Anda di halaman 1dari 37

METODE PELAKSANAAN KONSTRUKSI

PEMBANGUNAN WATER INTAKE PLTU KUPANG

Pada pekerjaan pembangunan Water Intake pada PLTU Kupang tahapan pelaksanaan pekerjaan
yang akan dilaksanakan terdiri dari :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Pembersihan Permukaan Tanah / Pematangan Lahan;


Pekerjaan Sheet Pile
Galian Tanah
Pembuatan Lantai Kerja (Workshop Floor)
Pekerjaan Pembesian
Pekerjaan Formwork dan Falsework
Pekerjaan Pengecoran
Urugan / Timbunan Tanah
Pekerjaan Pelengkap

Tahapan pelaksanakan pekerjaan pembangunan water intake PLTU Kupang akan diuraikan
sebagai berikut:
1. Pembersihan Permukaan Tanah / Pematangan Lahan
Pada suatu proyek sebelum dimulai dengan kegiatan penggalian tanah, harus dibuat gambar
kontur dari tanah asli, agar pekerjaan potong dan timbunan tanah (cut & fill) dapat
diperhitungkan. Sebelum pelaksanaan pekerjaan tanah pada lokasi bangunan PLTU dan
fasilitas untuk bangunan, perlu adanya pembersihan / land clearing / clearing and grubbing.
Pembersihan ini ada beberapa kemungkinan dalam pelaksanaannya, tergantung pada tipe
tanamannya, dan tujuan dari pembersihan. Peralatan untuk pembersihan ini yang paling baik
adalah dengan buldoser. Untuk pohon besar buldoser dapat menggali tanah sekeliling pohon,
dengan memotong sebagian akarnya, kemudian ditumbangkan. Tetapi sekarang dengan
memodifikasi buldoser sehingga dapat lebih cepat cara kerjanya. Blade dari buldoser
dimodifikasi sehingga lebih cocok untuk menumbangkan pohon-pohon besar, pembersihan
area proyek, mendongkel tanggul batu dan lain-lain. Beberapa cara memodifikasi diantaranya
adalah :
- Blades dari buldoser diganti dengan bentuk yang dapat membelah belah pohon-pohon
yang besar dengan cara menusuknya dengan besi yang kuat, sehingga mudah untuk
menumbangkannya. Juga dengan alat ini akar-akar yang horisontal dapat dibelah-

belahnya sehingga mudah menumbangkannya. Ada juga dengan memasangkan blade


-

dengan bentuk V, di sebut sebagai V-blade. Alat ini disebut tractor-mounted buldoser.
Blades dari buldoser diganti dengan bentuk seperti garpu / penggaruk (rake). Dengan
bentuk semacam garpu ini dapat untuk pembersihan dengan mengumpulan batangbatang pohon, batuan dan lain-lain tetapi tanah tidak ikut terbawa.

Gambar 1 Salah satu jenis dari buldoser

Gambar 2 v blade, yang dipasang di depan buldoser pengganti blade, untuk pembersihan
2. Pekerjaan Sheet Pile
Sheet pile atau turap adalah dinding vertikal relatif tipis yang berfungsi kecuali untuk menahan
tanah juga berfungsi untuk menahan air ke dalam lubang galian. Karena pemasangan yang

mudah dan biaya pelaksanaan yang relatif murah, turap banyak digunakan pada pekerjaanpekerjaan seperti :
- penahan tebing galian sementara
- bangunan-bangunan di pelabuhan
- dinding penahan tanah
- bendungan elak, dll.
Dinding turap tidak cocok untuk menahan tanah timbunan yang sangat tinggi karena akan
memerlukan luas tampang bahan turap yang besar. Selain itu, dinding turap juga tidak cocok
digunakan pada tanah yang mengandung banyak batuan-batuan, karena menyulitkan
pemancangan.
1) Tipe Sheet Pile
Tipe Turap dibedakan menurut bahan yang digunakan. Bahan Turap tersebut bermacammacam, misalnya kayu, beton bertulang dan baja.
a.

Wood sheet piles (Turap Kayu)

Turap kayu digunakan untuk dinding penahan tanah yang tidak begitu tinggi, karena tidak
kuat menahan beban-beban lateral yang besar. Turap ini tidak cocok digunakan pada tanah
berkerikil, karena turap cenderung pecah bila dipancang. Bila turap kayu digunakan untuk
bangunan permanen yang berada di atas muka air, maka perlu diberikan lapisan pelindung agar
tidak mudah lapuk. Turap ini banyak digunakan untuk pekerjaan-pekerjaan sementara.

Gambar 3 Berbagai jenis turap kayu

b. Concrete sheet piles (Turap Beton)


Turap beton merupakan balok-balok beton yang telah dicetak sebelum dipasang dengan
bentuk tertentu. Balok-balok Turap dibuat saling mengkait satu sama lain. Masing-masing Balok,
kecuali dirancang kuat menahan beban-beban yang bekerja pada turap, juga terhadap bebanbeban yang akan bekerja pada waktu pengangkatannya. Ujung bawah turap biasanya dibentuk
meruncing untuk memudahkan pemancangannya.

