PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Untuk mengetahui lebih jauh tentang konsep serta penerapan prinsip Pondasi
Konstruksi Sarang Laba – Laba.
1
C. Batasan Masalah
D. Metode Penulisan
1. Sumber data dan Pengumpulan data
a. Sumber data didapat dengan menggunakan acuan – acuan pustaka, buku
yang berhubungan dengan materi penulisan ini.
b. Pengumpulan data menggunakan metode Literatur, yaitu dengan penggunan
tugas akhir atau skripsi di Perpustakaan, buku – buku dan artikel yang
berhubungan materi penulisan ini.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Konstruksi yang direkayasa untuk bertumpu pada tanah harus didukung oleh suatu
pondasi, karena pondasi merupakan bagian dari rekayasa untuk meneruskan beban yang
ditopang oleh beratnya sendiri pada kedalaman tanah atau batuan yang terletak
dibawahya. Sulit ditemukan dua buah pondasi bahkan pada tapak konstruksi yang
berbatasan akan bersifat sama, karena sifat dari tanah ataupun batuan itu heterogen.
Dimana pondasi merupakan suatu bagian tertentuh dari sistem rekayasa komponen
pendukung beban yang mempunyai bidang antara ( interfacing ) terhadap tanah.
Mendirikan suatu konstruksi bangunan yang relatif cukup berat diatas tanah yang daya
dukungnya rendah serta rawan terhadap getaran atau guncangan gempa, jelas akan
menjadi suatu tantangan yang harus diatasi. Tantangan ini melahirkan suatu ide baru yaitu
Pondasi dengan konstruksi Sarang Laba – Laba, yang kemudian diangkat namanya
menjadi KSLL. Pondasi sistem konstruksi sarang laba – laba, merupakan pondasi
konvesional yang cukup sederhana dan praktis karena tidak lagi dilakukan pemancangan
seperti konstruksi lainnya dan juga efektif serta ekonomis, 30-50 % dari konstruksi
konvensional lainnya. Dimana sistem ini merupakan kombinasi antara sistem pondasi plat
beton pipih menerus dengan sistem perbaikan tanah, kombinasi berakibat adanya kerja
sama timbal balik saling menguntungkan.
Pondasi sistem KSLL ini ditemukan oleh Ir. Ryiantori dan Ir. Sutjipto pada tahun
1975, dengan paten nomor 7191, diterapkan diproyek sejak tahun 1978 oleh PT.
DASAGUNA yang kemudian dikembangkan oleh PT. KATAMA SURYABUMI sebagai
pemegang lisensi sampai saat ini, dan telah digunakan 1000 lebih bangunan. Sistem
pondasi ini memiliki kekakuan ( Rigidity ) jauh lebih tinggi/ baik dan bersifat monolit bila
dibandingkan dengan sistem pondasi dangkal lainnya. Karena plat konstruksi pada sarang
laba – laba didesain berfungsi ganda untuk Septic tank, Bak reservoir, lantai, podasi
tangga, kolom praktis dan dinding. Selain sistem ini dapat bekerja dengan baik terhadap
beban – beban vertikal kolom bila ditinjau dari perbandingan penurunan dan pola
keruntuhan. Susunan rib – rib diatur supaya titik pertemuannya berimpit dengan titik
beban kolom, karena KSLL berfungsi memikul beban secara merata. Rib juga berfungsi
3
sebagai penyebar tegangan atau gaya yang bekerja pada kolom, dimana pasir, tanah,
sebagai pengisi dipadatkan dan berfungsi untuk menjepit rib – rib konstruksi terhadap
lipatan dan puntir. Rib tepi keliling (Sattlement) biasanya dibuat lebih dalam, karena
kemungkinanan terjadinya pemanfatan akibat beban beban yang ada diatasnya bisa
direduksi dan untuk menjaga kestabilan terhadap kemungkinan terjadinya kemiringan.
