Anda di halaman 1dari 99

DIKLAT PENANGANAN LONGSOR

PADA STRUKTUR JALAN 2016

SURVAI LERENG DAN


LONGSORAN
SERTA MANAJEMEN LERENG

Disajikan oleh: Ir.Adiwijaya Ph.D

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN


PERUMAHAN RAKYAT BADAN PENGEMBANGAN
BIO DATA

 Nama
Nama :: Ir.Adiwijaya
Ir.Adiwijaya Ph.D
Ph.D
 Tempat
Tempat // Tgl
Tgl Lahir
Lahir :: Rantauprapat
Rantauprapat // 08
08 Oktober
Oktober 1956
1956
 NIP
NIP :: 19561008
19561008 198403198403 11 003
003
 Pangkat
Pangkat // Gol
Gol :: Pembina
Pembina Utama
Utama Madya
Madya // IV-d
IV-d
 Jabatan
Jabatan :: Widyaiswara
Widyaiswara Utama Utama
 Instansi
Instansi :: BPSDM
BPSDM Kem Kem PU–PR
PU–PR Jakarta
Jakarta
 Pendidikan
Pendidikan :: S1
S1 Fakultas
Fakultas Teknik
Teknik Sipil
Sipil USU
USU
:: Pasca
Pasca Sarjana
Sarjana Jalan
Jalan Raya
Raya ITB
ITB
:: S3
S3 University
University Sains
Sains Malaysia
Malaysia
 Riwayat
Riwayat Pekerjaan
Pekerjaan :: 1.
1. Dosen
Dosen Kopertis
Kopertis Wil-I
Wil-I (( 1984
1984 –– 2000
2000 ))
2.
2. Konsultan
Konsultan Supervisi
Supervisi (( 1983
1983 –– 1995
1995 ))
3.
3. Pimpro
Pimpro P2T P2T Dikti
Dikti (( 1993
1993 –– 1999
1999 ))
4.
4. PD-I
PD-I Fak
Fak Teknik
Teknik UISU
UISU (( 1993
1993 –– 1999
1999 ))
5.
5. PR-I
PR-I UISU
UISU (( 19991999 –– 2000
2000 ))
6.
6. Kadis
Kadis Kimprasda
Kimprasda L.Batu
L.Batu (2000
(2000 –– 2002
2002 ))
7.
7. Kadis
Kadis Bina
Bina Marga
Marga dan
dan Pengairan
Pengairan Sergai
Sergai (( 2004
2004 –– 2005
2005 ))
8.
8. Widyaiswara
Widyaiswara Badiklat
Badiklat Propsu
Propsu (2006–2012)
(2006–2012)
9.
9. Widyaiswara
Widyaiswara Pusdiklat
Pusdiklat Kemen
Kemen PUPU Jakarta
Jakarta (2013
(2013 –– sekarang)
sekarang)
email
email :: wijaya_mdn2006
wijaya_mdn2006 @yahoo.co.id
@yahoo.co.id
Moto
Moto :: Biarlah
Biarlah harta
harta banyak
banyak asal
asal hidup
hidup tenang
tenang dan
dan senang
senang
Alamat
Alamat :: KmpKmp Pesona
Pesona Putera
Putera Mandiri
Mandiri B-15
B-15 Jl.Wadas
Jl.Wadas Ry
Ry Depok
Depok
Hp
Hp :: 085658545456
085658545456 // 081362430836
081362430836
SISTEMATIKA PENYAJIAN
 DISKRIPSI SINGKAT
 JENIS-JENIS SURVEY DAN INVESTIGASI
LONGSORAN
 PERSIAPAN SURVEI LONGSORAN
 MENGENALI JENIS DAN TIPE LONGSOR
 SURVEY LERENG DAN LONGSORAN
 MANAJEMEN LERENG JALAN
DISKRIPSI SINGKAT
 Setelah mengikuti pembelajaran ini, Peserta
mampu memahami dan menjelaskan
pelaksanaan survey lereng dan longsoran serta
manajemen lereng pada struktur jalan
PENGERTIAN LERENG
 Pada permukaan tanah yang tidak datar atau mempunyai
sudut kemiringan maka akan cenderung menggerakan
massa tanah ke arah permukaan yang lebih rendah.
 Analisis yang menjelaskan tentang kejadian tersebut
dikenal dengan analisis stabilitas lereng.
 Analisis stabilitas lereng banyak digunakan dalam
perencanaan konstruksi, seperti : timbunan untuk jalan
raya, galian lereng untuk jalan raya serta konstruksi
tubuh bendung
JENIS-JENIS SURVEY DAN INVESTIGASI
LONGSORAN

 Kondisi geologi batuan dasar yang mengalami perubahan


karakteristik propertisnya akibat mengalami degradasi dalam
kurun waktu geologi, meliputi: sesar patahan, lipatan dan join
kekar (joint fractures) dari ketidakselaranan yang berkembang.
 kondisi geo-morpologi, kondisi topografi, kondisi geo-
hidrologi, kondisi pola aliran, kondisi tingkat pelapukan,
kondisi perubahan iklim dan ke-gempa-an serta gunung berapi.
 Kondisi geohidrologi, kondisi sistim pola aliran yang diduga
mempengaruhi penurunan stabilitas lereng.
 Kondisi tanah/batuan penyusun lereng sehingga dapat
diketahui parameter kuat gesernya yang mempengaruhi tingkat
stabilitasnya berdasarkan beberapa analisa yang diterapkan.
PERSIAPAN SURVEI LONGSORAN
MEMPELAJARI DATA SEKUNDER

 Peta topografi dan morfologi yang telah dipublikasikan oleh direktorat


Geologi dan Pertambangan serta dapat diperoleh dari Bakosurtanal (Badan
Koordinasi Survai dan Pemetaan Nasional).
 Peta geologi yang mencakup adanya pola sesar yang ditinjau secara
regional mencakup: perlipatan, sesar vertical dan horizontal, distribusi
penyebaran batuan dasar dan tanah yang Nampak dipermukaan (Outcorp).
 Peta curah hujan dan pola aliran permukaan serta poetensi dibawah
permukaan yang diterbitkan oleh Badan Metrologi dan geofisika.
 Peta liputan lahan dan jenis penutupnya (tumbuhan, bangunan dan lahan
terbuka) yang diterbitkan oleh Geologi tata Lingkungan, Badan Geologi
dan Pertambangan
 Peta Gunung Berapi yang diterbitkan oleh Badan Vulkanologi dan
Kegempaan
 Peta Gempa yang telah diterbitkan oleh Kementerian
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) dengan
magnitude kegempaan untuk berbagai umur rencana
bangunan baik untuk bangunan gedung, jembatan dan
bangunan infrastruktur lainya.
 Peta daerah rawan bencana yang juga telah diterbitkan oleh
Geologi tata Lingkungan, Badan Geologi dan Pertambangan
 Peta ruas jalan baik jalan Nasional, Jalan Propinsi maupun
Jalan Kabupaten serta Jalan Desa yang telah diterbitkan
oleh Kementerian PUPR dan Dinas PU terkait.
 Dan beberapa peta lainnya seperti peta tata-ruang baik skala
nasional, regional dan local serta beberapa peta yang
diperlukan dalam mengidentifikasi kondisi lereng terhadap
potensi longsoran (lereng alam maupun lereng buatan)
PETA TOPOGRAFI
PETA GEOLOGI
PETA CURAH HUJAN
PETA LIPUTAN LAHAN
PETA GEMPA
PETA DAERAH RAWAN BENCANA
PETA RUAS JALAN
Identifikasi Faktor Penyebab Longsoran
1. Kondisi penyebaran tanah dan batuan
 penyebaran tanah/batuan
 morfologi
 geohidrologi
 geologi (Formasi Batuan Dasar)
 kerentanan gerakan tanah
2. Kondisi geologi Struktur yang berkembang
 batuan geologi formasi batuan dasar
 sesar yang berkembang (fold, fault dll) yang umumnya
akan memeperlihatkan kemungkinan adanya kekar.
 penyebaran lapisan tanah berdasarkan satuan geologi
batuan dasar dan proses pembentukannya
FAKTA KERUNTUHAN AKIBAT VIBRASI
MENGENALI JENIS DAN TIPE LONGSOR
DIMENSI LONGSORAN TANAH
BAGIAN – BAGIAN LONGSORAN

