Anda di halaman 1dari 30

CARA UJI TRIAKSIAL UNTUK TANAH KOHESIF DALAM KEADAAN TIDAK

TERKONSOLIDASI DAN TIDAK TERDRAINASE (UU)

Kondisi tanda konsolidasi dan tanpa drainase adalah suatu kondisi yang contoh ujinya tidak
dikonsolidasi terlebih dahulu dan air tidak diperbolehkan ke luar atau masuk ke dalam contoh uji
selama pengujian.

A. Persyaratan Peralatan dan Pengujian


a. Peralatan
Rangkaian peralatan uji geser triaksial untuk melaksanakan uji geser tanpa konsolidasi dan
tanpa drainase terdiri atas beberapa kelompok peralatan. Kelompok peralatan tersebut
meliputi peralatan pembeban aksial, peralatan ukur, peralatan pengontrol tekanan, sel
triaksial dan perlengkapannya, serta peralatan lain.
i. Peralatan Pembebanan Aksial
Peralatan pembebanan aksial terdiri atas :
 Peralatan pembebanan aksial (mesin pembeban) berupa dongkrak sekrup yang
digerakkan oleh:
1) Elekromotor dengan system roda gigi
2) Pembebanan hidraulik atau pneumatic
3) Alat pembeban lain dengan syarat :
- Mempunyai kemampuan yang memadai dan dapat mengontrol kecepatan
regangan yang di syaratkan
- Kecepatan gerak vertikal mempunyai ketelitian ± 1,0% dari kecepatan
regangan yang telah ditentukan.
- Getaran mesin pada waktu pengujian harus cukup kecil untuk mencegah
terjadinya perubahan dimensi contoh tanah, atau peningkatan tekanan pori
bila katup drainase ditutup.
 Alat ukur aksial dapat berupa proving ring, sel beban elektronik, sel beban hidraulik
atau alat ukur beban lain yang mempunyai kemampuan dan ketelitian yang cukup;
dan dapat mengukur beban aksial dengan ketelitian ± 1% hingga contoh tanah
runtuh.
 Piston pembeban aksial:
1) Piston dibuat menembus landasan bagian atas sel triaksial.
2) Dilengkapi cincin karet agar gesekan yang terjadi sekecil mungkin atau tidak
melampaui 0,1% beban aksial pada saat contoh mengalami keruntuhan.
3) Piston harus dijaga tetap sentris terhadap contoh dengan penyimpangan tidak
lebih dari 1,3 mm.

ii. Peralatan Pengontrolan Tekanan


Peralatan pengontrol tekanan sel berupa:
 sistem pot merkuri atau
 sistem regulator pneumatik atau
 sistem kombinasi regulator tekanan pneumatik dan vakum atau
 sistem pengontrol lain;
dengan syarat mempunyai ketelitian ± 1% dari tekanan yang diberikan.

iii. Peralatan Ukur


Peralatan meliputi alat-alat ukur berikut.
 Alat ukur tekanan sel:
1) harus mempunyai ketelitian ukur yang cukup seperti yang disyaratkan
2) berupa pipa U, manometer, transduser listrik atau alat ukur tekan lain
3) apabila digunakan 2 macam alat ukur tekanan, maka kalibrasinya harus
dilakukan bersamaan.
 Alat ukur deformasi:
1) arloji ukur atau alat ukur elektronik (LVDT); atau alat ukur lain
2) ketelitian alat ukur ± 0,3% dari tinggi contoh tanah semula
3) mempunyai jarak ukur minimal 20% dari tinggi contoh tanah semula;
 Alat ukur panjang dan diameter contoh dengan ketelitian ± 0,1 % dari panjang yang
diukur dan tanpa mengganggu contoh.
 Alat pencatat waktu dan timbangan:
1) untuk pencatatan data pembacaan digunakan arloji ukur waktu dengan ketelitian
sampai detik
2) timbangan dengan ketelitian ± 0,05% dari massa contoh yang ditimbang.

iv. Sel Triaksial dan Perlengkapannya


Sel triaksial dan perlengkapannya meliputi :
 Sel triaksial dengan ketentuan :
1) Sel dapat menahan tekanan sel maksimum yang diberikan.
2) Sel terdiri atas selinder, penutup bagian atas, dan landasan bagian bawah.
3) Silinder dianjurkan terbuat dari bahan tembus pandang, atau dilengkapi lubang
pengamat yang tembus pandang agar perilaku contoh uji dapat diamati.
4) Penutup bagian atas dilengkapi dengan katup pengeluaran udara dan katup
pengisi oli.
5) Landasan bagian bawah dilengkapi dengan masing-masing 1 katup pengatur
tekanan air sel konstan, pengatur tekanan balik untuk penjenuhan, pengatur
untuk mengukur tekanan air pori, dan pengatur untuk menghisap udara yang
terperangkap dalam contoh.
 Tutup dan alas contoh tanah dengan ketentuan :
1) Harus didesain agar sistem pada kedua ujung contoh berjalan dengan baik dan
lancar.
2) Terbuat dari bahan yang baku, tidak berkarat, kedap air, berbentuk bulat.
3) Berat tutup bagian atas harus kurang dari 0,5% dari beban aksial yang
meruntuhkan contoh atau tidak boleh lebih dari 1 kN/m2.
4) Diameter tutup dan alas harus sama dengan diameter contoh yang diuji.
5) Alas contoh tanah melekat langsung pada landasan bagian bawah untuk
mencegah pergerakan horizontal
 Membran karet pembungkus benda uji :
1) harus kedap air dan elastis
2) berdiameter 90% - 95% dari diameter contoh
3) mempunyai ketebalan ± 1% dari diameter contoh

v. Peralatan Lain
Peralatan lain yang harus disiapkan agar contoh tanah dapat dicetak dan dipasang
dengan baik adalah:
 Alat pembentuk contoh yang dilengkapi dengan gergaji kawat dan pisau pemotong
atau tabung pencetak contoh.
 Alat pemadat contoh tanah yang dilengkapi dengan tabung belah dan penumbuk
untuk contoh tanah terganggu.
 Tabung pengembang membran karet.
 Ekstruder untuk mengeluarkan contoh tanah dari tabung.
 Kaleng contoh untuk uji kadar air.

b. Air
Air digunakan dalam sistem pengujian triaksial harus bersih, bebas dari kotoran dan
suspensi lumpur (disarankan untuk menggunakan air suling yang bebas udara).