Sistem ini dalam pelaksanaanya memerlukan waktu yang relatif singkat, dimana
menggunakan sistem ban berjalan dan padat karya serta menuntut keahlian yang tinggi
dan pengembangannya dapat dliaksanakan dengan pricast/ pracetak. Prinsip dari sistem
hubungan pemebesian pada pertemuan antara rib konstruksi, rib sattlement,
Konstruksi sarang laba – laba adalah sistem konstruksi bangunan bawah yang
memaduka antara kekuatan beton dengan sistem kosntruksi perbaikan tanah yang
digunakan pada daerah yang daya dukungnya berkisar 0.15-0.4 Kg/ Cm2. dengan bentuk
sistem konstruksinya yang sedemikian itu, maka KSLL boleh digambarkan sebagai suatu
lapisan batu karang yang cukup tebal, sehingga memiliki kekekalan dan daya dukung
yang cukup tinggi.
Sesuai dengan defenisinya, maka konstruksi sarang laba – laba terdiri dari dua bagian
konstrksi, yaitu :
1. Konstruksi Beton
a. Konstruksi beton plat pipih menerus yang dibawahnya yang terdiri dari rib –
rib yang pipih, namun dimensinya cukup tinggi.
b. Penempatan susunan rib - rib tersebut sedemikian rupa sehingga denah/ tampak
atasnya membentuk petak – petak segi tiga dengan hubungan yang kaku.
Ditinjau dari segi fungsinya rib – rib tersebut terdiri atas tiga macam, yaitu :
Rib Konstruksi, yaitu rib yang berfungsi sebagai penyebar beban dari
struktur bangunan.
Rib Sattlement, yaitu rib yang berfungsi sebagai tumpuan utama beban
bangunan.
Rib Pembagi, yaitu rib yang berfungsi sebagai pembagi dan pengikat/
pengaku terhadap rib – rib yang lain.
4
c. Dengan bentuknya seperti itu, dapat digambarkan seperti bentuk kotak raksasa
yang terbalik ( mengahadap kebawah ).
2. Perbaikan Tanah
a. Rongga yang ada diantara rib – rib/ bawah plat, diisi dengan lapisan tanah/
pasir yang memungkinkan untuk dipadatkan dengan sempurna. Selanjutnya di
atas pelat2 tersebut akan di cor pelat beton kira2 tebal 150 s/d 200 mm
b. Untuk memperoleh hasil yang optimal, maka pemadatan dilakukan lapis demi
lapis dengan tebal tiap lapis lebih 20cm, sedangkan pada umunya 2-3 lapis
teratas harus melampaui batas teratas 90% atau 95 % kepadatan maksimum
(Standart Proctor Test).
1. Suatu bentuk plat pipih menerus dan bagian dari plat beton dikakukan oleh rib –
rib tegak yang pipih tepi tertinggi pada bagian bawahnya dengan tujuan agar
sistem ini mampu mereduksi kemungkinan terjadinya perbedaan penurunan
(Diferensial Sattlement).
5
Gambar 2.1 Dimensi KSLL
2. Adanya Penempatan Plat Pada Sisi Atas Rib Dari Pada Perbaikan Tanah.
Susunan konstruksi seperti ini akan mengahasilkan penyebaran beban, artinya
untuk mendapatkan luasan pendukung pada luasan tanah asli selebar ( b ), cukup
dibutuhkan pelat efektif selebar (a). Hal ini terjadi karena adanya proses
penyebaran beban mulai dari bawah pelat yang berada pada sisi atas lapisan
perbaikan tanah. Lain halnya, kalau pelat berada dibawah rib atau pelat langsung
berada pada sisi atas lapisan tanah asli ( sebagai umunya pada pondasi pelat penuh
konvensional ), maka mendapatkan luasan tanah asli pendukung selebar ( a ), juga
juga diperlukan luasan pelat efektif selebar ( a ).
3. Adanya Susunan Rib – Rib Yang Membentuk Titik – Titik Pertemuan Dan
Penempatan Kolom Atau Beban Pada Titik Pertemuan Rib – Rib.
a. Dengan susunan rib – rib sebagaimana yang digambarkan dibawah ini,
maka diperoleh ketebalan ekivalen yang tidak merata. Pada titik – titik
pertemuan rib, diperoleh ketebalan maksimum; makin jauh dari titik
pertemuan rib – rib, ketebalan ekivalen tersebut semakin berkurang.