Longsoran
Aliran Tanah
(Earth Flows)
Ciri-ciri:
Tidak terbentuk alur air,tanah, batuan
dan tumbuhan walau bergerak
sepanjang lereng dan umumnya terjadi
pada lereng yang relative tegak serta
tidak dijumpai keruntuhan pada bagian
bawah lereng.
1Longsoran Aliran Tanah Lumpur
2Longsoran Runtuhan Debris (bahan
rombakan)
LONGSORAN ALIRAN TANAH BERJENJANG
(ROTASI)

Longsoran Aliran
tanah
Berjenjang (Rotasi)
Ciri-ciri:

Terjadi pada material baik tanah maupun debris


batuan yg dikenal dengan tanah colluvial dan
belum menagalami . umumnya terjadi pada
konsolidasi Unconsolidated materials (such as
soil and debris). Umumnya terjadi pada terjadi
pada lereng dengan kemiringan sedang sampai
tegak
AKTUALISASI LONGSOR ALIRAN TANAH
LONGSORAN TRANSLASI ATAU PLANNAR
Longsoran Translasi
atau Plannar

Ciri-ciri:
Pergerakan lereng berupa tanah atau batuan
pada bidang lereng yang merupakan material
lemah dan umumnya terjadi pada lereng
dengan kemiringan sedang sampai tegak
material dengan geologi batuan dasar yang
mempunyai nilai kuat geser rendah.
Terdiri dari: Longsoran Rayapan Tanah,
Longsoran Rayapan Blok Bongkahan
Materials dan Longsoran Rayapan Menyebar
SKEMA LONGSORAN TRANSLASI ATAU
PLANNAR
AKTUALISASI LONGSORAN TRANSLASI ATAU PLANNAR
AKTUALISASI LONGSORAN TRANSLASI ATAU PLANNAR
LONGSORAN ALIRAN BAHAN ROMBAKAN (DEBRIS
FLOWS)
Longsoran aliran
Bahan Rombakan
(debris flow)
Ciri-ciri:
Kecepatan pergerakan dapat sangat cepat mengikuti
kanal alm yang terbentuk oleh aliran air, tanah,
batuan dan vegetasio sehingga terbentuk System
Kanal Drainase Alam.
AKTUALISASI LONGSORAN ALIRAN BAHAN ROMBAKAN
(DEBRIS FLOWS)
AKTUALISASI LONGSORAN ALIRAN BAHAN
ROMBAKAN (DEBRIS FLOWS)
Longsoran Batuan ( Rock Failures)
Longsoran Batuan Ciri-ciri:
( Rock Failures)
Pergerakan material longsor cukup cepat pada
konsisi lereng yang hampir vertical jenis
material yang bergerak berupa batuan. Yang
dapat terjadi tipe jatuh, runtuhan dan
menggelundung . Kejadian pada lereng batuan
yang kemiringan nya hampir vertikal
Pengelompokan longsoran batuan: Runtuhan
Batuan (Rock Fall), Longsoran Jungkiran
(Toppling) dan Longsoran Baji (Wedge Failures)
AKTUALISASI Longsoran Batuan
( Rock Failures)
PENGAMATAN KONDISI LAPANGAN
1. Kondisi Geologi serta karakteristik properties lapisan tanah/batuan
setempat sebagai penyusun lereng
 Adanya lapisan tanah lunak dan mempunyai nilai kuat geser rendah
serta kandungan mineral lempung yang tinggi
 Adanya struktur geologi yang berkembang dan merupakan bidang per-
lemah-an serta sensitif terhadap gangguan stabilitas misalnya
bertambahnya beban, berkurangnya beban dan kenaikan tegangan air
pori.
 Derajad tingkat pelapukan yang mencerminkan degree of weathering
 Adanya struktur geologi lainnya seperti joint kekar (joint fractures)
yang terlihat mulai Nampak jelas, patahan dan lipatan yang
mencerminkan adanya perlapisan tanah/batuan yang telah teganggu
oleh waktu
 Variasi sifat fisik dan kimia tanah/batuan (permeabilitas, plastisitas,
mineralogy yang terkandung, unsur kimia dan sebagainya)
2. Morfologi dan Stratifikasi Tanah/Batuan,
pada hakekatnya tanah terdiri dari tanah yang
sudah mengalami proses transportasi
sehingga merupakan nendapan sedimen
yang berumur quarter serta tanah yang
berasal dari satuan batuan pembentuknya
yaitu batuan metamorf, intrusi dan vulkanik
yang terdeposisi ditempat.
3. Proses pemebntukan lapisan tanah/batuan penyusun
lereng terutama didaerah perbukitan/pegunungan yang
melalui berbagai aktifitas geologi yang telah dialami:
a. Pergerakan/pengangkatan permukaan tanah akibat gerak
tektonik atau vulkanik aktif
b. Proses erosi (penggerusan lateral) dan mengalami
transportasi hingga terdeposisi dilokasinya.
c. Proses penggerusan vertikal (scouring) yang intinya
dibentuk oleh adanya potensial perpindahan material
tanah/batuan oleh air, angin dan sebagainya.
d. Penambahan beban tanah / tanah buangan di daerah puncak
lereng
e. Pengupasan vegetasi akibat kekeringan atau kebakaran
4. Kondisi Lingkungan yang memicu dan
mempengaruhi stabilitas lereng
a. Curah hujan tinggi dan frequensinya sering dengan
durasi lama (dicirikan banyak banjir)
b. Pengaliran air dengan sifat draw down yang sangat
cepat
c. Gempa bumi karena keberadaannya wilayah
Indonesia pada pertemuan lempeng samudra
Hindia/Pasific dengan lempeng daratan Asia
sehingga potensial terjadinya gempa.
d. Letusan gunung berapi yang selalu mengendapakan
material vulkanik dilerengnya, sehingga suatu saat
dapat mengalami kelongsoran sehingga
mangganggu stabilitas bangunan infrastruktur yang
dilewatinya.
e. Akibat proses pelapukan dan kandungan unsur
mineral lempung yang mengindikasikan kekuatan
geser rendah serta compresibilitas tinggi, maka
sangat rentan terhadap perubahan sifat kembang
susut dan ini menunjukkan sebagai lapisan
sedimen yang berasal dari batu lempung marine
(marine clay)
f. Lapisan stratifikasi yang berasal dari produk
material vuklanik sangat rentan terhadap
pelapukan baik mekanis maupun fisk/kimia yang
mengindikasikan adanya tingkat permeabilitas
yang berbeda sehingga bila ada perubahan akibat
air maka akan menghasilkan tekanan artesis
sehingga berdampak pada naiknya tekanan air pori
Kajian Peta terhadap Longsoran

