Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

 Latarbelakang
 Perkerasan jalan merupakan bagian jalan yang di perkerasan dengan bahan
dan lapisan tertentu yang memiliki kekuatan, kekakuan, dan ketebalan serta
kestabilan tertentu agar dapat menyalurkan beban-beban di atasnya ke lapisan tanah
dasar. Terdapat tiga jenis perkerasan jalan yaitu perkerasan kaku dengan atau tanpa
menggunakan beton bertulang, perkerasan lentur yang menggunakan aspal sebagai bahan
pengikat, dan perkerasan gabungan antara lentur dan kaku. Pada struktur jalan, lapisan
perkerasan terdiri dari lapisan permukaan (surface), lapisan pondasi (subbase atau base)
dan lapisan tanah dasar (subgrade).
Perkerasan dapat diperkuat dengan salah satunya pada lapisan fondasi jalan
(subbase atau base) untuk menambah daya dukung perkerasan tersebut. Lapis
pondasi merupakan lapisan pada sistem perkerasan yang terletak di bawah lapis
permukaan (surface) dan di atas lapis pondasi bawah (subgrade) yang berfungsi
menyebarkan tegangan dari lapis permukaan ke lapisan di bawahnya, juga sebagai
lapisan peresap air dan mengurangi ketebalan lapisan yang ada di atasnya. Lapisan
fondasi terdiri dari 3 kelas yaitu kelas A, kelas B dan kelas C, umumnya material yang
digunakan pada lapisan ini merupakan material agregat batu pecah, dalam penelitian ini
hanya di fokuskan pada lapisan fondasi atas (base course) dan kelas agregat B yaitu
persentasi berat yang lolos ayakan pada kelas agregat B. CBR (California bearing ratio)
merupakan sebuah pengujian yang dikembangkan oleh California State Highway
Departement untuk menguji daya dukung tanah atau agregat pada prinsipnya pengujian
CBR merupakan pengujian penetrasi dengan menusukkan sebuah benda ke dalam benda
uji, maka akan didapatkan nilai kekuatan tanah atau agregat yang digunakan untuk
membuat lapisan perkerasan jalan, nilai CBR dapat di uji di laboratorium dan lapangan,
salah satu alat yang digunakan untuk menguji CBR lapangan adalah DCP (dynamic cone
penetrometer), alat yang mampu menentukan nilai CBR pada lapisan base, subbase, dan
subgrade secara cepat dan praktis cukup dioperasikan oleh dua operator saja karena itu,
alat ini sangat baik sekali digunakan untuk menentukan nilai CBR pada lapisan-lapisan
jalan. Data nilai CBR akan di konversikan menjadi modulus elastisitas dengan
menggunakan hubungan CBR dan modulus elastisitas. Dalam pengujian daya dukung
pada lapisan jalan dapat pula menggunakan pengujian NDT (non-destructive testing) atau
pengujian tanpa merusak. Menurut Rosyidi (2017), pengujian NDT mampu mengukur
karakteristik bahan perkerasan melalui pengamatan prilaku defleksi dan perpindaha
partikel yang diakibatkan oleh beban statik dan dinamik. Metode NDT dalam proses
pengujiannya cepat dan tidak menimbulkan kerusakan. Salah satu pengujian NDT adalah
metode Spectral Analysis of Surface Wave (SASW) yang pada prinsipnya pengujian ini
memanfaatkan gelombang Rayleigh.
Oleh karena itu pada penelitian ini akan membandingkan modulus elastisitas
pada lapisan base menggunakan metode (dynamic cone penetrometer) DCP dan
spectral analysis of surface wave (SASW)

 Rumusan Masalah
1. Apasaja susunan lapisan perkerasan jalan
2. Sebutkan Fungsi Lapisan Perkerasan Jalan
3. Apasaja material atau bahan yang digunakan dalam perkerasan jalan
4. Sebutkan spesifikasi material lapisan perkerasan jalan
 Tujuan
1. Mengetahui Fungsi Lapisan Perkerasan Jalan
2. Mengetahui material apa saja yang digunakan dan Spesifikasi Material Lapisan
Perkerasan Jalan

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian perkerasan jalan
Perkerasan jalan adalah lapisan yang ditempatkan di atas tanah dasar untuk menopang
beban kendaraan yang melintas di atasnya. Susunan lapisan perkerasan jalan terdiri dari beberapa
lapisan yang berfungsi untuk menopang, mendistribusikan, dan menahan beban kendaraan serta
menyesuaikan dengan kondisi lingkungan.

