KAJIAN PUSTAKA
satu dapat berkomunikasi dengan stasiun yang lain. Jalan juga dapat
Perencanaan Teknik Jalan Raya” pada halaman 208 dan 209 menguraikan:
Perkerasan jalan adalah konstruksi yang dibangun di atas lapisan tanah dasar
pada lapisan permukaan dan atau lapisan pondasi atas atau ATB (asphalt
treated base). Nilai modulus elastisitas untuk konstruksi aspal umunya sekitar
9
10
4.000 Mpa, suatu angka yang cukup kecil yang menyebabkan konstruksi aspal
bersifat memikul dan menyebabkan beban lalu lintas pada tanah dasar. Suatu
struktur perkerasan lentur biasanya terdiri atas beberapa lapisan bahan, di mana
setiap lapisan akan menerima beban dari lapisan diatasnya, meneruskan dan
menggunakan bahan jenis agregat pada bagian pondasi bawah dan pondasi, serta
aspal untuk lapisan permukaannya. Sifat dari jenis perkerasan ini adalah
perkerasan kaku adalah menggunakan bahan beton sebagai pendukung beban lalu
11
lintas. Jika dilewati oleh kendaraan akan terasa kaku dan kurang nyaman jika
Pada sistem lentur ini, beban roda kendaraan akan ditahan oleh material
yang berlapis-lapis, dari atas sampai ke tanah dasar. Lapisan yang dekat dengan
permukaan adalah merupakan jenis yang paling kuat, yakni memiliki modulus
elastisitas yang tertinggi dengan sudut penyebaran beban roda yang paling besar.
sehingga sudut penyebaran beban roda juga semakin kecil. Lapisan yang paling
bawah dari sistem perkerasan lentur adalah tanah dasar, yang merupakan material
dengan sistem lentur pada dasarnya dibedakan menjadi dua jenis berdasarkan
pada kondisi exisiting jalannya. Jenis yang pertama adalah jika exisitingnya
berupa perkersan beraspal, dan jenis yang kedua adalah jika existingnya berupa
tanah dasar atau perkerasan berbutir. Pada jenis yang pertama, kekuatan sisa dari
Beam merupakan metode pengujian untuk mengetahui nilai dari perkerasan sisa.
kekuatan tanah dasar yang dihitung sebagai CBR tanah dasar (MDPJ BM,2013).
Tanah saja biasanya tidak cukup kuat dan tahan, tanpa adanya deformasi yang
berarti, terhadap beban roda berula ng. Untuk itu perlu lapis tambahan yang
terletak antara tanah dan roda, atau lapis paling atas dari badan jalan. Lapis
tambahan ini dapat dibuat dari bahan khusus yang terpilih (yang lebih baik),
perkerasan jalan,_ pada umumya diinginkan perkerasan yang murah, baik yang
bidang kontak yang kecil antara roda dan perkerasan. Ketika kendaraan bergerak,
bawah karena ketidakrataan perkerasan, beban angin, dan lain sebagainya. Hal
ini akan menimbulkan efek 'pukulan' tambahan pada permukaan jalan ketika
kendaraan berjalan.
perkerasan dan terdistribusi dengan bentuk piramid dalam arah vertikal pada
tegangan itu cukup kecil sehingga tidak akan mengakibatkan lapis tanah dasar
perkiraan angka yang tepat. Dalam kenyataannya, distribusi itu terjadi sedikit
banyak cara (metoda), antara lain : AASHTO dan The Asphalt Institute
(Indonesia).
dibedakan atas:
lapisan, yang ditentukan oleh tebal lapisan tersebut dan kekuatan tanah dasar yang
diharapkan.
Sesuai dengan namanya, perkerasan lentur ini bila diberikan beban maka
ditunjukkan pada Gambar 2.1. Penyebaran beban relatif lebih kecil pada
perkerasan lentur sehingga lapis pondasi dan lapis pondasi bawah memberi
memberikan rasa aman dan nyaman kepada pengguna jalan, maka perkerasan
1. Fungsional.
Perkerasan tersebut mampu melaksanakan fungsi yang baik bagi pengguna jalan.
mudah selip.
2. Struktural.
Perkerasan mampu memikul dan menyalurkan beban lalu lintas ke tanah dasar.
dibawahnya.
lintas.
berubah bentuk/deformasi.
