Anda di halaman 1dari 36

Bab II Tinjauan Pustaka

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Manajemen Material

2.1.1 Definisi Manajemen Material

Untuk dapat mencapai sisa material yang minimum, tentunya diperlukan upaya

penanggulangan dengan memanajemen sisa material. Hal tersebut tentunya juga dapat

meminimalisasi biaya proyek yang dikeluarkan. Menurut Dobler (1990). Menurut ( Patil dan

Pataskar, 2013) menyatakan manajemen material sebagai proses untuk menyediakan material

yang benar, tempat yang benar, waktu yang tepat serta jumlah yang tepat sehingga dapat

meminimalkan biaya proyek.

Manajemen material didefinisikan sebagai suatu sistem manajemen yang diperlukan untuk

merencanakan dan mengendalikan mutu material, jumlah material dan penempatan peralatan

yang tepat waktu, harga yang baik dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan (Bell and

Stukhart 1986) pada Tugas Akhir Suhartanti (2017). Sedangkan menurut Kini. U (1999) pada

Tugas Akhir Suhartanti (2017), material manajemen adalah suatu sistem manajemen yang

mengintegrasikan antara pembelian, pengiriman dan pengendalian material dari pemasok.

Berdasarkan hal tersebut, manajemen material konstruksi merupakan suatu proses

perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian sumber daya material yang tepat dengan kualitas

yang sudah ditentukan pada waktu dan tempat yang sesuai dengan tingkat pembiayaan yang

minimum dalam proses konstruksi.

II-1
Bab II Tinjauan Pustaka

2.1.2 Ruang Lingkup Manajemen Material

Manajemen material tidak hanya mencakup pembelian material saja, tetapi meliputi segala

aktivitas yang bertalian dengannya seperti pengangkutan dan pengiriman, penentuan rute

dan jenis transportasi, penanganan material dan peralatan, pertanggungjawaban serta

penyimpanan barang, dokumentasi penerimaan rampung dan pelepasan paling akhir dari

barang surplus atau kelebihan pada akhir pekerjaan (Barrie 1993) pada Tugas Akhir

Suhartanti (2017). Manajemen material dalam industri konstruksi dapat dikelompokkan

sebagai berikut :

1. Perencanaan dan penjadwalan material

2. Pembelian dan pengiriman material

3. Pemeriksaan dan quality control material

4. Penyimpanan dan pengawasan material

5. Penanganan dan distribusi material (Lim Lan Yuan and Pheng 1992)

2.1.3 Fungsi dan Kegunaan Manajemen Material

Beberapa fungsi dari manajemen material, diantaranya :

1. Mengurangi risiko kekurangan bahan

2. Mengantisipasi ketidakpastian dalam perencanaan material

3. Mengurangi faktor ketergantungan kepada pemasok

4. Meningkatkan keuntungan perusahaan (Lim Lan Yuan and Pheng 1992)

II-2
Bab II Tinjauan Pustaka

2.1.4 Tahapan Manajemen Material

2.1.4.1 Pengadaan Material

Pengadaan material merupakan antisipasi terhadap ketersediaan material di pasaran. Hal ini

dilakukan agar material selalu siap di lokasi saat diperlukan. Kegiatan ini meliputi :

1. Membuat estimasi kebutuhan volume dan jenis material yang akan dipakai, berserta

spesifikasi yang jelas kalau perlu diberikan juga spesifikasi material alternatif untuk

bahan yang sulit didapatkan. Membuat jadwal pengiriman material ke lokasi sesuai

jadwal pelaksanaan di lapangan, menyampaikan kebutuhan kepada bagian

pengadaan/logistik untuk dipesankan sesuai kebutuhan.

2. Memilih supplier diutamakan yang sudah berpengalaman (bonafid), setelah itu baru

dipertimbangkan faktor harga (Nugraha, 1985)

3. Menyiapkan dan menerbitkan surat perintah pembelian

4. Melaksanakan pembelian dengan pemesanan yang terencana terlebih dahulu,

sehingga pengiriman selalu sesuai dengan jadwal proyek. Perlu diatur agar material

yang datang sesuai jadwal pemakaian material tersebut (Thomas, 1989). Komunikasi

antara kontraktor dan supplier harus terjalin dengan baik, supaya tidak terjadi

kesalahan dalam pengiriman.

2.1.4.2 Penyimpanan Material

Setiap material mempunyai karakteristik yang berbeda- beda, sehingga membutuhkan

penanganan dalam hal penyimpanan yang berbeda pula, agar tidak menimbulkan sisa material

yang tidak diinginkan. Misalnya untuk semen, kondisi penyimpanan tidak boleh lembab,

karena semen akan rusak/mengeras, untuk itu perlu diberi landasan. Hal- hal lain yang perlu

diperhatikan adalah :

II-3
Bab II Tinjauan Pustaka

1. Menyimpan material dengan rapi di gudang agar tidak bercampur dengan material

lain sehingga tidak mudah rusak. Untuk material yang mudah rusak atau pecah perlu

dipisahkan dengan material berat yang lain, seperti keramik dan batu bata jangan

diletakkan terlalu dekat dengan besi beton atau yang lainnya.

2. Gudang penyimpanan harus bebas dari ancaman bahaya kebakaran, pencurian,

perusakan dan bebas dari bahaya banjir.

3. Selain gudang, perlu diperhatikan juga tempat disekitar lokasi proyek yang

dibutuhkan untuk tempat penyimpanan peralatan berat, material-material seperti

besi beton, pasir, batu bata.

2.1.4.3 Penanganan Material

Setiap material yang tiba di lokasi perlu ditangani dengan baik, agar tidak menimbulkan sisa

material. Hal-hal yang perlu diperhatikan antara lain :

1. Menurunkan muatan material dengan hati-hati, sehingga tidak terjadi banyak

material yang rusak (Skoyles, 1976)

2. Menerima dan memeriksa material, hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya

penerimaan material yang tidak sesuai dengan spesifikasi yang diminta, volume

yang kurang dan material yang rusak dari supplier (Stuckhart, 1995)

3. Melakukan penumpukan material dengan benar, baik jumlah penumpukan yang

diperbolehkan sesuai dengan rekomendasi pabrik maupun metode penumpukan.

4. Pemindahan material dari tempat penyimpanan ke tempat kerja harus dilakukan

dengan hati-hati.

5. Penataan site dibuat sebaik mungkin, sehingga arus material jalannya pendek dan

aman (Thomas, 1989).

II-4
Bab II Tinjauan Pustaka

2.1.4.4 Penggunaan Material

Pada tahap ini sisa material dapat timbul karena :

1. Memakai peralatan kerja kurang memadai maupun budaya kerja yang kurang baik

(Gavilan, 1994)

2. Perilaku para pekerja di lapangan (Loosemore, 2001)

3. Memakai teknologi yang masih baru, dimana tukang masih belum terbiasa dengan

metode tersebut, sehingga menimbulkan kesalahan-kesalahan dalam pemakaian

material, yang pada akhirnya material tersebut tidak dapat dipakai lagi. (Skoyles,

1994)

4. Pemotongan material menjadi ukuran-ukuran tertentu tanpa perencanaan yang baik

(Gavilan, 1994).

Pada tahap penanganan dan pemakaian material, perilaku para pekerja sangat berpengaruh

terhadap timbulnya sisa material di lapangan, karena pada tahap ini dibutuhkan sikap yang

hati-hati, dan tukang yang berpengalaman dalam bidang konstruksi. Bimbingan dan pelatihan

diperlukan bagi para pekerja agar mereka menyadari dan mengetahui akibat terjadinya

kesalahan pemakaian material di lapangan yang dapat menimbulkan banyak sisa material,

sehingga dapat mengurangi profit kontraktor

2.2 Sisa Material Konstruksi

2.2.1 Definisi Waste/ Sisa Material Konstruksi

Material konstruksi sebagai salah satu komponen yang penting dalam menentukan besarnya

biaya suatu proyek memiliki peranan penting dalam menunjang pelaksanaan proyek.