2.2 Fungsi lapisan perkerasan jalan

1. Lapis Permukaan (LP)


Lapis permukaan adalah bagian perkerasan yang paling atas. Fungsi lapis
permukaan dapat meliputi:
A. Struktural :
Ikut mendukung dan menyebarkan beban kendaraan yang diterima oleh
perkerasan, baik beban vertikal maupun beban horizontal (gaya geser). Untuk
hal ini persyaratan yang dituntut adalah kuat, kokoh, dan stabil.
B. Non Struktural, dalam hal ini mencakup :
1) Lapis kedap air, mencegah masuknya air ke dalam lapisan perkerasan yang
ada di bawahnya.
2) Penyediaan permukaan yang tetap rata, agar kendaraan dapat berjalan dan
memperoleh kenyamanan yang cukup.
3) Membentuk permukaan yang tidak licin, sehingga tersedia koefisien gerak
( skid resistance ) yang cukup menjamin tersedianya keamanan lalu lintas.
4) Sebagai lapisan aus, yaitu lapis yang dapat aus yang selanjutnya dapat
diganti lagi dengan yang baru.

Lapis permukaan itu sendiri masih bisa dibagi lagi menjadi dua lapisan lagi, yaitu:
1) Lapis Aus ( Jalur Pakai )
Lapis aus ( wearing course ) merupakan bagian dari lapis permukaan yang
terletak di atas lapis antara ( binder course ). Fungsi dari lapis aus adalah :
a) Mengamankan perkerasan dari pengaruh air.
b) Penyediaan permukaan yang halus.
c) Penyediaan permukaan yang kesat.
2) Lapis Antara ( Binder Course )
Lapis antara ( binder course ) merupakan bagian dari lapis permukaan yang
terletak di antara lapis biston atas ( base course ) dengan lapis aus ( wearing
course ). Fungsi dari lapis antara adalah :
a)  Mengurangi tegangan.
b) Menahan beban paling tinggi akibat beban lalu lintas sehingga harus
mempunyai kekuatan yang cukup.

2. Lapis Pondasi Atas (LPA) atau Base Course


Lapis bisikan atas adalah bagian dari perkerasan yang terletak di antara lapis
permukaan dan lapis pengisi suara bawah atau dengan tanah apabila tidak
menggunakan lapis pengisi suara bawah. Fungsi lapis ini adalah :
A. Lapis pendukung bagi lapis permukaan.
B. Pemikul beban horizontal dan vertikal.
C. Lapis perkerasan bagi nyanyian bawah.

3. Lapis Pondasi Bawah (LPB) atau Subbase Course


Lapis Pondasi Bawah adalah bagian perkerasan yang terletak di antara lapis
bisikan dan tanah dasar. Fungsi lapis ini adalah :
A. Penyebar beban roda.
B. Lapis peresapan.
C. Lapis pencegah masuknya tanah dasar ke lapis bisikan.
D. Lapis pertama pada pembuatan perkerasan.
4. Tanah Dasar (TD) atau Subgrade
Tanah dasar ( subgrade ) adalah permukaan tanah semula, permukaan tanah
galian atau permukaan tanah timbunan yang dipadatkan dan merupakan
permukaan tanah dasar untuk perletakan bagian-bagian perkerasan lainnya.

