MARGORUKUN
KOTA MUARA TEWEH
TUGAS BESAR
Diajukan sebagai persyaratan untuk
Menyelesaikan program pendidikan
Sarjana (S1) Teknik Sipil
Di susun oleh
Nama : Juliyan Haris Putra Akbar
NPM : 17640049
Program Studi : Teknik Sipil
Jenjang : Sarjana (S1)
1
PERNYATAAN KEASLIAN LAPORAN TUGAS
BESAR METODE PELAKSANAAN KONSTRUKSI
Npm : 17640049
Dengan ini saya menyatakan bahwa tugas besar yang telah saya buat dengan
judul “REHAB JALAN MARGORUKUN KOTA MUARA TEWEH
KALIMANTAN TENGAH dan yang melaksanakan pelaksanaan pekerjaan ialah
CV.PERDANA ABADI” dokumen ini bersifat asli, dan tidak melakukan
tindakan yang bersifat menambah-nambahkan dokumen data, yang belum pernah
diterbitkan atau dipublikasikan dimanapun dan dalam bentuk apapun sebelumnya.
2
LEMBAR PENGESAHAN
Pengampuh
KATA PENGANTAR
3
Assalamualaikum Wr Wb.
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya kepada kita, sehingga saya berhasil menyelesaikan Tugas
Besar Metode Pelaksanaan Kontruksi ini yang Alhamdulillah selesai tepat pada
waktunya yang berjudul “REHAB JALAN MARGORUKUN KOTA MUARA
TEWEH KALIMANTAN TENGAH”.
Tak lupa pula penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Abdul Malik, S.pt., M.si., Ph.d Selaku Rektor Universitas Islam Kalimantan
Muhammad Arsyad Al Banjari Banjarmasin
2. Budi Hartadi, ST., MT Selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas Islam
Kalimantan Muhammad Arsyad Al Banjari Banjarmasin
3. Ir. H. Hudan Rahmani, MT Selaku Ketua Prodi Teknik Sipil Universitas Islam
Kalimantan Muhammad Arsyad Al Banjari Banjarmasin
4. Ruliana Febrianty ST., MT., M.Hum Selaku Dosen Pembimbing Dalam Mata
Kuliah Metode Plaksanaan Konstruksi
5. CV.Perdana Abadi Selaku Pelaksana Dalam Proyek
6. Saudara-Saudara Yang Banyak Terlibat Sehingga Terselesaikannya tugas ini
Semoga Tugas Besar Metode Pelaksanaan Kontruksi ini bermanfaat bagi
kita semua dan juga saya meminta maaf jika terdapat salah kata dalam
penulisan nama maupun yang lainnya, semoga Allah SWT senantiasa
meridhoi segala usaha kita.
Wassalamualaikum Wr Wb.
4
ABSTRAK
5
ABSTRACT
Road has a very important role in increasing economic growth both locally and
nationally. In writing, the writer wants to know how to plan well in geometric
design, pavement thickness, and complementary buildings on Gunung Batu Besar
Village Road, Sampanahan Subdistrict, Kotabaru Regency, so that the road to be
passed can provide a safe, comfortable and economical way for road users.
In planning the geometric design of highways, the things that become a reference
in planning include calculation of horizontal alignment, vertical alignment,
determining what pavement to use, and planning of complementary buildings.
Starting the project planning, the work description is made. Among them are: (1)
Field Preparation, (2) Land Works, (3) Preparation of Road Bodies, (4) Grained
Pavement (5) Aggregate Base Laying and Compaction, (6) Asphalt Pavement.
From the results of the discussion on Asphalt Roads in Gunung Batu Besar
Village, Sampanahan, Kotabaru Regency, construction should consider better
safety techniques in the business world, considering industrial accidents are not
only faced with temporary suffering and shortages, at least there must be Safety
and Occupational Safety (K3), such as insurance from the company
Keywords : Work,,Construction.
