1
4. pemasangan king
post
Middle digunakan sebagai ruang publik atau 1. Pekerjaan galian
Level disebut juga concourse level. 2. Slab
3. Beam
4. Pemotongan
king post
5. Pekerjaan
coloumn.
Bottom berfungsi sebagai lintasan kereta api 1. pekerjaan galian
Level dan ruang tunggu kereta. 2. Slab
3. Beam
4. Platform
5. Pemotongan
king post
6. Pekerjaan
coloumn.
2
9. Persiapan K3
10. Penutupan jalan dan pemindahan arus lalu lintas
3
Persiapan Tenaga Kerja
Pada Proyek MRT Jakarta CP.106, pengalokasian pekerja dilakukan
berdasarkan pekerjaan yang akan dilakukan sesuai dengan kemampuan
dan keterampilan yang dimiliki atas persetujuan site manager. Sebelum
turun kelapangan pekerja harus mendapatkan induction oleh HSE (Healty
Safety and Environment) sebelum turun ke lapangan, yaitu pengetahuan
tentang K3, apa saja yang dapat dan tidak dapat dilaksanakan dilapangan
nanti. Jumlah pekerja harian tidak sama setiap harinya, karena ditentukan
oleh volume pekerjaan setiap hari dan jenis kegiatan yang berbeda-beda.
Pendataan dan persiapan tenaga kerja berhubungan dengan hal-hal sebagai
berikut:
1. Status Tenaga Kerja
Status tenaga kerja dapat dibedakan atas:
a. Tenaga kerja tetap merupakan tenaga kerja dari kontraktor yang
langsung menangani pelaksanaan kegiatan maupun pengawasan
pekerjaan yang dibayar secara tetap oleh kontraktor, seperti: Project
Manager, Site Manager, Site Engineer, Administrasi, Logistik,
Supervisor, Drafter, dan Quantity Surveyor. Dalam hal ini tenaga
kerja tetap merupakan karyawan tetap dari PT. Hutama Karya.
b. Tenaga kerja borongan merupakan tenaga kerja yang dibayar dengan
volume dan jenis pekerjaan yang ditetapkan secara borongan.
Tenaga kerja ini terdiri dari kelompok- kelompok pekerja yang
dikepalai oleh seorang kepala tukang. Misalkan saja pekerjaan
pengecoran platform dikerjakan oleh tenaga kerja borongan dari sub-
constructor yang dibayarkan sesuai dengan volume dan waktu
pekerjaan pengecoran platform.
c. Tenaga kerja harian merupakan tenaga kerja yang diupah secara
harian, upah yang diterima pekerja dihitung berdasarkan jumlah hari
kerja.
2. Jumlah Tenaga Kerja
Pada Proyek MRT Jakarta CP.106, jumlah pekerja yang bekerja setiap
hari bergantung pada jumlah dan jenis pekerjaan yang berbeda-beda.
4
3. Sistem Pembayaran Upah Kerja
Pada Proyek MRT Jakarta CP.106, sistem pembayaran upah tenaga
kerja yang bekerja pada proyek ini adalah sebagai berikut:
a. Upah tenaga tetap dibayarkan setiap bulan oleh pihak PT. Hutama
Karya.
b. Upah tenaga kerja borongan dibayarkan oleh pihak PT. Hutama
Karya kepada masing-masing kepala tukang, sesuai dengan volume
pekerjaan yang diselesaikan.
c. Upah tenaga kerja harian dibayarkan oleh masing-masing mandor
yang membawahi beberapa orang pekerja. Jumlah upah yang
diterima pekerja tergantung dari kesepakatan antara kepala tukang
dan pekerja.
4. Jam Kerja
Pengaturan jam kerja dimaksudkan untuk menentukan saat mulai kerja,
istirahat, dan saat berhenti. Pengaturan jam kerja pada Proyek MRT
Jakarta CP.106 adalah sebagai berikut:
a. Jam kerja pagi : 08.00 – 12.00 WIB
b. Jam kerja siang : 13.00 – 17.00 WIB
Lembur diadakan bila dipandang perlu, terutama untuk pekerjaan yang
tidak dapat ditangguhkan penyelesaiannya untuk mengejar
keterlambatan pekerjaan.
Persiapan Peralatan
Pendataan dan persiapan peralatan sangat penting dilakukan, karena
cepat lambatnya suatu pekerjaan tergantung dari siap tidaknya peralatan.
