Anda di halaman 1dari 41

PENGENDALIAN BANJIR DAN ROB

PEKALONGAN PAKET II
LOKASI PEKERJAAN
LINGKUP PEKERJAN

Pekerjaan Long Storage Mulyorejo dan Wonokerto


1. Timbunan tanah & pemadatan (Pendatangan Tanah)
2. Galian tanah dengan alat
3. Galian tanah dengan ponton
4. Buangan hasil galian jarak 0,05<L<1 km
5. Buangan hasil galian jarak 1<L<3 km
6. Buangan hasil galian jarak >3 km
7. Tanah dihampar, diratakan & dirapihkan
8. Pemancangan cerucuk bambu
9. Pemasangan matras bambu
10. Pemancangan & Langsiran mini pile 20x20cm L = 6m
LINGKUP PEKERJAN

11. Bongkaran Beton


12. Pengecoran Beton K 250 type S
13. Pembesian
14. Bekisting
15. Rip Rap
16. Pemasangan Geotextile non woven
17. Pemancangan CCSP K500 W 500-1000
18. Langsiran CCSP K500 W 500-1000
19. Bongkaran CCSP
METODE PELAKSANAAN
Pekerjaan Long Storage Dan Tanggul
Pekerjaan Tanggul dan Long Storage Mulyorejo ini dimulai dari STA 0.00
yaitu diantara Sungai Meduri sampai dengan Sungai Sengkarang

AWAL PEKERJAAN
TANGGUL DAN LONG STORAGE MULYOREJO

SUNGAI MEDURI
AKHIR PEKERJAAN
TANGGUL DAN LONG STORAGE MULYOREJO
Pekerjaan Tanggul dan Longstorage Wonokerto adalah menghubungkan
Sungai Pesanggrahan, Sungai Pakuncen dan Sungai Mrican

AWAL PEKERJAAN
TANGGUL DAN LONG STORAGE WONOKERTO

AKHIR PEKERJAAN
TANGGUL DAN LONG STORAGE
WONOKERTO
1. Pekerjaan Pemancangan Crucuk Bambu

Material Cerucuk Bambu adalah bambu dalam jumlah tertentu sesuai


rencana yang di ikat menjadi satu, pelaksanaan pemancangan :
a. Persiapan, sebelum melaksanakan pekerjaan surveyor pengadakan
pengukuran lokasi sekaligus memberi tanda-tanda titik yang akan di
pancang.
b. Apabila menggunakan alat exavator dan pontoon, terlebih dahulu
setting pontoon sebelum di gunakan.
c. Penempatan bahan (crucuk bambu) di letakkan sedekat mungkin
dengan lokasi pekerjaan
d. Cerucuk bambu di pancang dengan mengunakan alat Floating
Excavator Swamp (Begho Ampibi) atau dengan exavator dan
pontoon undercarriage karena lokasi berair dan lumpur.
e. Cerucuk bambu di pancang sampai ke permukaan
f. Penentuan titik titk pancang di bantu tenaga manusia.
Floating Excavator Swamp Ilustrasi pemancangan Crucuk bambu

Volume Rencana = 77.472 titik


1 unit Floating Excavator Swamp (Begho Ampibi) atau exavator dengan
pontoon undercarriage menghasilkan 300 titik crucuk bambu dalam 1
hari atau pekerjaan pancang dapat diselesiakan selama 258 hari
2. Pekerjaan Pemasangan Matras Bambu

Material Matras Bambu adalah bambu yang di tata sejajar memanjang


dan melintang dengan jarak tertentu kemudian disusun beberapa lapis
sesuai rencana, adapun metode pemasangannya adalah:
a. Matras bambu diambil dari lokasi fabrikasi. dengan cara dihandlling
ke sungai/tambak kemudian di tarik menggunakan perahu, dan
diletakkan sedekat mungkin dengan lokasi yang akan dikerjakan
b. Matras bambu diletakkan diatas crucuk bambu yang telah dipancang
c. Antar bagian matras satu dengan yang lain disambungkan lagi
dengan bambu batangan arah memanjang.
d. Matras bambu yang sudah di tata diatas crucuk, di pasak atau
dipatok bagian tepinya supaya matras bambu tidak bergeser akibat
pergerakan air dan waktu diberi beban timbunan diatasnya.
Ilustrasi pemasangan matras bambu

Volume Rencana = 64.560 m2.


