BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Untuk dapat mencapai sisa material yang minimum, tentunya diperlukan upaya
penanggulangan dengan memanajemen sisa material. Hal tersebut tentunya juga dapat
meminimalisasi biaya proyek yang dikeluarkan. Menurut Dobler (1990). Menurut ( Patil dan
Pataskar, 2013) menyatakan manajemen material sebagai proses untuk menyediakan material
yang benar, tempat yang benar, waktu yang tepat serta jumlah yang tepat sehingga dapat
Manajemen material didefinisikan sebagai suatu sistem manajemen yang diperlukan untuk
merencanakan dan mengendalikan mutu material, jumlah material dan penempatan peralatan
yang tepat waktu, harga yang baik dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan (Bell and
Stukhart 1986) pada Tugas Akhir Suhartanti (2017). Sedangkan menurut Kini. U (1999) pada
Tugas Akhir Suhartanti (2017), material manajemen adalah suatu sistem manajemen yang
perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian sumber daya material yang tepat dengan kualitas
yang sudah ditentukan pada waktu dan tempat yang sesuai dengan tingkat pembiayaan yang
II-1
Bab II Tinjauan Pustaka
Manajemen material tidak hanya mencakup pembelian material saja, tetapi meliputi segala
aktivitas yang bertalian dengannya seperti pengangkutan dan pengiriman, penentuan rute
penyimpanan barang, dokumentasi penerimaan rampung dan pelepasan paling akhir dari
barang surplus atau kelebihan pada akhir pekerjaan (Barrie 1993) pada Tugas Akhir
sebagai berikut :
5. Penanganan dan distribusi material (Lim Lan Yuan and Pheng 1992)
II-2
Bab II Tinjauan Pustaka
Pengadaan material merupakan antisipasi terhadap ketersediaan material di pasaran. Hal ini
dilakukan agar material selalu siap di lokasi saat diperlukan. Kegiatan ini meliputi :
1. Membuat estimasi kebutuhan volume dan jenis material yang akan dipakai, berserta
spesifikasi yang jelas kalau perlu diberikan juga spesifikasi material alternatif untuk
bahan yang sulit didapatkan. Membuat jadwal pengiriman material ke lokasi sesuai
2. Memilih supplier diutamakan yang sudah berpengalaman (bonafid), setelah itu baru
sehingga pengiriman selalu sesuai dengan jadwal proyek. Perlu diatur agar material
yang datang sesuai jadwal pemakaian material tersebut (Thomas, 1989). Komunikasi
antara kontraktor dan supplier harus terjalin dengan baik, supaya tidak terjadi
penanganan dalam hal penyimpanan yang berbeda pula, agar tidak menimbulkan sisa material
yang tidak diinginkan. Misalnya untuk semen, kondisi penyimpanan tidak boleh lembab,
karena semen akan rusak/mengeras, untuk itu perlu diberi landasan. Hal- hal lain yang perlu
diperhatikan adalah :
II-3
Bab II Tinjauan Pustaka
1. Menyimpan material dengan rapi di gudang agar tidak bercampur dengan material
lain sehingga tidak mudah rusak. Untuk material yang mudah rusak atau pecah perlu
dipisahkan dengan material berat yang lain, seperti keramik dan batu bata jangan
3. Selain gudang, perlu diperhatikan juga tempat disekitar lokasi proyek yang
Setiap material yang tiba di lokasi perlu ditangani dengan baik, agar tidak menimbulkan sisa
2. Menerima dan memeriksa material, hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya
penerimaan material yang tidak sesuai dengan spesifikasi yang diminta, volume
yang kurang dan material yang rusak dari supplier (Stuckhart, 1995)
dengan hati-hati.
5. Penataan site dibuat sebaik mungkin, sehingga arus material jalannya pendek dan
II-4
Bab II Tinjauan Pustaka
1. Memakai peralatan kerja kurang memadai maupun budaya kerja yang kurang baik
(Gavilan, 1994)
3. Memakai teknologi yang masih baru, dimana tukang masih belum terbiasa dengan
material, yang pada akhirnya material tersebut tidak dapat dipakai lagi. (Skoyles,
1994)
(Gavilan, 1994).
Pada tahap penanganan dan pemakaian material, perilaku para pekerja sangat berpengaruh
terhadap timbulnya sisa material di lapangan, karena pada tahap ini dibutuhkan sikap yang
hati-hati, dan tukang yang berpengalaman dalam bidang konstruksi. Bimbingan dan pelatihan
diperlukan bagi para pekerja agar mereka menyadari dan mengetahui akibat terjadinya
kesalahan pemakaian material di lapangan yang dapat menimbulkan banyak sisa material,
Material konstruksi sebagai salah satu komponen yang penting dalam menentukan besarnya
biaya suatu proyek memiliki peranan penting dalam menunjang pelaksanaan proyek.
Menurut ( Koshy dan Apte, 2012) dalam jurnal ( Ghanim. A. Bekr, 2014) mendefinisikan
sisa material sebagai kerugian yang dihasilkan oleh suatu kegiatan yang dapat menghasilkan
II-5
Bab II Tinjauan Pustaka
biaya langsung maupun tidak langsung namun tidak menambahkan suatu nilai apapun ke
produk dari sudut pandang klien. Sasidharani dan Jayanthi, (2015) sisa material atau limbah
konstruksi sebagai limbah yang muncul dari kegiatan konstruksi, renovasi dan
pembongkaran, dan perbaikan jalan. Dimana sisa material tersebut perlu dikelola
penggunaannya agar mencapai efisiensi yang tinggi dalam rangka mencapai sasaran tertentu.