2.3 Susunan Lapisan perkerasan jalan


A. Komponen Perkerasan jalan terdiri atas:
1. Tanah Dasar (sub grade)
Tanah Dasar adalah permukaan tanah semula atau permukaan galian atau permukaan tanah
timbunan, yang dipadatkan dan merupakan permukaan dasar untuk perletakan bagian-bagian
perkerasan lainnya.
Kekuatan dan keawetan konstruksi perkerasan jalan sangat tergantung dari sifat- sifat dan daya
dukung tanah dasar. Umumnya persoalan yang menyangkut tanah dasar adalah sebagai
berikut:

a. Perubahan bentuk tetap (deformasi permanen) dari macam tanah tertentu akibat beban
lalu lintas.
b. Sifat mengembang dan menyusut dari tanah tertentu akibat perubahan kadar air.
c. Daya dukung tanah yang tidak merata dan sukar ditentukan secara pasti pada daerah
dengan macam tanah yang sangat berbeda sifat dan kedudukannya, atau akibat
pelaksanaan.

2. Lapis Pondasi Bawah (sub base course)


Lapis Pondasi Bawah adalah bagian perkerasan yang terletak antara lapis pondasi dan tanah
dasar.
Fungsi lapis pondasi bawah antara lain:

a. Sebagai bagian dari konstruksi perkerasan untuk mendukung dan menyebarkan beban
roda.
b. Mencapai efisiensi penggunaan material yang relatif murah agar lapisan-lapisan
selebihnya dapat dikurangi tebalnya (penghematan biaya konstruksi).
c. Untuk mencegah tanah dasar masuk ke dalam lapis pondasi.
d. Sebagai lapis pertama agar pelaksanaan dapat berjalan lancar.

Hal ini sehubungan dengan terlalu lemahnya daya dukung tanah dasar terhadap roda-roda alat-
alat besar atau karena kondisi lapangan yang memaksa harus segera menutup tanah dasar dari
pengaruh cuaca.
Bermacam-macam tipe tanah setempat (CBR > 20%, PI < 10%) yang relatif lebih baik dari
tanah dasar dapat digunakan sebagai bahan pondasi bawah. Campuran-campuran tanah
setempat dengan kapur atau semen portland dalam beberapa hal sangat dianjurkan, agar
dapat bantuan yang efektif terhadap kestabilan konstruksi perkerasan.
3. Lapis Pondasi (base course)
Lapis Pondasi adalah bagian perkerasan yang terletak antara lapis permukaan dengan lapis
pondasi bawah (atau dengan tanah dasar bila tidak menggunakan lapis pondasi bawah).
Fungsi lapis pondasi antara lain:

a. Sebagai bagian perkerasan yang menahan beban roda,


b. Sebagai perletakan terhadap lapis permukaan.

Bahan-bahan untuk lapis pondasi umumnya harus cukup kuat dan awet sehingga dapat
menahan beban-beban roda. Sebelum menentukan suatu bahan untuk digunakan sebagai
bahan pondasi, hendaknya dilakukan penyelidikan dan pertimbangan sebaik-baiknya
sehubungan dengan persyaratan teknik.
Bermacam-macam bahan alam / bahan setempat (CBR > 50%, PI < 4%) dapat digunakan
sebagai bahan lapis pondasi, antara lain : batu pecah, kerikil pecah dan stabilisasi tanah
dengan semen atau kapur.
4. Lapis Permukaan (surface course)
Lapis Permukaan adalah bagian perkerasan yang paling atas. Fungsi lapis permukaan antara
lain:

a. Sebagai bahan perkerasan untuk menahan beban roda


b. Sebagai lapisan rapat air untuk melindungi badan jalan kerusakan akibat cuaca.
c. Sebagai lapisan aus (wearing course).

Bahan untuk lapis permukaan umumnya adalah sama dengan bahan untuk lapis pondasi,
dengan persyaratan yang lebih tinggi. Penggunaan bahan aspal diperlukan agar lapisan dapat
bersifat kedap air, disamping itu bahan aspal sendiri memberikan bantuan tegangan tarik, yang
berarti mempertinggi daya dukung lapisan terhadap beban roda lalu lintas.
Pemilihan bahan untuk lapis permukaan perlu dipertimbangkan kegunaan, umur rencana serta
pentahapan konstruksi, agar dicapai manfaat yang sebesar-besarnya dari biaya yang
dikeluarkan.