B. Pengujian
a) Ukuran contoh
 Ukuran contoh uji minimal mempunyai diameter 35,8 mm, tinggi antara 2 sampai 2,5
kali diameter contoh, partikel terbesar yang terdapat di dalam contoh uji tidak boleh
melebihi 1/6 diameter contoh, apabila setelah pengujian ditemui partikel yang
melebihi, catat dan tulis di dalam laporan hasil.
 Contoh uji disiapkan minimal sebanyak 3 buah.

b) Contoh tak terganggu


 Keluarkan contoh tanah dari tabungnya dengan menggunakan alat pengeluar contoh
tanah, dan bagi menjadi 3 bagian yang sama; tinggi contoh harus lebih sedikit dari
tabung pencetak. CATATAN : apabila dijumpai partikel tanah > 1/6 diameter benda
uji, lakukan pengujian analisis pembagian butiran untuk konfirmasi hasil pengujian.
 Ukur tinggi dan diameter dalam dari tabung pencetak masing-masing pada 3 tempat
yang berbeda dan rata-ratakan hasilnya guna menentukan volume.
 Olesi bagian dalam tabung pencetak contoh uji dengan minyak oli.
 Cetak contoh uji dengan menggunakan tabung pencetak yang ditusukkan pada contoh
tanah yang telah dikeluarkan pada butir 1); pembuatan contoh uji dapat juga dilakukan
dengan menggunakan trimming apparatus, sebagai berikut:
1) Letakkan contoh tanah pada trimming apparatus sedemikian rupa, sehingga contoh
tanah terpegang dengan kuat.
2) Sayat dan ratakan bagian samping contoh sedikit demi sedikit menggunakan kawat
dengan cara memutar-mutar contoh sedemikian rupa sehingga diameter contoh
mencapai diameter yang diinginkan atau sama dengan diameter plat pemegangnya.
3) Keluarkan contoh dari trimming apparatus dan letakkan pada suatu tempat khusus
untuk membuat supaya tinggi contoh dipotong sesuai dengan ukuran yang
diinginkan.
 Ratakan kedua ujung tabung pencetak dan keluarkan contoh uji dari dalam tabung.
 Timbang dan catat berat isi dari masing-masing contoh uji guna penentuan berat isi.
 Ambil sisa contoh tanah guna penentuan kadar air asli.

c) Contoh tanah terganggu yang dipadatkan


 Sediakan bahan contoh sesuai dengan kadar air dan berat isi yang diisyaratkan dan
campur dengan air agar tercapai kadar air sesuai dengan spesifikasi, kemudian
disimpan dalam kaleng tertutup atau plastik dan diamkan selama ± 16 jam.
 Padatkan bahan contoh dalam tabung belah dengan ketentuan:
1) Bahan contoh yang akan dipadatkan dibagi minimal 6 lapisan dengan berat dan
volume tertentu untuk setiap lapis.
2) Contoh dipadatkan lapis demi lapis sehingga mencapai kepadatan yang diinginkan
dengan menggunakan alat penumbuk (besi atau kayu);
3) Bagian atas dari setiap lapis contoh harus diiris-iris sebelum dilanjutkan dengan
lapis berikutnya.
4) Alat penumbuk yang digunakan harus mempunyai luas ≤ ½ luas tabung yang
digunakan.
5) Contoh dikeluarkan dari tabung belah, lalu dipotong sesuai tinggi yang
dibutuhkan.
6) Contoh tersisa diuji kadar air dan berat volume butirnya lalu berat volumenya
dihitung.

d) Prosedur Pengujian
1) Periksa semua slang dan pipa yang menghubungkan bejana utama yang berisi air,
pemberi tekanan sel, alat ukur tekanan dan ke atas triaksial terisi dengan air yang bebas
udara.
2) Periksa dan siapkan sistem pemberi tekanan sel.
3) Periksa karet-karet pembungkus terhadap kemungkinan terjadinya kebocoran.
4) Letakkan contoh uji pada alas tempat kedudukan contoh uji di dalam sel triaksial.
5) Ambil karet pembungkus dan masukan ke dalam tabung pengembang serta ikatkan
kedua ujungnya pada tabung pengembang sehingga saat tabung dihisap, karet
pembungkus melekat pada dinding dalam tabung.
6) Dalam keadaan demikian, masukkan tabung pengembang tersebut ke dalam benda uji
dengan hati-hati; masukkan penutup atas ke dalam karet, sehingga penutup duduk di atas
contoh uji; lepaskan hisapan pada tabung pengembang.
7) Lepaskan bagian atas karet dari tabung pengembang dan keluarkan tabung pengembang
dari benda uji.
8) Ikat bagian-bagian alas tempat kedudukan contoh dan karet serta bagian atas plat
penutup dan karet dengan menggunakan karet pengikat berbentuk huruf 0; oleskan
tipistipis dengan grease bagian vertikal dari alas dan tutup benda uji untuk memudahkan
masuknya karet pembungkus.
9) Letakkan sumbu piston dari sel triaksial tepat di tengah-tengah penutup atas contoh uji
pada tempat kedudukan yang telah disediakan; tekanan yang terjadi pada permukaan
benda uji akibat berat piston tidak boleh melebihi 0,5 % dari perkiraan kuat tekan
maksimum benda uji; kencangkan mur atau baut pengikat, sehingga sel triaksial terikat
kuat dan rapat pada bagian bawah.
10) Letakkan sel triaksial pada tempat yang telah disediakan pada mesin kompresi; naikkan
sel triaksial dengan memutar mesin dengan tangan sampai ujung atas piston duduk tepat
pada tempat kedudukannya pada cincin pengukur beban (proving ring) dengan hati-hati.
11) Isi sel triaksial dengan cairan dari bejana utama, pada saat sel hampir terisi penuh,
miringkan posisi sel berlawanan arah dengan posisi lubang pengeluar udara (I) yang
terdapat pada bagian tepi alas sel, setelah udara keluar seluruhnya, tutup lubang udara
tersebut secepatnya.
12) Beri tekanan semua arah dalam sel (σ3) pada tekanan yang diinginkan dengan membuka
kran E dan J, tunggu selama 10 menit untuk memberikan penyesuaian benda uji pada
tekanan sel yang diberikan. Apabila alat pengukur beban berada di luar sel triaksial,
tekanan sel akan menimbulkan reaksi pada alat ukur beban, pada kondisi ini lakukan
pengujian dimana piston masih sedikit berada di atas penutup benda uji hal sebagai
berikut:
 Ukur gesekan dan gaya ke atas piston yang akan dikoreksikan pada beban aksial
nanti.
 Atur alat pengukur beban sedemikian rupa sehingga dapat mengkompensasikan
gesekan gaya ke atas piston. Untuk alat pengukur beban yang berada di dalam sel,
tidak usah dilakukan koreksi
13) Atur posisi arloji pengukur cincin pembeban dan deformasi aksial serta catat pembacaan
awal.
14) Pilih pengatur kecepatan mesin kompresi sesuai dengan kecepatan deformasi yang
dikehendaki
15) Berikan pembebanan aksial pada kecepatan deformasi mendekati 1% per menit untuk
tanah plastis dan 0,3% per menit untuk tanah yang mudah remuk (brittle) dimana
tegangan deviator mencapai regangan antara 3% s.d. 6% pada waktu 15 menit s.d. 20
menit, teruskan pembebanan sampai mencapai regangan 15 % atau pada 5 % regangan
setelah tegangan deviator maksimum tercapai.
16) Catat pembacaan arloji cincin pembeban dan deformasi aksial pada regangan 0,1%;
0,3%; 0,4% dan 0,5 %, kemudian penambahan pada setiap 0,5% sampai pada regangan
3% dan diteruskan pada setiap penambahan 1%; untuk memperoleh grafik hubungan
tegangan deviator - regangan yang baik, interval pembacaan yang lebih kerap dapat
dilakukan.
17) Setelah pengujian selesai, ambil contoh uji, sket pola kelongsoran yang terjadi dan
tentukan kadar air
e) Perhitungan
Rumus-rumus perhitungan yang digunakan dalam pengujian ini adalah sebagai berikut :
1) Perhitungan berat isi tanah basah (γn):

2) Perhitungan regangan aksial

∈ adalah regangan aksial (%)