6
DAFTAR ISI
Halaman
PERNYATAAN KEASLIAN LAPORAN TUGAS BESAR METODE
PELAKSANAAN KONSTRUKSI........................................................................2
LEMBAR PENGESAHAN...................................................................................3
TANDA SELESAI TUGAS BESAR.....................................................................3
KATA PENGANTAR............................................................................................4
ABSTRAK..............................................................................................................6
ABSTRACT.............................................................................................................7
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................11
1.1 Latar Belakang.....................................................................................11
1.2 Topik Pembahasan...............................................................................12
1.3 Maksud dan Tujuan..............................................................................14
BAB II PEMBAHASAN......................................................................................15
2.1 Tinjauan Umum..................................................................................15
2.1.1 Tinjauan Metode Pelaksanaan Konstruksi................................16
2.1.2 Tinjauan Teknologi Konstruksi.................................................16
2.1.3 Dasar-dasar Pemilihan Metode dan Teknologi.........................17
2.2 Tinjauan Pustaka.................................................................................17
2.2.1 Tipe Struktur Perkerasan...........................................................18
2.2.2 Perkerasan Kaku (Rigid Pavement)...........................................19
2.2.3 Tipe Perkerasan Kaku (Rigid Pavement)..................................20
2.2.4 Konsep Dasar Metode Kontruksi..............................................21
2.2.5 Penerapan Metode Kontruksi....................................................21
2.2.6 Penggunaan Teknologi Konstruksi...........................................22
2.2.7 Produktivitas Kerja....................................................................22
2.2.8 Penarapan Metode konstruksi...................................................22
2.2.9 Produktivitas Kerja....................................................................23
2.3 Inventarisasi Data-data........................................................................23
2.4 Kompilasi Data – Data........................................................................25
7
2.6 Spesifikasi Pekerjaan Umum................................................................27
2.6.3 Fungsi dan kegunaan...................................................................27
2.6.1 PEKERJAAN TANAH...............................................................28
2.6.2 PEKERJAAN BERBUTIR.........................................................28
2.6.3 PEKERJAAN STRUKTUR........................................................29
2.7 Pemilihan dan penggunaan Teknologi..................................................31
2.8 Penerapan Metode Kontruksi................................................................31
2.8.1 Tahap Persiapan Awal..................................................................31
2.8.2 Tahap Pelaksanaan.......................................................................32
2.8.3 Tahap Perawatan..........................................................................35
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN.............................................................36
3.1 Kesimpulan.............................................................................................36
3.2 Saran.......................................................................................................36
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................37
LAMPIRAN..........................................................................................................38
8
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
Tabel 2.1 Bahan dan alat yang digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan....24
Tabel 2.2 Kompilasi data-data bahan-bahan yang digunakan...............................26
9
BAB I
PENDAHULUAN
10
dikatakan nihil walaupun biaya awalnya lebih tinggi dibandingkan dengan jalan
aspal yang selalu memerlukan pemeliharaan rutin, pemeliharaan berkala, dan
peningkatan jalan (tentunya ini akan memakan biaya yang tidak sedikit pula),
maka sangatlah tepat jika jalan beton digunakan pada ruas-ruas jalan karena
sesedikit apapun, perbaikan jalan yang dilakukan akan mengundang kemacetan
(kasus bottle neck) yang tentunya akan berdampak sangat luas.
Makin maraknya pemanfaatan jalan beton semen tersebut, makin
memperkaya pengalaman kita dalam menerapkan jalan beton semen dan sudah
barang tentu membawa peningkatan mutu dari industri konstruksi jalan beton
semen, untuk lebih memicu hasil kegiatan konstruksi beton semen yang lebih baik
lagi, upaya menyimak, mempelajari segala sesuatu yang berkaitan dengan
kesalahan yang sama, dan berujung pada hasil kegiatan konstruksi jalan beton
semen yang semakin lebih baik.