Tujuan dari pengelolaan sumber daya adalah dalam rangka menekan/ mengendalikan biaya
proyek, yang pada intinya adalah pengendalian produktivitas dari sumber daya alat, tenaga
Sisa material adalah sesuatu yang tidak terpakai/ terbuang/ tidak efisien hasil atau akibat
peralatan, material, tenaga kerja, atau biaya dalam jumlah cukup besar yang dipertimbangkan
dalam proses pembangunan (Garas et al, 2001) Pada Tugas Akhir Elvina (2014)
Penggunaan material dalam proses konstruksi digolongkan dalam dua bagian (Gavilan and
menjadi bagian dari struktur fisik bangunan, misalnya: semen, pasir, batu pecah, batu
dan bukan merupakan bagian dari fisik bangunan, biasanya material ini bisa dipakai
ulang dan pada akhir proyek akan menjadi sisa material juga, misalnya: perancah,
II-6
Bab II Tinjauan Pustaka
Menurut Gavilan and Bernold, (1994) alur penggunaan consumable material mulai sejak
pengiriman ke lokasi, proses konstruksi, sampai pada posisinya yang terakhir akan berakhir
Secara garis besar waste dibagi menjadi 2 bagian, yaitu waste berdasarkan asal terbentuknya
A. Menurut Tchobanoglous et al
Sisa material dapat dikategorikan menjadi dua bagian berdasarkan asalnya yaitu:
1. Demolition waste adalah sisa material yang timbul dari hasil pembongkaran proses
2. Construction waste adalah sisa material konstruksi yang berasal dari proses
pembangunan.
B. Menurut Skoyles
a. Direct waste adalah sisa material yang timbul di proyek karena material yang
II-7
Bab II Tinjauan Pustaka
pada lokasi penyimpanan. Sisa material yang terjadi sebelum material masuk ke
c. Site Storage Waste merupakan sisa material yang terjadi karena penumpukan
atau penyimpanan yang buruk pada tempat yang tidak aman pada proyek.
ukuran yang tidak ekonomis, seperti material kayu, besi dan sebagainya.
e. Fixing Waste adalah sisa material akibat tercecer, terbuang dan rusak selama
f. Cutting Waste adalah sisa material akibat pemotongan bahan akibat ukuran,
g. Criminal Waste adalah sisa material yang terjadi karena pencurian atau
yang tidak sesuai atau dari kebimbangan dalam pengambilan keputusan. Hal
i. Wrong use Waste merupakan sisa material akibat pemakaian tipe dan kualitas
j. Learning Waste merupakan sisa material akibat pekerja seperti pekerja tidak
2. Sisa Material Tidak Langsung (Indirect Waste) adalah sisa material yang terjadi
dalam bentuk sebagai suatu kehilangan biaya (moneter loss), terjadi kelebihan
pemakaian volume material dari yang direncanakan dan tidak terjadi sisa material
II-8
Bab II Tinjauan Pustaka
alasan : terlalu banyak material yang dibeli, material yang rusak, dan makin
c. Negligence Waste merupakan sisa material yang terjadi karena kesalahan di lokasi
(site error), sehingga kontraktor menggunakan material lebih dari yang ditentukan
Material besi merupakan salah satu bahan utama material konstruksi dalam pembuatan beton
bertulang. Menurut SNI 07- 2052-2002, baja tulangan adalah baja berbentuk batang
berpenampang bundar dengan permukaan polos atau sirip yang digunakan untuk penulangan
beton. Baja beton yang digunakan dapat berupa batang baja lonjoran atau kawat rangkai las
(wire mesh) yang berupa batang-batang baja yang dianyam dengan teknik pengelasan. Baja
beton dikodekan berurutan dengan: huruf BJ, TP dan TD, BJ berarti Baja, TP berarti
Tulangan Polos dan TD berarti Tulangan Deformasi (Ulir). Baja beton BJTP 24 dipasok
sebagai baja beton polos, dan bentuk dari baja beton BJTD 40 adalah deform atau dipuntir.
II-9
Bab II Tinjauan Pustaka
Material besi sebagai bahan utama dalam berjalannya sebuah proyek konstruksi, kerap
menghasilkan sisa material/ waste yang tergolong cukup tinggi. Namun Untuk dapat
mencapai sisa material/ waste yang minimum, tentunya diperlukan upaya penanggulangan
dengan adanya perencanaan alokasi penggunaan sisa potongan besi sebagai upaya optimasi
Optimasi merupakan suatu bentuk mengoptimalkan sesuatu hal yang sudah ada, ataupun
merancang dan membuat sesuatu secara optimal dengan meminimalkan atau memaksimalkan
fungsi dengan sistematis. Optimasi juga berarti upaya untuk meningkatkan kinerja sehingga
mempunyai kualitas yang baik dan hasil kerja yang tinggi. Optimasi diperlukan untuk
Pada hal ini, upaya optimasi yang dilakukan yakni dengan melakukan alokasi sisa material
besi untuk digunakan kembali di tulangan lainnya dimana sisa material besi tersebut masih
terbilang cukup panjang untuk digunakan kembali, sehingga waste material dapat di optimasi
dengan melakukan alokasi sisa material besi tersebut. Berkaitan dengan hal tersebut, maka
dapat disimpulkan bahwa dalam proyek konstruksi optimasi sisa material merupakan suatu
proses perencanaan dan pengendalian sisa material agar didapatkan nilai yang sekecil
mungkin karena besarnya sisa material akan berpengaruh terhadap biaya proyek.