Adapun peralatan yang digunakan dalam proyek ini adalah:
1. Excavator
Kegunaan : Menggali tanah untuk pekerjaan excavation.
Jenis yang digunakan :
a. Tipe 304 (Back hoe and Breaker)
b. Tipe 307 (Back hoe)
c. Tipe 313 (Back hoe)
5
d. Tipe 320 (Long Arm)
e. Tipe 336 (Telescopic)
2. Dump Truck
Kegunaan : alat angkut. Karena kemampuan dan
kapasitasnya yang cukup besar, sehingga
biaya pengoperasiannya relatif murah. alat
angkut. Karena kemampuan dan
kapasitasnya yang cukup besar, sehingga
biaya pengoperasiannya relatif murah.
6
3. Truck Mixer
Kegunaan : mengangkut beton dari pabrik semen ke lokasi
kontruksi sambil menjaga konsistensi beton
agar tetap cair dan tidak mengeras dalam
perjalanan.
4. Concrete Pump
Kegunaan : membantu memompa pasta beton dalam
proses pengecoran untuk menjangkau daerah
pengecoran yang cukup tinggi dan tempat
yang terlalu jauh untuk dijangkau.
Jenis yang digunakan : Super Long Pump
7
Gambar 3.4 Concrete Pump
5. Crane
Kegunaan : Mengangkat material-material ataupun alat-
alat berat dan dipindahkan ke lokasi lain untuk
pelaksanaan pekerjaan yang membutuhkan
alat tersebut.
Jenis yang digunakan :
a. Mini Crane (Berat sendiri : 4,9 ton, Beban
maximum 1,1 ton)
b. Mobile Crane (Tipe Rafter, Beban
maximum 2,5 ton)
c. Heavy Crane (Beban maximum 5,5 ton)
8
6. Compressor
Kegunaan : penghasil atau penghembus udara bertekanan
tinggi yang digunakan untuk membersihkan
kotoran-kotoran yang dapat mengurangi mutu
dan daya lekatan tulangan pada beton seperti:
debu-debu, potongan-potongan kawat
bendrat, dan serbuk-serbuk kayu. Alat ini
digunakan setelah proses pekerjaan
pembesian selesai.
7. Concrete Vibrator
Kegunaan : alat yang digunakan sebagai penggetar beton
saat dilakukan pengecoran sehingga tidak ada
ruang kosong di dalam beton cor dan sesuai
dengan cetakannya. Dengan penggunaan
concrete vibrator diharapkan beton yang telah
dituang dapat termampatkan dengan baik,
artinya beton padat dan tidak berongga
sehingga dapat menghindari terjadinya beton
kropos.
9
Gambar 3.6 Concrete Pum
8. Bar Cutter
Kegunaan : memotong baja tulangan. Cara kerja dari alat
ini adalah baja yang akan dipotong dimasukan
ke dalam gigi bar cutter kemudian pedal
pengendali dipijak, dan baja tulangan akan
terpotong.
9. Bar Bender
Kegiatan : membengkokkan baja tulangan dalam
berbagai macam sudut sesuai dengan
perencanaan dan kebutuhan.
10
Gambar 3.6 Concrete Pum
11
Kec. Tanah Abang, Jakarta Pusat agar dekat dengan lokasi pelaksanaan
proyek.
12
3.5 Pekerjaan Yang Dilaksanakan Sebelum Kerja Praktek
Sebelum dimulainya kerja praktek, Proyek MRT Jakarta CP.106
telah mencapai progress 45% sehingga ada beberapa tahapan pelaksanaan
pekerjaan yang tidak bisa diamati secara langsung. Adapun beberapa
pekerjaan yang telah dilaksanakan sebelum kerja praktek pada Proyek
MRT Jakarta CP.106 yang tidak dapat diamati secara langsung di
lapangan, antara lain: pekerjaan persiapan, pekerjaan pagar pengaman
proyek, pekerjaan excavation (galian) dan pekerjaan slab. Untuk
mengetahui proses pekerjaan tersebut maka dilakukan wawancara dengan
pengawas lapangan mengenai proses pekerjaan yang dilakukan.
13
5. Penggalian kedua sedalam 10.4 m dari permukaan tanah.
14
a. Top Slab
1. Persiapan leveling soil yang digunakan sebagai tempat bersandarnya
bekisting.