Pengamatan secara umum menunjukkan bahwa kegiatan konstruksi
di Indonesia sampai saat ini masih dihadapkan pada masalah mutu atau kualitas
hasil industri yang bersangkutan. Masalah ini tidak terbatas pada industri
konstruksi jalan saja tetapi juga pada konstruksi-konstruksi lainnya.
Berbicara tentang kualitas hasil industri jalan, dapat dikatakan bahwa masalah
ini merupakan masalah besar yang sudah lama dihadapi oleh kita semua
khususnya yang terlibat dalam industri konstruksi jalan.
Sudah jelas bahwa kontributor dari masalah tersebut mencakup multi pihak
yang terlibat dalam kegiatan konstruksi yaitu perencanaan, pelaksana, pengawas
bahkan pemasok bahan baku konstruksi. Tidak mudah untuk mengetahui siapa
berkontribusi apa pada masalah yang dimaksud, dan pada makalah ini penekanan
bahasan adalah terbatas pada kesalahan yang terjadi saat pelaksanaan pekerjaan
konstruksi jalan beton semen (rigid pavement).
11
beton (rigid pavement) proyek pembangunan jalan Margorukun Kalimantan
Tengah akibatnya mutu pelaksanaan yang tidak sesuai dengan ketentuan dan
petunjuk persyaratan teknis yang telah ditetapkan (rigid pavement yang
berkualitas).
Dalam tulisan ini, akan disajikan kesalahan umum yang merupakan bagian
dari permasalahan, baik yang berdampak ringan, sedang maupun berat. Dampak
ringan adalah dampak yang tidak berpengaruh secara struktural tetapi terbatas
pada penampilan ('appearance'), dampak sedang tidak berpengaruh pada
struktural tetapi berpengaruh pada penampilan (appearance) dan kenyamanan
('comfortability') meskipun tidak berpengaruh secara structural, sedangkan
dampak berat adalah segala dampak (akibat kesalahan) yang berpengaruh pada
struktural. Pengertian dampak struktural adalah segala dampak yang berpengaruh
negatif pada masa pelayanan konstruksi misalnya kesalahan yang menyangkut
ketebalan, mutu beton, tidak berfungsinya salah satu (lebih) dari komponen
konstruksi lainnya.
Visualisasi kesalahan umum yang tersajikan pada tulisan ini menggunakan
bahan-bahan dan buku "Rekaman Kesalahan Umum /'Common Mistakes'
Pelaksanaan Jalan Beton Semen di Indonesia", M. Anas Aly, 21 Oktober 1992.
Kesalahan-kesalahan umum yang tercakup berikut ini meliputi baik komponen-
komponen konstruksi perkerasan maupun peralatan konstruksi yang antara lain
adalah sebagai berikut :
Kesalahan komponen konstruksi perkerasan antra lain :
1. Subbase (percampuran, permukaan), Bekesting pelat beton (kekuatan dan
kerapian), Pelat beton (perkerasan kaku)
2. Tulangan pelat beton dan tulangan sambungan, Grooving atau Brushing.
3. Perawatan atau curing.
4. Pemadatan atau penggetaran, pengecoran (dumping)
5. 'Slump' atau keenceran campuran beton
6. Kesalahan peralatan pelaksanaan konstruksi perkerasan, 'Finisher' dan
“vibrating screed”
7. Groover atau Brusher
12
8. Kendaraan pengangkut campuran beton, 'Saw cutter'
13
BAB II
PEMBAHASAN
14
2.1.1 Tinjauan Metode Pelaksanaan Konstruksi
Seperti telah diuraikan di atas didalam pelaksanaan pekerjaan suatu bangunan
apapun juga selalu terlebih dahulu harus dibuat suatu perencanaan metode dan
teknik pelaksanaan kontruksi. Dimana pada umumnya setiap proyek baru adalah
tidak sama dengan proyek yang lalu dan lazimnya produk yang dihasilkan dari
kegiatan konstruksi bersifat complicated, yang umumnya berlainan dalam hal-hal
aspek design.