Atas (Base) dan Lapis Permukaan (Surface). Struktur perkerasan aspal dapat
1. Tanah Dasar
Sifat-sifat dan daya dukung tanah dasar sangat mempengaruhi kekuatan dan
parameter tanah dasar untuk perencanaan. Modulus resilien (MR) tanah dasar
dapat ditentukan dari nilai CBR standar atau hasil tes soil index. MR dapat
Keterangan:
lentur yang terletak di atas tanah dasar dan di bawah lapis pondasi. Pada
dipadatkan, distabilisasi atau lapisan tanah yang tidak distabilisasi. Fungsi lapis
lancar.
3. Lapis Pondasi
Lapis pondasi (subbase) merupakan bagian dari struktur perkerasan lentur yang
terletak di bawah lapis permukaan. Lapis pondasi dapat dihampar di atas lapis
pondasi bawah atau dihampar langsung di atas tanah dasar. Fungsi lapis
Bahan-bahan yang digunakan untuk lapis pondasi harus memiliki kekuatan dan
4. Lapis Permukaan
lentur terdiri dari campuran agregat dan bahan pengikat (aspal) yang dihamparkan
pada lapisan paling atas dan pada umumnya terletak di atas lapis pondasi. Fungsi
b. Sebagai lapisan yang tidak tembus air untuk melindungi perkerasan jalan dari
tentang kriteria yang digunakan dalam penentuan tebal perkerasan lentur antara
lain :
Nomor 02/M.BM/2013:
19
Umur rencana perkerasan baru seperti yang ditulis di dalam Tabel 2.1.
Jenis Umur
Perkerasa Elemen Perkerasan Rencana
n
Perkerasan Lapisan aspal dan lapisan berbutir 20(
lentur t
Pondasi jalan a
Semua lapisan perkerasan untuk area yang tidak h
diijinkan sering ditinggikan akibat pelapisan u
ulang, misal : jalan perkotaan, underpass, jembatan, 40n
)
terowongan.
Cement Treated Base
Perkerasan Lapis pondasi atas, lapis pondasi bawah, lapis
Kaku beton semen, dan pondasi jalan.
Jalan Semua elemen Minimum 10
tanpa penutup
Catatan :
1. Jika dianggap sulit untuk menggunakan umur rencana diatas, maka dapat digunakan umur
rencana berbeda, namun sebelumnya harus dilakukan analisis dengan discounted whole of life cost,
dimana ditunjukkan bahwa umur rencana tersebut dapat memberikan discounted whole of life cost
terendah. Nilai bunga diambil dari nilai bunga rata-rata dari Bank Indonesia, yang dapat diperoleh dari
http://www.bi.go.id/web/en/Moneter/BI+Rate/Data+BI+Rate/.
2. Kapasitas jalan selama umur rencana harus mencukupi
Sumber : MDPJ Bina Marga,2013
keperluan desain perkerasan jalan, volume lalu lintas bisa didapatkan dari :
sama.
Tabel 2.2 Perkiraan Lalu Lintas Untuk Jalan Dengan Lalu Lintas Rendah.
lintas sebelumnya atau formulasi korelasi dengan faktor pertumbuhan lalu lintas
lain yang valid, bila tidak ada data pertumbuhan lalu lintas maka digunakan nilai
Tabel 2.3. Faktor Pertumbuhan Lalu Lintas (i) Minimum untuk Desain
...........................................................................(2.2)
Beban lalu lintas rencana pada setiap lajur tidak boleh melebihi kapasitas lajur
pada setiap tahun selama umur rencana. Kapasitas lajur berdasarkan kepada
Permen PU No.19/PRT/M/2011 tentang Persyaratan Teknis Jalan dan Kriteria
Perencanaan Teknis Jalan berkaitan Rasio Volume Kapasitas (RVK). Kapasitas
lajur maksimum berdasarkan pada MKJI. Faktor Distribusi Lajur dapat dilihat
pada Tabel 2.4.
