Anda di halaman 1dari 8

1.

Jenis perkerasan jalan beserta lapisan teknis masing- masing

- Jenis Konstruksi Perkerasan Lentur atau Flexible Pavement

Jenis perkerasan jalan raya ini menggunakan aspal sebagai bahan pengikatnya.
Aspal merupakan material semen yang berwarna hitam, memiliki tekstur padat
atau setengah padat. Unsur pokok yang menonjol di dalam aspal disebut
bitumen. Bitumen bisa terjadi secara alami atau bisa juga dihasilkan dari
penyulingan minyak.

Dalam penggunaannya, aspal dipanaskan terlebih dahulu sampai pada


temperatur tertentu hingga aspal menjadi cair. Dalam keadaan cair, aspal bisa
membungkus partikel agregat dan dapat masuk ke pori-pori lapisan jalan. Saat
temperaturnya sudah mulai turun, aspal akan menjadi keras lalu mengikat
agregat di tempatnya

- Jenis Konstruksi Perkerasan Kaku atau Rigid Pavement

Pada jenis perkerasan jalan raya ini, bahan pengikat yang digunakan adalah
semen portland atau PC. Di Indonesia, jalan raya dengan jenis konstruksi
perkerasan kaku ini lebih populer dengan sebutan jalan beton. Pada konstruksi
ini, lapisan atas adalah pelat beton yang diposisikan di atas tanah dasar atau
pondasi. Adapun sifat lapisan utama yang berupa plat beton adalah memikul
sebagian besar beban lalu lintas di atasnya. Jika terjadi pengulangan beban,
maka akibatnya akan timbul retak-retak di permukaan jalan.

- Jenis Konstruksi Komposit atau Composite Pavement

Jenis konstruksi perkerasan jalan raya ini memadukan antara jenis konstruksi
perkerasan kaku dan jenis konstruksi perkerasan lentur. Konstruksi perkerasan
lentur diposisikan di atas konstruksi perkerasan kaku atau bisa juga sebaliknya.

Nah, itulah jenis-jenis perkerasan jalan raya yang digunakan pada jalan-jalan
raya. Penentuan jenis perkerasan jalan raya yang akan digunakan dalam proses
pembuatan jalan tentunya disesuaikan dengan beban yang akan ditanggung oleh
jalan tersebut. Pemilihan jenis perkerasan jalan raya yang sesuai dengan
bebannya tentu akan membuat jalan raya menjadi lebih awet dan tahan lama
2. Tiga jenis bahan lapisan perkerasan Lentur

- Tanah Dasar (sub grade)


Tanah Dasar adalah permukaan tanah semula atau permukaan galian atau permukaan
tanah timbunan, yang dipadatkan dan merupakan permukaan dasar untuk perletakan
bagian- bagian perkerasan lainnya.
Kekuatan dan keawetan konstruksi perkerasan jalan sangat tergantung dari sifat- sifat dan
daya dukung tanah dasar. Umumnya persoalan yang menyangkut tanah dasar adalah
sebagai berikut:
a. Perubahan bentuk tetap (deformasi permanen) dari macam tanah tertentu akibat
beban lalu lintas.
b. Sifat mengembang dan menyusut dari tanah tertentu akibat perubahan kadar air.
c. Daya dukung tanah yang tidak merata dan sukar ditentukan secara pasti pada daerah
dengan macam tanah yang sangat berbeda sifat dan kedudukannya, atau akibat
pelaksanaan.
- Lapis Pondasi Bawah (sub base course)
Lapis Pondasi Bawah adalah bagian perkerasan yang terletak antara lapis pondasi dan
tanah dasar.
Fungsi lapis pondasi bawah antara lain:
a. Sebagai bagian dari konstruksi perkerasan untuk mendukung dan menyebarkan
beban roda.
b. Mencapai efisiensi penggunaan material yang relatif murah agar lapisan-lapisan
selebihnya dapat dikurangi tebalnya (penghematan biaya konstruksi).
c. Untuk mencegah tanah dasar masuk ke dalam lapis pondasi.
d. Sebagai lapis pertama agar pelaksanaan dapat berjalan lancar.
Hal ini sehubungan dengan terlalu lemahnya daya dukung tanah dasar terhadap roda-roda
alat-alat besar atau karena kondisi lapangan yang memaksa harus segera menutup tanah
dasar dari pengaruh cuaca.
Bermacam-macam tipe tanah setempat (CBR > 20%, PI < 10%) yang relatif lebih baik
dari tanah dasar dapat digunakan sebagai bahan pondasi bawah. Campuran-campuran
tanah setempat dengan kapur atau semen portland dalam beberapa hal sangat dianjurkan,
agar dapat bantuan yang efektif terhadap kestabilan konstruksi perkerasan.
- Lapis Pondasi (base course)
Lapis Pondasi adalah bagian perkerasan yang terletak antara lapis permukaan dengan
lapis pondasi bawah (atau dengan tanah dasar bila tidak menggunakan lapis pondasi
bawah).
Fungsi lapis pondasi antara lain:
a. Sebagai bagian perkerasan yang menahan beban roda,
b. Sebagai perletakan terhadap lapis permukaan.Bahan-bahan untuk lapis pondasi
umumnya harus cukup kuat dan awet sehingga dapat menahan beban-beban roda.