∆L adalah perubahan dari contoh tanah yang terbaca pada arloji pengukur
(mm)
Lo adalah panjang/tinggi awal contoh tanah (mm)

3) Perhitungan luas penampang rata-rata contoh uji :

dengan:

A adalah luas penampang rat-rata contoh uji pada regangan tertentu (cm2)

Ao adalah luas rata-rata sebelum diuji (cm2)

4) Perhitungan tegangan deviator

dengan:
σ1 – σ3 adalah tekanan deviator (kN/m2)
P adalah gaya aksial, diperoleh dari pembacaan cincin pembeban x faktor
kalibrasi (kN)
A adalah luas rata-rata contoh uji (m2)

5) Koreksi karet membran; koreksi terhadap tegangan deviator dilakukan bila perbedaan
tegangan akibat kekakuan karet tersebut melebihi 5%:

dengan:
σr adalah koreksi terhadap tegangan deviator, (kN/m2)
D adalah diameter benda uji, (mm)
t adalah tebal karet, (mm)
∈ adalah regangan aksial, (%)
Em adalah modulus perpanjangan per satuan lebar, (N/mm)

Modulus perpanjangan (Em) ditentukan dengan cara menggantung karet selebar 10,0 mm
pada suatu batang tipis; pasang batang yang lain pada bagian bawah karet yang tergantung
tersebut; ukur dan catat gaya per satuan regangan yang diperoleh akibat meregangnya karet;
Modulus perpanjangan diperoleh dari persamaan di bawah dengan menganggap bahwa satuan
yang digunakan adalah konsisten.

dengan:
F adalah gaya untuk mengembangkan karet, (N/mm)
Am adalah dua kali tebal karet awal dikalikan dengan lebar strip karet, (mm)
L adalah panjang karet sebelum mengembang, (mm)
∆L adalah perubahan panjang karet akibat gaya F, (mm)

Harga tipikal Em karet lateks adalah 1400 kN/m2

Gambar lingkaran Mohr dari ketiga contoh uji dan tentukan nilai kuat geser undrained
dimana tegangan geser sebagai sumbu Y dan tegangan normal sebagai sumbu X; alternatif lain
untuk menentukan kuat geser tersebut adalah dengan cara diagram p-q, yaitu dengan
mengambil

sebagai sumbu Y, sudut geser dalam ) .sin(tan.arc α=φ dan kohesi c = a/cos φ, dimana a
adalah jarak dari titik 0 ke awal garis lurus yang ditarik melalui ketiga titik hasil uji dan aadalah
sudut kemiringan garis tersebut terhadap horizontal;
CARA UJI TRIAKSIAL UNTUK TANAH DALAM KEADAAN TERKONSOLIDASI
TIDAK TERDRAINASE (CU) DAN TERKONSOLIDASI TERDRAINASE (CD)

1. Persyaratan Peralatan dan Pengujian

1.1 Peralatan
Rangkaian peralatan uji geser triaksial untuk melaksanakan uji geser terkonsolidasi tidak
terdrainase dan terkonsolidasi terdrainase terdiri atas beberapa kelompok peralatan.
Kelompok peralatan tersebut meliputi peralatan pembebanan aksial, peralatan ukur, peralatan
pengontrol tekanan, sel triaksial dan perlengkapannya, serta peralatan lain.

1.1.1 Peralatan Pembebanan Aksial


Peralatan pembebanan aksial terdiri atas alat-alat sebagai berikut :
a. Peralatan pembebanan aksial (mesin pembebanan) yang berupa dongkrak sekrup yang
digerakkan oleh:
1. Elektromotor dengan system roda gigi
2. Pembebanan hidraulik atau pneumatik
3. Alat pembeban lain
Dengan syarat:
1. Kecepatan gerak vertical mempunyai ketelitian ± 0,1% dari kecepatan yang telah
ditentukan
2. Getaran mesin pada waktu pengujian harus cukup kecil untuk mencegh terjadinya
perubahan dimensi benda uji tanah, atau peningkatan tekanan air pori jika katup
drainase ditutup.

b. Alat ukur beban aksial yang berupa cincin pengukur beban, sel beban elektronik, sel beban
hidraulik atau alat ukur beban lain yang mempunyai kemampuan dan ketelitian cukup dan
dapat mengukur beban aksial dengan ketelitian ± 1% hingga benda uji tanah mengalami
keruntuhan.
c. Piston pembebanan aksial
1. Piston dibuat menembus landasan bagian atas sel triaksial
2. Dilengkapi cincin karet agar gesekan yang terjadi sekecil mungkin atau tidak
melampaui 0,1% dan beban aksial pada saat benda uji mengalami keruntuhan
3. Piston harus dijaga tetap sentris terhadap benda uji dengan penyimpangan tidak lebih
dari 1,3 mm.

1.1.2 Peralatan pengontrol tekanan


Peralatan pengontrol tekanan sel dan tekanan balik terdiri atas :
a. Sistem pot merkuri
b. Sistem regulator pneumatik
c. Sistem kombinasi regulator tekanan pneumatik dan vakum
d. Sistem pengontrol lain,
Dengan syarat :
1. Ketelitian < 1% untuk tekanan yang kurang dari 200 kPa
2. Ketelitian ± 1% untuk tekanan yang lebih besar dari 200 kPa

1.1.3 Peralatan ukur


Peralatan ukur yang digunakan meliputi alat-alat ukur sebagai berikut :
a. Alat ukur tekanan sel dan tekanan balik
1. Harus mempunyai ketelitian ukur yang cukup sesuai dengan yang disyaratkan.
2. Alat dapat berupa pipa U, manometer, transduser listrik atau alat ukur tekan lain
3. Jika digunakan 2 macam alat ukur tekanan, kalibrasinya harus dilakukan secara
bersamaan

b. Alat ukur tekanan air pori


1. Harus cukup teliti sesuai dengan yang disyaratkan
2. Pada waktu uji geser tanpa mengalami drainase, tekanan air pori yang kecil pun dapat
terbaca

c. Alat ukur perubahan volume


1. Berupa buret yang ditempatkan dalam silinder tembus pandang
2. Mempunyai ketelitian ± 0,05% dari volume total benda uji tanah

d. Alat ukur deformasi


1. Berupa alat ukur pergerakkan vertical dari piston sel triaksial, seperti arloji ukur dan
alat ukur elektronik (LVDT)
2. Ketelitian alat ukur ± 0,02% dari tinggi benda uji tanah semula
3. Kemampuan ukur minimal 20% dari tinggi benda uji tanah semula

e. Alat ukur panjang dan diameter benda uji dengan ketelitian ± 0,1% dari panjang yang
diukur dan tanpa mengganggu benda uji

f. Alat pencatat waktu dan timbangan


1. Alat pencatat waktu dengan ketelitian sampai detik yang digunakan untuk pencatatan
data konsolidasi
2. Timbangan dengan ketelitian ± 0,05% dari massa benda uji yang ditimbang