Menurut ( Koshy dan Apte, 2012) dalam jurnal ( Ghanim. A. Bekr, 2014) mendefinisikan

sisa material sebagai kerugian yang dihasilkan oleh suatu kegiatan yang dapat menghasilkan

II-5
Bab II Tinjauan Pustaka

biaya langsung maupun tidak langsung namun tidak menambahkan suatu nilai apapun ke

produk dari sudut pandang klien. Sasidharani dan Jayanthi, (2015) sisa material atau limbah

konstruksi sebagai limbah yang muncul dari kegiatan konstruksi, renovasi dan

pembongkaran termasuk penggalian tanah, bangunan konstruksi, pembukaan lahan, kegiatan

pembongkaran, dan perbaikan jalan. Dimana sisa material tersebut perlu dikelola

penggunaannya agar mencapai efisiensi yang tinggi dalam rangka mencapai sasaran tertentu.

Tujuan dari pengelolaan sumber daya adalah dalam rangka menekan/ mengendalikan biaya

proyek, yang pada intinya adalah pengendalian produktivitas dari sumber daya alat, tenaga

dan termasuk salah satunya yakni pengendalian bagi material.

Sisa material adalah sesuatu yang tidak terpakai/ terbuang/ tidak efisien hasil atau akibat

peralatan, material, tenaga kerja, atau biaya dalam jumlah cukup besar yang dipertimbangkan

dalam proses pembangunan (Garas et al, 2001) Pada Tugas Akhir Elvina (2014)

Penggunaan material dalam proses konstruksi digolongkan dalam dua bagian (Gavilan and

Bernold, 1994), yaitu:

1. Consumable material, merupakan material konstruksi yang pada akhirnya akan

menjadi bagian dari struktur fisik bangunan, misalnya: semen, pasir, batu pecah, batu

bata, baja tulangan, keramik, cat dan lain-lain.

2. Non-consumable material, merupakan material penunjang dalam proses konstruksi,

dan bukan merupakan bagian dari fisik bangunan, biasanya material ini bisa dipakai

ulang dan pada akhir proyek akan menjadi sisa material juga, misalnya: perancah,

bekisting, dan dinding penahan sementara.

II-6
Bab II Tinjauan Pustaka

Menurut Gavilan and Bernold, (1994) alur penggunaan consumable material mulai sejak

pengiriman ke lokasi, proses konstruksi, sampai pada posisinya yang terakhir akan berakhir

pada salah satu dari keempat posisi di bawah ini, yaitu:

1. Struktur fisik bangunan

2. Kelebihan material (leftover)

3. Pemakaian ulang pada proyek yang lain (reuse)

4. Sisa material (waste)

2.2.2 Jenis – Jenis Waste Material Konstruksi

Secara garis besar waste dibagi menjadi 2 bagian, yaitu waste berdasarkan asal terbentuknya

dan jenis materialnya, sebagai berikut, (Ahfiyatna MA, 2017) :

A. Menurut Tchobanoglous et al

Sisa material dapat dikategorikan menjadi dua bagian berdasarkan asalnya yaitu:

1. Demolition waste adalah sisa material yang timbul dari hasil pembongkaran proses

renovasi atau penghancuran bangunan lama.

2. Construction waste adalah sisa material konstruksi yang berasal dari proses

pembangunan.

B. Menurut Skoyles

Berdasarkan jenisnya sisa material dibedakan menjadi dua bagian yaitu:

1. Sisa Material Langsung (Direct Waste)

a. Direct waste adalah sisa material yang timbul di proyek karena material yang

rusak dan tidak dapat digunakan lagi, yang terdiri dari :

b. Delivery Waste merupakan sisa material yang terjadi ketika pengangkutan

material di lokasi pekerjaan, termasuk juga pembongkaran dan penempatan

II-7
Bab II Tinjauan Pustaka

pada lokasi penyimpanan. Sisa material yang terjadi sebelum material masuk ke

area proyek tidak diperhitungkan karena merupakan tanggung jawab pemasok.

c. Site Storage Waste merupakan sisa material yang terjadi karena penumpukan

atau penyimpanan yang buruk pada tempat yang tidak aman pada proyek.

d. Conversion Waste merupakan sisa material yang terjadi karena perubahan

ukuran yang tidak ekonomis, seperti material kayu, besi dan sebagainya.

e. Fixing Waste adalah sisa material akibat tercecer, terbuang dan rusak selama

proses pelaksanaan proyek.

f. Cutting Waste adalah sisa material akibat pemotongan bahan akibat ukuran,

atau sesuatu benda yang tidak beraturan.

g. Criminal Waste adalah sisa material yang terjadi karena pencurian atau

tindakan criminal di dalam lokasi proyek.

h. Management Waste merupakan sisa material akibat pengambilan keputusan

yang tidak sesuai atau dari kebimbangan dalam pengambilan keputusan. Hal

tersebut terjadi karena struktur organisasi yang lemah dan kurangnya

pengawasan pada proyek.

i. Wrong use Waste merupakan sisa material akibat pemakaian tipe dan kualitas

yang tidak sesuai dengan spesifikasi dalam dokumen kontrak.

j. Learning Waste merupakan sisa material akibat pekerja seperti pekerja tidak

terampil atau pekerja magang.

2. Sisa Material Tidak Langsung (Indirect Waste) adalah sisa material yang terjadi

dalam bentuk sebagai suatu kehilangan biaya (moneter loss), terjadi kelebihan

pemakaian volume material dari yang direncanakan dan tidak terjadi sisa material

secara fisik di lapangan, yang terdiri dari:

II-8
Bab II Tinjauan Pustaka

a. Substitution Waste merupakan sisa material akibat penggunaan yang

menyimpang dari tujuan atau spesifikasi semula, sehingga menyebabkan

terjadinya kehilangan biaya. Substitution waste dapat disebabkan oleh tiga

alasan : terlalu banyak material yang dibeli, material yang rusak, dan makin

bertambahnya kebuthan material tertentu.

b. Production Waste merupakan sisa material yang disebabkan kelebihan

pemakaian yang diperlukan dan kontraktor tidak berhak mengklaim atas

kelebihan volume tersebut karena dasar pembayaran berdasarkan volume

kontrak sesuai dengan dokumen kontrak.

c. Negligence Waste merupakan sisa material yang terjadi karena kesalahan di lokasi

(site error), sehingga kontraktor menggunakan material lebih dari yang ditentukan

2.3 Material Besi

Material besi merupakan salah satu bahan utama material konstruksi dalam pembuatan beton

bertulang. Menurut SNI 07- 2052-2002, baja tulangan adalah baja berbentuk batang

berpenampang bundar dengan permukaan polos atau sirip yang digunakan untuk penulangan

beton. Baja beton yang digunakan dapat berupa batang baja lonjoran atau kawat rangkai las

(wire mesh) yang berupa batang-batang baja yang dianyam dengan teknik pengelasan. Baja

beton dikodekan berurutan dengan: huruf BJ, TP dan TD, BJ berarti Baja, TP berarti

Tulangan Polos dan TD berarti Tulangan Deformasi (Ulir). Baja beton BJTP 24 dipasok

sebagai baja beton polos, dan bentuk dari baja beton BJTD 40 adalah deform atau dipuntir.

II-9
Bab II Tinjauan Pustaka

2.4 Optimasi Sisa Material Besi

2.4.1 Definisi Optimasi Sisa Material Besi

Material besi sebagai bahan utama dalam berjalannya sebuah proyek konstruksi, kerap

menghasilkan sisa material/ waste yang tergolong cukup tinggi. Namun Untuk dapat

mencapai sisa material/ waste yang minimum, tentunya diperlukan upaya penanggulangan

dengan adanya perencanaan alokasi penggunaan sisa potongan besi sebagai upaya optimasi

waste material besi.