3. Jika ada pekerjaan perkerasan lentur pada tanah dengan daya dukung renda maka yang
harus dilakukan adalah

Membuat lapisan fondasi bawah yang dapat mengurangi dan mencegah rusaknya
tanah denga daya dukung rendah.

Sebagai bagian dari konstruksi perkerasan untuk mendukung dan menyebarkan


beban roda.
Mencapai efisiensi penggunaan material yang relatif murah agar lapisan-lapisan
selebihnya dapat dikurangi tebalnya (penghematan biaya konstruksi).
Untuk mencegah tanah dasar masuk ke dalam lapis pondasi.
Sebagai lapis pertama agar pelaksanaan dapat berjalan lancar.
Hal ini sehubungan dengan terlalu lemahnya daya dukung tanah dasar terhadap
roda-roda alat-alat besar atau karena kondisi lapangan yang memaksa harus
segera menutup tanah dasar dari pengaruh cuaca.

Bermacam-macam tipe tanah setempat (CBR > 20%, PI < 10%) yang relatif lebih
baik dari tanah dasar dapat digunakan sebagai bahan pondasi bawah. Campuran-
campuran tanah setempat dengan kapur atau semen portland dalam beberapa hal
sangat dianjurkan, agar dapat bantuan yang efektif terhadap kestabilan konstruksi
perkerasan.

4. Tack out dan prime cout


- Tack out
Gambar pelaksanaan lapis perekat (tack coat) menggunakan asphalt
distributor
Lapis perekat (tack coat) merupakan lapisan aspal cair yang diletakkan di
atas lapisan beraspal atau lapis beton semen sebelum lapis berikutnya
dihampar. Lapis perekat berfungsi untuk memberikan daya ikat antara
lapis lama dengan baru

Bahan lapis perekat terdiri dari aspal emulsi yang cepat menyerap atau
asapal keras pen 80/100 atau pen 60/70 yang dicairkan dengan 25 sampai
30 bagian minyak tanah per 100 bagian aspal. Pemakaiannya berkisar
antar 0,15 liter/m2 sampai 0,50 liter /m2. Lebih tipis dibandingkan dengan
pemakaian lapis resap pengikat.

- Prime cout

Gambar pelaksanaan lapis resap pengikat (prime coat) menggunakan


asphalt distributor

Lapis resap pengikat atau yang disebut juga dengan prime coat
merupakan lapisan ikat aspal cair yang diletakkan di atas lapis pondasi
agregat Klas A. Lapis resap pengikat biasanya dibuat dari aspal dengan
penetrasi 80/100 atau penetrasi 60/70 yang dicairkan dengan minyak
tanah. Volume yang digunakan berkisar antara 0,4 sampai dengan 1,3
liter/ m2 untuk lapis pondasi agregat kelas A dan 0,2 sampai 1 liter/m2
untuk pondasi tanah semen. Setelah pengeringan selama 4 sampai 6
jam, bahan pengikat harus telah meresap kedalam lapis pondasi. lapis
resap pengikat yang berlebih dapat mengakibatkan pelelehan
(bleeding) dan dapat menyebabkan timbulnya bidang geser. Oleh
karena itu, untuk daerah yang berlebih ditabur dengan pasir halus dan
dibiarkan agar pasir tersebut diselimuti aspal.
5. Jenis teknologi pada proses pencampuran aspal

Peralatan produksi campuran beraspal panas (AMP) ada 2 (dua) tipe yaitu
Tipe takaran atau tipe Batch dan Tipe drum/menerus atau tipe continues
Pada tipe Batch, pencampuran bahan-bahannya terjadi tiap kali membuat
Batch atau campuran dan dilaksanakan didalam komponen mixer atau
pugmill. Sedang pada tipe drum (menerus), maka proses pencampurannya
terjadi terus menerus dan dilaksanakan didalam drum dryer atau didalam
pugmill. Pada proses pencampuran didalam drum dryer biasa di sebut tipe
drum mix.