II-10
Bab II Tinjauan Pustaka
Material besi merupakan salah satu bahan dasar bangunan yang memiliki peranan penting
dalam satu kesatuan bangunan. Material besi menjadi pondasi dari berdirinya bangunan
karena dipakai hampir diseluruh bagian bangunan. Pada tahap awal konstruksi, bentuk
bangunan dibuat dari bermacam- macam material besi, sesuai dengan kebutuhan bangunan.
Material besi dibuat oleh pabrik dengan panjang standar sebesar 12 m. Satu batang material
besi yang dihasilkan oleh pabrik dengan panjang standar tersebut biasanya dihitung sebagai
satu rol bar steel. Oleh karena itu, material besi dipotong-potong sesuai dengan kebutuhan
bentuk bangunan. Dimana pada saat perancangan, pihak konsultan telah memiliki
ditentukan kebutuhan panjang material besi untuk konstruksi. Karena itu, material besi yang
didatangkan dari pabrik dengan panjang standar sebesar 12 m tentunya akan memiliki sisa
Jumlah sisa/buangan akan meningkat jika pemesanan material tidak direncanakan dengan
baik. Jumlah itu akan meningkat sesuai dengan penggunaan ukuran tulangan (Kim 2002).
Jumlah itu bisa dikurangi jika pemesanan dilakukan dengan seksama sesuai dengan
rancangan. Juga apabila masing – masing sisa potongan setelah produksi dapat dimanfaatkan
Banyak faktor yang dapat menyebabkan terjadinya sisa material di lapangan. Terjadinya sisa
material dapat disebabkan oleh satu atau kombinasi dari beberapa penyebab. Kim (1987)
menunjukkan bahwa tingkat kehilangan material besi dari suatu proyek konstruksi lebih
banyak dibandingkan pada bangunan yang cenderung menggunakan panjang dan ukuran
II-11
Bab II Tinjauan Pustaka
1. Yang banyak menghasilkan sisa adalah pemesanan tulangan pada pabrik baja
yang tidak akurat dan sesuai dengan konstruksi dan “bar schedule”
2. Material juga terbuang percuma ketika tulangan dengan panjang 2-3 meter tidak
besar jika sisa potongan yang masih banyak tersebut memiliki diameter yang
besar. Yang paling efektif adalah jika panjang pemotongan minimal 1 meter.
3. Pola Pemotongan Material besi (Ekwardo, 2008). Pola adalah bentuk atau model
(suatu set peraturan) yang bisa dipakai untuk membuat atau untuk menghasilkan
suatu atau bagian dari sesuatu, khususnya jika sesuatu yang ditimbulkan cukup
mempunyai suatu yang sejenis untuk pola dasar yang dapat ditunjukkan atau
terlihat, yang mana sesuatu itu tidak akan memamerkanpola. Secara umum, pola
dapat dikatakan sebagai cara untuk mengelola suatu objek. Terdapat bermacam-
macam penggunaan pola, misalnya pola pemotongan. Gambar 2.1 dan Gambar
2.2. adalah contoh pola pemotongan satu dimensi, dalam hal ini adalah material
besi.
II-12
Bab II Tinjauan Pustaka
Dalam pola pemotongan, yang dimaksud pengelolaan objek adalah bagaimana cara
memotong sebuah objek yang besar menjadi sebuah objek yang lebih kecil. Objek yang besar
tersebut dikelola dengan dipotong-potong menjadi potongan yang lebih kecil dengan untuk
memenuhi kebutuhan dimensi yang digunakan. Namun pola pemotongan juga dapat
Bar Bending Schedule atau biasa disebut bestat besi adalah daftar kebutuhan material besi
yang dibutuhkan yang dibentuk dalam beberapa tipe material besi. Bestat besi berisikan
tentang panjang batang material besi yang dibutuhkan dan berapa banyak kebutuhan besi yang
dibutuhkan. Dari kedua data tersebut maka akan didapat jumlah panjang material besi yang
akan digunakan.
Selain itu pada bestat material besi juga terdapat informasi berupa berat per satu unit untuk
setiap setiap bentuk penulangannya. Informasi ini biasanya digunakan sebagai acuan
perhitungan total kebutuhan material besi pada rekapitulasi bestat material besi pada suatu
proyek. Berikut ini contoh dari bestat material besi yang umum dibuat :
II-13
Bab II Tinjauan Pustaka
Beberapa standar penulangan pada Proyek Jembatan Pantai Indah Kapuk 2 terkait aturan kait
ujung tulangan yang digunakan, panjang penyaluran tulangan, serta lewatan tulangan (overlap)
diantaranya.
( mm ) ( mm ) ( mm ) ( mm )
( mm )
Gambar 2.3 Tabel Standar Penulangan untuk Panjang Penyaluran, Kait Ujung dan Panjang
Lewatan Tulangan
(Sumber: Data Proyek Jembatan PIK 2, 2020)
II-14
Bab II Tinjauan Pustaka
1195
1295
1100
1000
4H
4H
1
1
9687
9687
5392
5392
2H
2H
1
1
4H
4H
1
1
2000
2000
100
100
9000
Gambar 2.5 Contoh Gambar Pembesian Footing dan Pier P4 Jembatan 11 Serta
Panjang Penyaluran Tulangan F4-1 40D
II-15
Bab II Tinjauan Pustaka
BAR SHAPES
a
P1 P2 P3 P1-1 P2-1 F3 F4
a
P5 P5-1 a = 40D
a b
c
F1 F2
P7
a
c
P4 P4-1 b = 40D
6d
=
c
c
a
b b
b b
Gambar 2.6 Contoh Gambar Diagram Penulangan Pier P4 Jembatan 11 dengan Kait Ujung 6d
Salah satu upaya dalam mengoptimasi waste besi, yakni dengan memaksimalkan penggunaan
besi terhadap kebutuhan yang direncanakan dengan mengalokasikan setiap sisa potongan
untuk digunakan kembali di kebutuhan besi lainnya dimana jika panjang sisa potongan
tersebut masih mencukupi untuk digunakan kembali sehingga dapat meminimalisasi besarnya
waste besi. Beberapa langkah dalam upaya optimasi waste besi, diantaranya :
Pada tahap awal, tentunya dibutuhkan data perhitungan lengkap Bar Bending
II-16
Bab II Tinjauan Pustaka
Schedule, dimana pada table tersebut terdapat list lengkap panjang kebutuhan
material besi yang dibutuhkan untuk segala kode bentuk tulangan serta
kebutuhan untuk setiap kode tulangan, serta total berat besi seluruhnya.