Gambar 3.7 Turap beton

c. Steel Sheet Piles (Turap Baja)


Turap Baja sangat umum digunakan, karena lebih menguntungkan dan mudah
penanganannya. Keuntungan-keuntungannya antara lain :
-

Turap baja kuat menahan gaya-gaya benturan pada saat pemancangan


Bahan turap relatif tidak begitu berat.
Turap dapat digunakan berulang-ulang
Turap baja mempunyai keawetan yang tinggi
Penyambungan mudah, bila kedalaman turap besar.

Gambar 4 Berbagai jenis turap baja

2) Tipe Konstruksi Sheet Pile (Turap)


- Dinding Turap Kantilever

- Dinding Turap diangker


- Dinding Turap dengan landasan/panggung (platform)
- Bendungan elak seluler (celluler cofferdam)
a. Dinding Turap Kantilever
Dinding turap kantilever merupakan turap yang dalam menahan beban lateral
mengandalkan tahanan tanah di depan dinding. Defleksi lateral yang terjadi relatif besar pada
pemakaian turap kantilever. Karena luas tampang bahan turap yang dibutuhkan bertambah besar
dengan ketinggian tanah yang ditahan (akibat momen lentur yang timbul), turap kantilever hanya
cocok untuk menahan tanah dengan ketinggian sedang.

H = 9 meter

D = 8 meter

Gambar 5 Dinding turap kantilever

b. Dinding Turap Diangker


Dinding turap diangker cocok untuk menahan tebing galian yang dalam, tetapi masih juga
bergantung pada kondisi tanah. Dinding turap ini menahan beban lateral dengan mengandalkan
tahanan tanah pada bagian turap yang terpancang ke dalam tanah dengan dibantu oleh anker
yang dipasang pada bagian atasnya. Kedalaman Turap menembus tanah bergantung kepada
besarnya tekanan tanah. Untuk dinding turap yang tinggi, diperlukan turap baja dengan kekuatan
yang tinggi. Stabilitas dan tegangan-tegangan pada turap yang diangker bergantung pada banyak
faktor, misal kekakuan relatif bahan turap, kedalaman penetrasi turap, kemudah-mampatan tanah,
kuat geser tanah, keluluhan angker, dll.

Gambar 6 Dinding turap diangker

Ground Anchor
Metode penjangkaran tanah disebut juga dengan nama Ground Anchor. Dalam metode ini
pemboran dilakukan di dalam tanah pondasi yang baik terdiri dari lapisan berpasir, lapisan
kerikil, lapisan berbutir halus ataupun batuan yang lapuk, serta suatu bagian yang menahan gaya
tarik seperti campuran semen dengan kabel baja atau semen dengan batang baja dimasukkan ke
dalam lubang hasil pemboran tersebut, kemudian disertai suatu gaya tarik setelahnya untuk
memperkuat konstruksinya. Dalam banyak hal dipergunakan untuk melawan tekanan tanah
seperti turap ataupun tembok penahan tanah. Kadang-kadang juga dipergunakan untuk
konstruksi yang permanen tetapi pada dasarnya hanyalah dipakai untuk konstruksi sementara.
Apabila suatu dinding turap dipasang di suatu daerah di mana sedang dikerjakan penurapan
sedangkan penopang ataupun tiang-tiang antara tidak dibutuhkan maka akan diperoleh daerah
yang lebih luas di antara dinding turap, yang memungkinkan penggalian dengan alat-alat berat.
Bagian-bagian yang membentuk sistem ground anchor adalah :
1. Bond Length (fixed anchor length) adalah sebagian dari panjang anchor yang direncanakan
untuk mampu mentransfer gaya tarik yang terjadi ke tanah disekitarnya. Bond Length ini
terdiri dari :
1.

Rangkaian sekelompok strand atau prestressing bar

2.

Centralizer

3.

Spreader ring

4.

Grout tube

5.

Cement grout
2. Free Length adalah sebagian dari panjang anchor dimana anchor tersebut diikatkan sampai
ujung atas bond length. Free length ini memungkinkan pemberian gaya awal pada ground
anchor, dan juga berfungsi untuk memby-pass lapisan tanah lunak. Free length ini terdiri
atas :
1.

strand/bar yang diberi gemuk (greese)

2.

HDPE smmoth sheath yang membungkus masing-masing strand/bar

3.

Centralizer

4.

Grout tube

5.

Cement grout

6.

Inflatable packer

3. Anchor head adalah bagian dari ground anchor yang memungkinkan terjadinya tranfer gaya
dari tendon ke permukaan struktur soldier pile. Anchor head ini terdiri atas :
1. Anchor block
2. Anchor plate
3. Jaws (baji)
c. Dinding Turap dengan Landasan
Dinding turap semacam ini dalam menahan tekanan tanah lateral dibantu oleh tiang-tiang,
dimana diatas tiang-tiang tersebut dibuat landasan untuk meletakkan bangunan tertentu. Tiangtiang pendukung landasan juga berfungsi untuk mengurangi beban lateral pada turap. Dinding
turap ini dibuat bila di dekat lokasi dinding turap direncanakan akan dibangun jalan, derek atau
bangunan berat lainnya.

Gambar 7 Dinding turap dengan landasan

d. Bendungan Elak Seluler


Bendungan elak seluler (cellular cofferdam) merupakan turap yang berbentuk sel-sel yang
diisi dengan pasir. Dinding ini menahan tekanan tanah dengan mengandalkan beratnya sendiri.