Optimasi merupakan suatu bentuk mengoptimalkan sesuatu hal yang sudah ada, ataupun

merancang dan membuat sesuatu secara optimal dengan meminimalkan atau memaksimalkan

fungsi dengan sistematis. Optimasi juga berarti upaya untuk meningkatkan kinerja sehingga

mempunyai kualitas yang baik dan hasil kerja yang tinggi. Optimasi diperlukan untuk

mempercepat waktu perencanaan, mengurangi cacat produksi dan meningkatkan kualitas

produksi dalam proses injeksi plastik yang kompleks (Atmaja, 2010).

Pada hal ini, upaya optimasi yang dilakukan yakni dengan melakukan alokasi sisa material

besi untuk digunakan kembali di tulangan lainnya dimana sisa material besi tersebut masih

terbilang cukup panjang untuk digunakan kembali, sehingga waste material dapat di optimasi

dengan melakukan alokasi sisa material besi tersebut. Berkaitan dengan hal tersebut, maka

dapat disimpulkan bahwa dalam proyek konstruksi optimasi sisa material merupakan suatu

proses perencanaan dan pengendalian sisa material agar didapatkan nilai yang sekecil

mungkin karena besarnya sisa material akan berpengaruh terhadap biaya proyek.

II-10
Bab II Tinjauan Pustaka

2.4.2 Sisa Material Besi

Material besi merupakan salah satu bahan dasar bangunan yang memiliki peranan penting

dalam satu kesatuan bangunan. Material besi menjadi pondasi dari berdirinya bangunan

karena dipakai hampir diseluruh bagian bangunan. Pada tahap awal konstruksi, bentuk

bangunan dibuat dari bermacam- macam material besi, sesuai dengan kebutuhan bangunan.

Material besi dibuat oleh pabrik dengan panjang standar sebesar 12 m. Satu batang material

besi yang dihasilkan oleh pabrik dengan panjang standar tersebut biasanya dihitung sebagai

satu rol bar steel. Oleh karena itu, material besi dipotong-potong sesuai dengan kebutuhan

bentuk bangunan. Dimana pada saat perancangan, pihak konsultan telah memiliki

perhitungan mengenai panjang-panjang material besi yang digunakan, sehingga dapat

ditentukan kebutuhan panjang material besi untuk konstruksi. Karena itu, material besi yang

didatangkan dari pabrik dengan panjang standar sebesar 12 m tentunya akan memiliki sisa

potongan setelah masing – masing nya diproduksi.

Jumlah sisa/buangan akan meningkat jika pemesanan material tidak direncanakan dengan

baik. Jumlah itu akan meningkat sesuai dengan penggunaan ukuran tulangan (Kim 2002).

Jumlah itu bisa dikurangi jika pemesanan dilakukan dengan seksama sesuai dengan

rancangan. Juga apabila masing – masing sisa potongan setelah produksi dapat dimanfaatkan

kembali untuk rencana tulangan lainnya.

2.4.3 Faktor Penyebab Sisa Material Besi

Banyak faktor yang dapat menyebabkan terjadinya sisa material di lapangan. Terjadinya sisa

material dapat disebabkan oleh satu atau kombinasi dari beberapa penyebab. Kim (1987)

menunjukkan bahwa tingkat kehilangan material besi dari suatu proyek konstruksi lebih

banyak dibandingkan pada bangunan yang cenderung menggunakan panjang dan ukuran

II-11
Bab II Tinjauan Pustaka

tulangan yang sama berulang-ulang. Penyebab utama yang mempengaruhi banyaknya

material sisa adalah sebagai berikut

1. Yang banyak menghasilkan sisa adalah pemesanan tulangan pada pabrik baja

yang tidak akurat dan sesuai dengan konstruksi dan “bar schedule”

2. Material juga terbuang percuma ketika tulangan dengan panjang 2-3 meter tidak

digunakan lagi setelah dipotong. Terutama berat besipun berpengaruh menjadi

besar jika sisa potongan yang masih banyak tersebut memiliki diameter yang

besar. Yang paling efektif adalah jika panjang pemotongan minimal 1 meter.

Penghematan sampai maksimal sebesar 5 % dapat dicapai jika dilakukan

perancangan tulangan dengan mempertimbangkan gambar

3. Pola Pemotongan Material besi (Ekwardo, 2008). Pola adalah bentuk atau model

(suatu set peraturan) yang bisa dipakai untuk membuat atau untuk menghasilkan

suatu atau bagian dari sesuatu, khususnya jika sesuatu yang ditimbulkan cukup

mempunyai suatu yang sejenis untuk pola dasar yang dapat ditunjukkan atau

terlihat, yang mana sesuatu itu tidak akan memamerkanpola. Secara umum, pola

dapat dikatakan sebagai cara untuk mengelola suatu objek. Terdapat bermacam-

macam penggunaan pola, misalnya pola pemotongan. Gambar 2.1 dan Gambar

2.2. adalah contoh pola pemotongan satu dimensi, dalam hal ini adalah material

besi.

Gambar 2.1 Pola pemotongan menjadi 3 bagian


(Sumber: Olahan Penulis, 2020)

II-12
Bab II Tinjauan Pustaka

Gambar 2.2 Pola pemotongan menjadi 2 bagian


(Sumber: Olahan Penulis, 2020)

Dalam pola pemotongan, yang dimaksud pengelolaan objek adalah bagaimana cara

memotong sebuah objek yang besar menjadi sebuah objek yang lebih kecil. Objek yang besar

tersebut dikelola dengan dipotong-potong menjadi potongan yang lebih kecil dengan untuk

memenuhi kebutuhan dimensi yang digunakan. Namun pola pemotongan juga dapat

direncanakan agar memiliki sisa panjang akhir yang kecil.

2.5 Rekapitulasi Bar Bending Schedule (Bestat Besi)

Bar Bending Schedule atau biasa disebut bestat besi adalah daftar kebutuhan material besi

yang dibutuhkan yang dibentuk dalam beberapa tipe material besi. Bestat besi berisikan

tentang panjang batang material besi yang dibutuhkan dan berapa banyak kebutuhan besi yang

dibutuhkan. Dari kedua data tersebut maka akan didapat jumlah panjang material besi yang

akan digunakan.

Selain itu pada bestat material besi juga terdapat informasi berupa berat per satu unit untuk

setiap setiap bentuk penulangannya. Informasi ini biasanya digunakan sebagai acuan

perhitungan total kebutuhan material besi pada rekapitulasi bestat material besi pada suatu

proyek. Berikut ini contoh dari bestat material besi yang umum dibuat :

II-13
Bab II Tinjauan Pustaka

Tabel 2.1 Contoh bestat material besi


FOOTING A2
Length Bar (mm) Total
Bar Diameter Bar Unit Weight Total
NO Length Qty Remark
(mm) Shapes a b c d e (Kg/m) Weight (Kg)
(mm)
PILECAP

F1 D19 A 12000 12000 2,23 38 1017

D19 12000 12000 2,23 38 1017


D19 6340 6340 2,23 38 537

F2 D32 C 1315 7360 1315 9990 6,31 234 14781

F3 D19 A 12000 12000 2,23 38 1017


D19 12000 12000 2,23 38 1017
D19 6340 6340 2,23 38 537
F3-1 D16 C 640 1350 640 2630 1,58 76 316
F4 D25 C 1315 7360 1315 9990 3,85 234 9018
F5 D16 A 12000 12000 1,58 4 76
D16 12000 12000 1,58 4 76
D16 6340 6340 1,58 4 40
F6 D16 C 640 7360 640 8640 1,58 4 55
F7 D13 AB 78 1350 78 1506 1,04 438 686
F8 D13 AB 78 7360 78 7516 1,04 97 757
TOTAL = 30.947

(Sumber: Data Proyek Jembatan PIK 2, 2020)

2.6 Standar Penulangan

Beberapa standar penulangan pada Proyek Jembatan Pantai Indah Kapuk 2 terkait aturan kait

ujung tulangan yang digunakan, panjang penyaluran tulangan, serta lewatan tulangan (overlap)

diantaranya.