Dari daftar lengkap kebutuhan tulangan untuk seluruh struktur, seluruh kode
A = C : (12 : B) (2.1)
Keterangan :
Perhitungan sisa panjang besi untuk setiap masing – masing kode tulangan
jumlah banyaknya tulangan yang didapatkan dalam 1 batang besi standar pabrik
II-17
Bab II Tinjauan Pustaka
D = 12 – ((12 : B) x B) (2.2)
Keterangan :
Tabel 2.2 Contoh Tabel Kebutuhan Batang Besi Standar 12 m dan Sisa Panjang Besi untuk 1
Kode Tulangan
Total Btg
FOOTING A2 Kebutuhan Besi 12 m Waste Total Waste
Total 12m
Bar Diameter Bar Length Bar (mm) Unit Weight seluruhnya
Total
NO Jumlah sisa panjang
Length Qty Remarkseluruhnya
(mm) Shapes Qtyadidapat dalam
b 12m c d e 12m (mm) Jumlah(Kg/m)
(bh) Berat (kg) (kg)
Weight (Kg)
Kebutuhan dari (btg)
PILECAP
TOTAL = 30.947
tulangan untuk setiap kode tulangan, jumlah kebutuhan untuk setiap kode
tulangan, jumlah kebutuhan batang besi utuh 12 m untuk setiap kode tulangan, dan
daftar panjang sisa potongan masing – masing untuk setiap kode tulangan dengan
II-18
Bab II Tinjauan Pustaka
diameter, dan melihat sisa panjang tulangan yang sekiranya masih tergolong
panjang. Setelah itu di cocokkan dengan panjang tulangan di struktur atau kode
tulangan lain yang masih memungkinkan untuk memakai sisa tulangan tersebut,
dengan diameter yang sama dan dengan memastikan urutan jadwal pengerjaan
Program Linear adalah suatu metode yang dapat dipergunakan untuk memecahkan
permasalahan yang timbul di dalam perusahaan, dengan tujuan untuk memperoleh keadaan
yang ada. Keadaan yang optimal tersebut merupakan suatu usaha yang bertujuan untuk
mendapatkan keuntungan yang paling besar (maksimum) atau ongkos yang paling kecil
(minimum).
Program Linear merupakan salah satu cara yang digunakan dalam proses optimasi dari suatu
persoalan yang dapat diinformasikan dalam bentuk model matematis. Beberapa masalah
yang sering dipecahkan dengan pemrograman linear, diantaranya adalah (Puryani dan
Ristono, 2012):
produksi).
II-19
Bab II Tinjauan Pustaka
Bentuk umum dari model program linear adalah sebagai berikut (Puryani dan Ristono,2012):
di mana:
j = nomor setiap macam aktivitas yang menggunakan sumber atau fasilitas yang tersedia.
II-20
Bab II Tinjauan Pustaka
aij = banyaknya sumber i yang i perlukan untuk menghasilkan setiap unit keluaran aktivitas j.
aktivitas.
Cj = kenaikan nila Z apabila ada pertambahan tingkat aktivitas/variabel keputusan (Xj) dengan
satu satuan, atau merupakan sumbangan setiap satuan keluaran aktivitas j terhadap nilai Z.
Z = ∑ Cj Xj = 1 Nj...(2.1)
Dengan kendala:
Xj ≥0 untuk j=1,2,3,…,n...(2.3)
Keterangan:
Cj : sumbangan per unit kegiatan, untuk masalah maksimisasi Cj menunjukkan keuntungan atau
penerimaan per unit, sementara dalam kasus minimasi menunjukkan biaya per unit.
Persamaan (2.1) dinamakan fungsi tujuan, yaitu fungsi matematis dari variable-variabel
keputusan yang menjunjukkan hubungan dengan nilai sisi kanannya. Persamaan (2.2)
dinamakan kendala utama, yaitu fungsi matematis dari variabel-variabel simpangan yang
II-21
Bab II Tinjauan Pustaka
menyatakan kombinasi sebuah objektif. Persamaan (2.3) dinamakan kendala non negatif, yaitu
tujuan yang tidak boleh dilanggar dengan pengertian mempunyai penyimpangan positif dan
Sifat-sifat dari program linear adalah sebagai berikut (Puryani dan Ristono,2012):
linear.
2. Semua variabel keputusan yang terlibat dalam masalah adalah tidak negatif.
Pemrograman linear hanya berhubungan dengan masalah nyata dimana harga variabel
3. Kriteria pemilihan nilai terbaik dari variabel keputusan dapat ditentukan dengan fungsi
linear dari variabel-variabel tersebut. Fungsi kriteria ini disebut fungsi tujuan.
