Anda di halaman 1dari 52

Standarisasi SNI & SII

Untuk Pekerjaan Struktur


Jalan dan Jembatan
Struktur Jalan
Pendahuluan
Perkerasan jalan terbagi menjadi
dua bagian, yaitu :
1. Perkerasan Kaku (Rigid
Pavement)
2. Perkerasan Lentur (Flexible
Pavement)
MODEL- MODEL LAPISAN - Surface
PERKERASAN JALAN - base
- subgrade

- Surface
Flexible Pavement - base
(Perkerasan Lentur) - subbase
- subgrade

- Surface
- base
PAVEMENT - subbase
- Improved
(Perkerasan) subgrade

- Plat beton
- subgrade
Rigid Pavement
(Perkerasan Kaku)
- Plat beton
- subbase
- subgrade
1. Perkerasan Kaku (Rigid Pavement)
Acuan Normatif Perencanaan Perkerasan
Jalan Beton Semen
Istilah dan Definisi




Struktur dan Jenis Perkerasan Beton Semen
Perkerasan beton semen dibedakan 4
jenis, yaitu:
1. Perkerasan beton semen bersambung
tanpa tulangan
2. Perkerasan beton semen bersambung
dengan tulangan
3. Perkerasan beton semen menerus
dengan tulangan
4. Perkerasan beton semen pra-tegang
Lapisan Perkerasan Kaku

Lapisan perkerasan beton


(rigid pavement)

Lapisan pondasi (base)

Lapisan tanah dasar


Lapis pondasi bawah pada perkerasan beton
semen adalah bukan bagian utama yang memikul
beban, tetapi bagian yang berfungsi sebagai
berikut :
• mengendalikan pengaruh kembang susut
tanah dasar
• mencegah intrusi dan pemompaan pada
sambungan, retakan dan tepi pelat
• memberikan dukungan yang mantap dan
seragam pada pelat
• sebagai perkerasan lantai kerja selama
pelaksanaan
Bila diperlukan tingkat kenyamanan yang
tinggi, permukaan perkerasan beton semen dapat
dilapisi dengan lapis campuran beraspal setebal 5
cm.
Persyaratan Teknis
 Tanah Dasar
Daya dukung tanah dasar ditentukan dengan pengujian
CBR insitu (SNI 03-17-1989). Apabila tanah dasar
mempunyai nilai CBR < 2%, maka harus dipasang
pondasi bawah yang terbuat dari beton kurus (lean-mix
concrete) setebal 15 cm yang dianggap mempunyai nilai
CBR tanah dasar efektif 5%.
 Pondasi Bawah
Bahan pondasi bawah dapat berupa :
• Bahan berbutir
• Stabilisasi atau dengan beton kurus giling padat (lean
rolled concrete)
• Campuran beton kurus
Lapis pondasi bawah perlu diperlebar sampai 60 cm
diluar tepi perkerasan beton semen. Tebal lapisan
pondasi minimum 10 cm.
Jenis-jenis pondasi bawah, antara lain :
• pondasi bawah material berbutir
• pondasi bawah dengan bahan pengikat (bound
sub-base)
• pondasi bawah dengan campuran beton kurus
(lean-mix concrete)
• lapis pemecah ikatan pondasi bawah dan pelat
 Beton Semen
Kekuatan beton harus dinyatakan dalam nilai
kuat tarik lentur umur 28 hari,secara tipikal
besarnya 3-5 MPa (30-50 kg/cm²) serta harus
mencapai kuat tarik lentur sebesar 5-5,5 MPa (50-
55 kg/cm²). Kekuatan rencana harus dinyatakan
dengan kuat tarik lentur karakteristik yang
dibulatkan hingga 0,25 MPa (2,5 kg/cm²) terdekat.
 Sambungan
Sambungan pada perkerasan beton semen
ditujukan untuk :
• Membatasi tegangan dan pengendalian retak
yang disebabkan oleh penyusutan, pengaruh
lenting dan beban lalu lintas
• Memudahkan pelaksanaan
• Mengakomodasi gerakan pelat
Pada perkerasan beton semen terdapat beberapa
sambungan, yaitu :
• Sambungan memanjang
• Sambungan melintang
• Sambungan isolasi
Semua sambungan harus ditutup dengan bahan
penutup (joint sealer), kecuali sambungan isolasi
terlebih dahulu harus diberi bahan pengisi (joint
filler).
 Karakteristik Perkerasan Kaku
Bersifat kaku karena yang digunakan sebagai perkerasan dari beton.
Digunakan pada jalan yang mempunyai lalu lintas dan beban muatan
tinggi.
Kekuatan beton sebagai dasar perhitungan tebal perkerasan.
Usia rencana bisa lebih 20 tahun.
2. Perkerasan Lentur (Flexible
Pavement)
 Karakteristik Perkerasan Lentur
 Bersifatelastis jika menerima beban, sehingga dapat
memberi kenyamanan bagi pengguna jalan.
 Seluruh lapisan ikut menanggung beban.
 Penyebaran tegangan kelapisan tanah dasar
sedemikian sehingga tidak merusak lapisan tanah
dasar.
 Pada umumnya menggunakan bagan pengikat aspal.
 Usia rencana maksimum 20 tahun.
Lapisan Perkerasan Lentur