Gambar 8 Bendungan elak seluler

Kondisi fisik permukaan tanah di lokasi proyek Pembangunan Water Intake pada PLTU
Kupang secara umum menunjukkan relatif tidak datar. Secara umum tanah di daerah tersebut
jenis pasir padat (Cohesionless), kedalaman tanah keras (N-SPT >50) berada pada kedalaman di
sekitar permukaan, ini diketahui dari hasil penyelidikan tanah (soil investigation) yang telah
dilakukan di sekitar lokasi proyek Pembangunan Water Intake pada PLTU Kupang.
Dengan pertimbangan kondisi tersebut, maka dapat digunakan steel sheet pile sebagai
konstruksi dinding penahan tanah pada proyek Pembangunan Water Intake pada PLTU Kupang.
Dinding penahan tanah adalah struktur yang didesain dan dibangun untuk menahan gerakan
tanah arah lateral (horizontal) yang dapat menimbulkan bahaya kelongsoran.
Steel sheet pile (lembar tiang baja) merupakan jenis struktur yang fleksibel yang dipakai
khususnya untuk pekerjaan sementara yang berfungsi sebagai dinding penahan tanah. Tiang baja

ini sangat baik digunakan karena daya tahannya terhadap tegangan yang tinggi selama
penyorongan ke dalam tanah yang keras. Penggunaan steel sheet pile dipandang lebih praktis dan
ekonomis, sebab setelah pekerjaan tanah selesai, sheet pile dapat dicabut dan digunakan di
tempat lain. Konsep perancangan pekerjaan sheet pile dalam proyek Pembangunan Water Intake
pada PLTU Kupang ini memakai turap jenis baja yang diangkur. Turap baja dipancang dengan
cara digetarkan menggunakan alat pancang vibro.

Gambar 9 Steel sheet pile diangkur

Penggunaan ground anchor diperlukan karena dalamnya penggalian dapat


mengakibatkan roboh/patah steel sheet pile karena gaya desak yang ditimbullkan oleh tanah di
belakang steel sheet pile. Ini dilakukan karena proyek Pembangunan Water Intake pada PLTU
Kupang memiliki area galian dengan kedalaman 9 meter. Sheet pile ini berfungsi sebagai
penahan tanah sementara untuk area kerja jacking box underpass sebelum memulai ke pekerjaan
utama box underpass.
Pekerjaan steel sheet pile pada proyek Pembangunan Water Intake pada PLTU Kupang
terdiri dari pekerjaan pemancangan steel sheet pile dan pekerjaan ground anchor. Pelaksanaan
pekerjaan steel sheet pile.
a. Pemancangan
Jenis tiang baja yang dipakai menggunakan lembar tiang baja tipe FSP-III yang terdiri dari
219 buah tiang baja dengan panjang 9 m. Pemancangan dilakukan dengan menggunakan alat
vibro hammer yang digantung pada boom crane. Steel sheet pile dipancang satu per satu
seluruhnya ke dalam tanah dengan mengikuti alur sambungan steel sheet pile yang telah
dipancang lebih dulu, dengan kedalaman yang sama.

Gambar yang dijadikan pedoman dari pekerjaan ini adalah seperti gambar dibawah ini.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran.

Gambar 10 Detail steel sheet pile

a) Peralatan, Bahan, dan Tenaga Kerja


Di bawah ini terdapat tabel kebutuhan alat dan bahan untuk pekerjaan pemancangan steel
sheet pile dan tabel matrik SDM yang terlibat selama pelaksanaan.
Tabel 2 Peralatan pekerjaan pemancangan steel sheet pile

No.
1.

Nama
Vibro Hammer

Gambar

Spesifikasi
Kapasitas 90 Kw

Kapasitas 110 Kw

No.

Nama

Gambar

Spesifikasi

2.

Crane

- Sumitomo LS108RH,
Linkbelt
LS108BS
- Kapasitas 35 ton
- 2 unit

3.

Genset

- 2 unit
- Kapasitas 400
Kva

4.

Las Listrik

- Inverter Nlg
MMA-160
- Kapasitas 5 KVA
- 2 unit

No.
5.

Nama

Gambar

Spesifikasi

Cutting tos

Tabel 2 Kebutuhan bahan dalam pekerjaan pemancangan

No
.
1.

Nama

Volume

Tiang baja 9 m

219 batang

Ket.
Panjang 9 m = 219 batang

Tabel 3 SDM dalam pekerjaan pemancangan

No
1
2
a
b
c
d
f
g
h
i
k

Tugas/Jabatan
Owner
Kontraktor
Site Manager
Pelaksana
Surveyor
Pembantu Surveyor
K3
Mandor
Operator
Pekerja
Tukang las

Jumlah
1 orang
1 orang
1 orang
1 orang
2 orang
2 orang
1 orang
4 orang
5 orang
4 orang

b) Persiapan K3 (Safety)
Kesehatan, keamanan dan keselamatan kerja adalah hal yang harus diutamakan dalam
pelaksanaan proyek konstruksi, sehingga semua peralatan pendukung K3 tersebut haruslah
tersedia, seperti:
1. Safety helmet
2. Sarung tangan
3. Kacamata
4. Sepatu boots

5. Rompi
6. Rambu-rambu peringatan
c) Metode Pelaksanaan
Pelaksanaan pekerjaan pemancangan steel sheet pile di lapangan terdiri dari beberapa kegiatan
diantaranya pengukuran untuk penentuan posisi (stakeout) titik-titik pancang, pemancangan tiang
baja dengan alat vibro hammer, dan penyambungan tiang menggunakan las.
Tahapan pelaksanaan pemancangan SSP dilakukan seperti diagram alir dibawah ini.

