GAMBAR
KONSTRUKSI JALAN
DAN JEMBATAN
1. Perencanaan tebal setiap lapisan perkerasan ditentukan sesuai kekuatan lapisan tanah dasar, jenis
lapisan perkerasan, beban lalu lintas, dan keadaan lingkungan.
2. Susunan campuran tertentu berdasarkan analisa campuran bahan sesuai ketersediaan bahan dan
mutu yang sudah direncanakan memenuhi spesifikasi standar jenis lapisan yang ditentukan.
Pada konstruksi perkerasan kaku, fungsi tanah dasar tidak terlalu menentukan, artinya
perubahan besarnya daya dukung tanah dasar tidak berpengaruh terlalu besar pada nilai
konstruksi (tebal) perkerasan kaku.
2. Perkerasan Kaku/Beton Semen
(Rigid Pavement)
B. PONDASI BAWAH
Kuat tarik lentur beton yang diperkuat dengan bahan serat penguat seperti serat baja, aramit atau
serat karbon, harus mencapai kuat tarik lentur 5-5,5 Mpa (50-55 kg/cm²). Kekuatan rencana harus
dinyatakan dengan kuat tarik lentur karakteristik yang dibulatkan hingga 0,25 Mpa (2,5 kg/cm²)
terdekat.
2. Perkerasan Komposit
(Composit Pavement)
Merupakan jenis perkerasan kombinasi antara
perkerasan rigid dan diatasnya dilapisi dengan
perkerasan lentur dimana kedua perkerasn
tersebut bersama – sama dalam memikul
beban lalu lintas. Lapisan di atasnya
menggunakan perkerasan lentur. Pada struktur
ini, perkerasan kaku berupa pelat beton
digunakan sebagai lapisan pondasi, sedangkan
untuk lapisan pondasi bawah disesuaikan sesuai
dengan struktur lapisan perkerasan lentur
02
GAMBAR KONSTRUKSI
JEMBATAN
Elemen struktur jembatan secara umum dapat dibagi menjadi dua, yaitu :
Bagian ini menyalurkan beban dari superstruktur ke telapak dan pondasi. Elemen ini
termasuk struktur pendukung vertical bagian tengah (pier atau bent) dan abutment.
Balok diafragma, mengakukan Girder satu dengan lainnya dari pengaruh gaya beban
melintang
Ikatan pengaku, memberi kekakuan pada jembatan dan meneruskan beban akibat angin
kepada portal akhir
Andas (sendi), yaitu sendi yang diletakkan dibawah jembatan sebagai tumpuan beban
dari bentangan jembatan. Berfungsi menerima gaya-gaya dari konstruksi bangunan atas.
Tumpuan/ Karet Jembatan (Bearing), sebagai alat peredam benturan antara jembatan
dengan pondasi utama.
STRUKTUR BAWAH
Memikul beban – beban pada struktur atas dan juga beban pada struktur bawah itu
sendiri untuk disalurkan ke pondasi. Yang selanjutnya beban - beban tersebut oleh pondasi
disalurkan ke tanah dasar.
Pangkal jembatan (Abutment), untuk mendukung bangunan atas dan juga sebagai
dinding penahan tanah.
Pilar jembatan (Pier), mentransfer gaya beban jembatan ke pondasi. Sesuai dengan
standar yang ada, panjang bentang rangka baja, sehingga apabila bentang sungai
melebihi panjang maksimum jembatan tersebut maka dibutuhkan pilar.
Drainase, untuk mengalirkan air hujan secepat mungkin ke luar dari jembatan sehingga
tidak terjadi genangan air dalam waktu yang lama.
Pondasi, untuk meneruskan beban-beban di atasnya ke tanah dasar.
JENIS KONSTRUKSI JEMBATAN
A.BEAM BRIDGE
Desain truss biasanya perpaduan dari berbagai bentuk segitiga yang dapat
menciptakan kedua struktur menjadi sangat kaku.
Fungsi truss ini tidak lain untuk mentransfer beban dari satu titik ke daerah yang jauh
lebih luas sehingga beban tidak tertumpu di satu titik.
JENIS KONSTRUKSI JEMBATAN
C. SUSPENSION BRIDGE
Jembatan gantung
Terdiri dari menara dan rangkaian tali yang menjadi sebuah sistem dalam
mengurangi tegangan dan kompresi pada jembatan.
Membutuhkan minimal dua menara atau tiang untuk menahan beban.
JENIS KONSTRUKSI JEMBATAN
D. CANTILEVER BRIDGE
Terbagi ke dalam tiga ruas yang masing-masing memiliki fungsi untuk menahan
tegangan dan kompresi yang diterima pada jembatan