4. Aturan operasi yang mengatur proses dapat digambarkan sebagai satu set persamaan
atau kesamaan linear. Set ini disebut set (himpunan) pembatas (kendala).
dari yang sederhana sampai dengan yang rumit. Berikut ini adalah pengertian Microsoft
Excel menurut para ahli: Menurut Susandra (2010:1), “Microsoft Excel merupakan program
aplikasi spreasheet (lembar kerja elektronik). Fungsi dari Microsoft Excel adalah untuk
melakukan operasi perhitungan serta dapat mempresentasikan data ke dalam bentuk tabel.”
Menurut Musyafa (2014:1), “ Microsoft Excel 2007 adalah sebuah program aplikasi lembar
kerja spreadsheet yang dibuat dan didistribusikan oleh Microsoft Corporation untuk sistem
II-22
Bab II Tinjauan Pustaka
operasi Microsoft Windows dan Mac OS.” Aplikasi ini memiliki fitur kalkulasi dan
pembuatan grafik yang berupa pengolah angka. Microsoft Excel ini memiliki banyak fungsi
Pada Microsoft Excel, Rumus merupakan bagian terpenting karena setiap tabel dan dokumen
akan selalu berhubungan dengan rumus dan fungsi. Rumus/formula adalah sebuah perintah
matematika yang ditempatkan di dalam sel atau range pada area worksheet dalam bentuk
+ (pernjumlahan)
- (pengurangan)
/ (pembagian)
* (perkalian)
^ (perpangkatan).
II-23
Bab II Tinjauan Pustaka
Berikut adalah penelitian-penelitian terdahulu yang digunakan sebagai bahan pembelajaran untuk penyusunan tugas akhir ini:
Tahu
No Judul Penulis Universitas Masalah Tujuan Kesimpulan
n
1 Analisis Optimasi Waste Suhartanti 2017 Universitas Proses pemotongan besi Mengetahui perbandingan Dari hasil output optimasi
Besi Dengan Aplikasi Rahma Mercu Buana tulangan yang paling sering keefektifan aplikasi 1D pemotongan besi dengan
1D Cutting Optimizer menimbulkan sisa material Cutting Optimizer metode 1D Cutting Optimizer,
Pada Pekerjaan Struktur yang cukup dominan dan program linear Microsoft Excel Solver
Beton Bertulang Proyek memiliki pengaruh besar menggunakan Microsoft dan Lindo didapat hasil
Hotel Swissbel- Cikande terhadap pembiayaan proyek Excel Solver dan Lindo yang sama yaitu, jumlah
sehingga semakin besar sisa dalam mengoptimasi nilai batang realisasi dan nilai
materialnya maka semakin sisa material (waste) besi wastenya. Tetapi terdapat
besar pula biaya material tulangan. perbedaan terhadap pola
yang harus dikeluarkan. pemotongannya. Dari
analisis diperoleh bahwa
penggunaan metode 1D
Cutting Optimizer dapat
mengoptimasi waste pada
pemotongan tulangan
pada besi tulangan
diameter 16, 19, dan 22
mm
2 Analisis Waste Besi Fara Al 2019 Universitas Munculnya waste terkait Untuk mengetahui Besi beton D22
Beton Pada Proyek Mucharomah Mercu Buana metode, adanya proses bagaimana pengendalian memberikan waste besi
Ciputra International pemilahan dan penggunaan waste besi di lapangan, dan paling besar dengan
Tower 2 Dengan Metode kembali fasilitas untuk waste manfaat dari waste besi. persentase 2,58%, D25
Pareto dan Fishbone konstruksi di lokasi proyek, dengan persentase waste
Diagram serta kurangnya pengawasan sebesar 1,9%, dan D32
pada saat pabrikasi di dengan persentase waste
lapangan sebesar 0,89%.
3 Analisis Penyebab Yudhit 2018 Universitas Sisa Material yang untuk menganalisis waste Hasil dari penelitian
II-24
Bab II Tinjauan Pustaka
Tahu
No Judul Penulis Universitas Masalah Tujuan Kesimpulan
n
Terjadinya Sisa Material Anggriawan Internasional merupakan limbah level dan waste cost, didapat waste level
Besi Pada Proyek Batam pemakaian konstruksi yang mengkaji penyebab terbesar yaitu 8,3% pada
Pembangunan Gedung termasuk dalam kategori terjadinya sisa material dan baja tulangan diameter 20
Grand Batam Mall material rusak/sampah, sisa mengkaji langkah-langkah mm dan waste cost
material diakibatkan dari yang harus dilakukan untuk terbesar yaitu
kelebihan jumlah kebutuhan meminimalisasikan sisa Rp50.313.960,00 pada
suatu material yang material konstruksi. baja tulangan diameter 19
dibutuhkan dalam proses Penelitian ini menggunakan mm. Nilai waste level
konstruksi tanpa menambah metode fishbone untuk 8,3% lebih besar dari
nilai tambah dalam suatu mengetahui penyebab dari rata-rata nilai waste level
proyek konstruksi sisa material. untuk material besi yang
diizinkan sebesar 5%,
dengan kata lain terdapat
pemborosan material besi
pada Proyek
Pembangunan Grand
Batam Mall
4 Analisis Waste Besi Gilang 2018 Universitas Banyaknya sisa potongan Mendapatkan diameter besi Persentase waste terbesar
Beton Pada Proyek High Ardyansyah Mercu Buana besi diameter 19 s/d diameter yang menghasilkan waste dari material besi D13
Rise Building (Studi 32 di pabrikasi, metode besi paling besar, dengan Presentase waste
Kasus : Proyek Cutting List / potongan besi menganalisa faktor sebesar 1,64% dan
Apartemen Breeze tidak efisien, Perubahan penyebab waste besi beton material besi D25 dengan
Tower Bintaro) desain For Contruction pada proyek konstruksi, presentase 1,27 % dari
mendadak pada saat proyek serta meminimalisir waste total waste aktual 2,15%.