lapisan permukaan (surface course)

lapisan pondasi atas (base course)

lapisan pondasi bawah (subbase)

lapisan tanah dasar (subgrade)


Lapisan Permukaan (Surface
Course)
Lapisan perkerasan yang terletak paling atas yang
langsung bersentuhan dengan beban lalu lintas.
Fungsi lapisan permukaan adalah :
 Sebagai bahan perkerasan yang berfungsi
menahan beban roda.
 Lapisan yang kedap air, sehingga air yang jatuh
diatasnya tidak meresap kelapisan dibawahnya
dan melemahkan lapisan-lapisan tersebut
 Lapisan aus yang langsung menderita gesekan
akibat rem kendaraan sehingga mudah menjadi
aus.
 Lapisan yang menyebarkan beban kelapisan
bawah, sehingga dapat dipikul oleh lapisan lain.
Jenis lapisan permukaan yang umum
digunakan di Indonesia adalah:
 Lapis Tipis Aspal Beton (Lataston) atau Hot Roll Sheet
(HRS).
◦ Merupakan lapis penutup yang terdiri dari campuran antara
agregat bergradasi timpang, mineral pengisi (filler) dan aspal
keras dengan perbandingan tertentu, yang dicampur dan
dipadatkan dalam keadaan panas.
 Lapis Aspal Beton (Laston)
◦ Laston (AC) merupakan suatu lapisan pada konstruksi jalan yang
terdiri dari campuran aspal keras dan agregat yang mempunyai
agregat yang mempunyai gradasi menerus, dicampur,
dihamparkan dan dipadatkan pada suhu tertentu.
 Asphalt Treated Base (ATB)
◦ Merupakan formulasi untuk meningkatkan keawetan dan
ketahanan kelelehan. Material lapisan ini hampir sama dengan
campuran dari Laston.
 Penetrasi Macadam (Lapen)
◦ Merupakan lapis perkerasan yang terdiri dari agregat
pengunci bergradsi terbuka dan seragam yang diikat oleh
Lapisan Pondasi Atas (Base
Course)
Bagian lapisan perkerasan jalan yang
terletak antara lapis permukaan dan lapis
pondasi bawah.
Fungsi lapisan pondasi atas adalah :
Bagian perkerasan yang menahan gaya
lintang dari beban roda dalam
menyebarkan beban kelapisan
bawahnya.
Lapisan peresapan untuk lapisan pondasi
bawah.
Bantalan terhadap lapisan permukaan.
Material Lapisan Pondasi Atas