Dengan kata lain, Grafik ketebalan ekivalen akan membentuk gelombang,
sebagaimana pada gambar 2.5 dibawah.
b. Susunan rib – rib yang membentuk petak – petak segitiga dengan
hubungan kaku, merupakan suatu hubungan yang stabil terhadap pengaruh
gerakkan atau gaya horizontal.
6
4. Rib Sattlement Yang Cukup Dalam.
Penempatan rib Sattlement yang cukup dalam diatur sedemikian rupa, sehingga
membagi luasan konstruksi bangunan dibawah menjadi petak – petak yang masing
– masing luasnya tidak lebih dari 200 m2. Angka ini berdasarka pengamatan
empirik sampai saat ini, memberikan hasil yang cukup memuasakan. Adanya rib
Sattlement ini memberikan keuntungan - keuntungan sebagai berikut :
a. Mereduksi total penurunan.
b. Mempertinggi kestabilan bangunan terhadap kemungkinan terjadi
kemiringan.
c. Mampu melindungi perbaikan tanah terhadap kemungkinan terjadi
pengaruh .- pengaruh negatif dari lingkungan sekitar, misalnya :
Kembang susutnya tanah.
Kemungkinan terjadinya gradasi akibat aliran air tanah.
d. Menambah kekakuan pondasi dalam tinjauan secara makro.
7
sekalipun tidak mencapai kepadatan tanah didalam rib – rib KSLL, tetapi sudah
ikut memberikan saham yang cukup memuaskan bagi peningkatan kemampuan
daya dukung dan bagi ketahanan Sattlement.
Ruang lingkup dari pelaksanaan pondasi KSLL terbagi dalam beberapa pekerjaan,
yaitu:
8
E. Keuntungan Sistem Pelaksanaan Pondasi KSLL
Keistimewaan bentuk dan sistem konstrksinya yang timbul karena bentuk lahiriah
yang amat sederhna, maka bila dibandingkan dengan sistem – sistem pondasi yang lain,
sistem KSLL memiliki berbagai keuntungan, baik ditinjau dari segi efisiensi pelaksanaan,
Teknik konstruksi, keamanan, , maupun dari segi ekonomis.
9
c. Total Sattlement menjadi lebih kecil karena :
Meningkatan kepadatan tanah pada lapisan tanah pendukungdibawah
KSLL akibat pemadatan yang efektif pada lapisan tanah perbaikan
didalam KSLL.
Bekerjanya tegangan geser pada Rib keliling terluar dari KSLL.
10
3. Keuntungan Dari Segi Keamanan.
Pondasi konstruksi sarang laba – laba akan menjadi suatu sistem struktur bawah
sangat kaku dan kokoh serta aman terhadap penurunan dan gempa, juga mampu
menjawab dilema yang timbul pada pondasi untuk gedung – gedung yang
bertingkat tanggung antara dua sampai delapan lantai yang didirikan diatas tanah
dengan daya dukung rendah 0.2 kg/cm2 sampai dengan 0.5 kg/cm2, sehingga
KSLL bukan sekedar pondasi, tapi sistem konstruksi bangunan bawah / sub
struktur yang kokoh dan ekonomis.
Perencanaan dimensi dan mutu besi beton konstruksi sarang laba – laba menggunakan
3 dimensi khusus, yaitu :
11
BAB III
METODE PELAKSANAAN
12
f. Beton dekking dibuat diatas lantai kerja sebagai pembatas antara rib dengan
lantai kerja.