sedang berjalan, Kurangnya besi beton terhadap biaya Beberapa faktor
pengawasan pemakaian besi proyek High Rise Building penyebab waste yakni
di fabrikasi besi, serta adanya tidak mengikuti shop
indikasi kerugian material drawing BBS, Kesalahan
dan biaya terhadap Rencana pemotongan, Kesalahan
Anggaran Proyek akibat gambar, Tidak
adanya waste besi terkontrolnya pemakaian
per hari,
5 Studi Analisis Liem 2020 Universitas Ketidakefesienan pekerjaan Untuk mengetahui besar Dari perhitungan 10
II-25
Bab II Tinjauan Pustaka
Tahu
No Judul Penulis Universitas Masalah Tujuan Kesimpulan
n
Persentase Waste Besi Antonio Tarumanegara yang dilakukan sehingga volume serta faktor sampel proyek low rise
Beton dan Faktor Geraldi, dan akan menimbulkan pemborosan dan building di daerah Jakarta
Penyebabnya Pada Hendrik pemborosan sumber daya kerugiannya dengan dengan dan sekitarnya, diperoleh
Bangunan Bertingkat Sulistio atau yang bisa disebut waste. mencari angka kebutuhan bahwa angka rata-rata
Rendah Di Jakarta Dalam masalah waste material besi beton, jumlah persentase volume waste
material ini, material besi pembelian material besi material besi beton adalah
beton merupakan salah satu beton 4.384% dimana angka
penyumbang waste terbesar terendahnya adalah
dalam suatu konstruksi. 2.01% dan angka
tertingginya adalah
6.96%. Dari data tabel
kerugian waste dapat
disimpulkan bahwa ada 3
proyek low rise building
yang angka kerugian
waste nya kecil
6 Analisa Waste Material Raedian 2016 Universitas Adanya waste sangat yang Untuk mengevaluasi jenis Dari hasil identifikasi
Konstuksi Dengan Aulia Adlin Sumatera Utara dihindari agar tidak waste material yang material yang berbiaya
Aplikasi Metode Lean menimbulkan kerugian dihasilkan dalam proyek besar dan berpotensi
Construction (Studi konstruksi, untuk menimbulkan waste dan
Kasus : Proyek mengidentifikasi proses analisa pareto didapat
Pembangunan yang menghasilkan limbah persentase limbah dari
Showroom AUTO 2000) (sumber limbah) pada yang terbesar sampai
proyek konstruksi dengan yang terkecil yaitu : Besi
menggunakan metode lean D10mm sebesar = 3.69%,
construction, dan Untuk Atap Zinc Aluminium
mengetahui waste level sebesar = 2.06%, Besi
tertinggi dan terendah yang D16mm sebesar = 0.90%,
ada di proyek dan Besi D19mm sebesar
= 0.19%
7 Perhitungan Optimasi Visaretri 2017 Universitas Tingginya nilai sisa material Untuk menanggulangi serta Hasil analisis diperoleh
Baja Tulangan Pada Pramuktia Sebelas Maret baja tulangan yang perlu meminimalkan sisa baja bahwa penggunaan
Pekerjaan Pelat Dan Purwosri, mendapat perhatian penting tulangan yang muncul di program bantu Add-in
II-26
Bab II Tinjauan Pustaka
Tahu
No Judul Penulis Universitas Masalah Tujuan Kesimpulan
n
Balok Dengan Widi karena dapat menyebabkan lapangan Solver mampu
Menggunakan Microsoft Hartono, dan terjadinya pembengkakan mengoptimasi sisa
Excel Dan Autocad Sunarmasto biaya yang tak terduga material baja tulangan
(Studi Kasus (hidden cost) mengingat dengan cukup baik.
Pembangunan tingginya harga baja tulangan Presentase rata-rata
Apartement di pasaran. penghematan baja
Gunawangsa Tidar tulangan pada masing-
Surabaya) masing diameter yaitu Ø8
sebesar 25,99%, D10
sebesar 5,15%, D13
sebesar 19,09%, D16
sebesar 27,268%, D19
sebesar 17,03%.
8 Penanganan Waste I Gusti Putu 2018 Universitas Berbagai permasalahan pada Untuk mengetahui jenis sisa Jenis sisa material yang
Material Pada Proyek Adi Suartika Udayana proyek konstruksi yang material yang sering terjadi paling sering terjadi pada
Konstruksi Gedung Putra, G A P mengkibatkan terjadinya dan bentuk penanganan proyek konstruksi gedung
Bertingkat Candra pemborosan material dalam yang sudah dilakukan saat bertingkat diurut dari
Dharmayanti, pekerjaan di lokasi proyek ini oleh pihak proyek serta ranking tertinggi adalah:
dan A. A. dan menyebabkan untuk menganalisis upaya kayu bekisting, besi
Diah Parami keterlambatan pada yang dilakukan untuk tulangan, cat, keramik,
Dewi pelaksanaan proyek. meminimalkan dan gypsum board dan
menangani sisa material kalsiboard, bata dan
yang sering terjadi di batako, semen, koral,
proyek konstruksi serta pasir.