Kegiatan perencanaan konstruksi dimulai dengan pembuatan appresiasi,
yaitu merumuskan situasi dan kondisi dengan berfikir secara logika serta bertahap
secara spesific dan dengan urutan yang teratur. Karena hal ini merupakan suatu
cara untuk memecahkan/mengatasi masalah pokok yang akan terjadi pada saat
pelaksanaan semua kegiatan proyek, sumber-sumber serta waktu untuk proyek
tersebut.
15
Merupakan tantangan bagi para teknisi Indonesia untuk mengikuti kemajuan-
kemajuan yang telah dicapai dinegara uang lebih dahulu berkembang , dari hal–
hal tersebut diatas, telah menunjukan bahwa pada dasarnya perkembangan–
perkembangan metode barat pada dewasa ini dapat diterima dengan baik, bahkan
makin terasa kebutuhan sejalan dengan perencanaan proyek–proyek besar.
16
2. Perkerasan beton bertulang menerus terdiri dari prosentasi besi
yang relatif cukup banyak dan tidak ada siar kecuali untuk keperluan
pelaksanaan konstruksi dan beberapa siar muai.
Pada masa kini, tipe perkerasan beton yang populer dan banyak digunakan
di Indonesia adalah perkerasan beton semen portland dengan dowel dan tir bar.
Di negara-negara maju sudah banyak menggunakan tipe perkerasan beton.
17
umum akan dapat memberikan faktor kenyamanan yang lebih baik bagi
pengemudi. Di pihak lain, struktur perkerasan kaku (rigid pavement) akan lebih
cocok untuk jalan yang dibangun di atas tanah lunak, atau untuk jalan yang sering
memikul beban statis dan/atau beban horizontal. Beberapa perbedaan antara
perkerasan kaku (rigid pavement) dan perkerasan lentur (flexible pavement)
18
intrusi tanah dasar pada sambungan, memberikan dukungan yang baik dan
seragam terhadap pelat beton, dan sebagai landasan kerja selama pelaksanaan
konstruksi. Lapisan pondasi bawah dapat menggunakan bahan agregat dengan
atau tanpa bahan pengikat (seperti aspal, semen atau kapur).
19
menerus mungkin terjadi secara acak yang dapat merusak estetika jalan.
Struktur perkerasan kaku menerus dengan tulangan prategang dimaksudkan
untuk menjadikan plat beton agar selalu dalam kondisi tertekan sehingga akan
dapat mengimbangi tegangan tarik yang ditimbulkan oleh beban kendaraan. Sifat
dari beton semen, seperti telah diketahui secara umum, adalah sangat baik dalam
menerima beban tekan tetapi lemah dalam menerima beban tarik.
20
2.2.6 Penggunaan Teknologi Konstruksi
Urutan kerja yang akan diuraikan adalah urutan kerja pada perkerasan kaku
(rigid pavement) manual. Hal ini merupakan contoh, karena selain manual
terdapat cara lain, yaitu dengan Concrete Finisher G 700.
Adapun Sumber daya yang digunakan untuk satu fleet alat pada perkerasan
kaku (rigid pavement).
21
2.2.9 Produktivitas Kerja
Pada pelaksanaan pembangunan jalan tersebut produktivitas sangat
bergantung pada kemampuan sumber daya yang dimiliki dan tersedianya waktu
pelaksanaan.
22
1.Mendatangkan barang-barang yang diperlukan untuk pekerjaan tersebut tepat
pada waktunya, dengan kualitas/mutu bahan yang dapat diterima oleh
direksi/pengawas lapangan.
2.Menyediakan peralatan kerja dan tenaga kerja yang di perlukan sesuai dengan
pengerjaan.