Alat yang digunakan adalah exavator 1 unit dan peruhu penarik.
Waktu yang dibutuhkan 250 m2 dalam sehari, sehingga untuk
pemasangan 64.560 m2 dibutuhkan waktu 258 hari.
3. Pekerjaan Pemasangan Geotextile Non Woven
Geotextile Non Woven berfungsi untuk mencegah terbawanya partikel-
partikel tanah pada aliran air. Karena sifat Geotextile Non Woven adalah
permeable (tembus air) maka air dapat melewati Geotextile Non Woven
tetapi partikel tanah tertahan, aplikasi / pemasangan Geotextile Non
Woven di lingkup pekerjaan ini adalah pada pekerjaan timbunan dan
pekerjaan rip rap.
Adapun Metode Pemasangannya adalah :
a. Geotextile Non Woven digelar diatas matras bambu ataupun diatas
tanah yang sudah diratakan.
b. Geotextile Non Woven dapat dipotong terlebih dahulu ditempat
yang memungkinkan. Hal ini bertujuan untuk lokasi yang sulit untuk
dilakukan pemotongan dan penyambungan.
c. Penyambungan Geotextile Non Woven yang satu ke lainnya dapat
dilakukan dengan cara saling melewati (overlapp) atau dengan cara
dijahit (Sewn).
d. Dengan metode overlapp, jarak minimal yang overlapnya adalah 30
cm – 100 cm, langkah ini tergantung dengan kondisi subgrade dan
teknik pelaksanaan
e. Penjahitan panel Geotextile Non Woven dapat dilakukan di lapangan
menggunakan mesin jahit portable atau menggunakan tenaga
generator.
Geotextile Non Woven
Ilustrasi

Penyambungan dengan Penyambungan dengan


dijahit overlapp

Volume rencana = 5.380 m2.


Alat yang digunakan Mesin jahit portable (Sewn) 2 unit dan Genset
portable Kap. 5000 watt 1 unit
Waktu pelaksanaan dalam sehari 200 m2 sehingga dengan volume
5.380 m2 dibutuhkan waktu 30 hari
ILUSTRASI RANGKAIAN PEKERJAAN SEBELUM PEKERJAAN TIMBUNAN

Pemancangan Crucuk Bambu

Pemasangan Matras Bambu

Penggelaran Geotextile diatas


Matras Bambu
4. Timbunan Urugan Pilihan
Metode Pelaksanaan :
a. Timbunan diambil dari Borrow Area Batang atau dari Bojang Kajen
yang telah disetujui Direksi.
b. Timbunan diangkut dengan menggunakan Dumptruck ke lokasi
pekerjaan.
c. Dumptruck menuang timbunan sedekat mungkin dengan lokasi yang
dikerjakan.
d. Penghamparan timbunan diatas matras bambu lapis geotextile non
woven dengan menggunakan alat exavator.
e. Penghamparan diawali dari tengah – tengah matras, berikutnya
kesamping kanan dan kiri , diharuskan penghaparan diatas matras
bambu secara seimbang agar matras bambu tidak terbalik.
f. Penghamparan dilakukan secara bertahap supaya cerucuk dan
matras akan turun berlahan-lahan dengan sendirinya sampai
timbunan tidak ada penurunan lagi.
g. Material Timbunan yang dipergunakan harus dihamparkan lapis
demi lapis mendatar setebal 30 cm selebar tanggul/ timbunan,
ditambah masing-masing 40 cm diluar profil lereng tanggul
timbunan rencana.
h. Pemadatan harus dilaksanakan dengan mesin penggilas. Mesin
pemadat yang disetujui direksi sehingga hasil pemadatan mencapai
tidak kurang 90% dari pemadatan kering maksimum yang
g. Material Timbunan yang dipergunakan harus dihamparkan lapis
demi lapis mendatar setebal 30 cm selebar tanggul/ timbunan,
ditambah masing-masing 40 cm diluar profil lereng tanggul
timbunan rencana.
h. Pemadatan harus dilaksanakan dengan mesin penggilas. Mesin
pemadat yang disetujui direksi sehingga hasil pemadatan mencapai
tidak kurang 90% dari pemadatan kering maksimum yang
ditentukan oleh tes Standard Proctor Compaction.