B. Jenis-jenis Lapis Permukaan (surface course)


Jenis lapis permukaan terdapat bermacam-macam yaitu:
a. Lapis Aspal Beton (LASTON)
Lapis Aspal Beton (LASTON) adalah merupakan suatu lapisan pada konstruksi jalan yang terdiri
dari agregat kasar, agregat halus, filler dan aspal keras, yang dicampur, dihampar dan
dipadatkan dalam keadaan panas pada suhu tertentu.
b. Lapis Penetrasi Makadam (LAPEN)
Lapis Penetrasi Macadam (LAPEN) adalah merupakan suatu lapis perkerasan yang terdiri dari
agregat pokok dengan agregat pengunci bergradasi terbuka dan seragam yang diikat oleh aspal
keras dengan cara disemprotkan diatasnya dan dipadatkan lapis demi lapis dan apabila akan
digunakan sebagai lapis permukaan perlu diberi laburan aspal dengan batu penutup.
c. Lapis Asbuton Campuran Dingin (LASBUTAG)
Lapis Asbuton Campuran Dingin (LASBUTAG) adalah campuran yang terdiri dari agregat kasar,
agregat halus, asbuton, bahan peremaja dan filler (bila diperlukan) yang dicampur, dihampar
dan dipadatkan secara dingin.
d. Hot Rolled Asphalt (HRA)
Hot Rolled Asphalt (HRA) merupakan lapis penutup yang terdiri dari campuran antara agregat
bergradasi timpang, filler dan aspal keras dengan perbandingan tertentu, yang dicampur dan
dipadatkan dalam keadaan panas pada suhu tertentu.
e. Laburan Aspal (BURAS)
Laburan Aspal (BURAS) adalah merupakan lapis penutup terdiri dengan ukuran butir maksimum
dari lapisan aspal taburan pasir 9,6 mm atau 3/8 inch.
f. Laburan Batu Satu Lapis (BURTU)
Laburan Batu Satu Lapis (BURTU) adalah merupakan lapis penutup yang terdiri dari lapisan
aspal yang ditaburi dengan satu lapis agregat bergradasi seragam. Tebal maksimum 20 mm.
g. Laburan Batu Dua Lapis
Laburan Batu Dua Lapis (BURDA) adalah merupakan lapis penutup yang terdiri dari lapisan
aspal ditaburi agregat yang dikerjakan dua kali secara berurutan. Tebal maksimum 35 mm.
h. Lapis Aspal Beton Pondasi Atas (LASTON ATAS)
Lapis Aspal Beton Pondasi Atas (LASTON ATAS) adalah merupakan pondasi perkerasan yang
terdiri dari campuran agregat dan aspal dengan perbandingan tertentu, dicampur dan
dipadatkan dalam keadaan panas.
i. Lapis Aspal Beton Pondasi Bawah (LASTON BAWAH)
Lapis Aspal Beton Pondasi Bawah (LASTON BAWAH) adalah pada umumnya merupakan lapis
perkerasan yang terletak antara lapis pondasi dan tanah dasar jalan yang terdiri dari campuran
agregat dan aspal dengan perbandingan tertentu dicampur dan dipadatkan pada temperatur
tertentu.

j. Lapis Tipis Aspal Beton


Lapis Tipis Aspal Beton (LATASTON) adalah merupakan lapis penutup yang terdiri dari
campuran antara agregat bergradasi timpang, filler dan aspal keras dengan perbandingan
tertentu yang dicampur dan dipadatkan dalam keadaan panas pada suhu tertentu. Tebal padat
antara 25 sampai 30 mm.
k. Lapis Tipis Aspal Pasir (LATASIR)
Lapis Tipis Aspal Pasir (LATASIR) adalah merupakan lapis penutup yang terdiri dari campuran
pasir dan aspal keras yang dicampur, dihampar dan dipadatkan dalam keadaan panas pada
suhu tertentu.
l. Aspal Makadam
Aspal Makadam adalah merupakan lapis perkerasan yang terdiri dari agregat pokok dan/atau
agregat pengunci bergradasi terbuka atau seragam yang dicampur dengan aspal cair, diperam
dan dipadatkan secara dingin.
Bagian perkerasan jalan umumnya meliputi: lapis pondasi bawah (sub base course), lapis
pondasi (base course), dan lapis permukaan (surface course).