9 Meminimalkan Sisa Bambang 2019 Universitas Banyaknya sisa potongan Untuk merencanakan Algoritma Pencarian
Pemotongan Besi Beton Santoso, Pamulang besi yang terlalu pendek pemotongan besi beton Rakus tidak menjamin
dalam Proyek Sofyan Mufti untuk digunakan. Sisa ini yang efektif yang akan mendapatkan solusi
Konstruksi Prasetiyo, akan dibuang dan menjadi meminimalkan sampah global optimal. Algoritma
dan Agung sampah. Dan sampah besi besi. ini akan mendapatkan
Wijoyo beton tersebut akan solusi lokal optimal. Ini
mencemari lingkungan dan bisa jadi adalah solusi
sangat lama untuk global optimal, bisa juga
dihancurkan oleh alam. Di bukan. Untuk
II-27
Bab II Tinjauan Pustaka
Tahu
No Judul Penulis Universitas Masalah Tujuan Kesimpulan
n
samping itu, sisa yang banyak memastikan
akan menambah ongkos mendapatkan solusi
produksi. global optimal, seluruh
pola harus terus dilacak
sampai akhir kemudian
dicari mana yang paling
optimal. Ini adalah
metode Brute Force..
10 Studi Kasus Analisa Tirsa Endeli 2017 Universitas Waste material yang menjadi Untuk mencari faktor- Faktor penyebab sisa
Faktor-Faktor Penyebab Tumbelaka, Kristen Petra perhatian khusus dalam faktor penyebab sisa material besi beton paling
Sisa Material Besi Beton Djawantoro proyek konstruksi saat ini. material besi beton pada sering terjadi pada tahap
Dan Upaya Solusinya Hardjito, proyek konstruksi yang ada pelaksanaan seperti
Pada Satu Perusahaan Paul Nugraha dalam suatu perusahaan terjadinya pembongkaran
Kontraktor Umum Gred kontraktor gred 7 di akibat kecerobohan
7 Di Surabaya Surabaya dan mencari pekerja dan sisa material
upaya solusi atas yang tidak dapat
permasalahan waste digunakan lagi karena
material kesalahan dalam proses
pemotongan.
11 Analisis Perhitungan Dohar 2019 Politeknik Sisa material konstruksi yang Untuk mengoptimalisasi Dari hasil analisis
Sisa Material (Waste) Snabutar, Negeri Medan didefinisikan sebagai sesuatu waste tulangan dengan kebutuhan rencana
Tulangan Pada Ballroom S.T., M.T, yang sifatnya berlebih dari menggunakan aplikasi tulangan menggunakan
Proyek Kantor Inalum dan Anggie yang disyaratkan baik itu SOWB (Software aplikasi SOWB
Dengan Menggunakan Rahmadani berupa hasil pekerjaan Optimalisasi Waste (Software Optimalisasi
Aplikasi Software Tambunan maupun material konstruksi Besi),Waste, Reuse Waste Besi) pada balok,
Optimalisasi Waste Besi yang tersisa/tercecer/rusak kolom, pelat lantai, pc &
(SOWB) sehingga tidak dapat tb, dan tangga pada
digunakan lagi sesuai ballroom didapatkan hasil
fungsinya (J.R. Illingworth, sisa material (waste)
1998). sebagai berikut, pada
balok terdapat 1,201%
waste, pada kolom
II-28
Bab II Tinjauan Pustaka
Tahu
No Judul Penulis Universitas Masalah Tujuan Kesimpulan
n
terdapat 0,324% waste,
pada pelat lantai terdapat
0,887% waste, pada PC &
TB terdapat 5,185%
waste, dan pada tangga
terdapat 1,302% waste.
Dengan demikian hasil
perhitungan waste
menggunakan aplikasi
SOWB memenuhi
strandar SNI-7394-2008-
HSPBeton dengan
perkiraan toleransi
sebesar 5%-20%
12 Penerapan Metode Jennyfer 2017 Universitas Munculnya sisa material besi Untuk mengurangi waste Berdasarkan hasil
Linear Programming Margaretta, Tarumanaga ra tulangan yang menyebabkan besi tersebut, Untuk cara
Untuk Analisis dan pengeluaran anggaran biaya pertamanya didapatkan
Pemotongan Besi Onnyxiforus yang sia-sia. Serta penghematan sebesar
Tulangan Pada Proyek Gondokusum pemotongan besi tulangan 3,6% untuk proyek X dan
Bangunan Gedung Di o yang tidak optimal di 3,9% untuk proyek Y,
Jakarta lapangan yang merupakan sedangkan untuk cara
penyebab terjadinya waste kedua didapatkan
besi yang cukup tinggi penghematan sebesar4%
untuk proyek X dan
4,51% untuk proyek Y
13 Analisis dan Identifikasi Sugiyarto, 2017 Universitas Munculnya sisa material besi Untuk mengurangi waste Berdasarkan hasil
Sisa Material Widi Sebelas Maret tulangan yang menyebabkan besi tersebut, maka
Konstruksi Dalam Hartono, pengeluaran anggaran biaya disimpulkan bahwa cara
Proyek Pembangunan Indra Tri yang sia-sia. Serta pertama yakni
dan Peningkatan Jalan Prakoso pemotongan besi tulangan mengerjakan berdasarkan
Solo – Gemolonh – yang tidak optimal di diameter pada pekerjaan
Geyer Bts, Kab. Sragen lapangan yang merupakan masing-masing, lebih
penyebab terjadinya waste layak untuk dilaksanakan
II-29
Bab II Tinjauan Pustaka
Tahu
No Judul Penulis Universitas Masalah Tujuan Kesimpulan
n
besi yang cukup tinggi di lapangan karena tidak
membutuhkan waktu
pengerjaan yang lama.