 Longsoran adalah pergerakan masa batuan, bahan


rombakan dan tanah pada suatu lereng yang
berpindah tempat karena grafitasi dan
terganggunya keseimbangan gaya yang bekerja
antara beban berat sendiri tanah / batuan dan
kemampuannya dalam menahan beban (Cruden,
1991).
AKIBAT LONGSORAN
 Merusak bangunan fasilitas umum dan masyarakat (tempat
peribadatan, sekolah, pasar dansebagainya).
 Merusak bangunan infrastruktur (jalan dan jembatan,
kawasan permukiman dan sistim jaringan irigasi)
 Menimbulkan korban jiwa serta materiel yang tidak sedikit
 Mengganggu kegiatan ekonomi masyarakat seperti
kegiatan usaha untuk kehidupan
 Memutus hubungan antara dua atau lebih wilayah
sehingga menyebabkan suatu daerah terisolasi.
FAKTOR PEMICU TERJADINYA LONGSORAN
 Diakibatkan oleh terganggunya stabilitas lereng
baik lereng alami maupun lereng buatan yang
diakibatkan oleh beberapa hal yaitu keberadaan
wilayah di Indonesia terdiri dari kondisi geologi
yang beragam serta telah mengalami gangguan
akibat perubahan lingkungan, maka dengan
melakukan kajian terhadap penurunan stabilitas
lerengnya akan diperoleh solusi penangnana yang
tepat
PEMICU LONGSORAN
 kondisi topografi dan morfologi yang mempunyai
kemiringan lereng curam (>25%) dan didominasi
oleh material kolovium dari lapukan berksi
fulkanik tufaan yang mengandung mineral
lempung andosol dan latosol memiliki sifat peka
terhadap perubahan karakteristik properties
BEBERAPA PRUBAHAN PROPERTIS SEBAGAI PEMICU
LONGSORAN

 mudah mengalami kejenuhan karena sifatnya yang


higrokopis (menyerap air) serta akan berdampak pada
berkurangnya kuat geser tanah dan mudah mengalami
erosi.
 perubahan sifat karakterisk propertisnya akan dapat
berkembang karena mengalami penjenuhan akibat hujan
yang cukup tinggi yaitu lebih dari 1500 mm serta akibat
mengalami proses oksidasi.
 Perubahan kareketristik properties material di-pegunungan
pada daerah tropis dapat memicu terjadinya longsoran
BEBERAPA CARA DALAM MELAKUKAN KAJIAN
LERENG UNTUK MENGETAHUI TINGKAT
STABILITASNYA
1.
1. kajian terhadap peta geologi mencakup penyebaran tanah / batuan
dan kondisi sifat karakteristik dan properties tanah dan batuan,
2.
2. kajian satuan geologi batuan asal yang terbentuk, struktur geologi
(pelipatan, patahan dan sesar), topografi/morfologi meliputi
kajian countour yang membentuk kondisi lereng (kemiringan dan
ketinggian lereng),
3.
3. kajian geo-hidrologi meliputi pola aliran air permukaan, dan pola
keberadaan distribusi sungai
4.
4. kajian terhadap curah hujan yang meliputi besar dan lama
durasinya.
5.
5. Kajian terhadap jenis tanah dan batuan yang membentuk dan
menempati lereng tersebut.
6.
6. Kajian terhadap ke-gempa-an yang tentunya meliputi besaran
magnitutnya dan lama serta frekuensinya.
LERENG BUATAN
 Pergerakan lereng dengan tipe keruntuhan lereng pada
umumnya karena kurang tepatnya perencanaan maupun
pelaksanaan konstruksi lereng.
 Pergerakan lereng dengan tipe keruntuhan lereng umumnya
sangat berkaitan dengan kondisi geologinya. Faktor geologi
yang dominan di antaranya adalah lereng yang terdapat
pada deposit serpih dan material porous (breksi, batu pasir,
dll.) yang menumpang pada lereng serpih.
 keruntuhan lereng dapat juga terjadi akibat bentuk
topografinya (cut & fill) yang merupakan hasil aktifitas
keruntuhan lereng terdahulu atau terintegrasi dengan
longsoran alamnya
PERGERAKAN LERENG BERDASARKAN JENISNYA
BAB 2 SURVEY LERENG DAN LONGSORAN

 Gambar 2- 12. Fitur Neotektonik Kepulauan Indonesia


(Simandjuntak, 1993)

49
BAB 2 SURVEY LERENG DAN LONGSORAN

 Gambar 2- 13.
Interpretasi
Penampang
Geologi Jalur
Orogen
Neogen di
Indonesia
(Simandjunta
k &Barber,
1996)

50
BAB 2 SURVEY LERENG DAN LONGSORAN

 Gambar 2- 14. Rekonstruksi Paleografis Umum


Daerah Sunda-Sahul selama Salah Satu Jaman
EsMaksimum pada Perioda Kwarter (Morley dan
Flensley, 1987).
  

51
BAB 2 SURVEY LERENG DAN LONGSORAN

 Gambar 2- 15. Paparan Sunda selama Jaman Es Terakhir sekitar


12000 Tahun Lalu (Tjia 1980, yangDilaporkan oleh Mackinnon
dkk, 1996).
  

52
BAB 2 SURVEY LERENG DAN LONGSORAN

 Gambar 2- 16. Perubahan Muka Air Laut Rata -rata pada Masa Holosen sebagai
Bagian dari DataranPantai Malaysia Barat (Kedah) dan Indonesia (Provinsi
Kalimantan Barat dan Sumatera : Provinsi Riau dan Jambi)

53
BAB 2 SURVEY LERENG DAN LONGSORAN

 Pembentukan tanah residual di P. Jawa

54
BAB 2 SURVEY LERENG DAN LONGSORAN

 Gambar 2- 18.
Tanah
Endapan
Sedimen yang
berumur
Quarter di
Jakarta

55
BAB 2 SURVEY LERENG DAN LONGSORAN

 Gambar 2- 19.
Identifikasi dan
pengelompokan
longsoran pada
Lereng Buatan
yang perlu
ditindaklanjuti
  

56
BAB 2 SURVEY LERENG DAN LONGSORAN

 Gambar 2- 20. Longsoran Alam yang umumnya


dikategorikan sebagai Bencana

57
BAB 2 SURVEY LERENG DAN LONGSORAN

 Gambar 2- 21. Dampak yang diakibatkan oleh Longsoran Alam

58
BAB 2 SURVEY LERENG DAN LONGSORAN

 Gambar 2- 22. Situasi Kondisi Jalan dan Jembatan dalam memenuhi


persyaratan berlalulintas dan standar geometrik jalan

59
BAB 3. MANAJEMEN LERENG JALAN
 Langkah-langkah empiric penanganan kestabilan lereng
No. Gejala dan Penyebab Langkah-langkah Empirik Penanganan
Ketidakstabilan Lereng Ketidakstabilan Lereng
A. Hasil Pengamatan Visual    
1 Munculnya retakan tanah. 1. Penutupan retakan dengan sesuatu yang
kedap air di atas lereng
      untuk mencegah air masuk secara cepat
kedalamtanah.
    2. Apabila retakan tanah semakin cepat
berkembang, misal : lebarnya
      telah mencapai 5 cmdalamwaktu 1 jam,
kosongkan segera lereng
      agar tidak ada aktivitas manusia.
    3. Alihkan aliran air menjauhi lereng yang
retak.
    4. Hindari getaran-getaran pada lereng serta
penggalian pada bagian

      kaki lereng.