Bahan-bahan tersebut harus di datangkan dalam keadaan baru sama sekali,
kecuali ditentukan lain dalam persyaratan kontrak seperti dalam tabel 2.1 berikut:
Tabel 2.1 Bahan dan alat yang digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan
23
informasi, karangan dan sebagainya). Secara etimologi, istilah kompilasi diserap
dari kata compilation dalam bahasa inggris.
Pekerjaan ini dilaksanakan dilokasi yang ditentukan sesuai dengan rencana
yaitu lokasi yang tersedia untuk pelaksanaan pekerjaan tersebut, sesuai dengan
yang ditunjuk didalam Aanwijzing lapangan, yang berada diruas jalan Desa
Mampuak I. Dalam pengolahan data dilakukan dengan memilah bagaimana proses
pelaksanaan pembangunan jalan tersebut yang meliputi pekerjaan umum,
pekerjaan tanah, pekerjaan perkerasan berbutir, dan pekerjaan struktur.
24
2) Panjang Jalan yang ditangani Efektif 1.500 m (1,5 Km)
Fungsional 13.200 m (13,2 Km) Km.97+800 s/d 113+000 (setempat-
setempat).
3) Lebar rencana perkerasan badan jalan 7,0 Meter dan Bahu Jalan 1,0 Meter.
Harga Satuan
No Uraian Satuan Koefisien
(Rp)
1 Semen Portland Kg 371,00 720.482,00
2 Pasir Beton Kg 698,00 198.431,00
3 Kerikil Kg 1.047,00 576.160,22
4 Air Liter 215,00 16.082,00
5 Besi Beton (Ulir) Kg 10,50 14.960,00
6 Kawat Beton Kg 0,15 21.940,00
7 Kayu Kelas III M3 0,05 3.490.000,00
8 Paku 5 cm – 10 cm kg 0,30 14.960,00
9 Pasir Urug M3 1,20 139.849,00
25
Spesifikasi dapat didefinisikan sebagai deskripsi secara tertulis dari sebuah
produk (dalam industri jasa berupa bangunan fisik) atau metode secara lengkap
sehingga dapat digunakan sebagai acuan oleh penyedia jasa untuk memenuhi
semua keinginan pengguna jasa.
Metode kerja/rencana kerja mempunyai penggunaan untuk mencapai hasil
fisik yang dapat dipertanggungjawabkan dalam jangka waktu yang telah
ditetapkan, dengan demikian urutan kerjanya adalah sebagai berikut, penyediaan
bahan, tenaga kerja dan peralatan kerja harus disusun secara sistimatis.
Untuk memudahkan pembacaan dibuat dalam bentuk diagram atau grafis
(time schedule, network planning, schedule bahan, schedule tenaga, schedule alat
dan diagram pengendali cuaca). Dalam Pembuatan Rencana Kerja berisikan
program dari waktu ke waktu tentang :
1. Pelaksanaan bagian-bagian item pekerjaan.
2. Pendatangan macam-macam bahan dan peralatan kerja serta jumlahnya.
3. Penggunaan bermacam-macam tenaga dan peralatan kerja serta jumlahnya.
26
2. Sebelum dilakukan penimbunan, maka area yang akan di timbun dibersihkan
dahulu dari material-material yang tidak diperlukan.
3. Dilakukan pengukuran untuk menentukan elevasi dari timbunan.
4. Penimbunan dilakukan lapis demi lapis, setiap lapis dipadatkan dengan
menggunakan alat Vibratory Roller sampai batas elevasi yang sudah
ditentukan.
Peralatan :
1. Dump Truck
2. Vibratory Roller
3. Water Tank
27
2. Pemasangan patok-patok sebagai batasan dalam pengecoran, serta membuat
cetakan beton.
3. Pengecoran beton dengan menggunakan alat concrete mixer
Peralatan :
1. Concrete Mixer
2. Concrete Vibrator
3. Alat Bantu
Pemasangan bekisting antra lain :
1. Perancah dibuat sedemikian rupa sehingga kuat menahan beban bekisting dan
beban material selama pelaksanaan sampai dengan pembongkaran.
