untuk menahan beban.
JENIS KONSTRUKSI JEMBATAN
D. CANTILEVER BRIDGE

 Terbagi ke dalam tiga ruas yang masing-masing memiliki fungsi untuk menahan
tegangan dan kompresi yang diterima pada jembatan

Anda mungkin juga menyukai