60
BAB 3. MANAJEMEN LERENG JALAN
No Gejala dan Penyebab Langkah-langkah Empirik Penanganan
. Ketidakstabilan Lereng Ketidakstabilan Lereng
2
Munculnya rembesan-rembesan air 1. Meningkatkan, memperbaiki dan memelihara
padalereng. Mata air menyembul ke drainase baik air permukaan maupun air tanah.
permukuaan. 2. Hindari getaran-getaran pada lereng serta
penggalian pada bagian kaki lereng.
3 Tebing terlihat rapuh dan kerikil 1. Memasang jaring/bronjong pada bagian tebing
mulai berjatuhan. yang rapuh.
    2. Pembuatan tanggul penahan untuk runtuhan
batuan (rock fall).
    3. Hindari getaran-getaran pada lereng serta
penggalian pada bagian
      kaki lereng.
4 Tiang listrik, pohon, benteng 1. Pembuatan bangunan penahan, jangkar
menjadi miring. (anchor) dan pilling.
    2. Hindari getaran-getaran pada lereng serta
penggalian pada bagian
      kaki lereng.

61
BAB 3. MANAJEMEN LERENG JALAN
B. Hasil Pengukuran dengan Instrumentasi
1 1. Tingkatkankewaspadaan selama
Curah hujan yang tinggi atau musimhujan.
hujan dalam waktu lama 2. Dalam beberapa kasus relokasi penduduk
dan penutupan jalan sangat disarankan.
2 Lereng yang curam 1. Mengurangi tingkat keterjalan lereng.
2. Penghijauan dengan tanaman yang
sistemperakarannya dalam dan jarak
tanam yang tepat (khusus untuk lereng
curam, dengan kemiringan lebih dari 40
derajat atau sekitar 80%sebaiknya
tanaman tidak terlalu rapat serta diseling-
seling dengan tanaman yang lebih pendek
dan ringan serta di bagian dasar
ditanamrumput).
3. Mendirikan bangunan denganfondasi
yang kuat.
62
BAB 3. MANAJEMEN LERENG JALAN
3
Kondisi drainase yang 1. Meningkatkan, memperbaiki dan memelihara
tersumbat, terjadi drainase baik air permukaan maupun air tanah.
akumulasi massa air, erosi Fungsi drainase adalah untuk menjauhkan air dari
dalam, pelarutan dan lereng, menghidari air meresap ke dalamlereng
peningkatan tekanan
hidrostatika.

     
 
atau menguras air ke dalam lereng ke luar

  lereng. Jadi drainase harus dijaga agar jangan

  sampai tersumbat atau meresapkan air ke


dalamtanah.
Tancapkan pipa-pipa/bambu-bambu yang
2.
dilubangi kedua ujungnya melalui muka lereng,
 
  untuk menguras air yang sudah terlanjur terjebak
di dalamlereng.
Hindari getaran-getaran pada lereng serta
3. penggalian pada bagian kaki lereng.

63
BAB 3. MANAJEMEN LERENG JALAN
No. Gejala dan Penyebab Langkah-langkah Empirik Penanganan Ketidakstabilan
Ketidakstabilan Lereng Lereng
4 Lereng yang tersusun oleh 1. Tidak menebang atau merusak hutan.
batuan lapuk, tanah

  residual, tanah lempung 2. Melakukan penanaman pada daerah-daerah yang


yang tebal, sisipan gundul.

  lapisan batu lempung, 3. Pembuatan terasering dengan sistem drainase yang


tumpukan tanah lempung tepat (drainase

  yang menumpang di atas   pada teras - teras dijaga jangan sampai menjadi jalan
batuan kompak dan meresapkan

  keras dan kemiriringan   air ke dalamtanah).


lapisan,
4. Pembuatan bangunan penahan, jangkar (anchor) dan
pilling.
5. Utilitas yang ada didalamtanah harus bersifat fleksibel.

6. Hindari getaran-getaran pada lereng serta penggalian


pada bagian

  kaki lereng.
7. Hindarkan pembangunan pemukiman dan fasilitas
utama lainnya.

64
BAB 3. MANAJEMEN LERENG JALAN
 Inventarisasi Stabilitas Lereng

65
BAB 3. MANAJEMEN LERENG JALAN
 Tabel 3- 1. Pengisian Formulir untuk Tujuan
Inventarisasi Lereng
Formulir- Formulir 1, Formulir 2, Formulir 3, Formulir 4,
formulir :         
     
  untuk isian Kondisi untuk isian Kondisi untuk isian Kondisi  untuk isian Kondisi
Bentang LERENG JALAN Stabilitas LERENG DETAIL
yang diperlukan
untuk LERENG ALAM:   PER SEGMEN ruas jalan (coret yg tidak LONGSORAN
perlu)
Per regional wilayah jalan
inventarisasi bisa terdiri 1 (satu)  Permukaan
lereng jalan atau lebih bentang Tanah(at- grade)
lereng alam 1)Galian (at-Cut)
2)Timbunan(at- Fill))

Jumlah Formulir 1 (satu)  1 (satu)  1 (satu)  1 (satu)

Keterangan Propinsi: ….. Bentang Bentang Alam 1… Segmen 1, lereng 1 At-grade, 1, 2 dst
(contoh) alam: 1…. Bentang Segmen 1, lereng 1, 2 At-grade: 1, 2, dst Longsoran 1, 2, dst
At-fill: 1, 2, dst At-fill, 1 2, dst
alam: 2…. Bentang dst At-cut: 1, 2, dst Longsoran 1, 2, dst
alam: dst Segmen 2, lereng 1, 2 At-cut, 1, 2, dat
dst Longsoran 1, 2, dsy
Segmen 3, lereng 1,2
dst
Bentang Alam 2 …
Segmen …………
66
BAB 3. MANAJEMEN LERENG JALAN
 Inspeksi dan Pemeliharaan Lereng
 Inspeksi lereng dan pemeliharaannya perlu dilakukan untuk
mewujudkan penanganan longsor secara sinergi dengan tindakan
pencegahan (preventif) dengan menerapkan Sistim Manajemen Lereng
untuk ,untuk mengetahui :
  
1) Tingkat risk categoriesnya dan pemilihan metode penanganan
2) Sistim inspeksi dan pemeliharaan lereng
3) Sistim Pemantauan kondisi lereng untuk mengetahui kondisi lereng

 Inspeksi lereng terdiri dari dua jenis, yaitu inspeksi teknis (technical
inspection) dan inspeksi rekayasa (engineeing inspection). Inspeksi
teknis terdiri dari inspeksi rutin dan inspeksi periodic sedangkan
inspeksi rekayasa mempertimbangkan faktor yang memicu terjadinya
ketidakstabilan lereng.

67
BAB 3. MANAJEMEN LERENG JALAN
 Kriteria terhadap jenis tanah/batuan
 Criteria terhadap inspeksi lereng antara tanah dan batuan secara umum
lereng batuan lebih stabil dari pada lereng tanah.walaupun tergantung
dari karakteristik properties dan konsisi lereng tersebut.