6. Faktor- factor yang mempengaruhi Durabilitas

Kandungan semen
Semakin banyak bahan material semen yang akan Anda gunakan, maka akan
dihasilkan konstruksi beton bertulang yang kuat dan baik.
Penggunaan semen berbanding lurus dengan kekuatan konstruksi beton.

Kandungan Air
Semakin banyak air yang Anda gunakan, maka konstruksi beton yang dihasilkan
semakin jelek. Walaupun di dalam pengerjaan konstruksi beton ringan, jika air
yang digunakan banyak, konstruksi beton semakin mudah dikerjakan dan
pekerjaan menjadi lebih ringan. Kuncinya gunakan air sesedikit mungkin, hanya
agar campuran konstruksi beton bisa
dikerjakan (bisa diangkut, dicor, dipadatkan dan di-finishing).

Campuran Air dan Bahan Material Semen atau Fakor Air Semen
(FAS)

semakin tinggi perbandingan campuran air dan bahan material semen


maka konstruksi beton malah semakin jelek. Untuk meningkatkan mutu
konstruksi beton rumah harus mengurangi perbandingan air dan bahan
material semen.
Faktor air dan bahan material semen adalah perbandingan antara berat
air dibandingkan dengan berat bahan material semen. Jika air kita
simbolkan dengan W, dan bahan material semen kita simbolkan dengan
C
maka rumusnya adalah FAS= W / C, dimana berat jenis air adalah 1
kg/liter, dan berat jenis bahan material semen adalah 3150 kg/m3
(disyaratkan American Standard Testing and Material).

Agregat (Pasir dan koral)

Campuran yang terlalu banyak pasir walapun akan menjadikan beton


halus akan tetapi kekuatannya sedikit berkurang, jika dibandingkan
dengan campuran yang normal. Kekuatan beton akan semakin menurun
jika ketika pencampuran menggunakan molen terlalu lama. Sebaliknya
jika beton terdiri dari koral yang banyak, konstruksi beton akan menjadi
kasar akan tetapi kekuatannya mejadi lebih baik jika dibandingkan dengan
beton yang menggunakan pasirnya lebih banyak.

7. Jenis -jenis peerkerasan kaku kekurangan dan kelebihan

Perkerasan Kaku

Perkerasan jalan beton semen atau secara awam dianggap


perkerasan kaku, terdiri atas plat (slab) beton semen menjadi lapis pondasi
dan lapis pondasi bawah (bisa juga tidak terdapat) di atas tanah dasar. pada
konstruksi perkerasan kaku, plat beton acapkali diklaim menjadi lapis
pondasi sebab dimungkinkan masih adanya lapisan aspal beton di atasnya
yg berfungsi sebagai lapis permukaan.
Perkerasan beton yg kaku serta mempunyai modulus elastisitas
yang tinggi, akan mendistribusikan beban ke bidang tanah dasra yg cukup
luas sehingga bagian terbesar asal kapasitas struktur perkerasan diperoleh
asal plat beton sendiri. Hal ini berbeda dengan perkerasan lentur dimana
kekuatan perkerasan diperoleh berasal tebal lapis pondasi bawah, lapis
pondasi dan lapis permukaan.
karena yg paling penting adalah mengetahui kapasitas struktur yg
menanggung beban, maka faktor yang paling diperhatikan pada
perencanaan tebal perkerasan beton semen artinya kekuatan beton itu
sendiri. Adanya beragam kekuatan asal tanah dasar serta atau pondasi
hanya berpengaruh mungil terhadap kapasitas struktural perkerasannya.