( mm ) ( mm ) ( mm ) ( mm )
( mm )

D10 400 400 60 BJTD 40

D13 520 520 78 BJTD 40

D16 640 640 96 BJTD 40

D19 760 760 114 BJTD 40

D22 880 880 132 BJTD 40

D25 1000 1000 150 BJTD 40

D29 1160 1160 174 BJTD 40

D32 1280 1280 192 BJTD 40

CATATAN : ( a ) PANJANG PENYALURAN DAN PANJANG LEWATAN DARI TULANGAN HARUS


DISESUAIKAN DENGAN TABEL 1 BILA TIDAK ADA KETENTUAN LAIN

( b ) METHODE PENYAMBUNGAN SELAIN SAMBUNGAN LEWATAN HARUS


DISESUAIKAN SPESIFIKASI TEKNIS

Gambar 2.3 Tabel Standar Penulangan untuk Panjang Penyaluran, Kait Ujung dan Panjang
Lewatan Tulangan
(Sumber: Data Proyek Jembatan PIK 2, 2020)

II-14
Bab II Tinjauan Pustaka

Gambar 2.4 Spesifikasi Baja Tulangan


(Sumber: Data Proyek Jembatan PIK 2, 2020)

1195
1295

1100
1000

4H

4H
1

1
9687

9687
5392

5392
2H

2H
1

1
4H

4H
1

1
2000

2000
100

100

9000

Gambar 2.5 Contoh Gambar Pembesian Footing dan Pier P4 Jembatan 11 Serta
Panjang Penyaluran Tulangan F4-1 40D

(Sumber: Data Proyek Jembatan PIK 2, 2020)

II-15
Bab II Tinjauan Pustaka

BAR SHAPES
a
P1 P2 P3 P1-1 P2-1 F3 F4

a
P5 P5-1 a = 40D

a b

c
F1 F2
P7
a

c
P4 P4-1 b = 40D
6d
=
c

c
a
b b

b b

Gambar 2.6 Contoh Gambar Diagram Penulangan Pier P4 Jembatan 11 dengan Kait Ujung 6d

(Sumber: Data Proyek Jembatan PIK 2, 2020)

Gambar 2.7 Contoh Lewatan/ Overlap Pada Tulangan 40D


(Sumber: Data Proyek Jembatan PIK 2, 2020)

2.7 Langkah – Langkah Alokasi Waste Besi

Salah satu upaya dalam mengoptimasi waste besi, yakni dengan memaksimalkan penggunaan

besi terhadap kebutuhan yang direncanakan dengan mengalokasikan setiap sisa potongan

untuk digunakan kembali di kebutuhan besi lainnya dimana jika panjang sisa potongan

tersebut masih mencukupi untuk digunakan kembali sehingga dapat meminimalisasi besarnya

waste besi. Beberapa langkah dalam upaya optimasi waste besi, diantaranya :

1. Perhitungan lengkap Bar Bending Schedule

Pada tahap awal, tentunya dibutuhkan data perhitungan lengkap Bar Bending

II-16
Bab II Tinjauan Pustaka

Schedule, dimana pada table tersebut terdapat list lengkap panjang kebutuhan

material besi yang dibutuhkan untuk segala kode bentuk tulangan serta

diemeternya, berat besi permeter untuk masing – masing diameternya, jumlah

kebutuhan untuk setiap kode tulangan, serta total berat besi seluruhnya.

2. Perhitungan Kebutuhan Realisasi Batang Besi

Dari daftar lengkap kebutuhan tulangan untuk seluruh struktur, seluruh kode

tulangan dan seluruh diameter, maka dapat diperhitungkan jumlah kebutuhan

batang besi, dengan rumus :

A = C : (12 : B) (2.1)

Keterangan :

A = Jumlah kebutuhan batang besi 12 m untuk 1 kode tulangan

B = Panjang 1 kode tulangan

C = Jumlah quantity/ kebutuhan untuk 1 kode tulangan

12 = Panjang Batang besi standar pabrik 12 meter

3. Perhitungan Sisa Panjang Besi

Perhitungan sisa panjang besi untuk setiap masing – masing kode tulangan

diperhitungkan setelah diperhitungkannya jumlah kebutuhan batang besi standar

pabrik 12 meter yang akan digunakan. Dari perhitungan tersebut didapatkan

jumlah banyaknya tulangan yang didapatkan dalam 1 batang besi standar pabrik

12 m untuk setiap kode tulangannya. Sisa panjang potongan besi dapat

diperhitungkan dengan cara sebagai berikut :

II-17
Bab II Tinjauan Pustaka

D = 12 – ((12 : B) x B) (2.2)

Keterangan :

B = Total panjang 1 kode tulangan

D = Panjang sisa untuk 1 kode tulangan

12 = Panjang Batang besi utuh 12 meter

Tabel 2.2 Contoh Tabel Kebutuhan Batang Besi Standar 12 m dan Sisa Panjang Besi untuk 1
Kode Tulangan
Total Btg
FOOTING A2 Kebutuhan Besi 12 m Waste Total Waste
Total 12m
Bar Diameter Bar Length Bar (mm) Unit Weight seluruhnya
Total
NO Jumlah sisa panjang
Length Qty Remarkseluruhnya
(mm) Shapes Qtyadidapat dalam
b 12m c d e 12m (mm) Jumlah(Kg/m)
(bh) Berat (kg) (kg)
Weight (Kg)
Kebutuhan dari (btg)
PILECAP

F1 D19 A 12000 1,00 1 38 -12000 2,23


38 38 - 1017 - 38

D19 12000 1,00 1 38 -12000 2,23


38 38 - 1017 - 38

D19 6340 1,89 1 38 6340


5,66 2,23
38 38 480 537 480 38

F2 D32 C 1315 1,20 7360 1315


1 234 9990
2,01 6,31
234 234 2.96814781 2.968 234

F3 D19 A 12000 1,00 1 38 -12000 2,23


38 38 - 1017 - 38

D19 12000 1,00 1 38 -12000 2,23


38 38 - 1017 - 38

D19 6340 1,89 1 38 6340


5,66 2,23
38 38 480 537 480 38

F3-1 D16 C 640 4,56 1350 640


4 19 2630
1,48 1,58
19 76 44 316 44 19

F4 D25 C 1315 1,20 7360 1315


1 234 9990
2,01 3,85
234 234 1.811 9018 1.811 234

F5 D16 A 12000 1,00 1 4 -12000 1,584 4 - 76 - 4

D16 12000 1,00 1 4 -12000 1,584 4 - 76 - 4

D16 6340 1,89 1 4 6340


5,66 1,584 4 36 40 36 4

F6 D16 C 640 1,39 7360 640


1 4 8640
3,36 1,584 4 21 55 21 4

F7 D13 AB 78 7,97 1350 78


7 63 1506
1,46 1,04
63 438 96 686 96 63

F8 D13 AB 78 1,60 7360 78


1 97 7516
4,48 1,04
97 97 452 757 452 97

TOTAL = 30.947

(Sumber: Data Proyek Jembatan PIK 2, 2020)

4. Rekap Seluruh Kebutuhan Besi

Setelah masing – masing bestat besi diperhitungkan jumlah kebutuhan tulangan

dan masing – masing panjang sisa potongannya, dilakukan perekapan seluruh

kebutuhan besi untuk seluruh struktur, dan seluruh titik lokasi.

5. Alokasi Sisa Potongan Besi

Setelah seluruh kebutuhan di rekap, maka dapat terlihat kebutuhan panjang

tulangan untuk setiap kode tulangan, jumlah kebutuhan untuk setiap kode

tulangan, jumlah kebutuhan batang besi utuh 12 m untuk setiap kode tulangan, dan

daftar panjang sisa potongan masing – masing untuk setiap kode tulangan dengan

II-18
Bab II Tinjauan Pustaka

diameternya masing – masing. Kemudian dilakukan analisa dengan filter

diameter, dan melihat sisa panjang tulangan yang sekiranya masih tergolong

panjang. Setelah itu di cocokkan dengan panjang tulangan di struktur atau kode

tulangan lain yang masih memungkinkan untuk memakai sisa tulangan tersebut,

dengan diameter yang sama dan dengan memastikan urutan jadwal pengerjaan

untuk masing – masing kode tulangan ataupun struktur tersebut.