2.4 Spesifikasi material perkerasan jalan


Lapisan tanah dasar
Lapisan tanah dasar (bedrock) terdiri dari batuan padat yang terletak di bawah lapisan tanah dan
bahan organik. Spesifikasi dari lapisan tanah dasar dapat bervariasi tergantung pada jenis batuan
yang terdapat di daerah tersebut.

Secara umum, lapisan tanah dasar terdiri dari beberapa karakteristik fisik seperti:

1. Ketebalan: Ketebalan lapisan batuan dapat bervariasi dari beberapa meter hingga beberapa
kilometer, tergantung pada kondisi geologi setempat.
2. Kepadatan: Batuan pada lapisan tanah dasar memiliki kepadatan yang tinggi, karena bahan
tersebut terdiri dari padatan yang tidak terkompresi dan tidak memiliki celah udara atau ruang
kosong.
3. Porositas: Meskipun lapisan tanah dasar memiliki kepadatan yang tinggi, beberapa jenis batuan
dapat memiliki porositas yang signifikan, yang memungkinkan udara dan gas melewati batuan.
4. Kekerasan: Batuan pada lapisan tanah dasar memiliki kekerasan yang tinggi, karena bahan
tersebut terdiri dari mineral yang padat dan keras.
5. Kehomogenan: Lapisan tanah dasar dapat memiliki kehomogenan yang bervariasi, tergantung
pada jenis batuan dan proses geologi yang membentuknya.

Spesifikasi lapisan tanah dasar sangat penting dalam berbagai bidang, seperti konstruksi
bangunan, pertambangan, dan geologi. Pemahaman yang baik tentang karakteristik fisik lapisan
tanah dasar dapat membantu dalam menentukan kekuatan dan stabilitas struktur bangunan,
menemukan sumber daya mineral dan energi, dan mempelajari sejarah geologi dan lingkungan di
daerah tersebut.
Subbase course
Lapisan perkerasan jalan subbase course merupakan salah satu dari beberapa lapisan yang
membentuk struktur perkerasan jalan. Spesifikasi lapisan subbase course pada umumnya
meliputi:

1. Bahan: Bahan yang umumnya digunakan untuk lapisan subbase course adalah agregat kasar
seperti kerikil atau batu pecah dengan ukuran butir yang bervariasi tergantung pada spesifikasi
teknis yang ditetapkan.
2. Ketebalan: Ketebalan lapisan subbase tentunya bervariasi tergantung pada kondisi lokasi,
volume lalu lintas, dan beban kendaraan yang diperkirakan. Biasanya, ketebalan lapisan subbase
course berkisar antara 10 hingga 30 cm.
3. Kepadatan: Lapisan subbase course harus memiliki kepadatan yang cukup tinggi untuk
mendukung lapisan perkerasan di atasnya. Kepadatan yang umumnya diterapkan berkisar antara
95% hingga 100% dari kepadatan maksimum yang dicapai oleh bahan yang digunakan.
4. Kekuatan: Lapisan subbase course harus memiliki kekuatan yang cukup untuk menahan beban
kendaraan yang melewati jalan. Kekuatan yang umumnya diterapkan berkisar antara 150 hingga
300 kN/m2.
5. Kemampuan drainase: Lapisan subbase course harus memiliki kemampuan drainase yang baik
untuk mengalirkan air hujan dan menjaga stabilitas struktur perkerasan jalan. Agregat yang
digunakan harus memiliki porositas yang cukup dan ditempatkan dengan spesifikasi dan
kemiringan yang sesuai.

Spesifikasi lapisan subbase course sangat penting dalam mendukung stabilitas dan keamanan
jalan. Lapisan ini bertindak sebagai penahan beban dan penyeimbang perkerasan jalan sehingga
harus diterapkan dengan ketat sesuai spesifikasi teknis yang ditetapkan.