 Lereng Tanah, faktor yang mempengaruhi stabilitasnya adalah nilai


parameter kuat gesernya yang dapat menurun secara signifikan bila :
 Stabilitas lereng menurun akibat tegangan air pori naik, sebagai contoh
akibat pengaruh musim hujan atau perubahan lahan yang mempengaruhi
tingkat kejenuhan lereng
 Stabilitas lereng tanah dikontrol oleh tinggi dan sudut lereng, sehingga
semakin tinggi lereng atau semakin tegak sudut lerengnya maka akan
sangat tidak stabil.
 Stabilitas lereng dikontrol oleh perubahan geometri lereng sehingga
kekuatan geser dalam mewujudkan stabilitasnya berkurang, misalnya
adanya galian pada kaki lereng atau penambahan beban pada bagian atas
atau badan lereng.

68
BAB 3. MANAJEMEN LERENG JALAN
 Lereng batuan, faktor yang mempengaruhi adalah dipengaruhi oleh
“discontinuity pattern” atau ketidak selarasan yang terbentuk pada
fragment batuan penyusun lereng, misalnya:
 Adanya perlemahan struktur fragment batuan dengan ditandainya
keberadaan joint dan kekar, bidang perlapisan yang mengalami orientasi
perubahan “dip/direction” nya..
 Adanya sesar local yang terbentuk akibat dampak dari orientasi

perlapisannya (dip/direction) dan perubahan pola truktur batuan yang


terbentuk sehingga dijumpai sesar geser atau sesar naik/turun.
 Adanya dijumpai tingkat pelapukan batuan yang tinggi sehingga menyerpih

akan dapat mempengaruhi nilai tahanan geser antar fragment batuan


berkurang.
 Adanya material infilling yang berupa material lunak dan mudah tergerus

oleh air sehingga terbentuk joint dan kekar yang terbuka.


 Dengan memperhatikan bahwasanya kuat geser tanah lebih rendah dibandingkan
dengan kuat geser batuan tanpa memperhitungkan kondisi pengontrol stabilitas
sesuai butir 1 dan 2, maka untuk lereng tanah perlu melakukan frekuensi
inspeksi lebih sering
69
BAB 3. MANAJEMEN LERENG JALAN
 Tabel 3- 2. Interval Inspeksi (Sumber : modifkasi dari
Geotechnical Engineering Office Hongkong (2000) dan Manual
Inspeksi Tol Cipularang)
Jenis Inspeksi Interval yang disarankan
Lereng Risiko Tinggi (High-risk Slopes) Lereng Risiko Rendah (Low-risk Slopes)

Musimhujan Musimkemarau Musimhujan Musimkemarau


Inspeksi Rutin
Tiap minggu untuk Tiap bulan untuk Tiap 2 bulan untuk Tiap 3 bulan untuk
tahun ke 1, 2, dan 3; tahun ke 1, 2, dan 3; tahun ke 1, 2, dan 3; tahun ke 1, 2, dan 3;
 Tiap 2 minggu untuk  Tiap 2 bulan untuk  Tiap 3 bulan untuk  Tiap 6 bulan untuk
tahun ke 4, dst. tahun ke 4, dst. tahun ke 4, dst. tahun ke 4, dst.

Inspeksi Periodik Tiap bulan untuk Tiap 3 bulan untuk Tiap 3 bulan untuk Tiap 6 bulan untuk
tahun ke 1, 2, dan 3; tahun ke 1, 2, dan 3; tahun ke 1, 2, dan 3; tahun ke 1, 2, dan 3;
       
Tiap 3 bulan untuk Tiap 6 bulan untuk Tiap 6 bulan untuk Tiap 1 tahun untuk
tahun ke 4, dst. tahun ke 4, dst. tahun ke 4, dst. tahun ke 4, dst.

70
BAB 4 PENILAIAN DAN PEMBOBOTAN THDP RESIKO
KERUNTUHAN LERENG
 Gambar 4- 1. Prinsip dalam Penentuan Zonasi Longsor Metode Analisa Empiris
dalam Sistim Informasi Deografis dan penilaian terhadap AHP (analisys Hirarchy Process).

71
BAB 4 PENILAIAN DAN PEMBOBOTAN THDP RESIKO
KERUNTUHAN LERENG
 Tabel 4- 1. Sistim skor dari masing-masing parameter
No Parameter Skor No Parameter Skor
I Curah Hujan   II Kemiringan Lereng (%)  
  a. > 2500 mm 5   a. > 45 5
  b. 2000 – 2500 mm 4   b. 25 - 45 4
  c. 1500 – 2000 mm 3   c. 15 - 25 3
  d. 1000 – 1500 mm 2   d. 8 - 15 2
  e. < 1000 mm 1   e. 0 - 8 1
III Permeabilitas Tanah   IV Tekstur Tanah  
  a. Well – sangat pemeable 5   a. Clay 5
  b. Moderate, Poor - medium 3   b. Silt 3
  c. Excessive – tidak permeable 1   c. Sandy 1
V Tutupan Lahan   VII Struktur Geologi (%)  
  a. Persawahan 5   a > 90 5
  b. Permukiman, lahan kering 4   b. 70 - 90 4
  c. Hutan, perkebunan 3   c. 50 - 70 3
  d. Semak, lahan terbuka 2   d. 30 - 50 2
  e. Padang rumput 1   e. 10 - 30 1
  f. Perairan 0   f. < 10 0
VII Kedalaman Solum (cm)   VIII Jenis tanah/batuan  
  a. > 90 4   a.batuan 4
  b. 60 - 90 3   b.batuan dan tanah 3
  c. 25 – 60 2   c.tanah dan batuan 2
  d. < 25 1   d.tanah 1
72
BAB 4 PENILAIAN DAN PEMBOBOTAN THDP RESIKO
KERUNTUHAN LERENG

 Tabel 4- 2. Pembobotan terhadap masing-


masing Parameter

No Parameter Bobot
I Curah Hujan (mm) 3
II Kemiringan Lereng (%) 2
III Permeabilitas Tanah 2
IV Tekstur Tanah 1
V Tutupan Lahan 1
VI Struktur Geologi (%) 1
VII Kedalaman Solum (cm) 1
VIII Jenis tanah/batuan 1

73
BAB 4 PENILAIAN DAN PEMBOBOTAN THDP RESIKO KERUNTUHAN LERENG

Tabel 4- 3. Tingkat resiko longsor dengan Elaman Resiko (G. J. Hearn, 2011)
Tingkat Elemen risiko (terhadap beberapa fasilitas umum)
resiko rawan Aset jalan Fasilitas Kondisi bangunan Keberadaan Lalu
longsor (nacional, strategis, lintas
propinsi, komersial dan
kabupaten dsb) sosial
Stabil atau
Aman Aman Aman Aman
tidak ada
tingkat resiko

Rendah Tidak ada Akses masih bisa Tidak ada Potensi longsor
kerusakan, dilalui lalu lintas kerusakan, ada rendah dan aman
perbaikan dengan kerusakan minor bagi kendaraan
kerusakan peringatan tetapi perlu yang melaluinya
mudah dilalui perbaikan

Sedang Mulai ada Akses hanya Kerusakan Keruntuhan lereng


kerusakan bisa sebagian pada mulai dan perlu
dibeberapa digunakan beberapa tempat kewaspadaan
tempat sehingga hanya dengan dan perlu untuk kendaraan
perlu tanda jalan kaki diperbaiki yang melaluinya
peringatan