2. Pembuatan Lean Concrete.
3. Pemasangan rebar slab.
4. Pengecoran concrete K350.
5. Melakukan curing terhadap beton.
6. Water Proofing.
7. Cover concrete.
b. Middle Slab
1. Persiapan leveling soil yang digunakan sebagai tempat bersandarnya
bekisting.
2. Pembuatan Lean Concrete.
3. Pemasangan rebar slab.
4. Instalasi M/E
5. Pengecoran concrete K350.
6. Melakukan curing terhadap beton.
15
Gambar 3.16 Construction Flow untuk pekerjaan middle slab
c. Bottom Slab
1. Persiapan leveling soil yang digunakan sebagai tempat bersandarnya
bekisting.
2. Pembuatan Lean Concrete.
3. Water proofing.
4. Cover concrete.
5. Pemasangan rebar slab.
6. Instalasi M/E
7. Pengecoran concrete K350.
8. Melakukan curing terhadap beton.
16
Gambar 3.16 Construction Flow untuk pekerjaan bottom slab
17
menunggu pekerjaan yang lain selesai sesuai dengan time schedule. Method
statement untuk pekerjaan kolom antara lain:
1. Pengeboran permukaan beton untuk sambungan tulangan kolom. Pada
pelaksanaan Kerja Praktek pekerjaan ini tidak dapat diamati secara
langsung karena semua tulangan kolom sudah terpasang.
2. Pemasangan tulangan dimana sudah terhubung dengan slab saat
pengerjaan slab dilakukan. Bagian atas dari kolom disambungkan
dengan coupler, sedangkan bagian bawah dari slab disambungkan
dengan cara overlaping seperti ditunjukan gambar di bawah.
18
3. Instalasi formwork (bekisting)
19
4. Pengecoran kolom dengan mutu beton K425.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengecoran kolom antara lain:
- Sebelum melakukan pengecoran, beton harus dibuat benda uji untuk
mengetahui workability dan kekuatan beton sudah memenuhi syarat.
- Pengecoran dilakukan setiap 2 meter sehingga formwork harus
memiliki casting window (jendela) setiap ketinggian 2 meter.
- Vibrator dimasukan saat pengecoran untuk memadatkan beton yang
ada didalam formwork. Vibrator yang digunakan ada 2 yaitu internal
vibrator dan eksternal vibrator.
- Pengecoran dilakukan sampai dengan 15 cm dibawah slab, agar dapar
memasukan vibrator.
- Curing beton kolom dilakukan dengan menggunakan pelindung plastik
untuk mencegah terjadinya proses evaporasi.
- Grouting dilakukan untuk menyelesaikan atau menutup sisa 15 cm
yang belum dicor. Grouting dilakukan dari atas dimana sudah disiapkan
lubang pada saat pekerjaan slab diatas kolom untuk memasukan mortar,
namun ada juga grouting yang dilakukan dari samping karna mengalami
kendala pada lubang mortar, seperti lubang mortar tertutup beton atau
lubang tidak dapat dilewati oleh mortar.
20
Gambar 3.23 Alur Konstruksi Kolom di B1 floor Stasiun Bundaran HI.
21
Gambar 3.24 Alur Konstruksi Kolom di B2 floor Stasiun Bundaran HI.
22
Gambar 3.26 Detail sambungan tulangan platform dan slab.
23
3. Instalasi Wall Form, dengan dicor dengan beton, setinggi 1.3 meter
sampai terhubung dengan slab platform. Formwork dari wall form
menggunakan UNP Belt dan Vertical Hollow. Pekerjaan ini sudah
dikerjakan pada saat kerja praktek.
4. Pemasangan Slab form platform dilakukan setelah pekerjaan wall form
selesai. Panjang masksimumnya adalah 20 meter.
24
5. Pengecoran slab platform dengan mutu beton K350.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengecoran kolom antara lain:
- Sebelum melakukan pengecoran, beton harus dibuat benda uji untuk
mengetahui workability dan kekuatan beton sudah memenuhi syarat.
- Vibrator dimasukan saat pengecoran untuk memadatkan beton yang
ada didalam formwork. Vibrator yang digunakan ada 2 yaitu internal
vibrator dan eksternal vibrator.
- Pengecoran dilakukan sampai dengan 15 cm dibawah slab, agar dapar
memasukan vibrator.
- Curing beton kolom dilakukan pada saat awal beton mengalami
perkerasan. Dilakukan dengan metode fabric coverings.
25
Gambar 3.33 Konstruksi Flow untuk pelaksanaan
26