2.8 Program Linear

2.8.1 Definisi Program Linear

Program Linear adalah suatu metode yang dapat dipergunakan untuk memecahkan

permasalahan yang timbul di dalam perusahaan, dengan tujuan untuk memperoleh keadaan

yang ada. Keadaan yang optimal tersebut merupakan suatu usaha yang bertujuan untuk

mendapatkan keuntungan yang paling besar (maksimum) atau ongkos yang paling kecil

(minimum).

Program Linear merupakan salah satu cara yang digunakan dalam proses optimasi dari suatu

persoalan yang dapat diinformasikan dalam bentuk model matematis. Beberapa masalah

yang sering dipecahkan dengan pemrograman linear, diantaranya adalah (Puryani dan

Ristono, 2012):

1. Penetuan kombinasi beberapa macam barang yang akan diproduksi.

2. Penetuan kombinasi beberapa macam barang yang akan dijual/ dipasarkan.

3. Penetuan kombinasi beberapa campuran bahan mentah.

4. Penentuan penjadwalan produksi yang paling baik (meminimumkan ongkos

produksi).

II-19
Bab II Tinjauan Pustaka

5. Penentuan pola pengangkutan barang yang paling baik (meminimum

kan total ongkos angkut).

6. Menentukan pola penugasan beberapa tugas pada beberapa operator (mesin)

yang paling baik, dan lain-lain.

2.8.2 Model Program Linear

Bentuk umum dari model program linear adalah sebagai berikut (Puryani dan Ristono,2012):

Memaksimumkan atau Meminimumkan

Z = C1X1 + C2X2 + C3X3 + ⋯+ CnXn

dengan kendala-kendala sebagai berikut:

a11 X1 + a12 X2 + ⋯+ a1n Xn (≤, =, ≥)b1 a21 X1 + a22 X2 + ⋯+


a2n Xn (≤, =, ≥)b2
⋮ ⋮ ⋮ ⋮
⋮ ⋮ ⋮ ⋮
⋮ ⋮ ⋮ ⋮
aN1 X1 + aN2 X2 + ⋯+ aNn Xn (≤, =, ≥)bN dan:
X1,X2, … , Xn ≥ 0

di mana:

N = macam batasan-batasan sumber atau fasilitas yang tersedia.

n = macam aktivitas yang menggunakan sumber atau fasilitas.

i = nomor setiap macam sumber atau fasilitas yang tersedia (i=1,2, , N )

j = nomor setiap macam aktivitas yang menggunakan sumber atau fasilitas yang tersedia.

II-20
Bab II Tinjauan Pustaka

Xj = variabel keputusan ke-j.

aij = banyaknya sumber i yang i perlukan untuk menghasilkan setiap unit keluaran aktivitas j.

bi = banyaknya sumber (fasilitas) i yang tersedia untuk dialokasikan kesetiap jenis

aktivitas.

Z = nilai fungsi tujuan yang dimaksimumkan atau diminimumkan.

Cj = kenaikan nila Z apabila ada pertambahan tingkat aktivitas/variabel keputusan (Xj) dengan

satu satuan, atau merupakan sumbangan setiap satuan keluaran aktivitas j terhadap nilai Z.

Z = ∑ Cj Xj = 1 Nj...(2.1)

Dengan kendala:

∑ Aij Xj {<,=,>}Bi =1 untuk i=1,2,3,…, N...(2.2)

Xj ≥0 untuk j=1,2,3,…,n...(2.3)

Keterangan:

Z : nilai fungsi tujuan.

Cj : sumbangan per unit kegiatan, untuk masalah maksimisasi Cj menunjukkan keuntungan atau

penerimaan per unit, sementara dalam kasus minimasi menunjukkan biaya per unit.

Xj : banyaknya kegiatan j, dengan j = 1, 2, 3, ...n.

Aij : banyaknya sumber daya i yang dikonsumsi kegiatan j.

Bi : jumlah sumber daya i (i = 1, 2, ..., m).

Persamaan (2.1) dinamakan fungsi tujuan, yaitu fungsi matematis dari variable-variabel

keputusan yang menjunjukkan hubungan dengan nilai sisi kanannya. Persamaan (2.2)

dinamakan kendala utama, yaitu fungsi matematis dari variabel-variabel simpangan yang

II-21
Bab II Tinjauan Pustaka

menyatakan kombinasi sebuah objektif. Persamaan (2.3) dinamakan kendala non negatif, yaitu

tujuan yang tidak boleh dilanggar dengan pengertian mempunyai penyimpangan positif dan

atau negatif bernilai nol.

2.8.3 Sifat Program Linear

Sifat-sifat dari program linear adalah sebagai berikut (Puryani dan Ristono,2012):

1. Fungsi tujuan dan fungsi-fungsi pembatas (kendala) semuanya merupakan fungsi

linear.

2. Semua variabel keputusan yang terlibat dalam masalah adalah tidak negatif.

Pemrograman linear hanya berhubungan dengan masalah nyata dimana harga variabel

keputusan negatif adalah tidak logis.

3. Kriteria pemilihan nilai terbaik dari variabel keputusan dapat ditentukan dengan fungsi

linear dari variabel-variabel tersebut. Fungsi kriteria ini disebut fungsi tujuan.

4. Aturan operasi yang mengatur proses dapat digambarkan sebagai satu set persamaan

atau kesamaan linear. Set ini disebut set (himpunan) pembatas (kendala).

2.9 Microsoft Excel

Microsoft excel dapat digunakan untuk menyelesaikan berbagai keperluan administrasi,

dari yang sederhana sampai dengan yang rumit. Berikut ini adalah pengertian Microsoft

Excel menurut para ahli: Menurut Susandra (2010:1), “Microsoft Excel merupakan program

aplikasi spreasheet (lembar kerja elektronik). Fungsi dari Microsoft Excel adalah untuk

melakukan operasi perhitungan serta dapat mempresentasikan data ke dalam bentuk tabel.”

Menurut Musyafa (2014:1), “ Microsoft Excel 2007 adalah sebuah program aplikasi lembar

kerja spreadsheet yang dibuat dan didistribusikan oleh Microsoft Corporation untuk sistem

II-22
Bab II Tinjauan Pustaka

operasi Microsoft Windows dan Mac OS.” Aplikasi ini memiliki fitur kalkulasi dan

pembuatan grafik yang berupa pengolah angka. Microsoft Excel ini memiliki banyak fungsi

dan kegunaan diantaranya yaitu :

1. Membantu penggunanya untuk melakukan Perhitungan

2. Membantu menganalisis sebuah data dalam tabel maupun grafik

3. Untuk membuat laporan keuangan akuntansi.

4. Untuk keperluan administrasi sebuah instansi.

5. Untuk mengurutkan beragam data baik pengolah angka maupun kata.

6. Untuk melakukan perhitungan otomatis dengan menggunakan rumus dan logika

Pada Microsoft Excel, Rumus merupakan bagian terpenting karena setiap tabel dan dokumen

akan selalu berhubungan dengan rumus dan fungsi. Rumus/formula adalah sebuah perintah

matematika yang ditempatkan di dalam sel atau range pada area worksheet dalam bentuk

beberapa operator matematika seperti:

 + (pernjumlahan)

 - (pengurangan)

 / (pembagian)

 * (perkalian)

 ^ (perpangkatan).

Dimana Penulisan rumus harus diawalai dengan lambang = (sama dengan).