74
BAB 4 PENILAIAN DAN PEMBOBOTAN THDP RESIKO
KERUNTUHAN LERENG

 Tabel 4- 3. Tingkat resiko longsor dengan Elemen


Resiko (G. J. Hearn, 2011)…lanjutan
Elemen risiko (terhadap beberapa fasilitas umum)
Tingkat
resiko Aset jalan Fasilitas
rawan (nacional, strategis, Kondisi Keberadaan
longsor propinsi, komersial dan bangunan Lalu lintas
kabupaten dsb) sosial

Tinggi Banyak Akses sulit Keruntuhan Keruntuhan


kerusakan karena struktur lereng besar
dan sulit terhambat keseluruhan dan
untuk dialui longsoran dan atau sebagian membahayaka
kendaraan kendaraan dan perlu n kendaraan
dan perlu sulit melalui segera diambil atau pejalan
segera sebelum tindakan kaki yang
dibenahi ditanggulangi penaganan melaluinya

75
BAB 4 PENILAIAN DAN PEMBOBOTAN THDP RESIKO
KERUNTUHAN LERENG

 Gambar 4- 2.
Penyebaran
Tingkat
Kerawanan
terhadap
Longsor

76
BAB 4 PENILAIAN DAN PEMBOBOTAN THDP RESIKO
KERUNTUHAN LERENG
 Tabel 4- 4. Pembagian Klas jalan Berdasarkan Fungsi dan
Kekuatan Struktur

77
BAB 4 PENILAIAN DAN PEMBOBOTAN THDP RESIKO
KERUNTUHAN LERENG
 Gambar 4- 4. Tipe Longsoran terhadap keberadaan
jalan (baik Tanah maupun Batuan)

78
BAB 4 PENILAIAN DAN PEMBOBOTAN THDP RESIKO
KERUNTUHAN LERENG
 Tabel 4- 5. Klasifikasi Jenis Longsoran dan tingkat
riskannya
No Skor Tingkat riskan
Tingkat Bahaya pengguna jalan
Bobot
baik tanah maupun batuan
terhadap keberadaan infrastuktur
1 Klasifikasi bahaya 1, lalulintas tidak 5 Sangat Tinggi
dapat lewat
2 Klasifikasi bahaya 2, dibatasi pejalan 4 Tinggi
kaki
3 Klasifikasi bahaya 3, kendaraan kecil, 3 Menengah
s/d kls IIIc
4 2 Ringan
Klasifikasi bahaya 4, kendaraan
sedang dan bus, s/d kls IIIb dan
mungkin kla IIIa
5 Klasifikasi bahaya 5, kendaraan sd 1 Toleransi pengaturan
Truk sedang, s/d kls II
6 Klasifikasi aman, semua jenis 0 Aman
kendaraans/d kls I
79
BAB 4 PENILAIAN DAN PEMBOBOTAN THDP RESIKO
KERUNTUHAN LERENG
 Tabel 4- 6. Dampak terhadap kerusakan jalan akibat
dari penilaian salah satu parameter yang
mempengaruhi (contoh: Tekstur kerentanan tanah)

No Tingkat Bahaya pengguna jalan Skor Tingkat riskan


Bobot
1 Seluruh badan jalan longsor 5 Sangat Tinggi
(pengaruhnya luas)
2 Ada pengaruh, mengganggu arus 4 Tinggi
lalu-lintas
3 Sedikit mengganggu kelancaran 3 Menengah
arus lalu-lintas
4 Menutup sebagian jalan (dapat 2 Ringan
disingkirkan)
Sedikit mengganggu kelancaran Toleransi
5 1
drainase pengaturan
Tidak ada pengaruh yang cukup
6 0 Aman
berarti
       
80
 Tabel 4- 7. Kompilasi Klaster Pembobotan terhdap seluruh variabilitas
parameter yang mempengaruhi longsor terhadap kelancaran berlalulintas atau
Kendaraan yang melalui.

No Parameter Bobot Prioritas Jenis penanganan


ditangani
I Curah Hujan (mm) 3 3 Penataan tata salir
II Kemiringan Lereng (%) 2 4 Pelandaian / proteksi
III Permeabilitas Tanah 2 4 Drainase V - H
IV Tekstur kerentanan Tanah 5 1 Perlindungan perubahan tekstur
tanah/batuan
V Kondisi Tutupan Lahan 1 5 Reboisasi
VI Struktur Geologi (%) 1 5 Pengamanan lereng
VII Kedalaman Solum (serapan 1 5 Tanaman musiman dan
air permukaan, cm)
VIII Jenis tanah/batuan 1 5 Perkuatan, geografis lereng (sudt dan
ketinggian lereng)
Aliran air tanah (penurunan
IX 4 2 Subdrain dan tata salir
kuat geser /tegangan air pori)

X Abrasi dan erosi 2 4 Bangunan pengaman abrasi


jalan/jembatan dan erosi
… Dst tergantung yang ditinjau      
  Total 21   Tertinggi 50 krn masing-masing 5 maks
81
BAB 4 PENILAIAN DAN PEMBOBOTAN THDP RESIKO
KERUNTUHAN LERENG
 Tabel 4- 8. Rangkuman Keberadaan Lereng Jalan pada
sutu Segmen Jalan dan Jembatan

Lereng (STA) dan GPS Skor


No Tingkat riskan
  Bobot
lereng   terhadap Longsoran
……………………………... sd
…………………………..

1 ……………………………………… 40 - 50 Segera
……………….
2 ……………………………………… 30 - 40 Prioritas
……………….
3 ……………………………………… 20 - 30 sedang
……………….
4 ……………………………………… 10 - 20 Ringan
……………….
5 ……………………………………… < 10 Aman dan Toleransi
……………….

82
BAB 4 PENILAIAN DAN PEMBOBOTAN THDP RESIKO
KERUNTUHAN LERENG
 Tabel 4- 9. Rangkuman keberadaan segmen jalan
terhadap lokasi regional maupun local

segmen (STA) dan GPS


No
  Skor Tingkat riskan
segmen  
Bobot
…………………………….. sd terhadap Longsoran
jalan ……………………………
1 ……………………………………
40 - 50 Segera
…………….
2 ……………………………………
30 - 40 Prioritas
…………….
3 ……………………………………
20 - 30 Sedang
…………….
4 ……………………………………
10 - 20 Ringan
…………….
5 ……………………………………
<  Aman dan Toleransi
…………….