Volume Rencana = 25.824 m3


Alat yang digunakan :
1. Exavator
2. Tandem Roller
3. Dump truck kap. 5 m3
Waktu yang dibutuhkan 180 hari
Ilustrasi Pekerjaan Urugan Pilihan

1. Penghamparan
Timbunan dengan
exavator diatas
Matras bambu

2. Penghamparan
timbunan
dilaksanakan
secara bertahap

3. Tahap timbunan
pilhan dipadatkan
dengan Tandem
Roller
5. Pemancangan Sheet Pile Type CCSP (Corrugated Concrete
Sheet Pile) K500 W 500-1000
Metode Pelaksanaan :
1. Crane diletakkan pada posisi titik pemancangan yang direncanakan.
2. Concrete Pile ditarik / diangkat sesuai dengan syarat penarikan /
pengangkatan yang diizinkan untuk ditempatkan pada posisi yang lurus
terhadap sumbu Vibro Hammer.
3. Pemancangan Tiang Pancang akan dimulai setelah konfirmasi posisi lurus
terpenuhi, dengan bantuan alat Theodolith.
4. Eksentrisitas sumbu tersebut tidak boleh lebih dari 20 mm.
5. Penggetaran pada pemancangan pertama harus dilakukan dengan softblow
driving untuk memastikan bahwa arah pemancangan sudah benar atau
sesuai.
6. Mulainya pemancangan untuk setiap Tiang Pancang adalah penggetaran
berlangsung kontinyu sampai Tiang Pancang mencapai kedalaman tanah
yang diharapkan.
7. Setiap pemancangan harus dicatat dan dilaporkan, data-data pemancangan
meliputi :
 Ukuran, type, panjang (yang dipasang dan dipancang)
 Type dan seri hammer
 Elevasi tanah dasar
Volume Rencana = 3.744 m’
Alat yang digunakan
1. Pile Driver Hammer 20HP kap. 2.5 Ton = 1 unit
2. Crawler Crane 25 Ton = 1 unit
3. Guide beam = 1 set
Waktu yang dibutuhkan 213 hari prediksi 1 hari menghasilkan 35 titik
Ilustrasi Pelaksanaan Pekerjaan
2. Pemasangan Sheet Pile Beton 3. Pemancangan Sheet Pile Beton
dengan Vibro Hammer dan Guide dengan Vibro Hammer dilaksanakan
Beam untuk mencegah sampai dengan kedalaman sesuai
pergeseran sheet pilel beton yang dengan gambar rencana
telah di pancang.
6. Pemotongan Sheet Pile

Metode Pelaksanaannya :
1. Setelah proses pemancangan CCSP, pasti ada tiang pancang yang tersisa
diatas elevasi rencana, hal ini karena karakteristik tanah setiap titik
berbeda-beda, sehingga pencapaian tiang pancang ke dalam tanah keras
ikut berbeda juga. Untuk menyetarakan tiang pancang tersebut dengan
gambar bestek, maka satu-satunya cara adalah dengan cara
penghancuran tiang pancang.
2. Pemotongan Tiang Pancang diawali dengan melakukan pemotongan
elevasi top kepala tiang dengan menggunakan gerinda potong yang
dimaksudkan untuk menunjukkan batas potongan agar pembobokan rapi
tidak melewati batas potongan.
3. Diatas batas potongan tersebut pembobokan tiang dilakukan secara
manual (Godam, Betel dsb) hingga batas besi tulangan yang harus masuk
ke Caping Beam.
4. Kemudian besi dibengkokkan sebagai pengikat gengan tulangan Caping
Beam.
Gambar diatas hanya sebagai ilustrasi “ pekerjaan Sheet Pile Beton”. Adapun Type CCSP
(Corrugated Concrete Sheet Pile) K500 W 500-1000 sesuai dengan gambar kerja dan
BQ untuk proyek dimaksud
7. Pekerjaan Caping Beam

A. Pekerjaan Pembesian
a. Di workshop besi tulangan dipotong dengan bar cutter sesuai dengan
kebutuhan masing-masing type, kemudian dibengkokan dengan bar
bender dengan sesuai gambar desain.
b. Besi tulangan yang telah siap dibawa dari workshop dengan flat bed
truck dan disetting di lokasi Pile Cap yang telah di siapkan, jarak
penulangan dan jumlahnya harus sesuai dengan desain serta diikat
dengan bendrat (kawat besi) hingga kokoh.
c. Bagian bawah dan samping tulangan ditopang dengan beton dekking.