1.1.4 Sel triaksial dan perlengkapannya


Sel triaksial dan perlengkapannya terdiri atas peralatan sebagai berikut :
a. Sel triaksial
1. Sel dapat menahan tekanan sebesar tekanan balik ditambah dengan tekanan efektif
konsolidasi
2. Sel terdiri atas silinder, penutup bagian atas dan landasan bagian bawah
3. Silinder dianjurkan terbuat dari bahan tembus pandang atau dilengkapi lubang
pengamat yang tembus pandang agar perilaku benda uji dapat diamati.
4. Penutup bagian atas yang dilengkapi dengan katup pengeluaran udara dan katup pengisi
oli
5. Landasan bagian bawah yang dilengkapi dengan masing-masing 1 katup, yaitu pengatur
tekanan air sel konstan, pengatur tekanan balik untuk penjenuhan, pengatur untuk
mengukur tekanan air pori, dan pengatur untuk menghisap udara yang terperanngkap
dalam benda uji tanah

b. Tutup dan alas benda uji tanah


1. Harus didesain agar sistem drainase pada kedua ujung benda uji berjalan dengan baik
dan lancar.
2. Terbuat dari bahan yang kaku, tidak berkarat, kedap air dan berbentuk bulat.
3. Berat tutup benda uji dan batu pori bagian atas harus kurang 0,5 dari beban aksial yang
meruntuhkan benda uji atau kurang dari 50 gram.
4. Diameter tutup dan alas harus sama dengan diameter benda uji.
5. Alas benda uji tanah melekat langsung pada landasan bagian bawah, untuk mencegah
pergerakkan horizontal
c. Batu pori
1. Berdiameter sama dengan diameter benda uji tanah
2. Mempunyai koefisien kelulusan air ± 10-4 cm/s
3. Harus diperiksa secara berkala untuk mencegah adanya penyumbatan

d. Kertas saring
1. Dipasang sekeliling benda uji tanah, yang dipotong berbentuk sangkar dan tidak
diperkenankan menutup lebih besar 50% dari selimut benda uji tanah.
2. Dapat berfungsi mempercepat proses pengujian (penjenuhan dan konsolidasi).
3. Terbuat dari bahan yang tidak larut dalam air
4. Koefisien kelulusan airnya sekitar 10-5 cm/s

e. Membrane karet
1. Harus kedap air dan elastis
2. Berdiameter 90% - 95% dari diameter benda uji
3. Mempunyai ketebalan ± 1% dari diameter benda uji
f. Katup untuk mengatur sistem drainase pada alat ukur perubahan volume, tekanan sel dan
tekanan air pori
1. Berkualitas tinggi
2. Tidak bocor jika diberi tekanan tinggi dengan perubahan volume yang kecil

1.1.5 Peralatan lain


Peralatan lain yang harus disiapkan agar benda uji tanah dapat dicetak dan dipasang dengan
baik adalah
a. Alat pembentuk benda uji yang dilengkapi dengan gergaji kawat dan pisau pemotong atau
tabung pencetak benda uji
b. Alat pemadat benda uji tanah yang dilengkapi dengan tabung belah dan penumbuk untuk
contoh tanah terganggu
c. Alat peregang membrane karet
d. Ekstruder untuk mengeluarkan contoh tanah dari tabung
e. Kaleng contoh untuk uji kadar air

1.2 Kalibrasi
Semua alat ukur harus dikalibrasi minimal 3 tahun sekali dan pada saat diperlukan.
1.3 Air
Air yang digunakan dalam system pengujian triaksial harus bersih, bebas dari kotoran dan
suspense lumpur (disarankan untuk menggunakan air bebas udara).

2. Pengujian
2.1. Persiapan sebelum pengujian
2.1.1 Ukuran benda uji
Benda uji berbentuk silinder dengan perbandingan tinggi dan diameter antar 2 sampai 2,5.

2.1.2 Benda uji tanah tidak terganggu


Benda uji tanah tidak terganggu dapat dibentk dengan 2 macam cara sebagai berikut :
a. Benda uji tanah dikeluarkan dari tabung atau dipotong dari contoh blok dan diletakkan
pada landasan alat pembentuk, lalu dibentuk dengan ketentuan :
1. Menggunakan pisau atau gergaji kawat sesuai dengan ukuran yang dibutuhkan
2. Mengukur tinggi dan diameter secara tepat
3. Menguji kadar air dan berat volume benda uji
4. Menghitung berat volume dan derajat kejenuhan
b. Benda uji tanah dibentuk langsung dengan cara :
1. Masukkan cetakan ke dalam tabung contoh
2. Keluarkan tabung cetak beserta contoh tanahnya dengan ekstruder dari tabung contoh
3. Potong contoh tanag yang berada di sekeliling tabung cetak
4. Keluarkan benda uji tanah dari tabung cetak dengan ekstruder

2.1.3 Benda uji tanah terganggu yang dipadatkan


Benda uji tanah terganggu yang dipadatkan, dapat dibentuk dengan cara seperti berikut:
a. Sediakan ahan contoh sesuai dengan keperluan dan campur dengan air agar tercapai kadar
air sesuai engan spesifikasi, kemudian simpan contoh dalam kaleng tertutup atau plastic
dan diamkan selama ± 16 jam
b. Padatkan bahan contoh dalam tabung belah dengan cara :
1. Bagian bahan contoh yang akan dipadatkan minimal dalam 6 lapisan dengan berat dan
volume tertentu untuk setiap lapis
2. Padatkan contoh lapis demi lapis sehingga mencapai kepadatan yang diinginkan dengan
menggunakan alat penumbuk (besi atau kayu)
3. Iris bagian atas dari setiap lapisan contoh sebelum dilanjutkan dengan lapis berikutnya
4. Keluarkan contoh dari tabung belah, lalu potong sesuai dengan tinggi yang dibutuhkan
5. Uji kadar air dan berat volume butir contoh tersisa, lalu hitung berat volumenya

2.2. Prosedur pengujian


2.2.1 Pemasangan benda uji tanah dalam sel triaksial
Pemasangan benda uji tanah dalam sel triaksial dilaksanakan dengan cara sebagai berikut :
a. Periksa membrane karet terhadap kemungkinan bocor, dan periksa batu pori serta pipa-
pipa drainase benda uji agar tidak terhambat udara atau terhambat kotoran. Kemudian
pasang katup-katup pengatur drainase yang terdapat pada landaan bagian bawah sel
triaksial dengan system sebagai berikut :
1. Sistem tekanan sel
2. Sistem tekanan air pori
3. Sistem tekanan balik
b. Isi system drainase alat ukur tekanan air pori dengan air yang bebas udara dan cegah
penyumbatan oleh kotoran atau hambatan gelembung udara
c. Atur batu pori dan kertas saring
1. Jenuhkan batu pori dengan cara merebusnya dalam air mendidih selama minimal 10
menit dan biarkan mendingin pada suhu kamar
2. Tempatkan batu pori yang jenuh air pada bagian alas dan bagian atas benda uji dan
tutup benda uji
3. Jenuhkan kertas saring dengan air dingin kemudian pasang di sekeliling benda uji
d. Pasang benda uji tanah dan perlengkapan lain
1. Tempatkan membrane karet pada alat peregang membrane, dan ballutkan pada benda
uji tanah
2. Buatkan ujung-ujung membrane karet pada alas dan tutup benda uji dan ikatkan ujung-
ujungnya dengan cincin karet berbentuk lingkaran
3. Pasang pipa drainase atas dan jaga letak atau posisi tutup benda uji agar tetap sentris
terhadap alas benda uji
4. Tutup sel dan pasang silinder
5. Turunkan piston pembeban sampai menyentuh tutup benda uji dan jaga kunci agar tidak
bergerak
6. Jaga benda uji agar tidak terbebani melebihi 0,5% dari beban yang dapat meruntuhkan
benda uji
e. Isi sel benda uji dengan air secara hati-hati, hindari masuknya udara ke dalam sel (buka
katup udara bagian atas) dan cegah bocoran dengan menambah gliserin ± 13,0% da nisi
formulir pengujian dengan parameter tanah semula.