Lapisan fondasi atas (base course)


Lapisan perkerasan jalan base course adalah lapisan yang terletak di antara subbase course dan
lapisan perkerasan jalan utama, dan berfungsi untuk menopang beban lalu lintas serta
mendistribusikannya secara merata ke lapisan di bawahnya. Berikut adalah spesifikasi umum
untuk lapisan perkerasan jalan base course:

1. Ketebalan: Biasanya berkisar antara 10 - 30 cm untuk jalan raya.


2. Bahan: Material yang digunakan sebagai base course haruslah bahan yang kuat, tahan terhadap
deformasi, dan stabil. Beberapa jenis bahan yang dapat digunakan sebagai base course adalah
batu pecah, agregat, beton, atau campuran dari bahan-bahan tersebut.
3. Kekuatan: Memiliki daya dukung dan kekuatan yang tinggi untuk menopang lapisan perkerasan
jalan di atasnya.
4. Kepadatan: Memiliki kepadatan yang cukup tinggi, sekitar 95% dari kepadatan maksimum
terekam.
5. Kehalusan: Permukaan yang relatif kasar agar dapat menahan beban dan mencegah pergeseran
lapisan atasnya.
6. Dimensi kestabilan: Tidak berubah-ubah dimensinya akibat beban lalu lintas, perubahan cuaca,
dan deformasi.
7. Drainase: Dapat mengalirkan udara dengan baik agar tidak terjadi genangan air di atasnya.

Spesifikasi ini dapat berbeda-beda tergantung pada kondisi dan kebutuhan lokal. Penting untuk
memilih bahan yang sesuai dan memastikan konstruksi lapisan base course dilakukan dengan
benar agar jalan yang dibangun dapat bertahan lama dan dapat digunakan dengan aman dan
nyaman.

Lapisan permukaan (surface course)


Lapisan perkerasan jalan surface course adalah lapisan paling atas pada jalan raya yang berfungsi
sebagai penghalus permukaan dan memberikan kenyamanan bagi pengguna jalan. Berikut adalah
spesifikasi umum untuk lapisan perkerasan jalan surface course:

1. Ketebalan: Biasanya berkisar antara 3 - 5 cm untuk jalan raya.


2. Bahan: Biasanya terbuat dari campuran aspal dan agregat kasar untuk memberikan kehalusan
pada permukaan jalan.
3. Kepadatan: Memiliki kepadatan yang cukup tinggi, sekitar 95% dari kepadatan maksimum
terekam, untuk menopang beban lalu lintas yang lebih ringan dibandingkan dengan lapisan di
bawahnya.
4. Kehalusan: Permukaan yang halus dan rata agar kendaraan dapat melaju dengan nyaman.
5. Ketahanan terhadap cuaca: Tahan terhadap perubahan suhu, hujan, dan pengaruh sinar UV.
6. Dimensi kestabilan: Tidak berubah-ubah dimensinya akibat beban lalu lintas, perubahan cuaca,
dan deformasi.
7. Drainase: Dapat mengalirkan udara dengan baik agar tidak terjadi genangan air di atasnya.
8. Kekuatan: Memiliki daya dukung dan kekuatan yang cukup untuk menopang beban lalu lintas
yang lebih ringan dibandingkan dengan lapisan di bawahnya.

Spesifikasi ini dapat berbeda-beda tergantung pada kondisi dan kebutuhan lokal. Hal ini
diperhatikan harus dengan baik untuk memastikan jalan yang dibangun dapat bertahan lama dan
dapat digunakan dengan aman dan nyaman.

BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Kesimpulannya, lapisan perkerasan jalan sangat penting dalam memastikan kualitas jalan
yang aman dan nyaman untuk digunakan oleh pengguna jalan. Oleh karena itu, pemilihan jenis
lapisan perkerasan jalan harus disesuaikan dengan karakteristik lalu lintas dan kondisi
lingkungan setempat. Selain itu, perawatan dan pengawasan terhadap kondisi lapisan perkerasan
jalan secara rutin juga diperlukan untuk memperpanjang umur pakai dan menghindari kerusakan
yang lebih besar di kemudian hari.

3.2 SARAN

Anda mungkin juga menyukai