Volume pekerjaan = 555.360 kg


Waktu pelaksanaan = 220 hari

Ilustrasi penulangan Caping beam


B. Pekerjaan Begesting Caping Beam
a. Bekisting menggunakan Multiplek 9mm yang dirancang sesuai bentuk
dan dimensi beton, baik ukuran kayu maupun jarak antara sesuai
dengan ketinggian pengecoran dan kecepatan pengecoran.
b. Pemasangan bekisting dilakukan dengan menyiapkan dalam bentuk
panel - panel dan dilanjutkan dengan pemasangan stut - stutnya
termasuk penguat - penguat horisontalnya agar kuat menghadapi
tekanan dari pekerja diatasnya dan pemadatan oleh vibrator.
c. Bagian dalam bekisting yang bersentuhan dengan beton di minyaki
dengan minyak bekisting untuk mencegah melekatnya beton pada
cetakan.
d. Permukaan beton yang sudut - sudutnya kelihatan diberi kamper strip.
e. Pembongkaran cetakan untuk dinding bisa dilakukan setelah umur
beton 3 hari.

Volume pekerjaan = 34.432 m2


Waktu pelaksanaan = 220 hari
Ilustrasi Begesting Caping Beam
B. Pekerjaan Pengecoran Caping Beam Beton K.250 semen type 5
Setelah pekerjaan pembesian CB selesai dilanjutkan dengan pengecoran
beton
Ketentuan :
 Mutu Beton sesuai dengan NI.2-PBI 1971
 Pengujian dilakukan sesuai dengan NI.2-PBI 1971
 Campuran beton yang akan dipakai harus mendapat persetujuan
Direksi, yaitu sesuai dengan mix design beton yang diajukan dan telah
dievaluasi dan disetujui Direksi Lapangan.
 Sebelum pengecoran seluruh permukaan dan lokasi pengecoran harus
dibersihkan dahulu, pengecoran akan dimulai setelah mendapat
persetujuan dari Direksi.

Alat yang digunakan dalam pengecoran, antara lain :


• Concrete Mixer
• Concrete vibrator d. 2 “
• Talang cor
• Sekop, sendok mortar dan alat bantu lainnya.
Dan yang harus diperhatikan juga adalah benda uji kubus atau silinder
beton yang harus dibuat sesuai persetujuan Direksi.
Metode Kerja :
a. Prosedur pencampuran material beton dan kontrol kualitas di lapangan
• Mix design beton diajukan ke Direksi untuk mendapatkan persetujuan,
persetujuan ini yang di sebut dengan Job Mix Formula (JMF).
• Agregat dan semen yang digunakan untuk campuran beton sesuai
dengan spesifikasi yang telah ditentukan
• Kontrol kualitas campuran beton di lapangan dilakukan dengan :
 Slump test untuk mengontrol workability beton di lapangan
 Test kandungan udara untuk mengetahui kadar udara dalam
caampuran
 Test kuat tekan beton dengan kubus atau silinder, pengujian test di
lakukan di lab PU atau lab. independent.
b. Jalan akses ke lokasi dan metode pengecoran
• Menggunakan jalan kerja yang sudah dibuat pada saat pemancangan
sheet pile.
• Pengecoran beton dilakukan dengan mengunakan a.l : chute dengan
ketentuan tinggi jatuh pengecoran tidak lebih dari 1,50 m
• Pengecoran di lakukan sesuai dengan lahan yang siap tiap 12 m,
kemudian di pasang elastic asphalt filler tebal 2 cm (bila di syaratkan)
sesuai dengan bentuk caping sebagai sekat antara (sambungan
konstruksi).
• Pemadatan beton di laksanakan tiap layer 30 cm dengan menggunakan
engine concrete vibrator merata sepanjang konstruksi secara bertahap.
c. Curing / Perawatan Beton
• Perawatan beton di laksanakan dengan penyiraman dan penutupan
dengan karung basah bidang permukaan beton yang terbuka selama 7
hari untuk mencegah retak susut akibat panas sinar matahari.

Volume pekerjaan = 9.256 m3


Alat yang digunakan =
• Concrete Vibrator
• Alat bantu
Waktu pelaksanaan = 220 hari
7. Pekerjaan Galian Tanah dengan Alat Berat dan
Buang Tanah Hasil dari Galian
Ketentuan :
1. Pelaksanaan kegiatan dengan alat berat dalam bentuk penggalian/
pengerukan tanah/lumpur hingga mencapai peil rencana maupun
membentuk penampang galian/pengerukan sesuai gambar dan
pengarahan Direksi.
2. Penggalian dilaksanakan dengan cara / metode kerja yang menjamin
stabilitas sheet pile dan tidak membahayakan.
3. Material hasil galian basah dibuang di tempat penampungan sementara
untuk mengurangi kadar air dan pengotoran sebelum diangkut ke lokasi
yang telah ditetapkan sesuai petunjuk Direksi.