Material yang digunakan untuk lapisan pondasi


atas umumnya harus kuat dan awet, mempunyai
nilai CBR minimum 50% dan indeks Plastisitas (PI)
 4%.
Syarat lapisan pondasi atas :
Mutu bahan harus sebaik mungkin dimana tidak
mengandung kotoran lumpur, bersisi tajam dan
kaku.
Susunan gradasi harus merupakan susunan yang
rapat, artinya butiran batuan harus mempunyai
susunan gradasi yang saling mengisi antara
butiran agregat kasar, agregat sedang dan
agregat halus sehingga rongga semakin kecil.
Lanjutan…
Jenis lapisan pondasi atas yang
sering digunakan di Indonesia :
 Batu pecah kelas A, B atau kelas C.
• Tanah / lempung kepasiran.
 Lapis aspal beton (AC / ATB).
 Stabilitas agregat dengan semen /
kapur / aspal.
 Penetrasi Macadam (Lapen).
Lapisan Pondasi Bawah (Sub
Base)
Bagian lapisan perkerasan antara lapisan pondasi
atas dan tanah dasar.
Fungsi lapisan pondasi bawah adalah :
Bagian dari konstruksi perkerasan yang
menyebarkan beban roda ketanah dasar.
Effisiensi penggunaan material. Material pondasi
bawah relatif murah dibandingkan dengan lapisan
diatasnya.
Mengurangi tebal lapisan diatasnya yang lebih
mahal.
Lapis peresapan, agar air tanah tidak berkumpul
dipondasi.
Lapis pertama, agar pekerjaan dapat berjalan lancar.
Material Lapisan Pondasi Bawah
Material yang digunakan untuk lapisan
pondasi bawah umumnya harus nilai CBR
minimum 20% dan indeks Plastisitas (PI) 
10%.
Jenis lapisan pondasi bawah yang umum
digunakan di Indonesia adalah :
 Pasir dan batu (Sirtu) kelas A, B atau kelas C.
 Tanah/ Lempung kepasiran.
 Lapis aspal beton (Laston).
 Stabilitas agregat dengan semen / kapur.
 Stabilitas tanah dengan semen / kapur.
Lapisan Tanah Dasar (Sub
Grade)
Permukaan tanah asli/ permukaan galian atau
permukaan tanah timbunan yang dipadatkan dan
merupakan bagian lapisan paling bawah dari lapisan
perkerasan. Rata-rata persyaratan CBR yang di kehendaki
dalam perencanaan perkerasan >3%.
Fungsi lapisan tanah dasar adalah :
 Sebagai bahan perkerasan yang berfungsi menahan
beban roda.
 Lapisan yang kedap air, sehingga air yang jatuh
diatasnya tidak meresap kelapisan dibawahnya dan
melemahkan lapisan-lapisan tersebut
 Lapisan aus yang langsung menderita gesekan akibat
rem kendaraan sehingga mudah menjadi aus.
 Lapisan yang menyebarkan beban kelapisan bawah ,
sehingga dapat dipikul oleh lapisan lain.
Persoalan yang menyangkut Tanah
Dasar
Perubahan bentuk tetap
(deformasi permanen) dari
macam tanah tertentu akibat
beban lalu lintas.
Sifat pengembangan dan
penyusutan dari tanah tertentu
akibat perubahan kadar air.
Daya dukung tanah yang tidak
merata.
Lendutan selama dan sesudah
Kriteria Perkerasan Lentur
 Persyaratan Struktural
Ketebalan yang cukup sehingga mampu
menyebarkan beban / muatan lalu lintas
ketanah dasar
Kedap terhadap air, sehingga air tidak
mudah meresap kelapisan dibawahnya.
Permukaan mudah mengalirkan air,
sehingga air hujan yang jatuh diatasnya
dapat dengan cepat dialirkan.
Konstruksi harus cukup kuat, mampu
memikul beban lalu lintas sehingga tidak
mudah hancur.
 Persyaratan Fungsional
Permukaan yang rata , tidak bergelombang,
dan tidak melendut.
Permukaan tidak mengkilap, tidak silau jika
kena sinar matahari atau lampu
Permukaan cukup kesat, memberikan gesekan
yang baik antara ban dan permukaan, sehingga
tidak mudah slip.
Konstruksi Jalan yang memenuhi
Syarat
1. Perencanaan tebal masing-masing lapisan perkerasan
Dengan memperhatikan daya dukung tanah dasar, beban
lalu lintas yang dipikul, keadaan lingkungan, jenis lapisan
yang dipilih, dapatlah ditentukan tebal masing-masing
lapisan berdasarkan cara-cara perhitungan yang ada.
2. Analisa campuran bahan
Dengan memperhatikan mutu dan jumlah bahan
setempat yang tersedia, direncanakan suatu susunan
campuran tertentu sehingga terpenuhi spesifikasi dari
jenis lapisan yang dipilih.
3. Pengawasan pelaksanaaan pekerjaan
Perencanaan tebal perkerasan yang baik, susunan
campuran yang memenuhi syarat belumlah dapat
menjamin dihasilkannya lapisan perkerasan yang
memenuhi apa yang diinginkan.
Struktur Jembatan
Acuan Normatif Perencanaan
Struktur Beton
Istilah dan Definisi
 Adukan Beton
Campuran antara agregat halus dan semen
portland atau jenis semen hidraulik yang lain dan
air.
 Agreagat
Material granular misalnya pasir, kerikil, batu
pecah dan kerak tungku pijar.
 Agregat Halus
Pasir alam sebagai hasil desintegrasi alami
batuan atau pasir yang dihasilkan oleh industri
pemecah batu dan mempunyai ukuran butir
terbesar 5,0 mm.
 Agregat Kasar
Kerikil sebagai hasil desintegrasi alami batuan
 Agregat Ringan
Agregat yang dalam keadaan kering dan gembur
mempunyai massa jenis 1100 kg/m³ atau kurang.
 Bahan Tambahan