2.2.2 Penjenuhan dengan tekanan balik


Benda uji tanah yang terpasang dalam sel triaksial harus dijenuhkan dahulu dengan memberi
tekanan balik sebelum dilakukan penggeseran. Benda uji tanah dianggap jenuh jika koefisien
tekanan air pori B telah mencapai nilai minimal 0,95. Tekanan balik untuk penjenuhan
lempung lunak cukup sampai 200 kPa, sedangkan untuk tanah lempung yang lebih pdat bias
mencapai 700 kPa. Proses penjenuhan dilakukan dengan langkah-langka hsebagai berikut :
a. Pada keadaan tekanan sel 50 kPa (atau kurang dari 50 kPa pada tanah lempung lunak).
1. Tutup katup tekanan sel dan katup tekanan balik pada sel triaksial
2. Setelah pengatur tekanan sel secara bertahap dari 10 kPa atau mencapai 50 kPa dan
baca buret pada alat ukur perubahan volume sel (= pembacaan awal dibaca setelah
konstan)
3. Buka katup tekanan sel dan biarkan katup tekanan balik tetap tertutup pada sel triaksial
hingga tekanan air pori konstan minimal 15 menit
4. Setelah tekanan air pori konstan, yaitu jika perubahan volume terbaca kurang dari 0,25
mm3/menit, baca buret pada alat ukur perubahan volume sel (= pembacaan akhir) dan
perbedaan antara pembacaan awal dan pembacaan akhir disebut perubahan volume sel
(ΔVs)
5. Catat semua hasil pembacaan pada formulir penjenuhan
b. Pada keadaan tekanan balik 40 kPa (atau kurang 10 kPa dari tekanan sel)
1. Tutup katup tekanan sel dan katup tekanan balik pada sel triaksial
2. Setel pengatur tekanan balik hingga mencapai 40 kPa (berarti 10 kPa kurang dari
tekanan sel) dan baca buret perubahan volume benda uji tanah (= pembacaan awal)
3. Buka katup tekanan sel dan katup tekanan balik
4. Jaga tekanan balik agar tetap konstan
5. Setelah tekanan air pori mencapai 40 kPa, baca buret perubahan volume benda uji tanah
(=pembacaan akhir) dan perbedaan antara pembacaan awal dan pembacaan akhir
disebut perubahan volume benda uji tanah (ΔVc)
6. Catat semua hasil pembacaan pada formulir pengujian
c. Pada keadaan tekanan sel ditingkatkan 50 kPa
1. Tutup katup tekanan sel dan katup tekanan balik pada sel triaksial
2. Tingkatkan tekanan sel sebesar 50 kPa dan baca buret perubahan volume sel
(=pembacaan awal)
3. Buka katup tekanan sel dan katup tekanan balik masih tetap tertutup
4. Biarkan keadaan hingga tekanan air pori konstan yaitu jika perubahan volume sel
kurang dari 0,25 mm/menit
5. Baca buret perubahan volume sel (=pembacaan akhir) dan perbedaan antara pembacaan
awal dan pembacaan akhir disebut perubahan volume sel (ΔVs)
6. Catat semua hasil pembacaan pada formulir pengujian
7. Hitung koefisien tekanan air pori B dengan menggunakan persamaan :
∆𝑢
B’ = …………………………………….……………... (1)
∆𝜎3
Dengan :
B’ : koefisien tekanan air pori
Δu : peningkatan tekanan air pori akibat peningkatan tekanan sel
Δσ3 : peningkatan tekanan sel
d. Jika B’ belum mencapai 0,95 ulangi langkah-langkah butir 2 sampai dengan 7 dengan
peningkatan tekanan balik 40 kPa dan peningkatan tekanan sel 50 kPa secara begantian
hingga nilai B mencapai 0,95
e. Catat semua hasil pembacaan pada formulir pengujian
f. Hitung perubahan volume total (ΔVt) pada waktu penjenuhan

2.2.3 Proses konsolidasi


Setelah benda uji tanah dijenuhkan dengan tekanan balik, maka proses konsolidasi dapat
dimlai. Proses konsolidasi dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
a. Pada keadaan tekanan sel ditingkatkan
1. Tutup katup tekanan sel dan katup tekanan balik pada sel triaksial
2. Tingkatkan tekanan sel dengan memutar pengatur tekanan sel hingga perbedaan antara
tekanan sel dan tekanan balik sesuai dengan tekanan efektif konsolidasi
3. Buka katup tekanan sel dan biarkan keadaan hingga tekanan air pori konstan (sama
dengan tekanan sel)
b. Pada waktu konsolidasi
1. Baca buret perubahan volume benda uji tanah (=pembacaan awal)
2. Buka katup tekanan balik pada sel triaksial
3. Baca buret perubahan volume benda uji tanah pada waktu-waktu (t) 1, 4, 9, 16 25 menit
dan seterusnya dan konsolidasi dianggap selesai jika perubahan volume yang terbaca
kurang dari 0,25 mm/meniit
4. Catat semua hasil pembacaan pada formulir pengujian
c. Penggambaran grafik hubungan antara waktu dan perubahan volume serta perubahan
tekanan air pori
1. Gambar hubungn antara √t dan perubahan volume V atau hubungan antara log t dan
perubahan volume ΔV
2. Hitung waktu terjadinya 100% konsolidasi (t100) dan koefisien konsolidasi (cv)
3. Hitung perubahan volume total selama penjenuhan dan konsolidasi serta tinggi dan luas
benda uji setelah konsolidasi

2.2.4 Penggeseran tidak terdrainase dengan cara kompresi


Selama penggeseran dengan cara kompresi, tekanan sel harus konstan, drainase tidak
diperkenankan dan pembebanan aksial yang melewati piston ditingkatkan secara perlahan-
lahan. Proses pengujian dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Tahap persiapan
1. Tutup katup tekanan sel dan katup tekanan balik pada sel triaksial
2. Tempatkan sel triaksial di atas landasan mesin pembeban
3. Setel alat ukur beban aksial dan jaga piston sel triaksial agar tetap sentris terhadap mesin
pembeban
b. Tahap pembebanan vertical
1. Gerakkan landasan mesin pembeban vertical ke atas sehingga piston menyentuh alat
ukur beban aksial
2. Buka pengunci piston dan gerakkan landasan mesin pembeban vertical ke atas sehingga
piston menyentuh tutup contoh tanah
3. Turunkan piston, pada saat itu arloji ukur dari cincin pengukur beban aksial sudah
mencatat beban gesekan piston dan tekanan sel
4. Hilangkan beban tersebut dengan koreksi atau dengan menyetel arloji ukur no kembali
pada waktu penggeseran
5. Setel arloji ukur deformasi vertical hingga menyentuh dudukan arloji gerak vertical
c. Tahap penentuan kecepatan gerak
1. Pilih kecepatan gerak vertical yang sesuai pada aat pembeban sehingga bacaan tekanan
air pori cukup teliti pada waktu penggeseran
2. Taksir kecepatan gerak vertical dengan anggapan bahwa keruntuhan benda uji terjadi
pada waktu tf dan regangan 4% atau bergantung pada jenis tanahnya
3. Hitung kecepatan gerak dengan menggunakan persamaan :
(𝜀 𝑥 𝐻)
v= ………………………………………….……..…. (2)
(100 𝑥 𝑡𝑓 )

dengan :
v : kecepatan gerak vertical (mm/menit)
ε : regangan (%)
tf : waktu terjadinya keruntuhan yang bergantung pada t100, gunakan
waktu keruntuhan minimum tf sebesar 120 menit untuk pengujian
triaksial CU (Tabel 1)
t100 : waktu yang dibutuhkan untuk mencapai 100% konsolidasi (menit)
H : tinggi benda uji tanah (mm)
D : diameter benda uji tanah (mm)
λ : konstanta yang digunakan untuk perhitungan cv pada persamaan (16)
(lihat Tabel 1)