2. Pabrikasi bekisting sesuai metode yang disetujui Direksi.
3. Pemasangan bekisting sesuai dengan profil, elevasi dan dimensi sesuai gambar
4. Perkuatan bekisting terutama pada sisi luar ditambahkan dengan skor.
Baja Tulangan BJ 24 Polos
Pekerjaan Pembesian BJ 24 dilaksanakan bersamaan dengan pekerjaan
bekisting sehingga untuk penyetelan kedudukan dapat dikondisikan dengan
persyaratan kedudukan besi tulangan dengan bekisting sesuai dengan shop
drawing. Pekerjaan pembesian dikerjakan dengan :
1. Pemotongan besi dengan menggunakan gunting besi
2. Sedang untuk pembengkokan dengan menggunakan tenaga manusia
3. Besi dipotong sesuai dengan ukuran yang ada dalam gambar shop drawing,
pemotongan dilakukan dengan menggunakan gunting besi.
4. Setelah dilakukan pemotongan sesuai ukuran yang dikehendaki maka besi
mulai dibengkokan dengan menggunakan alat pembengkok.
5. Penyimpanan tiap besi yang sudah dibengkokkan diberi tanda untuk
mengelompokkan bagian-bagiannya agar mudah pada saat akan merangkai.
6. Pengikatan rangkaian besi beton digunakan kawat beton.
.Pembesian dengan baja tulangan U-19 mm
1. Pemotongan besi dan pembengkokan besi dilaksanakan di base camp.
2. Pabrikasi besi sesuai metode dan sesuai gambar kerja yang disetujui Direksi.
3. Penyetelan besi beton sesuai dengan gambar.
28
4. Ikatan-ikatan antar tulangan terikat dengan baik.
5. Panjang tulangan lewatan sesuai dengan aturan panjang lewatan yang
ditentukan.
6. Pembersihan bekisting dari kotoran atau bahan-bahan yang dapat mengurangi
kekuatan konstruksi.
Tahap-tahap pengecoran antara lain :
1. Pengecekan kekuatan perancah
2. Penempatan alat, tenaga dan lalu-lintas pekerja sedemikian rupa sehingga
mempermudah pelaksanaan pengecoran.
3. Pelaksanaan pengecoran dilaksanakan dengan bantuan talang cor yang dibuat
dari seng talang dan dipasang miring.
4. Penggetaran dilakukan dengan benar, concrete vibrator diposisikan tegak lurus
terhadap permukaan beton/cor, kecuali dalam keadaan khusus kemiringan
boleh 45º
5. Pengecoran dihentikan bila elevasi beton pada cetakan telah terpenuhi.
Pembongkaran bekisting dilakukan setelah mendapat persetujuan Direksi dan
beton telah mencapai umur, bekisting tersebut segera dibongkar.
Curing/Perawatan Beton
Perawatan dengan cara menyiram air sampai dengan umur beton mencapai 14
hari
Peralatan yang digunakan :
1. Concrete Mixer
2. Water Tanker
3. Concrete Vibrator
4. Alat Bantu
29
plan (produksi beton sendiri), truck mixer (produksi beton sendiri) dan genset dan
lampu (kerja malam hari).
30
c. Pengukuran, setelah ditentukan titik nol lokasi pekerjaan, pihak
penyedia bersama-sama pihak direksi pekerjaan dan konsultan
supervisi melaksanakan pengukuran dilokasi pekerjaan dengan acuan
gambar rencana.
d. Mobilisasi peralatan, sebelum memulai pekerjaan dipastikan
perlengkapan dan peralatan telah siap dilokasi pekerjaan, dalam
pekerjaan Rigid Pavement peralatan yang diperlukan adalah Concrete
Mixer, Concrete Vibrator, Gerobak/arco, dan peralatan tukang.