Suatu bahan berupa bubuk atau cair, yang


ditambahkan ke dalam campuran beton selama
pengadukan dalam jumlah tertentu untuk merubah
beberapa sifatnya.
 Beton
Campuran antara semen portlan atau semen
hidraulik yang lain, agregat halus, agregat kasar dan
air, dengan atau tanpa bahan tambahan yang
membentuk massa padat.
 Beton Bertulang

Beton yang diberi baja tulangan dengan luas dan


jumlah yang tidak kurang ari nilai minimum yang
disyaratkan dengan atau tanpa prategang.
 Beton Normal
Beton yang mempunyai massa jenis 2200 –
2500 kg/m³ dan dibuat dengan menggunakan
agreagat alam yang dipecah atau tanpa dipecah.
 Beton Pracetak
Elemen atau komponen beton tanpa atau
dengan tulangan yang dicetak terlebih dahulu
sebelum dirakit menjadi jembatan.
 Beton Prategang
Beton bertulang yang diberi tegangan dalam
untuk mengurangi tegangan tarik potensial dalam
beton akibat beban kerja.
 Beton Polos
Beton tanpa tulangan atau mempunyai
tulangan tetapi kurang dari ketentuan minimum.
 Beton Ringan Pasir
Beton ringan yang semua agregat halusnya
merupakan pasir normal.
 Beton Ringan Struktur
Beton yang mengandung agregat ringan dan
mempunyai massa jenis tidak lebih dari 1900
kg/m³.
 Beton Ringan Total
Beton ringan yang agregat halusnya bukan
merupakan pasir alami.
 Kuat Tekan Beton yang disyaratkan f’c
Kuat tekan beton yang ditetapkan oleh
perencana struktur (benda uji berbentuk silinder
diameter 150 mm dan tinggi 300 mm), untuk
dipakai dalam perencanaan struktur beton,
dinyatakan dalam satuan mega paskal (MPa).
 Sengkang
Tulangan yang digunakan untuk menahan
tegangan geser dan torsi dalam suatu komponen
struktur, terbuat dari batang tulangan, kawat baja
atau jaring kawat baja alas polos atau ulir,
berbentuk kaki tunggal atau dibengkokkan dalam
bentuk L, U atau persegi dan dipasang tegak lurus
atau membentuk sudut, terhadap tulangan
longitudinal, dipakai pada komponen struktur
lentur balok.
 Tendon
Elemen baja misalnya kawat baja, kabel batang,
kawat untai atau suatu bundel atau berkas dari
elemen-elemen tersebut yang, digunakan untuk
memberi gaya prategang pada beton.
Syarat Umum Perencanaan Struktur
Beton
 Umur Rencana Jembatan
Pada umumnya disyaratkan 50 tahun, namun
untuk jembatan penting dan/atau berbentang
panjang, atau yang bersifat khusus, disyaratkan
umur rencana 100 tahun.
 Dasar Umum Perencanaan
Perencanaan harus berdasarkan pada suatu
prosedur yang memberikan jaminan keamanan pada
tingkat yang wajar, berupa kemungkinan yang dapat
diterima untuk mencapai suatu keadaan batas
selama umur rencana jembatan.
 Metode Perencanaan Khusus
Ketentuan untuk perencanaan struktur
khusus yang antara lain mencakup jenis
jembatan sebagai berikut :
a. Jembatan dengan tipe gelagar boks (box
girder)
b. Jembatan gelagar boks segmental
pracetak
c. Jembatan gelagar boks segmental dengan
cara pelaksanaan kantilever
d. Jembatan kabel (cable stayed)
e. Jembatan gelagar pelengkung (arch
bridge)