Tabel 1 Faktor-faktor untuk perhitungan cv dan waktu terjadinya keruntuhan


untuk H/D
tf / t100
No. Kondisi drainase λ
tidak terdrainase
1 Satu ujung 1 0,51 8,5
2 Kedua ujung 4 0,51 8,5
3 Sekeliling benda uji 64 1,49 12,7
4 Sekeliling benda uji dan satu ujung 80 1,59 14,2
5 Sekeliling benda uji dan dua ujung 100 1,77 15,8
Sumber : (Head, K.H., 1981)
d. Tahap pembacaan hasil penggeseran dengan cara kompresi
1. Siapkan formulir pengujian geser
2. Tekan tombol untuk menggerakkan mesin pembeban
3. Lakukan pembacaan pada arloji gerak vertical, arloji cincin pembeban, manometer
tekanan air pori untuk setiap 10 bagian peningkatan yang terbaca pada arloji gerak
vertical
4. Catat semua hasil pembacaan pada formulir pengujian geser, hingga mencapai 20%
regangan atau beban aksial menurun 20% dari nilai maksimumnya
e. Tahap setelah penggeseran dengan cara kompresi
1. Turunkan tekanan sel dan tekanan balik hingga no, dan keluarkan dari sel
2. Tutup semua katup sel triaksial
3. Lepaskan benda uji dan membrane karet dari alas bawah
4. Keluarkan benda uji tanah dari membrane karet
5. Timbang berat dan uji kadar airnya
6. Uji minimal 3 buah benda uji dan gambarkan lingkaran Mohr atau grafik p, q

2.2.5 Penggeseran terdrainase dengan cara kompresi


Proses penggeseran terdrainase dengan cara kompresi hamper sama dengan penggeseran
tidak terdrainase dengan caa kompresi, dengan tekanan sel konstan, drainase diperkenankan
dan pembebanan dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :
a. Tahap persiapan
1. Tutup katup tekanan sel dan buka katup tekanan balik pada sel triaksial
2. Tempatkan sel triaksial di atas landasan mesin pembeban
3. Setel alat ukur beban aksial dan jaga piston sel triaksial agar tetap sentris terhadap mesin
pembeban
b. Tahap pembeban vertical
1. Gerakkan landasan mesin pembeban vertical ke atas sehingga piston menyentuh alat
ukur beban aksial
2. Buka pengunci piston dan gerakkan landasan mesin pembeban vertical ke atas sehigga
piston menyentuh tutup benda uji tanah
3. Turunkan piston dan pada saat itu arloji ukur dari cincin pengukur beban aksial sudah
mencatat beban gesekan piston dan tekanan sel
4. Hilangkan beban tersebut dengan koreksi atau dengan menyetel arloji ukur nol kembali
pada waktu penggeseran dengan cara kompresi
5. Setel arloji ukur deformasi vertical hingga menyentuh dudukan arloji pengukur gerak
vertical
c. Tahap penentuan kecepatan gerak
1. Pilih kecepatan gerak vertical yang sesuai pada alat pembeban sehingga bacaan tekanan
air pori cukup teliti pada waktu penggeseran dengan cara kompresi
2. Taksir kecepatan gerak vertical dengan anggapan bahwa keruntuhan benda uji terjadi
pada waktu tf dan regangan sebesar 4%-15% atau bergantung pada jenis tanahnya
3. Hitung kecepatan gerak dengan menggunakan persamaan (2) untuk kondisi terdrainase
4. Kecepatan gerak vertical harus cukup lataambat, sehingga tidak terjadi peningkatan
tekanan air pori berlebih atau Δu = 0
5. Peningkatan tekanan air pori yang besar pada waktu penggeseran dengan cara kompresi
menandakan kecepatan gerak vertical terlalu cepat, sehingga pada waktu pengujian
harus diperlambat
d. Tahap pembacaan hasil penggeseran
1. Siapkan formulir pengujian geser
2. Tekan tombol untuk menggerakkan mesin pembeban
3. Lakukan pembacaan pada arloji gerak vertical, arloji cincin pembeban, perubahan
volume pada buret tekanan balik, manometer tekanan air pori untuk setiap 10 bagian
peningkatan yang terbaca pada arloji gerak vertical
4. Catat semua hasil pembacaan pada formulir pengujian geser hingga mencapai 20%
regangan atau beban aksial menurun 20% dari nilai maksimumnya
e. Tahap setelah penggeseran
1. Turunkan tekanan sel dan tekanan balik hingga nol, dan keluarkan air dari sel
2. Tutup semua katup sel triaksial
3. Lepaskan benda uji tanah dan membrane karet dari alas bawah
4. Keluarkan benda uji tanah dari membrane karet
5. Timbang berat dan uji kadar airnya
6. Uji minimal 3 buah benda uji dan gambarkan lingkaran Mohr atau grafik p, q

3. Perhitungan
3.1. Parameter tanah semula
Parameter benda uji tanah semula yang perlu diketahui adalah :
γno : berat volume semula (gr/cm3)
γdo : berat volume kering semula (gr/cm3)
w0 : kadar air semula (%)
S0 : derajat kejenuhan semula (%)

Parameter tersebut dapat dihitung dengan menggunakan persamaan (3) sampai (8) sebagai
berikut :
(𝑊𝑤𝑡 −𝑊𝑑𝑡 )𝑥 100
w0 = ……………………….……..……… (3)
(𝑊𝑑𝑡 −𝑊𝑡 )

dengan :
w0 : kadar air semula (%)
Wwt : berat tanah basah + berat cawan (gr)
Wdt : berat tanah kering + berat cawan (gr)
Wt : berat cawan (gr)
A0 = 1⁄4 𝜋 𝐷02 ……………………….……..…………...… (4)
Dengan :
A0 : ;uas benda uji tanah semula (cm2)
D0 : diameter benda uji tanah semula (cm)
V0 = A0 x H0 ……………………….……..……………...… (5)
Dengan :
V0 : volume benda uji tanah semula (cm3)
H0 : tinggi benda uji tanah semula (cm)
𝑊𝑖
γno = ……………………….………….……………...… (6)
𝑉0
𝛾0
γdo = 𝑊0 ……………………….……………………...… (7)
1+
100

dengan :
γno : berat volume semula (gr/cm3)
γdo : berat volume kering semula (gr/cm3)
Wi : berat benda uji tanah basah (gr)
𝑊
( 0)
100
S0 = 1 1 ………………….……………………...… (8)
( )−( )
𝛾𝑑𝑜 𝐺𝑠

dengan :
Gs : berat jenis atau spesifik gravity (-)