13
Rib dengan plat penutup
5. Pekerjaan Pengecoran Untuk Rib
a. Pekerjaan pengecoran untuk rib dilakukan secara manual, dengan alat :
Mini Mixer (Molen)
Gerobak Artco
Skopang
Mesin Vibrator
b. Pengecoran dapat dilakukan berdasarkan izin dari direksi pengawas dalam hal
ini ACCASIA Engineering Consultan.
c. Sebelum pengecoran dilakukan, pihak PT. Katama Suryabumi melakukan tes
sampel dilaboratorium Teknik Sipil Unhhalu untuk mengetahui Mutu Beton,
serta tes Slump untuk mengetahui kekentalan campuran beton yang disaksikan
oleh direksi pengawas ACCASIA Engineering Consultan.
d. Bila cuaca buruk atau terjadi hujan, maka pengecoran tidak dilakukan karena
dianggap membahayakan mutu beton dari rib yang akan dicor.
e. Pekerjaan pengecoran dilaksanaan sesuai dengan gambar kostruksi. Apabila
ada yang tidak sesuai antara gambar potongan dengan gambar detail, maka
Direksi pengawas ACCASIA Engineering Consultan segera berkonsultasi
dengan pihak PT. Katama Suryabumi untuk dilakukan perbaikan.
f. Bahan – bahan yang digunakan untuk adukan beton
Semen :
Semen yang digunakan adalah jenis dan merek yang bermutu baik
dan atas persetujuan direksi pengawas ACCASIA Engineering
Consultan, yaitu semen Portland Indonesia merek Bosowa.
Semen yang telah mengeras sebagian/ seluruhnya, tidak
diperkenankan lagi untuk dipergunakan.
Semen disimpan pada gudang material yang aman dari air serta
terhindar dari kelembaban semen.
Pasir dan Koral :
Pasir beton yang digunakan berasal dari Pohara dengan butir – butir
yang bersih dan bebas dari bahan – bahan organik, lumpur dan lain
sebagainya.
14
Koral yang digunakan berasal dari Moramo yang bersih dan
bermutu
Untuk pengecoran rib dipergunakan koral/ steenslag ukuran ½,
sedangkan untuk pengecoran plat, bisa dipergunkan koral/
steenslag 2/5.
Air :
Air yang digunakan adalah air sumur Bor tawar yang diadakan
langsung oleh PT. Adhy Karya (Persero) Tbk, tepat samping
pembanguan gedung MIPA.
g. Mutu Beton
Mutu beton yang digunakan adalah : K- 275 berdasarkan hasil uji laboratorium
Teknik Sipil Unhalu.
h. Pemeliharaan beton
Beton setelah dicor selama dalam masa pengeringan selalu dibasahi selama
minimal 1 minggu.
15
7. Pekerjaan Urugan Pasir Dan Pemadatan
a. Setelah pekerjaan urugan tanah dan pemadatan, selanjutnya dilakukan
pekerjaan pengurugan pasir tepat diatas tanah yang telah dipadatkan.
b. Bahan yang dipergunakan untuk pekerjaan ini adalah pasir urug yang yang
berasal dari Pohara.
c. Pemadatan dilakukan dengan Tamping Rammer lapis demi lapis, dengan
ketebalan tiap lapis 20 cm.
d. Untuk urugan lapis I, dituntut kepadatan minimal 90 % dari kepadatan optimal.
e. Untuk urugan lapis II, dituntut kepadatan minimal 95 % dari kepadatan
optimal.
f. Untuk tes kepadatan, PT. Katama Suryabumi bekerja sama dengan
laboratorium Tenik Sipil Unhalu, yang diawasi langung oleh direksi pengawas
ACCASIA Engineering Consultan.
g. Pada saat melakukan pengurugan tanah atau pasir, mengingat beton yang
masih muda, maka dijaga agar tinggi perbedaan urugan antara petak yang
bersebelahan tidak lebih dari 20 cm.
16
10. Pekerjaan Pengecoran Beton Pelat Penutup.
a. Pengecoran beton pelat penutup dilakukan dengan menggunakan Truck Mixer
yang berkapasitas 5 m2 dan truck Pompa untuk mempermudah dan
mempercepat proses pengecoran.
b. Pengecoran dilakukan secara bertahap, mengingat pekerjaan rib dan perbaikan
tanah pada bagian yang lain belum selesai.
c. Spesifikasi bahan dan aturan yang digunakan yang digunakan pada pekerjaan,
sama seperti pada pekerjaan pengecoran rib.
d. Pengecoran dapat dilakukan atas izin dari direksi pengawas ACCASIA
Engineering Consultan.
e. Pengecoran dilakukan berdasarkan ketebalan pelat lantai yang disyaratkan
adalah 11 cm.