Mulai

Data

Pengukuran/ Pematokan

Pemancangan tiang 9 m

Selesai

Gambar 11 Metode pelaksanaan pemancangan SSP

Berikut ini penjelasan dari pekerjaan pemancangan steel sheet pile pada proyek
Pembangunan Water Intake PLTU Kupang:
1. Pengukuran/ Pematokan
Dalam pengukuran penentuan posisi (stakeout) secara tepat menggunakan alat yang bernama
teodolit, sebagai kontrol saat pemancangan berlangsung. Penentuan titik-titik BM (bench mark)
yang dipakai untuk referensi posisi alat ukur berdiri disesuaikan dengan kondisi lapangan dengan
maksud memudahkan pengukuran dan sasaran tidak terhalang.

Gambar 12 Contoh Pelaksanaan pekerjaan Pematokan

2. Instalasi Steel Sheet Pile


Setelah penentuan posisi selesai dilakukan dan benang dipasang untuk menjaga kelurusan posisi
tiang, Steel sheet pile kemudian diarahkan ke posisi titik rencana dengan bantuan vibro hammer
yang digantung pada boom crane.

Gambar 13 Steel sheet pile diangkat oleh crane

Gambar 14 Steel sheet pile diarahkan pada posisi yang tepat

Steel sheet pile kemudian digetarkan menggunakan vibro hammer sampai kedalaman yang
dikehendaki. Steel sheet pile dipancang pada tempatnya untuk tahap 1 cukup pada kedalaman
agar steel sheet pile dapat berdiri sendiri dengan stabil.

Gambar 15 Pemancangan dengan alat vibro hammer

Pile-pile yang tersisa kemudian dipancang satu per satu seluruhnya ke dalam tanah
dengan mengikuti alur sambungan dengan steel sheet pile yang telah dipancang lebih dulu,
dengan kedalaman yang sama. Begitu seterusnya dengan steel sheet pile selanjutnya sampai
kedalaman 9 m.

Gambar 16 Steel sheet pile terpancang sedalam 9 m

d) Pengendalian Mutu
Tinjauan pengendalian mutu dalam proyek yang harus diperhatikan dalam pekerjaan ini
adalah sebagai berikut:
1. Baja turap yang digunakan harus memenuhi kriteria sesuai dengan SNI 07-0722-1989.
2. Perpanjangan tiang baja harus dilakukan dengan pengelasan (bila ada)
3. Pengelasan harus dikerjakan sedemikian rupa hingga kekuatan penampang baja semula
dapat ditingkatkan (bila ada)
4. Bahan las yang digunakan harus sesuai dengan bahan dasar elemen struktur baja yang
akan disambung untuk memastikan bahwa sambungan dapat dipertanggung jawabkan.
(bila ada).
5. Tiang baja yang cacat tidak boleh digunakan dalam pekerjaan.
6. Tiang baja harus ditempatkan bebas dari kontak langsung dengan permukaan tanah dan
ditempatkan pada penyangga kayu di atas tanah keras yang tidak akan turun naik baik
musim hujan maupun kemarau unruk menghindari karat.
7. Pelaksanaan pemancangan tidak boleh dilaksanakan selama turun hujan.
8. Apabila hujan turun tiba-tiba saat pemancangan sedang dilaksanakan, maka pekerjaan pada titik
tiang yang sedang dipancang dapat dihentikan.

b. Ground Anchor
Pelaksanaan ground anchor dikerjakan setelah pekerjaan galian tanah, berdasarkan
perhitungan konstruksi pemancangan steel sheet pile free standing tidak mampu menahan geser

dan guling akibat tekanan tanah aktif maka dilakukan penambahan kekuatan dengan ground
anchor. Pada proyek ini ground anchor yang dipergunakan adalah tipe temporary anchor yang
dapat dilepas setelah selesainya masa konstruksi. Kabel prategang yang digunakan adalah tipe
wire strand II. Angkur dipasang berdasarkan layer menurut pembebanan di sisi luar area galian.
Adapun rencana pengangkuran tersebut dibagi menjadi 3 layer dengan kedalaman galian 0 - 2.5
m, 2.5 - 4 m, dan 4 - 6 m. Pengangkuran steel sheet pile dengan kedalaman 2.5 m sebanyak 17
titik, kedalaman 4 m sebanyak 21 titik, dan kedalaman 6 m sebanyak 17 titik.
Tabel 4 Daftar jumlah rencana titik dan kedalaman pengangkuran

No.
1.
2.
3.