3.2. Parameter tanah setelah penjenuhan dan konsolidasi


Setelah proses penjenuhan dan proses konsolidasi, volume benda uji akan mengalami
perubahan yang dapat dihiutng dengan persamaan (9) sampai (16) sebagai berikut :
ΔVt = ΔVs + ΔVc ………………….……….……………...… (9)
Dengan :
ΔVs : perubahan volume pada sel dan benda uji waktu penjenuhan (cm3)
ΔVc : perubahan volume pada benda uji waktu konsolidasi (cm3)
ΔVt : perubahan volume total (cm3)
∆𝑉
εv = ( 𝑉 𝑡 )𝑥100% ……………….……….……………...… (10)
0

dengan :
εv : regangan volumetric
1 𝜀𝑣
Hc = H0[1 − ( ) 𝑥 ( )] ……………….……….….… (11)
3 100
Dengan :
Hc : tinggi benda uji tanah setelah penjenuhan dan konsolidasi (cm)
1 𝜀𝑣
Ac = A0 H0 [1 − ( ) 𝑥 ( )] …………....……….….… (12)
3 100
Vc = V0 - ΔVt ………….…………..…………………....… (13)
Dengan :
Ac : luas benda uji tanah setelah penjenuhan dan konsolidasi (cm2)
Vc : volume benda uji tanah setelah penjenuhan dan konsolidasi (cm3)
𝑊𝑐
γc = ………….…………..………………………....… (14)
𝑉𝑐
𝛾𝑐
γdo = 𝑊𝑐 …………………………………………...… (15)
(1+ )
100

Dengan :
Wc : berat benda uji tanah setelah pengujian selesai (gr)
γc : berat volume benda uji setelah pengujian (gr/cm3)
wc : kadar air benda uji tanah setelah pengujian selesai (%)
γdo : berat volume kering benda uji tanah setelah pengujian (gr/cm3)
1,625𝐷2
cv = ………….…………..…………………....… (16)
(𝜆𝑡100 )

dengan :
cv : koefisien konsolidasi (m/tahun)
t100 : waktu untuk 100% konsolidasi (tahun)
λ : konstanta yang bergantung pada drainase
D : diameter benda uji

3.3. Perhitungan regangan dan tegangan pada waktu penggeseran


Regangan dan tegangan pada waktu penggeseran dengan cara kompresi dapat dihitung
dengan menggunakan persamaan-persamaan (17) ampai (27) sebagai berikut :
𝐷𝐷𝑐
ε = [(𝐷𝐷 − 𝐷𝐷0 )𝑥 ] 𝑥 100 ………….…………....… (17)
𝐻𝑐
dengan :
ε : regangan pada waktu penggeseran (%)
DD : pembacaan arloji gerak vertical
DD0 : pembacaan arloji gerak vertical semula (unit)
DDc : konstanta koreksi arloji gerak vertical (mm/unit)
Hc : tinggi benda uji setelah penjenuhan dan konsolidasi (mm)

Pada penggeseran tidak terdrainase dengan cara kompresi, luas permukaan benda uji dihitung
dengan rumus :
𝐴
A = 𝜀 ………….…………..................................… (18)
(1− )
100

Sedangkan pada penggeseran terdrainase, luas permukaan benda uji yan gterpengaruh oleh
perubahan volume yang terbaca pada buret tekanan balik dihitung dengan persamaan :
𝜀
(1− 𝑣𝑠 )
100
A = Ac x 𝜀 ………….…….................................… (19)
(1− )
100
∆𝑉𝑔
εvs = ( 𝑉 ) 𝑥100 …………………..................................… (20)
𝑐

dengan :
A : luas benda uji tanah pada waktu penggeseran (cm3)
ΔVg : perubahan volume waktu penggeseran terdrainase (cm3)
εvs : regangan volumetric (%)

Pembacaan terkoreksi pembebanan, tegangan deviator dan tegangan-tegangan utama dapat


dihitung dengan menggunakan persamaan-persamaan (21) sampai (24) sebagai berikut :
LDa = LD – LD0 …………………....................................… (21)
Dengan :
LDa : pembacaan terkoreksi pada arloji cincin pembeban (unit)
LD : pembacaan arloji cincin pembeban waktu pengujian (unit)
LD0 : pembacaan arloji cincin pembeban sebelum pengujian (unit), pada awal
Pengujian dibuat = 0
Beban = LDa x LRCi …………………..................................… (22)
Dengan :
LRCi : konstanta koreksi arloji cincin pembeban
𝐵𝑒𝑏𝑎𝑛
Δσ = σ1 – σ3 = ……………..................................… (23)
𝐴

Dengan :
Δσ : tegangan deviator (kPa)
σ3 = CP
σ1 = σ3 + Δσ ……………................................................… (24)
dengan :
CP : tekanan sel
σ3 : tegangan utama minimum total
σ1 : tegangan utama maksimum total

Jika digunakan grafik p, q, dapat diperoleh tegangan-tegangan utama sebagai berikut :


σ’3 = σ3 – u …………….................................................… (25a)
σ’1 = σ1 – u …………….................................................… (25b)
dengan :
σ’3 : tegangan utama minimum efektif
σ’1 : tegangan utama maksimum efektif
(𝜎′1 +𝜎′3 )
p = ……..….................................................… (26a)
2
(𝜎 ′ 1 −𝜎′3 )
q = ……..…................................................… (26b)
2
Untuk mendapatkan parameter kuat geser ϕ’ dan c’ digunakan rumus-rumus :
ϕ’ = arc sin (tg α)
𝑎
c’ = ……..….....................................................… (27)
cos(𝜙′ )

dengan :
ϕ’ : sudut geser dalam efektif
c’ : kohesif efektif
α : sudut yang diperoleh dari hasil regresi pada grafik p – q
a : kontanta yang diperoleh dari hasil regresi pada grafik p – q

3.4. Koreksi pengaruh membrane karet


Jika ada kesalahan pembacaan tegangan deviator yang melebihi 5%, koreksi pengaruh
membrane karet dapat dilakukan dengan menggunakan persamaan :
Δ (σ1 – σ3)m = (4 Em tm ε) Dc ……..….................................… (28)
Dengan :
Δ (σ1 – σ3)m : koreksi untuk pengurangan tegangan deviator yang terukur
Dc : diameter benda uji setelah konsolidasi
Em : modlus elastisitas membrane karet (kPa) untuk bahan lateks nilai
Tipikalnya = 1200 kPa
tm : ketebalan membrane (mm), biasanya 0,2 mm
ε : regangan vertical (decimal)
Modulus elastisitas membrane dapat diperoleh dengan memotong membrane karet yang
berupa strip setinggi 15-20 mm. kemudian strip karet ini digantung pada arah melintang dan
bagian atas dengan suatu batang kecil, sedangkan pada bagian bawah dengan suatu batang
kecil yang dilengkapi gantungan untuk beban. Selanjutnya modulus elastisitas dapat dihitung
dengan rumus :
𝐹 ∆𝐿
Em =( )( ) ……..….................................................… (29)
𝐴𝑚 𝐿

Dengan :
Em : modulus elastisitas material membrane (kPa)
F : gaya peregangan material (kN)
L : panjang membrane sebelum peregangan (mm)
ΔL : perubahan panjang membrane setelah diberi beban (mm)
Am : luas membrane = 2 tm ws (m2 = mm2/1000)
tm : tebal membrane (mm)
ws : lebar strip membrane (15 mm – 20 mm)

PEMERIKSAAN KEKUATAN GESER LANGSUNG


Standar Acuan : AASHTO T - 236 -72 dan ASTM D - 3080 - 89

Tujuan :

Mencari harga-harga parameter tanah c (kohesi) dan (sudut geser dalam) dengan mempelajari
kekuatan tanah terhadap geser.