Sifat dan Karakteristik
Material
Kuat tekan beton apabila tidak disebutkan lain dalam
spesifikasi teknik, kuat tekan harus diartikan sebagai
kuat tekan beton pada umur 28 hari, f’c dengan
berdasarkan suatu kriteria perancangan dan
keberhasilan sebagai berikut :
 Ditetapkan berdasarkan prosedur probabilitas statistik
dari hasil pengujian tekan pada sekelompok benda uji
silinder dengan diameter 150 mm, tinggi 300mm,
dinyatakan dalam MPa dengan kegagalan sebesar 5%.
 Syarat perawatan beton harus sesuai dengan
spssifikasi yang ditentukan.
 Tingkat keberhasilan dalam pelaksanaan berdasarkan
hasil pengujian pada benda uji silinder.
Kuat tekan beton disyaratkan untuk tidak lebih rendah
dari 30 Mpa.
Acuan Normatif Standar Pilar dan
Kepala Jembatan Beton Sederhana
Istilah dan Definisi
 Bangunan Atas Jembatan
Bagian dari konstruksi jembatan yang
berfungsi sebagai pemikul langsung beban
lalu lintas.
 Bangunan Bawah Jembatan
Bagian dari konstruksi jembatan yang
berfungsi sebagai pemikul dari beban
bangunan atas yang selanjutnya diteruskan
kepada fondasi.
 Fondasi Tiang Pancang
Tiang-tiang fondasi yang dimasukkan
kedalam tanah dengan cara ditumbuk atau
ditekan dan berfungsi sebagai pemikul
Kepala Jembatan Sederhana
Konstruksi beton bertulang
menumpu di atas fondasi tiang
pancang dan terletak menjorok ke
arah darat yang berfungsi sebagai
pemikul ujung bentangan tepi
bangunan atas jembatan.
Pilar Jembatan Sederhana
Konstruksi beton bertulang
menumpu di atas fondasi tiang-tiang
pancang dan terletak di tengah
sungai atau yang lain yang berfungsi
sebagai pemikul antara bentang tepi
Persyaratan Bahan
 Persyaratan Beton
a) Bangunan kepala dan pilar jembatan
sederhana disyaratkan dari beton dengan nilai
kuat tekan minimum fc’ = 25 MPa, berdasarkan
uji tekan silinder pada umur 28 hari.
b) Komposisi campuran komponen bahan beton
ditentukan berdasarkan percobaan campuran
(mix design) dengan menggunakan komponen
bahan yang akan digunakan.
c) Pekerjaan beton dilaksanakan berdasarkan
ketentuan yang berlaku yaitu Buku Spesifikasi
3 Divisi 7 yang diterbitkan oleh Departemen
Pekerjaan Umum.
 Persyaratan Baja Tuluangan
a) Baja tulangan yang digunakan adalah baja
tulangan dengan mutu BJTD 39 (kuat tarik
leleh minimal 390 N/mm2) untuk tulangan
dengan diameter sama dengan atau diatas
13 mm dan mutu BJTP 24 (kuat tarik leleh
minimal 240 N/mm2) untuk tulangan
dengan diameter lebih kecil dari 13 mm.
b) Diameter, panjang dan jumlah tulangan
kepala pilar dan kepala jembatan dapat
dilihat pada lampiran.
c) Pekerjaan baja tulangan, hendaknya
dilaksanakan berdasarkan ketentuan yang
berlaku.
Reaksi Perletakan & Jumlah Tiang
Pancang

Reaksi perletakan pada pilar (satu


bentang jembatan) diambil dari gelagar
balok T. Untuk memperjelas
nomenklatur gelagar dapat dilihat pada
Gambar berikut :
Gambar Standar Pekerjaan Jembatan

 Jembatan Pelat Beton


Berongga
 Jembatan Pelat
 Jembatan Girder
Indonesia

Anda mungkin juga menyukai