Pondasi rakit ( raft Pondation ) didefenisikan sebgai bagian bawah struktur yang
berbentuk rakit melebar keseluruh bagian dasar bangunan. Bagian ini berfungsi
meneruskan beban bangunan ke tanah dibawahnya. Pada penggunaanya pondasi rakit dan
pondasi KSLL sama yaitu digunakan untuk tanah yang berkapasitas daya dukung rendah,
sehingga jika digunakan pondasi telapak akan memerlukan luas yang hampir memenuhi
bagian bawah bangunan. Terzaghi dan Peck (1948) menyarankan jika 50% luas bangunan
terpenuhi oleh luasan pondasi, untuk lebih ekonomisnya maka gunakan pondasi rakit agar
lebih menghemat biaya penggalian dan penulangan beton.
Dalam bentuk yang paling sederhana, pondasi rakit terdiri dari pelat beton bertulang
yang mendukung kolom – kolom dan dinding – dinding penahan bangunannya dengan
beban dan jarak kolom yang relatif sama.
Pondasi rakit merupakan kebalikan bentuk dari pondasi KSLL, sehingga proses
penyebaran beban yang bekerja pada kedua struktur pondasi tersebut berbeda. Perbedaan
tersebut dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
Menurut Peck, dkk ( 1953 ) bahwa untuk menghitung kapasitas dukung pada pondasi
rakit, disarankan untuk menggunakan persamaan :
17
𝑁−3
qa =
5
Dengan N adalah jumlah pukulan per 30 cm dalam uji SPT, sedangkan menurut
(1968) untuk menghitung daya dukung pondasi berdasarkan hasil uji kerucut statis
(sondir) menyarankan untuk menggunakan persamaan:
𝐾𝑔
(𝑞𝑐𝑥𝐵)+0,30𝐾𝑑 ( )
𝑐𝑚
qa =
50𝑥𝐵
Dengan B ≥ 1,2 m, D adalah kedalaman dasar pondasi dan qc adalah hambatan Konus
pada tes Sondir dilapangan. Persamaan ini dapat digunakan dalam meghitung daya
dukung pondasi secara praktis, cukup hanya dengan data tahanan konus rata – rata yang
bekerja dibawah pondasi. Sedangkan untuk perhitungan kapasitas dukung pondasi KSLL
menggunakan persamaan:
1. Untuk beban dan luasan yang sama, KSLL memliki kekauan yang lebih tinggi dari
pada pondasi rakit.
2. Sistem perbaikan tanah yang efektif dalam KSLL ikut memperbaiki dan
menambah kepadatan untuk meningkatkan daya dukung dari tanah itu sendiri.
3. Bekerjanya tegangan geser pada rib keliling terluar dari KSLL.
4. Penyebaran beban dimulai dari dasar pelat yang terletak dibagian atas rib,
menyebabkan tegangan yang timbul akibat beban sudah merata pada lapisan tanah
pendukung.
5. KSLL memiliki kemampuan melindungi secara pemanen stabilitas dari perbaikan
didalamnya.
18
C. Membandingkan Konsep Pondasi KSLL Dengan Konsep Pondasi Telapak
Pondasi telapak (Spread Footing) merupakan pondasi yang berdiri sendiri dalam
mendukung kolom. Untuk pondasi telapak, ada yang disebut dengan pondasi telapak
terpisah dan pondasi telapak gabungan. Pondasi telapak terpisah pada umumnya
digunakan untuk mendukung sebuah kolom, sedangkan pondasi telapak gabungan untuk
mendukung dinding tembok memanjang. Hal inilah yang menjadi perbedaan yang sangat
mendasar antara pondasi telapak dengan pondasi KSLL, karena pondasi KSLL
mendukung seluruh beban struktur secara merata. Sehingga kapasitas dukung kedua
pondasi tersebut pun berbeda.Untuk menghitung kapasitas dukung izin ( qa ) pada pondasi
telapak berdasarkan hasil uji kerucut statis menurut Bowles (1968) menyarankan
meggunakan persamaan sederhana ( 2.2 ):
𝐾𝑔
(𝑞𝑐𝑥𝐵)+0,30𝐾𝑑 ( )
𝑐𝑚
qa =
50𝑥𝐵
Dengan lebar pondasi (B) ≥ 1,2 m, D adalah kedalaman dasar pondasi dan qc adalah
hambatan konus rata – rata pada tes Sondir dilapangan.