II-23
Bab II Tinjauan Pustaka

2.10 Penelitian Terdahulu

Berikut adalah penelitian-penelitian terdahulu yang digunakan sebagai bahan pembelajaran untuk penyusunan tugas akhir ini:

Tabel 2.3 Penelitian Terdahulu

Tahu
No Judul Penulis Universitas Masalah Tujuan Kesimpulan
n
1 Analisis Optimasi Waste Suhartanti 2017 Universitas Proses pemotongan besi Mengetahui perbandingan Dari hasil output optimasi
Besi Dengan Aplikasi Rahma Mercu Buana tulangan yang paling sering keefektifan aplikasi 1D pemotongan besi dengan
1D Cutting Optimizer menimbulkan sisa material Cutting Optimizer metode 1D Cutting Optimizer,
Pada Pekerjaan Struktur yang cukup dominan dan program linear Microsoft Excel Solver
Beton Bertulang Proyek memiliki pengaruh besar menggunakan Microsoft dan Lindo didapat hasil
Hotel Swissbel- Cikande terhadap pembiayaan proyek Excel Solver dan Lindo yang sama yaitu, jumlah
sehingga semakin besar sisa dalam mengoptimasi nilai batang realisasi dan nilai
materialnya maka semakin sisa material (waste) besi wastenya. Tetapi terdapat
besar pula biaya material tulangan. perbedaan terhadap pola
yang harus dikeluarkan. pemotongannya. Dari
analisis diperoleh bahwa
penggunaan metode 1D
Cutting Optimizer dapat
mengoptimasi waste pada
pemotongan tulangan
pada besi tulangan
diameter 16, 19, dan 22
mm
2 Analisis Waste Besi Fara Al 2019 Universitas Munculnya waste terkait Untuk mengetahui Besi beton D22
Beton Pada Proyek Mucharomah Mercu Buana metode, adanya proses bagaimana pengendalian memberikan waste besi
Ciputra International pemilahan dan penggunaan waste besi di lapangan, dan paling besar dengan
Tower 2 Dengan Metode kembali fasilitas untuk waste manfaat dari waste besi. persentase 2,58%, D25
Pareto dan Fishbone konstruksi di lokasi proyek, dengan persentase waste
Diagram serta kurangnya pengawasan sebesar 1,9%, dan D32
pada saat pabrikasi di dengan persentase waste
lapangan sebesar 0,89%.
3 Analisis Penyebab Yudhit 2018 Universitas Sisa Material yang untuk menganalisis waste Hasil dari penelitian
II-24
Bab II Tinjauan Pustaka

Tabel 2.3 Penelitian Terdahulu

Tahu
No Judul Penulis Universitas Masalah Tujuan Kesimpulan
n
Terjadinya Sisa Material Anggriawan Internasional merupakan limbah level dan waste cost, didapat waste level
Besi Pada Proyek Batam pemakaian konstruksi yang mengkaji penyebab terbesar yaitu 8,3% pada
Pembangunan Gedung termasuk dalam kategori terjadinya sisa material dan baja tulangan diameter 20
Grand Batam Mall material rusak/sampah, sisa mengkaji langkah-langkah mm dan waste cost
material diakibatkan dari yang harus dilakukan untuk terbesar yaitu
kelebihan jumlah kebutuhan meminimalisasikan sisa Rp50.313.960,00 pada
suatu material yang material konstruksi. baja tulangan diameter 19
dibutuhkan dalam proses Penelitian ini menggunakan mm. Nilai waste level
konstruksi tanpa menambah metode fishbone untuk 8,3% lebih besar dari
nilai tambah dalam suatu mengetahui penyebab dari rata-rata nilai waste level
proyek konstruksi sisa material. untuk material besi yang
diizinkan sebesar 5%,
dengan kata lain terdapat
pemborosan material besi
pada Proyek
Pembangunan Grand
Batam Mall
4 Analisis Waste Besi Gilang 2018 Universitas Banyaknya sisa potongan Mendapatkan diameter besi Persentase waste terbesar
Beton Pada Proyek High Ardyansyah Mercu Buana besi diameter 19 s/d diameter yang menghasilkan waste dari material besi D13
Rise Building (Studi 32 di pabrikasi, metode besi paling besar, dengan Presentase waste
Kasus : Proyek Cutting List / potongan besi menganalisa faktor sebesar 1,64% dan
Apartemen Breeze tidak efisien, Perubahan penyebab waste besi beton material besi D25 dengan
Tower Bintaro) desain For Contruction pada proyek konstruksi, presentase 1,27 % dari
mendadak pada saat proyek serta meminimalisir waste total waste aktual 2,15%.
sedang berjalan, Kurangnya besi beton terhadap biaya Beberapa faktor
pengawasan pemakaian besi proyek High Rise Building penyebab waste yakni
di fabrikasi besi, serta adanya tidak mengikuti shop
indikasi kerugian material drawing BBS, Kesalahan
dan biaya terhadap Rencana pemotongan, Kesalahan
Anggaran Proyek akibat gambar, Tidak
adanya waste besi terkontrolnya pemakaian
per hari,
5 Studi Analisis Liem 2020 Universitas Ketidakefesienan pekerjaan Untuk mengetahui besar Dari perhitungan 10

II-25
Bab II Tinjauan Pustaka

Tabel 2.3 Penelitian Terdahulu

Tahu
No Judul Penulis Universitas Masalah Tujuan Kesimpulan
n
Persentase Waste Besi Antonio Tarumanegara yang dilakukan sehingga volume serta faktor sampel proyek low rise
Beton dan Faktor Geraldi, dan akan menimbulkan pemborosan dan building di daerah Jakarta
Penyebabnya Pada Hendrik pemborosan sumber daya kerugiannya dengan dengan dan sekitarnya, diperoleh
Bangunan Bertingkat Sulistio atau yang bisa disebut waste. mencari angka kebutuhan bahwa angka rata-rata
Rendah Di Jakarta Dalam masalah waste material besi beton, jumlah persentase volume waste
material ini, material besi pembelian material besi material besi beton adalah
beton merupakan salah satu beton 4.384% dimana angka
penyumbang waste terbesar terendahnya adalah
dalam suatu konstruksi. 2.01% dan angka
tertingginya adalah
6.96%. Dari data tabel
kerugian waste dapat
disimpulkan bahwa ada 3
proyek low rise building
yang angka kerugian
waste nya kecil
6 Analisa Waste Material Raedian 2016 Universitas Adanya waste sangat yang Untuk mengevaluasi jenis Dari hasil identifikasi
Konstuksi Dengan Aulia Adlin Sumatera Utara dihindari agar tidak waste material yang material yang berbiaya
Aplikasi Metode Lean menimbulkan kerugian dihasilkan dalam proyek besar dan berpotensi
Construction (Studi konstruksi, untuk menimbulkan waste dan
Kasus : Proyek mengidentifikasi proses analisa pareto didapat
Pembangunan yang menghasilkan limbah persentase limbah dari
Showroom AUTO 2000) (sumber limbah) pada yang terbesar sampai
proyek konstruksi dengan yang terkecil yaitu : Besi
menggunakan metode lean D10mm sebesar = 3.69%,
construction, dan Untuk Atap Zinc Aluminium
mengetahui waste level sebesar = 2.06%, Besi
tertinggi dan terendah yang D16mm sebesar = 0.90%,
ada di proyek dan Besi D19mm sebesar
= 0.19%
7 Perhitungan Optimasi Visaretri 2017 Universitas Tingginya nilai sisa material Untuk menanggulangi serta Hasil analisis diperoleh
Baja Tulangan Pada Pramuktia Sebelas Maret baja tulangan yang perlu meminimalkan sisa baja bahwa penggunaan
Pekerjaan Pelat Dan Purwosri, mendapat perhatian penting tulangan yang muncul di program bantu Add-in