Nama

Kedalaman (m)

Jumlah titik (bh)

2.5
4.0
6.0

17
21
17

Layer 1
Layer 2
Layer 3

Pengeboran lubang angkur pada sheet pile dilakukan setelah lembar tiang baja telah
terpancang dan tersambung semua dan dikerjakan setelah galian tanah. Kabel prategang
dimasukkan ke dalam lubang hasil pengeboran hingga mencapai kedalaman rencana sedalam 34
m kemudian dilakukan pekerjaan grouting. Pelaksanaan pekerjaan grouting semen yang
digunakan adalah semen PPC tipe 1 yang dicampur dengan bahan additive dan air. Karena
pengangkuran tidak mungkin dilakukan di tiap sheet pile, maka dibuatlah waller beam sebagai
pengikat antar pile. Waller beam juga difungsikan sebagai dudukan angkur. Pemasangan waller
beam dilakukan setelah grouting telah selesai dikerjakan. Pada saat pelaksanaan stressing
dilakukan dengan kekuatan hingga mencapai 70 ton.
a) Peralatan, Bahan, dan Tenaga Kerja
Dalam pelaksanaan suatu proyek agar lancar dan memenuhi targer mutu dan waktu harus
didukung oleh peralatan yang memadai, kebutuhan bahan yang cukup, serta tenaga pelaksana
yang profesional. Dibawah ini terdapat tabel kebutuhan alat dan bahan untuk pekerjaan ground
anchor proyek Pembangunan Water Intake PLTU Kupang, serta tabel matrik SDM yang terlibat
selama pelaksanaan pekerjaan.

Tabel 5 Peralatan utama pekerjaan ground anchor

No.

Nama

Gambar

Spesifikasi

1.

Alat Bor

- Toho
- Kapasitas 5 Kw
- 4 unit

2.

Pompa

- Sanchin
- Kapasitas 20 Psi
- 4 unit

3.

Grout Pump &


Tangki air

4.

Hydraulic Pump

- DSI R2.6

5.

Hydraulic Jack

- DSI HOZ
1700/150-60
- Kapasitas 150 ton

Grout hog

No.

Nama

6.

Las listrik

7.

Cutting tos

Gambar

Spesifikasi
- Inverter Nlg
MMA-160
- Kapasitas 5 KVA
- 4 unit

Tabel 6 Kebutuhan bahan dalam pekerjaan ground anchor

No
.
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Nama
Strand 12.7 mm
Semen PPC
Sikament LN + Intraplast Z
Baja WF 300 x 150 x 6.5 x 9 mm x 12 m
Plat 6 mm x 4 x 8
Stiffener plate L
Tabel 7 SDM dalam pekerjaan ground anchor

No
1
2
a
b
c
d
f
g
i

Tugas/Jabatan

Jumlah

Owner
Kontraktor
Site Manager
Pelaksana
Laborat
Surveyor
Pembantu Surveyor
K3
Engineer

1 orang
1 orang
1 orang
1 orang
1 orang
2 orang
2 orang
1 orang

No
k
l
m
n

Tugas/Jabatan

Jumlah

Supervisor
For man
Pekerja
Tukang las

1 orang
2 orang
9 orang
10 orang

b) Persiapan K3 (Safety)
Kesehatan, keamanan dan keselamatan kerja adalah hal yang harus diutamakan dalam
pelaksanaan proyek konstruksi, sehingga semua peralatan pendukung K3 tersebut haruslah
tersedia, seperti:
1. Safety helmet

Mulai

2. Sarung tangan
3. Kacamata
4. Sepatu boots

Gambar

Penentuan titik

5. Rompi
6. Rambu-rambu peringatan

Pengeboran
tidak

c) Metode Pelaksanaan
Pelaksanaan pekerjaan ground anchor
dilakukan
pekerjaan galian tanah. Pekerjaan
Kedalaman
17setelah
m?
ground anchor terdiri dari beberapa kegiatan diantaranya penentuan posisi titik angkur,
pengeboran tanah, instalasi tendon anchor, grouting tendon anchor, pemasangan waller beam,
ya
dan stressing tendon anchor.
Instalasi Strand

Tahapan pelaksanaan pekerjaan ground anchor dilakukan seperti diagram alir dibawah ini.

Grouting
tidak

Cek?
ya
Pemasangan waller beam

Stressing

Selesai

Gambar 17 Metode pelaksanaan ground anchor

Berikut ini penjelasan dari metode pelaksanaan ground anchor pada proyek Pembangunan
Water Intake PLTU Kupang:
1. Penentuan Titik
Proses ini dilakukan untuk menentukan titik ground anchor pada posisi yang sesuai dengan shop
drawing. Titik yang akan diangkur terlebih dahulu ditandai pada steel sheet pile dengan cat
semprot seperti terlihat pada gambar 18. Setelah itu titik tersebut dipotong dengan alat cutting tos
untuk selanjutnya dilakukan pengeboran.

Gambar 18 Penandaan titik ground anchor pada steel sheet pile

2. Pengeboran (Drilling)
Jenis pengeboran yang digunakan pada proyek ini adalah rotary drilling, dimana mesin bor
tersebut duduk di landasan kayu di atas tanah. Kotoran atau lumpur hasil pengeboran dikeluarkan
dari lubang bor dengan menyemprotkan air ke dalam lubang bor. Diameter pengeboran 15 cm
dengan kedalaman sampai 34 meter dan kemiringan sudut 30.