Tabel 2.4 Faktor Distribusi Lajur (DL)
5. Faktor Regional
Kondisi lapangan mencakup permeabilitas tanah, drainase, kelandaian serta
iklim mencakup rata-rata curah hujan per tahun. Untuk melihat faktor regional
6. Reliabilitas
(W18) dan memberikan tingkat reliabilitas (R) di mana perkerasan jalan akan
lintas dan kesulitan untuk mengalihkan lalu lintas, resiko kinerja yang tidak
tingkat reliabilitas yang lebih tinggi. Tabel 2.6 menunjukkan rekomendasi tingkat
ditimbulkan oleh suatu lintasan beban kendaraan terhadap tingkat kerusakan yang
ditimbulkan oleh satu lintasan beban standar sumbu tunggal seberat 8,16 ton.
Perhitungan beban lalu lintas sangatlah penting. Beban lalu lintas dapat diperoleh
dari :
d. Apabila tidak ada data Vehicle Damage Factor (VDF), maka dapat digunakan
Pemilihan jenis perkerasan akan bervariasi sesuai perkiraan lalu lintas, umur
rencana, dan kondisi pondasi jalan. Batasan di dalam Tabel 2.8 tidak absolut.
Solusi alternatif diluar solusi desain awal berdasarkan manual ini harus didasarkan
Solusi pekerasan yang banyak dipilih yang didasarkan pada pembebanan dan
Catatan 3:
2. Ukuran Gradasi LPA nominal maksimum harus 20 mm untuk tebal lapisan 100
3. Pilih Bagan 4 untuk solusi perkerasan kaku untuk life cycle cost yang rendah.
CTB. LMC dapat digunakan sebagai pengganti CTB untuk pekerjaan di area
6. HRS tidak digunakan untuk kelandaian yang terjal atau daerah perkotaan
dengan lalu lintas melampaui 1 juta ESA. Lihat Bagan Desain 3A untuk
alternatif.
Catatan : Bagan Desain 3A hanya digunakan jika HRS atau CTB sulit untuk
1. FF1 atau FF2 harus lebih diutamakan daripada solusi F1 dan F2 atau dalam
2. FF3 akan lebih efektif biaya relatif terhadap solusi F4 pada kondisi tertentu
3. CTB dan pilihan perkerasan kaku (Bagan Desain 3) dapat lebih efektif biaya
tapi dapat menjadi tidak praktis jika sumber daya yang dibutuhkan tidak
tersedia. Solusi dari FF5-FF9 dapat lebih praktis daripada solusi Bagan Desain
3 atau 4 untuk situasi konstruksi tertentu. Contoh jika perkerasan kaku atau
CTB bisa menjadi tidak praktis : pelebaran perkerasan lentur eksisting atau
diatas tanah yang berpotensi konsolidasi atau pergerakan tidak seragam (pada
pengikat. Beton dengan tulangan atau tanpa tulangan diletakkan di atas lapis
pondasi bawah atau langsung di atas tanah dasar yang sudah disiapkan, dengan
sendiri, sedangkan kekuatan tanah dasar tidak begitu menentukan. Kekuatan plat
beton yang tinggi dapat memikul sebagian besar beban lalu lintas sehingga
pengaruh pada daya dukung tanah dasar kecil. Gambar distribusi beban pada
perkerasan kaku terdapat pada Gambar 2.3. Karena kekakuan pelat beton yang
relatif tinggi sehingga dapat menyebarkan beban pada bidang yang luas. Tegangan
yang timbul pada lapis pondasi bawah relatif kecil karena beban telah disebarkan
tinggi dari perkerasan lentur. Beban yang diterima akan disebarkan ke lapisan
dibawahnya sampai ke lapis tanah dasar. Dengan kekakuan beton yang tinggi,
29
maka beban yang disalurkan tersebut berkurang tekanannya karena makin luasnya
areal yang menampung tekanan beban sehingga mampu dipikul oleh lapisan
Dalam perkerasan kaku, tebal plat beton didesain agar mampu memikul tegangan
yang ditimbulkan oleh beban roda kendaraan, perubahan suhu dan kadar air, serta
1. Kekuatan tanah dasar yang dinyatakan dalam modulus reaksi tanah dasar (k).
2. Tebal dan jenis lapisan pondasi bawah yang salah satunya untuk
Catatan : STRT : Sumbu Tunggal Roda Tunggal, STRG: Sumbu Tunggal Roda Tunggal, STdRT:
Sumbu Tandem Roda Tunggal, STdRG: Sumbu Tandem Roda Ganda, STrRG: Sumbu Tridem
Roda Ganda
CBR desain tanah dasar < dari yg ditentukan dalam Gambar 2.4.