2. Pekerjaan Rigid Pavement
a. Pembersihan lokasi pekerjaan, lokasi pekerjaan dibersihkan terlebih
dahulu dari material-material yang mengganggu pelaksanaan
pekerjaan.
b. Penyiapan tanah dasar, permukaan tanah dasar diratakan dan dibentuk
terlebih dahulu menggunakan tenaga manual/buruh dengan alat bantu
berupa cangkul dan sekop.
c. Pembuatan tenda dan air, sebelum memulai pengecoran harus
disiapkan tenda dan tempat air, pembuatan tenda termasuk salah satu
perawatan dalam pekerjaan perkerasan beton, tenda sangat diperlukan
apabila dalan pelaksanaan pekerjaan terjadi hujan, serta tempat air
sangat diperlukan untuk persediaan air.
d. Pemasangan bekisting, setelah permukan tanah dasar rata dengan
leveling/kemiringan yang sesuai dengan gambar rencana kemudaian
dipasang bekisting. Pemasangan bekisting menggunakan papan
bekisting yang kuat dan lurus sehingga dapat menahan beban beton,
pemasangan harus sesuai dengan ukuran konstruksi Rigid Pavement
yang akan dibuat yaitu panjang, lebar, dan tebal yang sesuai dengan
gambar rencana, papan bekisting dipasang diatas tanah dasar dan
diberi paku yang kuat agar saat pengecoran dilaksanakan papan
bekisting dapat menahan beban beton yang berat.
e. Pembesian, baja tulangan dipotong sesuai dengan ukuran yang telah
ditentukan dalam gambar rencana, kemudian dibentuk dan dirakit
31
dengan kawat bendrat dan membentuk konstruksi yang sesuai dengan
gambar rencana, pembesian pada pekerjaan ini antara lain :
1) Pembesian untuk Dowel, besi polos untuk Dowel dengan ukuran 19
mm, besi memanjang 10 mm, dan besi polos untuk cincin
berbentuk kubus dengan ukuran besi 8 mm.
2) Pembesian untuk Tiebar, besi polos untuk Tiebar dengan ukuran 12
mm, besi memanjang 10 mm, dan untuk pembesian cincin dengan
ukuran besi 8 mm.
f. Pengadaan pipa PVC ¾’ panjang 4 m, pipa dipasangkan menutupi
Dowel agar sambungan tidak kaku apabila slab beton menerima beton
dan menghindari terjadinya retakan.
g. Pengecoran, setelah semua pembesian telah dipastikan terpasang
dengan baik dan benar dan disetujui oleh pihak direksi pekerjaan dan
konsultan supervisi maka pekerjaan pengecoran dapat dilaksanakan.
1) Beton mutu sedang K-250, cor beton K-250 digunakan untuk
konstruksi Rigid Pavement, dengan komposisi campuran yang
sesuai uji lapangan Slump Test. Penghamparan dilakukan dengan
cara manual dengan menggunakan pacul dan sekop, kemudian
dipadatkan menggunakan Concrete Vibrator. Untuk mendapatkan
permukaan beton yang rata digunakan kasut pekerjaan ini harus
segera dilakukan sebelum beton mengeras. Untuk menghindari
slipnya kendaraan maka pada saat beton tidak terlalu lembek dan
keras, permukaan beton digores menggunakan sapu kawat yang
ditarik melintas permukaan dengan kedalaman 3 mm.
2) Beton mutu rendah K-125, cor beton K-125 digunakan untuk Oprit
Rigid Pavement, dengan komposisi campuran yang sesuai dengan
analisa yang ditawarkan. Pencampuran bahan dilakukan dengan
alat Concrete Mixer agar campuran lebih homogen. Penghamparan
dilakukan dengan cara manual dengan menggunakan pacul dan
sekop.
h. Perawatan beton, untuk melindungi terhadap sinar matahari langsung,
32
yang bisa menyebabkan retak-retak diperlukan karung goni dan air,
karung goni diletakan dipermukaan slab beton, kemudian disiramkan
air secara teratur supaya karung goni selalu basah selama 7 hari.