II-26
Bab II Tinjauan Pustaka

Tabel 2.3 Penelitian Terdahulu

Tahu
No Judul Penulis Universitas Masalah Tujuan Kesimpulan
n
Balok Dengan Widi karena dapat menyebabkan lapangan Solver mampu
Menggunakan Microsoft Hartono, dan terjadinya pembengkakan mengoptimasi sisa
Excel Dan Autocad Sunarmasto biaya yang tak terduga material baja tulangan
(Studi Kasus (hidden cost) mengingat dengan cukup baik.
Pembangunan tingginya harga baja tulangan Presentase rata-rata
Apartement di pasaran. penghematan baja
Gunawangsa Tidar tulangan pada masing-
Surabaya) masing diameter yaitu Ø8
sebesar 25,99%, D10
sebesar 5,15%, D13
sebesar 19,09%, D16
sebesar 27,268%, D19
sebesar 17,03%.
8 Penanganan Waste I Gusti Putu 2018 Universitas Berbagai permasalahan pada Untuk mengetahui jenis sisa Jenis sisa material yang
Material Pada Proyek Adi Suartika Udayana proyek konstruksi yang material yang sering terjadi paling sering terjadi pada
Konstruksi Gedung Putra, G A P mengkibatkan terjadinya dan bentuk penanganan proyek konstruksi gedung
Bertingkat Candra pemborosan material dalam yang sudah dilakukan saat bertingkat diurut dari
Dharmayanti, pekerjaan di lokasi proyek ini oleh pihak proyek serta ranking tertinggi adalah:
dan A. A. dan menyebabkan untuk menganalisis upaya kayu bekisting, besi
Diah Parami keterlambatan pada yang dilakukan untuk tulangan, cat, keramik,
Dewi pelaksanaan proyek. meminimalkan dan gypsum board dan
menangani sisa material kalsiboard, bata dan
yang sering terjadi di batako, semen, koral,
proyek konstruksi serta pasir.
9 Meminimalkan Sisa Bambang 2019 Universitas Banyaknya sisa potongan Untuk merencanakan Algoritma Pencarian
Pemotongan Besi Beton Santoso, Pamulang besi yang terlalu pendek pemotongan besi beton Rakus tidak menjamin
dalam Proyek Sofyan Mufti untuk digunakan. Sisa ini yang efektif yang akan mendapatkan solusi
Konstruksi Prasetiyo, akan dibuang dan menjadi meminimalkan sampah global optimal. Algoritma
dan Agung sampah. Dan sampah besi besi. ini akan mendapatkan
Wijoyo beton tersebut akan solusi lokal optimal. Ini
mencemari lingkungan dan bisa jadi adalah solusi
sangat lama untuk global optimal, bisa juga
dihancurkan oleh alam. Di bukan. Untuk

II-27
Bab II Tinjauan Pustaka

Tabel 2.3 Penelitian Terdahulu

Tahu
No Judul Penulis Universitas Masalah Tujuan Kesimpulan
n
samping itu, sisa yang banyak memastikan
akan menambah ongkos mendapatkan solusi
produksi. global optimal, seluruh
pola harus terus dilacak
sampai akhir kemudian
dicari mana yang paling
optimal. Ini adalah
metode Brute Force..
10 Studi Kasus Analisa Tirsa Endeli 2017 Universitas Waste material yang menjadi Untuk mencari faktor- Faktor penyebab sisa
Faktor-Faktor Penyebab Tumbelaka, Kristen Petra perhatian khusus dalam faktor penyebab sisa material besi beton paling
Sisa Material Besi Beton Djawantoro proyek konstruksi saat ini. material besi beton pada sering terjadi pada tahap
Dan Upaya Solusinya Hardjito, proyek konstruksi yang ada pelaksanaan seperti
Pada Satu Perusahaan Paul Nugraha dalam suatu perusahaan terjadinya pembongkaran
Kontraktor Umum Gred kontraktor gred 7 di akibat kecerobohan
7 Di Surabaya Surabaya dan mencari pekerja dan sisa material
upaya solusi atas yang tidak dapat
permasalahan waste digunakan lagi karena
material kesalahan dalam proses
pemotongan.

11 Analisis Perhitungan Dohar 2019 Politeknik Sisa material konstruksi yang Untuk mengoptimalisasi Dari hasil analisis
Sisa Material (Waste) Snabutar, Negeri Medan didefinisikan sebagai sesuatu waste tulangan dengan kebutuhan rencana
Tulangan Pada Ballroom S.T., M.T, yang sifatnya berlebih dari menggunakan aplikasi tulangan menggunakan
Proyek Kantor Inalum dan Anggie yang disyaratkan baik itu SOWB (Software aplikasi SOWB
Dengan Menggunakan Rahmadani berupa hasil pekerjaan Optimalisasi Waste (Software Optimalisasi
Aplikasi Software Tambunan maupun material konstruksi Besi),Waste, Reuse Waste Besi) pada balok,
Optimalisasi Waste Besi yang tersisa/tercecer/rusak kolom, pelat lantai, pc &
(SOWB) sehingga tidak dapat tb, dan tangga pada
digunakan lagi sesuai ballroom didapatkan hasil
fungsinya (J.R. Illingworth, sisa material (waste)
1998). sebagai berikut, pada
balok terdapat 1,201%
waste, pada kolom

II-28
Bab II Tinjauan Pustaka

Tabel 2.3 Penelitian Terdahulu

Tahu
No Judul Penulis Universitas Masalah Tujuan Kesimpulan
n
terdapat 0,324% waste,
pada pelat lantai terdapat
0,887% waste, pada PC &
TB terdapat 5,185%
waste, dan pada tangga
terdapat 1,302% waste.
Dengan demikian hasil
perhitungan waste
menggunakan aplikasi
SOWB memenuhi
strandar SNI-7394-2008-
HSPBeton dengan
perkiraan toleransi
sebesar 5%-20%
12 Penerapan Metode Jennyfer 2017 Universitas Munculnya sisa material besi Untuk mengurangi waste Berdasarkan hasil
Linear Programming Margaretta, Tarumanaga ra tulangan yang menyebabkan besi tersebut, Untuk cara
Untuk Analisis dan pengeluaran anggaran biaya pertamanya didapatkan
Pemotongan Besi Onnyxiforus yang sia-sia. Serta penghematan sebesar
Tulangan Pada Proyek Gondokusum pemotongan besi tulangan 3,6% untuk proyek X dan
Bangunan Gedung Di o yang tidak optimal di 3,9% untuk proyek Y,
Jakarta lapangan yang merupakan sedangkan untuk cara
penyebab terjadinya waste kedua didapatkan
besi yang cukup tinggi penghematan sebesar4%
untuk proyek X dan
4,51% untuk proyek Y
13 Analisis dan Identifikasi Sugiyarto, 2017 Universitas Munculnya sisa material besi Untuk mengurangi waste Berdasarkan hasil
Sisa Material Widi Sebelas Maret tulangan yang menyebabkan besi tersebut, maka
Konstruksi Dalam Hartono, pengeluaran anggaran biaya disimpulkan bahwa cara
Proyek Pembangunan Indra Tri yang sia-sia. Serta pertama yakni
dan Peningkatan Jalan Prakoso pemotongan besi tulangan mengerjakan berdasarkan
Solo – Gemolonh – yang tidak optimal di diameter pada pekerjaan
Geyer Bts, Kab. Sragen lapangan yang merupakan masing-masing, lebih
penyebab terjadinya waste layak untuk dilaksanakan

II-29
Bab II Tinjauan Pustaka

Tabel 2.3 Penelitian Terdahulu

Tahu
No Judul Penulis Universitas Masalah Tujuan Kesimpulan
n
besi yang cukup tinggi di lapangan karena tidak
membutuhkan waktu
pengerjaan yang lama.
14 Analisis Waste Besi Dina Fajri 2019 Universitas Penggunaan material di Untuk mengetahui faktor Berdasarkan hasil analisa
Beton dan Mimizal Mercu Buana lapangan yang sering penyebab waste besi beton perhitungan sisa material
Penanganannya Pada Hara menimbulkan adanya waste serta waste level,dan waste waste besi dan survei
Proyek High Rise atau sisa material. cost yang dihasilkan selama dilapangan diketahui
Building (Studi Kasus : pengerjaan proyek Thamrin bahwa persentase waste
Proyek Thamrin Nine, Nine. terbesar selama
Jakarta Pusat) pelaksanaan Proyek
Thamrin Nine berasal
dari material besi D40,
dengan persentase waste
sebesar 30,77% dari total
waste Proyek Thamrin
Nine dari lantai 10 sampai
lantai 30 adalah sebesar
7,76%.
(Sumber: Olahan penulis,2020)

