Anda di halaman 1dari 22

• Suatu struktur bangunan pada umumnya dapat dibedakan dua bagian :

o Struktur bangunan yang terletak di atas muka tanah (dapat dilihat secara visual).
o Struktur bangunan yang terletak di bawah muka tanah (tidak dapat dinyatakan
secara visual).
• Struktur bangunan yang terletak di bawah muka tanah ini biasa disebut sebagai

fondasi.
• Fondasi berfungsi sebagai perantara untuk meneruskan beban struktur yang ada di
atas muka tanah dan gaya-gaya lain yang bekerja, ke tanah pendukung bangunan
tersebut.
• Suatu bangunan dikatakan stabil bila tanah pendukung mampu menerima beban
dari fondasi tersebut.
• Tanah pendukung berbeda-beda strukturnya tergantung dari lokasi di mana
bangunan itu didirikan. Perbedaan dapat berarah vertikal (merupakan lapisan-
lapisan tanah dari hasil sedimentasi) maupun horisontal (berupa patahan-patahan).

• Dalam teknik fondasi, kriteria tanah sesuai dengan kemampuan dalam menerima
beban di atasnya :
• Tanah baik  mempunyai kuat dukung tinggi, penurunan yang terjadi kecil.

• Tanah jelek  mempunyai kuat dukung rendah, penurunan yang terjadi besar.

• Dalam teknik fondasi, pengetahuan tentang tanah (ilmu mekanika tanah) sangat
berperan.
• Struktur bangunan fondasi pada umumnya berfungsi untuk menempatkan
bangunan di atas tanah, dan meneruskan gaya-gaya yang bekerja ke tanah agar
tanah mampu menerima beban yang didukungnya.
• Persyaratan yang diperlukan untuk bangunan fondasi dapat dibedakan dalam 2 hal,
antara lain :
a. Terhadap tanah dasar fondasi
1. Bentuk dan ukuran harus disesuaikan dengan kuat dukung tanah dasar
2. Penurunan yang terjadi kecil dan merata
3. Bangunan yang didukungnya tidak tergeser atau terguling
b. Terhadap struktur bangunan fondasi
Struktur bangunan fondasi harus kuat, tidak mengalami retak-retak atau pecah-
pecah akibat beban yang bekerja padanya.
• Berdasarkan persyaratan fondasi tersebut, maka bentuk fondasi dapat
diklasifikasikan sebagai berikut :
a. Fondasi dangkal
Digunakan pada tanah dasar yang mempunyai kuat dukung tinggi sehingga mampu
menerima beban berat yang bekerja, dan letak tanah baik relatif dangkal < 2,00
meter. Digunakan pada bangunan sederhana (Berlantai < 3 )atau beban ringan.
b. Fondasi dalam
Digunakan apabila letak tanah dasar fondasi dengan kuat dukung tinggi terletak
pada kedalaman yang besar ( > 5 meter), dan di atas lapisan tanah baik dijumpai
jenis tanah kurang baik (kuat dukung rendah, tanah lunak, humus, dll).
• Banyak bangunan yang gagal bukan disebabkan dari bangunan
pondasinya yang tak kuat menahan muatannya, tetapi sering dari
tanahnya. Karena kemampuan tanah yang merupakan tempat
berpijak tidak kuat menahan beban pondasi dan bangunan di
atasnya .

• Kegagalan karena tanahnya tidak mampu itu dapat berupa

penurunan berlebihan, atau tidak sama rata, longsoran/sliding,


kemiringan dan pergerakan, sebagai akibatnya dapat timbul
kerusakan struktural pada kerangka bangunan atau kerusakan lain
seperti tembok retak, lantai ubin pecah dan pintu jendela yang
sukar dibuka.
Berdasarkan kenyataan tersebut, maka
tugas pondasi menjadi ganda, yaitu :

Sebagai penumpu bangunan diatasnya


sekaligus harus dibuat sedemikian rupa
sehingga tanah yang dipakai sebagai pijakan
dapat kuat mendukungnya.
KESIMPULAN

Membuat pondasi yang baik haruslah


memahami tentang :
• bangunan atas yang harus dipikulnya,
•dan keadaan tanah yang harus memikulnya.
• Kemampuan dukungnya ≥ Tegangan kontak
yang terjadi (Tegangan yang diterimanya).

• Penurunan yang diijinkan ≥ penurunan yang


terjadi.
Didalam perencanaan fondasi yang perlu diperhatikan antara lain
sebagai berikut ini :

1.Pengaruh muka air tanah terhadap kuat dukung tanah.