Metode ketiga yang diajukan yaitu daya dukung ekivalen yg menghasilkan tingkat
tegangan maksimum yang sama pada dasar pelat perkerasan kaku di atas tanah
seragam dengan kedalaman tak terbatas yg mempunyai daya dukung yang sama.
Tinggi Timbunan
untuk masuk ke
Gambar 2.6
timbunan < yang ditunjukkan Gambar 2.6. Untuk alinyemen baru, jika
Catatan :
1. Tinggi timbunan yang ditentukan dari gambar 2.5 dan 2.6 adalah nilai minimum. Level garis kontrol
harus dinaikan relatif terhadap nilai dari Gambar 2.5 atau 2.7 untuk membuat kemiringan melintang atau
super elevasi atau untuk variasi pelaksanaan.
2. Persyaratan deformasi plastis berlaku untuk pelat beton dengan sambungan. Kondisi ini tidak berlaku
bagi :
a. Beton Bertulang menerus
b. Beton pratekan pasca penegangan
c. Beton bersambungan yang diperkuat oleh micro pile atau cakar ayam
Gambar 2.8 Tinggi Minimum Dari Permukaan Akhir Sampai Batas
Deformasi Plastis Permukaan Tanah Lunak Asli Dibawah Sambungan Pelat
Sumber : MDPJ Bina Marga,2013
▪ Batas-batas ini tidak berlaku bagi perkerasan tanpa penutup aspal (unsealed).
perkerasan lentur, batas-batas ini dapat dikurangi namun harus dipenuhi pada
tahap konstruksi akhir dan umur rencana sisa. Jika ada pekerjaan overlay
yang terjadwal, batas-batas ini berlaku pada umur rencana antara overlay
38
penurunan pada semua daerah dan penurunan total dekat bangunan struktur.
▪ Penurunan total dekat bangunan struktur adalah yg paling kritis. Setiap jenis
▪ Batas - batas penurunan (settlement) bagi timbunan pada tanah lunak dalam
• PERHATIAN
– Beton bertulang hendaknya digunakan ketika salah satu dari kondisi berikut
dalam Tabel 2.16, b) tinggi timbunan yang disyaratkan pada Gambar 2.8.
kondisi-kondisi tsb di atas tidak dapat dipenuhi atau jika dinilai lebih murah.
lainnya.
– Perkerasan kaku harus ditunjang oleh micro pile atau cakar ayam jika tinggi
Tertanam
lanjut yg diperlukan.
- Timbunan pada tanah lunak harus dihampar dengan waktu > yang
(surcharging) atau dengan penggunaan drainase vertikal dng bahan strip (wick
drain). Untuk perkerasan lentur, waktunya bisa diubah dng konstruksi bertahap.
perkerasan kaku.
yang sebenarnya.
41
– Setiap faktor berikut ini sebaiknya dipenuhi untuk timbunan diatas tanah
sesuai dengan Gambar 2.6 agar dapat menahan pergerakan berlebihan dari
▪ Tinggi minimum lapisan penopang untuk menahan alur (rutting) pada tanah
Perbedaan superelevasi atau lereng melintang dari titik rendah ke garis kendali
Tabel 2.18 Bagan Desain 4 : Perkerasan Kaku untuk Jalan dengan Beban
Lalu Lintas Berat
(Ketentuan desain untuk bagan solusi : perkerasan dengan sambungan dan dowel
serta tied shoulder, dengan atau tanpa tulangan distribusi retak).
Perlu dicatat bahwa bagan di dalam Pd T-14-2003 tidak boleh digunakan untuk
kendaraan resmi yang tidak realistis dengan kondisi Indonesia. Para desainer
Tabel 2.19 Bagan Desain 4A : Perkerasan Kaku untuk Jalan dengan Beban
Lalu Lintas Rendah.
(Perkerasan beton untuk Lalu lintas rendah, jalan untuk kendaraan niaga
dengan volume sebagaimana dalam Tabel 2.19)
Gambar 2.14 Sambungan Isolasi Pada Manhole dan Lubang Masuk Saluran
Sumber : Pd T-14-2003