Dalam merencanakan suatu pondasi terlebih dahulu diketahui daya dukung tanah atau
kekuatan tanah untuk memikul beban dari setiap konstruksi bangunan yang berada
diatasnya tanpa kegagalan dengan adanya penurunan ( Sattlement ) yang dapat ditolerir
untuk konstruksi pondasi. Beban – beban yang bekerja pada pondasi akan dapat
disalurkan ke tanah secara baik apabila stabilitas pondasi dipenuhi. Kriteria stabilitas
pondasi dangkal dapat dipenuhi jika :
Daya dukung batas tanag lebih besar dari tegangan kontak yang diakibatkan oleh
beban total pada pondasi.
Penurunan pondasi yang terjadi akibat beban yang bekerja lebih kecil dari
penurunan yang disyaratkan.
19
Oleh karena itu, perencanaan pondasi yang tidak memenuhi kriteria tersebut akan
terjadi kegagalan. Kegagalan geser tanah dapat menyebabkan distorsi bangunan yang
berlebihan dan bahkan dapat menimbulkan keruntuhan pada konstrksi bangunan tersebut.
Oleh karena itu perlu adanya pemeriksaan kekuatan tanah atau daya dukung tanah
melalui penyelidikan dengan menggunakan sondir untuk mengetahui karakteristik tanah
pada kedalaman tertentuh, sehingga kita dapat merencanakan tipe konstruksi pondasi
yang kita inginkan. Kerusakan konstruksi bangunan yang disebabkan oleh perencanaan
pondasi yang tidak memadai, umunya diakibatkan oleh penurunan yang berlebihan. Akan
tetapi dalan kondisi inipun keruntuhan konstruksi jarang terjadi, sehingga dapat ditaksir
bahwa penurunan terjadi secara perlahan dan tergantung pada lamanya waktu yang
terjadi, sehingga kerusakan bangunan atau retak – retaknya konstruksi perlahan mulai
kelihatan, maka perlu dilakukan langkah – langkah pencegahan untuk menghindari
terjadinya keruntuhan.
Dalam setiap perencanaan pondasi, baik daya tahan geser dasar maupun penurunan
harus diselidiki terlebih dahulu sebelum membangun sebuah konstruksi bangunan guna
mengetahui kriteria penurunan untuk menentukan daya dukung yang diijinkan. Oleh
karena setiap jenis pondasi memiliki daya dukung yang berbeda – beda, maka sangat
perlu kita melakukan perbandingan daya dukung pondasi, dalam hai ini kita dapat
membandingkan daya dukung pondasi KSLL dan pondasi telapak pada pembangunan
gedung D-III Class Politeknik Unhalu terhadap beban yang dipikul atau diterimanya
dengan menggunakan data sondir lapangan.
Daya dukung pondasi KSLL seperti yang telah dibahas pada bab sebelumnya, bahawa
daya dukung ijin ( qa ) pondasi KSLL adalah 1,5 dari daya dukung ijin (qa) pondasi rakit,
maka untuk perkiraan kapasitas dukung pondasi KSLL dapat dianalisa malalui daya
dukung pondasi rakit sebagai berikut.
Dari data hasil uji kerucut statis (sondir) dilapangan, diketahui hambatan konus (qc)
rata – rata pada kedalaman 2 meter dari muka tanah adalah sebesar 20 kg/ cm2, sedangkan
20
dari hasil analisis pembebanan struktur, diketahui beban ultimit (Pu) seluruh konstruksi
sebesar 2319,46 Ton.