14 Analisis Waste Besi Dina Fajri 2019 Universitas Penggunaan material di Untuk mengetahui faktor Berdasarkan hasil analisa
Beton dan Mimizal Mercu Buana lapangan yang sering penyebab waste besi beton perhitungan sisa material
Penanganannya Pada Hara menimbulkan adanya waste serta waste level,dan waste waste besi dan survei
Proyek High Rise atau sisa material. cost yang dihasilkan selama dilapangan diketahui
Building (Studi Kasus : pengerjaan proyek Thamrin bahwa persentase waste
Proyek Thamrin Nine, Nine. terbesar selama
Jakarta Pusat) pelaksanaan Proyek
Thamrin Nine berasal
dari material besi D40,
dengan persentase waste
sebesar 30,77% dari total
waste Proyek Thamrin
Nine dari lantai 10 sampai
lantai 30 adalah sebesar
7,76%.
(Sumber: Olahan penulis,2020)
II-30
Bab II Tinjauan Pustaka
Linear Programming
No Judul Penulis Tahun Bar
Fish SPSS Lean
Besi Kayu Beton All Bending Pareto SOWB Kuisinoner
Bone Construction
Schedule Software Software
Ms. Excel LINDO
II-31
Bab II Tinjauan Pustaka
Linear Programming
No Judul Penulis Tahun Bar
Fish SPSS Lean
Besi Kayu Beton All Bending Pareto SOWB Kuisinoner
Bone Construction
Schedule Software Software
Ms. Excel LINDO
II-32
Bab II Tinjauan Pustaka
Linear Programming
No Judul Penulis Tahun Bar
Fish SPSS Lean
Besi Kayu Beton All Bending Pareto SOWB Kuisinoner
Bone Construction
Schedule Software Software
Ms. Excel LINDO
Bambang
Meminimalkan Sisa Santoso,
9 Pemotongan Besi Beton Sofyan Mufti 2019 V V
dalam Proyek Konstruksi Prasetiyo, dan
Agung Wijoyo
Studi Kasus Analisa Faktor-
Tirsa Endeli
Faktor Penyebab Sisa
Tumbelaka,
Material Besi Beton Dan
10 Djawantoro 2017 V V
Upaya Solusinya Pada Satu
Hardjito, Paul
Perusahaan Kontraktor
Nugraha
Umum Gred 7 Di Surabaya
Analisis Perhitungan Sisa
Dohar
Material (Waste) Tulangan
Snabutar, S.T.,
Pada Ballroom Proyek
M.T, dan
11 Kantor Inalum Dengan 2019 V V V
Anggie
Menggunakan Aplikasi
Rahmadani
Software Optimalisasi Waste
Tambunan
Besi (SOWB)
Penerapan Metode Linear
Jennyfer
Programming Untuk Analisis
Margaretta, dan
12 Pemotongan Besi Tulangan 2017 V V
Onnyxiforus
Pada Proyek Bangunan
Gondokusumo
Gedung Di Jakarta
Analisis dan Identifikasi Sisa
Sugiyarto,
Material Konstruksi Dalam
Widi Hartono,
13 Proyek Pembangunan dan 2017 V V
Indra Tri
Peningkatan Jalan Solo –
Prakoso
Gemolonh – Geyer Bts, Kab.
II-33
Bab II Tinjauan Pustaka
Linear Programming
No Judul Penulis Tahun Bar
Fish SPSS Lean
Besi Kayu Beton All Bending Pareto SOWB Kuisinoner
Bone Construction
Schedule Software Software
Ms. Excel LINDO
Sragen
II-34
Bab II Tinjauan Pustaka
Untuk dapat mengetahui bagian yang perlu dikaji lebih dalam tentang kaitan antara judul
peneliti dengan penelitian terdahulu, maka penulis melakukan pemetaan pada tabel 2.4 diatas.
Tabel tersebut digunakan untuk mengetahui posisi penelitian ini diantara penelitian yang telah
Pada tabel 2.4 dapat diketahui celah penelitian (research gap) yang menjadi acuan peneliti
sebagai dasar dari pembuatan penelitian ini. Pada tabel 2.4 dapat dilihat bahwa penelitian ini
mengambil permasalahan dengan studi kasus yang ditemukan pada proyek Jembatan PIK 2.
peresentase dari waste material besi. Ketika diperhitungkan diketahui bahwa persentase waste
material besi termasuk kedalam kategori tinggi. Berbekal hasil pengamatan tersebut penulis
melakukan studi literatur terkait manajemen material besi agar meminimalisasi waste dari
material besi itu sendiri. Kemudian penulis melakukan identifikasi masalah yang
menyebabkan besarnya waste material besi pada proyek Jembatan PIK 2. Dari pengamatan
ditemukan bahwa persentase waste besi akan tinggi jika sisa potongan besi dengan panjang 2
– 3 meter tidak digunakan kembali dan dibuang menjadi waste. Setelah mengetahui hal
tersebut, kontraktor melakukan perencanaan terkait optimasi waste material besi dengan
Berangkat dari identifikasi masalah yang dilakukan kemudian penulis membuat rumusan
masalah yang perlu diteliti serta pengumpulan data primer dan data sekunder yang diperlukan
sebagai data pendukung dalam penelitian ini. Penelitian dilanjutkan dengan menganalisa
bagaimana agar setiap sisa potongan dapat digunakan kembali, yakni dengan alokasi sisa
potongan besi sehingga dapat mengurangi resiko tingginya persentase waste material besi.
II-35
Bab II Tinjauan Pustaka
II-36