Gambar 19 Proses pengeboran

3. Instalasi Tendon Anchor


Setiap unit anchor terdiri atas strand-strand yang dipilin dan terbungkus menjadi satu kesatuan.
Strand yang digunakan dalam proyek ini adalah IIs - wire strand berdiameter 12,7 mm dengan
jumlah 7 buah, perangkaian strand dilakukan di proyek. Instalasi tendon anchor dilakukan
setelah lubang bor bersih dari lumpur dan air. Tendon anchor dengan panjang yang sama sesuai
kedalaman lubang bor dimasukkan ke dalam lubang dengan cara manual.

Gambar 20 Instalasi tendon anchor

4. Grouting Tendon Anchor


Pekerjaan grouting dilakukan setelah pengeboran selesai dan dilakukan pada hari yang sama atau
dalam kurun waktu paling lambat satu hari setelah instalasi tendon anchor selesai. Campuran
grouting diinjeksikan ke dalam lubang dengan alat grout pump dengan tekanan antara 3-5
kg/cm2 hingga campuran keluar dari lubang. Komposisi material grouting yang digunakan adalah
portland cement tipe 1 ditambah bahan additive dan air, dengan water cement ratio 0,45.

Gambar 21 Proses grouting

Gambar 22 Kondisi lubang setelah dilakukan grouting

5. Pemasangan Waller Beam


Proses pemasangan waller beam dapat langsung dilakukan setelah grouting dalam beberapa titik
ground anchor telah selesai dikerjakan. Pekerjaan pemasangan waller beam harus dilaksanakan
sesuai dengan shop drawing. Stiffener plate L dipasang terlebih dahulu sebagai support landasan
waller beam. Kemudian waller beam pertama dipasang dan dilanjutkan dengan memasang stiffener
beam, baru kemudian memasang waller beam kedua. Semua pekerjaan ini dilakukan dengan
menggunakan las listrik. Setelah waller beam terpasang dengan kokoh barulah kemudian
memasang steel bracket dan wedges plate, selanjutnya dilakukan stressing.

Gambar 23 Pemasangan waller beam

Gambar 24 Steel bracket yang terpasang pada waller beam

6. Stressing Tendon Anchor


Pelaksanaan stressing dilakukan setelah kekerasan grouting mencapai 3 hari (27 Mpa). Alat yang
digunakan untuk stressing anchor adalah satu unit hydraulic pump dan satu unit hydraulic jack,
yang sesuai dengan tipe tendon anchor dan gaya yang bekerja pada tendon tersebut. Gaya
penarikan maksimal saat stressing adalah 70 ton. Langkah-langkah stressing:
a. Posisikan dan masukkan strand pada jack

Gambar 25 Proses memasukkan strand pada jack

b. Lakukan penarikan

Gambar 26 Proses penarikan angkur

c. Kunci dudukan baji

Gambar 27 Mengunci dudukan baji


i

Gambar 28 Ground anchor yang telah terpasang


d)

Pengendalian Mutu

Tinjauan pengendalian mutu dalam proyek yang harus diperhatikan dalam pekerjaan ini
adalah sebagai berikut:
1. Pengelasan harus dikerjakan sedemikian rupa hingga kekuatan penampang baja semula
dapat ditingkatkan.
2. Bahan las yang digunakan harus sesuai dengan bahan dasar elemen struktur baja yang
akan disambung untuk memastikan bahwa sambungan dapat dipertanggung jawabkan.
3. Mutu campuran grouting harus terdiri dari semen portland biasa dan air. Rasio air semen harus serendah mungkin sesuai dengan sifat kelecakan (workability) yang
diperlukan tetapi tidak boleh melebihi 0,45.
4. Semen yang digunakan untuk dijadikan pasta harus sesuai dengan SNI 15-2049-1994
5. Penggunaan kadar bahan tambahan (admixture) harus sesuai dengan persyaratan yang
dikeluarkan oleh pabrik pembuat
6. Bahan plasticizer yang umum diperdagangkan untuk penyuntikan (grouting) harus
digunakan sesuai dengan petunjuk pabrik pembuatnya. Bahan ini tidak boleh
mengandung chlorida, nitrat, sulfat atau sulfida.
7. Jumlah benda uji minimum baik untuk sistem pra tarik maupun sistem pasca tarik adalah
3 (tiga) buah atau sekurang-kurangnya 1 (satu) benda uji untuk setiap 20 ton berat bahan.
8. Pengujian kuat tekan harus sesuai dengan SNI 03-1974-1990
9. Untaian kawat (strand) prategang harus terdiri dari 7 kawat (wire) dengan kuat tarik
tinggi dengan panjang menerus tanpa sambungan atau kopel dan sesuai dengan SNI 071154-1989
10. Bahan wire, strand, stress bar, angkur, selongsong (ducting) harus disimpan di bawah
atap yang kedap air, diletakkan terpisah dari permukan tanah dan harus dilindungi dari
setiap kemungkinan kerusakan.
11. Pelaksanaan grouting tidak boleh dilaksanakan selama turun hujan dan setelah hujan
dimana diperkirakan terdapat air/lumpur di dalam lubang bor.
12. Apabila hujan turun tiba-tiba saat grouting semen sedang dilaksanakan, maka pekerjaan
pada titik yang sedang diisi dapat dilanjutkan sampai selesai namun setelah itu pekerjaan
harus dihentikan.
13. Angkur harus mampu menahan paling sedikit 95% kuat tarik minimum baja prategang
saat stressing.
3. Galian Tanah
a. Galian Tanah Keras dan Cadas yang Lunak
Untuk pemotongan / penggalian tanah cadas yang agak lunak dapat menggunakan
buldoser saja, yaitu cadas tersebut digaruk dahulu dengan ripper dari buldoser. Tanah