Dasar Teori :

Kekuatan geser tanah merupakan perlawanan internal tanah tersebut per satuan luas terhadap
keruntuhan atau pergeseran sepanjang bidang geser dalam tanah yang dimaksud.
Uji geser langsung merupakan pengujian yang sederhana dan langsung. Pengujian dilakukan
dengan menempatkan contoh tanah ke dalam kotak geser. Kotak ini terbelah, dengan setengah bagian
yang bawah merupakan bagian yang tetap dan bagian atas mudah bertranslasi. Kotak ini tersedia dalam
beberapa ukuran, tetapi biasanya mempunyai diameter 6,4 cm atau bujur sangkar 5,0 x 5,0 cm. Contoh
tanah secara hati-hati diletakkan di dalam kotak, sebuah blok pembebanan, termasuk batu-batu berpori
bergigi untuk drainase yang cepat, diletakkan di atas contoh tanah. Kemudian suatu beban normal Pv
dikerjakan. Kedua bagian kotak ini akan menjadi sedikit terpisah dan blok pembebanan serta setengah
bagian atas kotak bergabung menjadi satu.
Kuat geser sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor , antara lain :
1. Tekanan efektif atau tekanan antar butir.
2. Kemampuan partikel atau kerapatan
3. Saling keterkuncian antar partikel: jadi, partikel-partikel yang bersudut akan lebih saling
terkunci dan memiliki kuat geser yang lebih tinggi (  yang lebih besar) daripada partikel-
partikel yang bundar seperti pada tebing-tebing.
4. Sementasi partikel, yang terjadi secara alamiah atau buatan.
5. Daya tarik antar partikel atau kohesi.

Peralatan :

1. Alat geser langsung yang terdiri dari :


a. Stang penekan dan pemberi beban.
b. Alat penggeser lengkap dengan cincin penguji (proving ring) dan 2 buah arloji
geser (extensiometer).
c. Cincin pemeriksaan yang terbagi dua dengan penguncinya terletak dalam kotak.
d. Dua buah batu pori.
2. Alat pengeluaran contoh dan pisau pemotong
3. Cincin pencetak benda uji
4. Timbangan dengan ketelitian 0.01 gr
5. Stop Watch

Langkah Kerja :

A. Persiapan Benda Uji


a. Benda uji tanah asli (undistrubed)

Contoh tanah asli dari tabung ujungnya diratakan dan cincin pencetak benda uji ditekan
pada ujung tanah tersebut, tanah dikeluarkan secukupnya untuk 3 benda uji. Pakailah bagian
yang rata sebagai alas dan ratakan bagian atasnya.

b. Benda uji asli bukan dari tabung

Contoh yang digunakan harus cukup besar untuk membuat 3 buah benda uji. Persiapan
benda uji sehingga tidak terjadi kehilangan kadar air. Bentuklah benda uji dengan cincin
pencetak. Dalam mempersiapkan benda uji terutama untuk tanah yang peka harus hati-hati
guna menghindarkan terganggunya struktur asli dari tanah tersebut.

c. Benda uji buatan (dipadatkan)

Contoh tanah harus dipadatkan pada kadar air dan berat isi yang dikehendaki. Pemadatan
dapat langsung dilakukan pada cincin pemeriksaan atau pada tabung pemadatan.

d. Tebal minimum benda uji kira-kira 1.3 cm tapi tidak kurang dari 6 kali diameter butir
maximum.

e. Perbandingan diameter terhadap tebal benda uji harus minimal 2 : 1. Untuk benda uji yang
berbentuk empat persegi panjang atau bujur sangkar perbandingan lebar dan tebal minimal
2 : 1.

Catatan : untuk tanah lembek pembebanan harus diusahakan agar tidak merusak benda uji.

B. Pengujian :

1. Timbang benda uji.


2. Masukan benda uji kedalam cincin pemeriksaan yang telah terkunci menjadi satu dan
pasanglah batu pori pada bagian atas dan bawah benda uji.
3. Stang penekan dipasang vertikal untuk memberi beban normal pada benda uji dan diatur
sehingga beban yang diterima oleh benda uji sama dengan beban yang diberikan pada stang
tersebut.
4. Penggeser benda uji dipasang pada arah mendatar untuk memberikan beban mendatar pada
bagian atas cincin pemeriksaan. Atur pembacaan arloji geser sehingga menunjukan angka
nol. Kemudian buka kunci cincin pemeriksaan.
5. Berikan beban normal pertama sesuai dengan beban yang diperlukan. Segera setelah
pembebanan pertama diberikan isilah kotak cincin pemeriksaan dengan air sampai penuh
diatas permukaan benda uji, jagalah permukaan ini supaya tetap selama pengujian
berlangsung.
6. Diamkan benda uji sehingga konsolidasi selesai. Catat proses konsolidasi tersebut pada
waktu-waktu tertentu sesuai dengan cara pemeriksaan konsolidasi.
7. Sesudah konsolidasi selesai hitung t50 untuk menentukan kecepatan penggeseran.
Konsolidasi dibuat dalam 3 beban yang berlainan. Kecepatan penggeseran dapat ditentukan
dengan membagi deformasi geser maximum dengan 50. Deformasi geser maximum kira-
kira 10 % diameter/panjang sisi asli benda uji.
8. Lakukan pemeriksaan sehingga tekanan geser konstan dan bacalah arloji geser setiap15
detik.
9. Berikan beban normal yang pertama dan lakukan langkah-langkah 6,7,dan 8.
10. Berikan beban normal pada benda uji ketiga sebesar 3 kali beban normal partama dan
lakukan langkah-langkah 6, 7, dan 8.

Perhitungan :

a. Hitung gaya geser Ph :

Ph = bacaan arloji x kalibrasi proving ring.

b. Hitung kekuatan geser  :

Ph

Ac

c. Hitung tegangan normal n :

Pv
n 
Ac

d. Gambarkan grafik hubungan B/B versus , kemudian dari masing-masing benda uji
dapatkan max..

e. Gambarkan garis lurus melalui titik-titik hubungan  versus n. Dapatkan pula parameter
c dan . Untuk mendapatkan parameter c dan  dapat diselesaikan dengan cara matematis
(persamaan Regresi Linier).

Rumus kekuatan geser :  = c + n. tan

UJI TRIAKSIAL TERKONSOLIDASI TERALIRKAN


CONSOLIDATED-DRAINED (CD)
DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/36014928/FINAL_SNI_03-2455-1991_Rev-2004_cara_uji_triaksial.doc

SNI 03-2455-1991 Rev-2004 cara uji triaksial

Anda mungkin juga menyukai