Untuk menghitung kapasitas dukung pondasi rakit berdasarkan data hasil uji kerucut
statis ( sondir ) menggunakan persamaan Bowles (1968) (2.2) sebagai berikut :
𝐾𝑔
(𝑞𝑐𝑥𝐵)+0,30𝐾𝑑 ( )
𝑐𝑚
qa =
50𝑥𝐵
𝑞𝑎
qs =
𝑆𝑓
𝐾𝑔
(20𝑥12)+0,30𝑥((1+0,3) 𝑥 (2:12)) ( )
𝑐𝑚
qa =
50𝑥12
6,87
qs =
1,5
= 4,33 Ton / m2
21
F. Daya Dukung Pondasi Telapak
Untuk menganalisa perkiraan daya dukung telapak, kita juga menggunakan persamaan
Bowles (1968) seperti persamaan diatas karena untuk membandingkan perkiraan daya
dukung kedua pondasi tersebut berdasarkan hasil uji kerucut statis (sondir) dengan data
yang sama. Namun yang menjadi perbedaaan hanya beban yang bekerja pada pondasi
telapak terfokus pada tiap segmen atau kolom yang dipikulnya, sehingga dalam
menganalisis kita menggunakanan beban pada kolom D7 struktur sebesar 203,12 Ton.
Sedangkan dari hasil uji kerucut statis (sondir) dilapangan, diketahui hambatan konus (qc)
rata – rata pada kedalaman 2 meter dari muka tanah adalah sebesar 20 kg/ cm2.
Untuk menghitung kapasitas dukung pondasi telapak berdasarkan data hasil uji
kerucut statis ( sondir ) menggunakan persamaan Bowles (1968) (2.2) sebagai berikut:
𝐾𝑔
(𝑞𝑐𝑥𝐵)+0,30𝐾𝑑 ( )
𝑐𝑚
qa =
50𝑥𝐵
𝑞𝑎
qs =
𝑆𝑓
𝐾𝑔
(20𝑥5)+0,30𝑥((1+0,33)𝑥(2:5)) ( )
𝑐𝑚
qa =
50𝑥5
= 0,508 kg / cm2
= 5,08 Ton / m2
22
𝑞𝑎
qs =
𝑆𝑓
= 3,39 Ton / m2
23
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Dari segi peralatan, pelaksanaan pondasi KSLL cukup mudah karena tidak
membutuhkan peralatan yang besar atau alat berat, cukup hanya dengan alat
manual pekerjaan pondasi KSLL sudah dapat dilakukan.
2. Dari segi tenaga kerja, pelaksanaan pondasi KSLL tidak membutuhkan keahlian
yang tinggi, namun dipilih tenaga kerja yang sudah sering melakukan pekerjaan
KSLL, sehingga tidak lagi sulit dalam mengontrol dan mengawasi jalannya
pekerjaan.
B. Saran
1. Dari hasil penelitian yang saya lakukan, saya menemukan banyak kelebihan baik
secara konseptual maupun pelaksanaannya, sehingga saya menyarankan agar pihak
PT. KATAMA SURYABUMI sebagai pemegang lisensi untuk dapat
mengembangkan Pondasi KSLL bukan hanya untuk digunakan dalam lingkup
Indonesia saja, namun harus mampu bersaing secara sehat dalam taraf
Internasional.
2. Dibalik kelebihan pasti ada kekurangan yang mesti harus dibenahi dalam setiap
manajemen, begitu pula dengan pelaksanaan pondasi KSSL dilapangan, sehingga
setiap jenis pekerjaan pondasi KSLL dapat dilakukan dengan baik oleh para
pelaksana dilapangan.
24
DAFTAR PUSAKA
http://www.indosiar.com/ragam/konstruksi-sarang-laba-laba-karya-putra-
bangsa_39272.html
http://mrdnawir.blogspot.com/2010/06/skripsi.html
http://dc207.4shared.com/doc/bAERSyjd/preview.html
http://archv3nture.blogspot.com/2010/02/pondasi-sarang-laba-laba-sebagai-solusi.html
http://www.scribd.com/doc/70835100/Pondasi-sarang-laba
http://www.scribd.com/doc/56236570/Presentasi-Pemeliharaan-Bangunan-Pondasi
http://issuu.com/tantrikumalasari/docs/8.bab_i
25