Metode Kerja :
1. Penggalian dengan Excavator.
2. Untuk galian alur sungai mengunakan excavator sebagai alat gali.
Sebagai alat pemindah tanah sementara (stockpile sementara)
digunakan excavator sebelum diangkut ke disposal yang telah tersedia
(permanen).
3. Excavator disini sebagai alat pengumpul sekaligus memindahkan
material di disposal sementara
4. Sebagian material yang tidak dipergunakan untuk timbunan kembali di
bawa ke disposal area dengan menggunakan Dump Truck
5. Hasil penggalian di ratakan dan dirapikan di disposal area dengan
Bulldozer.
Volume pekerjaan = 166.564,80 m3
Alat yang digunakan =
• Excavator kap 0.8 m3
• Dump Truck 5 Ton
Waktu pelaksanaan = 200 hari
8. Pekerjaan Galian Tanah dengan Ponton < 50 mdan Buang
Tanah Hasil dari Galian
Pekerjaan galian alur ini merupakan pekerjaan galian pada dasar sungai.
Ketentuan :
1. Pelaksanaan kegiatan dengan alat berat dalam bentuk penggalian/
pengerukan tanah/lumpur hingga mencapai peil rencana maupun
membentuk penampang galian/pengerukan sesuai gambar dan
pengarahan Direksi.
2. Material hasil galian basah dibuang di tempat penampungan sementara
untuk mengurangi kadar air dan pengotoran sebelum diangkut ke lokasi
yang telah ditetapkan sesuai petunjuk Direksi.

Metode Kerja :
1. Penyiapan peralatan, antara lain Excavator, Ponton dan Bulldozer,
2. Penempatan Ponton di sungai, Agar ponton bisa ditempatkan di sungai,
terlebih dahulu dilakukan penggalian dasar sungai menggunakan
Excavator sedalam 2 m. Setelah selesai kemudian ponton ditempatkan
di sungai,
3. Pelaksanaan penggalian dasar sungai menggunakan Excavator yang
ditopang oleh Ponton,
4. Jarak angkut tanah hasil galian ke lokasi pembuangan di kanan kiri
sungai sejauh < 50 m,
5. Tanah hasil galian alur dibuang ke tepi sungai, setelah kering kemudian
dilangsir oleh Excavator kedua memuat hasil galian ke dump truck
untuk di bawa ke disposal yang telah disetujui direksi,
6. Pengecekan atau pemeriksaan apakah galian alur sudah sesuai dengan
gambar rencana.
7. Sebagian material yang tidak dipergunakan untuk timbunan kembali di
bawa ke disposal area dengan menggunakan Dump Truck
8. Hasil penggalian di ratakan dan dirapikan di disposal area dengan
Bulldozer.
9. Sebelum di ratakan dan dirapikan, hasil galian terlebih dahulu dilakukan
pengukuran disposal area

Volume pekerjaan = 77.472 m3


Alat yang digunakan =
• Excavator kap 0.8 m3
• Ponton
• Dump Truck 5 Ton

Waktu pelaksanaan = 150 hari


Ilustrasi Galian Tanah dengan Ponton
9. Pekerjaan Buang Tanah Gasil dari Galian

Ketentuan :
1. Material hasil galian basah dibuang di Disposal sementara untuk
mengurangi kadar air dan pengotoran sebelum diangkut ke lokasi yang
telah ditetapkan sesuai petunjuk Direksi.
2. Penimbunan tanah buangan paling tinggi 2,0 m dan tidak
diperbolehkan mengganggu lingkungan disekitarnya.
3. Lokasi Disposal diprioritaskan pada fasilitas umum / sosial
(lapangan,sekolahan,makam,dll) yang telah disetujui direksi dan
didokumentasikan.

Metode Pelaksanaan Pekerjaan Buangan Tanah ke Disposal Area :


1. Tanah basah/lumpur kering dari Disposall sementara dimuat kedalam
dump truck menggunakan excavator.
2. Dump truck mengangkut hasil galian menuju tempat pembuangan
tetap yang telah disetujui oleh Direksi.
3. Muatan hasil galian tanah basah/lumpur dibuang dan diratakan dengan
buldozer.
4. Tanah buangan ditimbun dengan teratur sehingga memudahkan dalam
pengukuran hasil buangan
Volume pekerjaan =
Buangan hasil dari galian jarak angkut 0,50<L<1km = 83.282,40 m3
Buangan hasil dari galian jarak angkut 1<L<3km = 66.625,92 m3
Buangan hasil dari galian jarak angkut >3km = 16.656,48 m3
Alat yang digunakan =
• Excavator kap 0.8 m3
• Dump Truck 5 Ton
• Bulldozer
Waktu pelaksanaan = 120 hari