II-30
Bab II Tinjauan Pustaka

2.11 Research GAP

Research GAP Penelitian dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2.4 Research GAP Penelitian

Variabel Penelitian Metode Penelitian

Linear Programming
No Judul Penulis Tahun Bar
Fish SPSS Lean
Besi Kayu Beton All Bending Pareto SOWB Kuisinoner
Bone Construction
Schedule Software Software
Ms. Excel LINDO

Analisis Optimasi Waste Besi


Dengan Aplikasi 1D Cutting
Optimizer Pada Pekerjaan Suhartanti
1 2017 V V
Struktur Beton Bertulang Rahma
Proyek Hotel Swissbel-
Cikande
Analisis Waste Besi Beton
Pada Proyek Ciputra
Fara Al
2 International Tower 2 2019 V V V
Mucharomah
Dengan Metode Pareto dan
Fishbone Diagram
Analisis Penyebab
Terjadinya Sisa Material Besi Yudhit
3 2018 V V
Pada Proyek Pembangunan Anggriawan
Gedung Grand Batam Mall
Analisis Waste Besi Beton
Pada Proyek High Rise
Gilang
4 Building (Studi Kasus : 2018 V V
Ardyansyah
Proyek Apartemen Breeze
Tower Bintaro)

II-31
Bab II Tinjauan Pustaka

Tabel 2.4 Research GAP Penelitian

Variabel Penelitian Metode Penelitian

Linear Programming
No Judul Penulis Tahun Bar
Fish SPSS Lean
Besi Kayu Beton All Bending Pareto SOWB Kuisinoner
Bone Construction
Schedule Software Software
Ms. Excel LINDO

Studi Analisis Persentase Liem Antonio


Waste Besi Beton dan Faktor Geraldi, dan
5 2020 V V
Penyebabnya Pada Bangunan Hendrik
Bertingkat Rendah Di Jakarta Sulistio
Analisa Waste Material
Konstuksi Dengan Aplikasi
Metode Lean Construction
Raedian Aulia
6 (Studi Kasus : Proyek 2016 V V
Adlin
Pembangunan Showroom
AUTO 2000)Dengan
Program Microsoft Excel
Perhitungan Optimasi Baja
Tulangan Pada Pekerjaan
Visaretri
Pelat Dan Balok Dengan
Pramuktia
Menggunakan Microsoft
7 Purwosri, Widi 2017 V V
Excel Dan Autocad (Studi
Hartono, dan
Kasus Pembangunan
Sunarmasto
Apartement Gunawangsa
Tidar Surabaya)
I Gusti Putu
Adi Suartika
Penanganan Waste Material Putra, G A P
8 Pada Proyek Konstruksi Candra 2018 V V
Gedung Bertingkat Dharmayanti,
dan A. A. Diah
Parami Dewi

II-32
Bab II Tinjauan Pustaka

Tabel 2.4 Research GAP Penelitian

Variabel Penelitian Metode Penelitian

Linear Programming
No Judul Penulis Tahun Bar
Fish SPSS Lean
Besi Kayu Beton All Bending Pareto SOWB Kuisinoner
Bone Construction
Schedule Software Software
Ms. Excel LINDO

Bambang
Meminimalkan Sisa Santoso,
9 Pemotongan Besi Beton Sofyan Mufti 2019 V V
dalam Proyek Konstruksi Prasetiyo, dan
Agung Wijoyo
Studi Kasus Analisa Faktor-
Tirsa Endeli
Faktor Penyebab Sisa
Tumbelaka,
Material Besi Beton Dan
10 Djawantoro 2017 V V
Upaya Solusinya Pada Satu
Hardjito, Paul
Perusahaan Kontraktor
Nugraha
Umum Gred 7 Di Surabaya
Analisis Perhitungan Sisa
Dohar
Material (Waste) Tulangan
Snabutar, S.T.,
Pada Ballroom Proyek
M.T, dan
11 Kantor Inalum Dengan 2019 V V V
Anggie
Menggunakan Aplikasi
Rahmadani
Software Optimalisasi Waste
Tambunan
Besi (SOWB)
Penerapan Metode Linear
Jennyfer
Programming Untuk Analisis
Margaretta, dan
12 Pemotongan Besi Tulangan 2017 V V
Onnyxiforus
Pada Proyek Bangunan
Gondokusumo
Gedung Di Jakarta
Analisis dan Identifikasi Sisa
Sugiyarto,
Material Konstruksi Dalam
Widi Hartono,
13 Proyek Pembangunan dan 2017 V V
Indra Tri
Peningkatan Jalan Solo –
Prakoso
Gemolonh – Geyer Bts, Kab.
II-33
Bab II Tinjauan Pustaka

Tabel 2.4 Research GAP Penelitian

Variabel Penelitian Metode Penelitian

Linear Programming
No Judul Penulis Tahun Bar
Fish SPSS Lean
Besi Kayu Beton All Bending Pareto SOWB Kuisinoner
Bone Construction
Schedule Software Software
Ms. Excel LINDO

Sragen

Analisis Waste Besi Beton


dan Penanganannya Pada
Dina Fajri
14 Proyek High Rise Building 2019 V V V
Mimizal Hara
(Studi Kasus : Proyek
Thamrin Nine, Jakarta Pusat)
Analisis Optimasi Waste Besi
Beton Pada Struktur
Jembatan Menggunakan
Tazkia Cita
15 Metode Program Linear, 2020 V V V
Riardi
Studi Kasus : Proyek
Jembatan Pantai Indah Kapuk
2 – Banten
(Sumber: Olahan penulis,2020)

II-34
Bab II Tinjauan Pustaka

Untuk dapat mengetahui bagian yang perlu dikaji lebih dalam tentang kaitan antara judul

peneliti dengan penelitian terdahulu, maka penulis melakukan pemetaan pada tabel 2.4 diatas.

Tabel tersebut digunakan untuk mengetahui posisi penelitian ini diantara penelitian yang telah

dilakukan oleh para peneliti yang lain.

Pada tabel 2.4 dapat diketahui celah penelitian (research gap) yang menjadi acuan peneliti

sebagai dasar dari pembuatan penelitian ini. Pada tabel 2.4 dapat dilihat bahwa penelitian ini

mengambil permasalahan dengan studi kasus yang ditemukan pada proyek Jembatan PIK 2.

2.12 Kerangka Berfikir

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh sebuah perencanaan yang mengharuskan minimalnya

peresentase dari waste material besi. Ketika diperhitungkan diketahui bahwa persentase waste

material besi termasuk kedalam kategori tinggi. Berbekal hasil pengamatan tersebut penulis

melakukan studi literatur terkait manajemen material besi agar meminimalisasi waste dari

material besi itu sendiri. Kemudian penulis melakukan identifikasi masalah yang

menyebabkan besarnya waste material besi pada proyek Jembatan PIK 2. Dari pengamatan

ditemukan bahwa persentase waste besi akan tinggi jika sisa potongan besi dengan panjang 2

– 3 meter tidak digunakan kembali dan dibuang menjadi waste. Setelah mengetahui hal

tersebut, kontraktor melakukan perencanaan terkait optimasi waste material besi dengan

memaksimalkan penggunaan material besi itu sendiri.

Berangkat dari identifikasi masalah yang dilakukan kemudian penulis membuat rumusan

masalah yang perlu diteliti serta pengumpulan data primer dan data sekunder yang diperlukan

sebagai data pendukung dalam penelitian ini. Penelitian dilanjutkan dengan menganalisa

bagaimana agar setiap sisa potongan dapat digunakan kembali, yakni dengan alokasi sisa

potongan besi sehingga dapat mengurangi resiko tingginya persentase waste material besi.

II-35
Bab II Tinjauan Pustaka

Gambar 2.8 Kerangka Berfikir


(Sumber: Olahan penulis,2020)

II-36

Anda mungkin juga menyukai