cadas yang telah hancur setelah digaruk dengan ripper, kemudian dipotong dan didorong
dengan blade di depan untuk dikumpulkan pada suatu tempat tertentu yang merupakan
stock untuk diproses berikutnya.
Kapan dan pada kasus jenis tanah yang bagaimana ripper dapat digunakan secara effisien.
Cara untuk mengetahui ini adalah dengan seismoghraphic method, yaitu dengan cara
menentukan kecepatan perambatan gelombang suara pada batuan di bawah permukaan
tanah. Kecepatan perambatan gelombang suara ini akan berbeda-beda pada batuan yang
keras dan yang lunak, sehingga dengan mengukur kecepatan perambatan suara ini dapat
ditentukan penggalian dengan ripper atau dengan cara peledakan. Jika sangat keras
terpaksa harus dengan cara peledakan.

Gambar 29 buldoser dengan dilengkapi dengan ripper

Gambar 30 A. Ripper yang bergerak secara paralel. B. Ripper yang bergerak melalui engsel
b. Galian Cadas Keras dan Batuan Keras / Rock
Cadas batuan yang keras, dimana batasannya adalah penggarukan dengan ripper dari
buldoser sudah tidak mampu lagi, maka cara penggaliannya ada dua macam, berdasarkan :

- Volume tanah yang harus digali hanya sedikit atau tanah yang harus harus dipotong tipis
saja.
- Volume tanah yang harus digali sangat besar dan tebal.
Jika volume tanah yang harus digali hanya sedikit atau tanah yang harus dipotong tipis
saja, maka pemotongan cukup dengan menggunakan jackhammers. Disini kita cukup
dengan menggunakan mesin compressor yang besar sehingga cukup untuk beberapa
jackhammers.

Gambar 31. penggunaan jackhammer untuk pemotongan tanah keras. Perlu menggunakan
mesin compressor yang besar agar dapat digunakan untuk beberapa mesin jackhammers
Jika tanah yang harus dipotong sangat tebal dan sangat banyak volumenya, maka perlu
dipertimbangkan dengan menggunakan cara peledakan. Pada dasarnya peledakan adalah
metode bantuan agar pelaksanaan penggalian tanah batuan yang keras dapat terlaksana
dengan mudah. Dengan peledakan berarti akan menjadikan tanah batuan menjadi lepas
berkeping-keping halus, karena energi yang dihasilkan oleh bahan peledak, sehingga
mudah diambil maupun didorong dengan mesin buldoser.
Untuk pembuatan lubang dengan mesin biasanya menggunakan crawler drill (ada yang
menyebut track-mounted drill), yang dapat membuat lubang dengan diameter 1 sampai
6, tergantung kebutuhan besar energi peledaknya dan kedalaman bisa sampai mencapai
15 M bahkan bisa lebih dari itu.

Gambar 32 track-mounted drill ada yang menyebut crawler drill, menggerakan mesin dengan
kompressor

Gambar 33 sketsa salah satu bentuk dari mata bor (bit) yang menggunakan crawler drill
1) Bahan Peledak
Bahan peledak yang biasanya digunakan adalah behan peledak ammonium nitrate, baik
peledak dibawah tanah/ terowongan.bahan peledak ini dapat dimasukan ke dalam lubang
vertikal, atau jika posisi lubang horisontal, maka cara memasukannya dengan selang
plastik dan ditekan sedikit dengan compressor pada tekanan kira-kira 10 psi. Untuk tanah
yang mengandung banyak air tanah, bahan ini perlu dilindungi dengan kantong plastik agar
bahan peledak tidak bercampur dengan air.
Untuk meledakan bahan peledak ini perlu adanya detonator yang diletakan dibawah,
kadang-kadang juga diletakan diantara kedalaman tersebut.
Setelah bahan peledak dan detonator selesai diletakan dibawah lubang, sisa lubang diatas
ditutup kembali, yang disebut dengan stemming. Bahan untuk stemming ini adalah untuk
memperbesar pengaruh dari ledakan. Kadang-kadang diperlukan juga pengisian bahan

peledak dengan pengisisan dengan pengisian stemming secara selang-seling. Dengan


demikian setiap isian bahan peledak masing-masing perlu detonator sendiri.

Gambar 34 Cara pengisian bahan peledak, detonator dan stemming


Pengisian bahan peledak ini lebih baik diletakan dibawah pada dekat dengan permukaan
tanah, agar mendapatkan hasil fragmentasi dari pecahan-pecahan tanah batuan tersebut
lebih kecil, sehingga mudah untuk dipindahkan / diangkut/ didorong dengan mesin. Atau
dapat juga dengan meletakan bahan peledak yang lebih besar dibawah, sedangkan makin
ke atas semakin kecil kekuatan bahan peledaknya, dengan diantaranya diberi stemming.
2) Penggunaan bahan peledak untuk pelaksanaan pemotongan tanah keras/ berbatu
Untuk pemotongan tanah keras perlu diusahakan agar lapis perlapis yang sejajar dengan
permukaan yang akan dipotong mempunyai waktu peledakan yang sama, sedangkan
jajaran lubang-lubang peledak dibelakangnya mempunyai waktu peledakan lebih lambat,
demikian seterusnya pada jajaran lubang-lubang dibelakangnya lagi, mempunyai waktu
peledakan labih lambat dari jajaran didepannya