Pemotongan harus tepat pada tenda pertengahan batas sagment,
pemotongan dilakukan dengan arah melintang dan memanjang tepat
pada batas pengecoran, lebar cutting 4-6 mm dalam 6cm.
i. Aspalt Sealent, sebelum lubang cutting diisi dengan aspalt sealent,
lubang cutting dibersihkan dahulu dengan compressor atau dengan
tangan/alat.
3. Pekerjaan Akhir
a. Pembersihan Lokasi, setelah pekerjaan selesai dan sebelum
demobilisasi peralatan dan pekerja, terlebih dahulu lokasi pekerjaan
harus dibersihkan dari sisa-sisa material dan bahan yang dipakai
sewaktu pelaksanaan pekerjaan, lokasi pekerjaan harus bersih agar
dapat langsung digunakan dengan aman dan nyaman.
b. Demobilisasi Peralatan dan Pekerja, setelah pekerjaan selesai
peralatan dan pekerja dapat dipulangkan namun terlebih dahulu
dipastikan bahwa tidak ada lagi penambahan pekerjaan atau pekerjaan
sudah 100% dimana kuantitas dan kualitasnya sudah terpenuhi sesuai
dengan yang tercantum dalam kontrak kerja.
33
perlindungan atap plastik segitiga
b. Tahap awal, setelah finishing dan texturing selesai, dengan penyemprotan
bahan curing compound
c. Tahap akhir, setelah saw cutting dengan 'wet burlap' atau plastik/terpal.
2. Perkerasan beton boleh dilalui dengan kendaraan proyek setelah mencapai
kekuatan 90%, yaitu kekuatan beton umur 28 hari, dan dapat dilalui kendaraan
ringan setelah umur beton 3 hari.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan
Peningkatan jalan Margorukun dilaksanakan oleh CV.Perdana Abadi yang
34
mana proyek ini didanai oleh Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
Kabupaten Barito Utara tahun 2015. Dimana proyek tersebut direncanakan untuk
kepentingan umum yang tujuan akhirnya mempunyai aspek ekonomis, sosial
politik dan pertahanan keamanan dengan menggunakan keseluruhan aktivitas
dari sumber–sumber yang ada guna mendapatkan manfaat atau memperoleh hasil
dimasa yang akan datang.
3.2 Saran
Dari permasalahan yang diuraikan diatas disarankan sebagai berikut :
1. Bagi Pelaksana pekerjaan jalan rigid pavement harus mengerti tahapan-
tahapan pekerjaan/bagan alur pekerjaan
2. Perlu intensifikasi pada bahasan tentang kesalahan umum konstruksi
pelaksanaan pekerjaan perkerasan jalan beton semen (rigid pavement) dan
menuangkannya dalam buku pedoman yang mencakup bahasan, pengertian
umum, dan petunjuk perbaikan kesalahan baik dalam bentuk Standart Nasional
Indonesia maupun non Standart Nasional Indonesia.
3. Pada kegiatan konstruksi perkerasan jalan beton semen harus
menggunakan peralatan relative lebih canggih, baik yang mempunyai multi
fungsi atau menggabungkan beberapa fungsi alat dalam satu alat atau peralatan
yang lebih sederhana namun fungsi dan kegunaan sesuai dengan fungsi dan
kegunaannya.
35
DAFTAR PUSTAKA
Agus Iqbal Manu (1995), Perkerasan Kaku. Yayasan Badan Penerbit PU PT.
Mediatama Saptakarya
Ari Suryawan (2005), Perkerasan Jalan Beton Semen Portland. Penerbit Beta
Offet
M. Anas Aly (2004), Teknologi Perkerasan Jalan Beton Semen. Penerbit Yayasan
Pengembang Teknologi dan Manajemen
36
LAMPIRAN
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51