Ilustrasi Buang Tanah Hasil dari Galian

Disposal Sementara

Jarak angkut
0,5 km s/d >3 km

Diaposal Permanen
9. Pekerjaan Rib Rab

RIP-RAP yaitu susunan bongkahan batu alam atau blok-blok beton buatan
dengan ukuran dan volume tertentu yang digunakan antara lain sebagai
tambahan peredam energi di hilir dan berfungsi pula sebagai lapisan
perisai untuk mengurangi kedalaman penggerusan setempat dan untuk
melindungi tanah dasar di hilir peredam energi.
Metode Pelaksanaan :
1. Gunakan hanya campuran atau ukuran batu yang tergradasi dengan
baik dan hindari menggunakan ukuran batuan yang sama. Dengan
menggunakan ukuran batuan yang berbeda, akan memungkinkan
batuan untuk menciptakan sistem interlocking yang sempurna.
2. Jenis batuan harus cukup tahan lama untuk menahan siklus pembekuan
dan pencairan. Diameter rata-rata 30 cm sampai 80 cm dianjurkan.
3. Dianjurkan untuk menggunakan batuan berbentuk cekung dan
berbentuk bujur sangkar. Pastikan untuk memilih batuan yang memiliki
dimensi serupa di semua sisi dan harus memiliki tepi bersih yang tajam.
4. Untuk memastikan bahwa riprap berlabuh ke tanah, pastikan untuk
membuat riprap setidaknya dua kali lebih tebal dari diameter batu
maksimum.
5. Sebelum memasang lapisan batu pertama, oleskan membran geotekstil
sintetis untuk mencegah tanah bergerak melalui riprap.
6. Perluas riprap Anda sampai ke puncak bank atau ke permukaan air
desain sehingga bisa mengendalikan erosi lebih efisien
7. Pastikan riprap itu meluas sampai lima kali lebar terbawah ke hulu dan
hilir pada awal dan akhir kurva dan seluruh bagian melengkung.
Pertimbangkan menggunakan pagar rantai atau wire mesh untuk
mengamankan pemasangan riprap, terutama pada lereng curam atau di
daerah aliran tinggi. Anda bisa menggunakan wire mesh galvanis untuk
efisiensi dan daya tahan yang lebih baik.
Hal-hal yang Perlu Dipertimbangkan Selama Instalasi :
Selama proses instalasi, Anda harus berhati-hati dan tidak menggunakan
metode ini bila kemiringannya lebih besar dari 2: 1. Lereng yang lebih besar
dari 2: 1 dapat menyebabkan riprap ke Jatuh karena erosi dan tergelincir
akibat aliran air. Jika tidak digunakan dengan benar, sebenarnya bisa
memperburuk kondisi dan meningkatkan jumlah erosi. Jika Anda juga
mempertimbangkan untuk menggunakan riprap grouting, batu yang lebih
kecil bisa digunakan namun akan saling bertautan dengan grout dan
semen. Riprap yang tersumbat harus dilindungi dengan aman dari pada
gerusan jari atau dirusak dan tidak dapat diperbaiki sendiri seperti
pemasangan biasa.Setelah setiap badai atau peristiwa limpasan besar,
sistem perlu diperiksa dan dipelihara. Jika wire mesh atau batu telah rusak
atau diubah, pastikan untuk segera memperbaikinya untuk mencegah efek
cascade dengan keseluruhan sistem. Selain itu, Anda mungkin perlu
mengendalikan pertumbuhan gulma dan sikat di beberapa lokasi.
LINGKUP PEKERJAN

Pekerjaan Normalisasi Sungai Meduri & Sungai Bremi


1. Galian tanah dengan alat
2. Buang hasil galian jarak angkut 0,05 <L<1 km
3. Buang hasil galian jarak angkut 1 <L<3 km
4. Buang hasil galian jarak angkut >3 km
5. Tanah dihampar, diratakan dan dirapihkan
LINGKUP PEKERJAN

Pekerjaan Parapet Sungai Meduri & Sungai Bremi


1. Pengecoran beton K 250
2. Pemancangan mini pile K 500
3. Bongkaran mini pile
4. Pekerjaan water stop
5. Pembesian
6. Bekisting

Anda mungkin juga menyukai