Lapisan perkerasan kaku umumnya terdiri dari dua lapisan utama, yaitu :
 Lapisan permukaan (surface course)
 Lapisan pondasi (base course)
Kelebihan Perkerasan Kaku

 Lebih kuat dan awet, sehingga umur lebih panjang


 Biaya pemeliharaan lebih rendah, karena pemeliharaan yang
minim
 Distribusi beban yang lebih luas
 Dampak terhadap lingkungannya lebih rendah

Kekurangan Perkerasan Kaku

 Biaya awal dan biaya perbaikan konstruksi yang relatif tinggi


 Membutuhkan waktu sampai campuran cukup kuat untuk bisa
dilalui
 Tidak nyaman untuk dilalui kendaraan
 Bisa menyebabkan silau karena pantulan cahaya matahari

8. Perbedaan aspal keras dan aspal cair

 Aspal keras/panas (Asphalt cemen)

Aspal yang digunakan dalam keadaan panas dan cair, pada suhu ruang berbentuk
padat
*) Aspal keras pada suhu ruang (250 – 300 C) berbentuk padat
*) Aspal keras dibedakan berdasarkan nilai penetrasi (tingkat kekerasannya)
*) Aspal keras yang biasa digunakan :
- AC Pen 40/50, yaitu aspal keras dgn penetrasi antara 40 – 50
- AC pen 60/70, yaitu aspal keras dgn penetrasi antara 60 – 79
- AC pen 80/100, yaitu aspal keras dengan penetrasi antara 80 – 100
- AC pen 200/300, yaitu aspal keras dengan penetrasi antara 200-300
*) Aspal dengan penetrasi rendah digunakan di daerah bercuaca panas, volume
lalu lintas tinggi.
*) Aspal dengan penetrasi tinggi digunakan untuk daerah bercuaca dingin, lalu
lintas rendah.
*) Di Indonesia umumnya digunakan aspal penetrasi 60/70 dan 80/100.

 Aspal dingin

Aspal yang digunakan dalam keadaan dingin dan cair, pada suhu ruang berbentuk
cair
*) Aspal cair merupakan campuran aspal keras dengan bahan pencair dari hasil
penyulingan minyak bumi
*) Pada suhu ruang berbentuk cair
9. Bentuk agregat yang bagaimana yang memberikan interlocking besar

Agregat bentuk pecah akan memiliki gaya gesek dalam


(internalfriction ) yang tinggi dan saling mengunci ( interlocking )
sehingga akan menambah kestabilan konstruksi lapis keras. Guna
menghasilkan stabilitas yang tinggi diisyaratkan bahwa agregat tertahan
saringan No.4 mempunyai paling sedikit satu bidang pecah (Kerb and
Walker, 1971 f 6, p 248]). Agregat bentuk pecah, yang semaksimal
mungkin harus mendekati bentuk kubus merupakan hasil mesin pemecah
batu ( Stone Crusher ) yang mempunyai bidang kontak yang luas,
berbentuk bidang rata `sehingga interlocking/ saling mengunci akan lebih
besar. Dengan demikian kestabilan yang diperoleh lebih besar dan lebih
tahan terhadap deformasi yang timbul. Agiegat berbentuk pecah ini paling
baik untuk digunakan sebagai bahan konstruksi perkerasan jalan Butir
yang berbentuk bulat kurang dapat saling mengunci dikarenakan bidang
singgungnya berupa titik. Sedangkan agregat berbentuk pipih atau gepeng
akan mudah patah oleh pemadatan dan butir yang lebih halus akan sukar
untuk didorong ke bawah butir besar yang terletak pada sisi panjang butir
tersebut.

10. Tujuan menggunakan metode marshall pada perkerasan lentur

Metode Marshall (SNI 06-2849-1991) telah lazim digunakan di Indonesia


untuk menguji kualitas dan kekuatan campuran aspal melalui nilai stabilitas
bahan. Dalam pengujian Marshall dipersyaratkan pembuatan sampel campuran
aspal baik yang dibuat di laboratorium uji sesuai dengan rencana campuran atau
job mix formulation (JMF) dan yang diperoleh dari konstruksi perkerasan
terpasang melalui core drill.

Dalam prakteknya, setiap satu sampel Marshall hanya dapat menghasilkan


satu angka stabilitas saja, dengan demikian pengujian ini memerlukan jumlah
sampel yang lebih banyak untuk memperoleh nilai KAO (Kadar Aspal Optimum)
dan untuk mengevaluasi perilaku bahan yang reliable

Anda mungkin juga menyukai