2.Bangunan fondasi di atas tanah berkapur.
3.Bangunan fondasi di atas lokasi bekas bangunan.
4.Bangunan fondasi baru terletak di samping bangunan fondasi
lama.
1. Pengaruh muka air tanah terhadap kuat dukung tanah

Berdasarkan formula klasik Terzaghi dapat diketahui bahwa besarnya kuat dukung
ultimate (beban maksimum per satuan luas dimana tanah masih dapat
mendukung beban tanpa mengalami keruntuhan) tergantung dari letak muka
air tanah.
Bila dasar fondasi terletak di bawah muka air tanah, maka air tanah ini akan
berpengaruh terhadap nilai kohesi tanah (c) menjadi nilai kohesi tanah
terendam dan berat volume tanah menjadi berat volume tanah terendam. Maka
besarnya kuat dukung ultimate akan menurun bila ada muka air tanah.
2. Bangunan fondasi di atas tanah berkapur

Umumnya di daerah tanah berkapur, banyak dijumpai rongga-rongga bawah tanah,


yang memberikan pengaruh terhadap kemampuan dukung tanah setempat.
Rongga-rongga ini disebabkan oleh larutnya kapur akibat aliran air dalam
tanah.
Usaha untuk mengatasinya, rongga-rongga dibuka dan diisi beton cor, atau tanah
baik yang dipadatkan.
3. Bangunan fondasi di atas lokasi bekas bangunan

Pada umumnya untuk lokasi demikian, seperti daerah bekas timbunan sampah,
sumur, septic tank, saluran-saluran drainase maupun kolam, merupakan
daerah-daerah yang dapat menimbulkan terjadinya perbedaan penurunan pada
bangunan tersebut.
Untuk mengatasinya jika daerah tersebut sempit (lapisan tanah tipis) perlu dilakukan
penggantian tanah bekas timbunan sampah dengan tanah baik yang
dipadatkan dan kemudian digunakan beton sloof yang berfungsi untuk
meratakan beban ke tanah fondasi.
4. Pondasi bangunan baru di sisi pondasi bangunan lama

Ada 2 kemungkinan, jika letak dasar fondasi bangunan baru berada lebih dalam dari dasar
fondasi bangunan lama. Akibatnya terjadi penggalian tanah di dekat bangunan fondasi lama
yang dikhawatirkan akan terjadi pelongsoran tanah akibat gaya-gaya yang bekerja.
Untuk mengatasi ini, perlu digunakan konstruksi penahan tanah (turap), dan kadang
dikombinasikan dengan angkur untuk kedalam galian fondasi baru yang cukup besar.
Kondisi lain, bila dasar pondasi baru lebih dangkal dari dasar pondasi lama.
Beban fondasi baru akan memperbesar beban fondasi lama yang semula sudah stabil. Bilamana
penyebaran tekanan yang terjadi dalam tanah dengan kemiringan 2 (vertikal) dan 1 (horisontal)
maka agar tidak diperoleh pembebanan pada bangunan pondasi lama, disyaratkan minimal x =
1/2 z
5. Bangunan baru di sisi bangunan lama
6. Pondasi diatas lapis tanah (arah vertikal) dengan karakteristik
yang berlainan
TIPE KERUNTUHAN FONDASI

Berdasarkan hasil uji model, Vesic (1963) membagi


mekanisme keruntuhan fondasi menjadi 3 macam :
•Keruntuhan geser umum (general shear failure)
Menurut Vesic (1963), model keruntuhan geser umum
diharapkan terjadi pada fondasi yang relatif dangkal yang
terletak pada pasir padat atau kira-kira dengan ϕ > 36°
•Keruntuhan geser lokal (local shear failure)
sedang untuk keruntuhan geser lokal kira-kira ϕ '< 290.
•Keruntuhan penetrasi (penetration failure atau punching
shear failure)
Menurut Coduto (1994):
• Fondasi pada pasir padat cenderung runtuh pada keruntuhan
geser umum. Dalam hal ini, pasir padat adalah pasir yang
mempunyai kerapatan relatif Dr> 67%.

• Fondasi pada pasir tidak padat sampai kepadatan sedang (30%

< Dr< 67%), cenderung runtuh pada keruntuhan geser lokal.

•Fondasi pada pasir sangat longgar (Dr<30%), cenderung runtuh

menurut model keruntuhan penetrasi.


KAPASITAS DUKUNG (KEMAMPUAN DUKUNG)

Persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi dalam


perancangan fondasi adalah:
•Faktor aman terhadap keruntuhan akibat terlampauinya
kapasitas dukung tanah harus dipenuhi. Dalam hitungan
kapasitas dukung, umumnya digunakan faktor aman 3.
•Penurunan fondasi harus masih dalam batas-batas nilai yang
ditoleransikan. Khususnya penurunan yang tak seragam
(differential settlement) harus tidak mengakibatkan kerusakan
pada struktur.

Anda mungkin juga menyukai