83
Kluster Dampak Tindakan Inspeksi dan
Batasan Risk

BAB 4 Kluster Longsoran


pemeliharaan

Rutin baik musim


Resiko Bencana jalan Penanganan
hujan dan kemarau
 Tabel 4- 10. A 40 - 50 sangat tidak dapat sebagai
juga pada konstr
Pembagian tinggi dilalui bencana Alam
penanganan
Klaster terhadap
Kelancaran Lalu- jalan selalu ter- Penanganan
Rutin khusus

lintas kendaraan B 30 - 40 Resiko musim hujan dan


tinggi putus berkali- terhadap faktor
pemeliharaan
bila terjadi kali penyebab utama
drainase
longsoran dan
prioritas 3 kali dalam
Jalan dapat Penanganan
terhadap C 20 - 30 Resiko musim hujan dan 1
terputus pada terhadap faktor
tindakan yang menengah kali kemarau /
periode tertentu penyebab utama
diambil tahun

2 kali dalam
Jalan sewaktu- Penanganan
Resiko musim hujan dan 1
D 10 - 20 waktu dapat terhadap faktor
rendah kali kemarau /
terputus penyebab utama
tahun

Penanganan
Resiko Jalan tidak 1 kali dalam
terhadap faktor
E < 10 sangat terputus tetapi musim hujan /
penyebab
rendah perlu waspada tahun
utama

84
BAB 4 PENILAIAN DAN PEMBOBOTAN THDP RESIKO
KERUNTUHAN LERENG
 Gambar 4- 5. Tingkat kemantapan Lereng terhadap Risk Katagori Longsor
  

85
BAB 4 PENILAIAN DAN PEMBOBOTAN THDP RESIKO
KERUNTUHAN LERENG
 Gambar 4- 6. Contoh Penanganan yang memerlukan
inspeksi dan pemeliharaan

86
BAB 4 PENILAIAN DAN PEMBOBOTAN THDP RESIKO
KERUNTUHAN LERENG
 Gambar 4- 7. Fasilitas untuk Inspeksi dan
Pemeliharaan

87
IMPLEMENTASI MANAJEMEN LERENG

Inventarisasi dari hasil survey SSI (Slope


Stability Inventory) pada ruas-ruas jalan,
khususnya jalan nasional didapat data-data
primer mencakup data lereng dan
digunakan untuk pengkinian kondisi dalam
database lereng
IMPLEMENTASI MANAJEMEN LERENG
INVENTARISASI KONDISI KERUNTUHAN JALAN DAPAT
DIGUNAKAN FORMULIR YANG TERAKHIR YAITU FORMULIR YANG
BERISI INVORMASI DETAIL KERUNTUHAN YANG TERJADI
Contoh hasil survai dari SSI (Slope Syability Inventory) pada Lereng galian tanah y
ang mengalami keruntuhan skala besar/longsoran

Masalah dan
No Jalur segmen Jalan
Propinsi Penyebab Upaya Rekomendasi Penanganan
Ruas yang ditinjau
Penanganan

Pemasangan DPT, turap,


Erosi permuk tiang pancang, borpile
dan material
1 Sulawesi Trans Karosa - batas Pembuatan systemdrainase,
yang Tidak ada
Barat Sulawesi Sulbar Penanaman vegetasi dan
mengalami
rumput kembali,
pelapukan
Pembuatan systemdrainase

Kebon kopi – Pembuatan DPT, pembuatan


Erosi
tawaeli, system drainase,
permuk
Sulawesi Sulteng
2 pada material Trans Tidak ada
Penanaman kembali vegetasi dan
Tengah Sulawesi (longsoran pada rumput
yang
lereng atas dan
mengalami Penggalian dengan kemiringan
lereng bawah
pelapukan lebih landai
badan jalan)
Lanjutan
Erosi
permuk Pembuatan DPT, pembuatan
Sulawe
pada Pantoloan- system drainase,
si Trans
material Tompe Tidak ada penanaman kembali,
Tenga Sulawesi
yang Sulteng penggalian dengan
h
mengalami kemiringan lebih landai
pelapukan
Pembuatan DPT, turap,
tiang
Erosi pancang/borpile
Sabang-
permuk
Sulawe ogoamas Pembuatan
si pada Trans Sulteng systemdrainase,
material Tidak ada
Tenga Sulawesi Ogoamas- Pemasangan perkuatan
h yang dengan geotekstil dan
toli toil -
mengalami geogrid,
Sulteng
pelapukan
Penanaman Tanaman atau
rumput kembali
Toli-toil lau Pembuatan DPT, Pembuatan
Erosi
lalang, system drainase,
permuk
Sulawe Sulteng
pada Pemasangan perkuatan
si Trans Bodi-paleleh, Tidak ada
material dengan geotekstil dan
Tenga Sulawesi sulteng
yang geogrid,
h Tolingula–
mengalami Penanaman tanaman atau
Boluntio -
pelapukan rumput kembali
gorontalo
TABEL 4- 1. KLASIFIKASI JENIS LONGSORANDAN TINGKAT RISKANNYA

No
Tingkat riskan
Tingkat Bahaya pengguna
dan potensi
jalan baik tanah maupun Skor
longsor terhadap Penanganan yang disarankan
batuan terhadap keberadaan Bobot
kelancaran
infrastuktur
lalu lintas

permanen sementara
1 Klasifikasi bahaya 1, lalulintas BNPB / BNBD
5 Sangat Tinggi Temporary road
tidak dapat lewat semuanya dan pemeliharaan
2
Klasifikasi bahaya 2, dibatasi Investigasi detail
Pengaturan
kendaraan ringan, bus dan 4 Tinggi lengkap dan
lkendaraan
pejalan kaki pemelihraan
3 Klasifikasi bahaya 3, kendaraan Investigasi detail Pengaturan
3 Menengah
kecil, bus s/d kls IIIc dan pemeliharaan lkendaraan
4
Klasifikasi bahaya 4, Investigasi
Pengaturan
kendaraan sedang dan bus, 2 Ringan seperlunya dan
lkendaraan
s/d kls IIIb dan mungkin kla IIIa pemeliharaan
5 Klasifikasi bahaya 5, kendaraan Toleransi Investigasi Pengaturan
1
sd Truk sedang, s/d kls II pengaturan sederhana dan lkendaraan
TABEL 4- 2. CONTOH HASIL SURVAI DARI SSI (SLOPE SYABILITY INVENTORY) PADA
LERENG GALIAN TANAH YANG MENGALAMI KERUNTUHAN SKALA BESAR/LONGSORAN

Masalah dan
segmen Jalan
No Propinsi Penyebab Jalur Ruas Upaya Rekomendasi Penanganan
yang ditinjau
Penanganan
Pemasangan DPT, turap, tiang
Erosi permuk pancang, borpile
Sulawesi dan material Trans Karosa - batas Pembuatan systemdrainase,
1 Tidak ada
Barat yang mengalami Sulawesi Sulbar Penanaman vegetasi dan rumput
pelapukan kembali,
Pembuatan systemdrainase
Kebon kopi –
Erosi tawaeli, Pembuatan DPT, pembuatan system
permuk drainase,
Sulawesi Trans Sulteng
2 pada material (longsoran pada Tidak ada Penanaman kembali vegetasi dan rumput
Tengah Sulawesi
yang mengalami lereng atas dan Penggalian dengan kemiringan lebih
pelapukan lereng bawah badan landai
jalan)
Erosi
permuk Pembuatan DPT, pembuatan system
Sulawesi Trans Pantoloan-Tompe drainase, penanaman kembali,
pada material Tidak ada
Tengah Sulawesi Sulteng penggalian dengan kemiringan lebih
yang mengalami landai
pelapukan
Pembuatan DPT,turap,tiang pancang
/borpile
Erosi permuk Sabang-ogoamas
Sulteng Pembuatan system drainase,
Sulawesi Pada material Trans
Tidak ada Pemasangan perkuatan dengan geotekstil
Tengah yang mengalami Sulawesi Ogoamas-toli toil - dan geogrid,
pelapukan Sulteng
Penanaman Tanaman atau rumput
kembali
TABEL 4- 3. CONTOH HASIL SURVAI DARI SSI (SLOPE SYABILITY INVENTORY) PADA
LERENG BUATAN (GALIAN DAN TIMBUNAN) TANAH DAN BATUAN