Gambar 35 A. Sketsa urutan peledakan B. Cara pengeboran. Urutan peledakan adalah 1,2,3,4,5
Dari beberapa pengalaman menyatakan bahwa lubang peledakan dengan posisi miring 10o 40o
lebih effisien dari pada dengan posisi yang tegak. Dengan posisi lubang peledakan yang miring,
fragmentasi hasil perpecahannya cadas keras/tuff lebih kecil, sehingga mudah untuk
pengangkutannya dengan mesin.

Gambar 36 dua cara metode pengeboran, miring 10o- 40o, dan vertikal

Rumus yang digunakan untuk menentukan jarak lubag peledakan, digunakan rumus yang
dikembangkan dari rumus Monsanto
P
R=0,02
S

R
P
S

=
=
=

Radius tanah batuan yang rusak karena peledakan, M


Tekanan peledakan maksimum, Kg/Cm2
Tegangan tarik Ultimit dari batuan, Kg/Cm2
Tabel 18 Jarak lubang pengeboran dari beberapa jenis tanah keras

4. Pembuatan lantai kerja

Setelah stake out / pematokan, disiapkan form work untuk pengecoran lantai kerja.
Pengecoran lantai kerja dengan ketebalan 10 cm (beton klas E) dilaksanakan dengan
memperhatikan elevasi dan kerataan permukaannya (dimotitor oleh team surveyor)

Gambar 37 Visualisasi pembuatan lantai kerja (workshop floor)


5. Pekerjaan Pembesian
Pekerjaan pembesian (penulangan) dengan diameter 22 mm dan mutu tulangan baja U 24
untuk memperkuat dinding dan langsung dibuat dengan lantai kerja.
6. Pekerjaan formwork and Falsework
Material formwork dibuat dengan system fabrikasi. Formwork ini dibangun secara
prefabrikasi dengan bingkai logam (biasanya baja atau alumunium) dan menutup bagian yang
diaplikasikan (beton) dengan material yang memiliki bentuk permukaan yang diinginkan. Dua
kelebihan utama dari system formwork, dibandingkan dengan bekisting kayu tradisional,
adalah kecepatan konstruksi (system pemasangan modular pin, klip, atau sekrup dengan
cepat) dan dapat digunakan kembali bahkan hingga ribuan kali namun tergantung dari
perawatan dan pemakaiannya.

Gambar 38 contoh pemasangan formwork baja dan falsework


7. Pekerjaan pengecoran
Pembangunan bangunan intake yaitu pengecoran lantai dan dinding dengan ketebalan masing
masing 90 cm dan 50 cm, dengan mutu beton K 350
Pengecoran stage 1 (bottom slab) :
- Pasang besi tulangan bottom slab dan stek besi dinding (sesuai gambar kerja);
- Pasang bekisting bottom slab;
- Pengecoran bottom slab menggunakan truck mixer dan concrete vibrator, sekaligus sampai
selesai (dimonitor slump test dan pembuatan benda uji oleh team laboran)

Gambar 39 visualisasi pengecoran stage 1 (bottom slab)


Pengecoran stage 2 (dinding) :
- Pasang besi dinding;
- Pasang bekisting dinding (sesuai gambar detail pemasangan formwork dan falsework);
- Cor dinding, sekaligus sampai selesai (dimonitor slump test dan pembuatan benda uji oleh
team laboratorium;

Gambar 40 visualisasi pengecoran stage 2 (dinding)


Pembukaan bekisting
- Bekisting dibuka setelah beton berumur minimal 14 hari atau hasil test kuat tekan benda uji
70%.

Gambar 41 visualisasi pembukaan formwork dan falsework


8. Urugan / Timbunan tanah
Timbunan Backfill dengan material granular, dilaksanakan perlayer 15 cm, dipadatkan dengan
hand stamper. Penimbunan akan dilaksanakan setelah dilakukan uji sample beton dan
disetujui.
Dilaksanakan test kepadatan (sand cone test) terhadap granular back fill per layer tebal 15 cm.

Gambar 42 visualisasi pekerjaan timbunan backfill


9. Pekerjaan Pelengkap
Steel Ladder
- Dibuat dari fabrikasi dan bahan baja berkualitas baik
- jarak antara langkah (trap) = 22,5 cm

Gambar 43 visualisasi Steel Ladder

Grating Sump Pit


- Dibuat dari fabrikasi dan bahan baja berkualitas baik
- Ukuran grating sump pit dibuat sesuai dengan gambar kerja

Gambar 44 visualisasi Grating Sump Pit

Stair Platform

Dibuat dari fabrikasi dan bahan baja berkualitas baik


jarak antara langkah (trap) = 22,5 cm

Gambar 45 visualisasi Stair Platform


Climb Ladder
- Dibuat dari fabrikasi dan bahan baja berkualitas baik
- jarak antara langkah (trap) = 22,5 cm

Gambar 46 visualisasi Climb Ladder

Anda mungkin juga menyukai