Segmen jalan yang Masalah dan Upaya Rencana Rekomendasi


No Propinsi Penyebab Ruas jalan
ditinjau Penanganan Penanganan

pelapukan lereng Longsoran galian dan belum ada Penggalian dengan kemiringan yang
1 Kalimantan Tengah Trans Kalimantan Penopa-Kujan, Kalteng
batuan penangnan berbeda

Pelapukan lereng Longsoran galian dan Konstruksi


2 Kalimantan Timur Trans Kalimantan Bontang-Sangata, Kaltim Penyemprotan kisi beton dan penanaman
batuan bronjong

Erosi permukaan Trans Selatan, Longsoran galian dan pnnganan Pembuatan system drainase,
3 Kalimantan Timur Kuaro – Batu aji, Kaltim
akibat air Kalimantan dgn Dinding penahan tanah pemasangan DPTsesuai spesifikasi

Longsoran galian dan penanganan Penggalian dengan kemiringan yang


Galian lereng terlalu
4 Kalimantan Selatan Trans Kalimantan Tanjung – Kuaro, Kalsel dgn Dinding penahan berbeda. Penyemprotan kisi beton dan
tegak pada tanah
tanah penanaman rumput

Material batu pasir Bontang-Sangata, Balikpapan-


Longsoran galian dan Belum ada Penyemprotan beton dan kisi beton dan
5 Kalimantan Timur kuarsa / Trans Kalimantan Samarinda, Samarinda-
penanganan penanaman rumput
erlapukkan bontang, Kaltim

Longsoran galian dan timbunan


Erosi dan pelapukan Pembuatan bronjong/ DPT,
6 Sulawesi Trans Sulawesi Bamu - Pare pare, serta Tidak ada
batuan systemdrainase, penanaman rumput
penanganan

Toboli-kebon kopi, sulteng; Longsoran galian dengan skala


Sistim drainase
7 Sulawesi ogoamas-toli toil, besar dan Tidak ada Perbaikan system drainase
tidak ada
sulteng penanganan
TABEL 4- 4. CONTOH HASIL SURVAI DARI SSI (SLOPE SYABILITY INVENTORY) PADA
LERENG JALAN YANG MENGALAMI KERUNTUHAN SKALA DANGKAL SD DALAM
Jalur / Ruas Segmen jalan Masalah dan Upaya
No Propinsi Penyebab Rekomendasi Penanganan
Jalan yang ditinjau enanganan
Erosi oleh air, abrasi Pemasangan borepile/tiang
samarinda-
Kalimantan pantai, pelapukan Trans Reinforced concrete pancang,Pembuatan system
1 bontang
Timur material, kurangnya Kalimantan wall tidak efektif drainase dengan geotekstil dan
Kaltim
pemadatan geogride
Pemasangan bore pile,
Erosi oleh air, abrasi
Balikpapan- Pemasangan kisi-kisi beton
Kalimantan pantai, pelapukan Trans Dinding penahan
2 samarinda, semprot,Pembuatan system
Timur material, kurangnya Kalimantan beton mulai rusak
Kaltim drainase dengan geotekstill dan
pemadatan
geogrid
Erosi oleh air, abrasi
Dinding penahan
3 Pantura pantai, pelapukan Pantura, Jawa Tuban-buku Pemasangan DPT Pembuatan
pasangan batu
material, kurangnya jatim system drainase
mulai rusak
pemadatan
Longsoran lereng
Pemasangan bronjong
Erosi oleh air, abrasi Pemasangan tiang pancang dan
dan terramesh (belum
4 Sumatera pantai, pelapukan Jalintim, Batas tanjab- DPT
mengatasi masalah)
material, kurangnya Sumatera merkung, riau
pemadatan Konstruksi dinding Pembuatan system drainase
penahan tanah dengan
beton rusak
Erosi oleh air, abrasi Pemasangan bronjong
5 Kalimantan pantai, pelapukan Trans selatan Batu kajang- Longsoran timbunan
material, kurangnya kalimantan kuaro (dangkal) Penanaman , pembuatan system
pemadatan drainase
Pemasangaan DPT sesuai
Erosi oleh air, abrasi spesifikasi,
Bodi-paleleh,
6 Sulawesi pantai, pelapukan Trans barat Dinding penahan
sulteng Pembuatan system drainase
tengah material, kurangnya sulawesi beton, tetapi pecah
(dangkal) dengan geotekstil dan geogride,
pemadatan
penanaman
Lanjutan
No Propinsi Penyebab Jalur / Ruas Segmen jalan Masalah dan Rekomendasi Penanganan
Jalan yang ditinjau Upaya enanganan
Erosi oleh air,
Pemasangan DPT dan
abrasipantai, Ogoamas-
Trans atau bronjong sesuai
7 Sulawesi pelapukan toli toil, Tidak ada
sulawesi spesifikasi, penanaman,
Barat material, sulteng
Barat pembuatan system
kurangnya (dalam)
drainase
pemadatan
Erosi oleh air,
Pemasangan DPT dan
abrasi pantai, Topyo–
Trans atau bronjong sesuai
8 Sulawesi pelapukan barakang, Tidak ada
sulawesi spesifikasi, penanaman,
Barat material, sulbar
Barat pembuatan system
kurangnya (dalam)
drainase
pemadatan

Erosi oleh air,


abrasi pantai, Tolinggula dPemasangan sesuai
Trans Pemasangan i spesifikasi, penanaman,
9 Sulawesi pelapukan - boluntia,
sulawesi geotekstil dikaki k
Barat material, gorontalo pembuatan system
Barat timbunan adrainase
kurangnya (dalam)
pemadatan k
i
KESIMPULAN
 Survai lereng dan longsoran perlu dilakukan untuk mendapatkan
informasi dan mengetahui berapa faktor penyebab yang
mempengaruhi menurunnya tingkat stabilitas lereng
 kegiatan manajemen lereng mencakup inventarisasi stabilitas
lereng dan inspeksi serta pemeliharaan lereng yang sebaiknya
dijalankan secara sinergi sehingga sangat berguna untuk
memprioritaskan penanganan lereng yang diperlukan
 Keberadaan lereng yang sudah diketahui berada pada zona
kerentanan atau kerawanan longsor tinggi, maka ada 5 kelas
kajian yang perlu ditinjau mulai dari tinjauan 1) jenis longsoran,
2) mengkalsifikasi longsoran, 3) dampak yang diakibatkan, 4)
potensi untuk penanganan dan 5) saran penanggulangan
 Sesar adalah rekahan atau zona rekahan pada
batuan yang memperlihatkan peregeseran.
Pergeseran pada sesar bisa terjadi sepanjang
garis lurus (translasi) atau terputar (rotasi). Sesar
merupakan struktur bidang dimana
kedudukannya dinyatakan dalam jurus dan
kemiringan
SOAL SURVEY LERENG
 Buatkan urutan kegiatan survai lereng jalan dan
implementasi tingkat stabilitasnya terhadap
longsoran
 Buat prosedur kegiatan untuk melakukan
manajeman lereng mulai dari persiapan data yang
perlu dikaji, inventarisasi lereng, penyiapan
program inspeksi dan pemeliharaan secara
terintegrasi dengan menerapkan pada suatu lereng
jalan

Anda mungkin juga menyukai